Anda di halaman 1dari 47

Usaha peningkatan kesehatan lingkungan yang umumnya dikenal dengan

sebutan sanitasi merupakan salah satu tindakan yang dimaksudkan untuk

pemeliharaan kesehatan maupun pencegahan penyakit pada lingkungan fisik,

sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Sanitasi dalam bahasa Inggris berasal dari kata sanitationyang diartikan

sebagai penjagaan kesehatan (Echols dan Shadily, 2003). Ehler dan

Steel dalam Anwar (1999) mengemukakan bahwa sanitasi adalah usaha-usaha

pengawasan yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat menjadi mata

rantai penularan penyakit. Sedangkan menurut Azawar (1990) mengungkapkan

bahwa sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada

pengawasan teknik terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau

mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu usaha

yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada

manusia terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak

perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup (Yula, 2006).

Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit dengan melenyapkan atau

mengendalikan faktor-faktor risiko lingkungan yang merupakan mata rantai

penularan penyakit (Ehler, 1986). Selanjutnya, Wijono (1999) menyatakan

bahwa sanitasi merupakan kegiatan yang mempadukan (colaboration) tenaga


kesehatan lingkungan dengan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini dilandasi oleh

adanya keterkaitan peran dan fungsi tenaga kesehatan di dalam kegiatan pelayanan

kesehatan masyarakat yang terpadu dan komprehensif. Colaboration kegiatan

sanitasi dikoordinir oleh tenaga kesehatan lingkungan atau sanitarian yang

memiliki kompetensi dan keahlian mereka di bidang kesehatan lingkungan.

Sedangkan tenaga medis, perawat, bidan, petugas farmasi, petugas laboratorium

dan petugas penyuluh kesehatan berperan sebagai mitra kerja.

Rantetampang (1985) mengungkapkan bahwa sanitasi ialah suatu cara untuk

mencegah berjangkitnya penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai

dari sumber penularan. Putranto (1993) juga menyatakan bahwa sanitasi adalah

usaha-usaha kesehatan lingkungan yang menitik beratkan pada pengawasan faktor

lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

Selanjutnya, Soemirat (2004) mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha

kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai

faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Entjang

(2000) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sanitasi adalah pengawaswan

lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang dapat mempengaruhi

kesehatan manusia dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan

diperbanyak, dan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan.


Sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan

yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain

mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air

bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan

ternak (kandang) dan sebagainya (Anwar, 2003).

Sanitasi lingkungan mengutamakan pencegahan terhadap faktor lingkungan

sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit akan dapat dihindari. Usaha

sanitasi dapat berarti pula suatu usaha untuk menurunkan jumlah bibit penyakit

yang terdapat di lingkungan sehingga derajat kesehatan manusia terpelihara dengan

sempurna (Azwar, 1992).

Sanitasi lingkungan juga merupakan salah satu usaha untuk mencapai

lingkungan sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik khususnya hal-hal

yang mempunyai dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan

kelangsungan hidup manusia. Usaha sanitasi lingkungan menurut Kusnoputranto

(1993) adalah usaha kesehatan yang menitikberatkan pada usaha pengendalian

faktor lingkungan fisik yang mungkin menimbulkan dan menyebabkan kerugian

dalam perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.

Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation)adalah upaya

pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan


atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik,

kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Umar, 2003). Sanitasi lingkungan dapat

pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan

mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi

kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup pasokan air yang bersih dan

aman; pembuangan limbah dari manusia, hewan dan industri yang efisien,

perlindungan makanan dari kontaminasi biologis dan kimia, udara yang bersih dan

aman; rumah yang bersih dan aman. Dari defenisi tersebut, tampak bahwa sanitasi

lingkungan ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan

nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai

penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan

terganggu, maka kesejahteraan juga akan berkurang. Karena itu upaya sanitasi

lingkungan menjadi penting dalam meningkatkan kesejahteraan (Setiawan, 2008).

Slamet (2001) mengungkapkan bahwa sanitasi lingkungan lebih menekankan

pada pengawasan dan pengendalian / kontrol pada faktor lingkungan manusia

seperti:

a. Penyediaan air menjamin air yang digunakan oleh manusia bersih dan sehat.

b. Pembuangan kotoran manusia, air buangan dan sampah.

c. Individu dan masyarakat terbiasa hidup sehat dan bersih.

d. Makanan (susu) menjamin makanan tersebut aman, bersih dan sehat.


e. Anthropoda binatang pengerat dan lain-lain.

f. Kondisi udara bebas dari bahan-bahan yang berbahaya dari kehidupan manusia.

g. Pabrik-pabrik, kantor-kantor dan sebagainya bebas dari bahaya-bahaya kepada

masyarakat sekitar.

Sesuai dengan pengertian tersebut, maka sanitasi berkaitan langsung dengan

lingkungan hidup manusia di dalamnya. Mawardi dalam Riyadi

(1994) menyatakan bahwa, lingkungan adalah sesuatu yang berada disekitar

manusia secara lebih teperinci dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok:

1. Lingkungan Fisik, yang termasuk dalam kelompok ini adalah tanah dan udara

serta interaksi satu sama lainnya diantara faktor-faktor tersebut.

2. Lingkungan biologis, yang termasuk dalam hal ini adalah semua organisme hidup

baik binatang, tumbuhan maupun mikroorganisme kecuali manusia sendiri.

3. Lingkungan sosial yaitu termasuk semua interaksi antara manusia dari makhluk

sesamanya yang meliputi faktor sosial, ekonomi, kebudayaan dan psikososial.

Berdasarkan kategori di atas dapat pula diartikan bahwa lingkungan adalah

kumpulan dari semua kondisi atau kekuatan dari luar yang mempengaruhi

kehidupan dan perkembangan dari suatu organisme hidup (manusia). Kesehatan

lingkungan merupakan salah satu displin ilmu kesehatan masyarakat dan

merupakan perluasan dari prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi.


Definisi lingkungan sangatlah luas, namun kesehatan lingkungan

hanya concern kepada komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya

penyakit. Apabila seseorang berdiri di suatu tempat, maka berbagai benda hidup

mapun benda mati di sekelilingnya disebut sebagai lingkungan manusia, namun

belum tentu memiliki potensi penyakit (Achmadi, 2005).

Kesehatan lingkungan merupakan situasi atau keadaan dimana lingkungan

itu berada dan pada kondisi tetentu dapat menimbulkan masalah kesehatan.

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam

menentukan derajat kesehatan seseorang. Masalah kesehatan adalah suatu masalah

yang sangat kompleks dan saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar

kesehatan itu sendiri. Pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya

dilihat dari kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada

pengaruhnya terhadap sehat-sakit atau kesehatan tersebut. Banyak faktor yang

mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu, maupun kesehatan masyarakat

(Anwar, 2003).

WHO mendefinisikan bahwa kesehatan lingkungan adalah suatu

keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat

menjamin keadaan sehat dari manusia, keadaan sehat mencakup manusia

seutuhnya dan tidak hanya sehat fisik saja tetapi juga sehat mental dan hubungan

sosial yang optimal di dalam lingkungannya (Mawardi, 1992).


Bahtiar (2006) menyatakan bahwa suatu penyakit dapat timbul bila terjadi

gangguan dari keseimbangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dari suatu

faktor lingkungan di suatu tempat, faktor lingkungan ini merupakan salah satu dari

bagian segitiga epidemiologi.

Gambar Segitiga Epidemiologi

Gambar tersebut menggambarkan hubungan antara faktor-faktor yang menentukan

terjadinya penyakit, yaitu manusia sebagai tuan rumah (host), kuman penyebab

penyakit (agent) dan lingkungan (environment). Perubahan dari salah satu faktor

tersebut akan merubah keseimbangan antara ketiganya yang berakibat pada

bertambahnya atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan.

1. Manusia (host)
Host atau tempat tinggal sementara merupakan unsur manusia yang berkaitan

dengan penyakit antara lain: umur, jenis kelamin, kekebalan dan sifat lain yang

berhubungan dengan kekebalan dan resistensi atau tingkah laku (kebiasaan dan

adat istiadat).

2. Penyebab penyakit (agent)

Penyebab penyakit ini terjadi karena adanya interaksi antara

manusia (host), penyebab penyakit (agent) dan lingkungan(environment).

Penyebab penyakit ini dikelompokkan menjadi:

a. Penyebab primer, yang terdiri dari unsur biologis, nutrisi, kimia, fisik dan unsur

psikis.

b. Penyebab sekunder, merupakan unsur pembantu atau penambah di dalam proses

sebab akibat terjadinya penyakit, yaitu dari tempat atau lingkungan tempat tinggal

seperti penyakit non infeksi (penyakit jantung).

3. Lingkungan (environment)

Faktor lingkungan mencakup semua aspek di luar agent dan host, karena faktor

lingkungan ini sangat beraneka ragam dan umumnya digolongkan dalam tiga unsur

utama, yaitu:

a. Lingkungan biologis, termasuk flora dan fauna yang ada di sekitar manusia.
b. Lingkungan sosial, yaitu semua bentuk kehidupan sosial politik dan sistem

organisasi bagi setiap individu yang berada di masyarakat, misalnya bentuk

organisasi, sistem pelayanan kesehatan dan kebiasaan.

c. Lingkungan fisik meliputi: udara, panas sinar, air dan lain-lain.

Pan American Health Organization (PAHO) (dalam WHO, 2002)

menggambarkan efek yang dapat timbul dari upaya kesehatan lingkungan yang

tidak sehat untuk 5 (lima) sanitasi dasar yaitu sebagai berikut:

Water supplay and waste water disposal

Kerusakan struktur bangunan, kerusakan pipa saluran, kerusakan sumber air,

kehilangan sumber energi, pencemaran secara biologi dan kimia, kerusakan alat

transport, kekurangan tenaga, bertambahnya beban pada sistem, kekurangan

persediaan dan pengganti peralatan.

Solid waste handling

Kerusakan struktur bangunan, kerusakan alat transport, kerusakan

peralatan, kekurangan

tenaga, pencemaran air, tanah dan udara.

Food handling

Kerusakan pada makanan, kerusakan peralatan makanan, gangguan alat

transportasi,
kehilangan sumber energi, membanjirnya fasilitas

Vector control

Meningkatnya perkembangbiakan vektor, meningkatnya kontak vektor

dengan manusia,

berkembangnya vektor penyakit dan kerusakan program.

Home sanitation

Kerusakan pondasi bangunan, pencemaran pada air dan makanan,

kehilangan tenaga akibat

pemanasan yang tinggi, limbah cair maupun limbah padat dan kekumuhan.

Menyikapi pencegahan penyakit berpotensi wabah atau penyakit berbasis

lingkungan tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, pasal 22

yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan, disebutkan bahwa:

1. Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan

yang sehat.

2. Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan

pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan lainnya.

3. Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah

padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor

penyakit dan penyehatan atau pengamanan lainnya.


4. Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan meningkatkan

lingkungan yang sehat sesuai dengan standar persyaratan.

Secara spesifik tujuan penyelenggaraan sanitasi menurut Depkes (1999),

adalah:

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien, klien dan

masyarakat sekitarnya) akan pentingnya lingkungan dan perilaku hidup bersih dan

sehat.

2. Agar masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang berhubungan

dengan kesehatan lingkungan.

3. Agar tercipta keterpaduan antar program kesehatan dan antar sektor terkait yang

dilaksanakan dengan pendekatan penanganan secara holistik terhadap penyakit

yang berbasis lingkungan. Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit

yang berbasis lingkungan melalui pemantauan wilayah setempat (PWS) secara

terpadu.

KUALITAS AIR DAN PARAMETER KUALITAS AIR


Kualitas Air
1. Pengertian Kualitas Air
Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat
dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter
fisik, kimia, dan mikrobiologis(Masduqi,2009).
Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan
melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan
adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna).
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai
kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi
air tetap dalam kondisi alamiahnya.

2. Hubungan Antar Kualitas Air


Menurut Lesmana (2001), suhu pada air mempengaruhi kecepatan
reaksi kimia, baik dalam media luar maupun dalam tubuh ikan. Suhu makin
naik, maka reaksi kimia akan ssemakin cepat, sedangkan konsentrasi gas akan
semakin turun, termasuk oksigen. Akibatnya, ikan akan membuat reaksi toleran
dan tidak toleran. Naiknya suhu, akan berpengaruh pada salinitas, sehingga
ikan akan melakukan prosess osmoregulasi. Oleh ikan dari daerah air payau
akan malakukan yoleransi yang tinggi dibandingkan ikan laut dan ikan tawar.
Manurut Anonymaus(2010), laju peningkatan pH akan dilakukan oleh
nilai pH awal. Sebagai contoh : kebutuhan jumlah ion karbonat perlu
ditambahkan utuk meningkatkan satu satuan pH akan jauh lebih banyak
apabila awalnya 6,3 dibandingkan hal yang sama dilakukan pada pH 7,5.
kenaikan pH yang akan terjadi diimbangi oleh kadar Co2 terlarut dalan air.
Sehingga, Co2 akan menurunkan pH.

3. Parameter Kualitas Air


3.1 Parameter Fisika
a) Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses
fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan
daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam Perairan.. Begitu pula
sebaliknya(Erikarianto,2008).
Menurut Kordi dan Andi (2009), kecerahan adalah sebagian cahaya
yang diteruskan kedalam air dan dinyetakan dalam (%). Kemampuan cahaya
matahari untuk tembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan
(turbidity) air. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat
mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi
dalam air, lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan
yang paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak pula terlampau
jernih, baik untuk kehidupan ikan dan udang budidaya.

b) Suhu
Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak
mendapat perhatian dalam pengkajian- pengkajian kaelautan. Data suhu air
dapat dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam
laut, tetapi juga dengan kaitannya kehidupan hewan atau tumbuhan. Bahkan
dapat juga dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi. Suhu air dipermukaan
dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor metereolohi yang berperan
disini adalah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara,
kecepatan angin, dan radiasi matahari.
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu
penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh
suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan
dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan
menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis)(Kordi
dan Andi,2009).
3.2 Parameter Kimia
a) pH
Menurut Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang
diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni
terdiri dari ion H+dan OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7.
Makin banyak banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin
tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak
H+makin rendah PH dan cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7 9 sangat
memadai kehidupan bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertantu,
dimana air dasar tambak memiliki potensi keasaman, pH air dapat turun hingga
mencapai 4.
pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena
mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif,
malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah( keasaman
tinggi), kandungan oksigan terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya
konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal
ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya
perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 9.0 dan kisaran optimal
adalah ph 7,5 8,7(Kordi dan Andi,2009).

b) Oksigan Terlarut / DO
Mnurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh
suhu, makin tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut,
oksigen terlarut (Dissolved Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari
atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman
laut. Keberadaan oksigen terlarut ini sangat memungkinkan untuk langsung
dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada
proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme)
bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan
Co2 dan H20.
Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut
dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila
ketersediaannya didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya,
maka segal aktivitas biota akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan
mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi
spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang terandung pada metabolisme
ikan(Kordi dan Andi,2009).

C) CO2
Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-
tumbuhan air renik maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis.
Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air,
namun kandungannya yang berlebihan sangat menganggu, bahkan menjadi
racu secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan
ditambak(Kordi dan Andi,2009).
Meskipun presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi
keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak,kerana karbondioksida
memiliki kelarutan yang relatif banyak.

d) Amonia
Makin tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin
meningkat, sebab sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan
amonia dalam molekul (NH3) lebih beracun daripada yang berbentuk ion
(NH4+). Amonia dalam bentuk molekul dapat bagian membran sel lebih cepat
daripada ion NH4+ (Kordi dan Andi,2009).
Menurut Andayani(2005), sumber amonia dalam air kolam adalah eksresi
amonia oleh ikan dan crustacea. Jumlah amonia yang dieksresikan oleh ikan
bisa diestimasikan dari penggunaan protei netto( Pertambahan protein pakan-
protein ikan) dan protein prosentase dalam pakan dengan rumus :
Amonia Nitrogen (g/kg pakan) = (1-0- NPU)(protein+6,25)(1000)
Keterangan : NPU : Net protein Utilization /penggunaan protein netto
Protein : protein dalam pakan
6,25 : Rati rata-rata dari jumlah nitrogen.

e) Nitrat nitrogen
Menurut Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea (N-urea) ,algae
memanfaatkan senyawa tersebut untuk pertumbuhannya sebagai sumber
nitrogen yang berasal dari senyawa nitrogen-organik. Beberapa bentuk
senyawa nitrogen (organik dan anorganik) yang terdapat dalam perairan
konsentrasinya lambat laun akan berubah bila didalamnya ada faktor yang
mempengaruhinya sehingga antara lain akn menyebabkan suatu
permasalahan tersendiri dalam perairan tersebut.
Menurut Andayani(2005), konsentasi nitrogen organik di perairan yang
tidak terpolusi sangat beraneka ragam. Bahkan konsentrasi amonia nitrogen
tinggi pada kolam yang diberi pupuk daripada yang hanya biberi pakan.
Nitrogen juga mengandung bahan organik terlarut. Konsentrsi organik nitrogan
umumnya dibawah 1mg/liter pada perairan yang tidak polutan. Dan pada
perairan yang planktonya blooming dapat meningkat menjadi 2-3 mg/liter.

f) Orthophospat
Menurut Andayani (2005), orthophospat yang larut, dengan mudah
tesedia bagi tanaman, tetapi ketersediaan bentuk-bentuk lain belum
ditentukan dengan pasti. Konsentrasi fosfor dalam air sangat rendah :
konsentasi ortophospate yang biasanya tidak lebih dari 5-20mg/liter dan jarang
melebihi 1000mg/liter. Fosfat ditambahkan sebagai pupuk dalam kolam, pada
awalnya tinggi orthophospat yang terlarut dalam air dan konsentrasi akan turun
dalam beberapa hari setelah perlakuan.
Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter
biolagi yang erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya
kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung tergantung pada
kandungan zat hara fosfat dan nitrat. Sama halnya seprti zat hara lainnya,
kandungan fosfat dan nitrat disuatu perairan, secara alami terdapat sesuai
dengan kebutuhan organisme yang hidup diperairan tersebut.

4. Kualitas Air yang Baik


Menurut O-fish (2010), ada lima syarat utama kualitas air yang baik untuk
kehidupan ikan :
Rendah kadar amonia dan nitrit
Bersih secara kimiawi
Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang memadai
Rendah kadar cemaran organik
Stabil
Apabila persyaratan tersebut diatas dapat dijaga dan dipelihara dengan baik,
maka ikan yang dipelihara mampu memelihara dirinya sendiri, terbebas dari
berbagai penyakit, dan dapat berkembang biak dengan baik.
Menurut Agromedia(2007), air yang baik untuk pertumbuhan lele dumbo
adalah air bersih yang berasal dari sungai, air hujan, dan air sumur.
Pemanfaatan sumber air harus harus dikelola dengan baik terutama kualitas
dan kuantitas. Kualitas air sangat mendukung pertumbuhan lele dumbo. Oleh
karena itu, aor yang digunakan harus banyak mengandung zat hara, serta
tidak tercemar olah racun dan zat rumah tangga lainnya.

5. Efek Kualitas Air


Air dari alam atau natural water secara foundamental akan berbeda
kondisinya dengan air dari tempat budidaya, terutama sistem tertutup yang
menggunakan akuarium atau bak, berdasarkan sifat kimia maupun biologi.
Jumlah ikan ditempat budidaya umumnya jauh lebih banyak dibandingkan
jumlah air. Akibatnya, material hasil metrabolisme yang dikeluarkan ikan tidak
dapat mengurai seimbang. Artinya, waktu penguraian metabolit secara alami
tidak mencukupi karena jumlahnya cukup banyak. Oleh karena itu, air tidak
dapat atau sulit kembali menjadi baik dan cenderung menghasilkan substannsi
atau bahan metabolit yang berbahaya bagi ikan(Lesmana,2001).
Menurut O-fish(2010), kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau
kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kagiatan atau keperluan tertentu.
Dalam lingkup akuarium, kulitas air secara umum mengacu pada kandungan
polutan atau cemaran yang terkandung dalam air dalam kaitannya untuk
menunjang kehidupan ikan dan kondisi ekosstem yang memadai.
Menurut Susanto(2002), suatu limbah yang mengandung beban
pencemar masuk ke lingkungan perairan dapat menyebabkan perubhan
kualitas air. Salah satu efeknya adalah menurunya kadar oksigen terlarut yang
berpengaruh terhadap fungsi fisiologis organisme akuatik. Air limbah
memungkinkan mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia
beracun berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan tersebar
ke lingkungan
2. KEBIJAKAN PENENTUAN KUALITAS AIR SERTA SANKSI BAGI PELAKU
PENCEMARAN DAN TANGGUNG JAWAB NEGARA MENGANTISIPASI
PENCEMARAN AIR
AIR BUKANLAH PRODUK DARI SUATU HASIL KOMERSIALISASI SEPERTI HALNYA
BARANG YANG LAIN, NAMUN LEBIH CONDONG DISEBUT SEBAGAI WARISAN
YANG HARUS DILINDUNGI, DIPERTAHANKAN, DAN DIPERLAKUKAN DENGAN
BENAR
Air merupakan hajat hidup kita. Kita meminumnya untuk mempertahankan
hidup. Kita mencuci dengan air. Air pula adalah hal yang utama bagi
pertanian dalam hal pengairan persa-wahan, dan juga bagi peternakan. Air
dalam perindustrian digunakan selain sebagai bagian dari proses produksi juga
dipakai sebagai pendingin. Selain itu, air menyediakan habitat hidup bagi ikan
dan binatang air lainnya. Disamping itu memiliki peran psikologis yang penting
dalam hal menyediakan area rekreasi juga bagi keindahan alam. Sebagai
tambahan, air memiliki peran yang sangat penting pula dalam proses dan
membuang limbah yang berasal dari domestik atau perindustrian. Pembua-
ngan limbah padat atau cair ke perairan dapat menimbulkan pencemaran air.
Pencemaran air dapat muncul dalam berbagai macam cara. Bahan-bahan
seperti limbah kotoran domestik, bahan kimia, deterjen adalah pencemaran
yang umum dibuang ke perairan apakah itu disengaja atau tidak disengaja..
Perta-nian juga salah satu penyebab utama dalam pencemaran air dalam hal
penggunaan pestisida atau pupuk yang berbahan kimia, disamping limbah
industri, yaitu sisa produksi yang ber-bentuk zat cair yang dibuang melalui pipa-
pipa perusahaan ke saluran air umum. Akibat pencemaran air pada saluran air
ini dapat menyebabkan kerusakan atau timbul penyakit bagi binatang serta
tetumbuhan air, termasuk manusia.
Bagi Indonesia sebagai negara kepulauan yang lautnya meliputi dua per tiga
wilayah nasionalnya, dan memiliki garis pantai kedua terpanjang di dunia, dan
juga dikenal sebagai negara bahari, memiliki tanggung jawab yang sangat
besar untuk melindungi perairannya dari pencemaran air. Untuk itu pengaturan
hukum lingkungan yang ada harus bersifat terpadu dan komprehensif. Selain
itu, juga diperlukan penerapan prinsip-prinsip hukum pencemaran lintas batas
nasional dalam peraturan perundang-undangan yang diatur secara integratif.
Namun demikian aturan hanya tinggal aturan apabila tidak disertai dengan
penegakan hukum. Penegakan Hukum dalam mengatasi pelaku pence-maran
air memiliki peran yang sangat penting, untuk menimbulkan efek jera (ultimum
remedium). Hal ini perlu dilakukan untuk memunculkan wibawa hukum, yang
diharapkan dapat mem-bawa perubahan mendasar sikap masyarakat untuk
berperan serta dalam setiap gerak pembangunan nasional. Makna inilah yang
disodorkan Mochtar Kusumaatmadja yang mengadopsi pemi-kiran Roscoe
Pound tentang law as a tool of social engineering yaitu hukum sebagai
sarana perekayasa masyarakat, yang mendorong penciptaan aturan
perundang-undangan dan yurisprudensi. (Otje Salman, dan Eddy Damian,
2002).
Pemberantasan pencemaran air ternyata tidak mudah, hal ini karena
kenyataannya banyak tipe perairan seperti sungai, kolam, danau, dan laut
yang memiliki kapasitas yang berbeda dalam menyerap dan penyebaran
polusi (air). Sebagai contoh, sungai yang memiliki kemampuan lebih dalam
memurnikan air yang tercemar karena mikro organisme yang terdapat dalam
sungai disamping efek matahari dan aerasi udara, apabila dibandingkan
dengan kolam kecil (rawa). Oleh kare-nanya, pembuangan limbah ke sungai
dalam batas-batas tertentu masih bisa ditolerir. Hal ini menyebabkan adanya
kecenderungan pembuangan limbah ke sungai merupakan hal yang disukai
dan dianggap efektif. Sebab biaya yang dikeluarkan sangat murah, bahkan
tanpa biaya sama sekali. Ini menjadi persoalan dalam pembuatan aturan,
sejauh mana larangan pembuangan limbah ke sungai itu bisa menjamin
kemampuan sungai dalam mengabsorsi dan menyebarkan limbah. Atau
dengan kata lain, apa ukuran bahwa suatu sungai itu tercemar oleh limbah.
Padahal disisi lain, sungai pada umumnya di Indonesia, khususnya di kota besar
adalah penyedia bahan baku air minum yang diselenggarakan oleh
Perusahaan Air Minum Daerah. Sehingga bila sungai dicemari, akan
berdampak langsung pada kehidupan manusia.
Sehingga adalah hal sangat penting dalam mengendalikan pence-maran air,
khususnya di sungai. Tinda-kan yang diharapkan, tentunya adalah
menghentikan sumber pencemaran. Namun itu sulit, sebab secara alami
manusia akan menerbitkan limbah, oleh karenanya mengendalikan sumber
polu-tan dengan melihat kemampuan sungai atau perairan dalam
mengabsorsi dan mendispersikan polutan itu menjadi isu utama, yang perlu
diatur oleh seorang regulator peraturan.
Oleh karena itu upaya pence-gahan pencemaran air secara langsung, atau
upaya pembatasan pembuangan limbah, serta bagaimana cara member-
sihkan perairan dari limbah, serta sanksi yang diberikan bagi poluter, dan
memas-tikan tindakan itu tidak diulangi dan membayar biaya pembersihan,
dan juga memberikan kompensansi bagi pihak-pihak yang dirugikan akibat
pence-maran.
Untuk itu pengaturan pembua-ngan kotoran ke saluran air merupakan hal yang
menjadi perhatian dalam pengendalian pencemaran air.
Masyarakat Eropa (EC), memi-liki semboyan dalam pengaturan air sebagai
berikut :
Air bukanlah produk dari suatu hasil komersialisasi seperti halnya barang yang
lain, namun lebih condong disebut sebagai warisan yang harus dilindungi,
dipertahankan, dan diperlakukan dengan benar.
Harapan yang terkandung dalam semboyan tersebut adalah pengaturan
penggunaan air dan kualitas air yang digunakan masyarakat, dalam suatu atu-
ran sederhana dan terintegrasi, yang melindungi air baik yang berada diper-
mukaan maupun bawah tanah, dari segala bentuk pencemaran yang akan,
dan pasti timbul akibat pemanfaatan air. Untuk itu perlu dibuat aturan yang
ber-kenaan dengan:
Pencegahan kerusakan lebih lanjut dari lingkungan air dan melindungi, dan
meningkatkan kualitas air.
Peningkatan penggunaan air secara terus menerus, berdasarkan perlin-
dungan jangka panjang dari sumber daya air yang ada.
Pengurangan bahkan menghentikan (sedapat mungkin) penyebab limbah
berbahaya bagi perairan
Pengurangan polusi air tanah
Pengurangan akibat banjir dan keke-ringan. (Justine Thornton & Silas Beckwith,
2004).

Pengaturan air pertama kali harus dimulai dari saluran air yang mengarah ke
sungai, yang kemudian harus diklasifikasikan berdasarkan ting-kat pencemaran,
apakah itu baik sekali, baik, cukup, buruk dan buruk sekali. Dalam pengelolaan
manajemen sungai, hal itu harus ditetapkan untuk mencapai tingkatan status
baik untuk setiap per-airan sungai. Ini untuk menjaga status dan kualitas sungai,
sebab ini akan berdampak pada manusia, binatang dan tumbuhan yang
menggantungkan hidup-nya pada perairan seperti sungai terse-but.
Pengaturan itu lebih lanjut harus memastikan status baik itu tetap terjaga.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah:
Status ekologi dari sungai, ini berkaitan dengan kualitas dari komunitas biologi,
karakteristis kimia dan hidrologi.
Status kimia, ini berkenaan dengan standar minimum kandungan kimia yang
terdapat dalam sungai. Tentu saja penentuan standar bagus atau tidak
didapat dari suatu hasil penelitian sebelumnya tentang kan-dungan kimia suatu
perairan.
Sasaran lainya.
Pengaturan ini diharapkan me-nyediakan tingkat perlindungan yang tinggi dari
perairan semacam sungai ini. Perlindungan lain yang termasuk dalam
pengaturan air, adalah perlindungan bagi air tanah, pengurangan terhadap
bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan.
Pengaturan tentang pengairan selanjutnya diatur dalam UU No. 11 Tahun 1974,
yang menganut asas lestari. Namun sayang konsep pencemaran air dalam
undang-undang ini belum dida-sarkan pada konsep baku mutu yang
diperlukan bagi penetapan peruntukan lingkungan sehingga pengaruhnya
pada lingkungan belum dapat diukur. (Daud Silalahi, 1996).
Ironisnya pada tahun 1970-an telah lahir prinsip-prinsip ekologi yang telah
dideklarasikan dalam Stockholm Declaration, yang mengatur ukuran mengenai
pencemaran atau kerusakan lingkungan, termasuk sumber daya alam hayati.
Sehingga seharusnya dalam UU No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan ini
seyogyanya prinsip-prinsip dalam Stockholm Declaration dapat diadopsi.
Penegakan hukum terhadap pencemaran air
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya berkenaan dengan perlunya aturan
hukum mengenai perlindungan terhadap pencemaran air, maka pene-gakan
hukumnya pun tak kalah pentingnya. Khususnya untuk mence-gah, dan
mengkriminalisasi suatu per-buatan yang dikategorikan sebagai per-buatan
pencemaran air, dan pemberian sanksi bagi pencemar bagi wilayah air yang
dikendalikan dari pencemaran. Adapun wilayah air yang harus dikenda-likan
dari pencemaran terdiri atas:
wilayah air yang relevan, yaitu batas perairan wilayah sejauh 12 mil dari
surutnya pantai (teritorial water)
perairan pantai
zona perikanan, ini termasuk danau, waduk, dan saluran air lainnya
air tanah. (Justine Thornton & Silas Beckwith, 2004).
Wilayah-wilayah tersebut, harus terhindar dari berbagai macam zat pen-cemar
apakah yang bersifat padat atau cair.
Apabila mengacu pada keten-tuan Pasal 17 UU No.23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan hidup, secara umum diatur tentang kewajiban
pengelolaan bahan-bahan berbahaya, sedangkan pada Pasal 16 ditekankan
mengenai tanggung jawab pengelolaan limbah bagi siapapun yang menjadi
penanggung jawab suatu kegiatan usaha.
Pelanggaran atas pencemaran perairan mengakibatkan tanggung jawab
mutlak bagi si pelaku, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 35 Ayat 1 UU No.23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hidup, dan itu mewajibkan bagi
pelaku pencemaran (dalam hal ini pencemaran air), dikenakan kewajiban
untuk membayar ganti rugi secara lang-sung dan seketika pada saat terjadinya
pencemaran, apakah itu secara sengaja atau karena kealpaan dengan
denda dari Rp. 100.000.000,- sampai dengan Rp. 750.000.000,- disamping
pidana penjara. Adapun pengaturan lebih lanjut tentang sanksi ini diatur dalam
Pasal 41 48 UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hidup.
Alternatif penerapan sanksi lainnya adalah sanksi perdata, yaitu berupa ganti
rugi kepada penderita dan biaya pemulihan kepada negara (Pollu-ter pays
principle). Prinsip ini meru-pakan bentuk kebijaksanaan lingkungan dan jalan
keluar bagi kasus pencemaran pada umumnya di negara maju. Artinya
meskipun telah dilakukan pembayaran ganti rugi terhadap penderita, pelaku
pencemaran air tetap tidak terbebas dari kewajiban untuk membayar biaya
pemulihan lingkungan yang telah rusak atau tercemar kepada negara. Karena
negara memiliki fasilitas untuk melaku-kan pemulihan.
Tindakan Pencegahan
Membersihkan suatu perairan yang terkena pencemaran adalah sangat
mahal, memakan waktu dan kemung-kinan memakan korban. Hal yang lebih
baik yang dapat dilakukan adalah melakukan pencegahan, dengan mem-
bangun sistem peringatan dini pence-maran.
Sistem yang dimaksud adalah pembuatan zona perlindungan perairan, yang
dibuat berdasarkan undang-undang (peraturan), serta membuat perencanaan
tentang pengendalian atau kontrol per-airan dalam bentuk prosedur baku.
Upaya perlindungan perairan seperti yang dikemukakan diatas telah
diterapkan oleh Kanada dengan mene-tapkan Artic Waters Act, 1970 yang
memberikan perlindungan lingkungan laut hingga 100 mil dari garis dasar. Hal
itu mereka buat berdasarkan anggapan tentang adanya state responsibility as
a costal state to the international commu-nity in general; a resposibility to pro-
hibit ships from using the seas in a way violate of reasonable standards. Disam-
ping itu munculnya hak negara pantai terhadap pencemaran atas perairannya
muncul berdasarkan hukum interna-sional umum.
Namun demikian, pencemaran terhadap perairan pasti akan selalu terjadi, dan
seperti yang telah diuraikan dalam tulisan terdahulu, alam memiliki kemampuan
untuk menyerap, mengu-raikan zat-zat pencemar tersebut sesuai dengan
kapasitas yang dimiliki alam. Untuk itu negara bertanggung jawab untuk
mengatur pula ambang batas (treshold) pencemaran sebagai ukuran
tanggung jawab negara. Amerika dalam beberapa kasus seperti New York v
New Jersey (USA, 1921) dan Kasus Georgia v Tennesse Copper (USA, 1906)
menya-takan adanya tanggung jawab negara pada perlindungan lingkungan
sebagai perwujudan dari konsep kedaulatan, dan pemerintah didorong untuk
memperha-tikan moral issues that trascend ques-tion of jurisdiction and
procedure. (Daud Silalahi, 1996).

3. PENTINGNYA KUALITAS AIR DAN PELESTARIANNYA


Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan.
Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air
merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak
ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat
menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar,
baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan
oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri,
untuk kebersihansanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain
sebagainya.
Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius.
Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi
barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-
macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas,
sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas,
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
Dari hari ke hari bila diperhatikan, makin banyak berita-berita mengenai
pencemaran air. Pencemaran air ini terjadi dimana-mana. Di Teluk Jakarta
terjadi pencemaran yang sangat merugikan bagi petambak. Tidak saja udang
dan bandeng yang mati, tapi kerang hijaupun turut mati pula, beberapa jenis
spesies ikan telah hilang. Secara kimiawi, pencemaran yang terjadi di Teluk
Jakarta tersebut telah sangat parah. Indikasinya populasi kerang hijau
berkembang lebih cepat dan semakin banyak, padahal hewan ini merupakan
indikator pecemar. Kadar logam antara lain seng, tembaga dan timbal telah
mencapai ambang batas normal. Kondisi ini sangat berbahaya, karena logam
berat dapat diserap oleh manusia atau hewan yang memakannya dan akan
terjadi akumulasi (Republika, 17/02/03). Di Waduk Saguling juga
terjadi pencemaran logam berat(merkuri) dan kadar H2SO4 yang tinggi,
sehingga pencemaran ini sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat sekitar,
ribuan petani ikan mas jaring terapung di kawasan ini terancam gulung tikar
karena produksi ikan turun terus (Pikiran Rakyat, 08/06/03). Selain itu,
penggunaan pestisida yang berlebihan dan berlangsung lama, juga akan
mengakibatkan pencemaran air.
Sebagai contoh, hal ini terjadi di NTB yang terjadi pencemaran karena dampak
pestisida dan limbah bakteri e-coli. Petani menggunakan pestisida di sekitar
mata air Lingsar dan Ranget (Bali Post, 14/8/03).
Krisis air juga terjadi di hampir semua wilayah Pulau Jawa dan sebagian
Sumatera, terutama kota-kota besar baik akibat pencemaran limbah cair
industri, rumah tangga ataupun pertanian. Selain merosotnya kualitas air akibat
pencemaran, krisis air juga terjadi dari berkurangnya ketersediaan air dan
terjadinya erosi akibat pembabatan hutan di hulu serta perubahan
pemanfaatan lahan di hulu dan hilir. Menyusutnya pasokan air pada 3
beberapa sungai besar di Kalimantan menjadi fenomena yang mengerikan,
sungai-sungai tersebut mengalami pendangkalan akibat minimnya air pada
saat kemarau serta ditambah erosi dan sedimentasi. Pendangkalan di sungai
Mahakam misalnya meningkat 300% selama kurun waktu 10 tahun terakhir (Air
Kita Diracuni, 2004).
Pencemaran air di banyak wilayah di Indonesia, seperti beberapa contoh di
atas, telah mengakibatkan terjadinya krisis air bersih. Lemahnya pengawasan
pemerintah serta keengganannya untuk melakukan penegakan hukum secara
benar menjadikan problem pencemaran air menjadi hal yang kronis yang
makin lama makin parah
Indikator Pencemaran Air
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya
perubahan warna, bau dan rasa.

2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan


zat kimia yang terlarut, perubahan pH.

3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan


mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.

Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH


atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO),
kebutuhan oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta
kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD).
pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
sekitar 6,5 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH.
Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air
yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan
buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu
kehidupan biota akuatik.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahab pH dan menyukai
pH antara 7 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan ,
misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah. Pengaruh nilai
pH pada komunitas biologi perairan dapat dilihat pada table di bawah ini
Tabel : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan

Sumber : modifikasi Baker et al., 1990 dalam Efendi, 2003


Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat
bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaitu
Chlamydomonas acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan algae Euglena
pada pH 1,6.
Oksigen terlarut (DO)
Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat
hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa
organic dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi
fotosintesa algae. Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak
efisien, karena oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh algae
untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen
dalam air tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir.
Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kalarutan oksigen
jenuh dalam air pada 25o C dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L (Warlina,
1985).
Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi
manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut
dengan jumlah cukup banyak. Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar
organisme. Keberadaan logam berta yang berlebihan di perairan akan
mempengaruhi system respirasi organisme akuatik, sehingga pada saat kadar
oksigen terlarut rendah dan terdapat logam berat dengan konsentrasi tinggi,
organisme akuatik menjadi lebih menderita (Tebbut, 1992 dalam Effendi, 2003).
Pada siang hari, ketika matahari bersinar terang, pelepasan oksigen oleh proses
fotosintesa yang berlangsung intensif pada lapisan eufotik lebih besar daripada
oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi. Kadar oksigen terlarut dapat
melebihi kadar oksigen jenuh, sehingga perairan mengalami supersaturasi.
Sedangkan pada malam hari, tidak ada fotosintesa, tetapi respirasi terus
berlangsung. Pola perubahan kadar oksigen ini mengakibatkan terjadinya
fluktuasi harian oksigen pada lapisan eufotik perairan. Kadar oksigen maksimum
terjadi pada sore hari dan minimum pada pagi hari.
Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)
Dekomposisi bahan organic terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan organic
menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah menjadi
bahan anorganik yang stabil, misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi
nitrit atau nitrat (nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap
pertama ynag berperan, sedangkan oksidasi bahan anorganik (nitrifikasi)
dianggap sebagai zat pengganggu.
Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan
buangan organic yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air. Pada
dasarnya, proses oksidasi bahan organic berlangsung cukup lama. Menurut
Sawyer dan McCarty, 1978 (Effendi, 2003) proses penguraian bahan buangan
organic melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme atau oleh bakteri aerobic
adalah :
CnHaObNc + (n + a/4 b/2 3c/4) O2 n CO2 + (a/2 3c/2)
H2O + c NH3
Bahan organic oksigen bakteri aerob 9
Untuk kepentingan praktis, proses oksidasi dianggap lengkap selama 20 hari,
tetapi penentuan BOD selama 20 hari dianggap masih cukup lama. Penentuan
BOD ditetapkan selama 5 hari inkubasi, maka biasa disebut BOD5. Selain
memperpendek waktu yang diperlukan, hal ini juga dimaksudkan untuk
meminimumkan pengaruh oksidasi ammonia yang menggunakan oksigen juga.
Selama 5 hari masa inkubasi, diperkirakan 70% 80% bahan organic telah
mengalami oksidasi. (Effendi, 2003).
Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung pada tingkat
kebersihan air. Air yang bersih relative mengandung mikroorganisme lebih
sedikit dibandingkan yang tercemar. Air yang telah tercemar oleh bahan
buangan yang bersifat antiseptic atau bersifat racun, seperti fenol, kreolin,
detergen, asam cianida, insektisida dan sebagainya, jumlah
mikroorganismenya juga relative sedikit. Sehingga makin besar kadar BOD nya,
maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar, sebagai
contoh adalah kadar maksimum BOD5 yang diperkenankan untuk kepentingan
air minum dan menopang kehidupan organisme akuatik adalah 3,0 6,0 mg/L
berdasarkan UNESCO/WHO/UNEP, 1992. Sedangkan berdasarkan
Kep.51/MENKLH/10/1995 nilai BOD5 untuk baku mutu limbah cair bagi kegiatan
industri golongan I adalah 50 mg/L dan golongan II adalah 150 mg/L.

Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)


COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada
dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi
secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic
tersebut akan dioksidasi oleh kalium bichromat yang digunakan sebagai
sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah
ion chrom.
Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi
biologis, misalnya tannin, fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih
cocok dilakukan pengukuran COD daripada BOD. Kenyataannya hampir
semua zat organic dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium
permanganat dalam suasana asam, diperkirakan 95% 100% bahan organic
dapat dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi
kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak
tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan
tercemar dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri
dapat mencapai 60.000 mg/L (UNESCO,WHO/UNEP, 1992).
SUMBER PENCEMARAN AIR
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat
dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak
langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA
sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah
kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir
berupa hujan (Pencemaran Ling. Online, 2003). Pada dasarnya sumber
pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan
pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian
misalnya pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari
aktifitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.
Komponen Pencemaran Air
Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat
kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut
dibuang ke badan air atau air tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang
biasa digunakan di pertanian, industri atau rumah tangga, detergen yang biasa
digunakan di rumah tangga atau PCB yang biasa digunakan pada alat-alat
elektronik.
Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air, ternyata komponen
pencemaran air turut menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi.
Menurut Wardhana (1995), komponen pencemaran air yang berasal dari
industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian dapat dikelompokkan
sebagai bahan buangan:
1. padat

2. cairan berminyak

3. organic dan olahan bahan makanan

4. berupa panas

5. anorganik

6. zat kimia

Bahan buangan padat


Yang dimaksud bahan buangan padat adalah adalah bahan buangan yang
berbentuk padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan
tersebut bila dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan
pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan koloidal.
Apabila bahan buangan padat tersebut menimbulkan pelarutan, maka
kepekatan atau berat jenis air akan naik. Kadang-kadang pelarutan ini disertai
pula dengan perubahan warna air. Air yang mengandung larutan pekat dan
berwarna gelap akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air.
Sehingga proses fotosintesa tanaman dalam air akan terganggu. Jumlah
oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang, kehidupan organisme dalam air
juga terganggu.
Terjadinya endapan di dasar perairan akan sangat mengganggu kehidupan
organisme dalam air, karena endapan akan menutup permukaan dasar air
yang mungkin mengandung telur ikan sehingga tidak dapat menetas. Selain
itu, endapan juga dapat menghalangi sumber makanan ikan dalam air serta
menghalangi datangnya sinar matahari.
Pembentukan koloidal terjadi bila buangan tersebut berbentuk halus, sehingga
sebagian ada yang larut dan sebagian lagi ada yang melayang-layang
sehingga air menjadi keruh. Kekeruhan ini juga menghalangi penetrasi sinar
matahari, sehingga menghambat fotosintesa dan berkurangnya kadar oksigen
dalam air.

Bahan buangan organic dan olahan bahan makanan


Bahan buangan organic umumnya berupa limbah yang dapat membusuk
atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke perairan
akan menaikkan populasi mikroorganisme. Kadar BOD dalam hal ini akan naik.
Tidak tertutup kemungkinan dengan berambahnya mikroorganisme
dapat berkembang pula bakteri pathogen yang berbahaya bagi manusia.
Demikian pula untuk buangan olahan bahan makanan yang sebenarnya
adalah juga bahan buangan organic yang baunya lebih menyengat.
Umumnya buangan olahan makanan mengandung protein dan gugus amin,
maka bila didegradasi akan terurai menjadi senyawa yang mudah menguap
dan berbau busuk (misal. NH3).
Bahan buangan anorganik
Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya
adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi peningkatan
jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal
dari limbah industri yang melibatkan penggunaan unsure-unsur logam seperti
timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), air raksa atau merkuri (Hg), Nikel (Ni),
Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dll.
Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat sadah.
Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan
yang terbuat dari besi melalui proses pengkaratan (korosi). Juga dapat
menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan.
Apabila ion-ion logam berasal dari logam berat maupun yang bersifat racun
seperti Pb, Cd ataupun Hg, maka air yang mengandung ion-ion logam
tersebut sangat berbahaya bagi tubuh manusia, air tersebut tidak layak minum.
Bahan buangan cairan berminyak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung
menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung senyawa
yang volatile, maka akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang
menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan minyak ini tergantung
pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada permukaan air dapat
terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang
lama.
Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme dalam air.
Ini disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi diffusi oksigen dari udara ke
dalam air, sehingga oksigen terlarut akan berkurang. Juga lapisan tersebut
akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga
fotosintesapun terganggu. Selain itu, burungpun ikut terganggu, karena bulunya
jadi lengket, tidak dapat mengembang lagi akibat terkena minyak.

Bahan buangan berupa panas (polusi thermal)


Perubahan kecil pada temperatur air lingkungan bukan saja dapat menghalau
ikan atau spesies lainnya, namun juga akan mempercepat proses biologis pada
tumbuhan dan hewan bahkan akan menurunkan tingkat oksigen dalam air.
Akibatnya akan terjadi kematian pada ikan atau akan terjadi kerusakan
ekosistem. Untuk itu, polusi thermal inipun harus dihindari. Sebaiknya industri-
industri jika akan membuang air buangan ke perairan harus memperhatikan
hal ini.

Bahan buangan zat kimia

Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemar
air ini akan dikelompokkan menjadi :
a. Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya).
b. Bahan pemberantas hama (insektisida),
c. Zat warna kimia,
d. Zat radioaktif
Analisis Kualitas Lingkungan Udara dan Polusi
Pendahuluan
Pada saat ini, masalah polusi udara telah menimbulkan kekhawatiran banyak penduduk
, terutama yang tinggal di kota-kota besar dan daerah industry. Bahkan ahli
meteorology mengatakan bahwa polusi udara tidak hanya meliputi kota besar,tetapi
polusi udara telah meliputi keseluruh atmosfer bumi kita. Lapisan oksigen tipis yang
meliputi bumi mulai rusak dengan adanya polusi udara.
Dampak buruk polusi udara pada kesehatan mulai banyak dibicarakan setelah
trimbulnya beberapa kejadian di Belgia tahun 1930 , di Pennsylvania tahun 1948, dan di
London pada tahun 1952. Pada kejadian-kejadian di atas terjadi stagnasi udara yang
mengakibatkan peningkatan jumlah bahan polutan di udara, khususnya sulfur dioksida
dan partikel lainnya yang din ikuti dengan peningkatan angka kematian secara tajam.

Udara
Udara adalah campuran dari berbagai gas secara mekanis dan bukan
merupakan senyawa kimia.Udara merupakan komponen yang membentuk atmosfer
bumi, yang membentuk zona kehidupan pada permukaan bumi.
Komposisi Udara terdiri dari berbagai gas dalam kadar yang tetap pada
permukaan bumi, kecuali gas methane, ammonia, hydrogen sulfide, karbon
monooksida dan nitrooksida mempunyai kadar yang berbeda-beda tergantung
daerah/lokasi.
Umumnya konsentrasi methane, ammonia, hydrogen sulfide, Karbon
monooksida dan nitrooksida sangat tinggi di areal rawa-rawa atau industry kimia.Hal
terseburt bias terjadi karena ada polusi udara.
Tabel komposisi udara atmosfer:

UNSUR SIMBOL KONSENTRASI (% VOLUME)

Nitrogen N 78

Oksigen O2 21

Argon A 0,94

Karbondioksida CO2 20,03

Helium He 0,01

Neon Ne 0,01

Xenon Xe 0,01

Krypton Kr 0,01
Methana CH4 Sangat sedikit

Amoniak NH3 Sangat sedikit

Hydrogen sulfide H2S Sangat sedikit

Karbon monoksida CO Sangat sedikit

Nitrous oksida N2O Sangat sedikit

Nitrous oksida N2O Sangat sedikit

Selain gas-gas tersebut diatas, didalam udara /atmosfer terdapat uap air sebanyak
sekitar 0.001% sampai 4% dari volume udara.

Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Gas di dalam Udara


Konsentrasi gas di dalam udara bisa naik atau menurun disebabkan oleh :
a. Faktor Ketinggian
Setiap peningkatan ketinggian 100 meter akan terjadi penurunan tekanan
atmosfer sebesar 6-10 mmHg sehingga secara tidak langsung terjadi penurunan gas
didalam udara.
b. Faktor banyaknya tumbuhan berklorofil
Tumbuhan berklorofil pada siang hari akan melepas oksigen yang banyak dan
menyerap CO2 yang banyak.
c. Faktor kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk suatu kota/daerah menyebabkan penurunan kadar O2 dan
meningkatnya kadar CO2
d. Faktor Pembakaran pada industry/mobil
Akibat pembakaran batu bara, oli, gas, minyak diesel, dan lain sebagainya akan
mengurangi oksigen dan meningkatkan CO2 didalam udara.Kalau pembakaran tidak
sempurna akan menghasilkan CO (Karbon Monooksida) yang tinggi di udara.
e. Faktor kebakaran
Akibat kebakaran, baik kebakaran hutan maupun kebakaran rumah akan
menurunkan O2 dan meningkatkan Kadar CO2
f. Faktor Flankton pada permukaan air
Plankton atau phytoplankton pada permukaan air akan memberi sumbangan
oksigen pada air dan atmosfer.
Macam macam gas di udara
Pada bagian sebelumnya telah dilukiskan bahwa udara murni mengandung
unsure unsure sebagai berikut N2, O2, O3, A, CO2, He, Ne, Xe, Kr, CH4, NH3, H2S, CO
dan N2O.Untuk mendapat gambaran yang jelas gas di udara akan di bahas masing-
masing gas tersebut.
1. Nitrogen(N2)
Nitrogen merupakan salah satu elemen dari berbagai elemen (fosfor, kalium,
sulfur, kalsium, magnesium)yang tergolong dalam elemen nutrisi. Elemen nitrogen
terkandung di dalam protein(semua protein)di pakai untuk membangun sel.Selain itu
nitrogen cair(-1790C)di pakai sebagai obat mati rasa dalam proses pembedahan dan di
pakai untuk membekukan butir-butir darah agar bisa di simpan lama.
2. Oksigen(O2)
Oksigen di peroleh dari udara melalui proses pencairan dan destilasi. Oksigen
hasil pemisahan ini digunakan untuk :
Proses peleburan, pengilangan, pabrik baja atau logam lainnya.
Pabrik bahn kimia melalui oksidasi control.
Pendorong roket
Penyangga kehidupan biologi(tanaman,hewan,manusia)
Pemakaian dalam bidang kedokteran yaitu pengobatn TBC usus, pengobatan
terhadap penderita asfiksia(sukar bernafas)
Pertambangan,pabrik batuan-batuan,gelas dan lain-lain.
3. Ozon(O3)
Ozon merupakan oksidan yang sangat kuat sehingga sangat beracun terhadap
organisme hidup
4. Argon
Suatu elemen gas termasuk dalam grup gas mulia, gas lamban atau gas
langka.Argon di gunakan untuk :
Mengisi bola lampu listrik
Untuk memotong atau mengelas logam
Gas argon dipakai pada Geiger Muller Counter dan berbagai tabung electron
5. Karbon dioksida(CO2)
Kegunaan CO2 :
Dalam bentuk cair atau padat sebagai alat pendingin
Sebagai alat penetral untuk bahn alkali
Sebgai bahan utama dalam hal tekanan udara
6. Helium
Merupakan gas mulia dan elemen bercahaya.yang di gunakan untuk :
Helium di pakai sebagai gas pendingin pada reactor nuklir
Helium di pakai untuk analisis kimia denga memakai gas kromatografi
Campuran gas helium dan oksigen di paki sebagai bahan pernafasan bagi
penerjun
7. Neon
Kegunaan Neon :
Neon di isi pada ruangan letupan Spark Chamberyang digunakan untuk mendeteksi
partikel nuklir
Neon dalam jumlah yang banyak di pakai untuk riset fisik padaenergy tinggi
Cairan neon di pakai sebagi bahan pendingin intk mencapai suhu sekitar 25-40
8. Kripton
Kegunaan Kripton :
Gas krypton dipaki untuk mengisi lampu elektronik
Gas krypton di campur dengan argon di pakai untuk mengisi lampu Fluoresensi

9. Hidrogen sulfide(H2S)
Berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati (materi organic), letusan,
muntahan gunung berapi dan limbah atau buangan industry.
10. Karbon Monoksida
Merupakan gas tidak berwarna, tidak berbau dan sangat berbahaya.
a. Sumber Karbon monoksida
Dasar terbentuk karbon monooksida adalah pembakaran yang tidak sempurna.
Pembakaran yang di maksud adalah :
Pembakaran yang terjadi pada industry
Pembakaran pada alat transfortasi
Proses pembakaran pada pertanian
Tempat-tempat pembuangan sampah
Kebakaran hutan
Ada jenis ikan (jelly fish)menghasilkan karbon monooksida sekitar 80%
b. Efek akibat karbon monoksida
Menghalangi hemoglobin berikatan dengan oksigen
Penderita ngantuk, mual dan puyeng
Keracunan karbon monooksida pada tingkat berat menimbulkankematian
11. Nitrogen Oksida
Nitrogen terdapat 78% di dalam atmosfer bumi oleh pengarung organism, sinar
kosmik, cahay dapat memfiksasi nitrogen bersenyawa berbagai elemen membentuk
senyawa nitrogen yang berguna bagi tumbuh-tumbuhan dan hewan dalam
pertumbuhan.
Tekanan Udara
Merupakan gaya persatuan luas dimana udara melakukan desakan pada
permukaan yang kontak dengannya.
Tekanan udara dipengaruhi oleh:
1. Ketinggian
Ketinggian 100 m di atas permukaan laut akan terjadi penurunan barometer
sebesar 6-10 mmHg;umumnya di anggap penurunan sebesar 10 mmHg.
2. Angin tornado
Pada waktu angin tornado akan terjadi penurunan tekanan barometer
3. Pada musim dingin
Pada musim dingin, tekanan udara cenderung tinggi pada benua daripada
permukaan laut(samudera)
Tekanan udara pada permukaan laut sangat berarti untuk mengetahui gerakan
udara dan dapat meramalkan keadaan cuaca.
Kegunaan Udara
Udara sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1. Bahan kebutuhan pokok dalam pernafasan
2. Sebagai sarana dari pesawat terbang
3. Sebagi alat pendingin trafo tekanan tinggi
4. Sebagi sarana olah raga terbang laying
5. Membantu transfer panas dari metode konveksi
Polusi Udara
Secara umum bahan polutan dari udara dapat menimbulkan efek local dan efek
sistemik pada tubuh kita.Yang di maksud dengan efek local adalah kelainan yang di
jumpai hanya pada satu organ saja.Efek local ini dapat terjadi pada organ yang
memang langsung berhubungan dengan bahan polutan-seperti paru dan kulit atau juga
pada alat tubuh lain akibat terbawanya bahan polutan melalui darah misalnya ke
hepar.Sementara itu efek sistemik tentunya mengenai satu system tubuh
tertentu,misalnya system saraf atau peredaran darah.
Salah satu contoh efek sistemik adalah polusi CO yang mengganggu transfor
oksigen karena CO berikatan dengan Hemoglobin.

Sumber Pencemar Udara


Bumi diciptakan oleh Tuhan tanpa cemaran apa-apa.Namun, dalam sejarah
perkembangan bumi ini sejalan dengan perkembangan manusia,tanaman, hewan,
kemajuan teknologi, letusan gunung berapi, kebaran hutan dan lain-lain,timbul lah
polusi udara.
Dengan mengetahui latar belakang timbulnya polusi udara maka ketahuilah
sumber pencemar udara di bagi menjadi 2 bagian :
1) Dari Alam
Letusan gunung berapi menyemburkan debu dan gas sulfur;kebakaran hutan
menghasilkan CO2, CO dan sulfur;penguapan samudera berupa partikel garam, tepung
sari,jamur, spora yang di bawa oleh hembusan angin.
2) Perbuatan Manusia
Proses industry kimia, pabrik logam, pabrik semen menghasilkan gas partikulat;
pembakaran bahan bakar dalam memproduksi energy panas; hasil kotoran rumah
tangga berupa asap; gas yang dihasilkan kendaraan bermotor, pesawat terbang, roket;
senyawa hidrokarbon dari proses destilasi petroleum,alat pendingin, alat penyemprot
dan lain-lain.

Bentuk-bentuk zat pencemar di udara


Zat-zat pencemar udara terdapat dalam bentuk gas atau partikel(biasanya
sebagai bahan-bahan partikulat).Kedua bentuk zat pencemar itu berada di atmosfer
secara simultan, tetapi seluruh zat pencemar udara 90% berbentuk gas.Bentuk-bentuk
zat pencemar yang sering terdapat dalam atmosfer :
Gas : Keadaan gas dari cairan atau bahan padatan
Embun : Tetesan cairan yang sangat lembut yang tersuspensi di udara
Uap : Keadaan gas dari zat padat atau volatin atau cairan dengan ukuran diameter
kuarang dari 1,0m
Awan : Uap yang dibentuk pada tempat yang tinggi
Kabut : tetesan cairan yang melayang di udara dengan diameter kurang dari 2m
Debu : Padatan yang tersuspensi dalam udara yang dihasilkan dari pemecahan bahan
dengan diameter antara 0,25m-1m.
Haze : Partikel-partikel debu atau garam yang tersuspensi dalam tetes air
Asap : Padatan dalam gas yang berasal dari pembakaran yang tidak sempurna dengan
ukuran diameter kurang dari 2m
Aerosol : Partikel padat atau cair yang melayang di udara bersama beberapa gas
dengan ukuran diameter kurang dari 1,0m Partikulat bisa berupa padatan atau tetes
cairan yang sangat halus yang di sebut mist.Partikulat mempunyai bermacam-macam
ukuran, bentuk, densitas, dan susunan kimianya.Sumbangan nya terhadap zat
pencemar udara hanya 10%. Kalau debu, asap, uap,kabut,aerosol, dianalisis secara
kimia akan di peroleh bahan pencemar berupa sulfur dioksida, nitrogen dioksida karbon
dioksida, hydrogen sulfide, hydrogen flourida, silicon tetra flourida, karbon
monooksida,aldehid timah hitam(lead), asbestos.
Polutan (bahna polusi)di atas merupakan bahan primer yaitu subtansi kimia yang
langsung masuk(emisi)kedalam atmosferbumi.
Di dalam atmosfer ada uap air/air, oksigen, ultra violet, dan petir.Objek ini akan
merubah polutan primer menjadi bentuk lain yang di kenal dengan sebutan polutan
sekunder.

Inhalasi, Ingesti dan Penetrasi Kulit


Ada 3 cara masuknya polutan dari udara ke tubuh manusia, yaitu melalui
inhalasi, ingesti, dan penetrasi kulit. Inhalasi bahan polutan dari udara ke paru dapat
menyebabkan gangguan di paru dan saluran nafas, dan selain itu bahan polutan dapat
kemudian masuk dalam peredaran darah dan menimbulkan akibat dia alat tubuh lain.
Bahan-bahan polutan yang cukup besar tidak jarang masuk ke saluran cerna.
Refleks batuk juga akan mengeluarkan bahan polutan dari paru yang kemudian bila
ditelan akan masuk ke saluran cerna. Bahan polutan dari udara juga dapat masuk
ketika makan atau minum.seperti juga halnya di paru maka bahan polutan yang masuk
kesaluran cerna dapat menimbulkan efek local dan dapat juga di sebarkan keseluruh
tubuh melalui peredaran darah.
Permukaan kulit juga dapat menjadi pintu masuk bahan polutan dari
udara.Sebagian besar polutan hanya menimbulkan akibat buruk pada bagian
permukaan kulit seperti dermatis dan alergi saja, tetapi sebagian lain khususnya
polutan organic dapat melakukan penetrasi kulit dan menimbulkan efek sistemik pula.

Dampak Polusi Udara pada kesehatan


Menurut data yang diperoleh dari penelitian menunjukan bahwa polusi udara
telah banyak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan lebih jauh lagi telah
banyak menimbulkan kematian.Apa sebenarnya akibat dari polusi udara terhadap
kesehatan manusia.Marilah kita teliti lebih lanjut mengenai polutan dan efeknya
terhadap tubuh manusia.
1. Karbon monoksida
dapat menyebabkan pekerjaan darah(butir darah merah)atau hemoglobin
terganggu.Fungsi hemoglobin yang ada pada butir darah merah untuk mengikat
oksigen dan mengedarkannya keseluruh tubuh menjadi terganggu kaaaren
aterikatnya CO pada hemoglobin.Akibatnya Tubuh akan Mengalami kekurangan
oksigen yang sangat vital sehingga jantung dan paru-paru akan bekerja lebih keras
lagi untuk memberikan oksigen.Pengaruh ini cukup terasa akibatnya bagi penyakit
jantung dan paru-paru.
2. Belerang dioksida
Banyak menimbulkan penyakit pada saluran pernapasan,misalnya asma, bronchitis,
yang sering diikuti dengan timbulnya emphysema, di mana alveoli cenderung
menjadi bersatu sehingga memperkecil permukaannya.Kemudian diikuti dengan
menyempitkan cabang-cabang bronkhioliyang akan mengurangi kaju pertukaran gas
CO2 dan O2.
3. Sulfur dioxide
Sumber-sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak , gas, batu
bara yang mengandung sulfur tinggi. Sedangkan sumber-sumber SO2 alamiah
adalah gunung-gunung berapi, pembusukan bahan organic oleh mikroba, dan
reduksi sulfat secara biologis. SO2 dikenal sebagai gas yang tidak berwarna bersifat
iritan kuat bagi kulit dan selaput lendir. Zat ini mudah diserap oleh selaput lendir
saluran pernapasan bagian atas. Dalam kadar rendah, SO 2dapat menimbulkan
spasme temporer otot-otot polos pada bronchioli. Zat ini juga dapat menyebabkan
kanker.
4. Ozon(O3)
Efek kesehatan yang dapat timbul karena ozon terutama disebabkan karena ozon
bereaksi dengan segala zat organic yang dilaluinya. Ozon dapat memasuki saluran
pernapasn lebih dari SO2. Ozon aakn mematikan sel-sel makrofag, mengstimulir
penebalan dinding arteri paru-paru dan apabila pamaparan terhadap ozon sudah
berjalan cukup lama, maka dapat terjadi kerusakan paru-paru yang disebut
emphysema dan sebagai akibatnya jantung akan melemah. Selain itu,ozon juga
dianggap dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan, sehingga pengaturan
ventilasi paru-paru dapat terganggu.

Dampak Udara Tercemar pada Atmosfer


Udara tercemar yang terjadi pada lapisan atmosfer dan terjadi pada lapisan
rendah dari stratosfer member dampak yang sangat berbeda.
1) Dampak akibat stratosfer yang tercemar
Efek yang ditimbulkan akibat bahan pencemar berada pada troposfer tergantung
pada kualitas, kuantitas maupun jenis bahan pencemar.Efek yang di timbulkan berupa :
Kabut tebal olek karena banyak partikel di lapisan troposfer.
Hujan Asam.Konsekuensi dari hujan asam akan timbul berbagai ganguan antara lain
sakit kulit, sakit mata, sakit pernapasan, yang dapat di akhiri dengan kematian; timbul
korosif pada material logam; merusak kehidupan hewan; merusak kehidupan tumbuh-
tumbuhan; mempengaruhi cuaca; apabila terjadi presipitasi berat dari partikulat akan
mempengaruhi radiasi ultraviolet.
2) Dampak akibat lapisan stratosfer yang tercemar
Gas nitrogen oksida yang berada pada laipisan ini dapat mereduksi gas ozon
sehingga terjadi penipisan gas ozon dengan akibat peningkatan radiasi ultra violet
mencapai bumi, timbul efek biologi sebagai akibat peningkatan ultra violet tersebut.
Adanya SO2 , uap air(H2O) dan NOX akan mempengaruhi perubahan iklim seperti
temperature, angin, dan curah hujan.
Pengendalian Pencemaran Udara
Maksud pengendalian di sini adalah usaha yang dilakukan agar:
1. Udara tercemar dapat sirna
2. Udara yang sudah tercemar jangan tercemar lagi
Untuk tujuan 1 manusia tidak dapat berbuat apa-apa namun untuk tujuan 2
manusia mempunyai kemampuan kearah sana. Untuk mengatasi udara yang tercemar
agar dapat sirna alam sangat berjas adan mampu mengatasinya.
1) Usaha alam mengatasi udara tercemar
Alam secara diam-diam mengatasi udara yang sudah tercemar agar bahan
pencemar dapat hilang(sirna);namun manusia perlu memperhatikan alam sekitarnya
dan mengendalikannya agar bahan pencemar yang di hasilkan manusia sedikit
mungkin masuk ke atmosfer bumi.Hal tersebut dikarenakan kemampuan alam
mempunyai batas tertentu.Apabila bahan pencemar terlalu banyak di dalam atmosfer
mengakibatkan sisa bahan pencemar tidak dapat dilenyapkan dan lama-kelamaan akan
bertumpuk dan kemudian akan berdam pak negative terhadap manusia, hewan dan
tanaman.
Bahan pencemar yang berada di lapisan troposfer mudah dibersihkan oleh alam
dalm waktu relative singkat sedangkan bahn pencemar berada di lapisan
stratosfermemerlukan periode waktu yang panjang untuk melenyapkannya.
Usaha alam untuk menghilangkan bahn pencemar melalui :
a) Angin
b) Sinar matahari
c) Gaya gravitasi
d) Kilat/Halilintar
e) Hujan
f) Turbulensi panas
Tekhnik Mencegah Polutan Emisi ke Atmosfer
Untuk mencegah masuknya bahan pencemar kedalam atmosfer diusulkan
menggunakan :
a) Metode tirai air
Tirai air ialah suatu lapisan tipis dibentuk oleh air .Untuk mendapatkan lapisan air
yang tipis harus membuat lubang pada pipa sekecil mungkin dan sedekat
mungkin.Objek yang di anjurkan memakai metode tirai air adalah :
Industri yang memakai cerobong asapeperti industry semen,tungku pembakaran,
tungku memesak timah, dll.
Segala macam mesin diesel yang beroperasi di tempat.Sperti diesel pembangkit
listrik, diesel untuk menggerakan mesin penyosohan beras dll.
Ruangan yang memakai exhaust/kipas penyedot udara
b) Metode kasa abses
Metode ini dipakai pada tungku pembakaran keramik, pembakaran kapur dan
sebagainya.Cara memakai kasa abses yaitu anyaman abses membentuk jaring
ditempatkan diatas mulut keluarnya asap (cerobong asap)
c) Hilangkan bahan tambahan pada premium
Bahan bakar premium selama ini ditambah timbale dengan tujuan menaikan
oktan, namun hasil pembakaran akan member sisa timbale(Pb), yang akan menambah
polusi udara.Untuk ini perlu dipikirkan bahan apa yang dipakai untuk menambah oktan
dan member pembakaran yang sempurna.
d) Kurangi pengunaan bahan bakar solar bagi kendaraan bermotor
Bagi negara maju, misalnya Amerika dan Australia, penggunaan bahan bakar solar bagi
kendaraan bermotor telah ditiadakan oleh karena hasil pembakaran solar member asap
yang banyak CO2 mungkin CO.

Limbah menjadi persoalan besar negara ini. Tak terhitung lagi besarnya pencemaran lingkungan akibat
limbah, baik yang berasal dari rumah tangga maupun industri. Masalah pencemaran lingkungan berupa
limbah kian mengemuka dalam hidup manusia dewasa ini. Persoalan limbah akan terus menghantui
kehidupan manusia jika kita tidak mampu mengolah dan mengelolanya dengan baik.

Pesatnya pertumbuhan berbagai sektor industri di Indonesia memang meningkatkan pertumbuhan


ekonomi di negeri ini. Namun, industri juga membawa pengaruh buruk terhadap lingkungan. Pasalnya,
industri-industri tersebut akan menghasilkan limbah dalam berbagai bentuk, termasuk limbah cair.
Limbah cair, baik yang bersumber dari rumah tangga, rumah sakit, maupun industri, menjadi salah satu
penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan. Limbah cair pada umumnya mengandung biochemical
oxygen demand (BOD), partikel tercampur, dan organisme patogen yang berbahaya bagi lingkungan.

Untunglah, peneliti seperti Anto Tri Sugiharto (37) periset LIPI mampu memberikan alternatif solusi baru
dalam mengelola dan mengolah limbah, khususnya limbah cair. Lewat penemuannya tentang alat
pengolah limbah berbasis teknologi plasma, masalah limbah cair kini mulai bisa diatasi. Dengan alat ini,
berbagai partikel baik organik maupun kimia mampu terurai dan menghasilkan air bersih yang bisa
diterima oleh lingkungan. Bahkan, air tersebut dapat digunakan sebagai air daur ulang oleh industri yang
memanfaatkan alat ini.
Teknologi Plasma

Anto Tri Sugiharto bisa dibilang sebagai pelopor dari penelitian penerapan teknologi plasma cair di
Indonesia. Riset mengenai penerapan teknologi plasma yang ada selama ini masih terbatas pada plasma
gas dan padat. Anto melakukan riset mengenai penggunaan teknologi plasma cair sejak 1998, tepatnya
ketika ia masih menuntut ilmu untuk tingkat doktor di bidang biokimia di GunmaUniversity, Jepang.

Saat itu, berbagai penelitian mengenai teknologi plasma untuk lingkungan, khususnya pencemaran
udara, marak dilakukan di Jepang. Anto pun berinisiatif melakukan riset mengenai plasma lingkungan
untuk pencemaran air. Kemudian kami punya ide untuk mengembangkan riset mengenai pencemaran
air, ungkap Anto. Selama kurun waktu lima tahun, Anto mengadakan riset seputar teknologi yang akan
digunakan untuk mengatasi pencemaran air. Sepulangnya dari Jepang, 2003, Anto mendapatkan dana
Program Insentif Kementerian Riset dan Teknologi Katalis Teknologi sebesar Rp120 juta. Dana
tersebut direalisasikan menjadi sebuah alat pengolah limbah cair berbasis plasma.

Konsep dasarnya adalah memanfaatkan teknologi advanced oxidation process, atau proses oksidasi
lanjutan, yang mengombinasikan teknologi plasma dari radiasi sinar ultraviolet, ozon, dan plasma. Dalam
reaktor plasma yang disebut reaktor ozonized water, terjadi proses pelarutan gas ozon dalam air. Gas
ozon memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri serta mengurai bakteri. Hasilnya? Selain air menjadi
jernih, semua polutan yang terkandung dalam air limbah akan terurai bebas endapan.

Cara kerjanya adalah sebagai berikut. Air limbah yang akan diolah diserap melalui pompa air yang
terpasang di luar alat. Selanjutnya, air limbah tersebut akan terserap dan kemudian masuk ke dalam
reaktor plasma. Dalam reaktor plasma ini terdapat dua jalur aliran, yaitu jalur aliran gas dan aliran air.
Untuk proses pengolahan ini, dibutuhkan aliran gas oksigen sehingga air akan terionisasi dan akan
menghasilkan radikal bebas. Ion radikal inilah yang akan menguraikan polutan yang terkandung dalam
air limbah.

Untuk konsumsi rumah tangga ataupun industri skala kecil, cukup dibutuhkan alat pengolah limbah yang
lebih ringkas. Untuk segmen ini, air limbah cukup diolah dengan satu tabung pengolah reaktor plasma,
tanpa perlu proses pengendapan dan tanpa melalui tabung filter karbon. Adapun untuk industri besar
atau industri yang menghasilkan limbah dengan kandungan polutan organik tinggi, alat pengolahnya
perlu proses yang lebih panjang dan mungkin juga ukuran alat yang lebih besar. Air limbah masuk ke
dalam tabung reaktor plasma dan setelah itu air akan mengalir ke tabung pengendapan. Tabung
pengendapan ini berfungsi untuk memisahkan dan mengendapkan polutan yang berbahan logam atau
non-organik. Tahap selanjutnya, apabila dalam limbah terkandung gas tertentu, gas tersebut akan
dikeluarkan melalui exhausting fan yang prinsip kerjanya mirip dengan cerobong asap. Dan, tahap
terakhir adalah air masuk ke dalam tabung filter. Setelah itu, barulah hasil daur ulang air limbah tersebut
bisa dibuang lagi ke sungai ataupun digunakan lagi untuk proses produksi industri tersebut selanjutnya.
Sebenarnya sangat simpel dan mudah sekali dalam pengoperasiannya, jelas Anto.

Sterilisasi Sayur dan Buah


Aplikasi teknologi ozonized water ini bisa untuk berbagai kepentingan, tidak hanya untuk pengolah limbah
cair dirumah tangga, industri, ataupun rumah sakit saja. Teknologi ini juga bisa diaplikasikan untuk
mencuci buah dan sayuran, sterilisasi peralatan medis, sterilisasi peralatan industri, dan sebagainya.

Kini Anto tengah mengembangkan teknologi air berozon untuk sterilisasi buah dan sayuran. Bedanya,
untuk aplikasi ini digunakan metode pelarutan langsung. Teknologi ini mampu membunuh virus, bakteri,
serta menghilangkan berbagai bahan kimia atau pestisida yang menempel pada buah dan sayur-
sayuran. Hasilnya, sayur-mayur dan buah-buahan menjadi lebih segar dan tahan lama.

Saat ini beberapa korporasi besar telah menjadi klien produk pengolah limbah cair temuan Anto. Sebuah
perusahaan kilang minyak asal Amerika Serikat pun menyewa peralatan pengolah limbah karya Anto.
Peralatan itu ditempatkan di tiga kilang minyak milik perusahaan tersebut. Kapasitas untuk perusahaan
minyak ini mencapai 1.000 barel per hari. Sayangnya, Anto enggan mengungkapkan besaran harga
sewanya. Yang pasti, perhitungannya dalam dolar AS per barel, katanya. Beberapa pusat perbelanjaan
terkenal di Indonesia juga telah memanfaatkan alat pengolah air limbah dan penghasil water re-use
kreasi Anto untuk memenuhi kebutuhan air di gedungnya. Anto tidak hanya melayani korporasi besar
saja, tetapi juga industri berskala UMKM, seperti industri tekstil di Bali.

Anto pun optimistis dengan prospek bisnis dari produknya mengingat besarnya produksi limbah baik dari
rumah tangga, rumah sakit, maupun industri. Ke depan, pria kelahiran Yogyakarta ini pun telah
menyiapkan sejumlah rencana. Saya berharap dapat menemukan teknologi plasma untuk limbah
logam, tandasnya. Tepatnya, dengan memisahkan dan menguraikan limbah padat industri yang
menghasilkan logam kobalt. Anto berharap upaya penemuan terbarunya ini makin mampu mengurangi
limbah yang menjadi masalah besar di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai