MULYANI
NIM : 163110174
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi Pada
Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) di Ruangan Paru RSUP dr.
M. Djamil Padang Tahun 2019”. Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari Ibu Ns. Idrawati Bahar, S. Kep. M.Kep selaku pembimbing I dan
Bapak Drs. Maswardi, M. Kes selaku pembimbng ke II yang telah menyediakan
waktu , tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Dan tidak lupa juga peneliti mengucapkan terima
kasih kepada :
A. Bapak Dr. Burhan Muslim. SKM.M.Si selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
B. Bapak Dr. dr. Yusirwan, Sp. B, Sp. BA(K), MARS selaku pimpinan
RSUP dr. M.Djamil Padang yang telah mengizinkan untuk
pengambilan data dan melakukan survey awal.
C. Ibu Ns. Sila Dewi Anggreini.M. Kep. Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
D. Ibu Heppi Sasmita, M. Kep. Sp. Jiwa selaku Ketua Prodi Keperwatan
Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
E. Teman- temanku senasib dan seperjuangan Mahasiswa Politeknik
Kesehatan Padang Program Studi DIII Keperawatan Padang Tahun
2019
Akhir kata saya berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nanti
dapat membawa manfaat dan pengembangan ilmu.
peneliti
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
ABSTRAK
Jumlah pasien PPOK di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017 cukup banyak
yaitu rawat jalan sebanyak 712 pasien dan rawat inap Paru sebanyak 316 pasien.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan gangguan
oksigenasi pada pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) di ruang paru
RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2019.
Hasil penelitian didapatkan pasien mengeluh sesak napas dan batuk berdahak
yang sukar untuk. Didapatkan 3 diagnosa utama yaitu ketidakefektifan bersihan
jalan napas, ketidakefektifan pola napas, dan nyeri akut. Rencana keperawatan
pada kasus sesuai dengan NIC. Setelah dilakukan implementasi pasien tidak sesak
napas dan batuk berdahak dapat dikeluarkan dengan menggunakan batuk efektif.
Masalah yang muncul teratasi sebagian.
BAB V PENUTUP
a) Kesimpulan...........................................................................................55
b) Saran......................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Lampiran 1 Ganchart
Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data Dari Institusi Poltekkes Kemenkes
Padang
Lampiran 3 Surat Izin Pengambilan Data Dari RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing I
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing II
Lampiran 6 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing I
Lampiran 7 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing II
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian Dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian Dari RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Lampiran 10 Inform Consent
Lampiran 11 Absensi Penelitian
Lampiran 12 Format Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Lampiran 13 Surat Keterangan Selesai Penelitian
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mulyani
NIM : 163110174
Tempat/ Tanggal Lahir : Padang / 24 Desember 1997
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Orang Tua : Ayah : Rusman
Ibu : Elida
Alamat : RT 04 RW 05 Koto Panjang Ikur Koto Koto
Tangah Padang
Riwayat Pendidikan
No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan. Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar
dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 yang
dihasilkan oleh sel (Ambarwati, 2014). Respirasi juga merupakan
pertukaran gas-gas pernapasan yang terjadi antara lingkungan dan
darah. Paru-paru memindahkan oksigen dari atmosfer ke alveoli,
dimana oksigen ditukar menjadi karbondioksida. Alveoli
memindahkan oksigen dan karbondioksida ke dan dari darah melalui
membran kapiler alveolar (Potter dan Perry, 2009).
Kondisi atau penyakit yang mengubah struktur dan fungsi paru dapat
mengganggu proses respirasi (Potter dan Perry, 2009). Salah satu kondisi
atau penyakit yang dapat mengganggu proses respirasi yaitu Penyakit Paru
Obstruksi Kronis (PPOK). Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
merupakan suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok penyakit paru
yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap
aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Price dan Wilson,
2012).
Hasil penelitian Dyah Uswatun Hasanah pada tahun 2016 yang berjudul
Penatalaksanaan Fisioterapi pada PPOK di RSKP Respira Yogyakarta
terdapat penurunan sesak yang dialami pasien setelah melakukan 4 kali
tindakan fisioterapi. Dilihat dari borg scale pada terapi pertama yaitu dengan
nilai 5 dengan penjelasan sesak yang sangat berat dan pada terapi terakhir dengan
nilai 2 dengan penjelasan sesak yang dirasakan pasien adalah sesak ringan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik RSUP Dr. M. Djamil
Padang dari bulan januari-desember 2017 jumlah kunjungan pasien
dengan PPOK di RSUP Dr. M. Djamil Padang memiliki jumlah penderita
PPOK cukup banyak, jumlah kunjungan pasien PPOK rawat jalan di Poliklinik
Paru non infeksi RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017 sebanyak 712
kunjungan dan jumlah pasien rawat inap Paru RSUP dr. M. Djamil Padang
sebanyak 316 pasien.
Berdasarkan hasil survey awal di ruang inap paru RSUP dr. M. Djamil
Padang yang dilakukan pada tanggal 17 Desember 2018 terdapat 16
orang pasien dengan diagnosa medis PPOK dalam 1 bulan terakhir yaitu pada
bulan November. Berdasarkan hasil wawancara dari seorang pasien dengan
gangguan oksigenasi pasien mengeluh sesak napas dan batuk. Berdasarkan
observasi terhadap seorang pasien dengan gangguan oksigenasi pasien
tampak sesak napas dan batuk. Kemudian berdasarkan pengamatan
terhadap perawat, perawat lebih banyak melakukan tindakan pemberian
terapi oksigen dan pemberian terapi obat. Berdasarkan dari hasil dokumentasi
perawat sudah menegakkan diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan
Kebutuhan Oksigen pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis di
Ruang Paru RSUP. dr. M. Djamil Padang Tahun 2019”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Dideskripsikan asuhan keperawatan pemenuhan oksigenasi pada
pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis di Ruang Paru
RSUP. dr. M. Djamil Padang Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Dideskripsikan hasil pengkajian keperawatan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan PPOK di Ruang Paru
RSUP. dr. M. Djamil Padang Tahun 2019.
b. Dideskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan PPOK di Ruang Paru
RSUP. dr. M. Djamil Padang Tahun 2019.
c. Dideskripsikanrencanaan keperawatan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada pasien dengan PPOK di Ruang Paru RSUP. dr. M.
Djamil Padang Tahun 2019.
d. Dideskripsikan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada pasien dengan PPOK di Ruang Paru RSUP. dr. M.
Djamil Padang Tahun 2019.
e. Dideskripsikan evaluasi keperawatan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada pasien dengan PPOK di Ruang Paru RSUP. dr. M.
Djamil Padang Tahun 2019.
D. Manfaat Penelitian
1. Aplikatif
a. Bagi Peneliti
Kegiatan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk
mengaplikasikan dan penambah wawasan kemampuan peneliti
dalam asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
pada pasien dengan PPOK.
b. Bagi Direktur RSUP dr. M. Djamil Padang
Hasil penelitian bisa dipakai perawat sebagai bahan pembanding
dalam memenuhi Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan
Oksigenasi pada Pasien PPOK..
2. Pengembangan Keilmuan
a. Bagi Direktur Poltekkes Kemenkes RI Padang
Kepada Direktur Poltekkes melalui prodi digunakan untuk latihan
mahasiswa dalam praktik asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan oksigenasi pada pasien PPOK.
b. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian laporan karya tulis ilmiah ini dapat
memberikan masukan bagi penelitian berikutnya untuk
menambah pengetahuan dan data dasar dalam penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
1. Pengertian Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun
psikologis yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan hidup dan
kesehatan. Teori hirarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan
Abraham Maslow mengembangkan bahwa setiap manusia memiliki lima
kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis (oksigen, cairan, nutrisi,
keseimbangan tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur,
serta kebutuhan seksual), kebutuhan rasa aman dan perlindungan terhadap
ancaman, kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki,
kebutuhan aktualisasi diri (Alimul Hidayat, 2009).
b. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan
kapiler paru dan CO2 di kapiler alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru,
tebal membran respirasi/ permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstitial (keduanya dapat memengaruhi proses difusi
apabila terjadi proses penebalan), perbedaan tekanan dan
konsentrasi O2 (hal ini sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke
dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih
tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis masuk dalam
darah secara difusi), pCO2 dalam arteri pulmonalis akan berdifusi
ke dalam alveoli, dan afinitas gas (kemampuan menembus dan
saling mengikat hemoglobin).
c. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses
transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk
oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan
CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin
(30%), larut dalam plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO3 yang
berada dalam darah (65%). Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu curah jantung (cardiac output), kondisi
pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb
(Alimul Hidayat, 2009).
3. Terapi Oksigenasi
Terapi oksigen pertama kali dipakai dalam bidang kedokteran pada tahun
1800 oleh Thomas Beddoes, kemudian dikembangkan oleh Alvan Barach
pada tahun 1920 untuk pasien dengan hipoksemia dan penyakit paru
obstrukif kronik. Terapi oksigen adalah pemberian oksigen lebih dari
udara atmosfer atau FiO2 > 21%. Tujuan terapi oksigen adalah
mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah asidosis respiratorik,
mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot
jantung, serta memperthankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90%.
(Tarwoto & Wartonah, 2015).
d) Golongan xantin
Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan
pemeliharaan jangka panjang, terutama pada derajat sedang
dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi
sesak (pelega napas), bentuk suntikan bolus atau drip untuk
mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan jangka panjang
diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.
2) Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau
injeksi intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi,
dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk
inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji
kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1
pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
Digunakan pada PPOK stabil mulai derajat III dalam bentuk
glukokortikoid, kombinasi LABACs dan PDE-4.
3) Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat eksaserbasi.
4) Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup,
digunakan N-asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan
eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian
yang rutin
5) Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan
mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis
kronik dengan sputum yang viscous (misalnya ambroksol,
erdostein). Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik,
tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.
6) Antitusif
Diberikan dengan hati-hati.
7) Phosphodiesterase-4 inhibitor
Diberikan kepada pasien dengan derajat III atau derajat IV dan
memiliki riwayat eksaserbasi dan bronkitis kronik.
Phosphodiesterase-4 inhibitor, roflumilast dapat mengurangi
eksaserbasi, diberikan secara oral dengan glukokortikosteroid
(PDPI, 2011).
d. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium seperti Hemoglobin (Hb) dan
Hematokrit (Ht) meningkat. Jumlah eritrosit meningkat,
eosinofil dan total IgE serum meningkat. Pulse Oksimetri, SaO2
oksigenasi menurun.
e. Pemeriksaan diagnostik
1) Radiologi Thoraks foto (AP dan lateral)
Menunjukkan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung,
dan bendungan area paru. Pada emfisema paru didapatkan
diafragma dengan letak yang rendah dan mendatar.
2) Bronkografi
Menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada
ekspirasi kuat.
3) Pengukuran Fungsi Paru
Kapasitas inspirasi menurun, volume residu meningkat pada
emfisema, bronchitis, dan asma.
4) Analisa Gas Darah
PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada asma.
Nilai pH normal, asidosis, alkalosis, respiratorik ringan
sekunder.
5) Angiografi
Pemeriksaan ini untuk membantu menegakkan diagnosis
tentang keadaan paru, emboli atau tumor paru, aneurisma,
emfisema, kelainan congenital.
6) Radio Isotop
Bertujuan untuk menilai lobus paru, melihat adanya emboli
paru. Ventilasi scanning untuk mendeteksi ketidaknormalan
ventilasi, misalnya pada emfisema.
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
2. Obstruksi jalan
napas
a. Adanya jalan
napas buatan
b. Benda asing
dalam jalan napas
c. Mucus
berlebihan
d. Sekresi yang
tertahan
e. Spasme jalan
napas
3. Fisiologis
a. Disfungsi
neuromuscular
b. Infeksi
c. Jalan napas
Alergik
2 Ketidakefektifan
pola napas
Definisi: inspirasi
dan/atau ekspirasi
Yang tidak
memberi ventilasi
adekuat.
NIC:
Batasan Monitor Pernapasan:
karakteristik: 1. Monitor kecepatan,
1. Bradipnea NOC: irama, kedalan dan
2. Dispnea Status Pernapasan: kesulitan bernapas.
3. Fase ekspirasi Ventilasi : 2. Catat pergerakan
memanjang Setelah dilakukan dada, catat
4. Penggunaan tindakan keperawatan ketidaksimetrisan,
otot bantu didapatkan penggunaan otot-otot
pernapasan Kriteria Hasil: bantu napas, dan retraksi
5. Penurunan 1. Frekuensi pada otot supraclaviculas
tekanan pernapasan normal dan interkosta.
ekspirasi 2. Irama pernapasan 3. Monitor suara napas
6. Penurunan normal tambahan.
tekanan 3. Kedalaman 4. Monitor pola napas.
inspirasi inspirasi normal 5. Auskultasi suara
7. Pernapasan 4. Tidak ada napas, catat area dimana
cuping hidung penggunaan otot bantu terjadi penurunan atau
8. Pola napas napas tidak adanya ventilasi
abnormal (mis; 5. Tidak ada suara dan keberadaan suara
irama, napas tambahan. napas tambahan.
frekuensi, 6. Tidak ada retraksi 6. Monitor kemampuan
kedalaman) dinding dada. batuk efektif pasien.
9. Takipnea 7. Tidak ada 7. Monitor sekresi
pernapasan dengan pernapasan pasien.
Faktor yang bibir mengerucut. 8. Monitor keluhan
Berhubungan: 8. Tidak dispnea saat sesak napas, termasuk
1. Hiperventilas istirahat. kegiatan yang
2. Keletihan otot 9. Tidak dispnea saat meningkatkan atau
pernapasan latihan. memperburuk sesak
3. Sindrom 10. Tidak ada napas tersebut.
hipoventilasi akumulasi sputum
Faktor yang
berhubungan:
1. Ketidakseimba
ngan ventilasi
perfusi
2. Perubahan
membrane
alveolar kapiler
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
suatu fenomena yang terjadi dalam masyarakat tanpa mencari hubungan antar
variabel dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan jenis
rancangan penelitian dari metode deskriptif yaitu suatu penelitian yang
dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang asuhan
keperawatan dengan gangguan pemenuhan oksigenasi pada pasien
penyakit paru obstruksi kronis di ruang paru RSUP dr. M. Djamil Padang.
b. Kriteria Sampel
1) Kriteria inklusi
c) Pasien atau keluarga yang bersedia menjadi partisipasi
penulis.
d) Pasien yang kooperatif
2) Cara Pengambilan Sampel
Pemilihan sampel menggunakan teknik simple random
sampling dengan melakukan pengundian untuk menentukan
satu sampel. Adapun cara pengambilan sampel yaitu :
Populasi yang ditemukan saat penelitian sebanyak dua
orang pasien PPOK dengan gangguan oksigenasi.
Keseluruhan populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dijadikan sampel penelitian. Maka digunakan metode
pengundian, kedua pasien diberi kode nama pasien diatas
kertas kemudian kertas digulung dan diundi secara acak.
Kertas yang berinisial nama pasien tersebut yang dijadikan
sampel penelitian.
D. Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien
yang berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan meliputi
identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas sehari-
hari, dengan menggunakan cara wawancara, pemeriksaan fifik dan
dokumentasi.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh langsung dari rekam medic, data
penunjang dari laboratorium, dokumentasi di ruang Inap Paru RSUP.
dr. M. Djamil Padang serta informasi dari keluarga.
2. Alat/instrumen pengumpulan data
Alat dan instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah
format tahapan proses keperawatan dasar melalui pengkajian
sampai evaluasi. Pengumpulan data dilakukan secara anmanesa,
pemeriksaan fisik dengan mengunakan alat berupa tensi meter,
stestoskop, termometer, observasi langsung dan studi
dokumentasi.
A. Deskripsi Kasus
Penelitian Asuhan keperawatan gangguan oksigenasi pada pasien Penyaki
Paru Obstruksi Kronis (PPOK) di Ruang Paru RSUP. DR. M. Djamil Padang,
pada tanggl 13 Maret – 18 Maret 2019, dengan satu orang partisipan. Asuhan
keperawatan dimulai dari pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, implementasi serta evaluasi keperawatan yang
dilakukan dengan metode wawancara, pemeriksaan fisik, dan studi
dokumentasi.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dilaakukan di ruang paru RSUP DR. M. Djamil
Padang pada hari Rabu, 13 Maret 2019 jam 10.00 WIB. Pengkajian
dilakukan dengan metoda wawancara, pemeriksaan fisik dan studi
dokumentasi yang meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,
pengkajian pola kesehatan, dan pengkajian biopsikososial spiritual.
Pengkajian yang dilakukan ditunjang dengan pemeriksan diagnostik dan
pemeriksaan laboratorium serta terapi pengobatan yang diberikan oleh
dokter.
Identitas pasien dan Alasan Masuk Tn. A masuk melalui IGD RSUP Dr.
M. Djamil Padang tanggal 10 Maret 2019 jam 22.19 WIB , dengan
keluhan sesak nafas nafas sejak 3 hari yang lalu disertai batuk, batuk-
batuk sejak 1 bulan yang lalu namun meningkat sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit, batuk berdahak, dahak sukar umtuk dikeluarkan dan
disertai demam hilang timbul.
Terapi pengobatan yang didapatkan pasien adalah NaCl 0,0% 500 ml,
Ceftriaxone 2 gr, Combivent 1 amp, Flumucyl 1 amp, Aminophilin 1 gr,
Paracetamol 500 mg dan Ramipril 2,5 mg.
2. Diagnosa Keperawataan
Setelah dilakukan pengkajian dengan mengelompokn data, memvalidasi
data dan menganalisa data berdasarkan data subjektif daan objektif. Pada
diagnosa keperawatan, peneliti akan menganalisis perumusan diagnosa
keperawatan pada pasien berdasarkan teori dan kasus. Ditemukan
beberapa diagnosa keperawatan yang yang teridentifikasi dengan tiga
diagnosa utama yang berkaitan dengan kebutuhan pemenuhan oksigen,
yaitu :
a. Diagnosa pertama, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan sekresi yang tertahan. Diagnosa ini diangkat dan diperkuat
dengan data subjektif bahwa pasien mengatakan batuk dan batuk terasa
tertahan serta mengatakan sulit untuk mengeluarkan dahak, sedangkan
untuk data objektif yang didapat dari pengukuran dan observasi yang
hasilnya pasien tampak batuk dan batuk tampak tertahan sekret susah
keluar, pasien tampak gelisah dan bunyi ronki (+).
3. Intervensi Keperawataan
Intervensi keperawatan tujuannya untuk mempertahankan tingkat
kesehatan optimal pasien dalam upaya menurunkan jumlah dan atau
keparahan gejala gangguan pernafasan, hal ini meliputi tindakan
keperawatan mandiri, seperti prilaku peningkatan kesehatan dan upaya
pencegahan.
Rencana tindakan yang akan dilakukan pada diagnosa ketiga , yaitu nyeri
akut berhubungan dengan agens cidera biologis dengan kriteria hasil yang
diharapkan pasien mengetahui strategi untuk mengotrol nyeri, teknik
posisi yang efektif dan teknik relaksasi yang efektif. Sedangkan untuk
intervensi yang akan dilakukan sesuai dengan NIC adalah melakukan
pengkajian nyeri komprehensif, mendorong pasien untuk memonitor nyeri
dan menangani nyerinya dengan tepat, mengajarkan teknik non
farmakologi yaitu nafas dalam untuk mengurangi nyeri. Selanjutkan
intervensi yang dilakukan berhubungan dengan kenyaman pasien adalah
mentukan tujuan pasien dan keluarga untuk mengelola lingkungan dan
kenyaman yang optimum, ciptakan lingkungaan yang tenang dan
mendukung, memerikan lingkungan yang bersih dan aman serta
menyesuaikan suhu ruangan yang paling nyaman bagi pasien
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada
pasien sesuai dengan rencana tindakan yang telah dirumuskan.
Implementasi yang dilakukan dari pertemuan pertama sampai dengan
pertemuan ke enam pada diagnosis keperawatan utama Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan adalah
Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi dengan posisi semi
fowler 450 untuk mengurangi dispnea, mengauskultasi bunyi nafas
menggunnakan alat pemeriksaan fisik stetoskop, melakukan fisioterapi
dada, memonitor aliran O2, memonitor tanda tanda vital ( tekanan darah,
nadi, suhu, pernafasan ), memonitor sianosis perifer dan menginstruksikan
serta mengajarkan batuk efektif dan nafas dalam.
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selanjutknnyaa akan dilakukan
evaluasi selamaa tujuh hari ( 13 Maret – 18 Maret 2019 ). Dengan
menggunakan SOAP hasil yang diperoleh pada hari ke-6, tepatnya hari
Senin tanggaal 18 Maret 2019 adalah sebagai berikut
a. Diagnosa pertama, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan sekresi yang tertahan, yaitu evaluasi subjektifnya didapatkan
Tn. A mengatakan dahak sudah berkurang dan sesak nafas sudah
berkurang. Sedangkan untuk evaluasi objektifnya yang diperoleh
melalui observasi dan pengukuran didapatkan, Tn. A tampak bisa
nafas dalam ketika sesak nafas terasa. Tn. A tampak sudah bisa batuk
efektif, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD : 130/80
mmhg, RR :20 X/menit, HR:92X/menit dan Suhu:36,8 oC
C. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara teori dan
laporan kasus peneliti. Pembahasan kasus meliputi pengkajian keperawatan,
merumuskan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan keperawatan,
melakukan implementasi keperawatan, dan evaluasi pada asuhan keperawatan
yang diberikan. Pembahasan dilakukan dengan membandingan hasil proses
keperawatan dengan teori.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 Maret 2019 di RSUP DR. M. Djamil
Padang tepatnya diruang paru. Hasil pengkajian riwayat kesehatan sekarang
pada Tn. A di temukan bahwa pasien sesak nafas disertai batuk yang
tertahan. Sesak bertambah jika pasien beraktivitas. Tampak ada retraksi
dinding dada pada Tn.A
Berdasarkan teori Wartonah dan Tarwoto (2015) seseorang yang mengalami
gangguan kebutuhan oksigenasi akan merasakan sesak nafas, nyeri dada,
batuk, tampak sulit bernafas, pasien mengeluh ada darah yang keluar jika
batuk, dan mengeluh ada secret di saluran pernafasan.
Hal ini disebabkan oleh inflamasi yang terjadi pada rongga alveoli akan
menyebabkan rongga alveoli menghasilkan banyak sputum yang sulit
dikeluarkan dan terjadi konsolidasi paru yang berdampak pada proses difusi
dan juga pertukaran gas yang tidak maksimal, ditandai dengan adanya
peningkatan frekuensi pernapasan, penurunan saturasi oksigen, sianosis
pada bibir .
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan kasus, didapatkan tiga
diagnosa utama Pada saat dilakukan pengkajian pada pasien ditemukan
masalah yang prioritas yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Pasien
mengeluh batuk terus menerus, batuk disertai sekret atau sputum, dan
terdapat bunyi napas ronchi pada saat auskultasi. Menurut diagnosis
keperawatan NANDA (2015-2017) diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan
nafas didefinisikan suatu ketidakmampuan membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas dan
memiliki batasan karakteristik diantaranya yaitu batuk tidak efektif, gelisah,
perubahan frekuensi nafas, perubahan pola nafas dan sputum dalam jumlah
yang berlebihan. Prioritas masalah pada pasien yang mengalami gangguan
oksigen pada pasien PPOK yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang
disebabkan oleh produksi sekret yang berlebihan dan kental yang
disebabkan oleh infeksi dan inflamasi, serta bunyi napas ronchi yang
didengar pada saat auskultasi menandakan adanya sumbatan pada jalan
napas (Saputra lyndon, 2013).Pasien memiliki keluhan yang sama yaitu
batuk tidak efektif, batuk tertahan, batuk disertai secret yang sulit untuk
dikeluarkan, terjadinya peningkatan frekuensi pernapasan dan terdapat
bunyi napas ronchi saat dilakukan auskultasi. Oleh sebab itu peneliti
mengangkat diagnosa keperawatan pada masalah ini yaitu Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan.
Pada diagnosa ketiga, nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis.
Pasien mengeluh nyeri ketika batuk karena batuk sukar dikeluarkan.
NANDA (2015-2017), nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis
difefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial
atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International Association fot the
Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan perencanaan yang akan dilakukan dalam
mengatasi masalah keperawatan. Intervensi keperawatan berpedoman
kepada Nursing Interventions Clasification (NIC) dan Nursing Outcomes
Clasification (NOC). Perensanaan tindakan berdasarkan tujuan intervensi
masalah keperawatan yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan, ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri akut berhubungan dengan
agens cidera biologis.
Rencana tindakan yang akan dilakukan pada diagnosa ketiga , yaitu nyeri
akut berhubungan dengan agens cidera biologis dengan kriteria hasil yang
diharapkan pasien mengetahui strategi untuk mengotrol nyeri, teknik
posisi yang efektif dan teknik relaksasi yang efektif. Sedangkan untuk
intervensi yang akan dilakukan sesuai dengan NIC adalah melakukan
pengkajian nyeri komprehensif, mendorong pasien untuk memonitor nyeri
dan menangani nyerinya dengan tepat, mengajarkan teknik non
farmakologi yaitu nafas dalam untuk mengurangi nyeri. Selanjutkan
intervensi yang dilakukan berhubungan dengan kenyaman pasien adalah
mentukan tujuan pasien dan keluarga untuk mengelola lingkungan dan
kenyaman yang optimum, ciptakan lingkungaan yang tenang dan
mendukung, memerikan lingkungan yang bersih dan aman serta
menyesuaikan suhu ruangan yang paling nyaman bagi pasien
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan
perencanaan yang telah disiapkan. Hasil implementasi yang dilakukan pada
pasien dengan gangguan kebutuhan oksigen dilakukan dengan
menyesuaikan dengan kondisi pasien tanpa meninggalkan prinsip dan
konsep keperawatan.implementasi dilakukan pada kasus dimulai tanggal 13
Maret 2019 sampai 18 Maret 2019.
Posisi semi fowler adalah sebuah posisi setengah duduk atau duduk dimana
bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau naik 45odan posisi ini dilakukan
untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan.
Tujuan dan mekanisme dilakukan posisi ini adalah untuk memfasilitasi
partisipan yang sedang kesulitan bernapas. Dikarenakan adanya gaya
gravitasi yang menarik diafragrma kebawah sehingga exspansi paru jauh
lebih baik pada posisi ini (Barbara, 2010), posisi semi fowler dan fowler
juga dapat ditujukan kepada pasien yang mengalami gangguan oksigen yang
dapat membantu mempermudah drainase sekret.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk melihat keefektifan intervensi yang
sudah dilakukan dengan metode SOAP. Hasil evaluasi yang dilakukan pada
pasien adalah selama 6 hari pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan pasien
mengatakan batuk sudah berkurang, pasien mampu mengeluarkan sekret
dengan menggunakan metode batuk efektif. Perbedaan frekuensi
pernapasan sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi keperawatan,
yaitu dari 24 x/menit menjadi 20 x/menit.Masalah sudah teratasi dan
intervensi dihentikan. Hal ini menunjukkan keefektifan latihan nafas dalam
dan batuk efektif dalam mengatasi sekresi pada jalan napas.
Hasil evaluasi untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agens cidera
biologis didapatkan pasien sudah tidak merasakan nyeri ketika batuk.
Dengan mengajarkanteknik napas dalam, menciptakan lingkungan yang
tenang dan mendukung, memberikan lingkungan bersih dan aman,
menyesuaikan suhu ruangan untuk menciptakan rasa nyaman bagi
partisipan maka masalah nyeri akut berhubungan dengan agens cidera
biologis sudah teratasi dan intervensi dihentikan.
BAB V
PENUTUP
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan gangguan
oksigenasi pada pasien dengan PPOK di Ruang Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
Padang Tahun 2019, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian pada pasien didapatkan hasil bahwa terdapat tanda dan gejala sesak
napas, batuk disertai sputum yang sulit dikeluarkan, sesak napas meningkat saat
beraktivitas dan pasien mengatakan badan lemas dan letih. Pemeriksaan paru pada
pasien didapatkan hasil inspeksi simetris kanan dan kiri, irama napas ireguler,
tampat retraksi dinding dada, palpasi vokal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi
sonor, auskultasi ekspirasi memanjang dan terdapat suara ronkhi.
2. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien didapatkan 3 diagnosa yang ditemukan
diantaranya yaitu ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan peningkatan
produksi mucus, diagnosa kedua yaitu ketidakefektifan pola napas berhubungan
dengan hiperventilasi, diagnosa keperawatan ketiga adalah nyeri akut
berhubungan dengan agens cidera biologis.
3. Intervensi utama pada ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah pemberian
posisi pasien semi fowler, pemberian fisioterapi dada dan pemberian terapi batuk
efektif dalam mengeluarkan sputum. Intervensi utama pada diagnosa
ketidakefektifan pola napas adalah monitor keadaan napas yaitu pola napas,
irama, kedalaman dan usaha pernapasan, kesimetrisan dan adanya penggunaan
otot bantu napas, mengukur tanda-tanda vital pasien serta kolaborasi dalam
pemberian oksigen. Intervensi utama pada diagnosa nyeri akut yaitu mengajarkan
teknik napas dalam untuk mengatasi nyeri.
4. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 13 – 18 Maret 2019
diantaranya membantu pasien untuk posisi semi fowler, melakukan fisioterapi
dada, mendemonstrasikan teknik batuk efektif untuk mengeluarkan sputum,
melihat pola napas, irama, kesimetrisan serta adanya retraksi otot bantu napas,
mengauskultasi suara napas, mengukur tanda-tanda vital, kolaborasi dalam
pemberian terapi oksigen, serta membantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan.
5. Evaluasi keperawatan dalam bentuk SOAP dari tindakan yang sudah dilakukan
didasarkan pada kriteria hasil yang diharapkan yaitu pada diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi
mucus teratasi sebagian, diagnosa kedua ketidakefektifan pola napas berhubungan
dengan hiperventilasi teratasi, dan pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agens cidera biologis teratasi sebagian.
B. Saran
1. Bagi Ruang Paru RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Diharapakan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam
memberikan asuhan keperawatan gangguan oksigenasi pada pasien PPOK
dalam mengaplikasikan cara mengeluarkan sputum dengan teknik batuk efektif,
memberikan posisi semi fowler pada pasien sesak napas, serta dapat memantau
respon pasien terhadap oksigenasi serta membantu pasien dalam memilih aktivitas
yang sesuai dengan kemampuannya.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti dapat melakukan penerapan asuhan keperawatan
gangguan pemenuhan oksiganasi pada pasien PPOK secara tepat dan dapat
mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan.
3. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran untuk menghasilkan
perawat-perawat yang professional, terampil, dan bermutu yang mampu
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh serta dapat menerapkan
asuhan keperawatan gangguan oksigenasi pada pasien PPOK.
DAFTAR PUSTAKA
Ambawarti, Respati Fitri. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Dua Satria
Offset
Atoilah, Elang Mohamad & Engkus Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: In Media
Bulecheck, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2016). Nursing Intervetions
Classification (NIC) (6th ed.).
Ernawati. 2012. Buku Ajar Konsep DAN Aplikasi Keperawatan Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: TIM, 2012
Hasanah, Uswatun Dyah. 2016. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Penyakit Paru Obstruksi
Kronik Di RSKP Respira Yogyakarta. Tersedia pada
http://eprints.ums.ac.id/45337/28/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf. Diakses pada 16
Desember 2018
Hidayat A. Azis Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep Dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Kemenkes RI NOMOR 1022/MENKES/SK/XI/2008. 2008. Pedoman Pengendalian
Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Tersedia pada
http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk10222008.pdf. Diunduh pada 19
Desember 2018
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Tersedia pada
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil Riskesdas 2013. pdf.
Diunduh pada tanggal 14 Desember 2018
Moorhead, S., Johnson, M., L. Mass, M., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classifications (NOC) (5th ed.).
NANDA International. 2015. NANDA International Inc. Diagnosa Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 (Budi Anna Keliat, et al, Penerjemah). Jakarta: EGC
Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). PPOK (Penyakit paru Obstruktif Kronik),
pedoman praktis diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia; 2011.
Potter & Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,dan Prakti Edisi
7.Jakarta: EGC
Price and Wilson. 2012. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Tarwoto dan Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
WHO (2015). Global health risks: mortality and burden of disease attributable to selected
major risks. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PADANG
JLN. SIMP. PONDOK KOPI SITEBA NANGGALO PADANG TELP. (0751) 7051300
PADANG 25146
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan Utama Masuk :
Tn. A masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil
Padang tanggal 10 Maret 2019 jam 22.19 WIB ,
dengan keluhan sesak nafas nafas sejak 3 hari yang lalu
disertai batuk, batuk- batuk sejak 1 bulan yang lalu namun
meningkat sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk
berdahak, dahak sukar umtuk dikeluarkan dan disertai
demam hilang timbul.
b. Minum
Sehat : ± 1500 cc dalam sehari
Sakit : ± 1800 cc dalam sehari
c. Tidur
Sehat : Siang : 2 jam, tidur nyenyak
Malam :6-7 jam, tidur nyenyak
d. Mandi
Sehat : 1-2x sehari
Sakit : 1x sehari
e. Eliminasi
Sehat :BAB : 1 kali sehari
BAK : ± 5-6 kali sehari
Sakit :BAB : 1 kali dua hari, tekstur lembek
BAK : ± 4-5 kali sehari
f. Aktifitas pasien
Sehat : Tn. A dapat beraktifitas dengan baik
Sakit :Tn. A tidak bisa menjalankan aktivitasnya
seperti biasa karena sesak napas bila
beraktivitas
6. Pemeriksaan Fisik
Tinggi / Berat Badan : 170 cm / 60 kg
Tekanan Darah : 150/80 mmHg
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 110 X / Menit
Pernafasan : 24 X / Menit
Rambut : Kepala normochepal, dengan bentuk wajah oval dan
terlihat cukup bersih, Pada rambut klien tampak sudah
ditumbuhi uban
Mata : Mata simetris kiri dan kanan konjungtiva anemis (+) , dan
sklera ikterik (-) dan penglihatan masih baik tidak ada keluhan.
7. Data Psikologis
Status emosional : Baik, terlihat kekita berbicara dengan perawat mengenai
penyakitnya pasien terlihat senang.
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi
( NOC ) ( NIC )
1. Ketidakefektifab bersihan jalan NOC: NIC:
napas b/d sekresi yang tertahan Status Pernapasan: Manajemen Jalan
Kepatenan Jalan Napas:
Napas: 1. Posisikan pasien
Setelah dilakukan untuk
asuhan keperawatan memaksimalkan
didapatkan ventilasi.
Kriteria Hasil: 2. Lakukan
1. Frekuensi Fisioterapi dada,
pernapasan normal. sebagaimana
2. Irama mestinya.
pernapasan normal. 3. Buang sekret
3. Kedalaman dengan memotivasi
inspirasi normal. pasien untuk
4. Frekuensi melakukan batuk
pernapasan normal. atau menyedot.
5. Irama 4. Motivasi pasien
pernapasan normal. untuk bernapas
6. Kedalaman pelan, dalam.
inspirasi normal. berputar, dan
7. Pasien mampu batuk.
untuk mengeluarkan 5. Instruksikan
sekret. bagaiman agar bisa
8. Tidak ada suara melakukan batuk
napas tambahan. efektif.
9. Tidak ada 6. Auskultasi suara
pernapasan cuping napas, catat area
hidung. yang ventilasinya
10. Tidak dispnea menurun atau tidak
saat istirahat. ada dan adanya
11. Tidak dispnea suara tambahan.
dengan aktivitas 7. Posisikan untuk
ringan. meringankansesak
12. Tidak ada napas.
penggunaan otot 8. Monitor
bantu napas. pernapasan dan
13. Tidak ada batuk. oksigenasi,
sebagaimana
mestinya.
15 Ketidakefektifan S: Pasien
Maret bersihan jalan napas mengatakan masih
2019 b.d sekresi yang 1. Mengauskultasi ada batuk tetapi
tertahan suara napas pasien : sudah berkurang
auskultasi suara napas O: Pasien tampak
terdapat suara ronki tidak terlalu sesak
2. Mengatur posisi napas, RR 21x/i
pasien dalam keadaan A: Masalah teratasi
semifowler sebagian
3. Melihat kembali cara P: Intervensi
batuk efektif dilanjutkan
4. Melakukan
fisioterapi dada
5. Kolaborasi
pemberian combivent
dengan nebulizer
16 Ketidakefektifan S: Pasien
Maret bersihan jalan napas mengatakan masih
2019 b.d sekresi yang ada batuk tetapi
tertahan 6. Mengauskultasi sudah berkurang
suara napas pasien : O: Pasien tampak
auskultasi suara napas tidak terlalu sesak
terdapat suara ronki napas, RR 21x/i
7. Mengatur posisi A: Masalah teratasi
pasien dalam keadaan sebagian
semifowler P: Intervensi
8. Melihat kembali cara dilanjutkan
batuk efektif
9. Melakukan
fisioterapi dada
10. Kolaborasi
pemberian combivent
dengan nebulizer
Ketidakefektifan pola S: Pasien
napas b.d keletihan mengatakan terasa
otot pernapasan sesak napas
3.Mengukur tanda- berkurang
tanda vital pasien O: sesak napas
4.Memonitor oksigen pasien tampak
berkurang, RR 21x/i
A: Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
17 Ketidakefektifan S: Pasien
Maret bersihan jalan napas mengatakan masih
2019 b.d sekresi yang ada batuk tetapi
tertahan sudah berkurang
11. Mengauskultasi O: Pasien tampak
suara napas pasien : tidak terlalu sesak
auskultasi suara napas napas, RR 21x/i
terdapat suara ronki A: Masalah teratasi
12. Mengatur posisi sebagian
pasien dalam keadaan P: Intervensi
semifowler dilanjutkan
13. Melihat kembali
cara batuk efektif
14. Melakukan
fisioterapi dada
15. Kolaborasi
pemberian combivent
dengan nebulizer
Ketidakefektifan pola S: Pasien
napas b.d keletihan mengatakan terasa
otot pernapasan sesak napas
berkurang
5.Mengukur tanda- O: sesak napas
tanda vital pasien pasien tampak
6.Memonitor oksigen berkurang, RR 21x/i
A: Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
18 Ketidakefektifan S: Pasien
Maret bersihan jalan napas mengatakan masih
2019 b.d sekresi yang ada batuk
tertahan O: Pasien tampak
sesak napas, RR
6.Mengauskultasi suara 20x/i
napas pasien : A: Masalah teratasi
auskultasi suara napas sebagian
terdapat suara ronki P: Intervensi
7.Mengatur posisi dilanjutkan
pasien dalam keadaan
semifowler
8.Mengajarkan cara
batuk efektif S: Pasien
Ketidakefektifan pola 9.Kolaborasi mengatakan sesak
napas b.d keletihan pemberian combivent napas sudah tidak
otot pernapasan dengan nebulizer ada
O: Pasien tampak
sesak, RR 20x/i
4. Mengukur tanda- A: Masalah teratasi
tanda vital pasien sebagian
5. Menginspeksi dada P : Intervensi
6. Memonitor oksigen dilanjutkan