Anda di halaman 1dari 97

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI


PADA PASIEN FRAKTUR DI RUANG NURI RS TK. III
Dr. REKSODIWIRYO PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

SRI WAHYUNI
NIM: 163110185

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI


PADA PASIEN FRAKTUR DI RUANG NURI RS TK. III
Dr. REKSODIWIRYO PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai Persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya


Keperawatan di Pendidikan Diploma III Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang

SRI WAHYUNI
NIM: 163110185

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
2019

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri Pada Pasien Fraktur Di Ruang Nuri RS Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang 2019”. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan Bapak dan Ibu serta dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi peneliti
untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat,


Ibu Hj. Efitra, S.Kp, M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Ns. Yessi
Fadriyanti, M.Kep selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Burhan Muslim, S.KM, M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang.
2. Bapak Letkol Ckm dr. Syahrial, Sp.B selaku Karumkrit Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang beserta Staf Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang
peneliti perlukan.
3. Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreini, S.Pd, M.Kep, Sp.KMB selaku Ketua
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Padang.
4. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep, Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Padang.
5. Bapak/Ibu dosen serta staf Program Studi Keperawatan Padang Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang yang telah memberikan bekal
ilmu untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

iv
6. Bapak/Ibu Petugas dan Staf Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang peneliti
perlukan.
7. Bapak/Ibu perpustakaan Poltekkes Kemenkes Padang, Universitas Andalas
yang telah berkenan untuk memberikan pelayanan dengan sabar kepada
peneliti.
8. Kepada Keluarga teristimewa untuk Ibunda Zulhelmi S.Pd tercinta yang telah
memberikan semangat, dorongan, dan masukan yang tiada terhingga. Tiada
kata yang dapat Ananda utarakan selain terima kasih banyak dan doa yang
tiada terhingga kepada Allah SWT untuk selalu memberikan kesehatan,
rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti.
9. Kepada kakak, abang, sahabat-sahabat, teman sepermainan yang telah
memberikan semangat, masukan, dorongan dan saran dalam membantu
penulisan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Kepada teman-temanku yang senasib dan seperjuangan Mahasiswa Politeknik
kesehatan Padang Program Studi D-III Keperawatan Padang tahun 2019.
Terimakasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada peneliti.

Peneliti menyadari masih ada beberapa kekurangan dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah, dan berharap kritikan, masukan, ataupun saran demi kesempurnaan Karya
Tulis Ilmiah.

Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga bentuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga
nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan. Amin.

Padang, 27 Mei 2019

Peneliti

v
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah, Mei 2019


Sri Wahyuni

Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Pasien Fraktur


Di Ruangan Nuri RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2019

Isi: xiii + 53 halaman + 1 gambar + 2 table + 11 lampiran

ABSTRAK

Angka kejadian fraktur di RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tiap tahunnya
mengalami peningkatan yaitu sebanyak 478 kasus pada tahun 2017 (Januari –
Desember) dan 486 kasus pada tahun 2018 (Januari – November). Tujuan
penelitian untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien fraktur di RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang.

Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Tempat penelitian di


Ruang Nuri RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang yang dilakukan pada bulan
November 2018 sampai bulan Juni 2019. Populasi penelitian adalah pasien fraktur
yang mengalami nyeri. Sampel penelitian diambil satu orang dengan
menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dengan cara
wawancara, pemeriksaan fisik dan pengukuran. Analisa dilakukan dengan
membandingkan antara teori dengan kondisi partisipan penelitian.

Hasil penelitian didapatkan masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
fisik, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
dan ansietas berhubungan dengan ancaman status terkini. Rencana keperawatan
yang dilakukan adalah manajemen nyeri teknik relaksasi nafas dalam pada pasien,
pengaturan posisi, serta pemantauan tanda-tanda vital. Hasil evaluasi
keperawatan pada hari ke lima pasien sudah dapat mengatasi nyeri dan intervensi
dilanjutkan dengan rutin melakukan teknik relaksasi nafas dalam dirumah.

Melalui direktur diharapkan perawat ruangan dapat melanjutkan tindakan


keperawatan dan menerapkan latihan teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengontrol nyeri pada pasien fraktur.

Kata Kunci (Key word) : Nyeri, Fraktur, Asuhan Keperawatan


Daftar Pustaka : 25 (2009-2018)

vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Wahyuni

NIM : 163110185

Tempat / Tanggal Lahir :Bonjol / 20 April 1998

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Orang Tua : Ayah : (Alm) Irfan

Ibu : Zulhelmi, S.Pd

Alamat : Kp. Alai Ganggo Mudiak, Bonjol, Kabupaten


Pasaman

Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Tahun Ajaran

1 TK Pertiwi 2003 - 2004

2 SD N 01 Bonjol 2004 - 2010

3 SMP N 1 Bonjol 2010 - 2013

4 SMA N 1 Bonjol 2013 - 2016

5 D-III Keperawatan Padang, Poltekkes 2016 - 2019

Kemenkes RI Padang

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................... vi
LEMBAR ORISINALITAS ...................................................................... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Nyeri ..................................................................................... 8
1. Definisinyeri ................................................................................. 8
2. Etiologi nyeri ................................................................................ 8
3. Klasifikasi nyeri ........................................................................... 9
4. Respon tubuh terhadap nyeri ...................................................... 11
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri ................................... 13
6. Penyebab nyeri ........................................................................... 15
7. Tanda dan akibat nyeri ............................................................... 16
8. Pengukuran skala nyeri .............................................................. 17
9. Penatalaksanaan nyeri ................................................................ 19
B. Konsep Nyeri pada Fraktur .............................................................. 20
1. Defenisi nyeri pada fraktur......................................................... 20
2. Patofisiologi nyeri pada fraktur .................................................. 20
3. Respon nyeri pada fraktur .......................................................... 21
C. Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri..................... 22
1. Pengkajian Keperawatan ............................................................ 22
2. Diagnosa keperawatan ............................................................... 26
3. Intervensi keperawatan............................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian .............................................................................. 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 30
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 30
D. Alat dan Instrumen ........................................................................... 32
E. Cara Pengumpulan Data ................................................................... 33
F. Jenis-jenis Data ................................................................................ 35
G. Rencana Analisis .............................................................................. 35

ix
BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian.............................................................. 36
B. Hasil Penelitian ................................................................................ 36
C. Pembahasan Kasus ........................................................................... 42
1. Pengkajian ................................................................................. 42
2. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 44
3. Intervensi Keperawatan ............................................................. 46
4. Implementasi Keperawatan ....................................................... 48
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ...................................................................................... 50
B. Saran ................................................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 52

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skala Nyeri ............................................................................... 18

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Nyeri Akut dengan Nyeri Kronik.......................... 11

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan................................................................ 26

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Laporan Asuhan Keperawatan pada Partisipan

Lampiran 2 Lembar Konsultasi Proposal KTI Pembimbing 1

Lampiran 3 Lembar Konsultasi Proposal KTI Pembimbing 2

Lampiran 4 Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 1

Lampiran 5 Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 2

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang

Lampiran 8 Surat Informed Consent

Lampiran 9 Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 10 Daftar Hadir Penelitian

Lampiran 11 Ganchart

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun
psikologis, yang tentunya bertujuan untuk kehidupan dan kesehatan.
Kebutuhan manusia di pandang sebagai suatu keterpaduan, keseluruhan
yang terorganisir yang mendorong untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori
hierarki. Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima
kebutuhan dasar. Tingkatan pertama kebutuhan fisiologis seperti
kebutuhan oksigen, cairan, nutrisi, dan kebutuhan istirahat. Tingkatan
kedua rasa nyaman seperti bebas dari rasa takut dan cemas, bebas dari
nyeri. Tingkatan ketiga rasa cinta seperti memberi dan menerima kasih
sayang. Tingkatan keempat harga diri seperti perasaan tidak bergantung
pada orang lain. Tingkatan kelima aktualisasi diri (Andri & Wahid, 2016).

Kebutuhan dasar manusia salah satunya yaitu kebutuhan rasa nyaman.


Kebutuhan rasa nyaman yang dimaksud adalah kebutuhan rasa nyaman
dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis, salah satunya
adalah bebas dari rasa nyeri. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri
merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien
yang ditunjukkan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien. Nyeri
merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan , bersifat
sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam
hal skala atau tingkatannya dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Potter &
Perry, 2012).

Nyeri yang di akibatkan oleh trauma berkaitan dengan terganggunya


serabut saraf reseptor nyeri. Serabut reseptor ini terletak dan tersebar pada

Poltekkes Kemenkes Padang


2

lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam
(Susanto & Yuni, 2017). Trauma pada jaringan yang menjadi sumber
stimulus nyeri dapat dirasakan pada pasien dengan penyakit kanker, luka
bakar, gastritis, penyakit jantung dan salah satunya yaitu fraktur.Fraktur
merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang baik yang bersifat total
maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang
yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

Trauma yang mengakibatkan fraktur bisa diakibatkan oleh


kecelakaan.Pada umumnya orang yang mengalami fraktur karena
kecelakaan akan mengalami nyeri.Lembaga kesehatan dunia dibawah
naungan PBB (WHO, 2017) merilis The Global Report on Road Safety
yang menampilkan angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi sepanjang
tahun di 180 negara. Faktanya yang tertinggi mengalami kecelakaan
adalah Veniezuela 4,5%. Indonesia menjadi negara kelima di ASEAN
dengan angka kejadian 15,3%. Meskipun Indonesia secara data memang
menduduki peringkat kelima namun dilihat dari persentase statistik dari
angka kejadian Indonesia mengalami kenaikan.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) cedera di jalan


raya pada tahun 2013 sebanyak 42,8% mengalami penurunan jika
dibandingkan pada tahun 2018 yaitu sebanyak 31,4%, sedangkan kejadian
kecelakaan lalu lintas di Indonesia terjadi sebanyak 2,2%, yang mana
kecelakaan lalu lintas yang tinggi terjadi di Sulawesi Utara sebanyak
3,5%, di Sulawesi Selatan sebanyak 3,4%, di Sulawesi Tengah sebanyak
3,3%, di Sumatera Barat 2,5% dan paling rendah terjadi di Jambi sebanyak
1,1% (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data dari Sumbar pada tahun 2017 tercatat kasus kecelakaan
di Sumatera Barat sebanyak 576 kasus, dengan jumlah korban tercatat
sebanyak 1.047 orang, dengan rincian meninggal dunia sebanyak 51
orang, luka berat sebanyak 333 orang, dan luka ringan sebanyak 663

Poltekkes Kemenkes Padang


3

orang, pada tahun 2018 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 614 kasus
dengan jumlah korban tercatat sebanyak 1.019 orang, dengan rincian
meninggal dunia sebanyak 60 orang, luka berat sebanyak 98 orang, dan
luka ringan sebanyak 861 orang.

Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Perhubungan dan Komunikasi


Informasi Sumatera Barat pada tahun 2016 tercatat 2.157 kecelakaan lalu
lintas. Kota Padang merupakan angka tertinggi dengan 540 kejadian,
disusul Kabupaten Padang Pariaman 315 kejadian dan Kota Pariaman 279
kejadian (Dishub, 2016).

Dampak nyeri pada fraktur secara fisik dapat terjadi denyut jantung
meningkat, tekanan darah meningkat dan frekuensi pernafasan meningkat,
pucat dan berkeringat. Dampak pada efek perilaku pasien biasanya pasien
menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang khas dan berespon
secara vocal. Pasien seringkali meringis, mengerutkan dahi, menggigit
bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot, dan menghindari
kontak sosial. Dampak pada aktivitas sehari-hari seperti mengalami
kesulitan dalam melakukan tindakan hygine normal dan dapat
mengganggu aktivitas sosial (Andri & Wahid, 2016).

Peran perawat pada gangguan rasa nyaman nyeri yaitu melakukan


pengkajian terhadap nyeri secara komprehensif meliputi skala, lokasi,
pengalaman nyeri, sebelum melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat
perlu memahami makna nyeri pada setiap individu tidak sama dan perawat
harus memahami bahwa hanya pasien yang mengetahui karakteristik dari
nyeri tersebut. Pengkajian secara kualitatif dapat dinilai dari
mendengarkan gambaran nyeri yang dirasakan oleh individu seperti
intensitas nyeri, karakteristik nyeri, faktor-faktor yang meredakan nyeri,
efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari dan kekhawatiran
individuterhadap nyeri. Penilaian nyeri secara kuantitatif dapat
dilakukan dengan menggunakan skala nyeri. Pengkajian masalah nyeri

Poltekkes Kemenkes Padang


4

dapat dilakukan adalah adanya riwayat nyeri, pengkajian dapat


dilakukan dengan berpedoman pada provocating, quality, region,
severity (scale), dantime (PQRST).Setelah melakukan pengkajian perawat
dapat merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun intervensi
keperawatan, melakukan implementasi keperawatan dan melakukan
evaluasi keperawatan berdasarkan hasil dari tindakan keperawatan.
Perawat berperan dalam memberikan asuhan keperawatan secara
profesional dan komprehensif yang meliputi: pelaksanaan manajemen
penanganan nyeri (Nur Intan Hayati, 2014).

Berdasarkan diagnosa yang diambil dari buku NANDA (2015-2017)


masalah keperawatan yang mungkin muncul diantaranya nyeri akut,
hambatan mobilitas fisik dan defisit perawatan diri. Perawat dapat
melakukan intervensi secara mandiri maupun kolaboratif untuk mengatasi
nyeri dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan farmakologis
dan non-farmakologis. Pendekatan farmakologis merupakan pendekatan
kolaborasi antara dokter dengan perawat yang menekankan pada
pemberian obat yang mampu menghilangkan rasa nyeri pada klien.
Sedangkan pendekatan non-farmakologis merupakan pendekatan untuk
menghilangkan rasa nyeri dengan menggunakan teknik manajemen nyeri
seperti teknik relaksasi, distraksi, stimulus dan imajinasi terbimbing
(Brunner & Suddart, 2013).

Aktivitas keperawatan yang dapat dilakukan dengan pendekatan non-


farmakologis dapat membantu dalam mengatasi nyeri pada klien. Metode
pereda nyeri non farmakologis biasanya mempunyai resiko yang sangat
rendah. Manajemen nyeri non farmakologis efektif terhadap nyeri ringan
hingga berat, tapi tindakan ini bukan merupakan pengganti untuk obat-
obatan, tindakan ini mungkin diperlukan atau sesuai untuk mempersingkat
episode nyeri yang berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Nyeri
sedang sampai berat dapat diatasi dengan mengkombinasikan teknik non
farmakologis dan obat-obatan, cara ini akan lebih efektif dalam mengatasi

Poltekkes Kemenkes Padang


5

nyeri dibanding hanya dengan penggunaan obat saja (Brunner & Suddarth,
2013).

Penelitian (Rivaldi, dkk, 2015) di Irna A RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou


Manado terdapat 16 pasien yang mengalami fraktur, diantaranya terdapat
13 (81,3%) yang mengalami nyeri sedang dan 3 (18,8%) yang mengalami
nyeri ringan. Setelah dilakukan terapi musik pada 13 pasien yang
mengalami nyeri sedang, didapatkan hasil 13 pasien mengalami penurunan
nyeri ke nyeri ringan.

Penelitian Syaiful, Yianita dan Sigit (2014) di Ruangan Dahlia RSUD


Ibnu Sina Gresik terdapat 10 responden post operasi fraktur femur dan
semua responden mengalami nyeri ringan. Setelah dilaksanakan teknik
relaksasi nafas dalam ditemukan pasien yang mengalami penurunan nyeri,
nyeri ringan terdapat sebanyak 8 (80%), nyeri sedang sebanyak 2 (20%).

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Tk.III Dr.
Reksodiwiyo Padang pada tahun 2017 sampai 2018 mengalami
peningkatan, pada bulan Januari sampai Desember tahun 2017 di dapatkan
kasus fraktur sebanyak 478 kasus dan dari bulan Januari sampai November
tahun 2018 di dapatkan kasus fraktur sebanyak 486 kasus.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti diruangan Nuri RS


Tk.III Dr. Reksodiwiryo Padang pada tanggal 07 Desember 2018 terhadap
empat orang pasien dengan fraktur, pasien mengalami masalah dengan
kenyamanan akibat nyeri yang dirasakannya. Saat dilakukan pengamatan
diruangan, perawat ruangan sudah ada melakukan pengkajian nyeri.
Pengkajian awal mengenai nyeri yang dilakukan yaitu mengkaji penyebab
nyeri (Provoking Incident), dimana nyeri dirasakan (Region), gambaran
nyeri yang dirasakan (Quality of Pain), seberapa jauh nyeri yang dirasakan
(Severy/Scale) dan seberapa lama nyeri berlangsung (Time). Hasil
wawancara yang dilakukan pada seorang perawat ruangan,

Poltekkes Kemenkes Padang


6

penatalaksanaan nyeri yang diberikan yaitu kolaborasi pemberian obat


analgetik dan menganjurkan pasien melakukan teknik relaksasi nafas
dalam. Hasil observasi yang dilakukan pada empat orang pasien saat
melakukan teknik nafas dalam, pasien tidak melakukan dengan benar.
Hasil wawancara terhadap empat orang pasien, semua pasien mengatakan
belum tahu tentang teknik relaksasi yang lain untuk mengatasi nyeri hanya
tahu satu teknik yaitu nafas dalam. Hasil dokumentasi tidak ditemukan
perawat mengajarkan teknik nafas dalam hanya menganjurkan pasien
melakukan teknik relaksasi nafas dalam.

Berdasarkan fenomena diatas peneliti telah melakukan penelitian study


kasus dengan asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri pada
pasien fraktur di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun
2019.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana asuhan keperawatan
gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien fraktur di Rumah Sakit Tk.III Dr.
Reksodiwiryo Padang tahun 2019”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mendeskripsikan asuhan
keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien fraktur di
Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2019.

2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian gangguan rasa nyaman nyeri
pada pasien fraktur di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang tahun 2019.

Poltekkes Kemenkes Padang


7

b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatangangguan rasa


nyaman nyeri pada pasien fraktur di Rumah Sakit Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang tahun 2019.
c. Mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan gangguan rasa
nyaman nyeri pada pasien fraktur di Rumah Sakit Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang tahun 2019.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan gangguan rasa nyaman
nyeri pada pasien fraktur di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang tahun 2019.
e. Mendeskripsikan evaluasi tindakan keperawatan gangguan rasa
nyaman nyeri pada pasien fraktur di Rumah Sakit Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata
dalam mengaplikasikan ilmu riset keperawatan dengan masalah
penelitian tentang asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri
pada pasien fraktur.

2. Institusi Poltekkes Kemenkes RI Padang


Hasil penelitian dapat menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa
prodi D-III Keperawatan Padang dan berguna sebagai data dasar untuk
peneliti selanjutnya.

3. Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang


Hasil penelitian dapat menjadi informasi bagi perawat di Rumah Sakit
Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang dalam meningkatkan asuhan
keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien fraktur.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Nyeri


1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
Nyeri bersifat sangat individual da tidak dapat diukur secara subjektif,
serta hanya pasien yang dapat merasakan adanya nyeri. Nyeri
merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi
diri. Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku
(Heriana, 2014).

Nyeri merupakan persepsi sensori dari rangsangan psikis atau fisik


maupun lingkungan yang diinterpretasi oleh otak sehingga
menimbulkan reaksi terhadap rangsangan tersebut(Virginia Bruke
dalam Engkus, 2013).

Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP),


nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional tidak
menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial
dan aktual.

2. Etiologi Nyeri
Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, diantaranya:
a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat
terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada
reseptor.
b. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat
terjadinya penekanan pada reseptor nyeri.
c. Tumor, dapat juga menekan reseptor nyeri

Poltekkes Kemenkes Padang


9

d. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blockade pada arteria


koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya
asam laktat.
e. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik (Hidayat, 2009).

Menurut NANDA(2015-2017), menyebutkan bahwa faktor agen cedera


yang berhubungan dengan nyeri, sebagai berikut:
a. Agen cedera biologis, seperti: gangguan pada jaringan tubuh, iskemia
pada jaringan, sumbatan pada saluran tubuh, edema, tumor dan
lainnya.
b. Zat kimia, seperti: tersentuh asam atau basa yang kuat.
c. Fisik, seperti: abses, amputasi,luka bakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur bedah, olahraga berlebihan, trauma mekanik (benturan,
gesekan, dan luka), trauma elektrik (aliran listrik) pada jaringan tubuh.
d. Psikologis

3. Klasifikasi Nyeri
Nyeri yang diklasifikasikan berdasarkan tempat, sifat, dan berat
ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan.
a. Nyeri Berdasarkan Tempatnya
Nyeri berdasarkan tempat dapat dibedakan menjadi:
1) Pheriperal pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh,
misalnya pada kulit atau mukosa.
2) Deep pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang
lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.
3) Refered pain yaitu nyeri dalam yang disebabkan penyakit organ
atau struktur dalam tubuh yang di transmisikan kebagian tubuh
di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
4) Central pain yaitu nyeri yang terjadi akibat rangsangan pada
sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, hipothalamus, dan
lain-lain.

Poltekkes Kemenkes Padang


10

b. Nyeri Berdasarkan Sifat


1) Incidental pain yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu
menghilang
2) Steady pain yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta
dirasakan dalam waktu lama
3) Paroxymal pain yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi
dan sangat kuat. Nyeri ini biasanya menetap selama 10-15
menit, lalu menghilang kemudian timbul lagi.

c. Nyeri Berdasarkan Berat Ringannya


1) Nyeri ringan yaitu nyeri dengan intensitas rendah
2) Nyeri sedang yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi
3) Nyeri berat yaitu nyeri dengan intensitas tinggi

d. Nyeri Berdasarkan Lama Waktu penyerangan


1) Nyeri akut
2) Nyeri kronis

Susanto & firiana (2017) mengklasifikasikan nyeri menjadi dua, yaitu:


a. Nyeri akut
Nyeri akut yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat
dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri
dapat diketahui dengan jelas. Rasa nyeri diduga ditimbulkan dari
luka, misalnya luka operasi atau akibat penyakit tertentu.

b. Nyeri kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang dirasakan lebih dari enam
bulan. Nyeri kronis ini memiliki pola yang beragam dan bisa
berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, ragam pola
nyeri ini ada yang nyeri dalam periode tertentu yang diselingi
dengan interval bebas dari nyeri, lalu nyeri akan timbul kembali.
Ada pula nyeri kronis yang konstan yaitu rasa nyeri yang terus

Poltekkes Kemenkes Padang


11

menerus terasa, bahkan semakin meningkat intensitasnya walaupun


telah diberikan pengobatan.

Tabel 2.1
Perbandingan Nyeri Akut dengan Nyeri Kronis

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis


Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status
eksistensi
Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui atau
penyakit dari dalam pengobatan yang terlalu
lama
Serangan Mendadak Bisa mendadak,
berkembang,dan
berselubung
Waktu Sampai enam bulan Lebih dari enam bulan
sampai bertahun-tahun
Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit
diketahui dengan pasti dibedakan
intensitasnya, sehingga
sulit dievaluasi
(perubahan perasaan)
Gejala-gejala klinis Pola respons yang khas Pola respon yang
dengan gejala yang bervariasi dengan
lebih jelas sedikit gejala (adaptasi)
Pola Terbatas Berlangsung terus dapat
bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang Penderitaan meningkat
setelah beberapa saat setelah beberapa saat
Sumber: Hidayat (2014)

4. Respon Tubuh Terhadap Nyeri


a. Respon fisiologis
Pada saat implus nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang
otak dan talamus, sitem saraf otonom menjadi terstimulus sebagai
bagian dari respons stress. Nyeri dengan intensitas ringan hingga
sedang dan nyeri yang superficial menimbulkan reaksi “flight-atau-
fight”, yang merupakan sindrom adaptasi umum. Stimulus pada
cabang simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan respons
fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus menerus secara tipikal

Poltekkes Kemenkes Padang


12

akan melibatkan organ-organ visceral, sistem saraf parasimpatik


menghasilkan suatu aksi. Respons fisisologis terhadap nyeri sangat
membahayakan individu. Kecuali pada kasus-kasus nyeri berat
menyebabkan individu mengalami syok, kebanyakan individu
mencapai tingkat adaptasi, yaitu tanda-tanda fisik kembali normal.
Dengan demikian klien yang mengalami nyeri tidak akan selalu
memperlihatkan tanda-tanda fisik (Wahyudi dan Wahid, 2016).

Nyeri akut respon yang akan timbul segera dan merangsang


aktivitas saraf simpatis yang manifestasinya berupa:
a. peningkatan denyut nadi
b. peningkatan pernafasan
c. peningkatan tekanan darah
d. pucat
e. lembab dan berkeringat
f. dilatasi pupil

Nyeri kronis akan merangsang aktivitas saraf parasimpatis dengan


manifestasi sebagai berikut:
a. penurunan tekanan darah
b. penurunan denyut nadi
c. kostriksi pupil
d. kulit kering
e. panas

b. Repon prilaku
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan tubuh yang
khas dan ekspresi wajah ang mengidikasikan nyeri dapat
ditunjukan oleh pasien sebagai respons perilaku terhadap nyeri.
Respons tersebut seperti mengerutkan dahi, gelisah, memalingkan
wajah ketika dia ajak bicara (Wahyudi Dan Wahid, 2016).

Poltekkes Kemenkes Padang


13

Adapun menurut Engkus, 2013 beberapa respon perilaku yang


timbul pada orang yang mengalami nyeri adalah ekspresi wajah
mengatupkan geraham, menggigit bibir, meringis, apasia, bingung
dan disorientasi.

5. Factor-faktor yang mempengaruhi nyeri


Menurut Wahyudi dan Wahid, 2016 faktor-faktor yang mempengaruhi
nyeri sebagai berikut:
a. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak-anak dan lansia. Anak kecil mempunyai
kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat
yang menyebakan nyeri. Anak-anak juga mengalami kesulitan
secara verbal dalam mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri.
Sedangkan pasien yang berusia lanjut, memiliki risiko tinggi
mengalami situasi yang membuat mereka merasakan nyeri akibat
adanya komplikasi penyakit dan degeneratif.

b. Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya
menganggap bahwa seseorang anak laki-laki harus berani dan tidak
boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis
dalam situasi yang sama. Namun secara umum, pria dan wanita
tidak berbeda secara bermakna dalam berespons terhadap nyeri.

c. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah
sesuatu yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih
perilaku yang tertutup (introvert). Sosialisasi budaya menentukan
perilaku psikologi seseorang. Dengan demikian hal ini dapat
mempengaruhi pengeluaran fisiologi opial endogen sehingga
terjadilah persepsi nyeri.

Poltekkes Kemenkes Padang


14

d. Makna nyeri
Individu akan mempersepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri
tersebut member kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan
tantangan. Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

e. Perhatian
Tingkat seorang pasien pasien memfokuskan perhatiannya pada
nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang
meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan
upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons nyeri
yang menurun.

f. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri tetapi nyeri juga
dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas
tidak mendapat perhatian dapat menimbulkan suatu masalah
penatalaksanaan.

g. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan persepsi
nyeri.

h. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun
tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri
dengan lebih mudah di masa datang.

Poltekkes Kemenkes Padang


15

i. Gaya koping
Individu yang memiliki lokus kendali internal mempersepsikan diri
mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan
mereka dan hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya,
individu yang memiliki lokus kendali eksternal mempersepsikan
factor lain di dalam linkungan mereka seperti perawat sebagai
individu yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir suatu
peristiwa.

j. Dukungan keluarga dan social


Kehadiran orang-orang terdekat pasien dan bagaimana sikap
mereka terhadap pasien mempengaruhi respons nyeri. Pasien
dengan nyeri memerlukan dukungan, bantuan dan perlidungan
walaupun nyeri tetap dirasakan namun kehadiran orang yang
dicintai akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.

6. Penyebab nyeri
Menurut Engkus, 2013 penyebab nyeri ada 2 yaitu:
1. Trauma
a. Trauma mekanik, berupa benturan, gesekan, luka dan lain-lain
akan merangsang nyeri akibat reseptor nyeri mengalami
kerusakan.
b. Trauma thermik seperti panas api, air atau dingin yang
berlebihan akan merangsang resptor nyeri.
c. Trauma kimia seperti tersentuh asam atau basa yang kuat
d. Trauma elektrik seperti aliran listrik yang kuat akan merangsang
reseptor nyeri akibat kejang otot atau kerusakan reseptor nyeri.
2. Neoplasma
a. Neoplasma jinak akan menyebabkan penekanan pada ujung
saraf reseptor nyeri.

Poltekkes Kemenkes Padang


16

b. Neoplasma ganas akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang


mengandung reseptor nyeri dan akibat tarikan, jepitan atau
metastase dari kanker.
3. Peradangan seperti abses, pleuriti akan mengakibatkn kerusakan
saraf reseptor nyeri dan akibat adanya perangan atau akibat
penekanan dari pembenhkakan jaringan.
4. Gangguan sirkulasi darah dan pembuluh darah.
5. Trauma psikologis

7. Tanda dan akibat nyeri


Menurut Andri dan Wahyudi, 2016 seperti:
1. Tanda dan gejala fisik
Tanda fisiologis dapat menunjukan nyeri pada klien yang berupaya
untuk tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat
penting untuk mengkaji tanda tanda vital dan pemeriksaan fisik
termasuk mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Pada saat nyeri
ada beberapa hal yang terjadi seperti:
a. Tekanan darah meningkat
b. Nadi menigkat
c. Pernfasan meningkat
d. Nafsu makan menurun
e. Perasaan tidak nyaman

2. Efek perilaku
Pasien yang mengalami nyeri menunjukan ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang khas dan beresepons secara vocal serta
mengalami kerusakan interaksri social. Biasanya yang terjadi
seperti:
a. Meringis
b. Mengerutkan dahi
c. Menggigit bibir
d. Gelisah, takut dan cemas

Poltekkes Kemenkes Padang


17

e. Imobilisasi
f. Insomnia dan putus asa
g. Depresi

3. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari


Pasien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu
berpartisipasi dalam aktivitas rutin, seperti:
a. Kesulitan dalam tindakan hygiene normal
b. Hambatan dalam pergaulan
c. Perpecahan dalam keluarga
d. Hambatan dalam pekerjaan

4. Gangguan spiritual

8. Pengukuran skala nyeri


Intensitas nyeri dapat diukur dengan beberapa cara, antara lain dengan
menggunakan skala nyeri menurut Hyward, skala nyeri menurut
McGill (Mc Gill scale), dan skala wajah atau wong- baker FACES
Ratting scale(Saputra, 2013).
a. Skala Nyeri menurut Hayward
Pengukuran itensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri
Hayward dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih
salah satu bilangan (dari 0-10) yang menurutnya paling
menggambarkan pengalaman nyeri yang ia rasakan.

Skala nyeri menurut Hayward dapat dituliskan sebagai berikut :


1) 0 = tidak nyeri
2) 1-3= nyeri ringan
3) 4-6= nyeri sedang
4) 7-9= sangat nyeri, tetapi masih dapat dikendalikan dengan
aktivitas yang biasa dilakukan
5) 10= sangat nyeri dan tidak bisa dikendalikan

Poltekkes Kemenkes Padang


18

b. Skala Nyeri menurut McGill


Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri
McGill dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salah
satu bilangan (dari 0-5) yang menurutnya paling menggambarkan
pengalaman nyeri yang ia rasakan.

Skala nyeri menurut McGill dapat dituliskan sebagai berikut,


0 = tidak nyeri
1 = nyeri ringan
2 = nyeri sedang
3 = nyeri berat atau parah
4 = nyeri hebat
5 = nyeri sangat hebat

c. Skala Wajah atau Wong-Baker FACES Rating Scale


Pengukuran intensitas nyeri dengan skala wajah dilakukandengan
caramemperhatikan mimikwajah pasien pada saat nyeri
menyerang. Cara ini diterapkan pada pasien yang tidak dapat
menyatakan intensitas nyerinya dengan skala angka, misalnya
anak-anak dan lansia.

Wong-Baker FACES Rating Scale


Gambar 2.1

Poltekkes Kemenkes Padang


19

9. Penatalaksanaan nyeri
a. Farmakologi
Obat analgesik berfungsi untuk mengganggu atau menghalangi
transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi terhadap nyeri. Obat
analgeseik dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu analgesik golongan
natkotika dan analgesik bukan golongan narkotika.
1) Analgesik golongan narkotika
Analgesik golongan narkotika berfungsi untuk menurunkan
tekanan darah dan menimbulkan dan depresi pada fungsi vital,
misalnya repirasi. Contohnya adalah morphin sulfat, codein sulfat,
hydromorphone hydrocloride, meperidine hydrocloride,
methadone, dan pentazocine.
2) Analgesik golongan bukan narkotika
a. aspirin (asetysalicylic acid)
aspirin digunakan untuk menghilangkan rangsangan pada
sentral dan perifer serta kemungkinan menghambat sintesis
prostaglandin.obat ini berkhasiat setelah 15-20 menit dengan
efek puncak obat sekitar 1-2 jam.
b. Asetaminofen
Asetaminofen memiliki efek yang sama seperti aspirin. Akan
tetapi, asetaminofen tidak menimbulkan perubahan kadar
protrimbin.

c. nonsteroid anti inflamantory drug (NSAID)


NSAID dapat menghambat prostaglandin dan dalam dosis
rendah dapat berperan sebgai analgesic. Contoh obat jenis ini
adalah ibuprofen, menafenamic acid, fenaprofen, dan
zomepirac.

Poltekkes Kemenkes Padang


20

b. Non farmakologi
1) Metode pengalihan perhatian, misalnya dengan mendengarkan
musik, menonton televise, membaca buku atau majalah, atau
berbincang-bincang dengan orang lain.
2) Metode relaksasi, misalnya dengan menganjurkan pasien untuk
menarik nafas dalam sehingga paru-paru terisi penuh,
menghembuskan nafas secara perlahan, serta melemaskan otot-otot
tangan, kaki, perut, dan punggung. Ulangi hal ini beberapa kali
sampai tubuh terasa nyaman, tenang, dan rileks.
3) Menstimulasi kulit, misanya dengan aplikasi panas atau dingin,
menggosok daerah nyeri dengan lembut, serta menggosok
punggung.

B. Konsep Nyeri pada Fraktur


1. Defenisi Nyeri pada Fraktur
Nyeri pada fraktur secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu rasa
yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat, yang didapatkan terkait
dengan kerusakan jaringan tulang yang umumnya disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.

2. Patofisiologi Nyeri pada Fraktur


Tulang bersifat rapuh namun mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan, tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang
yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang
yang disebut fraktur (Wahid, 2013).

Akibat rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang tersebut sehingga


dapat menimbulkan rasa nyeri. Cara nyeri merambat dan dipersepsikan
oleh individu masih belum sepenuhnya dimengerti. Namun, bisa
tidaknya nyeri dirasakan oleh derajat nyeri tersebut mengganggu

Poltekkes Kemenkes Padang


21

dipengaruhi oleh sistem algesia tubuh dan transmisi sistem saraf seta
interpretas stimulus.

Nyeri yang dirasakan menimbulkan respon yang berbeda disetiap


individu berdasarkan arti nyeri, persepsi nyeri, toleransi nyeri, serta
reaksi terhadap nyeri. Nyeri pada pasien dapat berupa nyeri akut dan
nyeri kronis. Dampak yang ditimbulkan oleh nyeri pada fraktur berupa
ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan pada area yang
mengalami fraktur karena nyeri yang dirasakan bertambah apabila
bagian fraktur digerakkan sehingga menyebabkan terganggunya
mobilitas pada penderita fraktur.

Gangguan mobilitas yang dialami pasien fraktur berpengaruh terhadap


ketidakmampuan pasien menggerakkan ekstremitas dan keterbatasan
rentang pergerakan sendi yang disebabkan oleh nyeri persendian.
Imobilitas yang terjadi pada pasien fraktur mempengaruhi kemampuan
klien dalam pemenuhan sehari-hari seperti perawatan diri secara
mandiri (Hariyanto & Rini, 2015).

3. Respon Nyeri pada Fraktur


Salah satu yang dirasakan penderita fraktur adalah nyeri. Respon
individu terhadap nyeri sangat bervariasi sesuai dengan tingkat
kecemasan. Respon fisiologis terhadap nyeri tergantung dari kekuatan
dan durasi nyeri. Misalnya nyeri akut pada fraktur, respon akan timbul
segera dan merangsang aktivitas saraf simpatis yang manifestasinya
berupa:
a. Peningkatan denyut nadi
b. Peningkatan pernafasan
c. Peningkatan tekanan darah
d. Pucat
e. Berkeringat
f. Dilatasi pupil

Poltekkes Kemenkes Padang


22

Adapun respon perilaku yang timbul saat nyeri adalah ekspresi wajah,
mengatupkan geraham, menggigit bibir, meringis, bingung dan
disorientasi.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Nyeri Pada Fraktur


1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1. Identitas Klien
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor registrasi, tanggal
masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.
2. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan
dengan klien.
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama yang dirasakan klien adalah rasa
nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung lamanya
serangan.

b. Riwayat kesehatan sekarang


Pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
1) Provoking incident (pemicu): nyeri biasanya dirasakan apabila
bagian fraktur dimobilisasi
2) Quality of pain (kualitas nyeri): nyeri bisa dirasakan tajam,
menusuk, nyeri seperti terbakar. Nyeri dalam bisa dirasakan
tajam, tumpul, dan nyeri terus menerus.
3) Region/radiation (daerah/lokasi): nyeri bisa reda apabila posisi
fraktur tetap diam dan tidak digerakkan, rasa nyeri menjalar
atau menyebar, rasa nyeri terjadi pada area fraktur.
4) Severity (keparahan): nyeri bisa dirasakan ringan, sedang
hingga berat. Nyeri bisa diukur berdasarkan skala nyeri atau

Poltekkes Kemenkes Padang


23

klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi


kemampuan fungsinya.
5) Time (waktu): nyeri dapat berlangsung terus menerus,
berangsur atau tiba-tiba (Wijaya dan Yessie, 2013).

c. Riwayat kesehatan dahulu


Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu
tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang
akan datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami nyeri
dan tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri berat maka ansietas
akan dapat muncul (Potter & Perry, 2012).

d. Riwayat kesehatan keluarga


Pada pasien nyeri tidak ada data yang berkaitan dengan kesehtan
keluarga, namun pada pasien fraktur diperlukan data keluarga
diantaranya adalah apakah ada keluarga yang mengalami penyakit
kanker tulang (Hidayat dan Musrifatul, 2014).

b. Activity Daily Living (ADL)


a. Pola nutrisi
Pada sebagian pasien adanya penurunan nafsu makan
b. Pola eliminasi
Frekuensi BAK dan BAB biasanya pada pasien nyeri tidak ada
keluhan
c. Pola istirahat/tidur
Pasien mengalami kesulitan dalam istirahat dan tidur akibat nyeri
yang dialami
d. Pola aktivitas dan latihan
Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
fraktur (mungkin akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder
pembengkakan jaringan dan nyeri).

Poltekkes Kemenkes Padang


24

e. Data psikologis
Pasien akan mengalami cemas, takut, gelisah, putus asa dan
depresi.
f. Data sosial
Pasien akan mengalami hambatan dalam pergaulan, keluarga dan
pekerjaan.
(Atoillah & Engkus, 2013)

c. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1. Tanda-tanda stress: gelisah dan cemas
2. Ekspresi wajah: meringis
3. Nadi: meningkat
4. Suhu: meningkat
5. Pernafasan: meningkat
6. Tekanan Darah: meningkat
b. Kepala
Pada pasien fraktur,pada bagian kepala pasien tidak ada keluhan
c. Leher
Pada pasien fraktur,pada bagian leher tidak ada keluhan
d. Wajah
Pada pasien fraktur pada wajah tampak menahan sakit, meringis,
gelisah dan cemas
e. Mata
Pada pasien fraktur, pada mata terjadi dilatasi pupil pada nyeri akut
dan konstriksi pupil pada nyeri kronis
f. Telinga
Pada pasien Fraktur, pada bagian telinga tidak ada keluhan
g. Hidung
Pada pasien fraktur, pada hidung tidak ada pernafasan cuping
hidung

Poltekkes Kemenkes Padang


25

h. Thoraks
1) Inspeksi : tidak ada lesi, pembengkakan, simetris kiri dan
kanan
2) Palpasi: pergerakan sama, fremitus kiri dan kanan
3) Perkusi: suara ketok sonor di kedua apeks paru
4) Auskultasi : suara nafas normal, tidak ada suara tambahan
i. Jantung
1) Inspeksi : ictus kordis tampak atau tidak
2) Palpasi : ictus kordis teraba di RIC V mid clavikula sinistra
RIC V
3) Perkusi : batas jantung di RIC III kanan-kiri dan di RIC V
mid clavikula sinistra
4) Auskultasi: bunyi jantung normal
j. Abdomen
1) Inspeksi: bentuk datar dan simetris
2) Palpasi: hepar tidak teraba
3) Perkusi: suara tympani
4) Auskultasi: bising usus ada
k. Ekstremitas
Terjadi perubahan warna lokal pada kulit yang fraktur,
pembengkakan lokal dan kemerahan pada sendi maupun area
fraktur, immobilisasi ekstremitas, dan nyeri tekan pada area
fraktur, edema.

d. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Pada pasien yang mengalami nyeri tidak ditemukan hasil radiologi,
namun pada pasien yang mengalami fraktur pemeriksaan radiologi
dilakukan untuk mengetahui adanya jaringan-jaringan ikat, tulang yang
mengalami kerusakan.

Poltekkes Kemenkes Padang


26

2. Pemeriksaan laboratorium
Pada pasien yang mngalami nyeri tidak ditemukan hasil laboratorium,
namun pada pasien fraktur perlu dipantau hasil labor antaranya adalah
kalsium serum, kretinin, leukosit dan aspartat amino trasferase (AST)
akan meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

2. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien fraktur dengan
gangguan rasa nyaman nyeri menurut NANDA Internasional (2015),
adalah sebagai berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
integritas struktur tulang
c. Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal

Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


N Keperawatan
o
1 Nyeri akut Nyeri terkontrol dengan Manajemen nyeri
. berhubungan kriteria hasil: a. Lakukan pengkajian
dengan agen a. Mengenali kapan nyeri nyeri komprehensif yang
cedera fisik terjadi secara konsisten meliputi: lokasi,
b. Menggambarkan faktor karakteristik, durasi,
Batasan penyebab nyeri secara frekuensi, kualitas,
Karakteristik: konsisten intensitas atau beratnya
a. Ekspresi wajah c. Menggunakan tindakan nyeri dan faktor
nyeri misalnya pengurangan nyeri tanpa pencetus
meringis analgesik secara b. Ajarkan prinsip-prinsip
b. Fokus pada diri konsisten manajemen nyeri
sendiri d. Melaporkan perubahan c. Dorong pasien untuk
c. Keluhan terhadap gejala nyeri memonitor nyeri dan
tentang secara konsisten menangani nyerinya
intensitas e. Melaporkan gejala yang dengan tepat
menggunkan tidak terkontrol secara d. Ajarkan teknik non-
standar skala konsisten farmakologis (relaksasi,

Poltekkes Kemenkes Padang


27

nyeri f. Melaporkan nyeri yang terapi music, terapi


d.Mengeskpresika terkontrol bermain, terapi aktivitas,
n perilaku (mis, aplikasi panas/dingin
gelisah, Tingkat nyeri berkurang dan pijatan, sebelum dan
merengek, dengan kriteria hasil: sesudah dan jika
menangis, a. Tidak ada nyeri yang memungkinkan, ketika
waspada) dilaporkan melakukan aktivitas
e. Perubahan pada b. Tidak ada mengerang yang menimbulkan
tekanan darah, dan menangis nyeri, sebelum
frekuensi c. Tidak ada ekspresi nyeri nyeriterjadi atau
jantung, wajah meningkat dan
frekuensi d. Tidak ada berkeringat bersamaan dengan
pernapasan, berlebih tindakan penurunan rasa
saturasi oksigen e. Tidak ada mengerinyit nyeri lainnya)
f. Perubahan f. Frekuensi nafas normal e. Gunakan pengontrolan
posisi untuk g. Tekanan darah normal nyeri sebelum nyeri
menghindari h. Denyut nadi radial bertambah berat
nyeri normal f. Pastikan pemberian
g. Putus asa analgesic dan atau
h. Sikap strategi non-
melindungi area farmakologis sebelum
nyeri dilakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri
g. Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri
h. Berikan informasi yang
akurat untuk
meningkatkan
pengetahuan dan respon
keluarga terhadap
pengalaman nyeri
i. Monitor kepuasan
pasien terhadap
manajemen nyeri dalam
interval yang spesifik

Monitor Tanda-Tanda
Vital
a. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernafasan dengan tepat
b. Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda
vital

Poltekkes Kemenkes Padang


28

Terapi Relaksasi
a. Gambarkan
rasionalisasi dan
manfaat relaksasi serta
jenis relaksasi yang
tersedia (misalnya,
music, meditasi,
bernafas dengan ritme,
relaksasi rahang dan
relaksasi otot progresif)
b. Minta klien untuk rileks
c. Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada klien
d. Dorong klien untuk
mengulang praktik
teknik relaksasi
2 Hambatan Ambulasi dapat Peningkatan mekanika
mobilitas fisik dilakukan dengan tubuh
berhubungan kriteria hasil: a. Kaji pemahaman klien
dengan a. Menopang berat badan mengenai mekanika
kerusakan tidak terganggu tubuh dan latihan
integritas b. Berjalan dengan (mendemonstrasikan
struktur tulang langkah yang efektif kembali teknik
tidak terganggu melakukan aktivitas
Batasan c. Berjalan dengan pelan sehari-hari)
karakteristik: tidak terganggu b. Bantu keluarga dan
a. Gangguan klien untuk
sikap berjalan Pergerakan normal mengidentifikasi latihan
b. Gerakan lambat dengan kriteria hasil: postur yang sesuai
c. Kesulitan a. Keseimbangan tidak
membolak-balik terganggu Terapi Aktivitas
posisi b. Cara berjalan tidak a. Pertimbangkan
d. Keterbatasan terganggu kemampuan klien dalam
rentang gerak c. Gerakan otot tidak berpartisipasi melalui
e.Ketidaknyaman terganggu aktivitas spesifik
an d. Gerakan sendi tidak b. Bantu klien untuk
f. Tremor akibat terganggu mengidentifikasi
bergerak e. Bergerak dengan mudah aktivitas yang dapat
tidak terganggu dilakukan dan yang
ingin dilakukan
c. Ciptakan lingkungan
yang aman
d. Monitor respon emosi,
fisik, sosial, dan
spiritual terhadap
aktivitas

Poltekkes Kemenkes Padang


29

3 Defisit Perawatan diri: Bantuan perawatan diri:


perawatan diri kebersihan dengan mandi/kebersihan
mandi kriteria hasil: a. Monitor kemampuan
berhubungan a. Mencuci tangan tidak klien merawat dirisecara
dengan terganggu mandiri
gangguan b. Menjaga hidung untuk b. Monitor kebutuhan
muskoloskeletal kemudahan bernafas dan klien terkait peralatan
bersih tidak terganggu kebersihan
Batasan c. Mempertahankan c. Berikan bantuan sampai
karakteristik: kebersihan mulut tidak klien dapat melakukan
a.Ketidakmampua terganggu secara mandiri
n membasuh d. Mengeramas rambut d. Ciptakan rutinitas
tubuh tidak terganggu aktivitas perawatan diri
b.Ketidakmampua e. Mempertahankan
n mengakses penampilan yang rapi Terapi latihan: mobilitas
kamar mandi tidak terganggu sendi
c.Ketidakmampua a. Tentukan batas gerak
n mengambil sendi
perlengkapan b. Monitor lokasi dan
mandi kecenderungan adanya
d.Ketidakmampua nyeri dan
n mengeringkan ketidaknyamanan
tubuh selama
pergerakan/aktivitas
c. Dukung latian ROM
aktif dan pasif sesuai
indikasi
d. Bantu klien melakukan
pergerakan sendi
e. Sediakan dukungan
positif dalam melakukan
latihan sendi
Sumber: Nursing Interventions Classification (NIC). 2013., Nursing
Outcomes Classification (NOC). 2013., NANDA. 2016.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dalam bentuk studi kasus. Penelitian studi kasus adalah sebuah desain
penelitian yang menggambarkan fenomena yang diteliti dan juga
menggambarkan besarnya masalah yang diteliti. Metode penelitian ini
digunakan untuk memecahkan permasalahan dengan menempuh langkah-
langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan, membuat kesimpulan
dan laporan (Kartika, 2017).

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di ruangan nuri RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang.
Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2018 sampai bulan Juni
2019.

C. Populasi Dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti atau subjek yang
diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien fraktur yang
mengalami nyeri yang berada di Ruangan Nuri RS Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang. Jumlah populasi pasien fraktur di Ruangan Nuri
RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang. Pada saat melakukan asuhan
keperawatan pada 14 Maret 2019 didapatkan pasien dua orang.

2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakterisik yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampling
merupakan teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel dan
merupakan suatu proses dalam penyeleksian porsi dari populasi untuk
mendapatkan mewakili populasi agar memperoleh sampel yang benar-

30

Poltekkes Kemenkes Padang


31

benar sesuai dengan subjek penelitian (Kartika, 2017). Sampel dalam


penelitian ini adalah satu orang pasien fraktur yang mengalami nyeri di
ruangan nuri RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu:


a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi (kriteria yang layak diteliti) adalah karakteristik
umum subjek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau
yang akan diteliti (Kartika, 2017). Kriteria inklusi penelitian ini
yaitu:
1) Pasien bersedia menjadi responden
2) Pasien yang kooperatif
3) Pasien dengan skala nyeri besar dari 4
4) Pasien yang tidak bisa mengatasi nyeri secara mandiri

b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi (kriteria yang tidak layak diteliti) adalah
menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria
eksklusi dan studi karena berbagai sebab (Kartika, 2017). Kriteria
eksklusi penelitian ini yaitu:
1) Pasien yang pulang, meninggal atau pindah sebelum dirawat
lima hari oleh peneliti.
2) Pasien yang mengalami penurunan kondisi (tidak stabil).

Berdasarkan kriteria tersebut, pada saat dilakukan penelitian


terdapat 2 pasien yang memenuhi kriteria, akan dijadikan partisipan
dalam penelitian tersebut, selanjunya pemilihan sampel akan dipilih
menggunakan teknik simple random sampling, dilakukan seperti
undian (dengan cara memasukkan ke dua nama pasien dalam satu
kotak, akan dipilih secara acak dan nama yang terpilih akan
dijadikan partisipan). Sehingga didapatkan satu orang pasien yang
akan dijadikan sampel

Poltekkes Kemenkes Padang


32

D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data


Instrument pengumpulan data yang digunakan berupa format
tahapan proses keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi.
Instrumen pengumpulan data berupa format tahap proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi
pemeriksaan fisik dengan menggunakan alat berupa tensimeter,
stetoskop, thermometer, timbangan, penlight dan studi
dokumentasi. Proses keperawatan meliputi:
1. Pengkajian Keperawatan
Terdiri dari identitas pasien, identifikasi penanggung jawab,
riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik, data
psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual, lingkungan
tempat tinggal, pemeriksaan laboratorium, dan program
pengobatan.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang
telah dianalisis. Kegiatan pendokumentasian diagnosa
keperawatan sebagai berikut:
a. Analisa data
Analisa data pada partisipan mencakup data pasien, masalah
dan penyebabnya. Data pasien terdiri atas data subjektif yaitu
data yang didapat saat interaksi dengan pasien langsung, dan
keluhan pasien, sedangkan data objektif diperoleh dari hasil
pengamatan dan pemeriksaan fisik.
b. Diagnosa keperawatan
Hal yang perli diperhatikan dalam menegakkan diagnosa
keperawatan adalah problem, etiologi, dan symptom. Format
diagnosa keperawatan terdiri dari diagnosa keperawatan,

Poltekkes Kemenkes Padang


33

tanggal ditemukan masalah, serta tanggal dan paraf


dipecahkannya masalah.

3. Intervensi
Rencana asuhan keperawatan terdiri dari beberapa komponen
diantaranya diagnosis keperawatn, tujuan, kriteria hasil, serta
perencanaan keperawatan.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan terdiri dari hari tanggal dilakukan
asuhan keperawatan, diagnosis keperawatan, tindakan
keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan, serta tanda
tangan yang melakukan implementasi keperawatan.

5. Evaluasi
Evaluasi terdiri dari nama pasien, hari tanggal, evaluasi berupa
SOAP, serta tanda tangan yang membuat evaluasi keperawatan.

E. Cara Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti yaitu
teknik pengumpulan data bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data yang telah ada. Peneliti dalam
pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, pengukuran,
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data penelitian melalui
pernyataan yang diajukan secara lisan kepada responden untuk
menjawabnya. Wawancara bisa dilakukan secara tatap muka antara
peneliti dengan responden atau cara lain. Pada saat penelitian
langkah dan cara peneliti mengumpulkan data pada pasien yaitu
pertama peneliti memperkenalkan diri dengan baik, menjelaskan
berasal dari institusi mana, setelah itu menjelaskan apa tujuan

Poltekkes Kemenkes Padang


34

melakukan penelitian, setelah selesai peneliti menjelaskan


semuanya peneliti meminta persetujuan kepada pasien, apakah
pasien bersedia untuk dijadikan responden atau tidak, pada saat itu
pasien dan keluarga setuju untuk dijadikan responden peneliti, dan
peneliti memberikan lembar persetujuan (inform consend) kepada
pasien dan pasien mengisi dan menandatangani lembar persetujuan
tersebut. Setelah pasien dan keluarga setuju untuk dijadikan
responden, peneliti meminta izin dan waktu kepada pasien untuk
dilakukan pengkajian terhadap pasien.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan
melakukan pemeriksaan secara langsung kepada partisipan
penelitian untuk membandingkan antara keadaan pasien dengan
teori. Peneliti melakukan pemeriksaan meliputi: keadaan umum
partisipan dan pemeriksaan dari kaki sampai kepala yang meliputi
inspeksi, perkusi, palpasi dan auskultasi.

3. Pengukuran
Pengukuran adalah pengumpulan data penelitian dengan mengukur
objek menggunakan alat ukur tertentu, misalnya berat badan
dengan timbangan, tekanan darah dengan tensi meter, suhu badan
dengan termometer dan sebagainya.

4. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk
memperoleh informasi melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk
data sekunder, misalnya rekam medik, laporan bulanan, laoran
tahunan, catatan pasien, surat keterangan, arsip foto, hasil rapat,
jurnal kegiatan dan sebagainya.

Poltekkes Kemenkes Padang


35

F. Jenis-jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pasien
seperti pengkajian kepada pasien, meliputi: identitas pasien,
riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, dan pemeriksaan fisik
terhadap pasien.

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
langsung dari keluarga, rekam medis dan ruangan nuri RS Tk. III
Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2019. Data sekunder umumnya
berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.

G. Rencana Analisis
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis
semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan
menggunakan konsep dan teori keperawatan pada pasien dengan
gangguan rasa nyaman nyeri. Data yang telah didapat dari hasil
melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan
diagnosis, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai
mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan
dengan teori asuhan keperawatan dengan kasus gangguan rasa
nyaman nyeri. Analisa yang dilakukan untuk menentukan
kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV

DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang di Ruangan
Nuri. Ruangan Nuri dibagi menjadi dua ruangan yaitu ruangan pria dan
ruangan wanita. Penelitian ini tepatnya dilakukan di ruangan wanita. Ruangan
Nuri dipimpin oleh seorang karu, karu dibantu oleh katim dan beberapa
perawat pelaksana yang dibagi menjadi tiga shift yaitu pagi, siang, malam.
Selain perawat ruangan ada mahasiswa praktik dari berbagai institusi
pendidikan dalam melakukan asuhan kepada pasien.

B. Hasil Penelitian
Peneliti melakukan pengkajian pada satu orang partisipan, partisipannya
adalah Ny. R. Pengkajian dilakukan dengan metode wawancara, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang dilihat dari hasil studi dokumentasi.

1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada partisipan didapatkan data sebagai berikut: pasien
perempuan umur 17 tahun, seorang pelajar, pendidikan SMA, agama
islam, alamat padang. Diagnosa medis fraktur femur dextra. Selama
dirawat yang bertanggung jawab adalah Ny.Y, ia adalah seorang ibu
rumah tangga dan juga merupakan ibu dari pasien.

Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 13 Maret 2019, pukul 14.50 WIB
melalui IGD RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang karena kecelakaan
motor yang dikendarainya dan pasien mengalami luka-luka pada bagian
tangan serta mengalami fraktur pada tulang paha kanan. Pasien merasakan
nyeri pada bagian luka lecet yeng ada pada tubuhnya dan terutama pada
area fraktur.

36

Poltekkes Kemenkes Padang


37

Pada saat pengkajian tanggal 14 Maret 2019 pukul 11.00 WIB dilakukan
pengkajian pada hari rawatan ke dua, pasien mengeluh nyeri pada area
yang fraktur serta pada bagian tubuh yang luka. Nyeri bertambah apabila
bagian fraktur digerakkan, nyeri terasa berdenyut, nyeri hilang timbul
dengan skala 7. Pasien sering gelisah, pasien mengatakan cemas dengan
keadaannya saat ini, pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri yang
dirasakan. Selain itu pasien juga mengatakan sulit beraktivitas karena
bagian fraktur akan bertambah nyeri saat digerakkan.

Pola nutrisi pasien sebelum sakit yaitu makan 3x sehari, pasien


menghabiskan porsi makanannya. Pada saat sakit pasien tidak
menghabiskan makanannya, hanya menghabiskan 1/2 dari porsi yang
diberikan. Pola aktivitas dan latihan pasien sebelum sakit dapat
beraktivitas secara mandiri. Pada saat sakit, aktivitas pasien dibantu
keluarga dan perawat. Pola istirahat dan tidur pasien sebelum sakit 6-7
jam/hari dan selama sakit pasien tidur kurang dari 6 jam/hari. Pasien
sering terbangun di malam hari karena nyeri yang dirasakan dan pasien
sering gelisah.

Pada data psikologis, emosional pasien baik, pasien dapat mengontrol


emosi dengan perawat maupun dengan pasien lainnya, namun pasien
mengungkapkan bahwa dirinya cemas akan penyakitnya dan selalu
mengungkapkan ingin cepat sembuh.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien composmentis, TD:


110/70 mmHg, HR : 92x/i, RR : 20x/i dan suhu 370C, Pemeriksaan fisik
didapatkan luka lecet dibagian tangan, konjungtiva anemis, bibir tidak
sianosis, hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, vena
jugularis tidak teraba, CRT < 2 dtk, pada ekstremitas atas terdapat luka
lecet dibagian punggung tangan, kekuatan otot kiri dan kanan 5:5, tidak
ada perubahan bentuk tulang dan oedem. Ekstremitas bawah terdapat
fraktur pada femur bagian kanan dan terpasang implan, luka tertutup
perban elastic. Kekuatan otot kanan dan kiri 1:5, CRT < 2 dtk.

Poltekkes Kemenkes Padang


38

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 14 Maret 2019 adalah


Hemoglobin 12,5 gr/dl, Hematokrit 39%, Leukosit 9.630/mm3 , Trombosit
379.000/mm3 .

Terapi pengobatan yang diberikan Ceftriaxon 2x1gr (iv), Keterolax 3x30


mg (iv), Gentamycin 2x80 mg (iv), Drip Tramadol 1 ampul dalam RL 8
jam/kolf, RL 20 tetes/menit.

2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian keperawatan maka peneliti menegakkan
diagnosa keperawatan sesuai dengan keluhan yang ditemukan pada pasien
saat pengkajian selama pasien dirawat oleh peneliti mulai tanggal 14
Maret sampai 18 Maret 2019. Adapun diagnosa keperatawatan yang
ditemukan sebagai berikut:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma).


Diagnosa keperawatan pertama yang ditemukan pada pasien dengan
data yang didapatkan yaitu pasien mengatakan nyeri di daerah kaik
yang fraktur dengan skala nyeri tujuh, terasa ditusuk - tusuk, nyeri
terasa kurang lebih selama lima menit, nyeri terasa saat digerakkan dan
saat tidak digerakkan. Selain itu didapatkan data pasien nampak fokus
pada diri sendiri, nampak merintih sesekali, sikap tubuh tampak
melindungi daerah nyeri, pasien nampak hati – hati saat menggerakkan
daerah fraktur, nadi 92 x/menit, pernafasan 20 x/menit, tekanan darah
110/70 mmHg, suhu 37◦C.

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan


integritas struktur tulang.
Diagnosa keperawatan kedua yang ditemukan, pasien mengatakan
badannya terasa lemah, kaki susah untuk digerakkan, pasien
nampak sulit miring kiri dan kanan, gerakan nampak lambat.

Poltekkes Kemenkes Padang


39

c. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini.


Diagnosa keperawatan ketiga yang ditemukan, pasien mengatakan
cemas dengan kondisinya saat ini, susah tidur karena memikirkan
kesehatannya.

3. Rencana keperawatan
Perencanaan ini diharapkan dapat mengatasi masalah yang telah dan akan
muncul pada pasien selama dirawat. Rencana asuhan keperawatan yang
dilakukan mengacu pada Nursing Intervensions Classification (NIC) dan
Nursing Outcomes Classification (NOC). Berikut adalah rencana asuhan
keperawatan yang dilakukan pada tanggal 14 Maret sampai dengan 18
Maret 2019
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma)
Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada diagnosa pertama
nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma) dengan
kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu nyeri terkontrol, tingkat nyeri
berkurang dengan intervensi berdasarkan NIC yaitu manajemen nyeri,
monitor tanda-tanda vital, terapi relaksasi.

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan


muskuloskeletal
Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada diagnosa kedua
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal dengan kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu
ambulasi dapat dilakukan, pergerakan normal dengan intervensi
berdasarkan NIC yaitu bantuan perawatan diri, terapi aktivitas.

c. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini


Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada diagnosa ketiga
ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini dengan
kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu tingkat kecemasan berkurang

Poltekkes Kemenkes Padang


40

dengan intervensi berdasarkan NIC yaitu pengurangan kecemasan,


terapi relaksasi.

4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan kepada
pasien sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang sudah
dirumuskan. Implementasi keperawatan yang dilakukan selama 5 hari dari
tanggal 14 Maret 2019 sampai 18 Maret 2019 yaitu
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (trauma)
Implementasi yang dilakukan pada diagnosa pertama diantaranya
monitor penurunan rasa nyeri (lokasi, karakteristik, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus),
mengajarkan pasien untuk rileks dengan cara menarik nafas dalam,
mengajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri,
menjelaskan pentingnya istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri, dan mengukur tanda-tanda vital.

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan


muskuloskeletal
Implementasi yang dilakukan pada diagnosa kedua diantaranya
memposisikan semifowler, mengajarkan kepada keluarga cara
merubah posisi, menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
untuk proses penyembuhan tulang, pantau respon pasien saat
bergerak.

c. Ansietas berhubungan dengan ancaman status terkini


Implementasi yang dilakukan pada diagnosa ketiga diantaranya
melakukan pendekatan yang tenang pada pasien dengan komuniksi
terapiotik, mengkaji tanda-tanda kecemasan, menciptakan
lingkungan yang nyaman, mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam pada pasien, mengedukasi keluarga untuk memberikan
semangat pada pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


41

5. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan implementasi keperawatan kepada pasien makan
dilakukan evaluasi keperawatn yang didapatkan:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (trauma)
Setelah dilakukan implementasi keperawatan maka dilakukan evaluasi
keperawatan secara menyeluruh pada pasien selama 5 hari maka
didapatkan hasil evaluasi yaitu pasien mengatakan nyeri berkurang
setelah menarik nafas dalam, skala nyeri dua, wajah pasien nampak
tidak tegang lagi, pasien nampak sudah bisa mengontrol nyeri secara
mandiri, TD : 120/70 mmhg, suhu 37C, nadi 90x/menit, pernafasan
20x/menit. Masalah keperawatan teratasi sebagian dan intervensi
dilanjutkan dirumah.

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan


muskuloskeletal
Setelah dilakukan implementasi keperawatan maka dilakukan evaluasi
keperawatan secara menyeluruh pada pasien selama 5 hari maka
didapatkan hasil evaluasi yaitu pasien mengatakan sudah bisa
menggerakan kaki yang fraktur sedikit demi sedikit, badan sudah
terasa kuat. Masalah keperawatan sudah teratasi dan intervensi
dihentikan.

c. Ansietas berhubungan dengan ancaman status terkini


Setelah dilakukan implementasi keperawatan maka dilakukan evaluasi
keperawatan secara menyeluruh pada pasien selama 5 hari maka
didapatkan hasil evaluasi yaitu pasien mengatakan tidak ada merasa
gelisah, pasien dapat berkonsentrasi, wajah pasien nampak tidak
tegang, tidak ada dilatasi pupil, TD: 110/80 mmhg, N: 80 x/menit, P:
21 x/menit. Masalah keperawatan sudah teratasi dan intervensi
dihentikan.

Poltekkes Kemenkes Padang


42

C. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara
teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri
pada pasien fraktur. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian
keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun intervensi
keperawatan, melakukan implementasi keperawatan dan melakukan evaluasi
keperawatan.
1. Pengkajian
Pada saat pengkajian pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan utama
pasien merasakan nyeri pada bagian luka yang ada pada tubuhnya
terutama pada area fraktur yaitu fraktur femur dextra. Penelitian yang
dilakukan oleh Djamal, dkk (2015) di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado didapatkan bahwa pada pasien fraktur akan mengalami nyeri.
Nyeri dapat bersifat ringan hingga sedang.

Hasil pengkajian terkait masalah gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien
ditemukan data pasien mengeluh nyeri dengan skala tujuh, terasa ditusuk
tusuk, nyeri terasa di daerah dan tangan yg luka-luka dan kaki yang
fraktur, nyeri terasa kurang lebih selama lima menit, nyeri terasa saat
daerah fraktur digerakan dan tidak digerakan, pasien mengatakan tidak
nyaman dengan kondisinya sekarang, badannya terasa lemah, letih dan
susah untuk digerakkan, nafsu makan berkurang dan susah untuk miring
kiri dan kanan.

Hidayat (2009) menyatakan bahwa pengkajian lengkap yang didapatkan


pada kasus nyeri fraktur meliputi: nyeri dirasakan apabila bagian fraktur di
mobilisasi, nyeri bisa dirasakan tajam, menusuk, nyeri seperti terbakar,
tumpul, nyeri terus menerus dan kejang, rasa sakit bisa reda apabila posisi
fraktur tetap diam dan tidak digerakkan, rasa sakit menjalar atau
menyebar, rasa sakit terjadi pada area fraktur, nyeri dirasakan ringan,
sedang hingga berat. Nyeri bisa diukur berdasarkan skala nyeri atau pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


43

menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan


fungsinya, nyeri dapat berlangsung terus menerus, berangsur atau tiba-
tiba.

Atoillah & Engkus (2013), mengatakan nyeri yang dialami oleh pasien
disebabkan karena adanya stimulus/rangsangan yang diterima reseptor
nyeri (nociceptor) yang berada di kulit dan mukosa. Kerusakan jaringan
yang terjadi menyebabkan reseptor mengantarkan stimulus nyeri menuju
batang otak dan thalamus yang kemudian mengaktifkan respon otonomik
dan limbic yang kemudian menimbulkan persepsi nyeri pada korteks
sehingga menyebabkan timbulnya perilaku nyeri pada pasien. Penyebab
nyeri yang dialami oleh pasien yaitu karna adanya trauma mekanik.

Data lain yang didapatkan dari pasien yaitu pasien tidak bisa
menggerakkan kaki kanan yang fraktur seperti biasa karena nyeri dan
aktivitas pasien dibantu oleh perawat dan keluarga. Data yang didapatkan
dari kasus sejalan dengan teori yang ada bahwa nyeri yang dirasakan akan
menimbulkan gejala segera dan merangsang aktivitas saraf simpatis yang
manifestasinya berupa timbulnya ketidakmampuan dalam melakukan
pergerakan pada area yang mengalami fraktur karena nyeri yang dirasakan
bertambah apabila bagian fraktur digerakkan sehingga menyebabkan
terganggunya mobilitas pada penderita fraktur (Atoilah & Engkus, 2013).

Riwayat kesehatan sekarang seperti takut, gelisah, putus asa. Sejalan


dengan teori pasien yang mengalami nyeri fraktur akan mengalami takut,
gelisah, dan depresi (Atoillah & Engkus 2013). Rasa takut dan gelisah
yang dialami oleh pasien bisa dipicu oleh beban fikiran, hal ini diperkuat
dengan data psikologis pasien yang khawatir dengan kesehatannya saat ini
dan khawatir pelajaran yang tertinggal di sekolahnya.

Pola nutrisi pasien terjadinya penurunan nafsu makan. Hal ini dapat terjadi
karena cemas yang dialaminya. Hubungan antara nyeri dan cemas

Poltekkes Kemenkes Padang


44

(ansietas) bersifat komplek. Cemas sering kali meningkatkan persepsi


nyeri dan nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan cemas (Muttaqin,
2008). Nyeri yang dirasakan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
fisik berupa shock, nadi cepat, muka pucat, berkeringat, nafsu makan
menurun dan perasaan tidak nyaman (Atollah & Engkus, 2013).

Data sosial yang ditemukan pada pasien adalah kawatir dengan pelajaran
yang tertinggal di sekolahnya, gelisah, sering melamun dan kontak mata
buruk. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh (Atoillah & Engkus,
2013) bahwa seseorang yang mengalami nyeri akan takut, gelisah,
pandangan sempit, kontak mata buruk

Hasil pemeriksaan labor pasien tidak mengalami peningkatan baik


pemeriksaan kimia klinik maupun hematologi. Namun pada pasien yang
mengalami fraktur perlu dipantau hasil labor hematologi yaitu leukosit
untuk memantau resiko infeksi pada pasien.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengakajian yang dilakukan pada kasus, didapatkan
tiga diagnosa dari kasus Tn. R, yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik (trauma), hambatan mobiitas fisik berhubungan dengan
gangguan muskuloskeletal, ansietas berhubungan dengan penurunan status
kesehatan

Pada diagnosa pertama pada kasus Ny. R yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik (trauma). Nyeri akut adalah pengalaman sensori
dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial (NANDA 2015-2017). Batasan
karakteristik nyeri akut yang ditemukan pada pasien berdasarkan
NANDA 2015-2017 antara lain: dilatasi pupil, ekspresi wajah misalnya
meringis, fokus menyempit (proes berfikir, persepsi sewaktu, interaksi
dengan orang dan lingkungan), fokus pada diri sendiri, keluhan tentang

Poltekkes Kemenkes Padang


45

intensitas skala nyeri, mengepresikan prilaku (gelisah, merengek,


menangis, waspada), prilaku distraksi, perubahan pada tekanan darah,
frekuensi jantung, frekuensi pernafasan, saturasi O2, perubahan posisi
untuk mengurangi nyeri, perubahan selesra makan, putus asa, sikap
melindungi rasa nyeri, sikap tubuh melindungi.

Hadirman & Shigemi (2015), menjelaskan faktor yang berhubungan


dengan nyeri akut adalah agen cidera biologis, agen cidera fisik misalnya
(trauma, luka bakar, abses), dan agen cidera kimiawai (kapasisin, metelin
klorida). Etiologi yang tepat ditegakan pada partisipan adalah agen cidera
fisik (trauma). Hal ini diperkuat oleh Atoillah dan Engkus (2013), yang
mengatakan bahwa penyebab nyeri salah satunya adalah trauma.

Bedasarkan batasan kerakteristik dan faktor yang berhubungan diatas,


pada partisipan memiliki beberapa gejala yang sama untuk pengangkatan
diagnosa nyeri akut. Berdasarkan hal ini, peneliti mengangkat diagnosa
utama pada partisipan adalah nyeri akut behubungan dengan agen cidera
fisik (trauma). Hal ini dikarnakan nyeri apabila tidak diatasi bisa
mengakibatkan peningkatan denyut nadi, pernafasan meningkat tidak
teratur, peningkatan tekanan darah, pucat, berkeringat, mual dan muntah,
serta kelemahan (Atoillah dan Engkus 2013). Apabila hal ini terberlarut
dapat mengganggu kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan
kenyamanan, sehingga harus segera ditangani (Potter & Perry, 2012).

Pada diagosa kedua pada kasus Ny. R, hambatan mobilitas fisik


berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal. Batasan kerakteristik
hambatan mobilitas fisikmenurut Hadirman & Shigemi, (2015) adalah
kesulitan membalik posisi, gerakan lambat, gangguan sikap berjalan,
keterbatasan rentang gerak, ketidak nyamanan, tremor akibat bergerak.
Sesuai dengan teori yang ada pada partisipan memiliki beberapa batasan
kerakteristik yang sama dikemukakan oleh Hadirman & shigemi (2015),
oleh sebab itu peneliti mengangkat diagnosa hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan moskuloskeletal.

Poltekkes Kemenkes Padang


46

Pada diagosa ketiga pada kasus Ny. R, ansietas berhubungan dengan


ancaman status terkini. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Hadirman & Shigemi (2015), bahwa ansietas memiliki kerakteristik
diantaranya gelisah, kontak mata yang buruk, tampak waspada, berfokus
pada firi sendiri, gugup, kesedihan yang mendalam, ketakutan, peka,
putus asa, sangat kawatir, gemetar, tremor, wajah tegang, dilatasi pupil,
gangguan pernafaan, lemah, peningkatan denyut nadi, peningkatan
frekuensi nafas, peningkatan tekanan darah, gangguan pola tidur,
penurunan denyut nadi, cendrung menyalahkan orang lain. Dari batasan
kerakteristik yang dikemukakan oleh (Hadirman & Shigemi, 2015)
partisipan memiliki beberapa kerakteristik yang dikemukankan oleh
Hadirman & Shigemi (2015), oleh karena itu peneliti mengangkat
diagnosa ketiga ansietas berhubungan dengan penurunan status kesehatan.

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan merupakan proses penyusunan berbagai intervensi


keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah pasien. Dalam menentukan tahap
perencanaan bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan dan
keterampilan diantaranya, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan
klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktek keperawatan, peran
dari tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan masalah,
mengambil keputusan, menulis tujuan, serta memilih dan membuat
strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, serta
kemampuan dalam melaksanakan kerjasama dengan tingkat kesehatan
lain. Kegiatan perencanaan ini meliputi memprioritaskan masalah,
merumuskan tujuan, kriteria hasil serta tindakan (Hidayat, 2009).

Intervensi untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera


fisik (trauma) yaitu hasil yang diharapkan dari rencana keperawatan
pertama nyeri terkontrol. Kedua tingkat nyeri berkurang. Rencana

Poltekkes Kemenkes Padang


47

intervensi yang akan dilakukan yaitu pertama manajemen nyeri, dengan


tindakan keperawatan, lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
atau beratnya nyeri dan faktor pencetus, ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri, gunakan pengontrolan nyeri sebelum nyeri bertambah
berat, ajarkan teknik non-farmakologis (tarik nafas dalam), dukung
istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri, berikan
informasi yang akurat untuk meningkatkn pengetahuan dan respon
keluarga terhadap pengalaman nyeri. Kedua monitor tanda-tanda vital
dengan tindakan keperawatan, monitor tekanan darah, nadi, dan
pernapasan.

Intervensi untuk diagnosa keperawatan kedua hambatan mobilitas fisik


berhubungan dengan gangguan moskuluskletal. Hasil yang diharapkan
dari rencana keperawatan adalah pergerakan normal. Intervensi yang
dilakukan pertama bantu perawatan diri dengan tindakan keperawatan,
monitor kemampuan merawat diri secara mandiri, berikan bantuan sampai
klien dapat melakukan kegiatan secara mandiri. Kedua terapi aktivitas
dengan tindakan keperawatan, ciptakan lingkungan yang aman, monitor
respon emosi, fisik, social dan spiritual terhadap aktivitas (Gloria, dkk,
2016).

Intervensi utuk diagnosa keperawatan ketiga ansietas berhubungan dengan


penurunan status kesehatan. Hasil yang diharapkan dari rencana
keperawatan adalah tingkat kecemasan berkurang dan koping individu
efektif. Intervensi yang dilakukan pertama pengurangan kecemasan
dengan tindakan keperawatan gunakan pendekatan yang tenangdan
meyakinkan, nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien,
jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan , berikan informasi factual
terkait diagnosis, perawatan, dan prognosis, kaji untuk tanda verbal dan
non verbal kecemasan. Kedua terapi relaksasi dengan tindakan
keperawatan, gambarkan rasional dan manfaat teknik relaksasi, ciptakan
lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi, evaluasi respon terhadap

Poltekkes Kemenkes Padang


48

terapi relaksasi, dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya relaksasi,


misalnya nafas dalam (Gloria, dkk, 2016).

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan terkait masalah nyeri dengan diagnosa nyeri


akut berhubungan dengan agen cidera fisik (trauma) adalah monitor
penurunan rasa nyeri meliputi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus, mengajarkan teknik
nafas dalam untuk mengurangi nyeri, mengingatkan teknik nafas dalam
untuk mengurangi nyeri, menjelaskan pentingnya istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu penurunan nyeri, mengajarkan pasien untuk
rileks dengan cara menarik nafas dalam, mengingatkan pasien untuk rileks
dengan cara menarik nafas dalam, mengukur tanda-tanda vital,
memberikan analgetik keterolak 30 mg. Setiap kali peneliti melakukan
teknik relaksasi nafas dalam, nyeri pada pasien berkurang dari skala tujuh
ke skala enam dan begitu seterusnya sampai skala dua. Hasil ini sejalan
dengan penelitian Syaiful, Yianita dan Sigit (2014) di Ruangan Dahlia
RSUD Ibnu Sina Gresik terdapat 10 responden post operasi fraktur femur
dan semua responden mengalami nyeri ringan setelah dilaksanakan teknik
relaksasi nafas dalam.

Implementasi keperawatan yang dilakukan terkait masalah nyeri dengan


diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
moskuloskeletal adalah menganjurkan pasien untuk menggerakan kaki dan
tangan yang tidak fraktur, memposisikan semifowler, menilai kemampuan
merawat diri secara mandiri yaitu makan dan minum, mengajarkan kepada
keluarga cara merubah posisi, menjelaskan pentingnya nutrisi yang
adekuat untuk proses penyembuhan tulang, menciptakan lingkungan yang
nyaaman dengan merapikan perbeden, pantau respon pasien saat bergerak.

Implementasi keperawatan yang dilakukan terkait masalah nyeri dengan


diagnosa ansietas berhubungan dengan penurunan status kesehatan adalah

Poltekkes Kemenkes Padang


49

melakukan pendekatan yang tenang pada pasien dengan komuniksi


terapiotik, mengkaji tanda-tanda kecemasan, menciptakan lingkungan
yang nyaman dengan merapikan perbeden, mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam pada pasien, mengedukasi keluarga untuk memberikan
semangat pada pasien.

5. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi pada pertemuan kelima pada diagnosa pertama nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (trauma) yaitu, evaluasi subjektif:
pasien mengatakan nyeri berkurang setelah melakukan tarik nafas dalam,
nyeri hilang timbul. Evaluasi objektif: Skala nyeri dua, wajah pasien tidak
tegang lagi, pasien nampak menarik nafas dalam saat mengalami nyeri,
TD : 120/70 mmhg, suhu 37C, nadi 90 x/menit, pernafasan 20x/ menit.
Hasil ini menunjukan pemecahan masalah nyeri pada Ny. R berjalan
dengan baik dan intervensi sudah bisa dihentikan.

Hasil evaluasi pada pertemuan kelima pada diagnosa kedua hambatan


mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal yaitu,
evaluasi subjektif: pasien mengatakan sudah bisa menggerakan kaki yang
fraktur sedikit demi sedikit, badan sudah terasa kuat. Evaluasi objektif:
pasien nampak sudah mampu merawat diri secara mandiri, wajah pasien
tidak tegang lagi, ADL nampak sesekali dibantu oleh keluarga. Hasil ini
menunjukan pemecahan masalah hambatan mobilitas fisik pada Ny. R
berjalan dengan baik dan intervensi sudah bisa dihentikan.

Hasil evaluasi pada pertemuan kelima pada diagnosa ketiga ansietas


berhubungan dengan penurunan status kesehatan yaitu, evaluasi subjektif:
pasien mengatakan sudah tidak cemas lagi, pasien mengatakan nafsu
makan sudah ada. Evaluasi objektif: pasien sudah berinteraksi dengan
pasien lain, pasien nampak bersemangat, TD 110/80 mmhg. Hasil ini
menunjukan pemecahan masalah ansietas pada Ny. R berjalan dengan baik
dan intervensi sudah bisa dihentikan.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman


nyeri pada pasien fraktur di ruang Nuri RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengalami nyeri pada daerah luka


fraktur dengan skala tujuh , pasien tidak dapat melakukan aktivitas secara
mandiri sehingga kebutuhan sehari-hari dibantu oleh perawat dan
keluarga, dan pasien merasakan cemas dengan kondisinya saat ini.
2. Diagnosa utama yang ditemukan yaitu nyeri akut berhubungan dengan
cidera fisik (trauma), hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan musculoskeletal, ansietas berhubungan dengan ancaman pada
status terkini.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan tergantung kepada masalah
keperawatan yang ditemukan, semua susunan intervensi yang dijabarkan
dalam laporan asuhan keperawatan, disusun sesuai dengan teori yang ada.
Beberapa intervensi yang dilakukan peneliti kepada pasien adalah
melakukan latihan relaksasi nafas dalam pada pasien, memonitir tanda-
tanda vital, bantuan perawatan diri, terapi aktivitas dan pengurangan
kecemasan.
4. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 14 Maret 2019 sampai
tanggal 18 Maret 2019 yang mana implementasi yang dilakukan sesuai
dengan intervensi yang telah disusun yaitu teknik relaksasi nafas dalam
pada pasien.
5. Hasil evaluasi keperawatan yang didapatkan peneliti pada diagnosa nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera fisik (trauma) teratasi sebagian,
karena pasien masih mengalami nyeri dengan skala dua namun pasien
sudah mampu mengatasi nyeri secara mandiri dengan melakukan teknik

50

Poltekkes Kemenkes Padang


51

6. relaksasi nafas dalam. Intervensi dilanjutkan dirumah dengan rutin


melakukan teknik relaksasi nafas dalam.

B. Saran
1. Bagi Direktur RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
Disarankan pada perawat melalui direktur RS Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang di Ruang Nuri diharapkan perawat dapat
melakukan dan mempertahankan latihan teknik relaksasi nafas dalam
untuk mengurangi nyeri pada pasien fraktur.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian dapat menjadi bahan belajar dan masukan bagi
mahasiswa khususnya nyeri pada pasien fraktur.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Diharapkan bagi penelitian selanjutnya dapat menjadi bahan
pembanding pada penelitian selanjutnya dan memberikan asuhan
keperawatan dengan gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien fraktur.

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Atoilah, Elang Mohamad & Engkus, Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: In Media

Bulechek, Gloria M., Howard, K. Butcher., Joanne, M. Dochterman & Cheryl, M.


Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore:
Elsevier

Debora, Oda. 2011. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:


Salemba Medika

Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Prov Sumbar.Statistik


perhubungan Sumbar. 2016

Hariyanto, awan & Rini. 2015. Buku ajar keperawatan medikal bedah 1 dengan
diagnosis NANDA Internasional. Jogjakarta: Ar-ruzz media

Herdman, T. Heather. Nanda International Diagnosis Keperawatan: Defenisi &


Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC

Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang


Selatan: Binarupa Aksara

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep Dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, Aziz alimul dan Musrifatul. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
edisi 2 buku 1. Jakarta: Salemba Medika

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas).http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%2
0Riskesdas%202013.pdf.Diakses tanggal14Oktober 2017jam11.10 WIB

Marmi. 2016. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Moorhead, Sue., Marion, Johnson., Meridian, L. Maas & Elizabeth, Swanson.


2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Singapore: Elsevier

Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aplikasi Pada


Praktek Klinik Keperawatan. Jakarta: EGC

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

52
53

Potter & Perry. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, edisi 4, volume 2.
Jakarta:EGC

Rivaldi, dkk. 2015. e-Journal Keperawatan (eKp) volume 3 Nomor 2 Oktober


2015 pengaruh terapi music terhadap skala nyeri pada pasien fraktur di
IRNA A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado . https://media. neliti.
com/media/publications/113549-ID-none.pdf.Diaksestanggal19 November
2017jam22.00 WIB

Saputra, Lydon. 2013. Catatan ringkas kebutuhan dasar manusia.Tanggerang


Selatan: binarupa aksara publisher

Smeltzer, Suzanne c & brenda. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner and Suddart edisi 8, vol 1. Jakarta: EGC

Sugiyono. 2016. Statistik unit penelitian. Bandung: Alfabets

Susanto, Andina, Vita dan Fitriana, Yuni. 2017. Kebutuhan dasar manusia teori
dan aplikasi dalam praktik keperawatan. Yogyakarta: Pustaka baru press

Syaiful, Yianita dan Sigit. 2014. Efektifitass Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Fraktur
Femur.https://Ippmunigresblog.files.wordpress.com/2015/07/jnc-vol-5-ni-
2-november-2014.pdf.Diakses tanggal28Desember 2017jam14.00 WIB

Wahid, Abdul. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

Wahyudi, Andry Setiya & Abd. Wahid. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar. Jakarta: Mitra Wacana Media

WHO. 2017. World Health


Statistics.http://www.who.int/healthinfo/global_health_estimates/en/.Diaks
es tanggal28Desember 2017jam14.00 WIB

Wijaya, andra wijaya dan yessie. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
1) Nama : Ny. R
2) Umur : 17 thn
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Pendidikan : SMA
5) Alamat : Padang

b. Identifikasi Penanggung jawab


1) Nama : Ny. Y
2) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
3) Alamat : Padang
4) Hubungan : Ibu

c. Diagnosa Dan Informasi Medik Yang Penting Waktu Masuk


1) Tanggal Masuk : 13 Maret 2019
2) No. Medical Record : 21xxxx
3) Ruang Rawat : Ruang Nuri
4) Diagnosa Medik : Fraktur Femur Dextra
5) Yang mengirim/merujuk : Di bawa oleh keluarga
6) Alasan Masuk : Kecelakaan motor yang dikendarainya
dan pasien mengalami luka-luka pada bagian tubuh dan tangan
serta mengalami fraktur pada tulang paha kanan
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan Utama Masuk : Pasien masuk RST Dr. Reksodiwiryo
Padang pada hari Rabu, 13 Maret 2019, pukul 14.50 WIB dibawa
oleh keluarga. Pasien masuk rumah sakit karena kecelakaan
motor dan pasien mengalami luka-luka pada daerah tangan serta
mengalami fraktur pada paha kanan. Pasien merasakan nyeri pada
bagian luka lecet yang ada pada tangannya terutama pada area
fraktur.

b) Keluhan Saat Ini (Waktu Pengkajian) : Pengkajian yang dilakukan


oleh peneliti tanggal 14 Maret 2019 pukul 11.00 WIB di Ruangan
Nuri RST Dr. Reksodiwiryo Padang, pasien mengeluh nyeri
dengan skala tujuh, terasa di tusuk-tusuk, nyeri terasa di daerah
paha sebelah kanan yang fraktur, nyeri terasa kurang lebih selama
lima menit, nyeri terasa saat daerah fraktur digerakkan dan tidak
digerakkan, pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisinya
sekarang, badannya terasa lemah, letih dan susah untuk
digerakkan, nafsu makan berkurang dan susah untuk miring kiri
dan kanan, pasien mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini,
pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri yang dirasakan.

2) Riwayat Kesehatan Yang Lalu : Pasien mengatakan tidak pernah


dirawat sebelumnya.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga : Riwayat kesehatan keluarga pasien


tidak ada yang mengalami sakit DM, hipertensi dan jantung.

e. Kebutuhan Dasar
1) Makan
Sehat : pasien makan 3x sehari, pasien
menghabiskan porsi makanannya
Sakit : diit makanan biasa dan menghabiskan
paling banyak ½ porsi
2) Minum
Sehat : pasien minum air mineral ±6-7 gelas sehari
Sakit : pasien minum air mineral ±4-5 gelas sehari
3) Tidur
Sehat : Tidur ± 6-7 jam/hari
Sakit : Pasien tidur kurang dari 6 jam/hari
4) Mandi
Sehat : Pasien mandi 2x sehari
Sakit : Pasien mandi lap 1x/hari dibantu keluarga
5) Eliminasi
Sehat : BAB pasien lancar minimal 1 kali sehari,
BAK pasien lancar ±4-5 kali sehari
Sakit : Pasien belum ada BAB sejak satu hari yang
lalu, pasien belum ada BAK sejak satu hari yang
lalu
6) Aktifitas pasien
Sehat : Pola aktivitas dan latihan pasien sebelum
sakit dapat beraktivitas secara mandiri.
Sakit : Pola aktivitas dan latihan pasien sebelum
sakit dapat beraktivitas secara mandiri.

f. Pemeriksaan Fisik
1) Tinggi / Berat Badan : 154 cm / 44 kg
2) Tekanan Darah : 110/70 mmHg
3) Suhu : 37 0C
4) Nadi : 92X / Menit
5) Pernafasan : 20 X / Menit
6) Rambut
Bersih, tidak rontok
7) Telinga
Pendengaran baik kiri dan kanan, lengkap, sejajar kantus mata dan
bersih
8) Mata
Penglihatan baik kiri dan kanan, lengkap, konjungtiva tidak
anemis, bersih, reflek pupil isokor dan reflek kedih positif
9) Hidung
Penciuman baik, lengkap, bersih, pernafasan cuping tidak ada
10) Mulut
Mukosa bibir lembab, bibir tidak sianosis
11) Leher
Tidak ada keluhan saat menelan, tidak ada pembesaran vena
jugularis, dan kelenjar tiroid
12) Toraks
I : simetris kiri dan kanan
P: fremitus kiri dan kanan
P: sonor
A: vesikuler
13) Abdomen
I : imetris kiri dan kanan
P: hepar tidak teraba
P: timpani
A: bising usus 10x/menit
14) Kulit
Turgor kulit baik
15) Ekstremitas
Atas:
CRT <2 detik, pada ekstremitas atas terdapat luka lecet di bagian
tangan, kekuatan otot kiri dan kanan 5:5, tidak ada perubahan
bentuk tulang
Bawah:
Fraktur pada femur sebelah kanan, terpasang implan, luka tertutup
perban elastis. Kekuatan otot kanan dan kiri 1:5, CRT <2 detik

g. Data Psikologis
1) Status emosional : Pasien tampak gelisah
2) Kecemasan : Pasien tampak cemas
3) Pola koping : Pasien tidak dapat mengontrol nyeri
4) Gaya komunikasi : pasien jarang berkomunikasi dengan pasien
lain dan keluarga
5) Konsep Diri : Pasien cemas dengan keadaannya saat ini

h. Data Ekonomi Sosial : Pasien seorang siswi SMA, tinggal dengan


kedua orang tua dan kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh ayah pasien

i. Data Spiritual : Pasien beragama islam dan selalu


bertawakal kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi kesembuhan
dan dapat beraktivitas normal kembali seperti dulu lagi.

j. Pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang

Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Normal
14 Maret 2019 Hemoglobin 12,5 gr/dl 14-18
Hematokrit 39 % 40-48
Leukosit 9.630 /mm3 5000-10.000
Trombosit 379.000 /mm3 150.000-400.000

k. Pemeriksaaa Diagnostik :
1) Pemeriksaan Radiologi
Fraktur pada femur sebelah kanan, terpasang implan dan luka
tertutup dengan perban elastis
l. Program Terapi Dokter

No Nama Obat Dosis Cara


1 Keterolak 3 x 30 mg IV
2 RL 20 tetes/menit IV
3 Gentamycin 2 x 80 mg IV
4 Ceftriaxon 2 x 1 gr IV

2. Analisa Data Keperawatan


Data Masalah Penyebab
Data Subjektif Nyeri akut Agen cidera fisik
1.Pasien mengatakan nyeri (trauma)
dengan skala 7
2.Terasa di tusuk-tusuk
3.Nyeri terasa di daerah
kaki sebelah kanan yang
fraktur
4.Nyeri terasa kurang lebih
selama lima menit
5.Nyeri terasa saat
digerakkan dan saat tidak
digerakkan
6.Nafsu makan menurun

Data Objektif
1.Pasien nampak fokus
pada diri sendiri
2.Wajah nampak tegang
3.Nampak merintih
sesekali
4.Sikap tubuh tampak
melindungi daerah nyeri
5.Pasien nampak hati-hati
saat menggerakkan
daerah fraktur
6.Nadi: 92x/menit,
Pernafasan: 20x/menit,
Tekanan darah 110/70
mmhg

Data Subjektif Hambatan Moblitas Gangguan


1.Pasien mengatakan Fisik Musculoskeletal
badannya terasa letih
2.Merasa tidak nyaman
3.Badan terasa lemah
Data Objektif
1.Pasien nampak sulit
miring kiri dan kanan
2.Rentang gerak nampak
terbatas
3.Gerakan nampak lambat

Data Subjektif Ansietas Penurunan status


1.Pasien mengatakan kesehatan
khawatir dengan
sekolahnya, karena
banyak tertinggal
pelajaran
2.Pasien mengatakan susah
tidur
3.Badan terasa letih

Data Objektif
1.Nampak gelisah
2.Wajah nampak tegang
3.Kontak mata pasien
nampak buruk

B. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Tanggal No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanda
Muncul Teratasi Tangan
14 Maret 1 Nyeri akut berhubungan dengan agen 18 Maret
2019 cidera fisik (trauma) 2019

14 Maret 2 Hambatan mobiitas fisik berhubungan 18 Maret


2019 dengan gangguan muskuloskeletal 2019

14 Maret 3 Ansietas berhubungan dengan 16 Maret


2019 penurunan status kesehatan 2019
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan
N Diagnosa Keperawatan
o Tujuan Intervensi
( NOC ) ( NIC )
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
dengan agen cidera fisik keperawatan diharapkan Tindakan keperawatan:
(trauma) nyeri terkontrol dengan a. Lakukan pengkajian
kriteria hasil: nyeri komprehensif
Batasan krakteristik: a.Mengenali kapan nyeri yang meliputi lokasi,
1. Fokus pada diri sendiri terjadi secara konsisten karakteristik,
2. Wajah nampak tegang b.Menggambarkan penyebab onset/durasi, frekuensi,
3. Nampak merintih nyeri kualitas, intensitas atau
sesekali c.Menggunakan tindakan beratnya nyeri dan
4. Sikap tubuh tampak pengurangan nyeri tanpa faktor pencetus
melindungi daerah nyeri analgesic secara konsisten b. Ajarkan prinsip-
5. Nafsu makan menurun d.Melaporkan perubahan prinsip manajemen
terhadap gejala nyeri nyeri
e.Melaporkan gejala yang c. Gunakan
tidak terkontrol pengontrolan nyeri
f.Melaporkan nyeri yang sebelum nyeri
terkontrol. bertambah berat
d. Ajarkan teknik non-
Setelah dilakukan tindakan farmakologis (tarik
keperawatan diharapkan nafas dalam)
tingkat nyeri berkurang, e. Dukung
dengan kriteria hasil : istirahat/tidur yang
a. Tidak ada nyeri adekuat untuk
b.Tidak ada ekspresi nyeri membantu penurunan
wajah. nyeri
c. Frekuensi nafas normal. f. Berikan informasi
d. Tidak ada menjerit yang akurat untuk
e. Tekanan darah normal. meningkatkn
f. Denyut nadi radial normal pengetahuan dan
respon keluarga
terhadap pengalaman
nyeri

Monitor Tanda-
Tanda Vital
Tindakan keperawatan:
a. Monitor tekanan
darah, nadi, dan status
pernafasan dengan
tepat

Terapi Relaksasi
Tindakan keperawatan:
a. Minta klien untuk
rileks
b. Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada klien.
c. Dorong klien untuk
mengulang praktik
teknik relaksasi
2 Hambatan mobiitas fisik Setelah dilakukan tindakan Bantuan perawatan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan diri
gangguan ambulasi dapat dilakukan Tindakan keperawatan:
muskuloskeletal dengan kriteria hasil: a. Monitor kemampuan
a. Dapat berjalan dengan merawat diri secara
Batasan karakteristik: pelan mandiri
1. Gerakan nampak b. Dapat menopang berat b. Berikan bantuan
lambat badan sampai klien
2. Pasien nampak sulit dapatmelakukan
miring kiri dan kanan Setelah dilakukan tindakan kegiatan secara mandiri
3. Merasa tidak nyaman keperawatan diharapkan
4.Penurunan kemampuan pergerakan normal dengan Terapi Aktivitas
dalam motorik kasar kriteria hasil: Tindakan keperawatan:
a. Keseimbangan tidak a. Ciptakan lingkungan
terganggu yang aman
b. Pergerakan sendi normal b. Monitor respon
c. Dapat bergerak dengan emosi, fisik, social dan
mudah spiritual terhadap
d. Gerakan otot tidak aktivitas
terganggu
3 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan intervensi Pengurangan
dengan ancaman status keperawatan diharapkan Kecemasan
terkini Tingkat Kecemasan Tindakan keperawatan:
berkurang dengan kriteria a. Gunakan pendekatan
Batasan Karakteristik: hasil: yang tenang dan
1. khawatir a. Dapat beristirahat meyakinkan
2. Badan terasa letih b. Perasaan gelisah, wajah b. Nyatakan dengan
3. Kontak mata buruk tegang otot tegang tidak ada jelas harapan terhadap
4. Wajah tegang c. Tidak ditemukan distress perilaku pasien
5. Melamun d. Tidak adapenyampaian c. Jelaskan semua
6. Gelisah lisan rasa takut prosedur yang akan
e. Tidak ada perhatian dilakukan
berlebihan terhadap keadaan d. Berikan informasi
f. Dapat berkonsentrasi factual terkait
g. idak ada peningkatan diagnosis, perawatan,
tekanan darah, nadi, dan dan prognosis
frekuensi pernafasan e. Kaji untuk tanda
h. Tidak ada dilatasi pupil verbal dan non verbal
i. Tidur tidak terganggu kecemasan
j. Tidur tidak terganggu
Terapi relaksasi
Tindakan
Keperawatan:
a. Gambarkan rasional
dan manfaat teknik
relaksasi
b. Ciptakan lingkungan
yang tenang dan tanpa
distraksi
c. Evaluasi respon
terhadap terapi
relaksasi
d. Dapatkan perilaku
yang menunjukkan
terjadinya relaksasi,
misalnya nafas dalam

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
/Tgl Keperawatan ( SOAP )
Paraf
Kamis Nyeri akut 1. Monitor penurunan rasa S:Pasien mengatakan
/14 berhubungan nyeri meliputi lokasi, nyeri berkurang setelah
Maret dengan agen karakteristik, frekuensi, melakukan tarik nafas
2019 cidera fisik kualitas, intensitas atau dalam, nyeri terasa
(trauma) beratnya nyeri dan faktor ditusuk tusuk, nyeri
pencetus. terasa saat digerakan
Respon:Pasien mengatakan dan saat tidak
snyeri skala tujuh, terasa di digerakan, terasa di
tusuk-tusuk, nyeri saat daerah yang
gerak dan saat tidak mengalami fraktur,
digerakan, nyeri pada lama nyeri lima menit
daerah fraktur
O: Skala nyeri tujuh,
2.Memposisikan wajah pasien nampak
semifowler. tegang, pasien masih
Respon: pasien mengikuti nampak fokus pada diri
instruksi sendiri, pasien nampak
merintih sesekali, TD :
3. Mengajarkan teknik 110/70 mmhg, suhu
nafas dalam untuk 37C, nadi 92x/menit,
mengurangi nyeri. pernafasan 20x/ menit
Respon: nyeri pasien
berkurang dengan skala A: Nyeri belum teratas
enam. ditandai dengan masih
terdapatnya nyeri pada
4. Menjelaskan pentingnya pasien
istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu P:Intervensi
penurunan nyeri. dilanjutkan
Respon: pasien susah tidur a.Kaji frekuensi nyeri
karena nyeri secara koprensif
b.Menganjurkan tarik
5. Mengajarkan pasien nafas dalam untuk
untuk rileks dengan cara mengurangi nyeri
menarik nafas dalam. c.Menganjurkan untuk
Respon: pasien melakukan banyak istirahat
tarik nafas dalam d.Kolaborasi
pemberian obat
6. Mengukur tanda-tanda analgetik jika nyeri
vital. belum berkurang
Respon: N:92x/i, P: 20x/i,
tekanan darah:110/70
mmhg

7. Memberikan analgetik
keterolak 30 mg.
Respon: Tn. B nampak
tenang
Kamis Hambatan 1.Mengajarkan kepada S: Pasien mengatakan
/14 mobilitas keluarga cara merubah masih susah
Maret fisik posisi menggerakan kakinya,
2019 berhubungan Respon: keluarga nampak pasien mengeluh
dengan belum mengerti badanya terasa mudah
gangguan lelah, pasien
muskuloskele 2. Menganjurkan pasien mengatakan susah
tal untuk menggerakkan kaki untuk mengganti posisi
yang fraktur
Respon: pasien dibantu O: Pasien nampak
menggerakkan badan oleh belum mampu merawat
keluarga diri secara mandiri,
pasien sering merintih
3. Menjelaskan pentingnya saat mengganti posisi
nutrisi yang adekuat untuk
proses penyembuhan A: Hambatan mobilitas
tulang. fisik belum teratasi
Respon: pasien nampak ditandai dengan pasien
masih belum paham belum dapat
kebutuhan nutrisi melakukan aktivitas
seperti biasa dengan
4. Pantau respon pasien mandiri.
saat bergerak.
Respon: wajah pasien P:Intervensi
nampak tegang saat dilanjutkan
berganti posisi a.Anjurkan pasien
untuk banyak makan
b.Atur posisi pasien
agar nyaman
c.Ciptakan lingkungan
yang nyaman
d.Membantu perawatan
diri pasien
Kamis Ansietas 1. Melakukan pendekatan S: Pasien mengatakan
/ 14 berhubungan yang tenang pada pasien nafsu makan
Maret dengan dengan komuniksi berkurang, cemas
2019 ancaman terapiotik dengan kondisi
status terkini Respon: pasien sekarang, cemas lama
mengatakan nyaman sembuh, pasien sangat
berkomunikasi bingung memikirkan
sekolahnya.
2. Mengkaji tanda-tanda
kecemasan O: Wajah pasien
Respon: pasien nampak tegang, pasien
mengatakan cemas dengan nampak fokus pada diri
keadaannya sendiri, kontak mata
pasien buruk
3. Menciptakan lingkungan
yang nyaman A: Ansietas belum
Respon: pasien teratasi ditandai
mengatakan lingkungan dengan wajah pasien
mulai nyaman masih terlihat cemas

4. mengajarkan teknnik P: Intervensi lanjutkan


relaksasi nafas dalam pada a.Kaji tanda tanda
paien kecemasan
Respon: pasien b.Ajarkan teknik
mendemostrasikan tarik relaksasi nafas dalam
nafas dalam, nyeri
berkurang sesaat

5. mengedukasi keluarga
untuk memberikan
semangat pada pasien
Respon: keluarga
menyemangati pasien
Jumat Nyeri akut 1. Monitor penurunan rasa S: pasien mengatakan
/ 15 berhubungan nyeri yang meliputi lokasi, nyeri berkurang setelah
Maret dengan agen karakteristik, frekuensi, melakukan tarik nafas
2019 cidera fisik kualitas, intensitas atau dalam, nyeri terasa
(trauma) beratnya nyeri dan faktor ditusuk tusuk, terasa
pencetus didaerah yang
Respon: pasien mengalami fraktur,
mengatakan nyeri skala nyeri terasa saat tidak
pasien enam, terasa di bergerak dan saat
tusuk-tusuk, nyeri saat bergerak dan nyeri
gerak dan saat tidak kurang lebih lima
digerakan, nyeri pada menit
daerah fraktur
O: Skala nyeri enam,
2. Mengajarkan teknik wajah pasien masih
nafas dalam untuk nampak tegang,
mengurangi nyeri nampak fokus pada diri
Respon: nyeri pasien sendiri, pasien nampak
berkurang pada saat merintih sesekali, TD :
dilakukan teknik relaksasi 120/80 mmhg, suhu
dengan skala enam 37,2 0c, nadi 90
x/menit, pernafasan 21
3. Menjelaskan pentingnya x/ menit
istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu A: Nyeri belum teratasi
penurunan nyeri dtandai dengan masih
Respon: pasien susah tidur terdapatnya nyeri pada
karna nyeri pasien

4. Mengajarkan pasien P:Intervensi


untuk rileks dengan cara dilanjutkan
menarik nafas dalam a.Kaji frekuensi nyeri
Respon: pasien melakukan secara koprensif
tarik nafas dalam b.Menganjurkan tarik
nafas dalam untuk
5. Mengukur tanda-tanda mengurangi nyeri
vital c.Menganjurkan untuk
Respon: nadi: 90x/menit, banyak istirahat
pernafasan: 21x/menit, d.Kolaborasi
tekanan darah: 120/80 pemberian obat
mmhg analgetik.

6. Memberikan analgetik
keterolak 30 mg
Respon: pasien nampak
tenang
Jumat Hambatan 1. Mengajarkan pasien S: pasien mengatakan
/ 15 mobiitas fisik untuk menggerakan kaki masih susah
Maret berhubungan dan tangan yang tidak menggerakan tangan
2019 dengan fraktur dan kaki yang fraktur,
gangguan Respon: pasien dibantu mengeluh badanya
muskuloskele menggerakan badan oleh terasa mudah lelah,
tal keluarga susah mengganti posisi

2. Memposisikan O: pasien nampak


semifowler sering merintih saat
Respon: pasien mengikuti mengganti posisi,
instruksi nampak susah
menggerakan badan
3. Menilai kemampuan
merawat diri secara A: Hambatan mobilitas
mandiri yaitu makan dan fisik belum teratasi
minum ditandai dengan pasien
Respon: pasien masih belum dapat
belum bisa makan dan melakukan aktivitas
minum sendiri seperti biasa

4. Pantau respon pasien P:Intervensi


saat bergerak dilanjutkan
Respon: pasien nampak a.Atur posisi pasien
merintih saat berganti agar nyaman
posisi b.Merapikan
lingkungan agar pasien
nyaman
c.Anjurkan pasien
untuk banyak istirahat
Jumat Ansietas 1. Melakukan pendekatan S: pasien mengatakan
/ 15 berhubungan yang tenang pada pasien nafsu makan sudah
Maret dengan dengan komuniksi mulai ada dan masih
2019 penurunan terapiotik merasa cemas karena
status Respon: pasien nyaman memikirkan pelajaran
kesehatan berkomunikasi di sekolah

2. Menciptakan lingkungan O: pasien mulai


yang nyaman dengan berinteraksi sesekali
merapikan perbeden dengan pasien yang
Respon: pasien nyaman lain, wajah pasien
dengan lingkungannya masih nampak tegang,
keluarga pasien
3. Mengkaji tanda-tanda nampak mendampingi
kecemasan
Respon: wajah nampak A: Ansietas sebagian
masih tegang teratasi ditandai
dengan wajah pasien
4. Mengingatkan teknik masih cemas
relaksasi nafas dalam pada
pasien P: Intervensi lanjutkan
Respon: pasien a.Kaji tanda verbal dan
mendemostrasikan tarik non verbal ansietas
nafas dalam, nyeri b.Motifasi pasien dan
berkurang sesaat keluarga
c.Ajarkan teknik
5. Mengedukasi keluarga relaksasi nafas dalam
untuk memberikan
semangat pada pasien
Respon: keluarga
menyemangati pasien
Sabtu/ Nyeri akut 1. Monitor nyeri yang S: pasien mengatakan
16 berhubungan meliputi lokasi, nyeri berkurang setelah
Maret dengan agen karakteristik, frekuensi, melakukan tarik nafas
2019 cidera fisik kualitas, intensitas atau dalam, nyeri terasa
(trauma) beratnya nyeri dan faktor ditusuk tusuk, terasa di
pencetus daerah yang
Respon: pasien mengalami fraktur,
mengatakan nyeri skala nyeri terasa sesekali
lima, terasa di tusuk-tusuk, saat bergerak dan nyeri
nyeri saat digerakan, nyeri kurang lebih satu menit
pada daerah fraktur
O: Skala nyeri empat,
2. Mengingatkan teknik pasien nampak
nafas dalam untuk merintih sesekali,
mengurangi nyeri pasien nampak
Respon: nyeri pasien memegang daerah
berkurang sesaat dengan nyeri, pasien nampak
skala empat menarik nafas dalam,
TD : 110/80 mmhg,
3. Mengingatkan pasien suhu 37,2C, nadi 80
untuk rileks dengan cara x/menit, pernafasan 21
menarik nafas dalam x/ menit
Respon: pasien melakukan
tarik nafas dalam A: Nyeri belum teratasi
ditandai dengan masih
4. Mengukur tanda-tanda terdapatnya nyeri pada
vital pasien.
Respon: TD: 110/80
mmhg. N: 80x/i. P: 21x/i P:Intervensi
dilanjutkan
a.Kaji frekuensi nyeri
secara koprensif
b.Menganjurkan tarik
nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
c.Menganjurkan untuk
banyak istirahat
Sabtu/ Hambatan 1. Menganjurkan pasien S: pasien mengatakan
16 mobiitas fisik untuk menggerakan kaki masih susah
Maret berhubungan dan tangan yang tidak menggerakan tangan
2019 dengan fraktur dan kakinya, pasien
gangguan Respon: pasien dibantu mengeluh badanya
muskuloskele bergerak oleh keluarga terasa lelah, pasien
tal mengatakan
2. Menilai kemampuan lingkungannya sudah
merawat diri secara nyaman, dan nafsu
mandiri yaitu makan dan makan sudah mulai
minum ada.
Respon: pasien masih
belum bisa makan dan O: pasien sering
minum sendiri merintih saat
mengganti posisi, ADL
3. Pantau respon pasien pasien nampak dibantu
saat bergerak oleh keluarga
Respon: pasien nampak
merintih saat bergerak A: Hambatan mobilitas
fisik belum teratasi
ditandai dengan pasien
belum dapat
melakukan aktivitas
seperti biasa

P:Intervensi
dilanjutkan
a.Atur posisi pasien
agar nyaman
b.Merapikan
lingkungan agar pasien
nyaman
c.Anjurkan pasien
untuk banyak istirahat
Sabtu/ Ansietas 1. Mengkaji tanda-tanda S: pasien mengatakan
16 berhubungan kecemasan Respon: wajah sudah tidak cemas lagi,
Maret dengan nampak tidak tegang lagi pasien mengatakan
2019 penurunan nafsu makan sudah ada
status 2. Mengingatkan teknik
kesehatan relaksasi nafas dalam pada O: pasien sudah
pasien berinteraksi dengan
Respon: pasien pasien lain, pasien
mendemostrasikan tarik nampak bersemangat,
nafas dalam, nyeri TD 110/80 mmhg
berkurang sesaat
A: Ansietas teratasi
3. Mengedukasi keluarga ditandai dengan tidak
untuk memberikan ada perasaan gelisah,
semangat pada pasien wajah tegang tidak ada,
Respon: keluarga peningkatan tekanan
menyemangati pasien darah tidak ada
P:Intervensi dihentikan
Ming Nyeri akut 1. Monitor penurunan S: pasien mengatakan
gu/ 17 berhubungan nyeri yang meliputi nyeri berkurang setelah
Maret dengan agen lokasi,karakteristik, melakukan tarik nafas
2019 cidera fisik frekuensi, kualitas, dalam, nyeri terasa
(trauma) intensitas atau beratnya ditusuk tusuk, terasa
nyeri dan faktor pencetus didaerah yang
Respon: pasien mengalami fraktur,
mengatakan nyeri skala nyeri terasa saat
empat, terasa di tusuk- bergerak dan lama
tusuk, nyeri saat digerakan, nyeri terasa tidak
nyeri pada daerah fraktur menentu

2. Mengingatkan teknik O: Skala nyeri tiga,


nafas dalam untuk pasien nampak
mengurangi nyeri merintih bila daerah
Respon: nyeri pasien fraktur digerakan,
berkurang sesaat dengan nampak memegang
skala tiga daerah nyeri, TD :
110/80 mmhg, suhu
3. Menjelaskan pentingnya 37C, nadi 82 x/menit,
istirahat/tidur yang adekuat pernafasan 20 x/ menit
untuk membantu
penurunan nyeri A: Nyeri mulai teratasi
Respon: pasien susah tidur ditandai dengan skala
karna nyeri nyeri sudah berkurang,
skala nyeri tiga
4. Mengingatkan pasien
untuk rileks dengan cara P: Intervensi
menarik nafas dalam dilanjutkan
Respon: pasien melakukan a.Menganjurkan tarik
tarik nafas dalam nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
5. Mengukur tanda-tanda b.Menganjurkan untuk
vital banyak istirahat
Respon:TD: 110/80mmhg. c.Kaji frekuensi nyeri
N: 82x/i. P: 20x/i secara koprensif
Ming Hambatan 1. Menyarankan pasien S: pasien mengatakan
gu/ 17 mobiitas fisik untuk menggerakan kaki masih susah
Maret berhubungan dan tangan yang tidak menggerakan kaki
2019 dengan fraktur yang fraktur, pasien
gangguan Respon: gerakan pasien mengeluh badanya
muskuloskele dibantu oleh keluarga terasa lelah.
tal
2. Menilai kemampuan O: pasien nampak
merawat diri secara merintih jika daerah
mandiri yaitu makan dan fraktur digerakan,
minum ADL nampak dibantu
Respon: pasien masih sesekali oleh keluarga
belum bisa makan dan A: Hambatan mobilitas
minum sendiri fisik belum teratasi
ditandai dengan pasien
3. Pantau respon pasien belum dapat
saatbergerak melakukan aktivitas
Respon: pasien nampak seperti biasa
merintih saat saat bergerak
P: Intervensi
dilanjutkan
a.Atur posisi pasien
agar nyaman
b.Anjurkan pasien
untuk banyak istirahat
Senin/ Nyeri akut 1. Monitor penurunan S: pasien mengatakan
18 berhubungan nyeri yang meliputi lokasi, nyeri berkurang setelah
Maret dengan agen karakteristik, frekuensi, melakukan tarik nafas
2019 cidera fisik kualitas, intensitas atau dalam, nyeri hilang
(trauma) beratnya nyeri dan faktor timbul
pencetus
Respon: pasien O: Skala nyeri dua,
mengatakan nyeri skala wajah pasien tidak
tiga, terasa di tusuk-tusuk, tegang lagi, pasien
nyeri saat digerakan, nyeri nampak menarik nafas
pada daerah fraktur dalam saat mengalami
nyeri, TD : 120/70
2. Mengingatkan teknik mmhg, suhu 37C, nadi
nafas dalam untuk 90 x/menit, pernafasan
mengurangi nyeri 20x/ menit
Respon: nyeri pasien
berkurang dengan skala A: Nyeri sudah teratasi
dua. sebagian ditandai
dengan nyeri sudah
3. Menjelaskan pentingnya skala dua, pasien sudah
istirahat/tidur yang adekuat mampu mengatasi
untuk membantu nyeri secara mandiri
penurunan nyeri
Respon: pasien sudah bisa P:Intervensi
tidur dengan nyeyak dilanjutkan dirumah

4. Mengingatkan pasien
untuk rileks dengan cara
menarik nafas dalam
Respon: pasien melakukan
tarik nafas dalam

5. Mengukur tanda-tanda
vital
Respon: TD: 120/70mmhg.
N: 90x/i. P: 20x/i
Senin/ Hambatan 1. Mengingatkan pasien S: pasien mengatakan
18 mobilitas untuk menggerakan daerah sudah bisa
Maret fisik yang tidak fraktur menggerakan kaki
2019 berhubungan Respon: pasien dibantu yang fraktur sedikit
dengan oleh keluarga bergerak demi sedikit, badan
gangguan sudah terasa kuat
muskuloskele 2. Pantau respon pasien
tal saat bergerak O: pasien nampak
Respon: pasien nampak sudah mampu merawat
merintih saat bergerak diri secara mandiri,
wajah pasien tidak
tegang lagi, ADL
nampak sesekali
dibantu oleh keluarga

A: Hambatan mobilitas
fisik teratasi ditandai
dengan pasien sudah
bisa menggerakkan
kaki yang fraktur

P:Intervensi dihentikan

Perawat yang Melakukan Pengkajian

Sri Wahyuni
163110185

Anda mungkin juga menyukai