pengawasan yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat menjadi mata
bahwa sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada
adanya keterkaitan peran dan fungsi tenaga kesehatan di dalam kegiatan pelayanan
dari sumber penularan. Putranto (1993) juga menyatakan bahwa sanitasi adalah
yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain
bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan
sanitasi dapat berarti pula suatu usaha untuk menurunkan jumlah bibit penyakit
kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Umar, 2003). Sanitasi lingkungan dapat
kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup pasokan air yang bersih dan
aman; pembuangan limbah dari manusia, hewan dan industri yang efisien,
perlindungan makanan dari kontaminasi biologis dan kimia, udara yang bersih dan
aman; rumah yang bersih dan aman. Dari defenisi tersebut, tampak bahwa sanitasi
penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan
terganggu, maka kesejahteraan juga akan berkurang. Karena itu upaya sanitasi
seperti:
a. Penyediaan air menjamin air yang digunakan oleh manusia bersih dan sehat.
f. Kondisi udara bebas dari bahan-bahan yang berbahaya dari kehidupan manusia.
masyarakat sekitar.
1. Lingkungan Fisik, yang termasuk dalam kelompok ini adalah tanah dan udara
2. Lingkungan biologis, yang termasuk dalam hal ini adalah semua organisme hidup
3. Lingkungan sosial yaitu termasuk semua interaksi antara manusia dari makhluk
kumpulan dari semua kondisi atau kekuatan dari luar yang mempengaruhi
penyakit. Apabila seseorang berdiri di suatu tempat, maka berbagai benda hidup
itu berada dan pada kondisi tetentu dapat menimbulkan masalah kesehatan.
yang sangat kompleks dan saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar
dilihat dari kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada
(Anwar, 2003).
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
seutuhnya dan tidak hanya sehat fisik saja tetapi juga sehat mental dan hubungan
gangguan dari keseimbangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dari suatu
faktor lingkungan di suatu tempat, faktor lingkungan ini merupakan salah satu dari
terjadinya penyakit, yaitu manusia sebagai tuan rumah (host), kuman penyebab
penyakit (agent) dan lingkungan (environment). Perubahan dari salah satu faktor
1. Manusia (host)
Host atau tempat tinggal sementara merupakan unsur manusia yang berkaitan
dengan penyakit antara lain: umur, jenis kelamin, kekebalan dan sifat lain yang
berhubungan dengan kekebalan dan resistensi atau tingkah laku (kebiasaan dan
adat istiadat).
a. Penyebab primer, yang terdiri dari unsur biologis, nutrisi, kimia, fisik dan unsur
psikis.
sebab akibat terjadinya penyakit, yaitu dari tempat atau lingkungan tempat tinggal
3. Lingkungan (environment)
Faktor lingkungan mencakup semua aspek di luar agent dan host, karena faktor
lingkungan ini sangat beraneka ragam dan umumnya digolongkan dalam tiga unsur
utama, yaitu:
a. Lingkungan biologis, termasuk flora dan fauna yang ada di sekitar manusia.
b. Lingkungan sosial, yaitu semua bentuk kehidupan sosial politik dan sistem
menggambarkan efek yang dapat timbul dari upaya kesehatan lingkungan yang
kehilangan sumber energi, pencemaran secara biologi dan kimia, kerusakan alat
peralatan, kekurangan
Food handling
transportasi,
kehilangan sumber energi, membanjirnya fasilitas
Vector control
dengan manusia,
Home sanitation
pemanasan yang tinggi, limbah cair maupun limbah padat dan kekumuhan.
yang sehat.
padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor
adalah:
masyarakat sekitarnya) akan pentingnya lingkungan dan perilaku hidup bersih dan
sehat.
3. Agar tercipta keterpaduan antar program kesehatan dan antar sektor terkait yang
terpadu.
b) Suhu
Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak
mendapat perhatian dalam pengkajian- pengkajian kaelautan. Data suhu air
dapat dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam
laut, tetapi juga dengan kaitannya kehidupan hewan atau tumbuhan. Bahkan
dapat juga dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi. Suhu air dipermukaan
dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor metereolohi yang berperan
disini adalah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara,
kecepatan angin, dan radiasi matahari.
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu
penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh
suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan
dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan
menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis)(Kordi
dan Andi,2009).
3.2 Parameter Kimia
a) pH
Menurut Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang
diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni
terdiri dari ion H+dan OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7.
Makin banyak banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin
tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak
H+makin rendah PH dan cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7 9 sangat
memadai kehidupan bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertantu,
dimana air dasar tambak memiliki potensi keasaman, pH air dapat turun hingga
mencapai 4.
pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena
mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif,
malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah( keasaman
tinggi), kandungan oksigan terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya
konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal
ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya
perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 9.0 dan kisaran optimal
adalah ph 7,5 8,7(Kordi dan Andi,2009).
b) Oksigan Terlarut / DO
Mnurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh
suhu, makin tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut,
oksigen terlarut (Dissolved Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari
atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman
laut. Keberadaan oksigen terlarut ini sangat memungkinkan untuk langsung
dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada
proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme)
bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan
Co2 dan H20.
Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut
dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila
ketersediaannya didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya,
maka segal aktivitas biota akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan
mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi
spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang terandung pada metabolisme
ikan(Kordi dan Andi,2009).
C) CO2
Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-
tumbuhan air renik maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis.
Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air,
namun kandungannya yang berlebihan sangat menganggu, bahkan menjadi
racu secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan
ditambak(Kordi dan Andi,2009).
Meskipun presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi
keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak,kerana karbondioksida
memiliki kelarutan yang relatif banyak.
d) Amonia
Makin tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin
meningkat, sebab sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan
amonia dalam molekul (NH3) lebih beracun daripada yang berbentuk ion
(NH4+). Amonia dalam bentuk molekul dapat bagian membran sel lebih cepat
daripada ion NH4+ (Kordi dan Andi,2009).
Menurut Andayani(2005), sumber amonia dalam air kolam adalah eksresi
amonia oleh ikan dan crustacea. Jumlah amonia yang dieksresikan oleh ikan
bisa diestimasikan dari penggunaan protei netto( Pertambahan protein pakan-
protein ikan) dan protein prosentase dalam pakan dengan rumus :
Amonia Nitrogen (g/kg pakan) = (1-0- NPU)(protein+6,25)(1000)
Keterangan : NPU : Net protein Utilization /penggunaan protein netto
Protein : protein dalam pakan
6,25 : Rati rata-rata dari jumlah nitrogen.
e) Nitrat nitrogen
Menurut Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea (N-urea) ,algae
memanfaatkan senyawa tersebut untuk pertumbuhannya sebagai sumber
nitrogen yang berasal dari senyawa nitrogen-organik. Beberapa bentuk
senyawa nitrogen (organik dan anorganik) yang terdapat dalam perairan
konsentrasinya lambat laun akan berubah bila didalamnya ada faktor yang
mempengaruhinya sehingga antara lain akn menyebabkan suatu
permasalahan tersendiri dalam perairan tersebut.
Menurut Andayani(2005), konsentasi nitrogen organik di perairan yang
tidak terpolusi sangat beraneka ragam. Bahkan konsentrasi amonia nitrogen
tinggi pada kolam yang diberi pupuk daripada yang hanya biberi pakan.
Nitrogen juga mengandung bahan organik terlarut. Konsentrsi organik nitrogan
umumnya dibawah 1mg/liter pada perairan yang tidak polutan. Dan pada
perairan yang planktonya blooming dapat meningkat menjadi 2-3 mg/liter.
f) Orthophospat
Menurut Andayani (2005), orthophospat yang larut, dengan mudah
tesedia bagi tanaman, tetapi ketersediaan bentuk-bentuk lain belum
ditentukan dengan pasti. Konsentrasi fosfor dalam air sangat rendah :
konsentasi ortophospate yang biasanya tidak lebih dari 5-20mg/liter dan jarang
melebihi 1000mg/liter. Fosfat ditambahkan sebagai pupuk dalam kolam, pada
awalnya tinggi orthophospat yang terlarut dalam air dan konsentrasi akan turun
dalam beberapa hari setelah perlakuan.
Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter
biolagi yang erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya
kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung tergantung pada
kandungan zat hara fosfat dan nitrat. Sama halnya seprti zat hara lainnya,
kandungan fosfat dan nitrat disuatu perairan, secara alami terdapat sesuai
dengan kebutuhan organisme yang hidup diperairan tersebut.
Pengaturan air pertama kali harus dimulai dari saluran air yang mengarah ke
sungai, yang kemudian harus diklasifikasikan berdasarkan ting-kat pencemaran,
apakah itu baik sekali, baik, cukup, buruk dan buruk sekali. Dalam pengelolaan
manajemen sungai, hal itu harus ditetapkan untuk mencapai tingkatan status
baik untuk setiap per-airan sungai. Ini untuk menjaga status dan kualitas sungai,
sebab ini akan berdampak pada manusia, binatang dan tumbuhan yang
menggantungkan hidup-nya pada perairan seperti sungai terse-but.
Pengaturan itu lebih lanjut harus memastikan status baik itu tetap terjaga.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah:
Status ekologi dari sungai, ini berkaitan dengan kualitas dari komunitas biologi,
karakteristis kimia dan hidrologi.
Status kimia, ini berkenaan dengan standar minimum kandungan kimia yang
terdapat dalam sungai. Tentu saja penentuan standar bagus atau tidak
didapat dari suatu hasil penelitian sebelumnya tentang kan-dungan kimia suatu
perairan.
Sasaran lainya.
Pengaturan ini diharapkan me-nyediakan tingkat perlindungan yang tinggi dari
perairan semacam sungai ini. Perlindungan lain yang termasuk dalam
pengaturan air, adalah perlindungan bagi air tanah, pengurangan terhadap
bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan.
Pengaturan tentang pengairan selanjutnya diatur dalam UU No. 11 Tahun 1974,
yang menganut asas lestari. Namun sayang konsep pencemaran air dalam
undang-undang ini belum dida-sarkan pada konsep baku mutu yang
diperlukan bagi penetapan peruntukan lingkungan sehingga pengaruhnya
pada lingkungan belum dapat diukur. (Daud Silalahi, 1996).
Ironisnya pada tahun 1970-an telah lahir prinsip-prinsip ekologi yang telah
dideklarasikan dalam Stockholm Declaration, yang mengatur ukuran mengenai
pencemaran atau kerusakan lingkungan, termasuk sumber daya alam hayati.
Sehingga seharusnya dalam UU No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan ini
seyogyanya prinsip-prinsip dalam Stockholm Declaration dapat diadopsi.
Penegakan hukum terhadap pencemaran air
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya berkenaan dengan perlunya aturan
hukum mengenai perlindungan terhadap pencemaran air, maka pene-gakan
hukumnya pun tak kalah pentingnya. Khususnya untuk mence-gah, dan
mengkriminalisasi suatu per-buatan yang dikategorikan sebagai per-buatan
pencemaran air, dan pemberian sanksi bagi pencemar bagi wilayah air yang
dikendalikan dari pencemaran. Adapun wilayah air yang harus dikenda-likan
dari pencemaran terdiri atas:
wilayah air yang relevan, yaitu batas perairan wilayah sejauh 12 mil dari
surutnya pantai (teritorial water)
perairan pantai
zona perikanan, ini termasuk danau, waduk, dan saluran air lainnya
air tanah. (Justine Thornton & Silas Beckwith, 2004).
Wilayah-wilayah tersebut, harus terhindar dari berbagai macam zat pen-cemar
apakah yang bersifat padat atau cair.
Apabila mengacu pada keten-tuan Pasal 17 UU No.23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan hidup, secara umum diatur tentang kewajiban
pengelolaan bahan-bahan berbahaya, sedangkan pada Pasal 16 ditekankan
mengenai tanggung jawab pengelolaan limbah bagi siapapun yang menjadi
penanggung jawab suatu kegiatan usaha.
Pelanggaran atas pencemaran perairan mengakibatkan tanggung jawab
mutlak bagi si pelaku, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 35 Ayat 1 UU No.23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hidup, dan itu mewajibkan bagi
pelaku pencemaran (dalam hal ini pencemaran air), dikenakan kewajiban
untuk membayar ganti rugi secara lang-sung dan seketika pada saat terjadinya
pencemaran, apakah itu secara sengaja atau karena kealpaan dengan
denda dari Rp. 100.000.000,- sampai dengan Rp. 750.000.000,- disamping
pidana penjara. Adapun pengaturan lebih lanjut tentang sanksi ini diatur dalam
Pasal 41 48 UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hidup.
Alternatif penerapan sanksi lainnya adalah sanksi perdata, yaitu berupa ganti
rugi kepada penderita dan biaya pemulihan kepada negara (Pollu-ter pays
principle). Prinsip ini meru-pakan bentuk kebijaksanaan lingkungan dan jalan
keluar bagi kasus pencemaran pada umumnya di negara maju. Artinya
meskipun telah dilakukan pembayaran ganti rugi terhadap penderita, pelaku
pencemaran air tetap tidak terbebas dari kewajiban untuk membayar biaya
pemulihan lingkungan yang telah rusak atau tercemar kepada negara. Karena
negara memiliki fasilitas untuk melaku-kan pemulihan.
Tindakan Pencegahan
Membersihkan suatu perairan yang terkena pencemaran adalah sangat
mahal, memakan waktu dan kemung-kinan memakan korban. Hal yang lebih
baik yang dapat dilakukan adalah melakukan pencegahan, dengan mem-
bangun sistem peringatan dini pence-maran.
Sistem yang dimaksud adalah pembuatan zona perlindungan perairan, yang
dibuat berdasarkan undang-undang (peraturan), serta membuat perencanaan
tentang pengendalian atau kontrol per-airan dalam bentuk prosedur baku.
Upaya perlindungan perairan seperti yang dikemukakan diatas telah
diterapkan oleh Kanada dengan mene-tapkan Artic Waters Act, 1970 yang
memberikan perlindungan lingkungan laut hingga 100 mil dari garis dasar. Hal
itu mereka buat berdasarkan anggapan tentang adanya state responsibility as
a costal state to the international commu-nity in general; a resposibility to pro-
hibit ships from using the seas in a way violate of reasonable standards. Disam-
ping itu munculnya hak negara pantai terhadap pencemaran atas perairannya
muncul berdasarkan hukum interna-sional umum.
Namun demikian, pencemaran terhadap perairan pasti akan selalu terjadi, dan
seperti yang telah diuraikan dalam tulisan terdahulu, alam memiliki kemampuan
untuk menyerap, mengu-raikan zat-zat pencemar tersebut sesuai dengan
kapasitas yang dimiliki alam. Untuk itu negara bertanggung jawab untuk
mengatur pula ambang batas (treshold) pencemaran sebagai ukuran
tanggung jawab negara. Amerika dalam beberapa kasus seperti New York v
New Jersey (USA, 1921) dan Kasus Georgia v Tennesse Copper (USA, 1906)
menya-takan adanya tanggung jawab negara pada perlindungan lingkungan
sebagai perwujudan dari konsep kedaulatan, dan pemerintah didorong untuk
memperha-tikan moral issues that trascend ques-tion of jurisdiction and
procedure. (Daud Silalahi, 1996).
2. cairan berminyak
4. berupa panas
5. anorganik
6. zat kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemar
air ini akan dikelompokkan menjadi :
a. Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya).
b. Bahan pemberantas hama (insektisida),
c. Zat warna kimia,
d. Zat radioaktif
Analisis Kualitas Lingkungan Udara dan Polusi
Pendahuluan
Pada saat ini, masalah polusi udara telah menimbulkan kekhawatiran banyak penduduk
, terutama yang tinggal di kota-kota besar dan daerah industry. Bahkan ahli
meteorology mengatakan bahwa polusi udara tidak hanya meliputi kota besar,tetapi
polusi udara telah meliputi keseluruh atmosfer bumi kita. Lapisan oksigen tipis yang
meliputi bumi mulai rusak dengan adanya polusi udara.
Dampak buruk polusi udara pada kesehatan mulai banyak dibicarakan setelah
trimbulnya beberapa kejadian di Belgia tahun 1930 , di Pennsylvania tahun 1948, dan di
London pada tahun 1952. Pada kejadian-kejadian di atas terjadi stagnasi udara yang
mengakibatkan peningkatan jumlah bahan polutan di udara, khususnya sulfur dioksida
dan partikel lainnya yang din ikuti dengan peningkatan angka kematian secara tajam.
Udara
Udara adalah campuran dari berbagai gas secara mekanis dan bukan
merupakan senyawa kimia.Udara merupakan komponen yang membentuk atmosfer
bumi, yang membentuk zona kehidupan pada permukaan bumi.
Komposisi Udara terdiri dari berbagai gas dalam kadar yang tetap pada
permukaan bumi, kecuali gas methane, ammonia, hydrogen sulfide, karbon
monooksida dan nitrooksida mempunyai kadar yang berbeda-beda tergantung
daerah/lokasi.
Umumnya konsentrasi methane, ammonia, hydrogen sulfide, Karbon
monooksida dan nitrooksida sangat tinggi di areal rawa-rawa atau industry kimia.Hal
terseburt bias terjadi karena ada polusi udara.
Tabel komposisi udara atmosfer:
Nitrogen N 78
Oksigen O2 21
Argon A 0,94
Helium He 0,01
Neon Ne 0,01
Xenon Xe 0,01
Krypton Kr 0,01
Methana CH4 Sangat sedikit
Selain gas-gas tersebut diatas, didalam udara /atmosfer terdapat uap air sebanyak
sekitar 0.001% sampai 4% dari volume udara.
9. Hidrogen sulfide(H2S)
Berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati (materi organic), letusan,
muntahan gunung berapi dan limbah atau buangan industry.
10. Karbon Monoksida
Merupakan gas tidak berwarna, tidak berbau dan sangat berbahaya.
a. Sumber Karbon monoksida
Dasar terbentuk karbon monooksida adalah pembakaran yang tidak sempurna.
Pembakaran yang di maksud adalah :
Pembakaran yang terjadi pada industry
Pembakaran pada alat transfortasi
Proses pembakaran pada pertanian
Tempat-tempat pembuangan sampah
Kebakaran hutan
Ada jenis ikan (jelly fish)menghasilkan karbon monooksida sekitar 80%
b. Efek akibat karbon monoksida
Menghalangi hemoglobin berikatan dengan oksigen
Penderita ngantuk, mual dan puyeng
Keracunan karbon monooksida pada tingkat berat menimbulkankematian
11. Nitrogen Oksida
Nitrogen terdapat 78% di dalam atmosfer bumi oleh pengarung organism, sinar
kosmik, cahay dapat memfiksasi nitrogen bersenyawa berbagai elemen membentuk
senyawa nitrogen yang berguna bagi tumbuh-tumbuhan dan hewan dalam
pertumbuhan.
Tekanan Udara
Merupakan gaya persatuan luas dimana udara melakukan desakan pada
permukaan yang kontak dengannya.
Tekanan udara dipengaruhi oleh:
1. Ketinggian
Ketinggian 100 m di atas permukaan laut akan terjadi penurunan barometer
sebesar 6-10 mmHg;umumnya di anggap penurunan sebesar 10 mmHg.
2. Angin tornado
Pada waktu angin tornado akan terjadi penurunan tekanan barometer
3. Pada musim dingin
Pada musim dingin, tekanan udara cenderung tinggi pada benua daripada
permukaan laut(samudera)
Tekanan udara pada permukaan laut sangat berarti untuk mengetahui gerakan
udara dan dapat meramalkan keadaan cuaca.
Kegunaan Udara
Udara sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1. Bahan kebutuhan pokok dalam pernafasan
2. Sebagai sarana dari pesawat terbang
3. Sebagi alat pendingin trafo tekanan tinggi
4. Sebagi sarana olah raga terbang laying
5. Membantu transfer panas dari metode konveksi
Polusi Udara
Secara umum bahan polutan dari udara dapat menimbulkan efek local dan efek
sistemik pada tubuh kita.Yang di maksud dengan efek local adalah kelainan yang di
jumpai hanya pada satu organ saja.Efek local ini dapat terjadi pada organ yang
memang langsung berhubungan dengan bahan polutan-seperti paru dan kulit atau juga
pada alat tubuh lain akibat terbawanya bahan polutan melalui darah misalnya ke
hepar.Sementara itu efek sistemik tentunya mengenai satu system tubuh
tertentu,misalnya system saraf atau peredaran darah.
Salah satu contoh efek sistemik adalah polusi CO yang mengganggu transfor
oksigen karena CO berikatan dengan Hemoglobin.
Limbah menjadi persoalan besar negara ini. Tak terhitung lagi besarnya pencemaran lingkungan akibat
limbah, baik yang berasal dari rumah tangga maupun industri. Masalah pencemaran lingkungan berupa
limbah kian mengemuka dalam hidup manusia dewasa ini. Persoalan limbah akan terus menghantui
kehidupan manusia jika kita tidak mampu mengolah dan mengelolanya dengan baik.
Untunglah, peneliti seperti Anto Tri Sugiharto (37) periset LIPI mampu memberikan alternatif solusi baru
dalam mengelola dan mengolah limbah, khususnya limbah cair. Lewat penemuannya tentang alat
pengolah limbah berbasis teknologi plasma, masalah limbah cair kini mulai bisa diatasi. Dengan alat ini,
berbagai partikel baik organik maupun kimia mampu terurai dan menghasilkan air bersih yang bisa
diterima oleh lingkungan. Bahkan, air tersebut dapat digunakan sebagai air daur ulang oleh industri yang
memanfaatkan alat ini.
Teknologi Plasma
Anto Tri Sugiharto bisa dibilang sebagai pelopor dari penelitian penerapan teknologi plasma cair di
Indonesia. Riset mengenai penerapan teknologi plasma yang ada selama ini masih terbatas pada plasma
gas dan padat. Anto melakukan riset mengenai penggunaan teknologi plasma cair sejak 1998, tepatnya
ketika ia masih menuntut ilmu untuk tingkat doktor di bidang biokimia di GunmaUniversity, Jepang.
Saat itu, berbagai penelitian mengenai teknologi plasma untuk lingkungan, khususnya pencemaran
udara, marak dilakukan di Jepang. Anto pun berinisiatif melakukan riset mengenai plasma lingkungan
untuk pencemaran air. Kemudian kami punya ide untuk mengembangkan riset mengenai pencemaran
air, ungkap Anto. Selama kurun waktu lima tahun, Anto mengadakan riset seputar teknologi yang akan
digunakan untuk mengatasi pencemaran air. Sepulangnya dari Jepang, 2003, Anto mendapatkan dana
Program Insentif Kementerian Riset dan Teknologi Katalis Teknologi sebesar Rp120 juta. Dana
tersebut direalisasikan menjadi sebuah alat pengolah limbah cair berbasis plasma.
Konsep dasarnya adalah memanfaatkan teknologi advanced oxidation process, atau proses oksidasi
lanjutan, yang mengombinasikan teknologi plasma dari radiasi sinar ultraviolet, ozon, dan plasma. Dalam
reaktor plasma yang disebut reaktor ozonized water, terjadi proses pelarutan gas ozon dalam air. Gas
ozon memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri serta mengurai bakteri. Hasilnya? Selain air menjadi
jernih, semua polutan yang terkandung dalam air limbah akan terurai bebas endapan.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut. Air limbah yang akan diolah diserap melalui pompa air yang
terpasang di luar alat. Selanjutnya, air limbah tersebut akan terserap dan kemudian masuk ke dalam
reaktor plasma. Dalam reaktor plasma ini terdapat dua jalur aliran, yaitu jalur aliran gas dan aliran air.
Untuk proses pengolahan ini, dibutuhkan aliran gas oksigen sehingga air akan terionisasi dan akan
menghasilkan radikal bebas. Ion radikal inilah yang akan menguraikan polutan yang terkandung dalam
air limbah.
Untuk konsumsi rumah tangga ataupun industri skala kecil, cukup dibutuhkan alat pengolah limbah yang
lebih ringkas. Untuk segmen ini, air limbah cukup diolah dengan satu tabung pengolah reaktor plasma,
tanpa perlu proses pengendapan dan tanpa melalui tabung filter karbon. Adapun untuk industri besar
atau industri yang menghasilkan limbah dengan kandungan polutan organik tinggi, alat pengolahnya
perlu proses yang lebih panjang dan mungkin juga ukuran alat yang lebih besar. Air limbah masuk ke
dalam tabung reaktor plasma dan setelah itu air akan mengalir ke tabung pengendapan. Tabung
pengendapan ini berfungsi untuk memisahkan dan mengendapkan polutan yang berbahan logam atau
non-organik. Tahap selanjutnya, apabila dalam limbah terkandung gas tertentu, gas tersebut akan
dikeluarkan melalui exhausting fan yang prinsip kerjanya mirip dengan cerobong asap. Dan, tahap
terakhir adalah air masuk ke dalam tabung filter. Setelah itu, barulah hasil daur ulang air limbah tersebut
bisa dibuang lagi ke sungai ataupun digunakan lagi untuk proses produksi industri tersebut selanjutnya.
Sebenarnya sangat simpel dan mudah sekali dalam pengoperasiannya, jelas Anto.
Kini Anto tengah mengembangkan teknologi air berozon untuk sterilisasi buah dan sayuran. Bedanya,
untuk aplikasi ini digunakan metode pelarutan langsung. Teknologi ini mampu membunuh virus, bakteri,
serta menghilangkan berbagai bahan kimia atau pestisida yang menempel pada buah dan sayur-
sayuran. Hasilnya, sayur-mayur dan buah-buahan menjadi lebih segar dan tahan lama.
Saat ini beberapa korporasi besar telah menjadi klien produk pengolah limbah cair temuan Anto. Sebuah
perusahaan kilang minyak asal Amerika Serikat pun menyewa peralatan pengolah limbah karya Anto.
Peralatan itu ditempatkan di tiga kilang minyak milik perusahaan tersebut. Kapasitas untuk perusahaan
minyak ini mencapai 1.000 barel per hari. Sayangnya, Anto enggan mengungkapkan besaran harga
sewanya. Yang pasti, perhitungannya dalam dolar AS per barel, katanya. Beberapa pusat perbelanjaan
terkenal di Indonesia juga telah memanfaatkan alat pengolah air limbah dan penghasil water re-use
kreasi Anto untuk memenuhi kebutuhan air di gedungnya. Anto tidak hanya melayani korporasi besar
saja, tetapi juga industri berskala UMKM, seperti industri tekstil di Bali.
Anto pun optimistis dengan prospek bisnis dari produknya mengingat besarnya produksi limbah baik dari
rumah tangga, rumah sakit, maupun industri. Ke depan, pria kelahiran Yogyakarta ini pun telah
menyiapkan sejumlah rencana. Saya berharap dapat menemukan teknologi plasma untuk limbah
logam, tandasnya. Tepatnya, dengan memisahkan dan menguraikan limbah padat industri yang
menghasilkan logam kobalt. Anto berharap upaya penemuan terbarunya ini makin mampu mengurangi
limbah yang menjadi masalah besar di Indonesia.