163110248
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
163110248
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
ii Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Anak Pada Neonatus Dengan Hiperbilirubinemia Di
Ruang Perinatologi Anak dan Kebidanan RS. Tk. III Dr. Reksodiwiryo
Padang tahun 2019”. Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D III
Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, pasti sangat sulit bagi peneliti untuk
bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiyah ini tepat pada waktunya. Oleh karena
itu, peneliti mengucapakan terimakasih kepada:
1. Ibu Ns. Ns. Zolla Amely Ilda,S.Kep,M.Kep, selaku pembimbing I dan Ibu
Hj. Tisnawati,S.St,M.Kes selaku pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM.M.Si selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes RI Padang.
3. Bapak dr.Tri Kurniyanto, Sp.B selaku kepala Rumah Sakit Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang yang telah banyak membantu memberikan izin
kepada peneliti.
4. Ibu Ns. Sila Dewi Anggreni, M.Kep, Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.
5. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep, Sp. Jiwa selaku Ka Prodi D III Keperawatan
Padang Poltekkes Kemenkes RI Padang.
6. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf yang telah membimbing dan membantu
selama perkuliahan di Jurusan Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes
Padang
7. Kedua orang tua dan saudara tercinta yang telah memberikan semangat
dan dukungan serta doa yang diberikan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
Peneliti menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, peneliti dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari
pembaca. Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat
khususnya bagi peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta
peneliti mendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan
balasan dari Allah SWT. Amin
Peneliti
ABSTRAK
Hasil penelitian, tampak kuning pada seleruh tubuh bayi, kulit kering, refleks
hisap lemah dan bayi tampak lebih banyak tidur. Terdapat tiga diagnosis yang
muncul dengan diagnosis utama yaitu ikterus neonatus berhubungan dengan usia
kurang dari tujuh hari. Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu fototerapi dan
manajemen laktasi. Evaluasi keperawatan setelah lima hari memberikan asuhan
fungsi hati membaik dan tanda-tanda vital bayi dalam batas normal.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Perumusan Masalah .....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................6
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................49
B. Saran .................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................51
LAMPIRAN
Lampiran 1 WOC
Agama : Islam
Ayah : Zulbahri
Ibu : Osniwati
Riwayat Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperbilirubinemia merupakan masalah yang sering terjadi pada minggu
pertama kehidupan neonatus. Peningkatan bilirubin ditandai dengan warna
kuning pada kulit dan sklera mata. Sebagian bilirubin fisiologis dapat
meningkat sampai melebihi 2 mg/dL pada hari-hari pertama kehidupan,
mencapai puncak rata-rata pada kadar 5-6mg/dL pada 3-4 hari dan kemudian
menurun setelah usia satu minggu pada bayi cukup bulan (Sareharto &
Wijayahadi, 2010).
Bilirubin yang tidak terkonjugasi dalam hati di ubah atau terkonjugasi oleh
enzim asam uridin difosfoglukuronat uridin diphosphoglucuronic acid
(UPGA) glukuronil transferase menjadi bilirubin mono dan diglucuronida
yang polar, larut dalam air (bereaksi direk). Bilirubin yang terkonjugasi larut
dalam air dapat dieliminasi melalui ginjal, dengan konjugasi bilirubin masuk
dalam empedu melalui membran kanalikular dan sistem gastrointestinal,
kemudian diaktifkan oleh bakteri menjadi urobilinogen dalam tinja dan urine.
Sebagian bilirubin diabsorbsi kembali melalui sirkulasi enterohepatik (Suriadi
& Yuliani, 2010).
Kadar bilirubin bayi baru lahir dipengaruhi oleh usia gestasi, asupan ASI,
inkompatibilitas golongan darah ibu dan bayi abnormalitas, struktur eritrosit
dan difisiensi enzim G6PD. Peningkatan bilirubin dapat terjadi pada neonatus
yang kurang mendapatkan nutrisi selama beberapa hari setelah lahir, sehingga
merangsang peningkatan sirkulasi entrohepatik bilirubin (Sareharto &
Wijayahadi, 2010).
Usia gestasi merupakan faktor dan penentu kualitas kesehatan bayi yang
dilahirkan, bayi baru lahir dari usia gestasi yang kurang berkaitan dengan
beratlahir rendah. Berat badan lahir yang tidak normal (<2500 gram) sangat
mempengaruhi terjadinya ikterus neonatorum terutama pada bayi BBLR (Bayi
berat lahir rendah) di sebabkan belum matangnya fungsi hati bayi untuk
1
1
Poltekkes Kemenkes Padang
2
Penelitian menurut State (2016). Penyakit kuning neonatal diantara bayi yang
baru lahir berusia antara 1 dan 28 hari. Prevalensi total 52.6 dalam 1000 dari
jumlah total kasus yang ditinjau. Ikterus nonatal pada pria (67,4)
dibandingkan pada wanita (43,6). Risikonya penyakit neonatal yang
didentifikasi adalah sepsis (66,7%), prematuritas (15,2%), kurang menyusui
(9,0%), inkompatibilitas ABO (5,2%) dan anemia (3,8%).
Indonesia kejadian ikterus pada bayi cukup bulan (BCB) di beberapa rumah
sakit diantaranya. RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, RS Dr. Sardjito, RS Dr.
Soetomo, dan RS Dr. Kariadi bervariasi dari 13,7% hingga 85%. Data dari
tahun 2003 didapatkan insidens ikterus neonatorum 12% pada BCB 78%
merupakan ikterus fisiologis Sareharto & Wijayahadi (2010).
Dampak kadar bilirubin yang tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak (kern
ikterus). Kern ikterus merupakan keadaan terjadinya penimbunan blirubin di
dalam otak, sehingga menyebabkan kerusakan otak. Efek jangka panjangnya
adalah keterbelakangan mental, kelumpuhan serebral (pengontrolan otot yang
abnormal, cerebaral palsy), tuli dan mata tidak dapat di gerakan ke atas (Anik,
2017).
Pemberian cairan yang cukup dengan ASI atau ASI yang di pompa.Bayi yang
menerima fototerapi mengalami dehidrasi atau memiliki berat badan yang
berlebihan dapat di beri suplementasi dengan ASI atau susu formula yang
menghambat mengambat sirkulasi enterohepatik bilirubin sehingga dapat
memperbaiki efektifitas fototerapi (Mendri & Prayogi, 2013).
Eropa ditemukan ada 8/1000 dari kelahiran. Hal ini menunjukkan bahwa di
wilayah afrika merupakan kejadian tertinggi pada tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan Pada Neonatus dengan kasus
Hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi Kebidanan dan Anak Rst Dr.
Reksodiwiryo Padang?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menerapkan Asuhan Keperawatan pada Neonatus dengan kasus
Hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi Kebidanan dan Anak Rst
Dr.Padang .
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi data hasil pengkajian pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi Kebidanaan dan Anak Rst
Dr.padang.
b. Merumuskan Diagnosa Keperawatan pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi Kebidanaan dan Anak Rst
Dr.padang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menggambarkan wawasan ilmu pengetahuan serta
kemampuan penelitian,disamping itu dapat memberikan pengalaman
dalam penerapan Asuhan Keperawatan pada Neonatus dengan pasien
Hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi Kebidanaan dan Anak Rst Dr.
Reksodiwiryo padang.
2. Bagi Lahan / Rumah sakit
Hasil penelitian dapat menjadi informasi bagi perawat melalui pimpin Rst
Dr.padang untukmeningkatkan Asuhan Keperawatan pada neonatus
dengan hiperblirubinemia di ruangan Perinatologi Kebidanaan dan Anak
RST Dr. Reksodiwiryo Padang.
3. Bagi Institusi
Hasil penelitian dapat menjadi informasi bagi mahasiswa ataupun dosen
tentang asuhan keperawatan pada neonatus dengan hiperbilirubinemia di
ruangan Perinatologi Kebidanan dan Anak RST Dr. Reksowiryo padang.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
1. Pengertian
c. Kern ikterus
Ialah ensealopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus
cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg%) disertai
penyakit hemolitik berat pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada
otak.
Tabel 2.1
Derajat ikterus pada neonatus menurut rumus Kramer.
3 Daerah 1, 2 + badan 11
2. Etiologi
ecchymosis.
2. Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronial tranferase,obstruksi
empedu (atresia biliari), infeksi, masalah metabolik galaktosemia,
hipotiroid jaundice ASI.
3. Adanya komplikasi; asfiksi, hipotermi, hipoglikemi.
Menurunya ikatan albumin; lahir prematur, asidosis.
a. Peningkatan produksi:
1. Hemolisis pada inomatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidakseimbangan golongan darah dan ana pada penggolangan
rhesus dan ABO.
2. Pendarahan tertutup missalnya trauma kelahiran.
3. Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan
metabolik yang terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis.
4. Defisiensi G6PD / Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
5. Kurangnya enzi glukoronil Transeferase ,sehingga kadar
bilirubin meningat misalnya pada berat lahir rendah
6. Kelainan kongenital dan dubin hiperbilirubinemia.
b. Gangguan transportasi akibat penuranan kapasitas pengangkutan
misalnya pada Hipoalbuminemia pengaruh obat-obat tertentu
misalnya sulfadiasine.
c. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati
dan darah merah seperti infeksi, tokoplasmosis, siphilis.
d. Gangguan ereksi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
e. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya ileus obstruktif.
3.Patofisiologi
Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari
pengrusakan sel darah/RBCs.
a. Pembentukan bilirubin :
3). Pada reaksi tersebut juga terdapat besi yang digunakan kembali
untuk pembentukan hemoglobin dan karbon monoksida yang
di ekskresikan kedalam paru. Biliverden kemudian akan di
reduksi menjadi bilirubin oleh enzim biliverden reduktase.
4). Biliverden bersifat larut dalam air dan secara cepat akan
dirubah menjadi bilirubin melalui reaksi bilirubin reduktase.
b. Transportasi bilirubin :
3). Bilirubin yang terikat pada albumin serum ini merupakan zat
non polar dan tidak larut dalam air dan kemudian akan
ditransportasi kedalam sel hepar.
c. Asupan Bilirubin :
d. Konjugasi Bilirubin :
e. Ekskresi Bilirubin
4. Respon Tubuh
a. Sistem Eliminasi
b. Sistem Pencernaan
c. Sistem Integumen
Pada bayi normal, kulit bayi akan tambah merah muda, akan
tetapi pada bayi yang mengaami hiperbilirubin, kulit bayi akan tampak
berwarna kekuningan. Ini disebabkan karna fungsi hepar yang belum
sempurna, defisiensi protein “Y”, dan juga tidak terdapat bakteri
pemecah bilirubin dalam usus akibat dari imaturitas usus, sehingga
bilirubin indirek terus bersirkulasi keseluruh tubuh.
e. Sistem Persyarafan
5. Penatalaksanaan
1. Fototerapi
Dilakukan apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg% dan
berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urin
dengan oksidasi foto pada bilirubin dari biliverdin.
3. Transfusi Tukar
Transfusi tukar dilaksanakan dengan indikasi sebagai berikut :
1. Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek > 20 mg%.
2. Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat yaitu 0,3 – 1 mg% per
jam.
3. Anemia yang berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung.
4. Bayi dengan kabar hemoglobin tali pusat < 14 mg% dan uji positif.
Langkah penatalaksanaan saat transfusi tukar adalah sebagai berikut:
a. Sebaiknya neonatus dipuasakan 3-4 jam sebelum transfusi tukar.
b. Siapkan neonatus dikamar khusus.
c. Pasang lampu pemanas dan arahkan kepada neonatus.
d. Tidurkan neonatus dalam keadaan terlentang dan buka pakaian ada
daerah perut.
e. Lakukan transfusi tukar sesuai dengan protap.
f. Lakukan observasi keadaan umum neonatus, catat jumlah darah yang
keluar dan masuk.
g. Lakukan pengawasan adanya perdarahan pada tali pusat.
h. Periksa kadar Hb dan bilirubin setiap 12 jam.
(Dewi, 2016).
1. Pengkajian
c. Riwayat kesehatan
1). Riwayat kesehatan sekarang
d. Pemeriksaan fisik
1). Kepala-leher.
Ditemukan adanya ikterus pada sklera dan mukosa.
2). Dada
Ikterus dengan infeksi selain dada terlihat ikterus juga akan terlihat
pergerakan dada yang abnormal.
3). Perut
Perut membucit, muntah, kadang mencret yang disebabkan oleh
gangguan metabolisme bilirubin enterohepatik.
4). Ekstremitas Kelemahan padaotot.
5). Kulit
Menurut rumus kramer apabila kuning terjadi di daerah kepala
dan leher termasuk ke grade satu, jika kuning pada daerah
kepala serta badan bagian atas digolongkan ke grade dua.
Kuning terdapat pada kepala, badan bagian atas, bawah dan
tungkai termasuk ke grade tiga, grade empat jika kuning pada
daerah kepala, badan bagian atas dan bawah serta kaki dibawah
tungkai, sedangkan grade 5 apabila kuning terjadi pada daerah
kepala, badan bagian atas dan bawah, tungkai, tangan dan kaki.
6). Pemeriksaan neurologis
Letargi, pada kondisi bilirubin indirek yang sudah mencapai
jaringan serebral, maka akan menyebabkan kejang-kejang dan
penurunan kesadaran.
7). Urogenital
Urine berwarna pekat dan tinja berwarna pucat. Bayi yang sudah
fototerapi biasa nya mengeluarkan tinja kekuningan.
e. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan bilirubinserum
5. Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji
urin terhadap galaktosemia.
3.Rencana Keperawatan
Tabel 2.2
Perencanaan Keperawatan
berlebihan.
f. Ubah posisi
bayi setiap
4jam per
protokol.
2. Monitor tanda
vital
a. Monitor
nadi, suhu,
dan
frekuensi
pernapasan
dengan
tepat.
b. Monitor
warna kulit,
suhu, dan
kelembaban.
2 Hipertermi berhubungan Setsetelah dilakukan 3. Temperature
dengan Dehidrasi asuhan keperawatan, regulation
maka didapatkan (pengaturan suhu)
Batasan Krakteristik kriteria: a. Monitor
1. Apnea 1. Termoregulasi. sushu
2. Bayi tidak dapat a. berkeringat minimal
mempertahankan menyusu saat panas. tiap 2 jam.
3. Gelisah b. gemetaran b. Rencanakan
4. Hipotensi saat dingin. monitoring
5. Kejang c. Tingkat suhu secara
6. Koma pernafasan kontiniu.
7. Kulit kemerahan dalam c. Monitor
8. Kulit terasa hangat keadaan nadi dan
9. Letargi normal. RR.
10. Postur abnormal 2. Kontrol resiko : d. Monitor
11. Stupor hipertermi. warna dan
12. Takikardi suhu kulit.
a. Teridentifika
13. Takipnea
si nya tanda e. sesuaikan
14. Vasodilatasi
dan gejala suhu yang
hipertermi sesua
b. Modifikasi dengan
lingkungan kebutuhan
untuk pasien.
mengontrol f. Monitor
suhu tubuh tanda-tanda
hipertermi
dan
hipotermi.
g. Tingkatkan
cairan dan
nutrisi.
h. Berikan
antipiretik
jika perlu.
i. Gunakan
kasur yang
dingin dan
mandi air
hangat
untuk
perubahan
suhu tubuh
yang sesuai
4. Manajemen
demam
a. Monitor
suhu secara
kontinue
b. Monitorkel
uaran
cairan
c. Monitor
warna kulit
dan suhu.
Monitor
masukan
dan
keluaran
3 Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan Infection Control
dengan proses invasive asuhan keperawatan (Kontrol Infeksi).
Faktor Risiko maka di dapatkan a. Bersihkan
1. Kurang pengetahuan untuk kriteria. lingkungan
menghindari pemajanan 1. Kontro resiko setelah dipakai
patogen proses infeksi pasien lain.
2. Malnutrisi 2. Faktor resiko b. Pertahankan
3. Obesitas teratasi teknik
4. Penyakit Kronis (misal, isolasi.
diabetes melitus) c. Batasi
5. Prosedur Invasif pengunjung bila
perlu.
d. Gunakan sabun
antimikroba
untuk cuci
tangan.
e. Cuci tangan
setiap sebelum
dan sesudah
tindakan
keperawatan.
f. Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai
pelindung.
g. Pertahankan
lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat.
h. Tingkatkan
intake
nutrisi.
i. Berikan terapi
antibiotik bila
perlu yang
mengandung
infection
protection
(proteksi
terhadap
infeksi).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan yaitu studi kasus yang berupa asuhan
keperawatan pada klien melalui pengkajian, merumuskan diagnosis
keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan rencana dengan
implementasi keperawatan, dan melakukan evaluasi keperawatan dari
tindakan keperawatan dan dokumentasi keperawatan dengan desain deskriptif.
Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah melihat penerapan asuhan
keperawatan pada neonatus dengan hiperbilirubinemia di ruang perinatologi
Kebidanan dan Anak Rumah sakit tentara Dr. Reksodiwiryo Padang.
2. Sampel
a. Kriteria inklusif:
1. Pasien dan orang tua bersedia menjadi responden
2. Pasien yang mengalami Hiperbilirubin di Ruang Perinatologi
Kebidanan dan Anak Rumah Sakit Tk. Iii Reksodiwiryo Padang
3. Pasien yang di rawat minimal 5 hari b.Kriteria Eksklusi
b. Kriteria Eksklusi :
1. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu wawancara
bebas terpimpin (format pengkajian yang disediakan). Wawancara jenis ini
merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara
terpimpin. Meskipun dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah pembicara
secara tegas dan mengarah, sehingga wawancara ini bersifat fleksibelitas dan
tegas.
2. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari pasien,
selain itu juga mengobservasi respon tubuh terhadap tindakan (fototerapi)
yang dilakukan seperti keadaan umum pasien,derajat ikterus, keadaan kulit,
diare, dan suhu tubuh.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang didapatkan seperti berat badan, suhu tubuh diatas
batas normal (36,5-37,5), sclera dan mukosa ikterik, derajat ikterik neonatus.
4. Dokumentasi
Alat atau instrumen pengumpulan data yang di gunakan adalah format tahapan
proses keperawatan neonatus mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi.
Instrumen pengumpulan data berupa format tahapan proses keperawatan neonatus
mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Cara pengumpulan data dimulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi dan studi dokumentasi.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat pemeriksaan fisik yang terdiri
dari stestoskop, thermometer, penlight, pita ukur, dan timbangan bayi.
F.Jenis-Jenis Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien dan orangtua, meliputi: Identitas pasien dan orangtua,
riwayat kesehatan (riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, dan
riwayat kesehatan keluarga) dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.
2. Data Sekunder
G.Hasil Analisis
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan
pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada neonatus dengan hiperbilirubinemia. Data yang telah didapat
dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan
diagnosis, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi
hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan
keperawatan neonatus dengan hiperbilirubinemia. Analisa yang dilakukan adalah
untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi
pasien serta perbedaan anatara kondisi pasien yang satu dengan kondisi yang
lainnya.
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi Kasus
1. Pengakajian Keperawatan
By. L laki-laki berusia 5 hari masuk Rumah Sakit Tk.III Dr. Reksodwiryo
padang pada tanggal 24 febuari 2019 jam 09.00 WIB dengan keluhan tampak
kuning 3 hari pada wajah dan kemudian kuning semakin meluas ke seluruh
tubuh.
Saat dilakukan pengkajian tanggal 24 febuari 2019 pukul 13.00 WIB. Ibu
mengatakan By. L tampak kuning pada seluruh tubuh bayi sejak tiga hari,
By.L tidak kuat menghisap ketika menyusu dan lebih banyak tidur. By. L
dirawat dan medapatkan fototerapi, ibu mengakatan ibu hanya dapat
mengunjungi bayi By. L pada jam-jam tertentu saja, dan ASI yang di pompa
ibu menggunakan alat pompa ASI di berikan kepada perawat ruangan untuk
By. L dengan menggunakan botol dot.
By. L lahir kurang bulan (34 minggu), ibu mengatakan berat badan lahir 2410
gr, panjang lahir 40 cm, dengan melahirkan spontan, dengan niali APGAR
7/8, langsung menangis. By. L lahir di klinik bidan. Pada usia tiga hari bayi
tampak kuning dan di bawa ke Rumah Sakit Tk.III Dr. Reksodwiryo padang
untuk mendapakan fototerapi dan dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil
labor pada tanggal 24 febuari 2019, Biliruin total 14,2 mg/dl( normal 0.1- 1,2
mg/dl ), bilirubin indirek 13,46 mg/dl ( normal <0,8 mg/dl ), bilirubin direk
0.74 mg/dl ( normal < 0.2). Pemeriksaan fisik RR; 42x/menit S: 36,5°C
HR:120x/menit.
Hasil pemeriksaan fisik ditemui yaitu kulit By. L tampak kuning pada seluruh
tubuh, tugor kulit kurang elastis dan kering, berat badan 2410 gr, panjang
badan 40 cm, lingkar lengan 9 cm, bentuk kepala normal dengan lingkar
kepala 32,2 cm, rambut hitam, mata simetris kiri dan kanan,
tidak ada secret, konjungtiva tidak anemis dan sklera ikterik. Reflek cahaya
dan reflek pupil positif. Hidung bersih, tidak pernafasan cuping hidung.
Struktur mulut utuh, palatum dan gusi utuh, bibir pucat, reflek rooting dan
reflek sucking masih lemah. Telinga normal, sejajar dengan kantus mata.
Lingkar leher 12 cm, pada saat dilakukan pemeriksaan reflek tonik neck bayi
mampu memuatar kepalanya saat di miringkan ke sisi lain dan mampu
mengembalikan putaran kepala ke sisi lain.
Lingkar dada 30 cm, dada simetris, irama pernafasan teratur, By. L bernafas
spontan, suara nafas vesikuler. Pada pemeriksaan jantung ictus kordis tidak
nampak, saat palpasi iktus kordis teraba di intercosta IV pada linea
midcclavikula sinistra, bunyi jantung regular. Lingkar abdomen 27 cm, tali
pusat sudah kering, tidak ada kelainan struktur abdomen normal, spinder nevy
tidak terlihat, terdengar bising usus 10x/menit, tidak ada teraba adanya
pembesaran hepar, berbunyi tympani di saat perkusi.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisk dan hasil laboratorium, masalah
keperawatan yang muncul yaitu 1) Ikterus neounatus berhubungan dengan
usia kurang dari tujuh hari, diagnosis ikterus neonatus ini diangkat
berdasarkan data yang mendukung seperti By. L yang mengatakan bahwa By.
L tampak kuning pada usia 3 hari, kuning tampak pada seluruh tubuh tubuh
bayi, kemudian berdasarkan data yang di kaji oleh peneliti pada tanggal 24
febuari 2019, anak masih tampak kuning seluruh tubuh, pada mukosa dan
sklera, saat diraba tugor kulit elastis dan tampak kuning. Pengkajian ini juga
di dukung oleh hasil laboratorium tanggal 24 februari 2019 yang
menunjukkan kadar bilirubin total 14,2 mg/dl ( normal 0,1 mg/dl – 1,2 mg/dl),
bilirubin indirek 13,46 mg/dl (normal <0.8 mg/dl), bilirubin direk 0.74 mg/dl (
normal < 0.2 mg/dl ).
3. Rencana Keperawatan
Berikut akan diuraikan masing-masing renecena keperawatan untuk diagnosis
ikterus neonatus berhubungan dengan usia kurang dari tujuh hari, dengan
Rencana keperawatan selanjutnya yang disusun yaitu 6). Pantau warna dan
udema pada mata, yang bertujuan untuk pemantauan didi terhadap kerusakan
daerah mata. 7). Atur ketinggian lampu yang sesuai, tujuan dari mengatur
ketinggian lampu dengan bayi ini adalah agar jarak lampu dengan bayi tidak
terlalu dekat, dan mencegah terjadinya iritasi yang berlebihan pad kulit bayi.
8). Cek tanda-tanda vital seperti suhu, pernafasan dan nadi bayi untuk melihat
keadaan umum bayi. 9). Ubah posisi bayi setiap 3 jam, tujuan dari tindakan
ini adalah agar pencahayaan merata pada seluruh tubuh bayi.
pantau tanda dehidrasi pada kulit dan mukosa bayi, bertujuan untuk melihhat
respon pada tubuh bayi setelah dilakukan fototerapi. 12) motivasi ibu untuk
menyusui delapan kali per hari, tindakan keperawatan ini bertujuan agar
nutrisi terpenuhi.
4. Implementasi Keperawatan
Berdasarakan rencana keperawatan yang di rencanakan, tindakan keperawatan
yang dilakukan untuk diagnosis keperwatan Ikterus neonatum pada By. L
yaitu a). pada pukul 07.20 WIB meninjau sejarah antara ibu dan By. L apakah
terdapat resiko untuk terjadinya hiperbilirubinemia seperti faktor
ketidakcocokan rhesus atau ABO, sepsis prematus), ditemukan data golongan
darah ibu dan By. L berbeda, ibu dengan golongan darah O Rhesus positif dan
By.H dengan golongan darah A rhesus positif. Kemudian dari hasil
pengkajian pada ibu, juga di dapatkan data By. L lahir premature pada usia
kehamilan 34 minggu dan lahir secara normal. Tindakan perawat selanjutnya
yaitu b). Menilai tanda-tanda ikterus yang terdapat pada tubuh By. L pada
pukul 07.30 WIB dengan cara menekan kulit dibagian tangan dan dada By. L
kemudian melepaskan tekanan tadi, didapatkan hasil kuning saat ditekan dan
masih menetap setelah penekanan dilepaskan. Selanjutnya c). mengukur suhu
tubuh By. L dengan thermometer digital dibagian aksila By. L pada pukul
07.35 WIB di dapatkan hasil 36,8°C, mengukur frekuensi nadi di ateri radialis
di dapatkan frekuensi nadi 110x/menit, pernafasan dengan melihat pada dada
By. L didapatkan frekuensi pernafasan 33x/menit.
5. Evaluasi keperawatan
Perkembangan yang dialami oleh By. L selama dilakukan tindakan
keperawatan selama 5 hari yaitu pada hari pertama kuning masih tampak
diseluruh tubuh By. L, perawat ruangan mengatakan By. L masih kuning
seluruh tubuh. Kulit juga tampak kering dan tugor kulit kurang elastis dan
kering, kadar bilirubin total sebesar 14,2 mg/dl ( normal 0,1 mg/dl -1,2
mg/dl). Masalah keperawatan belum teratasi dan intervensi tindakan
mengamati tanda-tand ikterus, menempatkan bayi tetap dalam tidur
tertutup, memonitor suhu, nadi dan pernafasan, mengkaji tanda dehidrasi
dan menyarankan ibu agar memeberikan ASI nya delapan kali per hari
dilanjutkan.
pada By. L tidak elastic dan kering, By. L masukan asupan memalui oral
menggunak botol dot, intake pada By. L Intake : 8x 12cc/hari. Pada
pemeriksaan berat badan pada selama penelitian selama 2410 gr. Sampai
hari terakhir peneliti melakukan penelitian, masalah resiko kekurangan
volume cairan bayi teratasi dan intervensi dihentikan.
B. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas keseimbangan antara
teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada By. L dengan kasus
hiperbilirubinemia yang telah dilakukan sejak tanggal 25 februari 2019 –
29 februari 2019. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian,diagnosis
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 25 februari 2019 pukul 10:00
WIB, By. L tampak kuning pada sklera, konjungtiva dan seluruh tubuh.
Reflex hisap pada By. L juga lemah sehingga jarang menyusu dengan ibu,
hanya ibu menitipkan ASI pada perawat dengan menggunakan botol dot.
Pada kasus By. L lahir pada usia kehamilan 34 minggu dengan berat badan
lahir 2410 gr, lahir spontan langsung menangis dengan APGAR Skor 7/8.
Menurut peneliti, pada bayi yang lahir premature lebih berisiko untuk
terjadinya hiperbilirubinemia dari pada bayi yang lahir cukup bulan karena
pada bayi yang lahir kurang bulan juga akan terjadinya imatur hepar yang
menyebabkan gangguan dalam konjugasi bilirubin sehinggaa terjadinya
pemecahan berlebih dan bilirubin tersebut melebihi tampunagn hepar
sehingga tidak mampu melakukan konjugasi kemudian sebagian dari
bilirubin masuk ke siklus enterohepatik dan terjadinya peningkatan kadar
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin mucul pada kasus hiperbilirubinemia yaitu ikterik
neonatus berhubungan dengan neonatus mengalami kesulitan transisi
kehidupan ekstra uterin, keterlambatan pengeluaran mekonium, penurunan
berat badan tidak terdektesi, pola makan tidk tepat dan usia kurang dari
tujuh hari. Kemudian resiko kekurangan volume cairan faktor resiko yaitu
agens farma seutikal, barier kelebihan cairan, berat badan ekstrem, faktor
yang mempengaruhi kebutuhan cairan, gangguan mekanisme regulasi,
kehilangan caira melalui rute normal, kehilangan volume cairan aktif,
kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan, penyimpangan yang
mempengaruhui absorpsi cairan, penyimpangaan yang mempengaruhui
asupan cairan, penyimpangan yang mempengaruhi kelebihan caira, usia
ekstrem. Kemudian menyusui tidak efektif penyebab ketidakadekuatan
suplai ASI, hambatan pada neonatus (missal prematuritas,sumbing),
anomaly payudara ibu (missal: putting yang masuk kedalam ),
ketidakadekuatan reflex oksitosin, ketidakadekuatan reflex menghisap bayi,
payudara bengkak, riwayat operasi payudara, kelahiran kembar.
Analisa peneliti, kulit tidak elastic dan kering pada By. L disebabkan karena
By. L sedang melakuan terapi foto terapi, dan biasa bayi yang sedang
menajalaka foto terapi cenderung akan lebih memerlukan asupan cairan
yang lebih, dan harus memenuhui kebutuhan cairan atau ASI yang sesuai
kebutuhan dengan tubuh.
Analisa peneliti, reflek hisap lemah pada By. L disebabkan karena By. L
lahir kurang bulan , biasa bayi yang lahir kurang bulan juga diikuti dengan
imatur juga fungsi berbagai organ seperti paru-paru, saluran cerna,termasuk
juga belum kuattnya reflek menghisap pada bayi yang menyebabkan bayi
belum mampu untuk menyuu lagsung dengan ibu nya, dan harus
menggunakan boto dot untuk minum ASI.
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Pada kasus hiperbilirubinemia meninjau sejarah anatara ibu dan bayi untuk
melihat faktor resiko terjadinya hiperbilirubinemia seperti meninjau faktor
ketidakcocokan rhesus atau ABO anatar Ibu dan bayi, sepsis, prematuritas,
mal presentasi snagat penting dilakukan karena keadaan inkompatibilitas
rhesus, ABO anatara ibu dan bayi, serta sepsis, prematuritas dan
malpresentsi merupakan beberapa keadaan yang menimbulkan ikterus.
nya secara adekuat bisa menyebabkan bayi kekurangan ASI yang mana
nanti bisa memperburuk keadaan bayi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yang dilakukan tindakan keperawatan 5 kali tiga jam
pada masalah keperawatan ikterus neonatus berhubungan dengan usia
kurang dari tujuh hari, degan metode SOAP untuk mengetahui
keidakefktifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan, didapatkan hasil
tanda- tanda vital sudah dalam batas normal. Kuning tampak menghilang
pada By.L pada hari rawat ke 3, ditandai juga dengan ibu yang mengatakan
bahwa kuning pada By. L sudah hilang. Kuning juga sudah tidak tampak lagi
pada skelera, dan pada tubuh bayi. Tanda –tanda vital yang normal yaitu
frekuensi nadi By. L 126x/ menit, pernafasan 30x/ menit dan suhu 36°C.
masalah keperawatan teratasi dan intervensi dihentikan.
memberitahu ibu untuk makan yang bergizi selama menyusui dilanjutkan oleh
perawat ruangan.
Dari ketiga diagnosa tersebut, selama dilakukan tindakan selama 5 kali 3 jam,
diagnosa yang teratasi yaitu ikterus neonatus berhubungan dengan usia kurang
dari tujuh hari yang di buktikan dengan data kuning pada bayi mulai
menghilang pada hari ke rawat ke 4 dan resiko kekurangan volume cairan
dengan faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan yang dibuktikan dengan
data kulit bayi tidak kering dan tugor kulit mulai membaik. Dan perawatan
By. L masih dilanjutkan untuk mnegatasi masalah keperawatan lainnya yang
belum teratsi seperti menyusui tidak efektif berhubungan dengan
ketidakadekuatan reflek menghisap.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil pengkajian didapatkan data bahwa By. L tampak kuning pada seluruh
tubuh, kulit kering dan By. L lebih banyak tidur, juga tampak. Ibu
mengatakan By. L belum bisa menyusui langsung dengan ibu. Hasil dari
pemeriksaan fisik yang ditemui yaitu kulit By. L tampak kuning seluruh
tubuh, tugor kulit tidak elastis dan kering, konjungtiva tidak anemis dan sclera
ikterik. Hidung bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, reflek hisap
lemah, telinga normal, sejajar dengan kantus mata.
2. Diagnosa utama yang muncul pada By. L dengan hiperbilirubinemia yaitu
ikterus neonates berhubungan dengan usia kurang dari tujuh hari, diagnosa
kedua resiko kekurangan volume cairan dengan faktor yang mempengaruhi
kebutuhan cairan dan ketiga menyusui tidak efektif berhubungan dengan
ketidakadekuatan reflek menghisap.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan pada masalah keperawatan yang
ditemukan. Berikut beberapa intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa. a)
foto terapi neonates b) monitor tanda-tanda vital c) manajemen cairan seperti
mendorong masukan oral d) konseling laktasi.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan tindakan yang telah disusun.
Implementasi keperawatan dilakukan selama 5 hari yaitu pada tanggal 25
febeuari 2019 sampai 29 februari 2019
5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari yaitu dalam bentuk SOAP pada
masing-masing diagnosa.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Atikah, M,V & Jaya, P. 2016. Buku Ajar Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, da Balita.
CV. Trans Info Media. Jakarta :
Dinkes Kota Padang. 2016. Profil Kesehatan Kota Padang 2016. Sumatera Barat:
Kementrian Kesehatan.
Maryunani, A., & Sari, eka puspita. (2017). Asuhan Kegawatan Daruratan Maternal
dan Neonatal. kramat jati jakarta timur, DKI Jakarta: taufik ismail.
Sareharto, T. P., & Wijayahadi, N. (2010). Kadar Vitamin E Rendah sebagai Faktor
Resiko Peningkatan Bilirubin Serum pada Neonatus, 11(5), 355–362.
Suradi, & Yuliani Rita. (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta.
Sumiaty, S(2011) Bayi Surakarta Minim Minum Asi, Jurnal Nasional, Jakarta
Tazami, R. M., Syah, S., & Jambi, U. (2013). Gambaran Faktor Risiko Ikterus
Neonatorum pada Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2013.
No. Mr : 00-03-75-58
2
DS: - . Faktor yang Resiko kekurangan
DO: mempengaruhi volume cairan
1. Tugor kulit kering dan
kebutuhan cairan
tidak elastis
2. ASI tidak di habiskan
sesuai kebutuhan (12
ml/kgBB/hari)
3. 3. Pasien sedang
menjalakan foto terapi
sejak satu hari yang lalu.
DO:
1. bayi menghisap tidak
terus menerus
2. intake bayi tidak adekuat
3. bayi rewel dan menangis
stelah menyusui
No MR : 00-03-75-58
NamaPasien : By. L
No MR : 00-03-75-58
No MR : 00-03-75-58
A: Masalah menyusui
tidak efektif belum
teratasi
P:Intervensi dilanjutkan
1.Konseling Laktasi
A : Masalah menyusui
tidak efektif belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Konseling Laktasi
Jumat 29 Jam :08:00 /10:00 /12:00 Jam 13: 00
Februari Konseling Laktasi S:
2019 1. Mengkaji kemampuan bayi 1. Ibu By. L
untuk menghisap denga cara mengatakan
mendekatan dot pada mulut hanya menitipkan
By. L. ASI pada perawat.
2. Mendiskusikan tentang 2. Ibu By. L
penggunaan pompa ASI. mengatakan By. L
3. Memberitahu ibu untuk minum ASI
makan makanan bergizi memalui dot
selama menyusui 3. Perawat
Memberitahui ibu untuk mengatakan
minum jika sudah merasa frekuensi By. L
haus minum ASI
sebanyak
8x10cc/hari
O:
1. Ibu By. L
mengatakan
hanya menitipkan
ASI pada perawat.
2. Ibu By. L
mengatakan By. L
minum ASI
memalui dot
3. Perawat
mengatakan
frekuensi By. L
minum ASI
sebanyak
8x10cc/hari
A : Masalah menyusui
tidak efektif teratasi
P:Intervensi dihentikan