SRI WAHYUNI
NIM: 163110185
SRI WAHYUNI
NIM: 163110185
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri Pada Pasien Fraktur Di Ruang Nuri RS Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang 2019”. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan Bapak dan Ibu serta dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi peneliti
untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
1. Bapak Dr. Burhan Muslim, S.KM, M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang.
2. Bapak Letkol Ckm dr. Syahrial, Sp.B selaku Karumkrit Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang beserta Staf Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang
peneliti perlukan.
3. Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreini, S.Pd, M.Kep, Sp.KMB selaku Ketua
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Padang.
4. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep, Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Padang.
5. Bapak/Ibu dosen serta staf Program Studi Keperawatan Padang Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang yang telah memberikan bekal
ilmu untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
iv
6. Bapak/Ibu Petugas dan Staf Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang peneliti
perlukan.
7. Bapak/Ibu perpustakaan Poltekkes Kemenkes Padang, Universitas Andalas
yang telah berkenan untuk memberikan pelayanan dengan sabar kepada
peneliti.
8. Kepada Keluarga teristimewa untuk Ibunda Zulhelmi S.Pd tercinta yang telah
memberikan semangat, dorongan, dan masukan yang tiada terhingga. Tiada
kata yang dapat Ananda utarakan selain terima kasih banyak dan doa yang
tiada terhingga kepada Allah SWT untuk selalu memberikan kesehatan,
rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti.
9. Kepada kakak, abang, sahabat-sahabat, teman sepermainan yang telah
memberikan semangat, masukan, dorongan dan saran dalam membantu
penulisan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Kepada teman-temanku yang senasib dan seperjuangan Mahasiswa Politeknik
kesehatan Padang Program Studi D-III Keperawatan Padang tahun 2019.
Terimakasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada peneliti.
Peneliti menyadari masih ada beberapa kekurangan dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah, dan berharap kritikan, masukan, ataupun saran demi kesempurnaan Karya
Tulis Ilmiah.
Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga bentuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga
nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan. Amin.
Peneliti
v
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
ABSTRAK
Angka kejadian fraktur di RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tiap tahunnya
mengalami peningkatan yaitu sebanyak 478 kasus pada tahun 2017 (Januari –
Desember) dan 486 kasus pada tahun 2018 (Januari – November). Tujuan
penelitian untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien fraktur di RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang.
Hasil penelitian didapatkan masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
fisik, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
dan ansietas berhubungan dengan ancaman status terkini. Rencana keperawatan
yang dilakukan adalah manajemen nyeri teknik relaksasi nafas dalam pada pasien,
pengaturan posisi, serta pemantauan tanda-tanda vital. Hasil evaluasi
keperawatan pada hari ke lima pasien sudah dapat mengatasi nyeri dan intervensi
dilanjutkan dengan rutin melakukan teknik relaksasi nafas dalam dirumah.
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NIM : 163110185
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan
Kemenkes RI Padang
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
ix
BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian.............................................................. 36
B. Hasil Penelitian ................................................................................ 36
C. Pembahasan Kasus ........................................................................... 42
1. Pengkajian ................................................................................. 42
2. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 44
3. Intervensi Keperawatan ............................................................. 46
4. Implementasi Keperawatan ....................................................... 48
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................... 49
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
Lampiran 11 Ganchart
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun
psikologis, yang tentunya bertujuan untuk kehidupan dan kesehatan.
Kebutuhan manusia di pandang sebagai suatu keterpaduan, keseluruhan
yang terorganisir yang mendorong untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori
hierarki. Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima
kebutuhan dasar. Tingkatan pertama kebutuhan fisiologis seperti
kebutuhan oksigen, cairan, nutrisi, dan kebutuhan istirahat. Tingkatan
kedua rasa nyaman seperti bebas dari rasa takut dan cemas, bebas dari
nyeri. Tingkatan ketiga rasa cinta seperti memberi dan menerima kasih
sayang. Tingkatan keempat harga diri seperti perasaan tidak bergantung
pada orang lain. Tingkatan kelima aktualisasi diri (Andri & Wahid, 2016).
lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam
(Susanto & Yuni, 2017). Trauma pada jaringan yang menjadi sumber
stimulus nyeri dapat dirasakan pada pasien dengan penyakit kanker, luka
bakar, gastritis, penyakit jantung dan salah satunya yaitu fraktur.Fraktur
merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang baik yang bersifat total
maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang
yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Berdasarkan data dari Sumbar pada tahun 2017 tercatat kasus kecelakaan
di Sumatera Barat sebanyak 576 kasus, dengan jumlah korban tercatat
sebanyak 1.047 orang, dengan rincian meninggal dunia sebanyak 51
orang, luka berat sebanyak 333 orang, dan luka ringan sebanyak 663
orang, pada tahun 2018 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 614 kasus
dengan jumlah korban tercatat sebanyak 1.019 orang, dengan rincian
meninggal dunia sebanyak 60 orang, luka berat sebanyak 98 orang, dan
luka ringan sebanyak 861 orang.
Dampak nyeri pada fraktur secara fisik dapat terjadi denyut jantung
meningkat, tekanan darah meningkat dan frekuensi pernafasan meningkat,
pucat dan berkeringat. Dampak pada efek perilaku pasien biasanya pasien
menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang khas dan berespon
secara vocal. Pasien seringkali meringis, mengerutkan dahi, menggigit
bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot, dan menghindari
kontak sosial. Dampak pada aktivitas sehari-hari seperti mengalami
kesulitan dalam melakukan tindakan hygine normal dan dapat
mengganggu aktivitas sosial (Andri & Wahid, 2016).
nyeri dibanding hanya dengan penggunaan obat saja (Brunner & Suddarth,
2013).
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Tk.III Dr.
Reksodiwiyo Padang pada tahun 2017 sampai 2018 mengalami
peningkatan, pada bulan Januari sampai Desember tahun 2017 di dapatkan
kasus fraktur sebanyak 478 kasus dan dari bulan Januari sampai November
tahun 2018 di dapatkan kasus fraktur sebanyak 486 kasus.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana asuhan keperawatan
gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien fraktur di Rumah Sakit Tk.III Dr.
Reksodiwiryo Padang tahun 2019”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mendeskripsikan asuhan
keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien fraktur di
Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian gangguan rasa nyaman nyeri
pada pasien fraktur di Rumah Sakit Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang tahun 2019.
D. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata
dalam mengaplikasikan ilmu riset keperawatan dengan masalah
penelitian tentang asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri
pada pasien fraktur.
2. Etiologi Nyeri
Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, diantaranya:
a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat
terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada
reseptor.
b. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat
terjadinya penekanan pada reseptor nyeri.
c. Tumor, dapat juga menekan reseptor nyeri
3. Klasifikasi Nyeri
Nyeri yang diklasifikasikan berdasarkan tempat, sifat, dan berat
ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan.
a. Nyeri Berdasarkan Tempatnya
Nyeri berdasarkan tempat dapat dibedakan menjadi:
1) Pheriperal pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh,
misalnya pada kulit atau mukosa.
2) Deep pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang
lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.
3) Refered pain yaitu nyeri dalam yang disebabkan penyakit organ
atau struktur dalam tubuh yang di transmisikan kebagian tubuh
di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
4) Central pain yaitu nyeri yang terjadi akibat rangsangan pada
sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, hipothalamus, dan
lain-lain.
b. Nyeri kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang dirasakan lebih dari enam
bulan. Nyeri kronis ini memiliki pola yang beragam dan bisa
berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, ragam pola
nyeri ini ada yang nyeri dalam periode tertentu yang diselingi
dengan interval bebas dari nyeri, lalu nyeri akan timbul kembali.
Ada pula nyeri kronis yang konstan yaitu rasa nyeri yang terus
Tabel 2.1
Perbandingan Nyeri Akut dengan Nyeri Kronis
b. Repon prilaku
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan tubuh yang
khas dan ekspresi wajah ang mengidikasikan nyeri dapat
ditunjukan oleh pasien sebagai respons perilaku terhadap nyeri.
Respons tersebut seperti mengerutkan dahi, gelisah, memalingkan
wajah ketika dia ajak bicara (Wahyudi Dan Wahid, 2016).
b. Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya
menganggap bahwa seseorang anak laki-laki harus berani dan tidak
boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis
dalam situasi yang sama. Namun secara umum, pria dan wanita
tidak berbeda secara bermakna dalam berespons terhadap nyeri.
c. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah
sesuatu yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih
perilaku yang tertutup (introvert). Sosialisasi budaya menentukan
perilaku psikologi seseorang. Dengan demikian hal ini dapat
mempengaruhi pengeluaran fisiologi opial endogen sehingga
terjadilah persepsi nyeri.
d. Makna nyeri
Individu akan mempersepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri
tersebut member kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan
tantangan. Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
e. Perhatian
Tingkat seorang pasien pasien memfokuskan perhatiannya pada
nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang
meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan
upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons nyeri
yang menurun.
f. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri tetapi nyeri juga
dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas
tidak mendapat perhatian dapat menimbulkan suatu masalah
penatalaksanaan.
g. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan persepsi
nyeri.
h. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun
tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri
dengan lebih mudah di masa datang.
i. Gaya koping
Individu yang memiliki lokus kendali internal mempersepsikan diri
mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan
mereka dan hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya,
individu yang memiliki lokus kendali eksternal mempersepsikan
factor lain di dalam linkungan mereka seperti perawat sebagai
individu yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir suatu
peristiwa.
6. Penyebab nyeri
Menurut Engkus, 2013 penyebab nyeri ada 2 yaitu:
1. Trauma
a. Trauma mekanik, berupa benturan, gesekan, luka dan lain-lain
akan merangsang nyeri akibat reseptor nyeri mengalami
kerusakan.
b. Trauma thermik seperti panas api, air atau dingin yang
berlebihan akan merangsang resptor nyeri.
c. Trauma kimia seperti tersentuh asam atau basa yang kuat
d. Trauma elektrik seperti aliran listrik yang kuat akan merangsang
reseptor nyeri akibat kejang otot atau kerusakan reseptor nyeri.
2. Neoplasma
a. Neoplasma jinak akan menyebabkan penekanan pada ujung
saraf reseptor nyeri.
2. Efek perilaku
Pasien yang mengalami nyeri menunjukan ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang khas dan beresepons secara vocal serta
mengalami kerusakan interaksri social. Biasanya yang terjadi
seperti:
a. Meringis
b. Mengerutkan dahi
c. Menggigit bibir
d. Gelisah, takut dan cemas
e. Imobilisasi
f. Insomnia dan putus asa
g. Depresi
4. Gangguan spiritual
9. Penatalaksanaan nyeri
a. Farmakologi
Obat analgesik berfungsi untuk mengganggu atau menghalangi
transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi terhadap nyeri. Obat
analgeseik dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu analgesik golongan
natkotika dan analgesik bukan golongan narkotika.
1) Analgesik golongan narkotika
Analgesik golongan narkotika berfungsi untuk menurunkan
tekanan darah dan menimbulkan dan depresi pada fungsi vital,
misalnya repirasi. Contohnya adalah morphin sulfat, codein sulfat,
hydromorphone hydrocloride, meperidine hydrocloride,
methadone, dan pentazocine.
2) Analgesik golongan bukan narkotika
a. aspirin (asetysalicylic acid)
aspirin digunakan untuk menghilangkan rangsangan pada
sentral dan perifer serta kemungkinan menghambat sintesis
prostaglandin.obat ini berkhasiat setelah 15-20 menit dengan
efek puncak obat sekitar 1-2 jam.
b. Asetaminofen
Asetaminofen memiliki efek yang sama seperti aspirin. Akan
tetapi, asetaminofen tidak menimbulkan perubahan kadar
protrimbin.
b. Non farmakologi
1) Metode pengalihan perhatian, misalnya dengan mendengarkan
musik, menonton televise, membaca buku atau majalah, atau
berbincang-bincang dengan orang lain.
2) Metode relaksasi, misalnya dengan menganjurkan pasien untuk
menarik nafas dalam sehingga paru-paru terisi penuh,
menghembuskan nafas secara perlahan, serta melemaskan otot-otot
tangan, kaki, perut, dan punggung. Ulangi hal ini beberapa kali
sampai tubuh terasa nyaman, tenang, dan rileks.
3) Menstimulasi kulit, misanya dengan aplikasi panas atau dingin,
menggosok daerah nyeri dengan lembut, serta menggosok
punggung.
dipengaruhi oleh sistem algesia tubuh dan transmisi sistem saraf seta
interpretas stimulus.
Adapun respon perilaku yang timbul saat nyeri adalah ekspresi wajah,
mengatupkan geraham, menggigit bibir, meringis, bingung dan
disorientasi.
e. Data psikologis
Pasien akan mengalami cemas, takut, gelisah, putus asa dan
depresi.
f. Data sosial
Pasien akan mengalami hambatan dalam pergaulan, keluarga dan
pekerjaan.
(Atoillah & Engkus, 2013)
c. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1. Tanda-tanda stress: gelisah dan cemas
2. Ekspresi wajah: meringis
3. Nadi: meningkat
4. Suhu: meningkat
5. Pernafasan: meningkat
6. Tekanan Darah: meningkat
b. Kepala
Pada pasien fraktur,pada bagian kepala pasien tidak ada keluhan
c. Leher
Pada pasien fraktur,pada bagian leher tidak ada keluhan
d. Wajah
Pada pasien fraktur pada wajah tampak menahan sakit, meringis,
gelisah dan cemas
e. Mata
Pada pasien fraktur, pada mata terjadi dilatasi pupil pada nyeri akut
dan konstriksi pupil pada nyeri kronis
f. Telinga
Pada pasien Fraktur, pada bagian telinga tidak ada keluhan
g. Hidung
Pada pasien fraktur, pada hidung tidak ada pernafasan cuping
hidung
h. Thoraks
1) Inspeksi : tidak ada lesi, pembengkakan, simetris kiri dan
kanan
2) Palpasi: pergerakan sama, fremitus kiri dan kanan
3) Perkusi: suara ketok sonor di kedua apeks paru
4) Auskultasi : suara nafas normal, tidak ada suara tambahan
i. Jantung
1) Inspeksi : ictus kordis tampak atau tidak
2) Palpasi : ictus kordis teraba di RIC V mid clavikula sinistra
RIC V
3) Perkusi : batas jantung di RIC III kanan-kiri dan di RIC V
mid clavikula sinistra
4) Auskultasi: bunyi jantung normal
j. Abdomen
1) Inspeksi: bentuk datar dan simetris
2) Palpasi: hepar tidak teraba
3) Perkusi: suara tympani
4) Auskultasi: bising usus ada
k. Ekstremitas
Terjadi perubahan warna lokal pada kulit yang fraktur,
pembengkakan lokal dan kemerahan pada sendi maupun area
fraktur, immobilisasi ekstremitas, dan nyeri tekan pada area
fraktur, edema.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Pada pasien yang mengalami nyeri tidak ditemukan hasil radiologi,
namun pada pasien yang mengalami fraktur pemeriksaan radiologi
dilakukan untuk mengetahui adanya jaringan-jaringan ikat, tulang yang
mengalami kerusakan.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pada pasien yang mngalami nyeri tidak ditemukan hasil laboratorium,
namun pada pasien fraktur perlu dipantau hasil labor antaranya adalah
kalsium serum, kretinin, leukosit dan aspartat amino trasferase (AST)
akan meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
2. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien fraktur dengan
gangguan rasa nyaman nyeri menurut NANDA Internasional (2015),
adalah sebagai berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
integritas struktur tulang
c. Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan
Monitor Tanda-Tanda
Vital
a. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernafasan dengan tepat
b. Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda
vital
Terapi Relaksasi
a. Gambarkan
rasionalisasi dan
manfaat relaksasi serta
jenis relaksasi yang
tersedia (misalnya,
music, meditasi,
bernafas dengan ritme,
relaksasi rahang dan
relaksasi otot progresif)
b. Minta klien untuk rileks
c. Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada klien
d. Dorong klien untuk
mengulang praktik
teknik relaksasi
2 Hambatan Ambulasi dapat Peningkatan mekanika
mobilitas fisik dilakukan dengan tubuh
berhubungan kriteria hasil: a. Kaji pemahaman klien
dengan a. Menopang berat badan mengenai mekanika
kerusakan tidak terganggu tubuh dan latihan
integritas b. Berjalan dengan (mendemonstrasikan
struktur tulang langkah yang efektif kembali teknik
tidak terganggu melakukan aktivitas
Batasan c. Berjalan dengan pelan sehari-hari)
karakteristik: tidak terganggu b. Bantu keluarga dan
a. Gangguan klien untuk
sikap berjalan Pergerakan normal mengidentifikasi latihan
b. Gerakan lambat dengan kriteria hasil: postur yang sesuai
c. Kesulitan a. Keseimbangan tidak
membolak-balik terganggu Terapi Aktivitas
posisi b. Cara berjalan tidak a. Pertimbangkan
d. Keterbatasan terganggu kemampuan klien dalam
rentang gerak c. Gerakan otot tidak berpartisipasi melalui
e.Ketidaknyaman terganggu aktivitas spesifik
an d. Gerakan sendi tidak b. Bantu klien untuk
f. Tremor akibat terganggu mengidentifikasi
bergerak e. Bergerak dengan mudah aktivitas yang dapat
tidak terganggu dilakukan dan yang
ingin dilakukan
c. Ciptakan lingkungan
yang aman
d. Monitor respon emosi,
fisik, sosial, dan
spiritual terhadap
aktivitas
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dalam bentuk studi kasus. Penelitian studi kasus adalah sebuah desain
penelitian yang menggambarkan fenomena yang diteliti dan juga
menggambarkan besarnya masalah yang diteliti. Metode penelitian ini
digunakan untuk memecahkan permasalahan dengan menempuh langkah-
langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan, membuat kesimpulan
dan laporan (Kartika, 2017).
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakterisik yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampling
merupakan teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel dan
merupakan suatu proses dalam penyeleksian porsi dari populasi untuk
mendapatkan mewakili populasi agar memperoleh sampel yang benar-
30
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi (kriteria yang tidak layak diteliti) adalah
menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria
eksklusi dan studi karena berbagai sebab (Kartika, 2017). Kriteria
eksklusi penelitian ini yaitu:
1) Pasien yang pulang, meninggal atau pindah sebelum dirawat
lima hari oleh peneliti.
2) Pasien yang mengalami penurunan kondisi (tidak stabil).
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang
telah dianalisis. Kegiatan pendokumentasian diagnosa
keperawatan sebagai berikut:
a. Analisa data
Analisa data pada partisipan mencakup data pasien, masalah
dan penyebabnya. Data pasien terdiri atas data subjektif yaitu
data yang didapat saat interaksi dengan pasien langsung, dan
keluhan pasien, sedangkan data objektif diperoleh dari hasil
pengamatan dan pemeriksaan fisik.
b. Diagnosa keperawatan
Hal yang perli diperhatikan dalam menegakkan diagnosa
keperawatan adalah problem, etiologi, dan symptom. Format
diagnosa keperawatan terdiri dari diagnosa keperawatan,
3. Intervensi
Rencana asuhan keperawatan terdiri dari beberapa komponen
diantaranya diagnosis keperawatn, tujuan, kriteria hasil, serta
perencanaan keperawatan.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan terdiri dari hari tanggal dilakukan
asuhan keperawatan, diagnosis keperawatan, tindakan
keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan, serta tanda
tangan yang melakukan implementasi keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi terdiri dari nama pasien, hari tanggal, evaluasi berupa
SOAP, serta tanda tangan yang membuat evaluasi keperawatan.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan
melakukan pemeriksaan secara langsung kepada partisipan
penelitian untuk membandingkan antara keadaan pasien dengan
teori. Peneliti melakukan pemeriksaan meliputi: keadaan umum
partisipan dan pemeriksaan dari kaki sampai kepala yang meliputi
inspeksi, perkusi, palpasi dan auskultasi.
3. Pengukuran
Pengukuran adalah pengumpulan data penelitian dengan mengukur
objek menggunakan alat ukur tertentu, misalnya berat badan
dengan timbangan, tekanan darah dengan tensi meter, suhu badan
dengan termometer dan sebagainya.
4. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk
memperoleh informasi melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk
data sekunder, misalnya rekam medik, laporan bulanan, laoran
tahunan, catatan pasien, surat keterangan, arsip foto, hasil rapat,
jurnal kegiatan dan sebagainya.
F. Jenis-jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pasien
seperti pengkajian kepada pasien, meliputi: identitas pasien,
riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, dan pemeriksaan fisik
terhadap pasien.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
langsung dari keluarga, rekam medis dan ruangan nuri RS Tk. III
Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2019. Data sekunder umumnya
berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.
G. Rencana Analisis
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis
semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan
menggunakan konsep dan teori keperawatan pada pasien dengan
gangguan rasa nyaman nyeri. Data yang telah didapat dari hasil
melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan
diagnosis, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai
mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan
dengan teori asuhan keperawatan dengan kasus gangguan rasa
nyaman nyeri. Analisa yang dilakukan untuk menentukan
kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien.
B. Hasil Penelitian
Peneliti melakukan pengkajian pada satu orang partisipan, partisipannya
adalah Ny. R. Pengkajian dilakukan dengan metode wawancara, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang dilihat dari hasil studi dokumentasi.
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada partisipan didapatkan data sebagai berikut: pasien
perempuan umur 17 tahun, seorang pelajar, pendidikan SMA, agama
islam, alamat padang. Diagnosa medis fraktur femur dextra. Selama
dirawat yang bertanggung jawab adalah Ny.Y, ia adalah seorang ibu
rumah tangga dan juga merupakan ibu dari pasien.
Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 13 Maret 2019, pukul 14.50 WIB
melalui IGD RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang karena kecelakaan
motor yang dikendarainya dan pasien mengalami luka-luka pada bagian
tangan serta mengalami fraktur pada tulang paha kanan. Pasien merasakan
nyeri pada bagian luka lecet yeng ada pada tubuhnya dan terutama pada
area fraktur.
36
Pada saat pengkajian tanggal 14 Maret 2019 pukul 11.00 WIB dilakukan
pengkajian pada hari rawatan ke dua, pasien mengeluh nyeri pada area
yang fraktur serta pada bagian tubuh yang luka. Nyeri bertambah apabila
bagian fraktur digerakkan, nyeri terasa berdenyut, nyeri hilang timbul
dengan skala 7. Pasien sering gelisah, pasien mengatakan cemas dengan
keadaannya saat ini, pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri yang
dirasakan. Selain itu pasien juga mengatakan sulit beraktivitas karena
bagian fraktur akan bertambah nyeri saat digerakkan.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian keperawatan maka peneliti menegakkan
diagnosa keperawatan sesuai dengan keluhan yang ditemukan pada pasien
saat pengkajian selama pasien dirawat oleh peneliti mulai tanggal 14
Maret sampai 18 Maret 2019. Adapun diagnosa keperatawatan yang
ditemukan sebagai berikut:
3. Rencana keperawatan
Perencanaan ini diharapkan dapat mengatasi masalah yang telah dan akan
muncul pada pasien selama dirawat. Rencana asuhan keperawatan yang
dilakukan mengacu pada Nursing Intervensions Classification (NIC) dan
Nursing Outcomes Classification (NOC). Berikut adalah rencana asuhan
keperawatan yang dilakukan pada tanggal 14 Maret sampai dengan 18
Maret 2019
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma)
Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada diagnosa pertama
nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma) dengan
kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu nyeri terkontrol, tingkat nyeri
berkurang dengan intervensi berdasarkan NIC yaitu manajemen nyeri,
monitor tanda-tanda vital, terapi relaksasi.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan kepada
pasien sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang sudah
dirumuskan. Implementasi keperawatan yang dilakukan selama 5 hari dari
tanggal 14 Maret 2019 sampai 18 Maret 2019 yaitu
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (trauma)
Implementasi yang dilakukan pada diagnosa pertama diantaranya
monitor penurunan rasa nyeri (lokasi, karakteristik, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus),
mengajarkan pasien untuk rileks dengan cara menarik nafas dalam,
mengajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri,
menjelaskan pentingnya istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri, dan mengukur tanda-tanda vital.
5. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan implementasi keperawatan kepada pasien makan
dilakukan evaluasi keperawatn yang didapatkan:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (trauma)
Setelah dilakukan implementasi keperawatan maka dilakukan evaluasi
keperawatan secara menyeluruh pada pasien selama 5 hari maka
didapatkan hasil evaluasi yaitu pasien mengatakan nyeri berkurang
setelah menarik nafas dalam, skala nyeri dua, wajah pasien nampak
tidak tegang lagi, pasien nampak sudah bisa mengontrol nyeri secara
mandiri, TD : 120/70 mmhg, suhu 37C, nadi 90x/menit, pernafasan
20x/menit. Masalah keperawatan teratasi sebagian dan intervensi
dilanjutkan dirumah.
C. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara
teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri
pada pasien fraktur. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian
keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun intervensi
keperawatan, melakukan implementasi keperawatan dan melakukan evaluasi
keperawatan.
1. Pengkajian
Pada saat pengkajian pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan utama
pasien merasakan nyeri pada bagian luka yang ada pada tubuhnya
terutama pada area fraktur yaitu fraktur femur dextra. Penelitian yang
dilakukan oleh Djamal, dkk (2015) di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado didapatkan bahwa pada pasien fraktur akan mengalami nyeri.
Nyeri dapat bersifat ringan hingga sedang.
Hasil pengkajian terkait masalah gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien
ditemukan data pasien mengeluh nyeri dengan skala tujuh, terasa ditusuk
tusuk, nyeri terasa di daerah dan tangan yg luka-luka dan kaki yang
fraktur, nyeri terasa kurang lebih selama lima menit, nyeri terasa saat
daerah fraktur digerakan dan tidak digerakan, pasien mengatakan tidak
nyaman dengan kondisinya sekarang, badannya terasa lemah, letih dan
susah untuk digerakkan, nafsu makan berkurang dan susah untuk miring
kiri dan kanan.
Atoillah & Engkus (2013), mengatakan nyeri yang dialami oleh pasien
disebabkan karena adanya stimulus/rangsangan yang diterima reseptor
nyeri (nociceptor) yang berada di kulit dan mukosa. Kerusakan jaringan
yang terjadi menyebabkan reseptor mengantarkan stimulus nyeri menuju
batang otak dan thalamus yang kemudian mengaktifkan respon otonomik
dan limbic yang kemudian menimbulkan persepsi nyeri pada korteks
sehingga menyebabkan timbulnya perilaku nyeri pada pasien. Penyebab
nyeri yang dialami oleh pasien yaitu karna adanya trauma mekanik.
Data lain yang didapatkan dari pasien yaitu pasien tidak bisa
menggerakkan kaki kanan yang fraktur seperti biasa karena nyeri dan
aktivitas pasien dibantu oleh perawat dan keluarga. Data yang didapatkan
dari kasus sejalan dengan teori yang ada bahwa nyeri yang dirasakan akan
menimbulkan gejala segera dan merangsang aktivitas saraf simpatis yang
manifestasinya berupa timbulnya ketidakmampuan dalam melakukan
pergerakan pada area yang mengalami fraktur karena nyeri yang dirasakan
bertambah apabila bagian fraktur digerakkan sehingga menyebabkan
terganggunya mobilitas pada penderita fraktur (Atoilah & Engkus, 2013).
Pola nutrisi pasien terjadinya penurunan nafsu makan. Hal ini dapat terjadi
karena cemas yang dialaminya. Hubungan antara nyeri dan cemas
Data sosial yang ditemukan pada pasien adalah kawatir dengan pelajaran
yang tertinggal di sekolahnya, gelisah, sering melamun dan kontak mata
buruk. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh (Atoillah & Engkus,
2013) bahwa seseorang yang mengalami nyeri akan takut, gelisah,
pandangan sempit, kontak mata buruk
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengakajian yang dilakukan pada kasus, didapatkan
tiga diagnosa dari kasus Tn. R, yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik (trauma), hambatan mobiitas fisik berhubungan dengan
gangguan muskuloskeletal, ansietas berhubungan dengan penurunan status
kesehatan
Pada diagnosa pertama pada kasus Ny. R yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik (trauma). Nyeri akut adalah pengalaman sensori
dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial (NANDA 2015-2017). Batasan
karakteristik nyeri akut yang ditemukan pada pasien berdasarkan
NANDA 2015-2017 antara lain: dilatasi pupil, ekspresi wajah misalnya
meringis, fokus menyempit (proes berfikir, persepsi sewaktu, interaksi
dengan orang dan lingkungan), fokus pada diri sendiri, keluhan tentang
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi pada pertemuan kelima pada diagnosa pertama nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (trauma) yaitu, evaluasi subjektif:
pasien mengatakan nyeri berkurang setelah melakukan tarik nafas dalam,
nyeri hilang timbul. Evaluasi objektif: Skala nyeri dua, wajah pasien tidak
tegang lagi, pasien nampak menarik nafas dalam saat mengalami nyeri,
TD : 120/70 mmhg, suhu 37C, nadi 90 x/menit, pernafasan 20x/ menit.
Hasil ini menunjukan pemecahan masalah nyeri pada Ny. R berjalan
dengan baik dan intervensi sudah bisa dihentikan.
A. Kesimpulan
50
B. Saran
1. Bagi Direktur RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
Disarankan pada perawat melalui direktur RS Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang di Ruang Nuri diharapkan perawat dapat
melakukan dan mempertahankan latihan teknik relaksasi nafas dalam
untuk mengurangi nyeri pada pasien fraktur.
Atoilah, Elang Mohamad & Engkus, Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: In Media
Hariyanto, awan & Rini. 2015. Buku ajar keperawatan medikal bedah 1 dengan
diagnosis NANDA Internasional. Jogjakarta: Ar-ruzz media
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep Dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, Aziz alimul dan Musrifatul. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
edisi 2 buku 1. Jakarta: Salemba Medika
52
53
Potter & Perry. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, edisi 4, volume 2.
Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne c & brenda. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner and Suddart edisi 8, vol 1. Jakarta: EGC
Susanto, Andina, Vita dan Fitriana, Yuni. 2017. Kebutuhan dasar manusia teori
dan aplikasi dalam praktik keperawatan. Yogyakarta: Pustaka baru press
Syaiful, Yianita dan Sigit. 2014. Efektifitass Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Fraktur
Femur.https://Ippmunigresblog.files.wordpress.com/2015/07/jnc-vol-5-ni-
2-november-2014.pdf.Diakses tanggal28Desember 2017jam14.00 WIB
Wahyudi, Andry Setiya & Abd. Wahid. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar. Jakarta: Mitra Wacana Media
Wijaya, andra wijaya dan yessie. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
1) Nama : Ny. R
2) Umur : 17 thn
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Pendidikan : SMA
5) Alamat : Padang
e. Kebutuhan Dasar
1) Makan
Sehat : pasien makan 3x sehari, pasien
menghabiskan porsi makanannya
Sakit : diit makanan biasa dan menghabiskan
paling banyak ½ porsi
2) Minum
Sehat : pasien minum air mineral ±6-7 gelas sehari
Sakit : pasien minum air mineral ±4-5 gelas sehari
3) Tidur
Sehat : Tidur ± 6-7 jam/hari
Sakit : Pasien tidur kurang dari 6 jam/hari
4) Mandi
Sehat : Pasien mandi 2x sehari
Sakit : Pasien mandi lap 1x/hari dibantu keluarga
5) Eliminasi
Sehat : BAB pasien lancar minimal 1 kali sehari,
BAK pasien lancar ±4-5 kali sehari
Sakit : Pasien belum ada BAB sejak satu hari yang
lalu, pasien belum ada BAK sejak satu hari yang
lalu
6) Aktifitas pasien
Sehat : Pola aktivitas dan latihan pasien sebelum
sakit dapat beraktivitas secara mandiri.
Sakit : Pola aktivitas dan latihan pasien sebelum
sakit dapat beraktivitas secara mandiri.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Tinggi / Berat Badan : 154 cm / 44 kg
2) Tekanan Darah : 110/70 mmHg
3) Suhu : 37 0C
4) Nadi : 92X / Menit
5) Pernafasan : 20 X / Menit
6) Rambut
Bersih, tidak rontok
7) Telinga
Pendengaran baik kiri dan kanan, lengkap, sejajar kantus mata dan
bersih
8) Mata
Penglihatan baik kiri dan kanan, lengkap, konjungtiva tidak
anemis, bersih, reflek pupil isokor dan reflek kedih positif
9) Hidung
Penciuman baik, lengkap, bersih, pernafasan cuping tidak ada
10) Mulut
Mukosa bibir lembab, bibir tidak sianosis
11) Leher
Tidak ada keluhan saat menelan, tidak ada pembesaran vena
jugularis, dan kelenjar tiroid
12) Toraks
I : simetris kiri dan kanan
P: fremitus kiri dan kanan
P: sonor
A: vesikuler
13) Abdomen
I : imetris kiri dan kanan
P: hepar tidak teraba
P: timpani
A: bising usus 10x/menit
14) Kulit
Turgor kulit baik
15) Ekstremitas
Atas:
CRT <2 detik, pada ekstremitas atas terdapat luka lecet di bagian
tangan, kekuatan otot kiri dan kanan 5:5, tidak ada perubahan
bentuk tulang
Bawah:
Fraktur pada femur sebelah kanan, terpasang implan, luka tertutup
perban elastis. Kekuatan otot kanan dan kiri 1:5, CRT <2 detik
g. Data Psikologis
1) Status emosional : Pasien tampak gelisah
2) Kecemasan : Pasien tampak cemas
3) Pola koping : Pasien tidak dapat mengontrol nyeri
4) Gaya komunikasi : pasien jarang berkomunikasi dengan pasien
lain dan keluarga
5) Konsep Diri : Pasien cemas dengan keadaannya saat ini
k. Pemeriksaaa Diagnostik :
1) Pemeriksaan Radiologi
Fraktur pada femur sebelah kanan, terpasang implan dan luka
tertutup dengan perban elastis
l. Program Terapi Dokter
Data Objektif
1.Pasien nampak fokus
pada diri sendiri
2.Wajah nampak tegang
3.Nampak merintih
sesekali
4.Sikap tubuh tampak
melindungi daerah nyeri
5.Pasien nampak hati-hati
saat menggerakkan
daerah fraktur
6.Nadi: 92x/menit,
Pernafasan: 20x/menit,
Tekanan darah 110/70
mmhg
Data Objektif
1.Nampak gelisah
2.Wajah nampak tegang
3.Kontak mata pasien
nampak buruk
Monitor Tanda-
Tanda Vital
Tindakan keperawatan:
a. Monitor tekanan
darah, nadi, dan status
pernafasan dengan
tepat
Terapi Relaksasi
Tindakan keperawatan:
a. Minta klien untuk
rileks
b. Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada klien.
c. Dorong klien untuk
mengulang praktik
teknik relaksasi
2 Hambatan mobiitas fisik Setelah dilakukan tindakan Bantuan perawatan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan diri
gangguan ambulasi dapat dilakukan Tindakan keperawatan:
muskuloskeletal dengan kriteria hasil: a. Monitor kemampuan
a. Dapat berjalan dengan merawat diri secara
Batasan karakteristik: pelan mandiri
1. Gerakan nampak b. Dapat menopang berat b. Berikan bantuan
lambat badan sampai klien
2. Pasien nampak sulit dapatmelakukan
miring kiri dan kanan Setelah dilakukan tindakan kegiatan secara mandiri
3. Merasa tidak nyaman keperawatan diharapkan
4.Penurunan kemampuan pergerakan normal dengan Terapi Aktivitas
dalam motorik kasar kriteria hasil: Tindakan keperawatan:
a. Keseimbangan tidak a. Ciptakan lingkungan
terganggu yang aman
b. Pergerakan sendi normal b. Monitor respon
c. Dapat bergerak dengan emosi, fisik, social dan
mudah spiritual terhadap
d. Gerakan otot tidak aktivitas
terganggu
3 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan intervensi Pengurangan
dengan ancaman status keperawatan diharapkan Kecemasan
terkini Tingkat Kecemasan Tindakan keperawatan:
berkurang dengan kriteria a. Gunakan pendekatan
Batasan Karakteristik: hasil: yang tenang dan
1. khawatir a. Dapat beristirahat meyakinkan
2. Badan terasa letih b. Perasaan gelisah, wajah b. Nyatakan dengan
3. Kontak mata buruk tegang otot tegang tidak ada jelas harapan terhadap
4. Wajah tegang c. Tidak ditemukan distress perilaku pasien
5. Melamun d. Tidak adapenyampaian c. Jelaskan semua
6. Gelisah lisan rasa takut prosedur yang akan
e. Tidak ada perhatian dilakukan
berlebihan terhadap keadaan d. Berikan informasi
f. Dapat berkonsentrasi factual terkait
g. idak ada peningkatan diagnosis, perawatan,
tekanan darah, nadi, dan dan prognosis
frekuensi pernafasan e. Kaji untuk tanda
h. Tidak ada dilatasi pupil verbal dan non verbal
i. Tidur tidak terganggu kecemasan
j. Tidur tidak terganggu
Terapi relaksasi
Tindakan
Keperawatan:
a. Gambarkan rasional
dan manfaat teknik
relaksasi
b. Ciptakan lingkungan
yang tenang dan tanpa
distraksi
c. Evaluasi respon
terhadap terapi
relaksasi
d. Dapatkan perilaku
yang menunjukkan
terjadinya relaksasi,
misalnya nafas dalam
7. Memberikan analgetik
keterolak 30 mg.
Respon: Tn. B nampak
tenang
Kamis Hambatan 1.Mengajarkan kepada S: Pasien mengatakan
/14 mobilitas keluarga cara merubah masih susah
Maret fisik posisi menggerakan kakinya,
2019 berhubungan Respon: keluarga nampak pasien mengeluh
dengan belum mengerti badanya terasa mudah
gangguan lelah, pasien
muskuloskele 2. Menganjurkan pasien mengatakan susah
tal untuk menggerakkan kaki untuk mengganti posisi
yang fraktur
Respon: pasien dibantu O: Pasien nampak
menggerakkan badan oleh belum mampu merawat
keluarga diri secara mandiri,
pasien sering merintih
3. Menjelaskan pentingnya saat mengganti posisi
nutrisi yang adekuat untuk
proses penyembuhan A: Hambatan mobilitas
tulang. fisik belum teratasi
Respon: pasien nampak ditandai dengan pasien
masih belum paham belum dapat
kebutuhan nutrisi melakukan aktivitas
seperti biasa dengan
4. Pantau respon pasien mandiri.
saat bergerak.
Respon: wajah pasien P:Intervensi
nampak tegang saat dilanjutkan
berganti posisi a.Anjurkan pasien
untuk banyak makan
b.Atur posisi pasien
agar nyaman
c.Ciptakan lingkungan
yang nyaman
d.Membantu perawatan
diri pasien
Kamis Ansietas 1. Melakukan pendekatan S: Pasien mengatakan
/ 14 berhubungan yang tenang pada pasien nafsu makan
Maret dengan dengan komuniksi berkurang, cemas
2019 ancaman terapiotik dengan kondisi
status terkini Respon: pasien sekarang, cemas lama
mengatakan nyaman sembuh, pasien sangat
berkomunikasi bingung memikirkan
sekolahnya.
2. Mengkaji tanda-tanda
kecemasan O: Wajah pasien
Respon: pasien nampak tegang, pasien
mengatakan cemas dengan nampak fokus pada diri
keadaannya sendiri, kontak mata
pasien buruk
3. Menciptakan lingkungan
yang nyaman A: Ansietas belum
Respon: pasien teratasi ditandai
mengatakan lingkungan dengan wajah pasien
mulai nyaman masih terlihat cemas
5. mengedukasi keluarga
untuk memberikan
semangat pada pasien
Respon: keluarga
menyemangati pasien
Jumat Nyeri akut 1. Monitor penurunan rasa S: pasien mengatakan
/ 15 berhubungan nyeri yang meliputi lokasi, nyeri berkurang setelah
Maret dengan agen karakteristik, frekuensi, melakukan tarik nafas
2019 cidera fisik kualitas, intensitas atau dalam, nyeri terasa
(trauma) beratnya nyeri dan faktor ditusuk tusuk, terasa
pencetus didaerah yang
Respon: pasien mengalami fraktur,
mengatakan nyeri skala nyeri terasa saat tidak
pasien enam, terasa di bergerak dan saat
tusuk-tusuk, nyeri saat bergerak dan nyeri
gerak dan saat tidak kurang lebih lima
digerakan, nyeri pada menit
daerah fraktur
O: Skala nyeri enam,
2. Mengajarkan teknik wajah pasien masih
nafas dalam untuk nampak tegang,
mengurangi nyeri nampak fokus pada diri
Respon: nyeri pasien sendiri, pasien nampak
berkurang pada saat merintih sesekali, TD :
dilakukan teknik relaksasi 120/80 mmhg, suhu
dengan skala enam 37,2 0c, nadi 90
x/menit, pernafasan 21
3. Menjelaskan pentingnya x/ menit
istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu A: Nyeri belum teratasi
penurunan nyeri dtandai dengan masih
Respon: pasien susah tidur terdapatnya nyeri pada
karna nyeri pasien
6. Memberikan analgetik
keterolak 30 mg
Respon: pasien nampak
tenang
Jumat Hambatan 1. Mengajarkan pasien S: pasien mengatakan
/ 15 mobiitas fisik untuk menggerakan kaki masih susah
Maret berhubungan dan tangan yang tidak menggerakan tangan
2019 dengan fraktur dan kaki yang fraktur,
gangguan Respon: pasien dibantu mengeluh badanya
muskuloskele menggerakan badan oleh terasa mudah lelah,
tal keluarga susah mengganti posisi
P:Intervensi
dilanjutkan
a.Atur posisi pasien
agar nyaman
b.Merapikan
lingkungan agar pasien
nyaman
c.Anjurkan pasien
untuk banyak istirahat
Sabtu/ Ansietas 1. Mengkaji tanda-tanda S: pasien mengatakan
16 berhubungan kecemasan Respon: wajah sudah tidak cemas lagi,
Maret dengan nampak tidak tegang lagi pasien mengatakan
2019 penurunan nafsu makan sudah ada
status 2. Mengingatkan teknik
kesehatan relaksasi nafas dalam pada O: pasien sudah
pasien berinteraksi dengan
Respon: pasien pasien lain, pasien
mendemostrasikan tarik nampak bersemangat,
nafas dalam, nyeri TD 110/80 mmhg
berkurang sesaat
A: Ansietas teratasi
3. Mengedukasi keluarga ditandai dengan tidak
untuk memberikan ada perasaan gelisah,
semangat pada pasien wajah tegang tidak ada,
Respon: keluarga peningkatan tekanan
menyemangati pasien darah tidak ada
P:Intervensi dihentikan
Ming Nyeri akut 1. Monitor penurunan S: pasien mengatakan
gu/ 17 berhubungan nyeri yang meliputi nyeri berkurang setelah
Maret dengan agen lokasi,karakteristik, melakukan tarik nafas
2019 cidera fisik frekuensi, kualitas, dalam, nyeri terasa
(trauma) intensitas atau beratnya ditusuk tusuk, terasa
nyeri dan faktor pencetus didaerah yang
Respon: pasien mengalami fraktur,
mengatakan nyeri skala nyeri terasa saat
empat, terasa di tusuk- bergerak dan lama
tusuk, nyeri saat digerakan, nyeri terasa tidak
nyeri pada daerah fraktur menentu
4. Mengingatkan pasien
untuk rileks dengan cara
menarik nafas dalam
Respon: pasien melakukan
tarik nafas dalam
5. Mengukur tanda-tanda
vital
Respon: TD: 120/70mmhg.
N: 90x/i. P: 20x/i
Senin/ Hambatan 1. Mengingatkan pasien S: pasien mengatakan
18 mobilitas untuk menggerakan daerah sudah bisa
Maret fisik yang tidak fraktur menggerakan kaki
2019 berhubungan Respon: pasien dibantu yang fraktur sedikit
dengan oleh keluarga bergerak demi sedikit, badan
gangguan sudah terasa kuat
muskuloskele 2. Pantau respon pasien
tal saat bergerak O: pasien nampak
Respon: pasien nampak sudah mampu merawat
merintih saat bergerak diri secara mandiri,
wajah pasien tidak
tegang lagi, ADL
nampak sesekali
dibantu oleh keluarga
A: Hambatan mobilitas
fisik teratasi ditandai
dengan pasien sudah
bisa menggerakkan
kaki yang fraktur
P:Intervensi dihentikan
Sri Wahyuni
163110185