Anda di halaman 1dari 222

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hygne dan Sanitasi


A. Hygne
Pada hakikatnya “Hygiene” dan “Sanitasi” mempunyai pengertian dan tujuan
yang hampir sama yaitu mencapai kesehatan yang prima. Sudira (dalam Rachman,
2010) mengemukakan bahwa “Hygiene adalah ilmu kesehatan dan pencegahan
timbulnya penyakit. Hygiene lebih banyak membicarakan masalah bakteri sebagai
penyebab timbulnya penyakit, sedang sanitasi lebih memperhatikan masalah
kebersihan untuk mencapai kesehatan”.
Hygiene erat hubungannya dengan perorangan, makanan dan minuman karena
merupakan syarat untuk mencapai derajat kesehatan. Sedang sanitasi menurut WHO
merupakan suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang
berpengaruh kepada manusia, terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek
merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup.
Menurut Depkes (2004) hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci
tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan
piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan
secara keseluruhan. Sedangkan menurut Gea (2009:19) sanitasi adalah upaya
kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari
subjeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan cuci tangan,
menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang
sembarangan.
Perbedaan sanitasi dan hygiene adalah hygiene lebih mengarahkan
aktivitasnya pada manusia, sedangkan sanitasi lebih menitik beratkan pada faktor-
faktor lingkungan hidup manusia. Tujuan diadakannya usaha sanitasi dan hygiene
adalah untuk mencegah timbulnya penyakit dan keracunan serta gangguan kesehatan
lain sebagai akibat dari adanya interaksi faktor-faktor lingkungan hidup manusia.
Hygiene sendiri merupakan usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari
pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia sehingga timbul upaya
mencegah timbulnya penyakit akibat pengaruh lingkungan kesehatan yang buruk dan
membuat kondisi lingkungan yang baik agar terjamin pemeliharaan kesehatannya.
Dengan kata lain hygiene adalah usaha kesehatan preventif yang lebih
menitikberatkan pada kegiatan usaha kesehatan individu maupun usaha kesehatan
pribadi hidup manusia.
Ni Wayan (dalam Moro, 2011) mengemukakan bahwa “tujuan hygiene dan
sanitasi dalam penyelenggaraan makanan yaitu : (1) tersedianya makanan yang
berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen; (2) menurunkan kejadian resiko
penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui makanan; (3) terwujudnya
perilaku yang sehat dan benar dalam penanganan makanan”.
Hygiene sebagaimana yang dijelaskan Soekresno (dalam Rachman, 2010)
dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Ruang lingkup sanitasi dan hygiene di
tempat kerja meliputi : (a) hygiene perorangan, (b) hygiene makanan, (c) sanitasi dan
hygiene tempat kerja, (d) sanitasi dan hygiene barang dan peralatan, dan (e) limbah
dan linen; serta 2. Hygiene perorangan meliputi : (a) rambut,(b) hidung,(c) mulut,(d)
telinga, (e) kaki,(f) kosmetik, dan (g) pakaian seragam juru masak.
Kusmayadi (dalam Agustina, 2009) mengemukakan bahwa : “terdapat 4
(empat) hal penting yang menjadi prinsip hygiene dan sanitasi makanan meliputi
perilaku sehat dan bersih orang yang mengelola makanan, sanitasi makanan, sanitasi
peralatan dan sanitasi tempat pengolahan”.
B. Sanitasi
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk
keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah agar tidak dibuang
sembarangan (Depkes RI, 2004). Sanitasi sering juga disebut dengan sanitasi
lingkungan dan kesehatan lingkungan, sebagai suatu usaha pengendalian semua
faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan dapat menimbulkan
hal-hal yang mengganggu perkembangan fisik, kesehatannya ataupun kelangsungan
hidupnya (Adisasmito, 2006).
Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa
kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, dan udara, penanganan limbah padat,
limbah cair, limbah gas, radiasi, dan kebisingan, pengendalian faktor penyakit, dan
penyehatan atau pengamanan lainnya. Melihat luasnya ruang lingkup kesehatan
lingkungan, sangatlah diperlukan adanya multi disiplin kerja agar kegiatannya dapat
berjalan dengan baik. Misalnya diperlukan tenaga ahli di bidang air bersih, ahli kimia,
ahli biologi, ahli teknik dan sebagainya (Mukono, 2006).
Hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik,
biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana
lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan
diperbaiki atau dihilangkan (Entjang, 2000). Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan
seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui
usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk perbaikan sanitasi lingkungan,
pemberantasan penyakit menular, pendidikan kesehatan dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2007).
Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat
kaitannya dalam kehidupan sehari-hari untuk mendukung perilaku hidup sehat dan
bersih. Misalnya hygiene sudah baik karena petugas mau mencuci tangan dengan
bersih memakai sabun sebelum dan sesudah menangani pasien, tetapi jika keadaan
sanitasi lingkungan buruk misalnya karena tidak tersedianya air bersih yang cukup
maka mencuci tangan tidak dapat dilakukan dengan baik dan sempurna.

2.2. Pengertian Sanitasi Lingkungan


Sanitasi dalam bahasa Inggris berasal dari kata sanitation yang diartikan
sebagai penjagaan kesehatan Ehler dan Steel mengemukakan bahwa sanitasi adalah
usaha-usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat
menjadi mata rantai penularan penyakit.
Sedangkan menurut Azawar mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha kesehatan
masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan teknik terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat kesehatan
manusia
Dari beberapa pengertian sanitasi di atas dapat diambil pengertian sanitasi
adalah suatu usaha pencegahan penyakit dengan melenyapkan atau mengendalikan
faktor-faktor risiko lingkungan yang merupakan mata rantai penularan penyakit.
Selanjutnya, Wijono menyatakan bahwa sanitasi merupakan kegiatan yang
mempadukan (colaboration) tenaga kesehatan lingkungan dengan tenaga kesehatan
lainnya. Hal ini dilandasi oleh adanya keterkaitan peran dan fungsi tenaga kesehatan
di dalam kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat yang terpadu dan komprehensif.
Colaboration kegiatan sanitasi dikoordinir oleh tenaga kesehatan lingkungan atau
sanitarian yang memiliki kompetensi dan keahlian mereka di bidang kesehatan
lingkungan.Sedangkan tenaga medis, perawat, bidan, petugas farmasi, petugas
laboratorium dan petugas penyuluh kesehatan berperan sebagai mitra kerja.
Rantetampang, mengungkapkan bahwa sanitasi ialah suatu cara untuk
mencegah berjangkitnya penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari
sumber penularan Putranto juga menyatakan bahwa sanitasi adalah usaha-usaha
kesehatan lingkungan yang menitik beratkan pada pengawasan faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sedangkan menurut
Notoadmojo, sanitasi itu sendiri merupakan perilaku disengaja dalam pembudayaan
hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan
kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan
menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia, sedangkan untuk pengertian dari
sanitasi lingkungan, sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan
yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyedian air bersih dan
sebagainya. Selanjutnya, Soemirat mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha
kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Entjang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sanitasi adalah
pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang dapat mempengaruhi
kesehatan manusia dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak,
dan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
965/MENKES/SK/XI/1992, pengertian sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan
untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sanitasi yaitu usaha untuk
membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik dibidang ksehatan, terutama
kesehatan masayarakat. Sehingga sanitasi lingkungan berarti cara menyehatkan
lingkungan hidup terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara. Jadi dari
pengertian di atas bisa disimpukan bahwa sanitasi adalah suatu usaha pencegahan
penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia. Sedangkan hygiene adalah bagaimana cara orang
memelihara dan juga melindungi diri agar tetap sehat.
Sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan lingkungan
yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan yang optimum
pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup:
perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan
yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain
mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak
(kandang) dan sebagainya (Anwar, 2003).Sanitasi lingkungan adalah Status
kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan sampah,
pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003).
Sanitasi lingkungan mengutamakan pencegahan terhadap faktor lingkungan
sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit akan dapat dihindari. Usaha sanitasi
dapat berarti pula suatu usaha untuk menurunkan jumlah bibit penyakit yang terdapat
di lingkungan sehingga derajat kesehatan manusia terpelihara dengan sempurna.
Sanitasi lingkungan juga merupakan salah satu usaha untuk mencapai lingkungan
sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik khususnya hal-hal yang
mempunyai dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan hidup
manusia. Usaha sanitasi lingkungan menurut Kusnoputranto adalah usaha kesehatan
yang menitikberatkan pada usaha pengendalian faktor lingkungan fisik yang mungkin
menimbulkan dan menyebabkan kerugian dalam perkembangan fisik, kesehatan dan
daya tahan hidup manusia.
Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya
pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan
atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan
dan daya tahan hidup manusia. Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai
kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi
lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi
tersebut mencakup pasokan air yang bersih dan aman; pembuangan limbah dari
manusia, hewan dan industri yang efisien, perlindungan makanan dari kontaminasi
biologis dan kimia, udara yang bersih dan aman; rumah yang bersih dan aman. Dari
defenisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi
persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk
dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka kesejahteraan juga akan berkurang.
Karena itu upaya sanitasi lingkungan menjadi penting dalam meningkatkan
kesejahteraan. Slamet mengungkapkan bahwa sanitasi lingkungan lebih menekankan
pada pengawasan dan pengendalian / kontrol pada faktor lingkungan manusia seperti
:
1) Penyediaan air menjamin air yang digunakan oleh manusia
2) bersih dan sehat.
3) Pembuangan kotoran manusia, air buangan dan sampah.
4) Individu dan masyarakat terbiasa hidup sehat dan bersih.
5) Makanan (susu) menjamin makanan tersebut aman, bersih dan sehat.
6) Anthropoda binatang pengerat dan lain-lain.
7) Kondisi udara bebas dari bahan-bahan yang berbahaya dari kehidupan manusia.
8) Pabrik-pabrik, kantor-kantor dan sebagainya bebas dari bahayabahaya kepada
masyarakat sekitar.
Sesuai dengan pengertian tersebut, maka sanitasi berkaitan langsung dengan
lingkungan hidup manusia di dalamnya. Mawardi menyatakan bahwa, lingkungan
adalah sesuatu yang berada disekitar manusia secara lebih teperinci dapat
dikategorikan dalam beberapa kelompok :
1) Lingkungan Fisik, yang termasuk dalam kelompok ini adalah tanah dan udara serta
interaksi satu sama lainnya diantara faktorfaktor tersebut.
2) Lingkungan biologis, yang termasuk dalam hal ini adalah semua organisme hidup
baik binatang, tumbuhan maupun mikroorganisme kecuali manusia sendiri.
3) Lingkungan sosial yaitu termasuk semua interaksi antara manusia dari makhluk
sesamanya yang meliputi faktor sosial, ekonomi, kebudayaan dan psikososial.
Berdasarkan kategori di atas dapat pula diartikan bahwa lingkungan adalah
kumpulan dari semua kondisi atau kekuatan dari luar yang mempengaruhi kehidupan
dan perkembangan dari suatu organisme hidup (manusia). Kesehatan lingkungan
merupakan salah satu displin ilmu kesehatan masyarakat dan merupakan perluasan
dari prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi.
Definisi lingkungan sangatlah luas, namun kesehatan lingkungan hanya
concern kepada komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit.
Apabila seseorang berdiri di suatu tempat, maka berbagai benda hidup mapun benda
mati di sekelilingnya disebut sebagai lingkungan manusia, namun belum tentu
memiliki potensi penyakit. Kesehatan lingkungan merupakan situasi atau keadaan di
mana lingkungan itu berada dan pada kondisi tetentu dapat menimbulkan masalah
kesehatan. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam
menentukan derajat kesehatan seseorang.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks dan saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Pemecahan
masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari kesehatannya sendiri, tapi
harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap “sehat-sakit” atau
kesehatan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan
individu, maupun kesehatan masyarakat.
WHO mendefinisikan bahwa kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia, keadaan sehat mencakup manusia seutuhnya
dan tidak hanya sehat fisik saja tetapi juga sehat mental dan hubungan sosial yang
optimal di dalam lingkungannya, Bahtiar menyatakan bahwa suatu penyakit dapat
timbul bila terjadi gangguan dari keseimbangan yang disebabkan oleh adanya
perubahan dari suatu faktor lingkungan di suatu tempat, faktor lingkungan ini
merupakan salah satu dari bagian segitiga epidemiologi.

Gambar : Segitiga Epidemiologi.


Ilustrasi tersebut menggambarkan hubungan antara faktorfaktor yang
menentukan terjadinya penyakit, yaitu manusia sebagai tuan rumah (host), kuman
penyebab penyakit (agent) dan lingkungan (environment). Perubahan dari salah satu
faktor tersebut akan merubah keseimbangan antara ketiganya yang berakibat pada
bertambahnya atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan.
1) Manusia (host). Host atau tempat tinggal sementara merupakan unsur manusia
yang berkaitan dengan penyakit antara lain: umur, jenis kelamin, kekebalan dan
sifat lain yang berhubungan dengan kekebalan dan resistensi atau tingkah laku
(kebiasaan dan adat istiadat).
2) Penyebab penyakit (agent). Penyebab penyakit ini terjadi karena adanya interaksi
antara manusia (host), penyebab penyakit (agent) dan lingkungan (environment).
Penyebab penyakit ini dikelompokkan menjadi:
a) Penyebab primer, yang terdiri dari unsur biologis, nutrisi, kimia, fisik dan unsur
psikis.
b) Penyebab sekunder, merupakan unsur pembantu atau penambah di dalam
proses sebab akibat terjadinya penyakit, yaitu dari tempat atau lingkungan
tempat tinggal seperti penyakit non infeksi (penyakit jantung).
3) Lingkungan (environment). Faktor lingkungan mencakup semua aspek di luar
agent dan host, karena faktor lingkungan ini sangat beraneka ragam dan umumnya
digolongkan dalam tiga unsur utama, yaitu:
a) Lingkungan biologis, termasuk flora dan fauna yang ada di sekitar manusia.
b) Lingkungan sosial, yaitu semua bentuk kehidupan sosial politik dan sistem
organisasi bagi setiap individu yang berada di masyarakat, misalnya bentuk
organisasi, sistem pelayanan kesehatan dan kebiasaan.
c) Lingkungan fisik meliputi: udara, panas sinar, air dan lain-lain.

2.3. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan


Ruang lingkup sanitasi lingkungan terdiri dari beberapa cakupan. Kesehatan
lingkungan merupakan ilmu kesehatan masyarakat yang menitik beratkan usaha
preventif dengan usaha perbaikan semua faktor lingkungan agar manusia terhindar
dari penyakit dan gangguan kesehatan. Menurut Kusnoputranto ruang lingkup dari
kesehatan lingkungan meliputi :
1) Penyediaan air minum,
2) Pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran air,
3) Pengelolaan sampah padat,
4) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah,
5) Pengendalian pencemaran udara,
6) Pengendalian radiasi,
7) Kesehatan kerja, terutama pengendalian dari bahaya-bahaya fisik, kimia dan
biologis,
8) Pengendalian kebisingan,
9) Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan masyarakat dari
perumahan penduduk, bangunan-bangunan umum dan institusi,
10) Perencanaan daerah dan perkotaan,
11) Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, laut dan darat,
12) Rekreasi umum dan pariwisata,
13) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi, bencana
alam, perpindahan penduduk dan keadaan darurat.
14) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar lingkungan pada
umumnya bebas dari resiko gangguan kesehatan.
Dari ruang lingkup sanitasi lingkungan di atas tempat-tempat umum
merupakan bagian dari sanitasi yang perlu mendapat perhatian dalam
pengawasannya.
2.4 Air, Tanah, dan Udara
A. Air
Air merupakan salah satu dari telinga komponen yang membentuk bumi (zat
padat, cair dan gas). Bumi dilindungi air sebanyak 70 %. Sedangkan 30 % berupa
dataran. Air terdiri dari dua atom dan satu oksigen yang beraksi membentuk air atau
ditulis H2O. Air terdapat dalam tiga fase :
1) Sebagai, uap yaitu sebagai butir-butir air yang terdapat dalam udara akibat
pemanasan. Oleh cahaya matahari, air yang ada di laut, danau sungai menguap
secara vertical
2) Sebagai zat cair yaitu yang di dalam laut, sungai dan air yang terdapat di dalam
tanah
3) Air dalam fase padat, yaitu air beku atau es .
Air memilki ciri-ciri diantaranya bersifat sebagai zat cair mengalir dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah sifat-sifat dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1) Mempunyai suhu yang optimum untuk mendorong proses hidup
2) Menerima sinar matahari yang cukup
3) Mengandung mineral-mineral yang cukup
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya air dapat dibagi menjadi, air angkasa (hujan), air
permukaan, dan air tanah.
1) Air Angkasa (Hujan).
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau
merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran
ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat
disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbondioksida,
nitrogen, dan amoniak.
2) Air Permukaan.
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan
yang jatuh ke permukaan bumi.
3) Air Tanah.
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi
yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami
proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di
dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih murni
dibandingkan air permukaan.
Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan
penyakit karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,
terutama penyakit perut (Slamet, 2002). Sementara itu, penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok – kelompok berdasarkan cara
penularannya. Mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu :
1) Waterborne Mechanism
Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat meyebabkan
penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem
pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain
kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomielitis.
2) Waterwashed Mechanism
Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan
perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu :
a) infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anakanak.
b) infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma.
c) penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.
3) Water- based Mechanism
Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab
yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai
intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya schistomiasis, dan penyakit
akibat Dracunculus medinensis.
4) Water-related Insect Vector Mechanism
Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di
dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah
filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.

B. Tanah
Tanah adalah tempat kita berpijak. Tanah merupakan alat vital yang menjadi
habitat berbagai macam organisme. Tak hanya segelintir makhluk hidup, tetapi
puluhan bahkan ratusan makhluk hidup bergantung padanya. Tanah membantu
berbagai tumbuhan bernapas, makan, menghisap air, dan berbagai unsur hara yang
membuatnya bertahan dari serangan penyakit. Intinya, tanah adalah media yang
digunakan tumbuhan dan berbagai jenis mikroorganisme untuh hidup yang terbentuk
dari pelapukan batuan.
Ditinjau dari pengertian tanah serta sanitasi lingkungan, maka dalam
kesimpulan ini saya akan menuliskan apa si peran tanah dalam sanitasi lingkungan,
maka fungsi tanah dalam hal sanitasi lingkungan yaitu melindungi dan menetralisir
zat-zat berbahaya yang terdapat dalam sampah ataupun limbah, dimana ketika ada
pencemaran pada lingkungan maka Tanah itu merupakan salah satu unsur yang
peranannya cukup penting dalam mengatasi pencemaran suatu lingkungan tersebut,
seperti penyangga kimia (buffer), penyaringan, pengendapan, pengalih ragaman
(transformer), serta pengendali biologi.
C. Udara
Udara adalah campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara bumi
yang kering mengandung 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbon
dioksida, dan gas-gas lain. Udara akan berubah sesuai dengan ketinggiannya. Apabila
saat bernafas, kandungan oksigen berkurang sementara karbondioksida meningkat.
Ketika tumbuhan menjalani sistem fotosintesis, oksigen kembali dibebaskan.
Diantara gas-gas yang membentuk udara adalah seperti berikut: Udara terdiri dari
nitrogen (78%), oksigen (21%), uap air (0-7%), ozon, karbon dioksida, hidrogen dan
gas-gas mulia seperti krypton dan argon, yaitu 1% zat lain. Persentase yang
ditunjukkan diungkapkan oleh fraksi volume.
Udara terdiri dari nitrogen, oksigen, dan argon, yang bersama-sama
merupakan gas utama dari atmosfer. Udara juga bisa mengandung sisa gas di
antaranya adalah gas-gas rumah kaca seperti uap air, karbon dioksida, metan, asam
nitrat, dan ozon. Udara disaring mencakup jumlah jejak banyak senyawa kimia
lainnya. Banyak zat alami mungkin ada dalam jumlah kecil dalam sampel udara tanpa
filter, termasuk debu, serbuk sari dan spora, semprot laut, dan abu vulkanik. Berbagai
polutan industri juga mungkin ada, seperti klorin (dasar atau dalam senyawa),
senyawa fluor, unsur merkuri, dan senyawa sulfur seperti sulfur dioksida [SO2]

2.5 Sanitasi Dasar


Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan
lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitik beratkan pada
pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia. Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran
manusia, pengelolaan sampah, dan pengelolaan air limbah.
A. Penyediaan Air Bersih
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan
air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan
sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang
memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per
hari.
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih
harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang
terbatas yang memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata
kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon.
Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar
kehidupan, dan kebiasaan masyarakat. Air yang diperuntukkan bagi konsumsi
manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air
yang bersih dan aman tersebut antara lain:
1) bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
2) bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun
3) tidak berasa dan tidak berbau
4) dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga
5) memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI. Persyaratan tersebut juga tertuang dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No. 416 Tahun 1990.
Penyediaan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas
1) Syarat Kuantitas
Syarat kuantitas adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung
kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan.Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka
kebutuhan air akan semakin besar. Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan
dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi,
cuci kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter
2) Syarat Kualitas
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, mikro biologis dan
radioaktivitas yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri kesehatan
RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan pengawasan Kualitas
air sebagai berikut:
a) Parameter Fisik. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/per/IX/
1990, menyatakan bahwa air yang layak pakai sebagai sumber air bersih antara
lain harus memenuhi persyaratan secara fisik yaitu, tidak berbau, tidak berasa,
tidak keruh (jernih) dan tidak berwarna.
b) Parameter Kimia. Air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara
berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air
raksa (Hg), Aluminium (Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F),
Calsium (Ca), derajat keasaman (pH) dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat
kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi
kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Permenkes RI
No. 416 Tahun 1990. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun
dan zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan
berakibat tidak baik lagi bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia,
contohnya pH air sebaiknya netral. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah
6,5-9.
c) Parameter Mikro biologis. Parameter Mikro biologis menurut Entjang yaitu, air
tidak boleh mengandung suatu bibit penyakit. Sebagai indikator bateriologik
adalah basil koli (escherichia coli). Apabila dijumpai basil koli dalam jumlah
tertentu menunjukkan air telah tercemar kotoran manusia maupun binatang.
d) Parameter Radioaktif
Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan
fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda,
dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti disekitar reaktor
nuklir.
B. Pembuangan Kotoran Manusia
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui
anus sebagai sisa dari proses pencernaan (tractus digestifus). Dalam ilmu kesehatan
lingkungan dari berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih dipentingkan adalah tinja
(feces) dan air seni (urine) karena kedua bahan buangan ini memiliki karakteristik
tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit
saluran pencernaan. Ditinjau dari sudut kesehatan, kotoran manusia merupakan
masalah yang sangat penting, karena jika pembuangannya tidak baik maka dapat
mencemari lingkungan dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan manusia.
Penyebaran penyakit yang bersumber pada kotoran manusia (feces) dapat melalui
berbagai macam cara. Disamping dapat langsung mengkontaminasi makanan,
minuman, sayuran, air, tanah, serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya), dan bagian-
bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah
menderita suatu penyakit tertentu merupakan penyebab penyakit bagi orang lain.
Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya
pertambahan penduduk, akan mempercepat penyebaran penyakitpenyakit yang
ditularkan lewat tinja. Penyakit-penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia
antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (cacing gelang, cacing
kremi, cacing tambang, cacing pita), schistosomiasis, dan sebagainya.
Untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan,
maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya
pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Beberapa
penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera,
bermacammacam cacing, dan sebagainya.
1) Jamban
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran
tersebut tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman.
Menurut Depkes RI, 2004 ada beberapa ketentuan jamban yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu :
a) Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah, dan air permukaan,
b) Jarak jamban dengan sumber air bersih tidak kurang dari 10 meter,
c) Konstruksi kuat,
d) Pencahayaan minimal 100 lux (Kepmenkes No.519 tahun 2008),
e) Tidak menjadi sarang serangga (nyamuk, lalat, kecoa),
f) Dibersihkan minimal 2x dalam sebulan,
g) Ventilasi 20% dari luas lantai,
h) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang,
i) Murah
j) Memiliki saluran dan pembuangan akhir yang baik yaitu lubang selain tertutup
juga harus disemen agar tidak mencemari lingkungannya.

C. Pengelolan Sampah
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi
oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan
manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan,
sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi , atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan
sendirinya.
1) Sumber-Sumber Sampah:
a) Sampah yang berasal dari pemukiman
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah
tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti : sisa makanan, kertas/plastik
pembungkus makanan, daun, dan lain-lain.
b) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat
hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa
kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.
c) Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,
departemen, perusahaan, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering,
dan mudah terbakar.
d) Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari
kertas, kardus, debu, batu-batuan, pasir, daun, palstik, dan sebagainya.
e) Sampah yang berasal dari industri
Sampah dari proses industri ini misalnya sampah pengepakan barang,
logam, plastik, kayu, kaleng, dan sebagainya.
f) Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami,
sis sayur-mayur, dan sebagainya.
g) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah ini dapat berupa kotoran ternak, sisa makanan ternak, bangkai
binatang, dan sebagainya.
2) Jenis-jenis Sampah
a) Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya :
Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,
misalnya: logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.
Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya :
sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.
b) Sampah berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar. Sampah yang mudah
terbakar, misalnya karet, kertas, kayu, dan sebagainya. Sampah yang tidak
dapat terbakar, misalnya kaleng bekas, besi/logam bekas, dan sebagainya.
c) Sampah berdasarkan karakteristiknya:
i) Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan/pembuatan makanan yang
umumnya mudah membusuk yang berasal dari rumah tangga, pasar,
restoran, hotel, dan sebagainya.
ii) Rabish, sampah yang berasal dari perkantoran baik yang mudah terbakar
maupun yang tidak mudah terbakar.
iii) Ashes (Abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar,
termasuk abu rokok.
iv) Sampah jalanan (steet sweeping), yaitu sampah yang berasal dari
pembersihan jalan.
v) Sampah industri.
vi) Bangkai binatang (dead animal).
vii) Bangkai kendaraan (abandoned vehicle)
viii) Sampah pembangunan (construction waste)
3) Pengelolaan Sampah
Cara-cara pengelolaan sampah diawali dengan pengumpulan sampah di
tempat sumber dimana sampah tersebut dihasilkan. Dari lokasi sumbernya sampah
tersebut diangkut dengan alat angkut sampah. Sebelum sampai ke tempat
pembuangan kadang-kadang perlu adanya suatu tempat penampungan sementara.
Dari sini sampah dipindahkan dari alat angkut yang lebih besar dan lebih efisien,
misalnya dari gerobak ke truk atau dari gerobak ke truk pemadat. Adapun syarat
tempat sampah yang di anjurkan:
a) Terbuat dari bahan yang kedap air, kuat, dan tidak mudah bocor
b) Mempunyai tutup yg mudah di buka, dikosongkan isinya, mudah dibersihkan.
c) Ukurannya di atur agar dapat di angkut oleh 1 orang.
Sedangkan syarat kesehatan tempat pengumpulan sampah sementara
(Mubarak dan Chayatin, 2009):
a) Terdapat dua pintu yaitu untuk masuk dan untuk keluar
b) Lamanya sampah di bak maksimal tiga hari
c) Tidak terletak pada daerah rawan banjir
d) Volume tempat penampungan sampah sementara mampu menampung sampah
untuk tiga hari.
e) Ada lubang ventilasi tertutup kasa untuk mencegah masuknya lalat.
f) Harus ada kran air untuk membersihkan.
g) Tidak menjadi perindukan vektor.
h) Mudah di jangkau oleh masyarakat ataupun kendaraan pengangkut.
Pemusnahan dan pengolahan sampah di taman (Landfill), yaitu pemusnahan
sampah dengan membuat lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun
dengan tanah.
a) Dibakar (Inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di
dalam tungku pembakaran (incenerator).
b) Dijadikan pupuk (Composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk
(kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan
sampah lain yang dapat membusuk.

D. Sistem Pengelolaan Air Limbah


Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga, industri, dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta
mengganggu kelestarian lingkungan.
1) Sumber air limbah. Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain:
a) Rumah tangga, misalnya air bekas cucian, air bekas mandi, dan sebagainya.
b) Perkotaan, misalnya air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan
dari tempat tempat ibadah.
c) Industri, misalnya air limbah dari proses industri.
2) Parameter air limbah
Beberapa parameter yang dapat digunakan berkaitan dengan air limbah yaitu,
kandungan zat padat (total solid, suspending solid, disolved solid), kandungan zat
organik, kandungan zat anorganik (mis, Pb, Cd, Mg), kandungan gas (mis, O2, N,
CO2), kadungan bakteri (mis, E.coli), kandungan pH, dan suhu.
3) Pengelolaan air limbah
Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani
pengelolaan terlebih dahulu, untuk dapat melaksanakan pengelolaan air limbah yang
efektif perlu rencana pengelolaan yang baik. Sistem pengelolaan air limbah yang
diterapkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumbersumber air minum.
b) Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
c) Tidak menimbulkan pencemaran air untuk perikanan, air sungai, atau tempat-
tempat rekreasi serta untuk keperluan sehari-hari.
d) Tidak dihinggapi oleh lalat, serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat
berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor.
e) Tidak terbuka dan harus tertutup jika tidak diolah.
f) Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap
Beberapa metode sederhana yang dapat digunakan untuk mengelola air
limbah, diantaranya:
a) Pengenceran (disposal by dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,
kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya
penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air
limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air pengenceran terlalu
banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini
menimbulkan kerugian lain, diantaranya bahaya kontaminasi terhadap badan-
badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan
pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan
sebagainya, sehingga dapat pula menimbulkan banjir.
b) Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari,
ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air
limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-
2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam
harus jauh dari daerah pemukiman, dan di daerah terbuka, sehingga
memungkinkan sirkulasi angin yang baik.
c) Irigasi (irrigation)
Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan
merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit tersebut. Dalam
keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian
atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat
dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah
potong hewan, dan lainlainya dimana kandungan zat-zat organik dan protein
cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.
d) Dampak buruk air limbah
Ada beberapa dampak buruk yang dapat ditimbulkan apabila air limbah
tidak dikelola dengan baik, antara lain (Mubarak dan Chayatin, 2009):
i) Penurunan kualitas lingkungan
ii) Gangguan terhadap keindahan
iii) Gangguan kesehatan
iv) Gangguan terhadap kerusakan benda
Sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan lingkungan
yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan yang optimum
pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup:
perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan
sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan
sebagainya.
Sanitasi lingkungan juga merupakan salah satu usaha untuk mencapai
lingkungan sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik khususnya hal-hal
yang mempunyai dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan
hidup manusia. Usaha sanitasi lingkungan menurut Kusnoputranto adalah usaha
kesehatan yang menitikberatkan pada usaha pengendalian faktor lingkungan fisik
yang mungkin menimbulkan dan menyebabkan kerugian dalam perkembangan fisik,
kesehatan dan daya tahan hidup manusia.
Unsur sanitasi lingkungan meliputi, Air, tanah dan udara. Sedangkan ruang
lingkup kegiatan sanitasi lingkungan meliputi aspek sebagai berikut: penyediaan air
bersih/ air minum (water supply), pembuangan kotoran manusia, pengolahan sampah
(refuse disposal), dan sistem pengelolaan air limbah.

2.6 Pengertian Sanitasi


Menurut UU No.7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air, yang dimaksud
dengan sanitasi adalah limbah dan persampahan. Berdasarkan kamus bahasa
Indonesia, sanitasi diartikan sebagai pemelihara kesehatan lingkungan. Sedangkan
menurut kamus tata ruang, sanitasi yaitu kebersihan, menjaga kesehatan, usaha
menciptakan dan membina keadaan yang baik di bidang kesehatan lingkungan,
masyarakat. Sanitasi merupakan keseluruhan upaya yang mencakup kegiatan atau
tindakan yang perlu dilakukan untuk membebaskan hal-hal yang berkenaan dengan
kebutuhan manusia, baik itu berupa barang atau jasa, dari segala bentuk gangguan
atau bahaya yang merusak kebutuhan manusia di pandang dari sudut kesehatan.
Adapun beberapa pengertian sanitasi menurut para ahli, yaitu: 
1) Hopkins mengatakan bahwa sanitasi adalah cara pengawasan terhadap faktor-
faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap kesehatan. 
2) Sanitasi makanan (Sihite 2009:91) merupakan suatu usaha pencegahan untuk
membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu,
merusak kesehatan, mulai dari minuman itu sebelum diproduksi, 
3) Selama dalam proses pengolahan, pengangkutan,penyimpanan hungga sampai ke
tahap penyajian makanan dan minuman itu siap di konsumsi. 
4) Dr.Azrul Azwar, MPH (2000:4) mengatakan sanitasi merupakan cara pengawasan
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. 
5) Menurut WHC, sanitasi adalah pengendalian semua faktor lingkungan fisik
manusia yang dapat menimbulkan akibat buruk terhadap kehidupan manusia, baik
fisik maupun mental.
Sementara Batasan pengertian sanitasi menurut WHO adalah pengawasan
penyediaan air minum masyarakat, pembuangan tinja dan air limbah, pembuangan
sampah, vektor penyakit, kondisi perumahan, penyediaan dan penanganan makanan,
kondisi atmosfer dan keselamatan lingkungan kerja. Sedangkan menurut pengertian
umum, sanitasi adalah pencegahan penyakit dengan mengurangi atau mengendalikan
faktor-faktor lingkungan fisik yang berhubungan dengan rantai penularan  penyakit.
Pengertian lain dari sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit melalui pengendalian
faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit.
Menurut Entjang (2000) bahwa sanitasi lingkungan adalah pengawasan
lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan
manusia, dimana lingkungan berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang
merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Pada prinsipnya usaha sanitasi bertujuan
untuk menghilangkan sumber-sumber makanan (Food Presences), tempat
perkembangbiakan (Breeding Places) yang sangat dibutuhkan vector dan binatang
pengganggu. Sanitasi lingkungan merupakan upaya pengendalian terhadap faktor-
faktor lingkungan fisik manusia yang dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan
atau upaya kesehatan untuk memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari
subyeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk mencuci tangan dalam
memelihara dan melindungi kebersihan tangan, menyediakan tempat sampah untuk
membuang sampah dalam memelihara kebersihan lingkungan, membangun jamban
untuk tempat membuang kotoran dalam memelihara kebersihan lingkungan dan
menyediakan air minum yang memenuhi syarat kesehatan dalam upaya memelihara
dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa
benda hidup, benda mati, benda nyata atau abstrak, termasuk manusialainnya serta
suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen yang ada
di alam (Soemirat, 2004). Pentingnya lingkungan yang sehat ini telah dibuktikan
WHO dengan penyelidikan-penyelidikan di seluruh dunia dimana didapatkan hasil
bahwa angka kematian (Mortality), angka kesakitan (Morbidity) yang tinggi serta
seringnya terjadi epidemi, terdapat di tempat yang sanitasi lingkungannya yang
buruk, yaitu tempat dimana terdapat banyak lalat, nyamuk, pembuangan kotoran dan
sampah yang tidak teratur, air rumah tangga dan perumahan yang buruk serta keadaan
sosial ekonomi rendah. Sebaliknya di tempat-tempat yang kondisi sanitasi
lingkungannya baik, angka kematian dan kesakitan juga rendah (Entjang, 2000).
Untuk memahami sanitasi industri dan pengelolaan limbah, maka akan lebih
baik bila pemahaman mengenai dinamika kesehatan lingkungan ditekankan, sebab
dalam teori simpul pengetahuan akan tahap – tahap pencemaran lingkungan, media
pencemar serta bio-indikator maupun dampak kesehatan akan terjadi. Pengelolaan
limbah industri atau bukan industri umumnya harus dilakukan, sebab bagaimanapun
juga bila hal ini tidak dilakukan, maka pencemaran lingkungan akan terjadi yang pada
gilirannya akan mengenai manusia, dan pada akhirnya dampak kesehatan akan terjadi
(Sutomo. A.H. 2006). Sanitasi industri atau industrial sanitation adalah proses untuk
membuat bersih di lingkungan industri sehingga dapat hidup sehat atau The
Promotion of Hygiene and The Prevention of Disease by Maintenance of Sanitary
Condition (Webster’s Dictionary, 1978) dalam (Sutomo. AH, 2006). Atau dengan
pengertian lain sanitasi industry sebagai kegiatan promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit melalui pemeliharaan kondisi bersih, sehingga bersifat promotif dan
prefentif dan artinya jauh dari kegiatan kuratif.

Dari pengertian –pengertian tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa


sanitasi adalah upaya pemelihara kesehatan dalam hal ini kebersihan dari limbah dan
persampahan guna menciptakan dan membina keadaan yang baik di bidang kesehatan
lingkungan dan masyarakat karena sanitasi merupakan kebutuhan dasar manusia.
Kualitas sanitasi merupakan salah satu prioitas utama dalam peningkatan dan
menjaga derajat kesehatan masyarakat sehingga apabila tidak memadainya sanitasi
maka akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan lingkungan .
Dan ini telah menjadi salah satu target dalam tujuan pembangunan millenium
(MDG’s). Kualitas sanitasi ini didukung oleh ketersediaan fasilitas sanitasi dasar
yang memenuhi syarat teknis dan kesehatan. Fasilitas sanitasi yang kerap disebut
sebagai fasilitas sanitasi dasar adalah jamban.
Dampak yang ditimbulkan apabila jamban yang dibangun tidak sesuai syarat
teknis dan kesehatan antara lain pencemaran air tanah, pencemaran air muka
permukaan, dan penurunan derajat kesehatan masyarakat akibat timbulnya penyakit-
penyakit menular (Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium, 2004).
Untuk itu diperlukan berbagi langkah untuk mengurangi dampak-dampak
tersebut. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Laporan
Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium, 2007):
1) Mengembangkan kerangka kebijakan dan institusi. Kepastian pembagian peran di
antara institusi yang terlibat, termasuk menetapkan institusi yang memegang peran
utama dalam pembangunan air limbah sangat diperlukan untuk meningkatkan
kualitas sanitasi.
2) Mengubah perilaku hidup bersih dan sehat. Kegiatan seperti kamapanye publik,
mediasi dan fasilitasi kepada masyarakat mengenai perlunya perilaku hidup bersih
dan sehat perlu digalakkan. Perubahan perilaku masyarakat juga diperlukan untuk
mengembangkan budaya penghargaan dan hukuman terhadap partisipasi
masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan.

3) Meningkatkan kapasitas masyarakat berdasarkan pendekatan tanggap kebutuhan


(demand responsive approach/ demand driven), partisipatif, pilihan yang
diinformasikan, keberpihakan pada masyarakat miskin, gender, pendidikan dan
swadaya
4) Mengembangkan model penyediaan fasilitasi dasar seperti program Sanimas
(Sanitasi Berbasis Masyarakat). Hal ini menjadi jalan keluar untuk lahan perkotaan
yang sempit, yakni dengan menyediakan sistem pengolahan tinja komunal.

5) Mengembangkan sistem database dan informasi untuk sanitasi dasar. Sistem


database yang baik akan bermanfaat dalam pengalokasian sumber-sumber
pembiayaan sanitasi dasar kepada masyarakat secara optimal.

6) Memperbaiki ketersediaan air bersih, fasilitas sanitasi yang cukup, dan tingkah
laku yang higienis merupakan hal-hal yang vital dan saling mengisi satu sama lain
dalam sektor penyediaan air dan sanitasi. Sehingga jika hanya melakukan investasi
pada salah satu aspek tersebut tanpa melibatkan aspek lainnya, maka akan
menimbulkan resiko terhadap kesehatan masyarakat dan tidak akan menyelesaikan
permasalahan kesehatan masyarakat.

2.7 Pengertian air dan Kriteria Mutu Air


Kegiatan sanitasi tidak lepas dari penggunaan air, pengertian air berdasarkan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air, air yang dimaksud adalah semua air yang terdapat di
atas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil. Namun apabila air
yang digunakan kualitasnya buruk maka akan mengakibatkan kondisi lingkungan
hidup menjadi buruk hal itu terjadi karena turunnya kualitas air sampai dengan
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya. Untuk menentukan air tersebut layak atau tidak layak digunakan
dilihat dari baku mutu air, pengertian dari Baku mutu air adalah ukuran batas atau
kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Air dapat berwujud
padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air). Air adalah satu-satunya zat yang secara
alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air merupakan
substansi kimia dengan rumus kimia H2O : satu molekul air tersusun atas dua atom

hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak
berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi standar (Allafa, 2008). Zat
kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting karena memiliki kemampuan untuk
melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa
jenis gas, dan banyak macam molekul organik. Air sering disebut sebagai pelarut
universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan
dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam

bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H +) yang

berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-. Menurut Kusnoputranto


(2000) dalam buku Kesehatan Lingkungan, yang dimaksud dengan air adalah air
tawar yang tidak termasuk salju dan es. Di Indonesia jumlah dan pemakaian air
bersumber pada air tanah, air permukaan, dan air atmosfer, yang ketersediaannya
sangat ditentukan oleh air atmosfer atau sering dikenal dengan air hujan. Klasifikasi
mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu :
1) Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
2) Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
3) Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4) Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
Untuk keperluan air minum, rumah tangga, dan industri, secara umum dapat
digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air, danau, sumur, dan air
hujan yang telah dihilangkan zat-zat kimianya, gas racun, atau kuman-kuman yang
berbahaya bagi kesehatan. Sumber air yang dapat kita manfaatkan pada dasarnya
digolongkan sebagai berikut:
1) PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)
2) Air tanah
Jumlah air di bumi relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan
bersirkulasi akibat pengaruh cuaca sehingga terjadi suatu siklus yaitu siklus hidrologi.
Pada proses tersebut air hujan jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut ada yang
mengalir masuk ke permukaan (mengalami runoff) dan ada juga yang meresap ke
dalam tanah (mengalami perkolasi) sehingga menjadi air tanah baik yang dangkal
maupun yang dalam (Slamet, 2009). Air tanah mengalami proses filtrasi secara
alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya
ke bawah tanah membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan
dengan air permukaan. Secara praktis air tanah adalah air bebas polutan karena
berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air
tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan. Air tanah terbagi atas
3 yaitu (Sutrisno, 1996):
a) Air Tanah Dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah, lumpur akan
tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri sehingga air tanah akan jernih. Air
tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa
dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Dari segi
kualitas agak baik sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada
musim.
b) Air Tanah Dalam
Terdapat pada lapisan rapat air pertama dan kedalaman 100-300 meter.
Ditinjau dari segi kualitas pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal
sedangkan kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan tanah dan sedikit
dipengaruhi oleh perubahan musim
Sumber air bersih yang berasal dari air tanah, lokasinya minimal 11 rn dari
sumber pengotoran sumber air bersih dan pengambilan air tanah dapat berupa:
a) sumur bor. Sekeliling sumur harus terbuat dari bahan kedap air selebar minimal
1,20 m dan pipa selubung sumur harus terbuat dari lantai kedap air sampai
kedalaman minimal 2,00 m dari permukaan lantai
b) sumur gali. Sekeliling sumur harus terbuat dari lantai rapat air selebar minimal
1,20 m dan dindingnya harus terbuat dari konstruksi yang aman, kuat dan kedap
air sampai ketinggian keatas 0,75 m dan ke bawah minimal 2,00 m dari
permukaan lantai
3) Air hujan
Bagi daerah yang curah hujannya di atas 1.300 mm/tahun dapat dibuat baik
penampung air hujan. Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air
murni yang ketika turun dan melalui udara akan melalui benda-benda yang terdapat
di udara, diantara benda-benda yang terlarut dari udara tersebut adalah: gas O 2, CO2,

N2 Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah mencapai permukaan

bumi, air hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran udara yang disebabkan oleh
pengotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan
sebagai sumber air minum hendaklah pada waktu menampung air hujan jangan
dimulai pada saat hujan mulai turun karena masih banyak mengandung kotoran
(Sutrisno, 1996).
4) Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada
umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengaliran.
Dibandingkan dengan sumber lain air permukaan merupakan sumber air yang
tercemar berat. tempat tinggal penduduk. Hampir semua air buangan dan sisa
kegiatan manusia dilimpahkan kepada air atau dicuci dengan air, dan pada waktunya
akan dibuang ke dalam badan air permukaan. Disamping manusia, flora dan fauna
juga turut mengambil bagian dalam mengotori air permukaan, misalnya batang-
batang kayu, daun-daun, tinja dan lain-lain. Jadi, dapat dipahami bahwa air
permukaan merupakan badan air yang mudah sekali dicemari terutama oleh kegiatan
manusia. Oleh karena itu, mutu air permukaan perlu mendapat perhatian yang
seksama kalau air permukaan akan dipakai sebagai bahan bakar air bersih. Beberapa
sumber air yang termasuk ke dalam kelompok air permukaan adalah air yang berasal
dari sungai, danau, laut, lautan dan sebagainya (Kusnoputanto, 1986).
5) Mata Air
Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah. Keluarnya
air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng- lereng gunung atau
sepanjang tepi sungai. Berdasarkan munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas 2
yaitu:
a) Mata air (gravity spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri. Pada
lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut menembus
lalu keluar sebagai mata air.
b) Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis
berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi.
Jenis mata air dapat dibedakan menjadi lima (Verstappen, 1962):
a) Mata air lapisan terdapat pada lapisan batuan perangkap air diantara lapisan
impermiabel yang tersingkap.
b) Mata air celah, terdapat pada batuan jenuh. Air tersingkap karena ada
celah/retakan. 
c) Mata air sesar, berada pada lapisan tembus air menyesar sungkup terhadap
batuan impermiabel.
d) Mata air bendung, terdapat pada lapisan tembus air yang terbendung oleh
kisaran tektonik atau peristiwa vulkanik.
e) Mata air kompleks batuan jenuh air, terjadi karena membanjirya kompleks
batuan jenuh air dilengkapi dengan bangunan penangkap air.

2.8 Hubungan Air Terhadap Kesehatan


Ada beberapa penyakit tidak menular yang disebarkan lewat air, antara lain
keracunan air raksa (Hg), keracunan cadmium (Cd), keracunan cobalt (Co),
akumulasi Fe berlebih dalam tubuh, dan berbagai keracunan fisis lainnya karena zat-
zat kimia yang terdapat dalam air (Slamet, 2009). Penyakit tidak menular yang
disebabkan oleh bahan-bahan kimia berbahaya tersebut sering menimbulkan gejala
seperti seperti sakit pinggang dan tulang rapuh yang diakibatkan oleh logam Mn
(mangan), tekanan darah tinggi oleh cadmium (Cd), kerusakan ginjal dan korosi pada
besi.
Zat-zat kimia yang masuk ke dalam tubuh seseorang dalam jumlah yang
melebihi ambang batas dapat mengakibatkan efek kesehatan. Klasifikasi atas dasar
efek kesehatan atau atas dasar gejala yang timbul mengelompokkan pencemar
sebagai penyebab gejala (Slamet, 2005):
1) Fibrosis atau terbentuknya jaringan ikat secara berlebih,
2) Granuloma atau ditemukannya jaringan radang yang kronis,
3) Demam atau temperatur badan melebihi normal,
4) Afiksia atau keadaan kekurangan oksigen,
5) Alergi atau sensitivitas yang berlebih,
6) Kanker atau tumor ganas,
7) Mutan, yaitu generasi yang secara genetik berbeda dari induknya.
8) Cacat bawaan akibat teratogen,
9) Keracunan sistemik, yaitu keracunan yang menyerang seluruh anggota tubuh.
Keracunan zat-zat kimia juga dapat digolongkan berdasarkan organ yang
diserangnya, antara lain:
1) Hepatotoksik atau beracun bagi hepar/hati,
2) Nefrotoksik atau beracun bagi nefron/ginjal,
3) Neurotoksik atau beracun bagi neuron/saraf,
4) Hematotoksik atau beracun bagi darah/sistem pembentukan sel darah,
5) Pneumotoksik atau beracun bagi pneumon/paru-paru.
Klasifikasi ini sering digunakan karena sifat kimia-fisika racun yang berbeda
dengan racun biologis ataupun kuman patogen. Berbagai racun kimia-fisika sering
menimbulkan gejala yang sama dan sebaliknya satu jenis racun dapat menimbulkan
berbagai/banyak gejala, seperti halnya gejala penyakit lainnya. Masuknya zat-zat
kimia yang berasal dari air minum melalui oral dan akan diserap tubuh. Adsorpsi zat
kimia yang asing bagi tubuh dari saluran pencernaan umumnya berlangsung melalui
transport pasif yaitu melalui difusi pasif (zat terlarut) melintasi membran dinding
lambung atau usus (Ariens, 1986).
Zat-zat kimia yang masuk melalui oral akan masuk ke dalam saluran
pencernaan dan akan mengalami berbagai proses. Zat-zat kimia yang dibutuhkan
tubuh akan diserap sedangkan sisanya akan mengalami detoksikasi dan akan
diekskresikan. Meskipun demikian sebagian zat-zat kimia dapat bereaksi dengan
senyawa lain menjadi kompleks. Sisanya akan menuju organ target masing-masing
dan akan terakumulasi dalam tubuh. Hal ini yang akan berefek terhadap kesehatan.
Menurut hasil penelitian ditemukan bahwa konsentrasi mangan yang terdapat dalam
tubuh dengan jumlah besar dapat mengganggu mekanisme proses pengeluaran
saluran cerna melalui empedu karena menyebabkan iritasi saluran cerna (Zahirsyah,
1987).
Arsen adalah metal yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat toksik.
Secara kronis keracunan arsen dapat menimbulkan anorexia, kolik, mual, diare atau
konstipasi, icterus, perdarahan pada ginjal, dan kanker kulit. Arsen dapat juga
menimbulkan iritasi, alergi dan cacat bawaan (Slamet, 2005).
Fluorida adalah senyawa fluor. Fluor adalah halogen yang sangat reaktif,
karena di alam selalu didapat dalam bentuk senyawa. Fluorida anorganik bersifat
lebih toksis dan lebih iritant daripada yang organik. Gangguan pencernaan yang
disebabkan olehnya yang dapat disertai dehidrasi (Slamet, 2005).
Dari zat-zat kimia yang mungkin tergantung di dalam air minum, flourida
merupakan zat kimia yang sifatnya unik karena memilikidua konsentrasi batas
(konsentrasi atas dan konsentrasi bawah) yang dapat menimbulkan efek yang
merugikan dan yang menguntungkan terhadap gigi dan tulang. Konsentrasi yang
berlebihan dalam air minum untuk masa waktu yang lama dapat menimbulkan
fluorosis kumulatif endemik, berupa kerusakan tulang rangka pada anak dan orang
dewasa. Bila konsentrasi fluorida dalam air kurang dari 0,5 ml/l, dapat peningkatan
insidensi penyakit karies gigi pada masyarakat. Fluorida merupakan bahan esensial
untuk mencegah karies gigi pada anak-anak. Batasan yang aman untuk fluorida
adalah 0,5-0,8 mg/l (Chandra, 2007).
Keracunan kronik yang terjadi disebut fluorisis dengan gejala yang
ditimbulkan antara lain berat badan turun, anemia, badan lemah, sendi-sendi terasa
kaku, dan gigi berwarna hitam, jika keracunan terjadi dalam masa pembentukan gigi
(Sartono, 2002).
Pada kasus keracunan berat akan terjadi cacat tulang, kelumpuhan, dan
kematian. Baru-baru ini penelitian tentang senyawa fluorida pada tikus
memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara fluorida dengan kanker
tulang. Hal ini tentunya menjadi pertimbangan bagi para ahli penyediaan air bersih
agar perlu meninjau kembali manfaat fluoridasi air, serta standar air minum bagi
fluorida (Slamet, 2005).
Sebagai logam berat, khromium (Cr) termasuk logam yang mempunyai daya
racun tinggi. Daya racun yang dimiliki oleh logam Cr ditentukan oleh valensi ionnya.

Ion Cr6+ merupakan bentuk logam Cr yang paling banyak dipelajari sifat racunnya,

bila dibandingkan dengan ion-ion Cr2+ dan Cr3+. Sifat racun yang dibawa oleh
logam ini juga dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis.
Tingkat daya racun yang dibawa oleh logam khromium tidak sama pada semua
makhluk hidup. Daya racun itu lebih ditentukan oleh masing-masing individu untuk
menetralisir bahan-nahan beracun yang masuk kedalam tubuh. Banyaknya jumlah Cr
dengan lambatnya proses penghapusan Cr dari paru-paru, menjadi dasar dari suatu
hipotesis bahwa Cr merupakan salah satu bahan yang dapat menyebabkan timbulnya
kanker paru-paru. Oleh karena itu, Cr digolongkan pula sebagai bahan karsinogen
(Palar, 2004).
Keracunan yang bersifat kronis yang dibawa oleh logam kadmium (Cd),
terjadi dalam selang waktu yang sangat panjang. Peristiwa ini terjadi karena logam
Cd yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah kecil, sehingga dapat ditolerir oleh
tubuh pada saat tersebut. Akan tetapi karena proses kemasukan tersebut terus-
menerus secara berkelanjutan, maka tubuh pada batas akhir tidak lagi mampu
memberikan toleransi terhadap daya racun yang dibawa oleh Cd. Keracunan yang
bersifat kronik ini membawa akibat yang lebih buruk dan penderitaan yang lebih
menakutkan bila dibandingkan dengan keracunan akut (Palar, 2004).
Pada keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd, umumnya berupa
kerusakan-kerusakan pada banyak sistem fisiologis tubuh. Sistem-sistem tubuh yang
dapat dirusak oleh keracunan kronis logam ini adalah pada sistem urinaria (ginjal),
sistem respirasi (pernafasan/paru-paru), sistem sirkulasi (darah) dan jantung. Di
samping semua itu, keracunan kronis tersebut juga merusak kelenjar reproduksi,
sistem penciuman dan bahkan dapat mengakibatkan kerapuhan pada tulang (Palar,
2004).
Adannya nitrat dalam sumber air minum menunjukkan adanya bekas
pencemaran yang lama dan batasan yang diperbolehkan tidak lebih dari 1 mg/l. Nitrat
dalam konsentrasi >45 mg/l dapat membahayakan anak-anak dan menimbulkan
metahemoglobinemia infantil (Chandra, 2007).
Dalam keadaan normal nitrit tidak ditemukan dalam air minum,kecuali dalam
air yang berasal dari air tanah akibat adanya proses reduksi nitrat oleh garam besi.
Apabila hasil pemeriksaaan menunjukkan adanya nitrat (walaupun konsentrasinya
rendah), perlu dicurigai adanya pencemaran (Chandra, 2007).
Nitrit dan nitrat dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan gastero-in-
testinal, diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma dan bila tidak ditolong akan
meninggal. Keracunan kronis menyebabkan depresi umum, sakit kepala, dan
gangguan mental. Nitrit terutama akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk
Methemoglobin (metHb). Dalam jumlah melebihi normal MetHb menjadi Hb
dijumpai karena pembentukan enzim yang menguraikan MetHb menjadi Hb masih
belum sempurna. Sebagai akibat Methemoglobinaemia, bayi akan kekurangan
oksigen, maka mukanya akan tampak membiru, dan karenanya penyakit ini juga
disebut blue babies (Slamet, 2005).
Sianida adalah senyawa sian (Cn) yang sudah lama terkenal sebagai racun. Di
dalam tubuh akan menghambat pernafasan jaringan, sehingga terjadi asphyxia, orang
merasa seperti tercekik dan cepat diikuti oleh kematian. Keracunan kronis
menimbulkan malaise, dan iritasi. Sianida ini didapatkan secara alami di berbagai
tumbuhan. Apabila ada di dalam air minum, maka untuk menghilangkannya
diperlukan pengolahan khusus. Selain itu, hidrocyanida juga mudah terbakar (Slamet,
2005).
Selenium adalah logam yang berbau bawang putih, didapat bersama-sama
dengan Cu, Au, Ni, dan Ag. Selenium juga didapat antara lain pada industri gelas,
kimia, plastik, dan semikonduktor. Dalam dosis besar Se akan menyebabkan gejala
gastero-in-testinal seperti muntah dan diare. Bila pemaparan berlanjut, maka akan
terjadi gejala gangguan susunan syaraf seperti hilangnya refleks-refleks, iritasi
cerebal, konvulsi, dan dapat terjadi kematian. Se merupakan racun sistemik, dan
mungkin juga bersifat karsinogenik (Slamet, 2005).
Aluminium adalah metal yang dapat dibentuk, dan karenanya banyak
digunakan sehingga terdapat banyak di lingkungan dan didapat pada berbagai jenis
makanan. Sumber alamiah aluminium terutama adalah bauxit dan cryolit. Aluminium
dalam dosis tinggi dapat menimbulkan luka pada usus. Aluminium yang berbentuk
debu akan diakumulasi di dalam paru-paru. Aluminium juga dapat menyebabkan
iritasi kulit, selaput lendir, dan saluran pernafasan (Slamet, 2005).
Di dalam air minum besi dapat menimbulkan rasa, warna kuning,
pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri, dan kekeruhan. Besi (Fe)
dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe di dalam
tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengeksresikan
Fe. Karenanya mereka yang sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi
hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan dalam tubuh, tetapi dalam
dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh
rusaknya dinding usus ini. Debu Fe juga dapt diakumulasi di dalam alveoli, dan
menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru (Slamet, 2005).
Sifat kesadahan seringkali ditemukan pada air yang menjadi sumber baku air
bersih yang berasal dari air tanah atau daerah yang tanahnya mengandung deposit
garam mineral dan kapur. Air semacam ini memerlukan penanganan khusus sehingga
biaya purifikasi tentunya menjadi tinggi. Kesadahan pada air dapat berlangsung
sementara (temporary) maupun menetap (permanent). Kesadahan pada air ini dapat
terjadi karena air mengandung:
1) Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan bikarbonat (temporary).
2) Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan magnesium dengan
sulfat,nitrat,dan klorida (permanent).
3) Garam-garam besi, zinc, dan silika (Chandra, 2007).
Semua sumber air yang ada, termasuk air hujan, mengandung zat klorida.
Kadar klorida bervariasi antar tempat sementara di daerah dekat laut, kadar klorida
cenderung tinggi. Zat klorida dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran,
yaitu dengan mengukur terlebih dahulu kadar klorida pada sumber air yang
diperkirakan tidak mengalami pencemaran disekitar lokasi sumber air yang akan
diperiksa. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar klorida yang lebih tinggi
dibandingkan kadar klorida pada sumber air yang terdapat disekitarnya, dapat
dipastikan bahwa sumber tersebut telah mengalami pencemaran (Chandra, 2007). Di
dalam air mangan dapat menimbulkan masalah warna apabila terdapat dalam dosis
yang tinggi yaitu menyebabkan warna air ungu/hitam (Slamet, 2005).
Air minum sebaiknya netral, tidal asam/basa, untuk mencegah terjadinya
pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. Air adalah bahan
pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidal netral, dapat melarutkan
berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Slamet, 2005).
Tubuh memerlukan seng untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi
dapat bersifat racun. Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat, dan dapat
menimbulkan gejala muntaber. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent, dan
bila dimasak akan timbul endapan seperti pasir (Slamet, 2005).
Sulfat bersifat iritan bagi saluran gastri-intestinal, bila dicampur dengan
magnesium atau natrium. Jumlah MgSO4yang tidak terlalu besar sudah dapat

menimbulkan diare. Sulfat pada boilers menimbulkan endapan (hard scales),


demikian pula pada heat exchangers (Slamet, 2005).
Tembaga sebetulnya diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia. Tetapi
dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, ginjal, hati, muntaber, pusing
kepala, lemah, anemia, kramp, konvulsi, shock, coma, dan dapat meninggal. Dalam
dosis rendah menimbulkan rasa kesat, warna, dan korosi pada pipa, sambungan, dan
paeralatan dapur (Slamet, 2005). Amonia bebas merupakan hasil proses dekomposisi
benda-benda organik. Keberadaan amonia bebas dalam sumber air menunjukkan
adanya pencemaran oleh kotoran binatang atau manusia. Batas amonia bebas yang
diperbolehkan 0,05mg/l di dalam air minum (Chandra, 2007).
2.9 Standar Kualitas Air
Dengan adanya standard kualitas air, orang dapat mengukur kualitas dari
berbagai macam air. Setiap jenis air dapat diukur konsentrasi kandungan unsur yang
tercantum didalam standard kualitas. Dengan demikian dapat diketahui syarat
kualitasnya, dengan kata lain standard kualitas dapat digunakan sebagai tolak ukur.
Standard kualitas air minum dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum yang biasanya
dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan
kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta gangguan dalam segi estetika. Peraturan
ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai
peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan serta mempertinggi derajat
kesehatan masyarakat. Sesuai peraturan ini telah diperoleh landasan hukum dan
landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air minum.
Demikian pula halnya dengan air yang digunakan sebagai kebutuhan air
bersih sehari-hari, sebaiknya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau,
jernih, dan mempunyai suhu yang sesuai dengan standard yang ditetapkan sehingga
menimbulkan rasa nyaman. Jika salah satu dari syarat tersebut tidak terpenuhi maka
besar kemungkinan air itu tidak sehat karena mengandung beberapa zat kimia,
mineral, ataupun zat organis/biologis yang dapat mengubah warna, rasa, bau, dan
kejernihan air (Azwar, 1996).
Untuk standard kualitas air secara global dapat digunakan Standar Kualitas
Air WHO. Sebagai organisasi kesehatan internasional, WHO juga mengeluarkan
peraturan tentang syarat-syarat kualitas air bersih yaitu meliputi kualitas fisik, kimia
dan biologi. Peraturan yang ditetapkan oleh WHO tersebut digunakan sebagai
pedoman bagi negara anggota. Namun demikian masing-masing negara anggota
dapat menetapkan syarat-syarat kualitas air sesuai dengan kondisi negara tersebut.
2.10 Syarat Kualitas Air
a. Syarat Fisik
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010
tentang persyaratan kualitas air minum, menyatakan bahwa air yang layak
dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang mempunyai kualitas yang
baik sebagai sumber air minum, antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik,
tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna. Pada umumnya syarat
fisik ini diperhatikan untuk estetika air. Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sebagai berikut :
1) Suhu
Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut dan
dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya terutama apabila

temperatur sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah ± 30


2) Bau dan Rasa
Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan oleh adanya
bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme mikroskopik,
serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan–bahan yang
menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas bau dan rasa
dapat meningkat bila terdapat klorinasi. Karena pengukuran bau dan rasa ini
tergantung pada reaksi individu maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak. Untuk
standard air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum menyatakan
bahwa air minum tidak berbau dan tidak berasa .
3) Kekeruhan
Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan
yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor.
Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan-
bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi. Kekeruhan
pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi
umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika,
menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas usaha
desinfeksi (Sutrisno, 1991).
Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan
metode Turbidimeter. Untuk standard air minum ditetapkan berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010tentang
persyaratan kualitas air minum, yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 5 NTU
(Depkes RI, 2002).

b. Syarat Bakteriologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air
angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai
dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang
dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri
golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini
merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Slamet, 2009).
E.coli sudah lama diketahui sebagai indikator adanya pencemaran tinja manusia pada
minuman ataupun makanan. Beberapa alasan mengapa E.coli disebut sebagai
indikator pencemaran pada tinja dibanding bakteri lainnya adalah (Chandra, 2005) :
a. Jumlah organisme cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200-400 miliar
organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Oleh karena jarang sekali
ditemukan dalam air, keberadaan kuman ini dalam air memberi bukti kuat adanya
kontaminasi tinja manusia.
b. Organisme ini lebih mudah dideteksi melalui metode kultur (walau hanya terdapat
1 kuman dalam 100 cc air) dibanding tipe kuman patogen lainnya.
c. Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus patogen
lainnya.
d. Organisme ini lebih resisitensi terhadap proses purifikasi air secara alamiah. Bila
coliform organisme ini ditemukan di dalam sampel air maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga ditemukan dalam
sampel air tersebut di atas walaupun dalam jumlah yang kecil.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, bakteri coliform
yang memenuhi syarat untuk air minum harus 0 per 100 ml sampel.

c. Syarat Kimia
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh
zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg), Aluminium
(Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca), Mangan ( Mn ),
Derajat keasaman (pH), Cadmium (Cd), dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat
kimia dalam air minum yang dikonsumsi sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar
maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air
minum. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia
yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik bagi
kesehatan dan material yang digunakan manusia. Contohnya pH; pH Air sebaiknya
netral yaitu tidak asam dan tidak basa untuk mencegah terjadinya pelarutan logam
berat dan korosi jaringan. pH air yang dianjurkan untuk air minum adalah 6,5–8,5.
Air merupakan pelarut yang baik sekali maka jika dibantu dengan pH yang tidak
netral dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Slamet, 2006).

1) Besi (Fe)
Besi atau ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat
dibentuk. Titik leleh Fe sebesar 1538 ºC sedangkan titik didihnya sebesar 2861 ºC.
Sumber Fe antara lain berasal dari hematit ataupun magnetit. Adanya Fe dalam air
dapat bersumber dari dalam tanah itu sendiri (batu-batuan yang mengandung besi)
ataupun endapan-endapan buangan industri. Diperkirakan kandungan Fe dalam kerak

bumi adalah sebesar 5,63 x 10-3 mg/kg, sedangkan kandungan didalam laut sebesar 2

x 10-3
Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai
pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang
sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh
tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh manusia
tidak dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi mereka yang sering mendapat tranfusi
darah warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang
mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu
dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh
rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan
terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10
mg/l akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk. Kadar maksimum Fe yang
diperbolehkan di dalam air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 adalah 0,3 mg/l. Kadar Fe yang tinggi
dalam air menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa,
pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Fe dibutuhkan oleh tubuh dalam
pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe dalam tubuh dikendalikan pada fase
absorbs. Tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan
oleh tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus (Soemirat, 2007).
Simpanan Fe yang berlebihan dalam tubuh dapat merusak sel alat pencernaan secara
langsung, dalam bentuk hemosiderin dapat menimbulkan hemosiderosis (Widowati,
2008).
2) Mangan (Mn)
Mangan adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan sering kali bersifat
khronis sebagai akibat dari kelebihan kadar Mn dalam tubuh sehingga dapat
mengganggu proses pencernaan. Kadar maksimum Mn yang diperbolehkan di dalam
air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 adalah 0,4 mg/l.

3) Kadmium (Cd)
Kadmium adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd diperoleh
bersama-sama dengan Zn, Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil. Tubuh manusia tidak
memerlukan Cd dalam fungsi dan pertumbuhannya, karenanya Cd sangat beracun
pada manusia. Keracunan akut akan menyebabkan gejala gastrointestinal, dan
penyakit ginjal. Gejala klinis keracunan Cd sangat mirip dengan penyakit Glomerulo-
nephritis biasa, hanya pada fase lanjut dari keracunan Cd ditemukan pelunakan dan
fraktur (patah) tulang-tulang punggung yang multiple.
Di Jepang sakit pinggang ini dikenal sebagai penyakit “Itai-Itai Byo”. Gejalanya
adalah sakit pinggang, patah tulang, tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, gejala
seperti influenza, dan sterilitas pada laki-laki. Kadar maksimum Cd yang
diperbolehkan di dalam air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 adalah 0,003 mg/l.

2.11 Pengertian MCK Komunal

MCK singkatan dari Mandi, Cuci, Kakus adalah salah satu sarana fasilitas

umum yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk keperluan mandi,

mencuci, dan buang air di lokasi permukiman tertentu yang dinilai berpenduduk

cukup padat dan tingkat kemampuan ekonomi rendah (Pengembangan Prasarana

Perdesaan (P2D), 2002). MCK komunal/umum adalah sarana umum yang digunakan
bersama oleh beberapa keluarga untuk mandi, mencuci dan buang air di lokasi

pemukiman yang berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai tinggi (300-500

orang/Ha) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2001).

Mandi cuci kakus (MCK) merupakan salah satu sarana fasilitas umum yang
digunakan bersama untuk keperluan mandi, mencuci dan buang air oleh beberapa
keluarga di lokasi pemukiman tertentu yang dinilai tingkat kemampuan ekonomi
rendah dan berpenduduk cukup padat ( Pengembangan prasarana pedesaan (P2D),
2002).
Mck umum adalah sarana umum yang digunakan untuk mandi, mencuci dan buang
air  oleh beberapa keluarga di lokasi pemukiman yang berpenduduk dengan
kepadatan sedang sampai tinggi (300-500 orang/ha) (SNI 03-2399-2002).
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup
bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki
kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok
tersebut.( Horton 2003). Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar
kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (Undang-Undang No. 4
Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman). Pemukiman padat adalah
pemukiman yang berpenduduk dengan kepadatan tinggi yaitu 300-500 orang/Ha.
 Potret masyarakat yang padat penduduk dan kemampuan ekomoni rendah
memiliki tata ruang yang kumuh membuat mereka kurang menyadari arti penting dari
fungsi MCK.  MCK, mandi cuci kakus adalah sarana yang menunjang kehidupan
sosial, budaya serta kesehatan masyarakat,  Mck sehat merupakan cerminan
lingkungan yang sehat, bersih serta tertata dapat mempengaruhi pola pikir idividu
untuk lebih memperhatikan lingkungan, menekan polusi udara dan pencemaran
ekosistem, dampak positif bagi masyarakat adalah perubahan perilaku, kebiasaan
serta budaya manusia di lingkungan umum. Dengan ada pembangunan MCK umum
yang sesuai tata cara perencanaan umum serta menjaga kaidah-kaidah MCK sehat
dapat berperan dalam pengendalian lingkungan pada masyarakat berpenghasilan
rendah di pemukiman padat menghadapi berbagai masalah (Depkimpraswil, 2003)
antara lain :

1. Kelangkaan air bersih, dimana pemenuhan kebutuhan akan air bersih di hargai
dengan mahal sehingga kesulitan untuk membeli air bersih
2. Ketiadaan saluran buangan air kepenampungan/pengolahan yang menyebabkan air
buangan langsung dibuang ke lingkungan yang memyebabkan berkembangnya
bakteri, penyakit serta nyamuk.
3. Jumlah sangat terbatas pada pembuangan tinja manusia tanpa memperdulikan
pengaruh buruk terhadap lingkungan.
Persyaratan umum MCK (SNI 03-2399-2002)
1.   Rencana pembangunan MCK umum baru dapat dilaksanakan setelah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan sebagai berikut : lokasi, jumlah pemakai,
system penyediaan air bersih , sistem pembuangan air limbah.
2.   Kemampuan pengelola MCK .
3.   Air, limbah dari MCK umum harus diolah sebelum dibuang sehingga tidak
mencemari air, udara dan tanah dilingkungan permukiman
Persyaratan Khusus MCK ( Rekompak-JRF )
1.   Jarak maksimal antara lokasi MCK umum dengan rumah penduduk yang dilayani
adalah 100 meter. Lokasi daerah harus bebas banjir
2.   Jumlah pemakai, semua ruangan dalam satu kesatuan harus dapat menampung
pelayanan pada waktu paling sibuk.
3.   Sistem penyediaan air bersih meliputi sumber air bersih dan kualitas air
4.   Sistem pembuangan air kotor dialirkan ke saluran drainase, tangki sptik atau
dibuat peresapan air.
Komponen dari MCK meliputi
1.   Kamar mandi
2.   Sarana tempat cuci
3.   Jamban
4.   septik

2.12. Jenis MCK Komunal/Umum


Jenis MCK Komunal dibagi menjadi 2 (dua) terkait dengan fungsinya
pelayanannya yaitu: (Proyek REKOMPAK – JRF, 2008)
1. MCK lapangan evakuasi/penampungan pengungsi. MCK ini berfungsi untuk

melayani para pengungsi yang mengungsi akibat terjadi bencana, sehingga

lokasinya harus berada tidak jauh dari lokasi pengungsian (dalam radius +/-50 m

dari lapangan evakuasi). Bangunan MCK dibuat Typical untuk kebutuhan 50

orang, dengan pertimbangan disediakan lahan untuk portable MCK.

2. MCK untuk penyehatan lingkungan pemukiman. MCK ini berfungsi untuk

melayani masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki tempat mandi, cuci dan

kakus pribadi, sehingga memiliki kebiasaan yang dianggap dalam melakukan

kebutuhan mandi, cuci dan buang airnya. Lokasi MCK jenis ini idealnya harus

ditengah para penggunanya/ pemanfaatnya dengan radius 50 – 100m dari rumah

penduduk dan luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah 3 ha.

Disain MCK sangat tekait dengan kebiasaan atau budaya masyarakat setempat

sehingga disain tersebut perlu dimusyawarahkan dengan masyarakat pengguna

dengan tetap menjaga kaidah kaidah MCK yang sehat.


Tujuan dibangun MCK dengan sistem komunal di pemukiman padat adalah, sebagai

berikut : (Soenarto, 1992)

1. Untuk mengkomunalkan sarana mandi, cuci, dan kakus agar limbahnya mudah

dikendalikan dan pencemaran lingkungan dapat dibatasi,

2. Serta memudahkan pengadaan air bersih.

3. Di samping itu juga untuk melestarikan budaya mandi bersama, seperti di daerah

asal mereka.

4. Kawasan yang padat penduduknya, umumnya luas rumah di bawah luas hunian

baku per jiwa. Hal ini mengakibatkan sulitnya mencari ruang untuk lokasi sumur

maupun kakus. Kawasan tersebut terutama dihuni oleh warga masyarakat yang

berpenghasilan rendah, yang cenderung tidak dapat menyisihkan sebagian

pendapatannya untuk membangun kakus atau kamar mandi sendiri. Apalagi jika

mereka belum mendapatkan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan, yang

mempunyai kaitan erat dengan kualitas air tanah.

2.13. Komponen MCK (Mandi, Cuci, Kakus) Komunal/Umum

Bilik/Ruangan MCK

Disain bilik/ruang MCK dilaksanakan dengan mempertimbangkan kebiasaan


dan budaya masyarakat penggunanya sehingga perlu dimusyawarahkan. Hal hal
tersebut biasanya terkait dengan antara lain tata letak, pemisahan pengguna laki laki
dan perempuan, jenis jamban dan lain lain. Perlu dipertimbangkan disain untuk
pengguna yang menggunakan kursi roda (defabel). Untuk kapasitas pelayanan, semua
ruangan dalam satu kesatuan dapat menampung pelayanan pada waktu (jam-jam)
paling sibuk dan banyaknya ruangan pada setiap satu kesatuan MCK untuk jumlah
pemakai tertentu tercantum dalam tabel dibawah .
Tabel 2.1 Jumlah Pengguna MCK dan Banyaknya Bilik yang Diperlukan

Jumlah Bilik/Ruangan
Jumlah Pemakai
Mandi Cuci Kakus
10 – 20 2 1 2
21 – 40 2 2 2
41 – 80 2 3 4
81 – 100 2 4 4
101 – 120 4 5 4
121 – 160 4 5 6
161 – 200 4 6 6

Sumber: Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK komunal/umum -SNI 03 - 2399 -


2002

Catatan :

Jumlah bilik untuk mandi dan kakus bisa digabungkan menjadi satu dan

didiskusikan dengan warga pemakai. Tempat cuci dalam kondisi lahan terbatas,

dapat ditempatkan di dekat sumur dengan memperhitungkan rembesan air limbah

cucian tidak kembali masuk ke sumur

Kamar Mandi

Kamar mandi adalah suatu ruangan di mana seseorang dapat mandi untuk


membersihkan tubuhnya. Kadang-kadang kamar mandi juga dilengkapi
dengan wastafel (tempat cuci tangan) dan juga kakus / closet (tempat buang air).
Kamar mandi merupakan area pertama yang didatangi ketika membuka mata di pagi
hari atau terbangun dari tidur, entah untuk membasuh muka, menyikat gigi, atau
keperluanlainnya. Fungsinya memang sangat esensial dalam kehidupan sehari-hari.
Kamar mandi tidak hanya menjadi area servis, tetapi juga tempat relaksasi yang
ditunjang berbagai perangkat, untuk bathtub, sauna, pijatair, dan lain lain. Sebagai
area relaksasi kamar mandi sering menjadi tempat yang mampu merangsang indera
peraba, penciuman lewat aromaterapi maupun wangi sabun, pendengaran lewat
alunan musik yang menenangkan serta penglihatan. Kamar mandi yang baik adalah
kamar mandi yang memiliki sirkulasi udara alami yang cukup agar kamar mandi
tidak pengap atau terasa sesak pada saat memasukinya. Fungsi sirkulasi udara itu
sendiri adalah untuk keluar masuknya udara atau membantu perputaran udara agar
tetap sehat dan menyegarkan.
  Ukuran dan model sanitari harus disesuaikan dengan ukuran kamar mandi.
Kamar mandi bisa juga dipasangkan tissue serta tempat gantungan handuk dan baju
agar tidak basah pada saat mandi. Dan kamar mandi juga harus memiliki lantai yang
baik. Karena sifatnya yang basah, lantai kamar mandi perlu dibuat bertekstur untuk
mengurangi licin, terutama, pada anak kecil.

Anda bisa terpeleset jika berjalan di lantai yang licin, maka permukaan lantai yang
kasar seperti keramik bertekstur menjadi pilihan yang baik sebagai alas atau lantai. Di
daerah pedesaan di berbagai negara, termasuk Indonesia, masih banyak orang yang
mandi di tempat terbuka atau kamar mandi yang setengah tertutup. tanpa atap. Kamar
mandi juga sering ditempatkan di luar rumah, dengan air yang mengalir dari
pegunungan ataupun sumur bor.  Air ditempatkan di sebuah tempayan atau tong besar
serta gayung sebagai alat penciduk air. Kadang-kadang tidak setiap rumah
mempunyai kamar mandi,  sehingga di desa-desa seringkali ditemukan kamar mandi
umum. Dalam keadaan ini, mandi bukan lagi suatu kegiatan pribadi, melainkan
sebuah peristiwa komunal. Orang menggunakan kesempatan ini untuk bertemu
dengan tetangga dan bertukar cerita atau ngegosip.
Perkembangan kamar mandi sekarang sudah lebih modern. Seperti produk yang
kami tawarkan. Kamar mandi di lengkapi dengan bathtub, wastafel shower dan lain-
lain, membuat kamar mandi lebih nyaman dan betah untuk berlama lama di
dalamnya. Kamar mandi dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 
1. Kamar mandi basah
Kamar mandi basah biasanya mempunyai sebuah wadah penampungan seperti
bak, tempayan atau ember. Dari wadah penampungan air tersebut orang mencidukkan
air dengan gayung yang kemudian disiramkan ke tubuhnya. Kamar mandi seperti ini
paling umum digunakan di Indonesia. Hal ini terutama disebabkan karena aliran air
tidak selalu terjamin, atau di tempat itu tidak terdapat aliran air, sehingga dibutuhkan
sebuah wadah penampungan dengan air yang siap digunakan setiap saat.
2. Kamar mandi kering
Kamar mandi kering biasanya menyediakan sebuah tempat khusus untuk orang
yang mandi. Cara mandinya pun berbeda, biasanya menggunakan pancuran (shower)
atau dengan duduk atau setengah berbaring berendam di sebuah bak mandi yang di
sebut bathtub. Bak besar ini kadang-kadang juga ditambah dengan pancuran sehingga
orang tidak harus selalu berendam di bak tersebut. Ini dilakukan untuk lebih
menghemat penggunaan air. Kamar mandi kering paling banyak ditemukan di negara-
negara barat, terutama karena aliran airnya lebih terjamin.
Meliputi lantai luasnya minimal 1,2 m2 (1,0 m x 1,2 m) dan dibuat tidak licin
dengan kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1 %. Pintu,
ukuran: lebar 0,6 - 0,8 m dan tinggi minimal 1,8 m, untuk pengguna kursi roda
(defabel) digunakan lebar pintu yang sesuai dengan lebar kursi roda.
Bak mandi / bak penampung air untuk mandi dilengkapi gayung. Bilik harus
diberi atap dan plafond yang bebas dari material asbes. (Proyek REKOMPAK – JRF,
2008) Kamar mandi dapat dilengkapi dengan atap, bak air dan pintu. Jalan masuk ke
kamar mandi ang tidak dilengkapi dengan pintu harus dibuat sedemiikian rupa
sehingga orang yang sedang mandi tidak terhihat langsung dan luar. Persyaratan
sarana kamar mandi adalah sebagai berikut:
1) lantai
luas lantai minimal 1,2 m2 (1,0 m x 1,2 m ) dan dibuat tidak hicin dengan kemiringan
ke arah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1%
2) dinding
bagian pemisah antara ruang yang satu dengan yang Iainnya.
3) pintu
pintu, dengan ukuran pintu sebagai berikut lebar 0,6 - 0,8 m dan tinggi minimal 1,6 m
4) bak mandi
bak penampung air yang digunakan untuk mandi dengan gayung.
5) ventilasi dan penerangan
untuk menjamin terselenggaranya pembaharuan udara bersih dan penerangan yang
cukup dalam kamar mandi, maka harus diadakan ventilasi dan harus mempunyai
lubang cahaya yang langsung berhubungan dengan udara sebagai penerangan alamiah
6) sarana air bersih
air bekas mandi dapat dibuang ke sistem saluran atau tangki septik yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku

Sarana Tempat Cuci

Luas lantai minimal 2,40 m2 (1,20 m x 2,0 m) dan dibuat tidak licin dengan
kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1 %. Tempat menggilas
pakaian dilakukan dengan jongkok atau berdiri, tinggi tempat menggilas pakaian
dengan cara berdiri 0,75 m di atas lantai dengan ukuran sekurang-kurangnya 0,60 m x
0,80 m (Proyek REKOMPAK – JRF, 2008). Tempat cuci dapat dilengkapi dengan
atap dinding dan pintu, persyaratan tempat cuci adalah sebagai berikut:
1) lantai
luas lantai minimal 2,40 m2 (1,20 m x 2,0 m) dan dibuat tidak licin dengan
kemiringan ke arah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1%
2) dinding, pintu, ventilasi dan penerangan
apabila tempat cuci dilengkapi dengan dinding, pintu, ventilasi dan penerangan maka
ketentuan-ketentuan seperti yang tercantum dalam fasilitas mandi untuk dinding,
pintu, ventilasi dan penerangan dapat diterapkan untuk fasilitas tempat cuci
3) tempat menggilas pakaian
menggilas pakaian dapat dilakukan dengan jongkok atau berdiri, dimana tinggi
tempat menggilas pakaian dengan cara berdiri adalah 0,75 m di atas lantai dengan
ukuran sekurang-kurangnya 0,60 m x 0,80 m, permukaan tempat menggilas dibuat
tidak licin dengan kemiringan 1%
4) sarana air bersih
jumlah kran yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan.

Kakus/Jamban

a. Pengertian Jamban

Jamban keluarga didefinisikan suatu bangunan yang dipergunakan untuk

membuang tinja/kotoran manusia bagi keluarga, lazimnya disebut kakus. Penyediaan

sarana pembuangan kotoran manusia atau tinja (kakus/jamban) adalah bagian dari

usaha sanitasi yang cukup penting peranannya, khususnya dalam usaha pencegahan

penularan penyakit saluran pencernaan. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan,

maka pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan,

terutama dalam mencemari tanah dan sumber air (Soeparman dan Suparmin, 2002)

Untuk blok fasilitas sanitasi toilet dengan sistem komunal/umum, disarankan bahwa 1

toilet digunakan 25-50 orang dengan pembagian bilik terpisah antara laki-laki dan

permpuan. Namun untuk daerah dengan kepadatan tinggi (>1000 jiwa/ hektar) jumlah

penduduk yang dapat dilayani oleh 1 blok toilet adalah 200-500 jiwa. Tipe ideal

taoilet untuk fasilitas sanitasi sistem komunal adalah toilet tuang siram (jamban leher

angsa), dengan jumlah air yang digunakan 15-20 liter/orang/ hari (G.J.W de Kruijff,

1987).Jamban dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu : (Azwar, 1990)

1. Jamban cubluk (pit privy) adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya

dibangun dibawah tempat pijakan atau dibawah bangunan jamban. Jenis


jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu dalam karena

akan mengotori air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3 meter (Mashuri, 1994).

2. Jamban empang (overhung Latrine) adalah jamban yang dibangun diatas

empang, sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya

tersebar begitu saja, yang biasanya dipakai untuk makanan ikan, ayam.

3. Jamban kimia (chemical toilet) adalah model jamban yang dibangun ditempat-

tempat rekreasi, pada transportasi seperti kereta api dan pesawat terbang dan

lain-lain. Pada model ini, tinja disenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic

soda dan pembersihnya dipakai kertas tisue (toilet paper). Jamban kimia ada

dua macam, yaitu :

a) Tipe lemari (commode type)

Pada tipe ini terbagi lagi menjadi ruang-ruang kecil, seperti pada lemari.

b) Tipe tangki (tank type)

Pada tipe ini tidak terdapat pembagian ruangan atau dengan kata lain hanya

terdiri dari satu ruang.

4. Jamban leher angsa (angsa trine) adalah jamban leher lubang closet berbentuk

lengkungan, dengan demikian air akan terisi gunanya sebagai sumbat

sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil.

Jamban model ini adalah model terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan

(Warsito, 1996).

b. Syarat-Syarat Jamban

Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai


berikut : (Depkes RI, 2004)

1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15

meter dari sumber air bersih,

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus,

3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak

mencemari tanah sekitarnya,

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya,

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindungm dinding kedap air dan berwarna,

6. Cukup penerangan,

7. Lantai kedap air,

8. Ventilasi cukup baik,

9. Tersedia air dan alat pembersih.


Jarak aman antara lubang kakus dengan sumber air minum dipengaruhi oleh

berbagai faktor antara lain : (Chandra, 2007)

1. Topografi tanah : Topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan

sudut kemiringan tanah.

2. Faktor hidrologi : yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain Kedalaman air

tanah, Arah dan kecepatan aliran tanah, Lapisan tanah yang berbatu dan berpasir.

Pada lapisan jenis ini diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak

yang diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari tanah liat.

3. Faktor Meteorologi : di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus

lebih jauh dari kakus.

4. Jenis mikroorganisme : Karakteristik beberapa mikroarganisme ini antra lain dapat

disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan lembab.

Cacing dapat bertahan pada tanah yang lembab dan basah selama 5 bulan,

sedangkan pada tanah yang kering dapat bertahan selam 1 bulan.

5. Faktor Kebudayaan : Terdapat kebiasaan masyarakat yang membuat sumur tanpa

dilengkapi dengan dinding sumur.

6. Frekuensi Pemompaan : Akibat makin banyaknya air sumur yang diambil untuk

keperluan orang banyak, laju aliran tanah menjadi lebih cepat untuk mengisi

kekosongan (Chandra, 2007).

c. Manfaat dan Fungsi Jamban

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik

dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :


1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit,

2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman,

3. Bukan tempat berkembangbiakan serangga sebagai vektor penyakit,

4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.

5. Pemeliharaan Jamban

Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara

pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI, 2004 adalah sebagai berikut :

1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering,

2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air,

3. Tidak ada sampah berserakan,

4. Rumah jamban dalam keadaan baik,

5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat,

6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada,

7. Tersedia alat pembersih,

8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki.

9. Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban dapat dilakukan dengan :

10. Air selalu tersedia dalam bak atau dalam ember,

11. Sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih agar tidak

bau dan mengundang lalat,

12. Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak

membahayakan pemakai,

13. Tidak memasukkan bahan kima dan detergen pada lubang jamban,

14. Tidak ada aliran masuk kedalam jamban selain untuk membilas tinja.
Kuantitas air

Kuantitas air yang disesuaikan untuk kesatuan MCK adalah :


1. Minimal 20 Liter/orang/hari untuk ma ndi
2. Minimal 15 Liter/orang/hari untuk cuci
3. Minimal 10 Liter/orang/hari untuk kakus

2.13 . Pengolahan Limbah (Tangki Septik)


Jenis Pengolahan Air Limbah Dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
pengolahan secara fisik, kimiawi dan biologi.

Pengolahan secara fisik :


Pengolahan secara fisik tidak dapat di terapkan untuk berbagai pengolahan limbah.
Dalam pengolahan limbah secara fisik, polutan akan di pisahkan dengan cara di
endapkan. Hasil yang dicapai sangant terbatas dan memerlukan waktu yang cukup
lama.

Pengolahan secara kimiawi :


Pengolahan limbah secara kimiawi dilakukan dengan menambahkan bahan-
bahan kimia kedalam air limbah. Dalam hal ini yang sangat penting adalah
menentukan jenis bahan-bahan kimia yang diperlukan. Dalam pengolahan limbah
secara kimiawi, waktu dan area yang di perlukan jauh lebih kecil dibandingkan
pengolahan limbah secara fisik dan biologi. Air limbah yang mengandung zat-zat
kimia termasuk logam berat, sangat tepat bila pengolahan limbah dilakukan secara
kimiawi.

Pengolahan secara biologi :


Pengolahan limbah secara biologi terutama memanfaatkan kerja
mikroorganisme. Dalam pengolahan limbah secara biologi, polutan yang degradabel
yang segera dapat dihilangkan. Polutan yang degradabel merupakan makanan bagi
bakteri, sehingga dalam waktu singkat bakteri akan berkembangbiak dan
menghabiskan makanan yang ada didalam air limbah. Proses penghancuran polutan
secara biologi dapat dipercepat dengan memacu pertumbuhan bakteri.
Bakteri akan tumbuh dan berkembang dengan pesat, apabila kondisi yang sesuai bagi
kehidupan bakteri terpenuhi.
Kondisi yang sesuai antara lain adalah pH air limbah sekitar 7, dan suhu air
limbah sekitar 350 C. Pengolahan limbah secara biologi sangat baik, tetapi
memerlukan waktu yang lama dan area yang luas.

B. Sumber Air Limbah

Limbah Industri Potensi industri telah memberikan sumbangan bagi perekonomian


Indonesia melalui barang produk dan jasa yang dihasilkan, namun di sisi lain
pertumbuhan industri telah menimbulkan masalah lingkungan yang cukup serius.
Buangan air limbah industri mengakibatkan timbulnya pencemaran air sungai yang
dapat merugikan masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai, seperti
berkurangnya hasil produksi pertanian, menurunnya hasil tambak, maupun
berkurangnya pemanfaatan air sungai oleh penduduk.

Seiring dengan makin tingginya kepedulian akan kelestarian sungai dan kepentingan
menjaga keberlanjutan lingkungan dan dunia usaha maka muncul upaya industri
untuk melakukan pengelolaan air limbah industrinya melalui perencanaan proses
produksi yang effisien sehingga mampu meminimalkan limbah buangan industri dan
upaya pengendalian pencemaran air limbah industrinya melalui penerapan installasi
pengolahan air limbah. Bagi Industri yang terbiasa dengan memaksimalkan profit dan
mengabaikan usaha pengelolaan limbah agaknya bertentangan dengan akal sehat
mereka, karena mereka beranggapan bahwa menerapkan instalasi pengolahan air
limbah berarti harus mengeluarkan biaya pembangunan dan biaya operasional yang
mahal.

Di pihak lain timbul ketidakpercayaan masyarakat bahwa industri akan dan mampu
melakukan pengelolaan limbah dengan sukarela mengingat banyaknya perusahaan
industry yang dibangun di sepanjang aliran sungai, dan membuang air limbahnya
tanpa pengolahan. Sikap perusahaan yang hanya berorientasi “Profit motive” dan
lemahnya penegakan peraturan terhadap pelanggaran pencemaran ini berakibat
timbulnya beberapa kasus pencemaran oleh industry dan tuntutan-tuntutan
masyarakat sekitar industry hingga perusahaan harus mengganti kerugian kepada
masyarakat yang terkena dampak.
2.14. Latar belakang yang menyebabkan terjadinya permasalahan
pencemaran tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
Upaya pengelolaan lingkungan yang ditujukan untuk mencegah dan atau
memperkecil dampak negatif yang dapat timbul dari kegiatan produksi dan jasa di
berbagai sektor industri belum berjalan secara terencana.
Biaya pengolahan dan pembuangan limbah semakin mahal dan dana pembangunan,
pemeliharaan fasilitas bangunan air limbah yang terbatas, menyebabkan perusahaan
enggan menginvestasikan dananya untuk pencegahan kerusakan lingkungan, dan
anggapan bahwa biaya untuk membuat unit IPAL merupakan beban biaya yang besar
yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Tingkat pencemaran baik kualitas
maupun kuantitas semakin meningkat, akibat perkembangan penduduk dan ekonomi,
termasuk industri di sepanjang sungai yang tidak melakukan pengelolaan air limbah
industrinya secara optimal. Perilaku sosial masyarakat dalam hubungan dengan
industri memandang bahwa sumber pencemaran di sungai adalah berasal dari
buangan industri, akibatnya isu lingkungan sering dijadikan sumber konflik untuk
melakukan tuntutan kepada industri berupa perbaikan lingkungan, pengendalian
pencemaran, pengadaan sarana dan prasarana yang rusak akibat kegiatan industri.
Adanya Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air nomor: 82 Tahun 2001, meliputi standar lingkungan, ambang batas
pencemaran yang diperbolehkan, izin pembuangan limbah cair, penetapan sanksi
administrasi maupun pidana belum dapat menggugah industri untuk melakukan
pengelolaan air limbah.

C. SIFAT AIR LIMBAH

Limbah cair memiliki 2 karakteristik yaitu karakteristik fisik dan kimia. Adapun
karakter fisiknya dari limbah cair antara lain :

Padatan : pada limbah cair terdapat padatan organic dan nonorganik yang
mengendap dan tersuspensi sehingga bisa mengendap dan menyebabkan
pendangkalan.
Kekeruhan : kekeruhan menunjukkan sifat optis di dalam air karena terganggunya
cahaya matahari saat masuk ke dalam air akibat adanya koloid dan suspensi
Bau : bau dikarenakan karena adanya mikroorganisme yang menguraikan bahan
organic.
Suhu : limbah cair memiliki suhu yang berbeda dibandingkan dengan air biasa,
biasanya suhunya lebih tinggi karena adanya proses pembusukan
Sedangkan karakter kimia dari limbah cair yaitu :
Keasaman : keasaman limbah cair dipengaruhi oleh adanya bahan buangan yang
bersifat asam atau basa. Agar limbah tidak berbahaya, maka limbah diupayakan untuk
memiliki pH netral.
Logam berat beracun : Cadmium dari industri tekstil, merkuri dari pabrik cat, raksa
dari industri perhiasan dan jenis logam berat yang lainnya.
Nitrogen : umumnya terdapat sebagai bahan organic dan diubah menjadi ammonia
oleh bakteri sehingga menghasilkan bau busuk dan bisa menyebabkan permukaan air
menjadi pekat sehingga tidak bisa ditembus cahaya matahari.
Fenol : salah satu bahan organic yang berasal dari industri tekstil, kertas, minyak dan
batubara sehingga menyebabkan keracunan.
BOD : kebutuhan oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan senyawa organic
yang ada di dalam air.
COD : kebutuhan oksigen yang diperlukan mikroba untuk menghancurkan bahan
organic
D. LANGKAH-LANGKAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Langkah-langkah Pengolahan Air Limbah Pembuangan air limbah baik yang


bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi
baku mutu limbah. Sebagai contoh, mari kita lihat Kota Jakarta. Jakarta merupakan
sebuah ibukota yang amat padat sehingga letak septic tank, cubluk (balong), dan
pembuangan sampah berdekatan dengan sumber air tanah. Terdapat sebuah penelitian
yang mengemukakan bahwa 285 sampel dari 636 titik sampel sumber air tanah telah
tercemar oleh bakteri coli. Secara kimiawi, 75% dari sumber tersebut tidak memenuhi
baku mutu air minum yang parameternya dinilai dari unsur nitrat, nitrit, besi, dan
mangan.

Trickling filter. Sebuah trickling filter bed yang menggunakan plastic media.
Bagaimana dengan air limbah industri? Dalam kegiatan industri, air limbah akan
mengandung zat-zat/kontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut
atau bahan aditif, produk terbuang atau gagal, pencucian dan pembilasan peralatan,
blowdown beberapa peralatan seperti kettle boiler dan sistem air pendingin, serta
sanitary wastes. Agar dapat memenuhi baku mutu, industri harus menerapkan prinsip
pengendalin limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam proses produksi (in-pipe
pollution prevention) dan setelah proses produksi (end-pipe pollution prevention).

Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume limbah


yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan
pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan
peencemar sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang sudah
ditetapkan.

Namun walaupun begitu, masalah air limbah tidak sesederhana yang dibayangkan
karena pengolahan air limbah memerlukan biaya investasi yang besar dan biaya
operasi yang tidak sedikit. Untuk itu, pengolahan air limbah harus dilakukan dengan
cermat, dimulai dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas
instalasi pengolahan air limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang
benar, serta pengoperasian yang cermat.

Dalam pengolahan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa parameter kualitas yang
digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
parameter organik, karakteristik fisik, dan kontaminan spesifik. Parameter organik
merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam limbah.

Parameter ini terdiri dari total organic carbon (TOC), chemical oxygen demand
(COD), biochemical oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan total
petrolum hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air limbah dapat dilihat dari
parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur, warna, bau, dan potensial
reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa senyawa
organik atau inorganik.

 Pabrik air minum dalam kemasan


 Usaha air minum isi ulang
 Klien kami
 Lampu ultraviolet
 Ozon Generator
 Mesin Reverse osmosis
 Filter Ultrafiltrasi
 Pengolahan air bersih

Septic tank (tangki septik) adalah suatu bak berbentuk empat persegi panjang

yang biasanya terletak di bawah muka tanah dan menerima atau menampung kotoran

dan air penggelontor yang berasal dari toilet glontor, termasuk juga segala buangan

limbah rumah tangga. Periode tinggal (detention time) di dalam tangki adalah 1-3

hari. Zat padat akan diendapkan pada bagian tangki dan akan dicernakan secara

anaerobik (digested anaerobically) dan suatu lapisan busa tebal akan terbentuk

dipermukaan.

Walaupun proses pencernaan zat padat yang terendap berlangsung secara efektif,

namun pengambilan lumpur yang terakumumlasi perlu dilakukan secara periodik

antara 1-5 tahun sekali. Dan bila ditinjau dari kesehatan, efluen yang berasal dari

tangki septik masih berbahaya sehingga perlu di alirkan ke tangki peresapan

(soakaways) atau bidang peresapan (leaching/ drain fields).

Efluen tersebut tidak boleh langsung disalurkan pada saluran drainase ataupun

badan-badan air tanpa mengolah efluen tersebut terlebih dahulu. Walaupun pada

umumnya tangki septik digunakan untuk mengolah air limbah rumah tangga secara

individual, namun tangki septik juga dapat digunakan sebagai fasilitas sanitasi

komunal/umum untuk suatu lingkungan dengan penduduk sampai 300 jiwa (G.J.W de

Kruijff, 1987).

Jarak antara resapan dan sumber air untuk keamanannya disyaratkan minimal 10

m (tergantung aliran air tanah dan kondisi porositas tanah).


Tabel 2.2. Jumlah Pemakai MCK komunal/umum dan Kapasitas Tangki
Septik yang Diperlukan

Ukuran Tangki Septik


Jumlah Kapasitas
Dalam+
Pengguna Tanki Septik
tinggi
(Jiwa) (m3) jagaan/ruang Lebar (m) Panjang (m)
kosong
(m)
10 1,0 0,60 1,20
15 1,5 0,70 1,40
20 2,0 0,80 1,60
25 2,4 0,90 1,80
30 2,9 1,00 2,00
35 3,4 1,00 2,10
40 3,9 1,20 2,30
45 4,4 1,20 2,40
50 4,8 1,30 2,60
55 5,3 1,30 2,70
60 5,8 1,40 2,80
65 6,3 1,50 2,90
70 6,8 1,50 3,00
75 7,2 1,60 3,00
1,8
80 7,7 1,60 3,20
85 8,2 1,70 3,30
90 8,7 1,70 3,40
95 9,1 1,80 3,50
100 9,6 1,80 3,60
110 10,5 1,90 3,75
120 11,5 2,00 3,90
130 12,4 2,00 4,00
140 13,4 2,10 4,20
150 14,3 2,20 4,40
160 15,3 2,30 4,50
170 16,2 2,30 2,70
180 17,1 2,40 4,80
190 18,1 2,50 4,90
200 19,0 2,50 5,00

Sumber : Proyek REKOMPAK – JRF, Jogjakarta, 2008


Tabel tersebut diatas dihitung berdasarkan asumsi sebagai berikut: (Proyek

REKOMPAK – JRF, 2008)

1. Rata-rata lumpur terkumpul , untuk air limbah dari KM/WC. (IKK Sanitation

Improvenment Programme, 1987) = 40 l/orang/tahun

2. Waktu pengurasan direncanakan setiap 2 tahun

3. Air limbah yang dihasilkan (tangki septik hanya untuk menampung limbah

kakus)= 10 lt/orang/hari

4. Kedalaman tangki septik (h) + (free board/tinggi jagaan/ruang kosong)= 1,5m +

0,3m = 1,8. Panjang : Lebar = 1 : 2 (disesuaikan dengan kondisi)

Penyediaan Air Bersih

Tujuan penyediaan air bersih adalah membantu penyediaan yang memenuhi

syarat kesehatan dan pengawasan kualitas air bagi seluruh masyarakat baik yang

tinggal diperkotaan maupun dipedesaan serta meningkatkan kemampuan masyarakat

untuk penyediaan dan pemanfaatan air bersih. Air bersih yang digunakan selain harus

mencukupi dalam arti kuantitas untuk kehidupan sehari-hari juga harus memenuhi

persyaratan kualitas fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Persyaratan tersebut

tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.416 Tahun 1990 dan Keputusan

Menteri Kesehatan No.907 Tahun 2002.

Penyediaan air bersih harus memenuhi syarat kesehatan, diantaranya :

1. Parameter Fisik

2. Parameter Kimia

3. Parameter Biologi

4. Parameter Radiologi
Air bersih untuk MCK komunal bisa berasal dari:

1. Sambungan air bersih PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)

2. Air tanah : sumber air bersih yang berasal dan air tanah, lokasinya minimal 11 m

dari sumber pengotoran sumber air bersih dan pengambilan air tanah dapat berupa:

3. Sumur bor : sekeliling sumur harus terbuat dan bahan kedap air selebar minimal

1,20 m dan pipa selubung sumur harus terbuat dari lantai kedap air sampai

kedalaman minimal 2,00 m dari permukaan lantai.

4. Sumur gali : sekeliling sumur harus terbuat dari lantai rapat air selebar minimal

1,20 m dan dindingnya harus terbuat dari konstruksi yang aman, kuat dan kedap

air sampai ketinggian ke atas 0,75 m dan ke bawah minimal 3,00 m dari

permukaan lantai .

5. Air hujan : bagi daerah yang curah hujannya di atas 1300 mm/tahun dapat dibuat

bak penampung air hujan.

6. Mata air : dilengkapi dengan bangunan penangkap air.

Besarnya kebutuhan air untuk MCK adalah:

1. Minimal 20 Liter/orang/hari untuk mandi

2. Minimal 15 Liter/orang/hari untuk cuci

3. Minimal 10 Liter/orang/hari untuk kakus

Fasilitas Pelengkap

1. Penyaluran Air Bekas

Air bekas cuci dan mandi bisa dibuang langsung ke saluran drainase namun jika

tidak terdapat saluran drainase yang relatif dekat maka air bekas dialirkan ke tangki

septik atau dibuat peresapan tersendiri.


2. Penyediaan Tenaga Listrik

Listrik untuk penggerak pompa air dan penerangan harus diadakan tersendiri

bukan tergabung dengan sambungan milik pihak lain untuk menghindarkan

kerancuan perhitungan biayanya (tergantung kondisi dan didiskusikan dengan warga).

Listrik harus berasal dari sumber PLN dan dari golongan tarif sosial agar tidak

membebani pengguna yang rata rata kurang mampu dengan biaya yang dianggap

terlalu tinggi.

2.15. Hubungan Pemukiman Padat dan sanitasi

Rumah adalah tempat untuk tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani,

rohani dan sosial. Definisi ini membawa banyak konsekuensi yakni bahwa selain

kualitas rumah yang harus baik, diperlukan pula segala fasilitas yang dibutuhkan

untuk tumbuh dan berkembang. Fasilitas itu misalnya fasilitas pendidikan, pasar/toko,

tempat kerja, fasilitas air bersih dan sanitasi (Juli Soemirat, 1994).

Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman, disebutkan bahwa permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup

diluar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan

yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat

kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Berdasarkan PP No. 80

tahun 1999 tentang kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun berdiri sendiri,

rumah layak huni adalah rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan, keselamatan

dan kenyamanan. Pemukiman padat adalah pemukiman yang berpenduduk dengan

kepadatan tinggi yaitu 300-500 orang/Ha.


Menurut Silas (2008), rumah disebut layak bila memenuhi aspek sehat, aman,

terjamin, dapat dicapai dan mampu dibayar, termasuk kebutuhan dasar, bebas

dikriminasi dan kepastian kepemilikannya.

Pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Pemukiman berasal

dari kata housing dalam bahasa inggris yang artinya adalah perumahan dan kata

human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan kesan tentang

rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana lingkungannya. Perumahan

menitikberatkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land settlement.

Sedangkan pemukiman memberikan kesan tentang pemukiman atau kumpulan

pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga pemukiman

menitik beratkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu

manusia (human). Dengan demikian perumahan dan pemukiman merupakan dua hal

yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling

melengkapi.

Adapun masalah yang dihadapi oleh masyarakat berpenghasilan rendah di

pemukiman padat adalah (Depkimpraswil, 2003) :

1. Kelangkaan air bersih dimana air dibeli dengan harga yang mahal untuk

mendapatkannya.

2. Air buangan yang langsung dibuang kelingkungan tanpa pengolahan yang

memadai sehingga dapat mengakibatkan timbulnya vektor penyakit dan tempat

bersarangnya nyamuk.
3. Tidak ada tempat pembuangan tinja manusia yang memadai walaupun ada jumlah

sangat terbatas tanpa memperdulikan pengaruh buruk terhadap lingkungan.

Upaya penyehatan lingkungan merupakan suatu usaha pencegahan terhadap

berbagai kondisi lingkungan yang mungkin dapat menimbulkan penyakit. Dimana

pada saat ini penyakit yang disebabkan oleh lingkungan semakin bertambah.

Dalam hal ini faktor utama yang harus diperhatikan adalah keadaan sanitasi.

Sanitasi mempunyai ruang lingkup yang luas, salah satunya adalah sanitasi

perumahan yang merupakan bagian dari lingkungan pemukiman. Rumah

merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat

tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan

makhluk hidup lainnya, serta tempat pengembangan kehidupan keluarga, oleh

karena itu keberadaan rumah yang sehat, aman, serasi dan terarut sangat

diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

1. Pengertian Sanitasi Perumahan Sehat

Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup


perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya
(Notoadmojo, 2003). Berarti sanitasi adalah suatu usaha pengendalian faktor-
faktor lingkungan guna untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dan penularan
yang disebabkan oleh fektor lingkunagn tersebut, sehingga derajat kesehatan dapat
optimal ( Depkes RI, 2002 ).

2. Perumahan Sehat

Rumah merupakan tempat beristirahat, berlindung dan menyimpan harta benda secara
aman dan tenang. Oleh karena itu menpunyai berbagai fungsi maka rumah haruslah
memenuhi persyratan kesehatan dan juga tidak bertentangan dengan peraturan yang
ada, karena rumah mempunyai hubungan yang erat dengan penghuninya. Dimana
rumah dengan kondisi yang buruk akan member pengaruh yang buruk pula kepada
penghuninya.Secara umum kriteria rumah sehat adalah (Depkes RI 2002)

a. Memenuhi kebutuhan fisilogi antar lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisinga yang mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain Privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antara anggota keluarga dan penghuni rumah.

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah


dengan penyedian air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas
vector penyakit dan tikus, kepadatan penghuni yang tidak berlebihan, cukup sinar
matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena


keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sepadan jalan,
konsetrasi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.

3. Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal

Persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut keputusan mentri kesehatan republik


Indonesia Nomor 829 / SK / VII / 1999, adalah :

a. Bahan bagunan

1) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat membahayakan
kesehatan, antara lain sebagai berikut:

a) Debu total tidak lebih dari 150 µm/m³

b) Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m³/4 jam

c) Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg

2) Tidak terbuat dari bahan yang tidak menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganime pathogen.
b. Komponen dan penataan rumah

Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut :

Lantai kedap air

Dinding :

a) Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi sarana ventilasi untuk pengaturan


sirkulasi udara.

b) Dikamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan.

3) Langit-langit harus mudah dibersihkan dan yidak rawan kecelakaan

4) Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi
dengan penagkal petir.

5) Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang
keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang mandi, dan ruang bermain.

6) Ruang dapur harus dilengkapi sarana pembuangan asap.

c. Pencahayaan

Pencahayaan alam dan buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruang minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.

d. Kualitas udara

Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :

1) Suhu udara nyamn berkisar 18” sampai 30” celcius.

2) Kelembaban udara berkisaran antara 40% sampai 70%.

3) Kosentrasi gas SO₂tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam.

4) Pertukaran udara “ air exchange rate” = 5 kaki kubit per menit per penghuni.
5) Kosentrasi gas CO tidak 100 ppm/8 jam.

6) Kosentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m³.

e. Ventilasi

Luas penghawaan atau vebtilasi alami yang permanen minimal 10% dari lulas lantai.

f. Binatang penular penyakit

Tidak ada tikus bersarang di dalam rumah.

g. Air

1) Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang.

2) Kualitas air harus memenuhi persyratan kesehatan air bersih dan air minum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

h. Tersedianya sarana peyimpanan yang aman

i. Limbah

1) Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah serta air tanah.

2) limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran terhadap
permukana tanah serta air tanah.

j. Kepadatan hunian ruang tidur

Luas ruang tidur minimal 8 meter, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang
tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur 5 tahun.

4. Persyaratan Lingkungan Perumahan

Persyaratan kesehatan lingkungan perumahan menurut keputusan mentri kesehatan


republik Indonesia nomor 829/Mengkes/SK/VII/1999, adalah :
a. Lokasi

1) Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti : bataran sungai, aliran
lahar, gelombang tsunami, longsor dan sebagainya.

2) Tidak terletak pada daerah bekas pembuangan akhir sampah dan bekas lokasi
pertambangan.

3) Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur
pendaratan dan penerbangan.

b. Kualitas udara, kebisingan dengan getaran

Kualitas udara ambient dilingkungan perumahan bebas dari gangguan gas beracun
baik oleh alam atau aktifitas manusia dan memenuhi persyaratan baku mutu udara
yang berlaku, dengan perhatian khusus terhadap parameter-parameter sebagai berikut:

1) Tingkat kebisingan di lokasi tidak melebihi 45-55 dbA

2) Gas debu (H2S dan NH3) secara biologis tidak terdekteksi

3) Partikel debu diameter < 10 µg tidak melebihi 150 µg/m³

4) Gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm

5) Debu terendap tidak melebihi 350 mm³/m³ per hari

6) Tingkat getaran di lingkunagan perumahan harus memenuhi maksimal 10


mm/detik

c. kualitas tanah

Kualitas tanah pada daerah perumahan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Timah hitam (Pb) maksimal 300 mg/kg

2) Arsenik total maksimal 100 mg/kg


3) Cadmium (Cd) maksimal 20 mg/kg

4) Benzo (a) pyrene maksimal 1 mg/kg

d. Kualitas air tanah

Kualitas air tanah pada daerah perumahan minimal memenuhi persyratan air baku, air
minum (golongan B), sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.e.
Sarana dan prasarana lingkungan

1) Memiliki taman bermain untuk anak, sarana reaksi keluarga dengan konstruksi
yang aman dari kecelakaan.

2) Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vector penyakit
dan menimbulkan persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.

3) Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Kontruksi jalan tidak membahayakan kesehatan

b) Kontruksi trotoar jalan tidak membahayakan perjalan kaki dan penyandang cacat.

c) Bila ada pagar harus diberi pagar pengaman.

d) Lampu penerangna jalan tidak menyilaukan.

4) Tersedia sumber air bersih yang menghasilkan air secara cukup sepanjang waktu
dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

5) Pengolahan pembuanagan kotoran manusia dan limbah rumah tangga harus


memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

6) Pengelolaan pembuangan samaph rumah tangga harus memenuhi persyaratan


kesehatan sesuai denagan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7) Memiliki akses terhadap sarana pelayanan umum dan social seperti keamanan,
kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian
dan lain sebagainya.

8) Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku.

9) Tempat pengolahan makanan harus menjamin tidak terjadinya kontaminasi yang


dapat menimbulkan keracunan sesuai denagan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

f. Binatang penular penyakit

1) Indek lalat di lingkuanagn perumahan harus memenuhi persyaratan sesuai denagan


persyaratan perundang-undangan yang berlaku.

2) Iadeks jentik nyamuk (angka bebas jentik) di perumahan tidak melebihi 5%.

g. Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan di lingkungan perumahan merupakan pelindung dan


juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

2.15. Hubungan Air Limbah dengan Lingkungan

Secara umum, dampak dari pembuangan air limbah yang tidak menjalani

pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan seperti :

1. Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang

digunakan oleh manusia.

2. Mengganggu kehidupan dalam air, mematikan hewan dan tumbuhan air.

2. Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerobic dan zat anorganik).

4. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga

terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir.


2.16. Hubungan Penyakit dengan Air dari Tinja

Penyakit menular seperti polio, kolera, hepatitis A dan lainnya merupakan

penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban.

Bakteri E.Coli dijadaikan sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui

bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan manusia sebagai flora normal.

Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang dikeluarkan manusia sebagai

pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain air,

tangan, serangga, tanah, makanan, susu serta sayuran. Menurut Anderson dan

Arnstein (dalam Wagner dan Lanoix, 1958) dalam buku M.Soeparman dan Suparmin,

2002, terjadi proses penularan penyakit diperlukan faktor sebagai berikut :

1. Kuman penyebab penyakit,

2. Sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab,

3. Cara keluar dari sumber,

4. Cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru potensial,

5. Cara masuk ke inang baru,

6. Inang yang peka (succeptible).

Air

Tangan
Mati

Tinja Makanan
(Sumber , susu, Inang
Infeksi) sayuran. Sakit
Baru

Serangga/ Cacat
Tikus
Tanah
Sumber : (Soeparman dan Suparmin, 2002)

Gambar 1. Transmisi Penyakit Melalui Tinja

Selain itu bila dilihat berdasarkan pola teori simpul pada gambar berikut :

SIMPUL I SIMPUL SIMPUL III SIMPUL

Sumber
Penyakit Media Biomarker Sakit/sehat
Transmisi

Sumber : Achmadi, 1991

Gambar 2. Teori Simpul

Maka untuk penyakit akibat tinja, yang menjadi sumber penyakit adalah tinja

yang mengandung bakteri patogen E.coli yang dapat masuk melalui air, makanan dan

minuman yang mengandung bakteri tersebut. Kemudian pada simpul tiga yang
merupakan biomarkernya adalah sistem pencernaan yang terinfeksi oleh bakteri

E.coli yang berlebihan, sehingga pada simpul empat manusianya akan menderita sakit

akibat tinja atau sehat.

Dari gambar 2.1 dan gambar 2.2 dapat dipahami bahwa sumber terjadinya

penyakit adalah tinja. Dengan demikian untuk memutuskan rantai penularan penyakit

dapat dilakukan dengan memperbaiki sanitasi lingkungan. Tersediannya jamban,

merupakan usaha untuk memperbaiki sanitasi dasar dan dapat memutuskan rantai

penularan penyakit.

Air

Tinja
(Sumber
Penghalang/
Infeksi) Tangan Inang
Pemutus Makanan
Rantai
Penularan :
Sanitasi

Sumber : (Soeparman dan Suparmin, 2002)

Gambar 3. Pemutusan Transmisi Penyakit Melalui Tinja

Selain disebabkan oleh tinja, terjadiya suatu penyakit juga berhubungan

dengan kualitas dan kuantitas air bersih yang tersedia. Sebab apabila kualitas air tidak

memenuhi syarat kesehatan yang berlaku maka akan memungkinkan terjadinya suatu
penyakit akibat air. Dalam hal ini untuk mencegah hubungan penyakit dengan air

antara lain, misalnya :

Lokasi sumur/sumber air yang memenuhi syarat kesehatan terutama dari

sumber penglontoran seperti kakus, kandang ternak, saluran air limbah rumah tangga,

dan lain-lain.

1. Konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan.

2. Penggunaan dan pemeliharaan sumur gali yang baik dan benar.

Tabel 2.3 Karakteristik Air Limbah WC/kakus

No Parameter Satuan Konsentrasi

1. pH Derajat keasaman 6,5 – 7,0


2. Temperatur °C 37
3. Amonium Mg/L 25
4. Nitrat Mg/L 0
5. Nitrit Mg/L 0
6. Sulfat Mg/L 20
7. Phospat Mg/L 30
8. CO2 Mg/L 0
9. HCO3 Mg/L 120
10. BOD5 Mg/L 220
11. COD Mg/L 610
12. Khlorida Mg/L 45
13. Total Coli MPN 3 X 105

Sumber: Laboratorium Balai Lingkungan Permukiman, 1994

Peran air dalam menularkan penyakit, menurut Soemirat (2002) adalah :

1. Air sebagai penyebar mikroba patogen.

2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit.

3. Jumlah air yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat

membersihkan dirinya dengan baik.


4. Air sebagai sarang hospes sementara penyakit.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), penyakit yang ditularkan melalui

air adalah :

1. Water Borne Disease

Adalah penyakit yang ditularkan langsnung melalui air minum, dimana air

minum tersebut mengandung kuman patogen dan terminum oleh manusia maka dapat

menimbulkan penyakit. Penyakit tersebut adalah penyakit kholera, Typoid, Hepatitis

infektiosa, dysentri, dan Gastro enteritis.

2. Water Washed Disease

Adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan

hygiene perorangan dan kebersihan alat-alat terutama dapur dan alat makan. Dengan

terjaminnya kebersihan oleh tersediannya air yang cukup maka penularan penyakit

tertentu pada manusia dapat dikurangi. Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis.

Penyakit ini sangat dpengaruhi oleh cara penulran diantaranya, penyakit infeksi

saluran pencernaan.

3. Water Based Disease

Adalah penyakit yang ditularkan melalui bibit penyakit yang sebagian besar

siklus hidupnya di air, seperti schistosomiasis. Larva schistosomiasis hidup dalam

keong-keong air. Setelah waktunya larva ini akan mengubah bentuk menjadi cercaria

dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada dalam air tersebut.
4. Water Related Insects Vektors

Adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya tergantung

pada air, misalnya malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Filariasis, Yellow
fever

dan sebagainya.

2.17. Pemanfaatan dan Pengelolaan Fasilitas MCK

Tingkat keberhasilan dari suatu program dapat dilihat dengan cara apabila

hasilnya bisa dirasakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat serta keberlanjutan

program tersebut. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan strategi untuk

membangun fasilitas yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan dalam hal

ini adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan termasuk

sumber daya kedalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan,

kesejahteraan, dan mutu hidup

generasi masa kini dan akan datang. Dalam hal ini pembangunan tidak hanya

melihat individu yang berdiri sendiri saja, tetapi juga memperhatikan dampak

pembangunan terhadap kedudukan manusia sebagai mahluk sosial

(Sugandhy,2007).

Pembangunan fasilitas sanitasi dapat dikatakan berhasil apabila dalam

pemanfaatan dan pengelolaan fasilitas MCK tersebut tepat sasaran, baik dalam

pemanfaatannya maupun keberlanjutan dari pembangunan MCK tersebut

(Waspola,2003). Adapun kriteria keberhasilan dari pembangunan MCK

diantaranya yaitu:

82
1. Masyarakat merasa puas dengan kualitas dan kuantitas dari MCK yang

dibangun.

2. MCK yang dibangun tidak terabaikan, desain dan kualitas konstruksi

memenuhi kebutuhan masyarakat.

3. Fasilitas MCK dioperasikan dan dipelihara dengan baik secara

berkelanjutan oleh masyarakat.

4. Adanya rasa memiliki dan tanggung jawab yang besar terhadap MCK

terkait dengan keberlanjutan dari bangunan tersebut.

5. Berkurangnya penyakit yang disebabkan sanitasi yang buruk

6. Masyarakat yang selama ini menggunakan pantai dan ruang terbuka untuk

keperluan MCK, beralih menggunakan jamban umum yang disediakan.

7. Masyarakat memberikan kontribusi untuk biaya konstruksi dengan adanya

iuran sebagai tindak lanjut untuk keberlanjutan fasilitas tersebut.

8. Lebih berdayanya lembaga masyarakat dalam pengelolaan MCK.

Berdasarkan hasil penelitian Afrizal (2010) tentang respon masyarakat

tentang penyediaan MCK Komunal maka ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pemanfaatan MCK Komunal adalah pengetahuan masyarakat,

kepuasan dalam menerima fasilitas yang tersedia dan dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat, keterlibatan masyarakat dalam pembangunan MCK Komunal itu

sendiri, dan keterlibatan masyarakat dalam pemeliharaan MCK Komunal tersebut

Hal tersebut sesuai bila dalam pengelolaan bangunan MCK yang

berkelanjutan mesti di dukung dengan kelembagaan yang dapat mengawasi dan

83
mengelolanya. Ada beberapa faktor yang penting diperhatikan dalam aspek

kelembagaan untuk mendukung keberlanjutan suatu program, yaitu:

1. Pembentukan badan pengelola, merupakan bagian penting dari prose

masyarakat menyelesaikan permasalahan pada penyediaan fasilitas sanitasi.

Dengan adanya pengelola dapat mereduksi permasalahan permasalahan yang

akan timbul dalam pemanfaatan fasilitas tersebut.

2. Pemanfaatan badan/kelompok masyarakat eksisting sebagai pengelola,

dimaksudkan agar memaksimalkan/memanfaatkan organisasi-organisasi yang

ada di masyarakat sebagai pengelola ini didasari dari kekompakan dan peran

mereka sebagai ujung tombak untuk membentuk lingkungan yang sehat.

3. Penguatan kapasitas, merupakan syarat mutlak yang harus dilaksanakan pada

setiap program ataupun pembangunan sarana. Penguatan disini dimaksudkan

untuk mengatur tugas-tugas dan fungsi dari masing-masing anggotanya.

Siapa melakukan apa, kapan, bagaimana, adalah merupakan salah satu tujuan

dari penguatan kapasitas kelembagaan.

4. Regenerasi, merupakan isu penting dalam kelembagaan karena pada

dasarnya semua lembaga hanya sebagai alat saja. Aktor yang berada dalam

lembaga

inilah yang mempunyai peran penting dalam menjalankan program sesuai

dengan yang diharapkan.

Terkait dengan hal tersebut lembaga harus mengacu pada aturan main yang

berlaku (Mungkasa,ed, 2008). Waspola (2003) mengatakan, untuk menyediakan

fasilitas dan penyehatan lingkungan yang berkelanjutan adalah sebagai berikut:

84
1. Keterlibatan masyarakat yang dapat mempengaruhi pelaksanaan program,

efektivitas penggunaan, dan keberlanjutan akan tercapai jika pilihan

pelayanan dan konsekuensi biaya ditentukan langsung oleh masyarakat di

tingkat rumah tangga; kontribusi masyarakat untuk pembangunan sarana

ditentukan berdasarkan jenis pelayanan yang ditawarkan; dan

pembentukan unit pengelola sarana dilakukan secara demokratis.

2. Masyarakat pengguna sebaiknya diberi kewenangan untuk

mengontrol penggunaan dana yang berasal dari kontribusi masyarakat dan

kualitas serta jadwal pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilakukan oleh

lembaga yang ditunjuk. Masyarakat pengguna sangat peduli pada kualitas

prasarana dan sarana serta bersedia membayar lebih asalkan pelayanan

sesuai dengan kebutuhan mereka. Keputusan untuk membatasi opsi

pelayanan berdasarkan biaya serta tingkat pelayanan minimal

menghasilkan sarana dengan tingkat pelayanan yang tidak memuaskan,

menyebabkan masyarakat pengguna tidak termotivasi untuk

melestarikannya. Dengan upaya yang lebih tanggap terhadap kebutuhan

masyarakat pengguna, proyek pembangunan fasilitas sanitasi dapat

meningkatkan kontribusi dalam pembiayaan, sehingga mampu menjamin

pendanaan yang lebih efektif dan keberlanjutan investasi.

2.18 Infrastruktur Air Limbah

85
Sistem infrastruktur terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan
satu satu lain. Sebagai acuan dalam perencanaan dan pengelolaan infrastruktur,
tahapan studi membutuhkan banyak kajian yang meliputi aspek-aspek teknis,
sosial-budaya, ekonomi, hukum dan lingkungan.

Pada bab ini akan dibahas mengenai aspek-aspek teknis dalam infrastruktur
limbah. Aspek-aspek tersebut meliputi kajian literatur seputar komponen
infrastruktur yaitu sumber limbah, sistem pengumpul, sistem pengolahan,
pembuangan, dampak dan resiko pencemaran. Kajian tersebut dipilih dari
berbagai sumber yang berasal dari buku, modul, pendapat para ahli, jurnal
penelitian, kriteria teknis, standar nasional, serta regulasi yang meliputi keputusan,
peraturan nasional dan daerah, dan undang-undang yang berlaku di Indonesia.

Dalam perencanaan juga perlu integrasi antara pola-pola ruang yang ada
diperkotaan, maka pada bab ini juga dibahas mengenai kawasan industri. Hal
tersebut dilakukan mengingat industri adalah salah satu sumber limbah yang
paling potensial untuk melakukan pencemaran baik itu di badan air efluen-nya
maupun pada lingkungan sekitarnya.

Selain itu, dalam perencanaan master plan infrastruktur apapun itu tentunya
harus sejalan dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah/Kota yang telah
disahkan dan berlaku. Maka pada bab ini juga membahas tentang review dari
RTRW Kota Makassar tahun 2015-2035 dalam bidang infrastruktur limbahnya.

Pengkajian dari berbagai aspek dan sumber dilakukan agar dalam pengolahan
dan analisis data dapat dihasilkan suatu sistem yang benar-benar terintegrasi satu
sama lain seluruh komponen yang ada agar melahirkan suatu sistem yang ideal
yang diharapkan dapat menyelesaikan isu-isu permasalahan seputar sistem
maupun manajemen ataupun perencanaan infrastruktur limbah.

2.19 Definisi Air Limbah

86
Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif
terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah merupakan sisa
produksi, baik dari alam maupun hasil dari kegiatan manusia. Berdasarkan
keputusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I tentang prosedur
impor limbah, menyatakan bahwa Limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas
dari suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah dari
aslinya. Sedangkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999,
mendefinisikan limbah sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau
kegiatan.

Secara umum limbah yang mempunyai karakteristik berukuran mikro,


dinamis, penyebarannya berdampak luas dan bersifat jangka panjang
(antargenerasi). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas limbah,
yaitu volume limbah, banyak sedikitnya limbah memengaruhi kualitas limbah;
kandungan limbah, kualitas limbah dipengaruhi oleh kandungan bahan pencemar;
frekuensi pembuangan limbah, pembuangan limbah dengan frekuensi yang sering
akan menimbulkan masalah. Dampak yang ditimbulkan oleh limbah juga
tergantung dari faktor-faktor tersebut.

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di
sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Limbah dapat dibedakan berdasarkan nilai ekonomisnya dapat digolongkan


dalam 2 golongan yaitu:
1. Limbah yang memiliki nilai ekonomis limbah yang dengan proses lebih
lanjut/ diolah dapat memberikan nilai tambah. Contohnya : limbah dari pabrik
gula yaitu tetes, dapat dipakai sebagai bahan baku pabrik alkohol, ampas
tebunya dapat dijadikan bubur pulp dan dipakai untuk pabrik kertas. Limbah
pabrik tahu masih banyak mengandung protein dapat dimanfaatkan sebagai

87
media untuk pertumbuhan mikroba misalnya untuk produksi Protein Sel
Tunggal/PST atau untuk alga, misalnya Chlorella sp
2. Limbah non ekonomis yaitu limbah yang tidak akan memberikan nilai
tambah walaupun sudah diolah, pengolahan limbah ini sifatnya untuk
mempermudah sistem pembuangan. Contohnya: limbah pabrik tekstil yang
biasanya terutama berupa zat-zat pewarna.

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak


dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
(wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Limbah).

Limbah padat atau bisa disebut sampah merupakan limbah yang terbanyak di
lingkungan. Istilah sampah diberikan kepada barang-barang atau bahan-bahan
buangan rumah tangga atau pabrik yang tidak digunakan lagi atau tidak terpakai
dalam bentuk padat. Limbah padat merupakan hasil buangan industri yang berupa
padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari proses pengolahan. Jenis limbah
padat dapat berupa kertas, kayu, kain, karet, kulit tiruan, plastik, gelas / kaca,
metal, kulit telur, dan lain-lain. Sumber limbah padat dapat berasal dari limbah
industri, maupun domestik seperti pabrik gula, pulp/kertas, limbah nuklir,
pengawetan buah, ikan atau daging. Secara garis besar limbah padat terdiri dari
limbah padat yang mudah terbakar, limbah padat yang sukar terbakar, limbah
padat yang mudah membusuk, limbah padat yang dapat didaur ulang, limbah
radioaktif, bongkaran bangunan, dan lumpur. Dampak limbah padat sangat
beragam, yakni timbulnya gas beracun, seperti asam sulfat (H2S), amonia (NH3),
methan (CH4), dan CO2. Gas ini akan timbul jika limbah padat ditimbun dan
membusuk karena adanya microorganisme. Limbah padat juga dapat
menimbulkan penurunan kualitas udara pada sampah yang ditumpuk serta

88
penurunan kualitas air karena limbah padat biasanya langsung dibuang pada
perairan atau bersama-sana air limbah.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik


Indonesia No. 19/PRT/M/2015, mendefinisikan Air limbah adalah sisa dari suatu
usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah berasal dari rumah
tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta menggangu lingkungan hidup.
Menurut PP No. 82 Tahun 2001, limbah cair adalah sisa dari suatu hasil
usaha atau kegiatan yang berwujud cair. Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan
berdasarkan sifatnya, yaitu fisika dan sifat agregat, parameter logam, anorganik
nonmetalik, organik agregat, dan mikroorganisme. Batasan lain mengatakan
bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari
daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan
air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada. Meskipun merupakan
air sisa, volume air limbah sangat besar, yakni lebih kurang 80% dari air yang
digunakan dalam kegiatan manusia sehari-hari. Limbah cair tersebut dibuang
dalam bentuk yang telah tercemari oleh berbagai zat pencemar yang kemudian
akan mengalir ke laut atau sungai.
Selain itu Asmadi dan Suharno (2012) juga berpendapat bahwa biasanya
cairan limbah mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan
kehidupan manusia dan kelestarian lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan/pembuangan akhir.

Tabel 2.1
Perkiraan volume aliran limbah cair.
Jenis Bangunan Volume Beban BOD
(l/org/hari) (gr/org/hari)
Daerah Perumahan:
1. Rumah besar untuk keluarga tunggal 400 100
2. Rumah tipe tertentu (keluarga tunggal) 300 80
3. Rumah susun (keluarga ganda) 240-300 80

89
4. Rumah kecil (cottage) 200 80
(Jika dipasangi penggiling sampah, BOD x
1,5)
Perkemahan dan motel:
1. Tempat peristirahatan mewah 400-600 100
2. Tempat parkir rumah berjalan 200 80
(mobile) 140 70
3. Kemah wisata 200 50
4. Hotel dan motel
Sekolah:
1. Sekolah dengan asrama 300 80
2. Sekolah siang hari dengan kantin 80 30
3. Sekolah siang hari tanpa kantin 60 20
Restaurant:
1. Tiap pegawai 120 50
2. Tiap Langganan 25-40 20
3. Tiap makanan yang disajikan 15 15
Terminal Transportasi:
1. Tiap Pegawai 60 25
2. Tiap penumpang 20 10
Rumah Sakit 600-1200 30
Kantor 60 25
Teater mobil 20 10
Bioskop 10-20 10
Pabrik, tidak termasuk limbah cair industri 60-120 25
dan cafeteria
Sumber: Hammer (1977, hlm. 297)

Limbah gas adalah pencemar udara. Bahan-bahan yang terkandung di


dalamnya mengandung zat berbahaya yang tidak baik untuk kesehatan lingkungan
sekitar. Berbagai spekulasi dari para ahli mengatakan bahwa limbah gas adalah
sumber pencemaran udara yang masih menjadi momok bagi masyarakat. Ini
karena sifatnya yang berupas gas sehingga susah untuk didaur ulang. Berbeda
dengan limbah cair atau limbah padat yang masih bisa dikelola menjadi sesuatu

90
yang lebih ramah lingkungan. Limbah gas sendiri bersifat mudah meledak dan
beracun. Oleh karena itu pengelola industri harus memilih tempat yang jauh dari
hunian penduduk. Mengolah limbah gas merupakan cara yang dirasa cukup sulit.
Untuk menyiasati pencemaran pada udara, pengelola industri dapat mengurangi
penggunaan zat dan bahan kimia yang berbahaya dalam proses produksinya. Hal
ini bertujuan agar limbah gas yang dihasilkan juga tidak terlalu berbahaya dan
menjadi pencemar saat dilepas ke udara. Pemilik industri dapat menggunakan
media karbon aktif untuk mengolah limbah gas. (Fardiaz, 1992)

2.20 Eksplorasi Sumber Air Limbah

Data mengenai sumber air limbah dapat dipergunakan untuk memperkirakan


jumlah rata-rata air aliran limbah dari berbagai sumber dan aliran yang ada
disekitarnya.

2.21 Jenis Sumber Air Limbah

Menurut sumbernya limbah dibedakan menjadi limbah domestik, dan limbah


industri. Sedangkan menurut sifat bahan-nya, limbah dibedakan menjadi limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah yang dihasilkan dari aktivitas
primer manusia (domestik). Pengelompokan jenis limbah penting bagi proses
penanganan atau pengolahan.

A. Limbah Domestik

Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan pemukiman


penduduk (rumah tangga) dan kegiatan usaha seperti pasar, restoran, dan gedung
perkantoran. Limbah domestik atau lebih dikenal dengan istilah limbah rumah
tangga berasal dari pembuangan dalam rumah tangga, seperti sampah dan
sejenisnya. Limbah ini dihasilkan dari sisa pembuangan makanan, sisa barang-
barang yang sudah tidak terpakai dan ingin segera dibuang, dan kotoran yang
berasal dari tubuh manusia (feses).

Air limbah domestik adalah seluruh buangan cair yang yang berasal dari hasil
proses seluruh kegiatan yang meliputi limbah domestik cair yakni buangan kamar

91
mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian, limbah perkantoran dan limbah dari
daerah komersial serta limbah industri (Asmadi dan Suharno:2012).

Air limbah domestik adalah air bekas yang tidak dapat dipergunakan untuk
tujuan semula baik yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari aktivitas
dapur, kamar mandi dan cuci dimana kuantitasnya antara 50-70% dari rata-rata
pemakaian air bersih (120-140 liter/orang/hari). Air limbah domestik mengandung
lebih dari 90% cairan. Zat-zat yang terdapat dalam air buangan di antaranya
adalah unsur-unsur organik tersuspensi maupun terlarut dan juga unsur-unsur
anorganik serta mikroorganisme. Unsur-unsur tersebut memberikan corak kualitas
air buangan dalam sifat-sifat fisik kimiawi maupun biologi. (Kodoatie : 2005).

Sejatinya limbah domestik tidak berbahaya seperti limbah industri, akan tetapi
jika pembuangannya tidak tepat bisa menjadi sumber penyakit bagi masyarakat.
Bila pembuangan limbah domestik tidak tepat, limbah itu dapat dikategorikan
menjadi limbah infeksius yang berarti limbah yang dapat.

Volume limbah cair daari daerah perumahan bervariasi, dari 200-400


Liter/orang/hari tergantung pada tipe rumah. Aliran terbesar berasal dari rumah
keluarga tunggal yang mempunyai beberapa kamar mandi, mesin cuci otomatis,
dan peralatan lain yang menggunakan air. Angka volume limbah cair sebesar 400
Liter/orang/hari bisa digunakan un0tuk limbah cair rumah tangga yang mencakup
limbah cair dari perumahan dan perdagangan, ditambah dengan rembesan air
tanah (infiltration).

Penanggulangan pencemaran limbah domestik, terutama yang berasal dari


rumah tangga sangatlah pelik. Di satu sisi jumlah limbah terus bertambah dengan
naiknya jumlah penduduk, disisi lain kemampuan penjernihan air dan tempat
pembuangan sampah makin terbatas serta rendahnya pendidikan dan kebiasaan
menggunakan air tercemar dalam kegiatan sehari-hari (Soemarwoto, 1983).

Air limbah rumah tangga terdiri dari tiga fraksi penting :

1) Tinja (faeces), berpotensi mengandung mikroba patogen.

92
2) Air seni (urine), umumnya mengandung nitrogen dan phofor, serta
kemungkinan kecil mikro-organisme.
3) gre water, merupakan air bersih cucian dapur, mesin cuci dan kamar mandi,
gre water sering juga disebut sullage.

Campuran faces dan urine disebut sebagai excreta, sedangkan campuran


excretadengan air bilasan toilet disebut black water. Mikroba pathogen banyak
terkandung pada excreta, yang ini merupakan cara transport bagi penyakit bawaan
air.

Komponen limbah domestik antara lain : mikroorganisme, dapat berkembang


jika terdapat bahan makanan yang sesuai dan kelembaban lingkungan yang ideal
bagi pertumbuhan mikroba terutama golongan bakteri , serta beberapa virus
protozoa. Kebanyakan mikroba tidak berbahaya dan dapat dihilangkan dengan
proses biologis yang mengubah zat organik menjadi produk akhir yang stabil.
Tetapi limbah domestik dapat pula mengandung patogen (organisme yang
menimbulkan penyakit) berasal dari ekskreta manusia yang terinfeksi penyakit
menular yang dapat berasal dari air antara lain : kolera, tifus, dan tuberklosis, serta
penyakit virus seperti hepatitis dan disentris akibat protozoa.

 Karakteristik Air Limbah Domestik

Air limbah domestik dan perkotaan adalah seluruh buangan cair yang berasal
dari hasil proses seluruh kegiatan yang meliputi limbah domestik cair yakni
buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakean, limbah perkantoran,
dan limbah dari daerah komersil serta limbah industri.

Karakteristik air limbah yang berasal dari perumahaan, menurut


Winnerberger, 1969 dapat dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu :
1) Grey water: Air cucian yang berasal dari dapur, kamar mandi, laundry, dan
lain-lain tanpa faeces dan urin.
2) Black water: Air yang berasal dari pembilasan toilet (faeces dan urin dengan
pembilasan/penyiraman.

93
3) Yellow water: Urin yang berasal dari pemisahan toilet dan urinals (dengan
atau tanpa air untuk pembilasan).
4) Brown water: Blackwater tanpa urin atau yellow water

Limbah domestik yang masuk ke perairan terbawa oleh air selokan atau air
hujan. Bahan pencemar yang terbawa antara lain feses, urin, sampah dari dapur
(plastik, kertas, lemak, minyak, sisa-sisa makanan), pencucian tanah dan mineral
lainnya. Perairan yang telah tercemar berat oleh limbah domestik biasanya
ditandai dengan jumlah bakteri yang tinggi dan adanya bau busuk, busa, air yang
keruh dan BOD5 yang tinggi (Mutiara, 1999).

Dari hasil pengumpulan data dari beberapa contoh air limbah rumah yang
berasal dari berbagai sumber: pencemar air di DKI Jakarta menunjukkan bahwa
konsentrasi senyawa pencemar sangat bervariasi. Hal ini disebabkan karena
sumber air limbah juga bervariasi serta waktu dan metode pengambilan contoh
sangat mempengaruhi besarnya konsentrasi. Secara lengkap karakteristik air
limbah perkotaan dari berbagai sumber dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2
Karakteristik limbah domestik atau limbah perkotaan
No Parameter Minimum Maksimum Rata-Rata

1 BOD – mg/L 31,52 675,33 353,43

2 COD - mg/L 46,62 1183,4 615,01

3 Angka permanganat 69,84 739,56 404,7

4 (Kmna4) - mg/L

5 Amoniak (NH3) - mg/L 10,79 158,73 84,76

6 Nitrit (NO2-) - mg/L 0,013 0,274 0,1435

7 Nitrat (NO3) - mg/L 2,25 8,91 5,58

8 Klorida (Cl-) - mg/L 29,74 103,73 66,735

9 Sulfat (SO4-) – v 81,3 120,6 100,96

94
10 pH 4,92 8,99 6,96

11 Zat padat tcrsusensi (SS) 27,5 211 119,25


mg/L

12 Deterjen (MBAS) - mg/L 1,66 9,79 5,725

13 Minyak/ lemak - mg/L 1 125 63

14 Cadmium (Cd) - mg/L Ttd 0,016 0,008

15 Timbal (Pb) 0,002 0,04 0,021

16 Tembaga (Cu) - mg/L Ttd 0,49 0,245

17 Besi (Fe) - mg/L 0,19 70 35,1

18 Warna – Skala Pt-Co) 31 150 76

19 Phenol - mg/L 0,04 0,63 0,335

Sumber : BPPT, 2010

Air limbah perkotaan adalah salah satu sumber daya air yang dapat
dipergunakan untuk berbagai keperluan. Beberapa kendala yang dihadapi di
dalam menggunakan kembali air limbah yakni karena air limbah perkotaan
kualitasnya tidak memenuhi syarat kualitas air untuk berbagai keperluan yaknni
mengandung unsur polutan yang cukup besar oleh karena itu sebelum digunakan
kembali (riuse) perlu dilakukan pengolahan sampai mencapai syarat kualitas yang
diperbolehkan.

Tabel 2.3
Karakteristik fisik dari air Buangan domestik
Parameter Penjelasan

Temperatur Suhu dan air buangan biasanya sedikit lebih tinggi dari air
minum. Temperatur ini dapat mempengaruhi aktifitas microbial,
solubilitas, dari gas dan viskositas.

95
Warna Air buangan segar biasanya berwarna agak abu-abu. Dalam
kondisi septic air buangan akan berwarna hitam.

Bau Air buangan segar biasanya mempunyai bau seperti sabun atau
bau lemak. Dalam kondisi septic akan berbau sulfur dan kurang
sedap.

Kekeruhan Kekeruhan pada air buangan sangat tergantung sekali pada


kandungan zat padat tersuspensi. Pada umumnya air buangan
yang kuat mempunyai kekurangan yang tinggi.

Sumber : LPM-ITB, 1994

Sifat dan Komposisi Kimiawi

Kualitas/ sifat kimiawi dari air buangan domestik biasanya dinyatakan dalam
bentuk organik dan anorganik dan biasanya dengan perbandingan 50% zat
organik dan 50% zat anorganik. Komposisi tipikal dari air buangan domestik
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4
Karakteristik kimiawi dari air buangan domestik
Konsentrasi

Parameter (mg/L) Kuat Medium Lemah

Total zat padat (TS) 1200 720 350

 Zat padat terlarut (DS) 850 500 250

 Zat padat tersuspensi 350 220 100


(SS)

BOD5 400 220 110

TOC 290 160 80

COD 1000 500 250

N total 85 40 20

96
P total 15 8 4

CI- 100 50 30

Alkalinity (CaCO3) 200 100 50

Lemak 150 100 50

Sumber : LPM-ITB, 1994

B. Limbah Cair industri

Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/ sisa dari suatu
kegiatan/usaha industri yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang. Contohnya air sisa cucian daging,
buah, atau sayur dari industri pengelohan makanan dan sisa pewarnaan kain/bahan
dari industri tekstil.

Tetapi dalam beberapa kasus, limbah industri dapat difungsikan kembali


dengan cara recycle, ataupun diolah kembali dan pada jenis industri tertentu
menghasilkan limbah yang berbahaya (hazardous waste)

Permasalahan limbah cair hingga saat ini masih sering muncul dalam industri
manufaktur di Indonesia. Beberapa kasus pencemaran pada sungai dan laut,
menjadi catatan khusus yang membenarkan hal tersebut. Dan hal ini bisa
dimungkinkan terjadi lantaran pembuangan limbah cair yang tidak melalui proses
pengelolaan selayaknya.

 Karakteristik Limbah Cair Industri

Ada beberapa hal yang sering keliru mengidentifikasi limbah cair yaitu
buangan air yang berasal dari pendinginan mesin, lalu memanfaatkan air sungai
yang tercemar yang disebabkan sektor lain. Karena kebutuhan hanya untuk
pendinginan dan bukan untuk lain-lain, tidaklah tepat bila air yang sudah tercemar
itu dikatakan bersumber dari pabrik tersebut.

Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air
dalam sistem prosesannya. Disamping itu adapula bahan baku yang mengandung

97
air sehingga dalam proses pengolahannya air tersebut ikut dalam proses
pengolahan kemudian ditambah bahan kimia tertentu, diproses dan setelah itu
dibuang.

Air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari
jenisnya. Untuk mengetahui beban serta polutan yang ada didalam limbah industri
dapat dilakukan dengan cara pengukuran langsung atau dapat diperkirakan
berdasarkan pada jenis industri yang sejenis.

Berdasarkan karakteristiknya air limbah industri secara garis besar dapat


dikelompokkan menjadi beberapa kelompok :

1) Air limbah industri yang mengandung konsentrasi zat organik yang relatif
tinggi : misalnya industri makanan, industri kimia, industri minyak nabati
atau hewan, industri obat-obatan, industri lem, atau perekat galatin, industri
tekstil, industri pulp, industri kertas dan lain-lain.

2) Air limbah industri yang mengandung konsentrasi zat organik yang relatif
rendah : misalnya industri pengemasan makanan, industri pemintalan, industri
serat, industri kimia, industri minyak, industri batu bara, industtri londry dan
lain-lain.

3) Air limbah industri yang mengandung konsentrasi zat organik berbahaya


beracun : misalnya industri penyamakan kulit, industri barang dengan bahan
baku kulit, industri besi baja, industri kimia insektisida herbisidandan lain-
lain.

4) Air limbah industri yang mengandung konsentrasi zat anorganik umum :


misalnya industri kimia seperti industri pupuk anorganik, industri kimia
anorganik, pencucican dalam industri logam, industri keramik dan lain-lain.

5) Air limbah industri yang mengandung konsentrasi zat anorganik berbahaya


beracun : industri pelapisan logam (elektroplating), indutri baterai.

Ditinjau dari sifat air maka karakteristik air yang tercemar dapat dirinci menjadi :

1) Karakteristik fisika air limbah industri

98
Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam air limbah yaitu padatan,
kekeruhan, bau temperatur, dan warna.

Padatan: akan menimbulkan pendangkalan pada bahan air dan menimbulkan


tumbuhnya tanaman air tertentu dan dapat menjadi racun bagi makhluk lainnnya.
Padatan menunjukkan banyaknya lumpur yang terkandung dalam air limbah.

Kekeruhan: akan menyebabkan pembiasan dan membatasi pencahayaan ke


dalam air. Semakin keruh air semakin tinggi daya hantar listrik dan semakin
banyak pula padatannya.

Bau: timbulnya karena adanya kegiatan mikroorganisme yang menguraikan


zat organik sehingga menghasilkan gas tertentu.

2) Karakteristik kimia air limbah industri

Bahan kimia yang terdapat dalam air limbah akan menentukan sifat air baik
dalam tingkat keracunan maupun bahaya yang ditimbulkan.semakin besar
konnsentrasi bahan pencemar dalam air semakin terbatas penggunaan air.
Karakteristik kimia terdiri dari kimia organik dan kimia anorganik. Yang
termasuk dalam karakteristik kimia air limbah diantaranya derajat keasaman air
limbah (pH) yang diukur dengan pH meter. Air yang memiliki pH rendah
membuat air menjadi korosif terhadap bahan konstruksi seperti baja. Karakteristik
kimia lainnya seperti kandungan besi dan mangan, logam berat dan beracun,
fenol, BOD(biological oxigen demand), COD (chemical oxigen demand), lemak
dan minyak, karbohidrat dan protein, zat warna dan lain-lain.

3) Karakteristik biologi air limbah industri

Pemeriksaan biologis didalam air limbah di tunjukkan untuk mengetahui


apakah ada bakteri-bakteri atau mikrorganisme pathogen yang berada dalam iar
limbah, selain itu untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah sebelum dibuang
ke badan air. Yang termasuk dalam karakteristik biologis dalam air limbah
diantaranya: virus, bakteri, jamur, protozoa, dan mikroorganisme pathogen
(penyebab penyakit) lainnya. Karakteristik utama beberapa jenis air buangan
industri diuraikan sebagai berikut:

99
a. Industri makanan dan minuman

Pada umumnya menghasilkan air buangan yang di biodegradable


mengandung bahan tersuspensi, bahan koloid dan bahan organik terlarut
dengan konsentrasi yang tinggi merupakan utama air buangan industri ini.

BOD dan COD air buangan ini biasanya tinggi. Industri susu misalnya,
kandungan bahan organik terlarut di dalam air buangan terutama dalam
bentuk protein, lemak laktosa, dengan kandungan BOD antara 300-200.000
mg/L, dan bahan tersuspensi bervariasi antara 50-2000 mg/L.

Air buangan rumah pemotongan hewan dan pengepakan daging BOD 200-
3000 mg/L dan lemak 200-1000 mg/L. Konsentrasis ini dapat jauh lebih
tinggi jika darah hasil pemotongan hewan seluruhnya dimasukkan ke dalam
air buangan.

b. Industri farmasi dan industri kosmetik

Air limbah industri farmasi dan industri kosmetik mengandung parameter


polutan yang bervariasi tergantung produknya. Mengandung polutan organik
maupun anorganik serta senyawa deterjen dengan konsetrasi yang tinggi.
Umumnya menghasilkan air buangan yang mempunyai kandungan bahan
organik terlarut dan tersuspensi dengan konsntrasi yang tinggi, termasuk
vitamin-vitamin.

c. Industri tekstil

Air buangan industri tekstil pada umunya mempunyai warna yang pekat, pH,
BOD, temperatur dan bahan tersuspensi yang tinggi kandungan BOD
bervariasi antara 50-10000 mg/L tergantung pada macan dan jenis tekstil
yang dihasilkan.

d. Industri kulit

Menghasilkan air buangan yang mengandung padatan total sulfida garam, ion
khrom, BOD dan kesadahan yang tinggi. BOD air buangan ini bervariasi 500-
5000 mg/L.

100
e. Industri pulp dan kertas

Industri pulp dan kertas merupakan industri yang mengeluarkan air limbah
dalam jumlah yang besar serta mengandung ppolutan organik (BOD, COD)
serta padatan tersuspensi (SS) dengan konsentrasi yang sangat tinggi. Di
dalam proses pembuatan pulp mengeluuarkan air limbah yang mengandung
selulosa, lignin, serta senyawa hemiselulosa dengan konsentrasi yang cukup
tinggi. Selain itu pada proses pemutihan bubur kertas juga mengahasilkan air
limbah dalam jumlah yang besar.

Mempunyai air buangan dengan kandungan warna , bahan tersuspensi, bahan


koloid, padatan terlarut dan bahan anorganik yang tinggi. Derajat kesamaan
(pH) air dapat tinggi dan rendah tergantung proses digunakan air BOD air
buangan ini dapat mencapai 25000 mg/L namun tidak mudah terurai dengan
proses biologis konvensional karena adanya refractory contaminan yang
sangat toksik terhadap mikroorganisme air.

f. Industri kimia

Menghasilkan air buangan dengan karakteristik yang bervariasi menurut


bahan bakunya. Pabrik asam misalnya mempunyai pH yang rendah dan
kandungan bahan organik yang rendah. Pabrik detergen menghasilkan air
buangan dengan BOD tinggi. Air buangan pabrik inteksida mengandung
bahan organik, benzene struktur cincin dengan konsentrasi yang tinggi,
bersifat asam dan sangat toksik terhadap bakteri dan ikan.

g. Industri baja (stell mil industry)

Sebagian besar air yang digunskan untuk proses air pendinginan, dan air
pencuci mengandung beberapa polutan misalnya : sianida, fenol, amonia,
asam anorganik, air limbah, dari scrubber gas dan debu mengandung padatan
tersuspensi dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Air limbah pencucian
mobil banyak mengandung asam sulfat, asam nitrit, logam besi, dan lain-lain.
Mempunyai air buangan pH rendah, mengandung phenol, cyanogen, bijih

101
besi, kokes, batu kapur, minyak dan bahan tersuspensi yang halus dan lain-
lain.

h. Industri pelapisan logam (metal plating industry)

Di dalam proses pelapisan logam terdapat proses pencucian, penetralan,


penghilangan lemak, proses pencucian dengan asam, proses pelapisan, air
limbah dari industri tersebut umumnya mengandung sianida, khrom, nikel,
zat besi, seng (Zn), tembaga (Cu), cadmium, asam, alkali, flour (F), dan lain-
lain. Umumnya mempunyai air buangan bersifat asam, mengandung ion
logam, bersifat toksik dan terutama mengandung bahan-bahan anorganik.

i. Industi kayu lapis

Air buangan umumnya berasal dari perekat (glue) kayu lapis, dan mempunyai
kandungan phenol, BOD tinggi, pH tinggi

j. Industri perminyakan (oil refinary industri)

Air limbah industri pemurnian minyak berasal dari air yang mengandung
minyak atau air proses yang mengandung minyak, senyawa sulfida, amonia,
fenol, dan lain-lain.

k. Industri petrokimia

Air limbah industri petrokimia kualitasnya bervariasi tergantung dari jenis


industri atau produk yang dihasilkan. Karakteristik air limbah industri
petrokimia ada yang mngandung BOD, COD, SS dengan konsentrasi yang
tinggi sampai konsentrasi yang relatif rendah.

l. Industri zat pewarna (dye work industry)

Bahan pewarna banyak digunakan untuk pewarnaan serat alami atau serat
sintetis, serta bahan pembantu pada industri tekstil. Prosesnya sangat
kompleks dan berkualitas air limbah yang di hasilkan juga sangat bervariasi.
Umumnya konsentrasi BOD 200-500 mg/L dan konsentrasi SS 50-400 mg/L.

m. Air limbah pertanian dan perikanan

102
Air limbah pertanian banyak mengandung senyawa nutrien yang berasal dari
sisa-sisa pupuk serta banya mengandung senyawa pestisida. Senyawa nutrien
yakni nitrogen dan phospor dapat menyebabkan eutrophikasi. Sisa-sisa
makanan dan kotoran ikan dari perikanan juga dapat menimbulkan masalah di
dalam perairan khusunya dapat menyebabkan eutropikasi.

C. Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, berdasarkan Peraturan Pemerintah


Nomor 74 tahun 2001, bahan berbahaya dan beracun atau B3 adalah bahan yang
karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup,
dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya.
Pengertian limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa
(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta
konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan
manusia.

Pada umumnya limbah ini berasal dari industri. Tetapi, tidak menutup
kemungkinan bahwa terdapat aktivitas lain yang menghasilkan limbah ini, seperti
pertanian yang menghasilkan limbah biosida dari penggunaan pestisida, kegiatan
medikal dan laboratorium yang berpotensi menghasilkan limbah toksik dan
infectious, kegiatan enersi dalam aspek nuklir yang menghasilkan limbah
radioaktif, maupun kegiatan domestik yang menggunakan baterai bermerkuri, dsb.

Maka dapat disimpulkan, limbah B3 adalah limbah berbahaya yang


pengolahannya perlu diawasi dan diatur secara ketat agar tidak terjadi pencemaran
yang membahayakan manusia dan lingkungan.

Karakteristik limbah limbah B3. Penjelasan PP 74/2001 menguraikan secara


singkat klasifikasi B3 sebagai berikut:

103
1. Explosive (mudah meledak)
o
Bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25 C, 760 mmHg) dapat
meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan
di sekitarnya. Pengujiannya dapat dilakukan dengan menggunakan Diffrential
Scanning Calorimetry (DSC) atau Differential Thermal Analysis (DTA),
sedang 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoil-peroksida digunakan sebagai
senyawa acuan. ] Apabila nilai temperatur pemanasan suatu bahan lebih
tinggi dari senyawa acuan, maka bahan tersebut diklasifikasikan mudah
meledak.
2. Oxidizing (pengoksidasi)
Pengujian bahan padat dilakukan dengan metode uji pembakaan
menggunakan ammonium persulfat sebagai senyawa standar. Sedang untuk
bahan cair, senyawa standar yang digunakan adalah larutan asam nitrat. Suatu
bahan dinyatakan sebagai pengoksidasi apabila waktu pembakaran bahan
tersebut sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran senyawa standar.
3. Flammable (mudah menyala):
1. Extremely flammable yaitu padatan atau cairan yang memiliki titik nyala

o
(flashpoint) di bawah 0 C dan titik didih lebih rendah atau sama dengan

o
35 C.

o
2. Highly flammable: padatan atau cairan yang memilik ititik nyala 0 C-

o
21 C.

3. Flammable:
3.1. Bila cairan: bahan yang mengandung alkohol kurang dari 24%-volume,

o o
dan atau mempunyai titik nyala ≤ 60 C (140 F), akan menyala apabila
terjadi kontak dengan api, percikan api, atau sumber nyala lainnya, pada
tekanan 760 mmHg. Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode
Closed-up test.

104
3.2. Bila padatan: bahan bukan cairan, pada temperatur dan tekanan standar
dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui gesekan,
penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan, dan apabila
terbakar dapat menyebabkan kebakaran terus menerus dalam 10 detik.
Pengujian dapat pula dilakukan dengan Seta Closed-cup Flash Point

o
Test, dengan titik nyala di bawah 40 C.

4. Toxic (beracun): akan menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila
masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
5. Harmful (berbahaya): padatan maupun cairan ataupun gas yang jika kontak
atau melalui inhalasi (pernafasan) atau melalui oral dapat menyebabkan
bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.
6. Corrosive (korosif): mempunyai sifat yaitu menyebabkan iritasi (terbakar)
pada kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja standar
SAE-1020 dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan

o
temperatur pengujian 55 C. Mempunyai pH ≤ 2 untuk B3 bersifat asam, dan
atau pH ≥ 12,5 untuk B3 bersifat basa.
7. Irritant : padatan maupun cairan yang bila terjadi kontak secara langsung, dan
apabila terus menerus kontak dengan kulit atau selaput lendir dapat
menyebabkan peradangan
8. Dangerous to the Environment (berbahaya bagi lingkungan): seperti merusak
lapisan ozon (misalnya CFC), persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau
bahan tersebut dapat merusak lingkungan.
9. Chronic toxic (toksik kronis):
1.1. Carcinogenic, sifat bahan penyebab sel kanker, yaitu sel liar yang dapat
merusak jaringan tubuh.
1.2. Teratogenic: sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio.
1.3. Mutagenic: sifat bahan yang dapat menyebabkan perubahan kromosom
yang dapat merubah genetik.

105
2.22 SISTEM INFRASTRUKTUR LIMBAH

Pengertian Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone,


1974 Dalam Kodoatie,R.J.,2005), adalah fasilitas-fasilitas fisik yang
dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi
pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah,
transportasi dan pelayanan-pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan
sosial dan ekonomi. Jadi infrastruktur merupakan sistem fisik yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.
Sistem infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas atau struktur dasar,
peralatan, instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem
sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000 dalam Kodoatie,R.J.,2005).
Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama sistem sosial dan sistem
ekonomi dalam kehidupan masyarakat.
1. Eksplorasi Sumber Limbah cair

Data mengenai sumber air limbah dapat dipergunakan untuk memperkirakan


jumlah rata-rata air aliran limbah dari berbagai sumber dan aliran yang ada
disekitarnya.

a. Sumber limbah cair

Limbah cair bersumber dari aktivitas manusia (human sources) dan aktivitas
alam (natural sources).

 Aktifitas manusia

Aktfitas manusia yang menghasilkan limbah cair sangat beragam, sesuai


dengan jenis kebutuhan hidup manusia yang sangat beragam pula, beberapa jenis
aktivitas manusia yang menghasilkan limbah cair diantaranya aktivitas bidang
rumah tangga, aktivitas bidang perkantoran, aktivitas bidang perdagangan,
aktivitas bidang perindustrian, aktivitas bidang pertanian, dan aktivitas bidang
jasa.

a. Aktivitas Domestik

106
Aktivitas Domestik mempunyai sumber-sumber yang beragam pula, seperti
perumahan, perdagangan, pendidikan, jasa, dll. Tolak ukur volume air limbah
domestik (rumah tanga, perdagangan, dan rembesan) adalah 400 l/org/harinya.
Pada umumnya, volume ataupun kuantitas limbah domestik sangat bervariasi
bergantung dari standar hidup masyarakatnya. Oleh karena itu, untuk menentukan
kuantitas air limbah secara pasti sangat sulit karena banyaknya faktor yang
mempengaruhi.

Menurut Kodoatie (2003), limbah cair domestik kuantitasnyaa antara 50-70%


dari rata-rata pemakaian air bersih 120-140 liter/orang/hari. Sedangkan menurut
Hammer dalam Asmadi dan Suharno (2012), volume limbah cair dari perumahan
bervariasi tergantung pada tipe rumah, jumlah kamar mandi, jumlah mesin cuci,
maupun alat lain yang menggunakan air. Sebagai patokan, angka 400
liter/orang/hari dapat digunakan untuk limbah cair rumah tangga yang mencakup
limbah cair dari perumahan dan perdagangan, ditambah dengan rembesan air
tanah.

Hammer dalam Suparmin (2001), menggambarkan perkiraan volume limbah


cair dari berbagai jenis sumber domestik yang dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.5
Perkiraan volume aliran limbah cair.
Jenis Bangunan Volume Beban BOD
(l/org/hari) (gr/org/hari)

Daerah Perumahan:
5. Rumah besar untuk keluarga tunggal 400 100
6. Rumah tipe tertentu (keluarga tunggal) 300 80
7. Rumah susun (keluarga ganda) 240-300 80
8. Rumah kecil (cottage) 200 80

(Jika dipasangi penggiling sampah, BOD x 1,5)

Perkemahan dan motel:


400-600 100

107
5. Tempat peristirahatan mewah 200 80
6. Tempat parkir rumah berjalan (mobile) 140 70
7. Kemah wisata 200 50
8. Hotel dan motel

Sekolah:
4. Sekolah dengan asrama 300 80
5. Sekolah siang hari dengan kantin 80 30
6. Sekolah siang hari tanpa kantin 60 20

Restaurant:
4. Tiap pegawai 120 50
5. Tiap Langganan 25-40 20
6. Tiap makanan yang disajikan 15 15

Terminal Transportasi:
3 Tiap Pegawai 60 25
4 Tiap penumpang 20 10

Rumah Sakit 600-1200 30

Kantor 60 25

Teater mobil 20 10

Bioskop 10-20 10

Pabrik, tidak termasuk limbah cair industri dan 60-120 25


cafeteria

Sumber: Hammer (1977, hlm. 297)

Selain itu terdapat persepsi yang berbeda-beda dalam menentukan volume air
yang terbuang. Metcalf dan Eddy (1979) mengelompokkan penggunaan air
berdasarkan sumber aktivitas domestiknya, yaitu limbah yang dihasilkan oleh
sumber yang tingkat ekonomi-nya berbeda, maka kisaran aliran limbahnya juga
berbeda. (Tabel 2.2 & Tabel 2.3) Pengisaran besaran berasal dari studi yang
mereka lakukan, akan tetapi karena penelitian dilakukan buka di Indonesia maka

108
kemungkinan besaran yang mereka jabarkan tidak dapat digunakan untuk
perhitungan limbah khusus uuntuk di Indonesia mengingat adanya perbedaan
dalam aspek sosial budaya dan ekonomi.

109
Tabel 2.6
Besaran Population Equivalen (Pe) untuk Perancangan
IPAL berdasarkan Jenis peruntukan bangunan.
Pemakaia
NO Peruntukan Debit Air
n Air Satuan PE Acuan
. Bangunan Limbah
Bersih

Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M.


1 Rumah Mewah 250 200 Liter/penghuni/hari 1,67
Noerbambang dan Takeo Morimura

Study JICA 1990


2 Rumah Biasa 150 120 Liter/penghuni/hari 1,00
(proyeksi 2010)

Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan.


3 Apartment 250 200 Liter/penghuni/hari 1,67
Noerbambang dan Takeo Morimura

4 Rumah Susun 100 80 Liter/penghuni/hari 0,67

5 Asrama 120 96 Liter/penghuni/hari 0,80

6 Klinik / Puskesmas 3 2,7 Liter/pengunjung/hari 0,02 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M.

110
Noerbambang dan Takeo Morimura

Liter/jumlah tempat Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M.


7 Rumah sakit Mewah 1000 800 6,67
tidur pasien/hari Noerbambang dan Takeo Morimura

Rumah Sakit Liter/jumlah tempat Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M.
8 750 600 5,00
Menengah tidur pasien/hari Noerbambang dan Takeo Morimura

Liter/jumlah tempat Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M.


9 Rumah Sakit Umum 425 340 2,83
tidur pasien/hari Noerbambang dan Takeo Morimura

10 Sekolah Dasar 40 32 Liter/siswa/hari 0,27 SNI 03-7065-2005

11 SLTP 50 40 Liter/siswa/hari 0,33 SNI 03-7065-2005

12 SLTA 80 64 Liter/siswa/hari 0,53 SNI 03-7065-2005

13 Perguruan Tinggi 80 64 Liter/mahasiswa/ 0,53 SNI 03-7065-2005


hari
Rumah Toko / Liter/penghuni dan
14 100 80 0,67 SNI 03-7065-2005
Rumah Kantor pegawai/hari

15 Gedung Kantor
50 40 Liter/pegawai/hari 0,33 SNI 03-7065-2005
2
16 Toserba (toko serba 5 4,5 Liter/m luas 0,04 SNI 03-7065-2005
lantai/hari
ada, mall, department

111
store)

17 Pabrik / Industri 50 40 Liter/pegawai/hari 0,33 SNI 03-7065-2005

Liter/penumpang tiba
18 Stasiun / Terminal 3 2,7 0,02 SNI 03-7065-2005
dan pergi/hari

Liter/penumpang tiba Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M.


19 Bandara Udara * 3 2,7 0,02
dan pergi/hari Noerbambang dan Takeo Morimura

20 Restoran 15 13,5 Liter/kursi/hari 0,11 SNI 03-7065-2005

21 Gedung Pertunjukan 10 9 Liter/kursi/hari 0,08 SNI 03-7065-2005

22 Gedung Bioskop 10 9 Liter/kursi/hari 0,08 SNI 03-7065-2005

Hotel Melatis/d
23 150 120 Liter/tempat tidur/hari 1,00 SNI 03-7065-2005
Bintang 2

Hotel Bintang 3 ke
24 250 200 Liter/tempat tidur/hari 1,67 SNI 03-7065-2005
atas

Liter/orang/hari
25 Gedung Peribadatan 5 4,5 (belum dengan air 0,04 SNI 03-7065-2005
wudhu)

112
Liter/jmlh. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M.
Perpustakaan 25 22,5 0,19
pengunjung/hari Noerbambang dan Takeo Morimura(*

Liter/jmlh.
Bar 30 24 0,20 *idem
pengunjung/hari

Liter/jmlh.
Perkumpulan Sosial 30 27 0,23 *idem
pengunjung/hari

Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M.


27. Klab Malam 235 188 Liter/kursi/hari 1,57
Noerbambang dan Takeo Morimura
Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M.
28. Gedung Pertemuan 25 20 Liter/kursi/hari 0,17
Noerbambang dan Takeo Morimura
Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M.
29. Laboratorium 150 120 Liter/staf/hari 1,00
Noerbambang dan Takeo Morimura
Pasar
Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M.
30. Tradisional / 40 36 Liter/kios/hari 0,30
Noerbambang dan Takeo Morimura
Modern
Keterangan :
* Untuk pelayanan publik
- Perhitungan menggunakan pendekatan PE hanya dipakai apabila tidak ada data aktual jumlah pemakaian air bersih per hari.
Sumber: Said, 2005

113
114
Tabel 2.7
Rata-Rata Air Limbah dari Daerah Permukiman

Sumber Unit Jumlah Aliran (l/unit/hari)

Kisaran Rata-Rata

Apartemen Org 200-300 260

Hotel (Penghuni tetap) Org 150-220 190

Rumah Org 190-350 280

Rumah Menengah Org 250-400 310

Rumah Mewah Org 300-550 380

Rumah Agak Modern Org 100-250 200

Rumah Pondok Org 10-240 190

Rumah Gandengan Org 120-200 150

Tabel 2.8
Rata-Rata Air Limbah dari Daerah Perdagangan
Jumlah Aliran
(l/unit/hari)
Sumber Unit
Rata-
Kisaran
Rata
Kendaraan 30-50 40
Pusat Perbaikan Kendaraan
Pekerja 35-60 50
Langganan 5-20 8
Bar
Pekerja 40-60 50
Tamu 150-220 190
Hotel
Pekerja 30-50 40
Gedung Perusahaan Pekerja 35-65 55

115
Mesin 1.800-2.600 2.200
Tempat Pencucian
Pakaian 180-200 190
Motel (dengan dapur) Orang 90-150 120
Kantor Pekerja 30-65 55
Rumah Makan Pengunjung 8-15 10
Rumah Sewa Penghuni 90-190 150
Pekerja 30-50 40
Toko
Kamar Mandi 1.600-2.400 2.000
Pekerja 30-50 40
Pusat Perbelanjaan
Parkir 2-8 4
Sumber: Metcalf and Eddy (1979)

b. Aktivitas Industri

Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan


baku yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain: nitrogen, sulfida,
amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan
sebagainya.

Zat-zat yang terkandung juga sangat dipengaruhi oleh jenis industri yang ada
seperti industri pertambangan menghasilkan logam berat, industri farmasi tertunya
menghasilkan polutan organik dengan konsentrasi yang cukup tinggi.

Tabel 2.9
Rata-Rata Pengguanaan Air Limbah Berbagai Jenis Industri
Jenis Indsutri Rata-rata aliran (m3)

Industri Kalengan
1) Sayuran Hijau 50-70
2) Buah-buahan 15-20
3) Buah dan Sayur, dll. 4-35

116
Industri bahan kimia:
1) Amoniak 100-130
2) Karbondioksida 60-90
3) Bensin 7-30
4) Laktosa 600-800
5) Sulfur 8-10

Makanan dan Minuman


1) Bir 10-16
2) Roti 2-4
3) Pengepakan daging 15-20
4) Produksi susu 10-20
5) Minuman keras 60-80

Bubur kayu dan kertas


1) Bubur kayu 250-800
2) Bubur kertas 120-160

Tekstil:
1) Pengelantangan 200-300
2) Pencelupan 30-60

Sumber: Metcalf dan Eddy, 1979

Sebagian besar industri membuang limbahanya ke perairan sungai tanpa


diolah terlebih dahulu. Untuk mengendalikan pencemaran, pemerintah
mengeluarkan regulasi tentang perlunya mengolah limbah sebelum membuangnya
ke lingkungan selain itu pengolahan dilakukan untuk memenuhi baku mutu air
limbah sesuai bada air penerimanya. Akan tetapi, limbah cair yang telah diolah
masih mengandung zat-zat yang berbahaya seperti merkuri, timbal, krom,
tembaga, seng, dan nikel. Oleh karena itu, pengolahan jenis air limbah dengan
tepat ini sangat diperlukan, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan yng
selanjutnya akan berdampak pada kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

c. Aktivitas Pertanian dan Peternakan

117
Air limbah pertanian banyak mengandung senyawa nutrien yang berasal dari
sisa-sisa pupuk serta banyak mengadung senyawa pestisida. Senyawa nutrien
yakni nitrogen dan phospor dapat menyebabkan eutrophikasi. Sisa-sisa makanan
dan kotoran ikan dari perikanan juga dapat menimbulkan masalah di dalam
perairan.

Kemudian, air limbah peternakan atau potong hewan juga sangat potensial
mencemari lingkungan, karena mengandung polutan organik yang cukup tinggi.
Beberapa jenis peternakan yang banyak dijumpai antara lain peternakan dan
rumah potong sapi, ayam dan babi.

d. Aktivitas Kesehatan

Limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan
limbah rumah sakit dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu sampah atau limbah
klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Selain sampah klinis, dari kegiatan
penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut
juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari
kantor/administrasi kertas, unit pelayanan ( berupa karton, kaleng, botol ), sampah
dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa
makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan
rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.
Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil
proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi limbah domestik cair (buangan
kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian), limbah cair klinis (air bekas
cucian luka, cucian darah), air limbah laboratorium, dll. Air limbah rumah sakit
yang berasal dari buangan domistik maupun buangan limbah cair klinis umumnya
mengadung senyawa pulutan organik yang cukup tinggi, dan dapat diolah dengan
proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air limbah rumah sakit yang
berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat yang mana
bila air limbah tersebut dialirkan ke dalam proses pengolahan secara biologis,
logam berat tersebut dapat menggagu proses pengolahannya.

118
Oleh karena itu untuk pengelolaan air limbah rumah sakit, maka air limbah
yang berasal dari laboratorium dipisahkan dan ditampung, kemudian diolah secara
kimia-fisika. Selanjutnya air olahannya dialirkan bersama-sama dengan air limbah
yang lain, dan selanjutnya diolah dengan proses pengolahan secara biologis.

 Aktifitas Alam

Hujan merupakan aktivitas alam yang menghasilkan limbah cair disebut air
larian (strom water runoff). Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan
merembes di dalam tanah (+30%) dan sebagian besar lainnya (+70%) akan
mengalir ke permukaan tanah menuju sungai, telaga, atau tempat lain yang lebih
rendah. air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah akan menjadi air
permukaan (surface water) yang dapat masuk ke saluraan limbah cair rumah
tangga (sanitary) yang retak atau sambungannya kurang sempurna, sebagai air
luapan (inflow). Air larian yang jumlahnya berlebihan sebagai akibat dari hujan
yang turun dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan saluran air hujan (storm sewer) teraliri dalam jumlah yang melebihi
kapasitas, dan dapat menyebabkan terjadinya banjir. Atas dasar hal diatas, maka
air hujan dan rembesan perlu perhatian penting dalam perencanaan saluran limbah
cair, agar dapat dihindari hal-hal ynag tidak diinginkan dari adanya air hujan, baik
bagi lingkungan maupun bagi kesehatan. (Asmadi & Suharno, 2012)

2.23 Kuantitas Air Limbah

Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari kandungan


pencemarnya. Limbah yang dihasilkan dari proses kegiatan manusia berbeda satu
dengan yang lain, masing-masing memiliki karakteristik tersendiri pula.
Karakteristik ini diketahui berdasarkan parameternya. Apabila limbah masuk ke
dalam lingkungan, ada beberapa kemungkinan yang ditimbulkan. Kemungkinan
pertama, lingkungan tidak mendapat pengaruh yang berarti; kedua, ada pengaruh
perubahan tapi tidak menyebabkan pencemaran; ketiga, memberi perubahan dan
menimbulkan pencemaran.

119
Limbah tidak memberi pengaruh terhadap lingkungan karena volume limbah
kecil dan parameter pencemar yang terdapat di dalamnya sedikit dengan
konsentrasi kecil. Karena itu andaikata masuk pun dalam lingkungan ternyata
lingkungan mampu menetralisasinya. Konsentrasi kandungan bahan yang terdapat
dalam limbah barangkali dapat diabaikan karena kecilnya. Ada berbagai
parameter pencemar yang menimbulkan perubahan kualitas lingkungan namun
tidak menimbulkan pencemaran,Artinya : lingkungan itu memberikan toleransi
terhadap perubahan serta tidak menimbulkan dampak negatif.

Menurut A. K. Haghi, 2011 kualitas limbah dipengaruhi oleh beberapa faktor.


Faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah sebagai berikut:

1. Volume limbah, banyak sedikitnya limbah memengaruhi kualitas limbah. Jika


limbah di lingkungan terdapat dalam jumlah banyak, limbah tersebut
berbahaya. Akan tetapi, jika jumlahnya sedikit maka limbah tidak akan
membahayakan.
2. Kandungan bahan pencemar, kualitas limbah dipengaruhi oleh kandungan
bahan pencemar. Limbah dikategorikan berbahaya jika mengandung
pencemar berbahaya contoh logam berat. Jika limbah tidak mengandung
bahan pencemar berbahaya, berarti limbah tersebut tidak membahayakan.
3. Frekuensi pembuangan limbah, pembuangan limbah dengan frekuensi yang
tinggi akan menimbulkan masalah. Jika pembuanganlimbah dilakukan
dengan frekuensi yang rendah maka limbah tidak akan membahayakan.

(Pengelolaan limbah cair: Ir. Henny Gambiro, M.Si) Faktor yang


mempengaruhi penggunaan limbah, antara lain :

a. Jumlah air bersih yang dibutuhkan perkapita akan mempengaruhi jumlah


limbah yang dibuang, pada umumnya besarnya limbah ditentukan berkisar
60-70% dari banyaknya air bersih yang dibutuhkan. (Sugiarto, 1987)
b. Keadaan masyarakat dan lingkungan suatu daerah akan mempengaruhi
besaran air limbah yang dibuang. Hal tersebut dapat dibedakan berdasarkan

120
tingkat perkembangan suatu daerah, pola hidup masyarakat, serta
ketersediaan air dalam suatu daerah.
c. Keserempakan pembuangan air limbah tidak sama antara sumber yang satu
dengan sumber yang lainnya. Tetapi, untuk wilayah Indonesia biasanya
besaran yang digunakan untuk limbah domestik adalah 100-150 lt/org/hari
dan untuk limbah industri besaran yang digunakan adalah 50m3/hari (50.000
l/hari). meskipun besaran ini bisa jadi lebih banyak maupun lebih sedikit jika
melihat data di lapangan karena terdapat beragam aktivitas dalam tiap tiap
industri yang ada.
d. Air limbah yang akan masuk pipa harus digelontor air bersih yang banyaknya
sama atau lebih dari limbahnya, yang dimaksudkan agar aliran dalam pipa
dapat selalu lancar karena sedimentasi yang terjadi dapat dihilangkan pada
saat penggelontoran, dan dengan penggelontoran, maka kepekatan air limbah
akan berkurang
e. untuk menghitung debit air limbah domestik dapat dilakukan melalui 2 cara,
yaitu dengan perhitungan yang berdasarkan pada debit air limbah domestik
per kapita sebesar 150 liter/orang/hari, atau dengan perhitungan yang
berdasarkan debit air bersih rata-rata, yaitu 1 liter/detik/1000 orang.

2.24 Karakteristik Air Limbah

Penyebab utama pencemaran air adalah pembuangan limbah cair yang


mengandung zat pencemar. Limbah yang turut andil dalam pencemaran air secara
umum dikelompokkan menjadi limbah domestik, industri dan pertanian. Limbah
domestik (sewage) merupakan larutan yang kompleks terdiri dari air (biasanya
diatas 99%) dan zat organik serta anorganik, baik berupa padatan terlarut maupun
yang mengendap.

Pencemaran air berhubungan dengan masalah limbah yang tergantung pada


sifat-sifat kontaminan yang memerlukan oksigen, memacu pertumbuhan algae,
penyakit dan zat toksik. Pencemaran terhadap sumber daya air dapat terjadi secara

121
langsung dari saluran pembuangan (sewer) atau buangan industri (point sources)
atau secara tidak langsung melalui pencemaran air dan limpasan dari daerah
pertanian dan perkotaan (nonpoint sources)

Guna mengetahui lebih luas tentang air limbah, perlu juga diketahui juga
secara detail mengenai kandungan yang ada dalam air limbah serta
karakteristiknya. Karakteristik air limbah dibedakan menjadi tiga bagian besar
yaitu :

A. Karakteristik Fisik

Terkait dengan estetika karena sifat fisiknya yang mudah terlihat dan dapat
diidentifikasi secara langsung. Karakteristik limbah cair meliputi :

 Padatan total (total solid)

Padatan total adalah pendataan yang tersisa dari penguapan sampel limbah
cair pada tempratur 103-05℃. Menurut sugiharto (1997) bahan padat total terdiri
dari bahan padat tak terlarut atau bahan padat terapung serta senyawa-senyawa
yang terlarut dalam air (zat padat yang lolos filter kertas) dan bahan tersuspensi
(zat yang tidak lolos saringan filter).

 Bau

Bau merupakan petunjuk adanya pembusukan air limbah. Penyebab adanya


bau pada air limbah karena adanya bahan volatile, gas terlarut dan gas samping
dari pembusukan bahan organik. Bau yang dihasilkan oleh air limbah pada
umumnya berupa gas yang dihasilkan dari peruraian zat organik yang terkandung
dalam air limbah, seperti hidrogen sulfida (H2S). Limbah cair industri berpotensi
mengandung senyawa berbau ataupun senyawa yang potensial menghasilkan bau
selama proses pengelolaan limbah cair. Efek dari timbulnya bau antara lain, dalam
konsentrasi rendah bagi kehidupan dapat menimbulkan psikologis yaitu setres.
Dalam paparan yang berkelanjutan dapat menyebabkan berkurangnya nafsu
makan, rendahnya komsumsi air, melemahkan pernafasan, rasa mual dan muntah
dan gangguan mental (tchobanoglous, 1991) senyawa yang menghasilkan bau
meliputi beberapa senyawa seperti berikut.

122
Tabel 2.10
Senyawa yang menghasilkan bau dalam air limbah
Senyawa Kimia Rumus kimia Kualitas bau

Amina CH3NH2, (CH3)3H Berbau amis, anyir

Ammonia NH3 Bau ammonia

Diamin NH2 (CH2)4NH2, Daging busuk


NH2(CH2)5NH2

Hidrogen sulfida H2S Telur busuk

(methyl, ethy) CH3 SH, CH3 (CH2)SH Kubis busuk

(buthyl, crothyl) (CH3)3CSH, CH3 Binatang busuk


(CH2)3SH

Organik Sulfida (CH2)2S, (C6H5)2S Kubis busuk

Skatole C9H9N Bahan Fecal (tinja)

Sumber : mitrajasa.lingkungan@gmail.com

 Temperatur

Temperatur melakukan salah satu parameter yang penting dalam air.


Temperatur dalam air dapat menentukan besarnya kehadiran species biologis dan
tingkat aktivitasnya. Pada temperatur yang rendah aktivitas biologi seperti
pertumbuhan dan reproduksi akan menjadi lebih lambat. Sebaiknya jika suhu
meningkat aktivitas biologi juga akan meningkat. Suhu air limbah biasanya akan
lebih tinggi dari pada air bersih. Suhu air limbah dipengaruhi oleh kondisi udara
disekitarnya, air panas yang dibuang dari sisa pendinginan mesin pada industri
ataupun dari rumh tangga. Pengukuran suhu sangat penting karena banyak
instalassi pengelolahan air limbah meliputi pengelolahan-pengelolahan biologis
yang tergantung pada suhu. Suhu air limbah biasanya berkisar sekitar 13-24℃
(sugiharto dalam Asmadi dan Suharno, 2012)

 Kepadatan (density)

123
Kepadatan limbah cair didefinisikan sebagai massa volume, densitas
merupakan karakteristik penting dalam limbah cair karena dapat memberikan
informasi tingkat densitas air limbah dalam bak sedimentasi maupun unit lain
dalam Instansi Pengolahan Air Limbah (IPAL). (tchobanoglous dalam Asmadi
dan Suharno, 2012).
 Warna
Air murni tidak berwarna tetapi sering kali diwarnai oleh bahan asing. Warna
yang disebabkan oleh padatan terlarut yang masih ada setelah penghilangan
partikel suspended disebut warna sejati. Karakteristik yang mencolok pada air
limbah adalah berwarna yang umumnya disebabkan oleh zat organik dan algae.
 Kekeruhan
Kekeruhan pada dasarnya disebabkan oleh adanya koloid, zat organik, jasad
renik, lumpur, tanah liat, dan benda terapung yang tidak mengendap dengan
segera. (Mahida dalam Asmadi dan Suharno, 2012).
Kekeruhan yang terdapat pada air buangan disebabkan oleh berbagai macam
suspended solid yang ada.

B. Karakteristik Kimia
Kandungan bahan kimia dalam air lombah dapat merugikan lingkungan,
bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam sungai serta akan
menimbukan rasa dan bau tidak sedap pada pengolahan air bersih. Bahan yang
beracun dapat menyebabkan rantai makanan dan akan mempengaruhi kesehatan
masyrakat. Nutrien dapat menyebabkan eutrofikasi pada danau. Untuk itu perlu
diketahui kandungan zat kimia apa saja yanng terdapat di dalam limbah cair suatu
industri. Secara umum karakteristik kimia limbah cair dibedakan menjadi zat
organik dan zat anorganik. (tchobanoglous dalam Asmadi dan Suharno, 2012)
1) Zat organik
Air limbah mengandung lebih kurang 70% suspended solid (SS) dari padatan
yang dapat disaring dalam bentuk zat organik. Senyawa organik biasanya terdiri
dari karbon, hidrogen, oksigen, serta nitrogen. (tchobanoglous dalam Asmadi dan
Suharno, 2012). Beberapa bentuk senyawa organik dalam limbah antara lain :

124
 Protein
Protein adalah senyawa kimia yang komplek dan tidak stabil. Sebagian
protein larut dalam air dan sebagian lainnya tidak.seluruh protein mengandung
karbon, yang biasanya adalah kandungan bahan organik. Protein merupakan
penyebab utama terjadinya bau karena adanya proses pembusukan dan
penguraiannya. (sugiharto dalam Asmadi dan Suharno, 2012)
 Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak adalah komponen penting dalam makanan dan biasanya
terdapat dalam air limbah. Lemak merupakan senyawa organik yang stabil dalam
air dan tidak mudah diuraikan oleh mikroba. Minyak jika terdapat dalam limbah
cair, akan merugikan karena dapat menghambat aktivitas biologi mikroba untuk
pengolahan limbah cair (tchobanoglous dalam Asmadi dan Suharno, 2012). Selain
itu minyak dan lemak dapat merusak sistem perpipaan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL).
 Karbohidrat
Karbohidrat terdapat dala alam dalam secara bebas dalam bentuk pati,
selulosa dan serat kayu, yang semuanya dapat berada dalam air limbah.
Karbohidrat mengandung karbon, hidrogen dan oksigen. Umumnya karbohidrat
terdiri dari enam atom karbon atau kelipatan di dalam molekul-molekulnya.
Beberapa karbohidrat seperti gula, larut dalam air. Sedangkan pati tidak larut
dalam air meskipun cenderung stabil dapat diubah dalam bentuk gula oleh
aktivitas mikroba (tchobanoglous dalam Asmadi dan Suharno, 2012)
 Pestisida
Pestisida termasuk diantaranya insektisida dan herbisida telah banyak
digunakan pada saat ini baik pada perkotaan maupun pertanian. Penggunaan yang
salah dapat menyebabkan kontaminasi pada aliran air. Banyak dari pestisida ini
bersifat toksik dan akan terakumulasi sehingga manyebabkan permasalahan
tingkat rantai makanan yang tertinggi.
 Deterjen atau surfaktat
Detergen adalah golongan dari molekul organik yang dipergunakan sebagai
pengganti sabun untuk pembersih agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Dalam

125
air zat ini menimbulkan buih dan selama proses aerasi buih tersebut berada di atas
permukaan gelembung udara sifatnya relatif tetap. (sugiharto dalam Asmadi dan
Suharno, 2012).
Surfaktat menyebabkan timbulnya busa (foam) yang stabil dan biasanya
terdapat dalam deterjen sintetik. (tchobanoglous dalam Asmadi dan Suharno,
2012).
Kandungan zat organik di dalam limbah cair harus ditentukan baik secara
kualitas maupun kuantitas. Pengukuran kandungan zat organik dapat dilakukan
dalam bentuk pengukuran antara lain :
9.1. Kebutuhan Oksigen kimiawi/ chemical oxygen deman (COD)
COD adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui zat organik dan
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi materi organik dengan
oksidasi secara kimia (Qasyim dalam Asmadi dan Suharno, 2012). Nilai COD
dalam air limbah biasanya lebih tinggi dari pada nilai BOD karena lebih banyak
zat kimia dibandingkan oksidasi biologis. Semakin tinggi nilai CODdalam air
limbah mengidentifikasikan bahwa derajat pencemaran pada suatu perairan makin
tinggi pula. Untuk berbagai tipe air limbah, COD dapat dihubungkan dengan
BOD, mengingat tes COD hanya membutuhkan waktu tiga jam sehingga
merupakan keuntungan bagi instalasi pengolahan jika melakukan tes COD
dibandingkan dengan tes BOD yang membutuhkan waktu lima hari untuk
mendapatkan hasilnya. (tchobanoglous dalam Asmadi dan Suharno, 2012).
Misalnya Kalium dikromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang
terdapat di dalam air (Fardiaz, 1992). Tes COD hanya merupakan suatu analisa
yang menggunakan suatu reaksi oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis,
sehingga merupakan suatu pendekatan saja. Oleh karena itu tes COD tidak dapat
membedakan antara zat-zat yang teroksidasi secara biologis (Alaerts dan Santika,
1987). COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi
dari uji BOD5 karena bahan-bahan yang stabil terhadap rekasi biologi dan
mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD , seperti selulosa (Fardiaz,
1992).
Analisa COD dengan BOD5 dapat ditetapkan seperti berikut ini:

126
Tabel 2.11
Perbandingan Rata-rata Angka BOD5/COD untuk beberapa Jenis Air

Jenis Air BOD5/COD

Air buangan domestik penduduk 0,4 – 0,60

Air buangan domestik setelah pengendapan primer 0,6

Air buangan domestik setelah pengolahan secara biologis 0,2

Air sungai 0,1

Sumber : Alaerts dan Santika (1987)


Pengukuran BOD5 dan COD saling melengkapi, apabila sampel BOD 5
mengandung zat racun maka pertumbuhan bakteri berkurang sehingga nilai
BOD5–nya rendah. Nilai COD tidak tergantung pertumbuhan bakteri.

9.2. Kebutuhan oksigen biologi / biochemical oxygen demand (BOD)


BOD didefinisikan sebagai jumlah oksigen yang diperlukan oleh populasi
mikroorganisme yang berada dalam kondisi anaerob untuk menstabilkan materi
organik. (Qasyim dalam Asmadi dan Suharno, 2012). Semakin besar angka BOD
menunjukkan derajat pengolahan air limbah semakin besar (Sugiharto dalam
Asmadi dan Suharno, 2012)

Adanya bahan organik dalam air buangan limbah, akan merangsang


pertumbuhan mikroorganisme perairan dan dengan kehadiran material organik
dalam jumlah besar menimbulkan bertambahnya jumlah populasi mikroorganisme
perairan (Mutiara, 1999).

Jika limbah organik yang dilepaskan ke perairan semakin banyak, nilai BOD 5
akan semakin meningkat pula. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya
kandungan oksigen terlarut dalam air, sehingga terjadi defisiensi oksigen. Jika
BOD5 dan laju dioksidasi melampaui laju reoksidasi, terjadi defisiensi oksigen
yang berkepanjangan. Jika hal ini dibiarkan terus terjadi kerusakan ekosistem
perairan karena oksigen terlarut kecil, sehingga tidak dapat mendukung kehidupan

127
organisme akuatik yang ada didalamnya. Sebaliknya, jika tidak ada tambahan
limbah organik lagi, limbah yang ada akan teroksidasi sempurna secara bertahap
(Dix, 1981).

Parameter yang paling umum digunakan untuk pengukuran zat organik


didalam limbah cair adalah BOD5 yaitu pengukuran oksigen terlarut (Dissolved
oxygen atau DO)yang digunakan mikroorganisme untuk oksidasi biokimia zat
organik membutuhkan waktu lima hari. Dimana hasil tes BOD digunakan untuk :
a. menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk stabilisasi biologi dari zat
organik yang ada.
b. Menentukan ukuran fasilitas pengolahan air limbah.
c. Menyesuaikan dengan baku mutu efluen air limbah (tchobanoglous dalam
Asmadi dan Suharno, 2012).

2) Zat Anorganik
(Sugiharto dalam Asmadi dan Suharno, 2012), parameter limbah cair yang
tergolong dalam zat anorganik antara lain sebagai berikut :
a. pH
kadar pH yang baik adalah kadar pH dimana masih memungkinkan
kehidupan biologis di dalam air berjalan baik. pH yang baik untuk air limbah
adalah netral (pH 7).
b. Alkalinitas
Alkalinitas atau kebebasan air limbah disebabkan oleh adanya hidrosida,
karbonat dan bikarbonat seperti kalsium, magnesium, atau kalium.
c. Logam
Logam seperti nikel (Ni), Mg, Fe meskipun dalam konsentrasi yang rendah
dibutuhkan oleh mikroorganisme tetapi dengan kadar yang berlebih dapat
membahayakan kehidupan mikroorganisme. Adanya polutan-polutan berupa
logam berat Pb,Cd,Hg, dan logam lainnya dalam konsentrasi yang melebihi
ambang batas dalam air limbah dapat membahayakan bagi makhluk hidup.
d. Gas
Gas yang sering muncul dalam air limbah yang tidak diolah antara lain :

128
Nitrogen, CO2, H2S, NH3, dan CH4. Gas-gas ini berasal dari hasil dekomposisi
zar organik dalam air limbah (tchobanoglous dalam Asmadi dan Suharno,
2012).

9.3. Karakteristik Biologis


Air limbah biasanya mengandung mikroorganisme yang memiliki peranan
penting dalam pengelolaan air limbah secara biologis, tetapi ada juga
mikroorganisme yang membahayakan bagi kehidupan. Mikroorganisme tersebut
antara lain bakteri, jamur, protozoa, dan alga (Qasyim dalam Asmadi dan
Suharno, 2012).
1. Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal biasanya tidak berwarna,
memiliki berbagai bentuk seperti batang, bulat dan spiral. Bakteri escherichia
coli merupakan bakteri yang dapat dijadikan indikator polusi buangan
manusia (Tchobanoglous dalam Asmadi dan Suharno, 2012)

Bakteri adalah organisme kecil bersel satu dimana benda-benda organik


menembus sel dan dipergunakan sebagai makanan. Apabila jumlah makan
dan gizi berlebihan, maka bakteri akan cepat berkembang biak sampai sumber
makanan tersebut habis. Bakteri dijumpai di air, tanah, serta udara yang
dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, konsentrasi oksigen, dan pH (Sugiharto,
1987).
Sel berisikan cairan dari banyak mineral seperti gula, garam, vitamin, asam
amino dan koenzim dan banyak partikel sebagai perlengkapan sel. Daerah inti
dari sel terdiri dari DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) sebagai pembentuk
genetik dari sel. Autotropik bakteri menggunakan CO2, sebagai sumber zat
karbon, sedangkan heterotropik bakteri menggunakan bahan organik sebagai
sumber karbonnya. Pada banyak bakteri dapat menggunakan energi yang
berasal dari reaksi kimia dengan sinar matahari. Bakteri aerob memerlukan
O2 yang terlarut di dalam air/air limbah sebagai usaha untuk mengoksidasi
bahan organik, sedangkan yang tidak memerlukan O2 untuk proses tersebut
dikenal sebagai bakteri anaerob.

129
Bakteri diperlukan untuk menguraikan bahan organik yang ada di dalam air
limbah. Oleh karena itu, diperlukan jumlah bakteri yang cukup untuk
menguraikan bahan-bahan tersebut. Bakteri itu sendiri akan berkembang biak
apabila jumlah makanan yang terkandung di dalamnya cukup tersedia,
sehingga pertumbuhan bakteri dapat dipertahankan secara konstan. Pada
permulaannya bakteri berkembang secara konstan dan agak lambat
pertumbuhannya karena adanya suasana baru pada air limbah, keadaan ini
dikenal sebagai lag phase. Setelah berapa jam berjalan, maka bakteri mulai
tumbuh berlipat ganda dan fase ini dikenal sebagai fase akselerasi
(acceleration phase). Setelah tahap ini berakhir maka terdapat bakteri yang
tetap dan bakteri yang terus meningkat jumlahnya. Pertumbuhan yang dengan
cepat setelah fase kedua ini disebut sebagai log phase. Selama log phase
diperlukan banyak persediaan makanan, sehingga pada suatu saat terdapat
pertemuan antara pertumbuhan bakteri yang meningkat dan penurunan
jumlah makanan yang terkandung di dalamnya. Apabila tahap ini berjalan
terus, maka akan terjadi keadaan dimana jumlah bakteri dan makanan tidak
seimbang dan keadaan ini disebut sebagai declining growth phase. Pada
akhirnya makanan akan habis dan kematian bakteri akan terus meningkat
sehingga tercapai suatu keadaan dimana jumlah bakteri yang mati dan
tumbuh mulai berkembang yang dikenal sebagai stationary phase (Manahan,
1994).
2. Jamur
Jamur dapat memecah materi organik, tidak memerlukan fotosintetis, tumbuh
pada daerah lembah dengan pH rendah. (Sugianto dalam Asmadi dan
Suharno, 2012).

3. Alga
Alga dapat memberikan gangguan pada air, seperti timbulnya bau dan rasa
yang tidak diinginkan. Alga berbeda dengan bakteri dan jamur pada
kemampuannya dalam mengadakan fotosintesis, pemanfaatan oksigen pada
pertumbuhannya. Alga diklasifikasikan melalui pigmen warna yang ada,
biasanya bening, hijau, motile green, kuning hijau, coklat emas dan abu-abu

130
hijau. Melalui autotropik alga dirangsang untuk meningkatkan tingkat gizinya
seperti nitrogen dan fosfor dalam air. Alga sangat mudah untuk dibedakan
karena ukurannya yang relatif besar dan bisa mencapai beberapa ratus kaki
panjangnya. Beberapa tipe uniseluler adalah tidak beraturan, akan tetapi
umumnya mempunyai ciri khas, sehingga bermanfaat pada kolam oksidasi
dapat memberikan gangguan pada pengolahan air bersih seperti dengan
menimbulkannya rasa dan bau yang tidak diinginkan (Sugiharto, 1987).

2.25 Sistem Pengumpulan Air Limbah


Pengolahan limbah atau pembenahan air limbah, pada dasarnya adalah
membuang zat pencemar yang terdapat dalam air atau berubah bentuknya
sehingga menjadi tidak berbahaya lagi bagi kehidupan organisme. Pembuangan
tersebut menggunakan media pengumpulan yang tergantung dari sifat dan volume
limbah serta kegunaannya setelah dibuang, yang dimanfaatkan untuk
perekonomian air daerah tersebut (Mahida, 1993).

2.26 Bangunan Pengumpul


Pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan
bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya dilakukan
dengan bantuan kolam dan untuk buatan dengan menggunakan Instansi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Selain itu terdapat juga pengelolaan excreta banyak terkandung dalam air
limbah rumah tangga. Excreta banyak mengandung bakteri patogen penyebab
penyakit. Jika tidak dikelola dengan baik, excreta dapat menimbulkan berbagai
jenis penyakit. Pengelolaan excreta dapat dilakukan dengan menampung dan
mengolahnya pada jamban atau septic tank yang ada di sekitar tempat tinggal,
dialirkan ke tempat pengelolaan, atau dilakukan secara kolektif. Untuk mencegah
meresapnya air limbah excreta ke sumur atau resapan air, jamban yang kita buat
harus sehat. Syaratnya, tidak mengotori permukaan tanah, permukaan air dan air
tanah di sekitarnya, tidak menimbulkan bau, sederhana, jauh dari jangkauan

131
serangga (lalat, nyamuk, atau kecoa), murah, dan diterima oleh pemakainya.
Pengelolaan excreta dalam septic tank dapat diolah secara anaerobik menjadi
biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber gas untuk rumah tangga. Selain
itu, pengelolaan excreta dengan tepat akan menjauhkan kita dari penyakit bawaan
air.
Berikut akan dijelaskan lebih lanjut tentang pengelolaan air limbah alami dan
buatan:
a. Kolam stabilisasi limbah
Pengolahan air limbah secara alamiah dapat dilakukan dengan pembuatan
kolam stabilisasi. Dalam kolam stabilisasi, air limbah diolah secara alamiah untuk
menetralisasi zat-zat pencemar sebelum air limbah dialirkan ke sungai. Kolam
stabilisasi yang umum digunakan adalah kolam anaerobik, kolam fakultatif
(pengolahan air limbah yang tercemar bahan organik pekat), dan kolam maturasi
(pemusnahan mikroorganisme patogen). Karena biaya yang dibutuhkan murah,
cara ini direkomendasikan untuk daerah tropis dan sedang berkembang.
Kolam stabilisasi limbah adalah kolam yang digunakan untuk memperbaiki
kualitas air limbah. Kolam ini mengandalkan proses-proses alamiah untuk
mengolah air limbah; yaitu dengan memanfaatkan keberadaan bakteri, alga, dan
zooplankton untuk mereduksi bahan pencemar organik yang terkandung dalam air
limbah. Selain mereduksi kandungan bahan organik, kolam stabilisasi limbah juga
mampu mengurangi kandungan berbagai jenis mikroorganisme penyebab
penyakit (microorganism causing disease). Kolam stabilisasi limbah umumnya
terdiri dari tiga jenis kolam, yaitu kolam anaerobik, fakultatif, dan maturasi
(aerobik) (Lani Puspita et al., 2005).

Dalam istilah teknis pengolahan air limbah, selain kolam stabilisasi limbah
dikenal juga istilah laguna limbah. Pembeda keduanya adalah keberadaan aerator;
pada laguna limbah aerator digunakan untuk membantu aerasi kolam, sedangkan
pada kolam tidak. Yang menjadi ciri khas kolam dan laguna limbah adalah
dasarnya yang berupa tanah, ukurannya yang luas, kedalamannya yang relatif
dangkal, dan waktu retensi air limbahnya yang relatif lama (Suryadiputra, 1994;
Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005).

132
Fungsi kolam limbah ditujukan sebagai wadah untuk memperbaiki kualitas
air limbah agar mutu hasil olahannya memenuhi baku mutu air yang telah
ditetapkan dan tidak mencemari badan air penerima.

Kolam limbah dapat mengolah berbagai jenis limbah, baik limbah


pemukiman, perkotaan, industri, maupun pertanian. Kandungan bahan pencemar
yang terdapat dalam air limbah (jenis dan konsentrasi bahan pencemar) akan
sangat menentukan tingkat teknologi pengolahan yang harus diterapkan pada
kolam limbah. Air limbah yang dihasilkan oleh industri umumnya memerlukan
pengolahan yang lebih rumit dibandingkan air limbah yang dihasilkan oleh
pemukiman, perkotaan, dan pertanian. Oleh sebab itu pada kolam-kolam limbah
yang digunakan untuk mengolah air limbah industri biasanya dilengkapi berbagai
peralatan penunjang seperti: pengatur debit air, screener (penyaring bahan padat),
dan aerator dengan desain tertentu; selain itu pengolahan air limbah industri juga
biasanya memerlukan tambahan bahan-bahan kimia (seperti koagulan dan
flokulan) untuk membantu proses pengolahan. Dalam hal ini pembahasan hanya
dibatasi pada kolam limbah sederhana yang biasa digunakan untuk mengolah air
limbah pemukiman, perkotaan, dan pertanian; kolam limbah seperti ini disebut
juga kolam stabilisasi limbah (Daur: Informasi Lingkungan Kota dan Industri,
Vol.2 No.1 Agustus 2001, Lani Puspita et al., 2005).

Kolam stabilisasi limbah dan juga laguna limbah pada dasarnya berfungsi
untuk memperbaiki kualitas air limbah agar mutu hasil olahannya memenuhi baku
mutu yang telah ditetapkan dan tidak mencemari badan air penerima. Kolam
stabilisasi limbah sampai saat ini diyakini sebagai cara paling ekonomis untuk
mengolah air limbah. Kolam stabilisasi limbah ini sangat cocok diterapkan pada
negara berkembang (terutama daerah tropis yang iklimnya hangat), karena
pengoperasian kolam ini tidak membutuhkan biaya investasi dan biaya
pengoperasian yang tinggi, serta tidak memerlukan tenaga operator khusus untuk
mengoperasikannya.

Selain itu ketersediaan tanah yang relatif luas dan harga tanah yang tidak
terlalu mahal di negara-negara berkembang (dibandingkan dengan harga instalasi

133
pengolahan limbah modern) juga menyebabkan kolam ini cocok dikembangkan di
negara berkembang.
Reaksi-reaksi biologi yang terjadi di dalam kolam stabilisasi meliputi:
a. Oksidasi materi organik oleh bakteri aerob.
b. Nitrifikasi protein dan materi nitrogen yang lain oleh bakteri aerob.
c. Reduksi material organik oleh bakteri anorganik yang terdapat di dalam
cairan pada dasar endapan (Gloyna, 1971).

Air olahan dari kolam stabilisasi limbah ini pada tahap selanjutnya dapat
dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian. Air olahan ini sangat baik bagi
keperluan irigasi karena didalamnya terkandung nitrogen, fosfor, dan natrium
yang bermanfaat sebagai nutrien bagi tanaman. Endapan tanah organik yang
terkumpul di bagian dasar kolam juga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki
kualitas tanah pertanian. Selain itu biogas yang dihasilkan pada kolam anaerobik
juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi (Varón, 2003; Ramadan and
Ponce, 2004; Harrison, 2004; Lani Puspita et al., 2005).

Hal pertama yang harus dilakukan dalam pembangunan kolam stabilisasi


limbah adalah pemilihan lokasi. Pembangunan kolam stabilisasi limbah harus
dilakukan pada daerah yang paras air tanahnya dan jenis tanahnya impermeable
(porositas tanah rendah). Lempung dan liat merupakan jenis tanah ideal bagi
pembangunan kolam. Tanah berpasir, berkerikil dan atau berbatu merupakan jenis
tanah yang harus dihindari karena pada jenis tanah tersebut air limbah dapat
merembes keluar sehingga mencemari air tanah di sekitarnya.

Kolam stabilisasi limbah juga sebaiknya dibangun jauh dari kawasan


perumahan dan fasilitas umum lainnya, agar masyarakat tidak merasa terganggu
oleh keberadaan kolam ini, mengingat air dalam kolam ini dapat menghasilkan
bau yang cukup menyengat. Selain itu kolam stabilisasi limbah juga sebaiknya
dibangun di daerah yang terlindung dari banjir, memiliki elevasi tanah yang
melandai ke arah badan air penerima (untuk mempermudah pengaliran air), jauh
dari jaringan PDAM, tidak berdekatan dengan landasan udara (minimal 2 km dari
landasan udara, karena burung-burung yang tertarik pada keberadaan kolam ini

134
dapat mengganggu navigasi), dan berada di daerah terbuka (tidak terhalang
pepohonan) agar kolam dapat terpapar langsung oleh sinar matahari dan angin.
(Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005).

Luas kolam yang dibangun harus disesuaikan dengan volume air limbah yang
akan ditampung dan harus juga disesuaikan dengan ketersediaan tanah. Daerah
pemukiman yang terdiri dari 200 individu memerlukan kolam stabilisasi limbah
seluas 1 acre (= 0,4 Ha) (Weblife, 2004; Lani Puspita et al., 2005). Kedalaman
kolam stabilisasi limbah umumnya dangkal; kedalaman kolam disesuaikan dengan
tipe kolam stabilisasi limbah yang akan dibangun (tipe anaerobik, atau fakultatif;
hal ini akan dibahas lebih lanjut pada sub bab berikutnya). Bentuk kolam
sebaiknya persegi panjang, hal ini untuk menghindari terbentuknya endapan
lumpur pada bagian inlet. Inlet dan outlet sebaiknya hanya satu dan jangan pernah
menaruh lubang inlet di bagian tengah kolam karena hal tersebut akan
menimbulkan aliran air singkat (hydraulic short circuiting). Inlet dan outlet
sebaiknya diletakkan pada sudut kolam dengan posisi saling berlawanan secara
diagonal. Ukuran diameter pipa PVC yang disarankan untuk mengalirkan effluent
adalah sebesar 100 mm (Shilton and Harrison, 2003; Ramadan and Ponce, 2004;
Lani Puspita et al., 2005). Untuk mengilustrasikan bentuk kolam dapat dilihat
pada Gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1. Penampang melintang kolam stabilisasi limbah


(Sumber : Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005)

135
Berdasarkan proses biologis dominan yang berlangsung di dalamnya, kolam
stabilisasi limbah dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu kolam anaerobik,
fakultatif, dan maturasi (aerobik). Dalam satu sistem pengolahan air limbah, tiga
macam kolam tersebut disusun secara seri dengan urutan anaerobik-fakultatif-
maturasi. Suatu sistem pengolahan dapat terdiri dari satu seri kolam pengolahan
atau dapat juga terdiri dari beberapa seri kolam pengolahan yang disusun secara
paralel.
Pada dasarnya kolam anaerobik dan fakultatif didesain untuk mengurangi
kandungan BOD, sedangkan kolam maturasi didesain untuk mengurangi
kandungan mikroorganisme patogen. Walau demikian, proses reduksi BOD juga
sebetulnya terjadi pada kolam maturasi dan proses reduksi mikroorganisme juga
terjadi pada kolam anaerobik dan kolam fakultatif, namun proses tersebut tidaklah
dominan. Pada kondisi tertentu, kolam maturasi terkadang tidak dibutuhkan.
Kolam maturasi hanya dibutuhkan jika air limbah yang akan diolah memiliki
kadar BOD tinggi (> 150 mg/l), atau jika air hasil olahan ditujukan bagi keperluan
irigasi. Agar diperoleh hasil olahan yang baik, air limbah yang akan masuk ke
dalam kolam anaerobik harus disaring terlebih dahulu untuk menghilangkan
kandungan pasir, kerikil, dan padatan berukuran besar lainnya (Ramadan and
Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005).
1. Kolam anaerobik
Kolam anaerobik umumnya memiliki kedalaman 2-5 m. Pada kolam inilah air
limbah mulai diolah dibawah kondisi anaerobik oleh berbagai jenis
mikroorganisme anaerobik. Mikroorganisme anaerobik mengubah senyawa
anaerob dalam air limbah menjadi gas CO2, H2S, dan CH4 yang akan menguap
ke udara; sementara berbagai padatan dalam air limbah akan mengalami
sedimentasi dan terkumpul di dasar kolam sebagai lumpur (Daur: Informasi
Lingkungan Kota dan Industri, Vol.2 No.1 Agustus 2001; Varón, 2003; Ramadan
and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005).

Kolam anaerobik menerima masukan beban anaerob dalam jumlah yang


sangat besar (biasanya > 300 mg/l BOD atau setara dengan 3.000 kg/Ha/hari
untuk kolam berkedalaman 3 m). Tingginya masukan beban organik dibandingkan

136
dengan jumlah kandungan oksigen yang ada menyebabkan anaerobik selalu
berada dalam kondisi anaerobik. Pada anaerobik tidak dapat ditemukan alga,
walaupun terkadang lapisan film tipis yang terdiri dari Chlamidomonas dapat
dijumpai di permukaan kolam. Kolam anaerobik ini bekerja sangat baik pada
kondisi iklim hangat (degradasi BOD bisa mencapai 60-85%). Waktu retensi
anaerobik sangatlah pendek; air limbah dengan kadar BOD 300 mg/l dapat terolah
dalam waktu retensi 1 (satu) hari pada kondisi suhu udara > 20oC (Varón, 2003;
Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005).

Kolam anaerobik merupakan salah satu cara paling ekonomis untuk mengolah
limbah anaerob. Umumnya satu kolam anaerobik sudah cukup memadai untuk
mengolah air limbah yang kandungan BOD-nya kurang dari 1.000 mg/l. Namun
jika anaerobik digunakan untuk mengolah air limbah anaerobik berdaya cemar
tinggi, maka dibutuhkan tiga buah kolam anaerobik yang disusun secara seri agar
proses degradasi dapat berlangsung dengan optimal (Ramadan and Ponce, 2004;
Lani Puspita et al., 2005).

Masalah yang sering timbul dalam pengoperasian kolam anaerobik adalah


munculnya bau yang menyengat. Munculnya bau ini sangat terkait dengan
kandungan sulfat (SO4) dalam air limbah. Pada kondisi anaerob SO4 akan
berubah menjadi gas H2S yang memiliki bau sangat menyengat; selain H2S,
beberapa senyawa lain yang terbentuk dari dekomposisi anorganik karbohidrat
dan protein juga dapat menimbulkan bau yang menyengat. Pembusukan dan
penguraian materi organik di suatu tempat terjadi selama fermentasi anaerob, ini
ada dua proses :
a. Kelompok bakteri penghasil asam yang dikenal bersifat fakultatif heterotrof
yang menguraikan zat organik menjadi asam jenuh, aldehid, alkohol dan
sebagainya.
b. Kelompok bakteri methan yang merubah hasil tersebut menjadi methan dan
amonia.

Untuk menghindari masalah bau ini, maka kandungan SO4 dalam air limbah
harus dikontrol. Menurut (Gloyna and Espino (1969), Ramadan and Ponce (2004);

137
Lani Puspita et al., (2005)) dalam bau menyengat tidak akan muncul jika
kandungan SO4 dalam air limbah kurang dari 300 mg/l. Sesungguhnya
keberadaan anaerob dalam jumlah sedikit memberikan keuntungan dalam proses
pengolahan air limbah, karena anaerob akan bereaksi dengan logam-logam berat
membentuk logam anaerob tidak larut yang akhirnya akan mengalami presipitasi
(pengendapan).

Sebelum kolam anaeobik dioperasikan, dasar kolam harus diberi lumpur aktif
(lumpur yang mengandung berbagai jenis mikroorganisme pengurai) yang dapat
diambil dari kolam anaerobik lain yang telah “jadi”. Selanjutnya kolam dapat
dialiri air limbah dengan tingkat beban yang meningkat secara gradual; periode
pemberian beban secara gradual ini dapat berlangsung selama satu hingga empat
minggu. Hal tersebut penting dilakukan untuk menjaga nilai pH air tetap di atas 7
agar bakteri methanogenik dapat tumbuh. Pada bulan pertama pengoperasian,
terkadang diperlukan penambahan kapur untuk menghindari proses asidifikasi
(Varón, 2003; Lani Puspita et al., 2005).
Oksigen juga diperlukan dalam proses anaerob tetapi sumbernya adalah
senyawa kimia bukan oksigen bebas yang terlarut. Dalam proses anaerob hasil
akhir adalah agak rumit, proses reaksi berjalan lambat dan dapat menimbulkan
gangguan bau. Dalam kolam stabilisasi dapat dikatakan masih selalu terdapat
proses anaerob pada dasar lumpur dan endapan meskipun kolam sudah dirancang
sebagai kolam aerob. Pada kolam yang dalam terdapat suatu lapisan cairan pada
dasar yang menunjang proses anaerob.

1. Kolam fakultif

138
Gambar 2.2 Skema kolam fakultatif
Sumber:http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/
perencanaan_pengelolaan_air_limbah_dengan_sistem_terpusat.pdf
Kolam fakultatif memiliki kedalaman 1-2 meter. Pada anaerobik proses
pengolahan air limbah dilakukan oleh kerjasama mikroorganisme anaerob,
fakultatif, dan anaerobik, serta alga. Ada dua macam kolam fakultatif, yaitu:
a. Kolam fakultatif primer yang menerima dan mengolah air limbah dari sumber
pencemarnya, dan
b. Kolam fakultatif sekunder yang anaerobik. Proses-proses yang berlangsung
pada dua macam kolam fakultatif ini sama.

Kolam fakultatif primer biasa dibangun jika beban limbah yang akan diolah
tidak terlalu besar atau jika lokasi pembangunan kolam terlalu dekat dengan
fasilitas umum sehingga pembangunan kolam anaerobik yang umumnya
mengeluarkan bau menyengat akan sangat mengganggu masyarakat sekitar
(Daur : Informasi Lingkungan Kota dan Industri, Volume 2 No.1 Agustus
2001;Varón, 2003; Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005).

Kolam fakultatif didesain untuk mendegradasi air limbah yang bebannya


tidak terlalu tinggi (100-400 kg BOD/Ha/hari pada suhu udara antara 20-25oC),
hal ini dilakukan agar jumlah populasi alga dalam perairan tetap terjaga,
mengingat sumber oksigen terbesar kolam (yang sangat diperlukan oleh bakteri

139
aerob untuk mendegradasi bahan anaerob) berasal dari fotosintesis algae. Karena
keberadaan alga inilah kolam fakultatif terlihat berwarna hijau; walau terkadang
kolam dapat terlihat berwarna sedikit merah jika beban anaerob yang masuk
terlalu tinggi, hal ini disebabkan oleh munculnya bakteri sulphide-oxidizing
photosynthetic yang berwarna ungu. Warna air ini dapat menjadi anaerobik untuk
menilai apakah kolam fakultatif berada dalam kondisi baik atau tidak. Jenis-jenis
alga yang dapat ditemukan di kolam fakultatif antara lain adalah :
Chlamydomonas, Pyrobotrys, Euglena, dan Chlorella. Kelimpahan alga dalam
kolam fakultatif bergantung pada jumlah beban anaerob dan anaerobik, namun
umumnya kelimpahan alga berkisar antara 500 - 2.000 μg Klorofil-a per liter
(Varón, 2003 Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005).

Pada kolam fakultatif, bahan anaerob diubah menjadi CO2, H2O, serta sel
bakteri dan alga baru; hal tersebut dilakukan dalam suasana anaerob. Oksigen
yang dihasilkan dari proses fotosintesis alga dimanfaatkan oleh bakteri anaerob
untuk mendegradasi limbah anaerob lebih lanjut. Karena proses fotosintesis hanya
dapat berlangsung pada kolom air yang masih menerima penetrasi cahaya
matahari, maka pada kolom air bagian dasar tercipta kondisi anaerobik. Pada
lapisan anaerobik ini bahan anaerob didegradasi oleh bakteri-bakteri anaerobik.
Selain mendegradasi bahan anaerob, pada kolam fakultatif juga terjadi degradasi
berbagai jenis

140
mikroorganisme penyebab penyakit. Gambar 2.3 mengilustrasikan proses degradasi limbah
anaerob pada kolam fakultatif.

Pada kolam ini luas permukaan juga menunjang persediaan oksigen yang
cukup berarti bagi pemenuhan kebutuhan (Gloyna, 1971). Biasanya angin
merupakan sumber energi utama untuk pencampuran air pada kolam fakultatif,
tetapi di daerah tropik faktor yang kadang cukup berarti adalah bila kecepatan
angin rendah, sehingga perbedaan energi merupakan faktor penyebab terjadinya
pencampuran. Pencampuran air adalah suatu parameter fisik yang penting
mempengaruhi pertumbuhan alga. Banyak alga yang mengalami mortalitas dan
pencampuran air diperlukan untuk membawa algae ke daerah yang efektif
mendapat penetrasi sinar matahari. Berkurangnya waktu pencampuran pada siklus
siang hari dari waktu yang biasa terjadi akan menyebabkan penurunan kuantitas
alga, lebih-lebih pencampuran waktu siang hari dapat menjamin distribusi oksigen
terlarut. Temperatur adalah sangat penting sebab temperatur mempengaruhi
degradasi secara biokimiawi, rata-rata temperatur harian dan variasi tahunan akan
mempengaruhi proses biologik, fisik dan kimiawi di dalam kolam (Maskew,
1971).

141
Gambar 2.3. Proses perombakan limbah anaerob pada kolam fakultatif
(Sumber : Tchobanoglous and Schroeder, 1987, Ramadan and Ponce, 2004;
Lani Puspita et al., 2005)

Pada kolam fakultatif apabila limbah masuk akan mengalami stabilisasi


dengan fermentasi methan pada bagian dasarnya dan sebagian dengan oksidasi
bakteri pada bagian atasnya. Oksigen yang dipergunakan untuk proses oksidasi
diperoleh melalui aerasi pada permukaan air dan hasil dari fotosintesis algae yang
tumbuh secara alami pada kolam (Mara, 1976). Mahida (1993) mengatakan
stabilisasi zat-zat organik dilakukan oleh bakteri, yang pada kondisi anaerob akan
menghasilkan asam-asam organik dan methan, sedangkan pada kondisi aerob
akan menghasilkan CO2.

2. Kolam maturasi (aerobik)

Kolam maturasi merupakan kolam sangat dangkal (kedalaman 1-1,5 m) yang


didesain untuk mendegradasi kandungan mikroorganisme pathogen dan nutrien.
Degradasi mikroorganisme patogen dan faecal coliform dalam kolam maturasi
dilakukan oleh sinar matahari, yaitu melalui proses exogenous photosensitization
yang dimediasi oleh oksigen. Jumlah dan ukuran kolam maturasi yang dibangun
sangat bergantung pada kualitas bakteriologi air olahan yang ingin dicapai.
Kondisi kolam yang dangkal menyebabkan kolam ini hampir tidak memiliki
stratifikasi secara vertikal dan oksigen terlarut terdapat pada keseluruhan kolom
air. Keanekaragaman jenis alga pada kolam maturasi jauh lebih tinggi daripada
kolam fakultatif (Curtis et al., 1994, Varón, 2003; Lani Puspita et al, 2005).
Kolam maturasi merupakan kolam tambahan yang dibangun jika pengelola
pengolahan air limbah menginginkan kualitas air olahan yang jauh lebih baik
(terutama dari sudut bakteriologi), karena sebetulnya air olahan dari kolam
anaerobik dan kolam fakultatif telah cukup memadai bagi keperluan irigasi.
Kolam maturasi juga dapat berfungsi sebagai penyangga (buffer) jika kolam
fakultatif tidak bekerja seperti yang diharapkan dan berguna untuk mereduksi
kandungan nutrien (Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al, 2005). Menurut

142
(Varón, 2003; Lani Puspita et al, 2005) bahwa proses reduksi nitrogen dan fosfor
pada kolam maturasi sangat signifikan, bahkan proses reduksi nutrien pada kolam
maturasi ini merupakan yang terbesar dari keseluruhan unit kolam stabilisasi
limbah.
Skema dari masing-masing tipe kolam dan laguna limbah dapat dilihat dalam
Gambar 7, 8, 9, 10 dan 11, bahwa hal yang mendasar yang membedakan kolam
dan laguna adalah keberadaan aerator oleh karena itu pada laguna tidak terdapat
tipe laguna anaerobik (Suryadiputra, 1994; Lani Puspita et al., 2005) berikut ini.

Gambar 2.4 Kolam Anaerobik


(Sumber : Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005)

Gambar 2.5 Kolam Fakultatif


(Sumber : Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005)

143
Gambar 2.6 Kolam Maturasi (Aerobik)
(Sumber : Ramadan and Ponce, 2004 dalam Lani Puspita et al., 2005)

Gambar 2.7 Laguna Fakultatif


(Sumber : Ramadan and Ponce, 200; Lani Puspita et al., 2005)

144
Gambar 2.8 Laguna Aerobik
(Sumber : Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005)
3. Kolam stabilisasi yang diaerasi secara mekanik.

Suatu kolam stabilisasi dengan aerator secara mekanik yang berfungsi sebagai
kolam aerob atau kolam fakultatif. Pada beberapa jenis kolam aerob mekanik ini
kadang-kadang zat padat tidak cukup tersuspensi, sehingga lumpur mengendap
dan terjadi proses anaerob dan pada bagian lain terjadi proses aerob (Dinas
Kesehatan Surabaya, 1984).
Di dalam kolam aerob siklus denitrifikasi dapat stabil hingga di malam hari.
Setiap hari dihasilkan oksigen di daerah fotosintesis, bakteri nitrat menghasilkan
gas nitrogen dari nitrat di dalam kolam bagian dalam. Pada malam hari jika diberi
aerasi gas nitrogen yang keluar akan bercampur dengan oksigen di daerah bagian
bawah akan dihasilkan nitrat (Maskew, 1974).
Terdapat beberapa keuntungan menggunakan kolam stabilisasi menurut Mara
(1976) dalam penanggulangan limbah yaitu :
a. Kolam stabilisasi bisa mencapai tingkat pemulihan dan pemurnian air pada
biaya yang relatif murah, tetapi dengan tingkat pemeliharaan yang minimum
dan ketrampilan operator yang tidak usah tinggi.
b. Kolam stabilisasi bisa bertahan pada tingkat beban organik yang berat dan
kejutan hidrolik yang tiba-tiba, karena waktu retensi yang cukup lama.
c. Kolam stabilisasi tetap bisa efektif untuk memperlakukan pencemaran air
yang cukup beraneka ragam baik limbah pertanian maupun limbah industri.

145
d. Kolam stabilisasi mudah dirancang dan mudah pula diubah pola
perancangannya bila diperlukan.
e. Metoda kontruksi sedemikian rupa untuk kolam stabilisasi sehingga bila
dikemudian hari lahan bekas kolam dibutuhkan lagi bagi keperluan lain akan
mudah direklamasi kembali.
f. Banyaknya pathogen yang dihilangkan kolam stabilisasi lebih besar dari pada
metode-metode lainnya.
g. Algae yang diproduksi oleh kolam stabilisasi merupakan potensi sumber
protein yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi perikanan.

Beberapa kolam yang telah dijelaskan diatas, dapat dikombinasikan. Dan


apabila di kombinasikan akan terlihat seperti pada gambar berikut

Gambar 2.9 skema Kombinasi Sistem Kolam Stabilisasi


Sumber:http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/
perencanaan_pengelolaan_air_limbah_dengan_sistem_terpusat.pdf
Prinsip kerja kolam stabilisasi, apabila yang diutamakan dalam prinsip kerja
kolam stabilisasi adalah untuk menurunkan BOD5 dalam praktek digunakan
kombinasi kolam anaerob dan kolam fakultatif atau kolam fakultatif saja. Namun

146
demikian apabila penurunan organisme penyebab penyakit merupakan hal yang
sangat penting maka kolam dalam sistem seri merupakan cara yang terbaik dan
sistem seri ini dapat dibuat dengan cara sebagai berikut : kolam anaerob- kolam
fakultatif – kolam maturasi atau kolam fakultatif dan kolam maturasi saja.

147
Untuk tipe berbagai pengolahan air limbah dan kapasitas pengolahan rata-rata disajikan pada Tabel berikut:
Tipe Pengolahan Bahan hid/bio keutungan kelemahan
Septik tank Sedimentasi + 1 m3 / m2 hari Operasional sederhana Efisiensi < 30%
setengah lumpur
Imhoff tank -idem 0,5 m3 / m2 hari Operasional sederhana Efisiensi < 50%
Kolam anaerob Pengolahan 4 m3 / m2 hari atau Konstruksi simpel Efisiensi < 50%
anaerob 0,3 – 1,2 kg BOD /
m3 / hari
UASB Pengolahan 20 m3 / m2 hari Influen untuk BOD > Kecepatan aliran harus
anaerob 100 mg/liter stabil
Kolam fakultatif Pengolahan 250 kg BOD / ha. Efisiensi 90% Perlu lahan luas
anaerob + aerob Hari
Aerated lagon Pengolahan Tidak menggunakan Endapan di dasar kolam
aerob clanifer khusus
Kolam maturasi Pengolahan 0,01 kg / m3 .hari Efisiensi 70% Cukup luas
aerob
Anaerobik filter Pengolahan 4 kg BOD / m3 .hari Efisiensi 85%

148
anaerob
RBC Pengolahan 0,02 m3 / m2 luas Listrik kecil = 3 jam
aerob media
Trickling filter Tidak dianjurkan Banyak lalat
Phito remediasi Penjerapan 25- 30 kg / ha Dapat mengurangi B3 Brban organik kecil
bahan organik dan zat radioaktif sehingga tidak untuk
dan racun skala besar
Tabel 2.12 Tipe bangunan pengumpu
Sumber: Water and Water Engineering, Tchonaboglous, MacGrawhill, 2004 UASB = Up-flow Anaerobik Sludge Blanke

149
Sistem seri digunakan bila kandungan zat organik cukup tinggi dan ditujukan untuk
menurunkan jumlah coliform (Dinas Kesehatan Surabaya, 1984). Air limbah yang
mengandung banyak zat padat dan zat beracun atau substansi yang berwarna
memerlukan pengelolaan yang khusus. Berbeda dengan limbah rumah tangga, setiap
limbah industri memerlukan perhatian khusus.
4. Instalasi Pengolahan Air Limbah/IPAL
Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada
Instalasi Pengolahan Air Limbah/IPAL (Waste Water Treatment Plant). Di dalam
IPAL, biasanya proses pengolahan dikelompokkan sebagai pengolahan pertama
(primary treatment), pengolahan kedua (secondary treatment), pengolahan ketiga
(tertiary treatment), dan pengolahan lanjutan.
IPAL yang berlokasi di Jl. Bantul Km. 8, tepatnya di Desa Pendowoharjo
Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul dengan luas area 6,7 Ha. Instalasi ini berupa
sistem laguna aerasi fakultatif. Proses pengolahannya air limbah digambarkan pada
Gambar 12.

Gambar 2.10 Skema Pengolahan Air Limbah di IPAL Sewon


Sumber : IPAL Sewon, Bantul, 2010
Limbah perkotaan yang masuk IPAL mengalami proses pengolahan secara fisik,
kimia dan biologi. Begitu limbah masuk ke IPAL mengalami proses fisik yaitu
dengan penyaringan dan proses biologi pada kolam-kolam pengolahan. Sistem

150
operasional pada IPAL menggunakan peralatan sebagai berikut : Rumah Pompa, Grit
Chamber, Laguna Aerasi, Kolam Maturasi dan Sludge Drying Bed.
a. rumah pompa
Keadaan pipa terakhir yang lebih rendah dari IPAL (sekitar 3 meter)
mengharuskan limbah dinaikkan dengan pompa angkat jenis ulir (screw). Pompa ini
secara tidak terputus mengangkat limbah menuju rumah pompa dan selanjutnya
menuju grit chamber. Limbah sebelum memasuki rumah pompa telah melalui
saringan kasar, tetapi limbah tersebut belum mengalami pengolahan lebih lanjut,
sehingga masih banyak mengandung padatan baik yang terendap maupun terlarut.
Pompa untuk mengangkat limbah tersebut ada 3 buah dengan 2 operasi dan 1
cadangan. Pompa ini dapat dikendalikan secara otomatis dan manual. Secara otomatis
pompa ini akan beroperasi berdasarkan debit air yang masuk. Satu atau dua pompa
tersebut dilengkapi dengan alat-alat :

1) Saringan Kasar
Saringan ini berfungsi menahan benda-benda yang sangat kasar seperti ranting,
bangkai binatang, plastik dsb. Selain itu melindungi bangunan agar tidak terjadi
kerusakan.
2) Indikator Water Level (IWL)
IWL berfungsi membaca ketinggian permukaan air yang dinaikkan sehingga
pompa-pompa ini berjalan secara otomatis. Operasi pompa berdasarkan debit air yang
masuk sebagai berikut :
a. 1.66 m pump 2 on
b. 1.51 m pump 2 on
c. 1.31 m pump 1 on
d. 1.21 m pump stop

Artinya apabila debit air yang masuk ke rumah pompa menyebabkan tinggi
permukaan air mencapai 1,31 m, maka pompa 1 (satu) beroperasi. Apabila debit air
kurang dari daya angkat pompa sehingga ketinggian permukaan air menjadi 1,21 m,
maka pompa 1 (satu) berhenti beroperasi. Sebaliknya debit air lebih besar dari daya
angkut pompa sehingga ketinggian air mencapai 1,51 m, maka pompa 1 (satu) dan 2
(dua) beroperasi. Apabila debit air yang cukup besar sehingga ketinggian air
151
mencapai 1,66 m maka pompa 1 (satu) dan 2 (dua) beroperasi serta alarm berbunyi
berarti by pass, sedangkan pompa 3 berfungsi sebagai cadangan tetapi
pengorasiannya dapat dipindah atau diganti. Adapun daya angkut pompa sebesar 10,7
m3/menit.

b. Grit Chamber (GC)


Setelah limbah melalui pompa akan dituang ke GC atau bak pengendap pasir. GC
terdiri dari 2 buah saluran berbentuk parabolic berukuran 2 x 9 x 1,2 m tipe aliran
horizontal (chanal type). Bak ini dirancang untuk mengendapkan partikel diskrit
dengan spesifik graffiti 2,65 mg dan diameter 0,21 mm seperti kerikil halus, batu
kerikil yang mempunyai ukuran lebih dari 2 mm. Kecepatan alirannya 0,14 m/s
dengan waktu tingga 60 detik dengan demikian diharapkan pada kecepatan 0,5– 0,9
m/s dapat mengendapkan pasir dengan ukuran 0,21 mm. Tanah, pasir dan kotoran
lain yang berkumpul pada dasar GC dikeluarkan dengan pompa celup (Submersible
Pump) dan dipisahkan menjadi limbah cair dan padat dengan menggunakan siklon
pemisah (Cyclone Seperator). Padatan tersebut di tampung dalam hopper yang
terletak di bawahnya dan dibuang secara berkala sedangkan limbah cair dikembalikan
ke GC. Limbah pada GC masih pekat dengan bau yang menyengat karena limbah
belum mengalami pengolahan lanjutan, akan tetapi padatan terendap telah mengalami
pengolahan pada tahap ini.

c. Laguna Aerasi Fakultatif (LAF)


Setelah limbah melalui GC akan memasuki LAF yang berukuran 77 x70 x 4 m
melalui Distribution Chamber yang membagi limbah menjadi 2 jalur, tiap jalur terdiri
dari 2 kolam yang dirangkai secara paralel. Pada LAF kotoran-kotoran organik dalam
limbah terurai secara biokimiawi dengan bantuan mikroorganisme.Pada permukaan
LAF terpasang aerator mekanis yang berfungsi menambah oksigen. Pengolahan ini
berlangsung selama 5,5 hari.

152
Gambar 2.11 Skema Kolam Laguna Aerasi Fakultatif
Sumber:http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/
perencanaan_pengelolaan_air_limbah_dengan_sistem_terpusat.pdf

d. Kolam Pematangan
Setelah LAF limbah masuk ke kolam pematangan yang berkuran 78 x 70 x 4 m.
Kolam ini terdiri dari 2 buah kolam yang dirangkai secara paralel. Pada kolam ini
diharapkan dapat memperbaiki kondisi limbah sebelum di buang ke Sungai Bedog
melalui pipa/kanal terbuka.
e. Sludge Drying Bed (SBD)
Limbah pada kolam-kolam pengolahan banyak mengandung partikel-partikel
yang lolos dari GC sehingga mengakibatkan pendangkalan pada kolam apabila tidak
ditangani. Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal tersebut dibangun SBD yang
terdapat pada sayap kanan IPAL yang berukuran 34 x 232 x 0,5 m dengan kapasitas
4.000 m3. Lumpur dikuras 1-2 tahun sekali dengan ejector udara bertekanan. Lumpur
yang terkumpul pada dasar kolam dihisap dengan ejector udara bertekanan kemudian
ditampung dalam SBD dan dikeringkan secara alamiah dan untuk selanjutnya
dipergunakan sebagai pupuk.

 Manajemen Pengelolaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)


Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) perlu dikelola dengan baik agar dapat
beroperasi secara optimum sehingga air limbah yang diolah dapat sesuai dengan baku
mutu yang ditetapkan. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan beberapa

153
perangkat manajemen dan pembiayaan seperti kelembagaan pengelola IPAL, sumber
daya manusia yang memadai, dan dukungan pembiayaan.
Kelembagaan pengelola IPAL perlu dibentuk agar pengelola IPAL dapat
ditangani dengan baik dan terstruktur. Dalam kelembagaan tersebut dibuat standar
operasi pengolahan air limbah, tata cara perawatan dan perbaikan IPAL, pengambilan
sampel dan melakukan pelaporan secara berkala.
Sumber daya manusia menjadi aspek penting dalam pengelolaan IPAL. Perlu
adanya SDM yang memahami secara teknis operasional IPAL, teknik pengambilan
sampel dan memahami aspek administrasi pelaporan dan evaluasi kerja IPAL.
Pembiayaan operasional IPAL perlu direncanakan dan dianggarkan oleh perusahaan.
Pada pengoprasiannya, IPAL membutuhkan perawatan rutin, penggunaan bahan
kimia, melakukan uji kualitas air limbah dan perbaikan ringan lainnya. Adanya
dukungan pembiayaan yang memadai dari perusahaan untuk operasional IPAL akan
membuat kinerja IPAL tetap optimal.
Manajemen IPAL dalam kebijakan secara umum adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas Yang Terjadi
Berdasarkan UU RI No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, maka setiap industri maupun instansi/ badan usaha harus
bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah yang dihasilkan dari kegiatannya.
Limbah cair dari industri berbasis organik mempunyai potensi pencemaran yang
sangat berat terhadap lingkungan, terutama pada produk olahan/ bahan baku industri
makanan dan minuman. Bahan bawaan yang terkandung didalamnya merupakan
bahan-bahan yang sangat komplek baik yang terlarut maupun yang tidak larut.
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) (wastewater treatment plant,
WWTP),adalah sebuah struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis
dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada
aktivitas yang lain. Fungsi dari IPAL mencakup:
a. Pengolahan air limbah pertanian, untuk membuang kotoran hewan, residu
pestisida, dan sebagainya dari lingkungan pertanian.
Pengolahan air limbah perkotaan, untuk membuang limbah manusia dan limbah
rumah tangga lainnya.

154
b. Pengolahan air limbah industri, untuk mengolah limbah cair dari aktivitas
manufaktur sebuah industri dan komersial, termasuk juga aktivitas
pertambangan.

Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik


kontaminan. Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan secara
detail mengenai aspek ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan
peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih haruslah teknologi yang tepat
guna sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-
pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi kelayakan atau bahkan percobaan
skala laboratorium yang bertujuan untuk:
1. Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang sesuai
dengan karakteristik limbah yang akan diolah.
2. Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan
efisiensi pengolahan yang diharapkan.
3. Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan
skala sebenarnya.
Sedimentation. Sebuah primary sedimentation tank di sebuah unit pengolahan
limbah domestik. Sedimentation tank merupakan salah satu unit pengolahan limbah
yang sangat umum digunakan.
Bottomline, perlu kita semua sadari bahwa limbah tetaplah limbah. Solusi terbaik
dari pengolahan limbah pada dasarnya ialah menghilangkan limbah itu sendiri.
Produksi bersih (cleaner production) yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi,
dan menghilangkan terbentuknya limbah langsung pada sumbernya di seluruh bagian-
bagian proses dapat dicapai dengan penerapan kebijaksanaan pencegahan,
penguasaan teknologi bersih, serta perubahan mendasar pada sikap dan perilaku
manajemen.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat
setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan
teknologi masyarakat yang bersangkutan. 

155
Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara
umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
1. pengolahan secara fisika
2. pengolahan secara kimia
3. pengolahan secara biologi

Gambar 2.12 Instalasi Pengolahan Air Limbah


Sumber : green.kompasiana.com

1. Pengolahan Secara Fisika

Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,


diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah
mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan
(screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan
tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat
disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama
untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu
detensi hidrolis di dalam bak pengendap.

156
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan
berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan
tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening)
dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).

Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk


mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan
untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak
mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam
proses osmosa.Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk
menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut
lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.

Gambar 2.13 Skema Diagram Pengolahan Fisik

Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit


pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali
air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.

157
Gambar 2.14 Instalasi Pengolahan Air Limbah
Sumber : green.kompasiana.com

2. Pengolahan Secara Kimia

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan


partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa
fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang
diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui
perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah
diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan
juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.

Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan


membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan
koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat
diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan
membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan
hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam
tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5.
Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida
[Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan
reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).

158
Gambar 2.15 Skema Diagram pengolahan Kimiawi
Sumber : Lasmita, 2014 dalam Laporan Infrastruktur Ramah Lingkungan Air Limbah

Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada


konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2),
kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida.
Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara
kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.

3. Pengolahan secara Biologi

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai
pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang
paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai
metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis,
yaitu:
a. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
b. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).

159
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal
berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan
berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90%
(dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi
yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain,
yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi
dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki
kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan
pendahuluan.

Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga
termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti
Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun
dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat
memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan
waktu detensi 3-5 hari saja.

Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media


pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai
modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain:
1. trickling filter
2. cakram biologi
3. filter terendam
4. reaktor fludisasi

Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar


80%-90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian
secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;
2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.

160
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat
dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses
anaerob menjadi lebih ekonomis.

Gambar 2.16 Skema Diagram pengolahan Biologi


Sumber : Lasmita, 2014 dalam Laporan Infrastruktur Ramah Lingkungan Air Limbah

161
2.27 Sistem Penyaluran

Gambar 2.17 Skematik Penyaluran Air Limbah


Sumber:http://image.slidesharecdn.com/balaipisamp160322083241/95/pengelolaan-limbah-cair-25-
638.jpg?cb=1458635637

Sistem penyaluran air limbah ini menyalurkan air limbah dari perumahan dan
fasilitas umum ke tempat pengolahan air limbah. Sistem penyaluran air limbah adalah
suatu rangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang air
limbah dari suatu kawasan/lahan baik itu dari rumah tangga maupun kawasan
industri. Sistem penyaluran biasanya menggunakan sistem saluran tertutup dengan
menggunakan pipa yang berfungsi menyalurkan air limbah tersebut ke bak interceptor
yang nantinya di salurkan ke saluran utama atau saluran drainase.
Air limbah utama berasal dari tiap-tiap hunian, pergerakan pertama menuju
bioseptictank disini terjadi pengolahan individu, dimana ketika di salurkan ke bak
control sudah berbentuk cairan, di bak control di olah lagi dan selanjutnya di salurkan
ke SWP (sweeger pit) disini terjadi pengolahan lagi, yang pada akhirnya di salurkan
ke STP Doble decker dimana pilih menjadi air untuk taman dan air yang dibuang ke
kali.
Ada dua cara untuk system penyaluran air limbah yaitu :
1) Sistem terpisah ,
Sistem terpisah ini memisahkan system penyalurannya menjadi dua lagi
yaitu :
a. Sistem penyaluran air limbah
162
b. Sistem penyaluran air hujan

Gambar 2.18 Penampakan Sistem terpisah


Sumber:http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/
perencanaan_pengelolaan_air_limbah_dengan_sistem_terpusat.pdf
Sistem Penyaluran terpisah atau biasa disebut separate system / full sewerage
adalah sistem dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan riol tertutup,
sedangkan limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran drainase khusus
untuk air yang tidak tercemar.

Kelebihan sistem ini adalah masing-masing sistem saluran mempunyai dimensi


yang relatif kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi serta operasi dan
pemeliharaannya. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat luas untuk
jaringan masing-masing sistem saluran.

2) System Tercampur

Sistem penyaluran tercampur merupakan sistem pengumpulan air buangan yang


tercampur dengan air limpasan hujan (sugiharto 1987). Sistem ini digunakan karena
daerah perumahan merupakan daerah padat dan sangat terbatas untuk membangun
saluran air buangan yang terpisah dengan saluran air hujan, debit masing–masing air
buangan relatif kecil sehingga dapat disatukan, memiliki kuantitas air buangan dan air
hujan yang tidak jauh berbeda serta memiliki fluktuasi curah hujan yang relatif kecil
dari tahun ke tahun.

163
Sistem penyaluran tercampur merupakan sistem pengumpulan air buangan yang
tercampur dengan air limpasan hujan. Kelebihan sistem ini adalah hanya
diperlukannya satu jaringan sistem penyaluran air buangan sehingga dalam operasi
dan pemeliharaannya akan lebih ekonomis. Selain itu terjadi pengurangan konsentrasi
pencemar air buangan karena adanya pengenceran dari air hujan. Sedangkan
kelemahannya adalah diperlukannya perhitungan debit air hujan dan air buangan yang
cermat. Selain itu karena salurannya tertutup maka diperlukan ukuran riol yang
berdiameter besar serta luas lahan yang cukup luas untuk menempatkan instalasi
pengolahan. buangan.

3) System konvensional

Sistem penyaluran konvensional (conventional Sewer) merupakan suatu jaringan


perpipaan yang membawa air buangan ke suatu tempat berupa bangunan pengolahan
atau tempat pembuangan akhir seperti badan air penerima. Sistem ini terdiri dari
jaringan pipa persil, pipa lateral, dan pipa induk yang melayani penduduk untuk suatu
daerah pelayanan yang cukup luas. Setiap jaringan pipa dilengkapi dengan lubang
periksa manhole yang ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu.
Apabila kedalaman pipa tersebut mencapai 7 meter, maka air buangan harus
dinaikkan dengan pompa dan selanjutnya dialirkan secara gravitasi ke lokasi
pengolahan dengan mengandalkan kecepatan untuk membersihkan diri.
Kelebihan sistem penyaluran konvensional adalah tidak diperlukannya suatu
tempat pengendapan padatan atau tangki septik. Sedangkan kekurangan dari sistem
penyaluran konvensional antara lain:
a. Biaya konstruksi relatif mahal.
b. Peraturan jaringan saluran akan sulit jika dikombinasikan dengan saluran small
bore sewer, karena dua sistem tersebut membawa air buangan dengan
karakteristik berbeda sehingga tidak boleh ada cabang dari sistem konvensional
bersambung ke saluran small bore sewer.

4) Sistem Riol Dangkal atau Shallow sewerage


Shallow sewerage disebut juga Simplified sewerage atau Condominial Sewerage.
Perbedaannya dengan sistem konvensional adalah sistem ini mengangkut air buangan
dalam skala kecil dan pipa dipasang dengan slope lebih landai. Perletakan saluran ini
164
biasanya diterapkan pada blok-blok rumah. Shallow sewer sangat tergantung pada
pembilasan air buangan untuk mengangkut buangan padat jika dibandingkan dengan
cara konvensional yang mengandalkan self clensing.

(a) (b)
Gambar 2.19 Layout saluran Shallow Sewerage pada perumahan tidak teratur (a) dan teratur (b)
Sumber:http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/
perencanaan_pengelolaan_air_limbah_dengan_sistem_terpusat.pdf

5) Sistem Riol Ukuran Kecil/Small Bore Sewer


Saluran pada sistem riol ukuran kecil (small bore sewer) ini dirancang, hanya
untuk menerima bagian-bagian cair dari air buangan kamar mandi, cuci, dapur dan
limpahan air dari tangki septik, sehingga salurannya harus bebas zat padat. Saluran
tidak dirancang untuk self cleansing, dari segi ekonomis sistem ini lebih murah
dibandingkan dengan system konvensional

2.28 Sistem Perpipaan


Penyediaan sarana pengelolaan air limbah sistem perpipaan / sistem terpusat
untuk mengatasi masalah pencemaran air tanah dan air permukaan di wilayah
Provinsi DKI Jakarta. Merujuk pada Keputusan Gubernur Nomor 45 Tahun 1992,
bahwa setiap bangunan yang berada di daerah yang sudah terpasang pipa air limbah
wajib membuang air limbahnya ke pipa tersebut melalui pipa sambungan persil.
Sistem jaringan perpipaan diperlukan untuk mengumpulkan air limbah dari tiap
rumah dan bangunan di daerah pelayanan menuju instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) terpusat. Perencanaan yang komprehensif ini akan sangat penting mengingat

165
kaitannya dengan masalah kebijakan tata guna lahan, pembangunan, pembiayaan,
opaerasional dan pemeliharaan, keberlanjutan penggunaan fasilitas dan secara umum
akan berpengaruh juga pada perencanaan infrastruktur daerah layanan. Perencanaan
system perpipaan ini akan menyangkut dua hal penting yakni perencananaan jaringan
perpipaan dan perencanaan perpipaannya sendiri.
Sistem perpipaan pada pengaliran air limbah berfungsi untuk membawa air
limbah dari satu tempat ketempat lain agar tidak terjadi pencemaran pada lingkungan
sekitarnya. Prinsip pengaliran air limbah pada umumnya adalah gravitasi tanpa
tekanan, sehingga pola aliran adalah seperti pola aliran pada saluran terbuka. Dengan
demikian ada bagian dari penampang yang kosong.
Jaringan pipa air buangan terdiri dari:
1. Pipa Persil
Pipa persil adalah pipa saluran yang terletak di dalam rumah dan langsung
menerima air buangan dari instalasi plambing bangunan.Memiliki diameter 3”- 4”,
kemiringan pipa 2%. Teknis penyambungannya antara debit dari persil dengan debit
dari saluran pengumpul kecil sekali maka penyambungannya tegak lurus.

2. Pipa Servis
Pipa servis adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa persil yang
kemudian akan menyalurkan air buangan tersebut ke pipa lateral. Diameter pipa
servis sekitar 6”- 8”, kemiringan pipa 0.5 - 1%. Lebar galian pemasangan pipa servis
minimal 0,45 m dan dengan kedalaman benam awal 0.6 m. Sebaiknya pipa ini
disambungkan ke pipa lateral di setiap manhole.

3. Pipa Lateral
Pipa lateral adalah pipa saluran yang menerima aliran dari pipa servis untuk
dialirkan ke pipa cabang, terletak di sepanjang jalan sekitar daerah pelayanan.
Diameter awal pipa lateral minimal 8”, dengan kemiringan pipa sebesar 0,5 - 1%.

4. Pipa Cabang
Pipa cabang adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa-pipa
lateral. Diameternya bervariasi tergantung dari debit yang mengalir pada masing-
masing pipa. Kemiringan pipa asekitar 0,2 - 1%.

166
5. Pipa Induk
Pipa induk adalah pipa utama yang menerima aliran air buangan dari pipa-pipa
cabang dan meneruskannya ke lokasi instalasi pengolahan air buangan. Kemiringan
pipanya sekitar 0,2– 1%. 

Jaringan pipa induk air limbah dapat dilihat pada Gambar berikut:

Gambar 2.20 Pipa Induk Air Limbah


Sumber:http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/
perencanaan_pengelolaan_air_limbah_dengan_sistem_terpusat.pdf

Pola kebiasaan masyarakat dalam menggunakan air perlu diperhatikan dalam


merencanakan instalansi pengolahan air limbah. Umunya pemakaian maksimum air
terjadi pada pagi hari dan sore hari, dan saat minimum umumnya terjadi pada larut
malam. Besarnya fluktuasi air limbah yang masuk dalam pipa bergantung pada
jumlah populasi disuatu kawasan.
Rata-rata pemakaian air adalah sebesar 20 ltr per kapita per hari dan air limbah
yang masuk ke jaringan perpipaan adalah 80% dari konsumsi air tersebut atau kira-
kira 100 ltr per kapita per hari.
167
Kecepatan alirasn maksimum tergantung jenis pipa yang digunakan dan pada
umunya berkisar anatar 2-4 meter per detik. Kecepatan aliran minimu diharapkan
dapan menghindar terjadinya pengendapan dalam pipa sehingga kecepatan aliran
minimum harus lebih besar dari 0,6 meter per detik.
Bahan perpipaan dipilih dengan mempertimbangkan pada air limbah yang
banyak mengandung bahan yang dapat mengganggu atau menurun kekuatan pipa.
Demikian pula selama pengangkutan dan pemasangannya, diperlukan
kemudahanserta kekuatan fisik yang menyeluruh adalah:
a. Umur Ekonomis
b. Pengalaman pipa sejenis yang telah diaplikasikan di lapangan
c. Resistensi terhadap korosi atau aktivitas kimiawi dan abrasi atau aktivitas fisika.
d. Koefisien kekerasan atau system hidrolik
e. Kemudahantranspor dan handling
f. Kekuatan struktur
g. Biaya suplai. Transport dan pemasangan
h. Ketersediaan di lapangan
i. Ketahanan terhadap disolusi di dalam air
j. Kekedapan dinding
k. Kemudahan pemasangan sambungan

Pipa yang biasanya dipakai untuk penyaluran air limbah adalah sebagai berikut:
a. Vitried Clay (VC)
b. Asbestos Cement (AC)
c. Reinford Concrete (RC)
d. Steel
e. Cast Iron
f. High Density Poly Ethylene (HDPE)
g. Unplasticised Polyvinylchloride(uPVC)
h. Glass Reinforced Plastic (GRP)

168
2.29 SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH
Pada awalnya, tujuan dari pengolahan air limbah adalah untuk menghilangkan
bahan-bahan tersuspensi dan terapung, pengolahan bahan organic biodergradable
serta mengurangi organisme pathogen. Namun, sejalan dengan perkembangannya,
tujuan pengelolaan air limbah sekarang ini, juga terkait dengan aspek estetika dan
lingkungan.
Banyak system pengolahan air limbah yang diterapkan namun memiliki
penyaluran yang berbeda-beda. Berdasarkan Pedoman Pengelolaan AIr Limbah
Perkotaan Departmen Kimpraswil tahun 20113, bahwa untuk memilih sistem
pengolahan limbah yang menjadi bahan pertimbangan adalah dengan memperhatikan
parameter pada faktor-faktor Kepadatan Penduduk, Sumber Air yang Adam
Kedalaman Muka Air Tanah, Kemampuan Membiayai.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka sistem pengolahan air limbah
terbagi menjadi dua yaitu sistem pembuangan air limbah setempat (on site system)
dan pembuangan terpusat (off site system).

2.30 Sistem Pengolahan Setempat


Sistem pembuangan setempat atau dikenal juga sebutan on site system adalah
fasilitas pembuangan air limbah yang berada di dalam daerah persil pelayanannya
(batas tanah yang dimiliki). Contoh sistem pembuangan air limbah domestik setempat
adalah sistem cubluk atau tangki septik.
Adapun tempat pembuangan dapat berupa lahan tanah terbuka sebagai tempat
(misal di padang pasir) atau bahan-bahan aliran air sebagai badan air penerima.
Keuntungan dan Kerugian Sistem Pengolahan sistem pembuangan setempat (On Site
System)
Keuntungan pemakaian sistem pembuangan setempat adalah :
a. Menggunakan teknologi yang sederhana;
b. Biaya pembuatan dapat dijangkau atau tergolong murah;
c. Dapat dibuat oleh masyarakat sendiri di rumah karena bahan dan alat terjangkau,
serta cara membuatnya tergolong cukup mudah.
d. Biasanya dibuat oleh sektor swasta/pribadi;
e. Sistem sangat privasi karena terletak pada persilnya;
f. Operasi dan pemeliharaan dapat dilakukan secara pribadi masing-masing;

169
g. Dan manfaatnya langsung dirasakan segera seperti bersih, saluran air hujan tidak
lagi dibuang air limbah, terhindar dari bau busuk, timbul estetika pekarangan dan
populasi nyamuk berkurang.
Sementara itu, Kerugian pemakaian sistem pembuangan setempat adalah :
a. Tidak dapat diterapkan disetiap daerah, karena harus disesuaikan dengan
permeabilitas tanah, tingkat kepadatannya, dan lain-lain;
b. Sukar mengontrol operasi dan pemeliharaan;
c. Fungsi terbatas hanya dari buangan kotoran manusia, tidak melayani air limbah
kamar mandi dan air bekas cucian.
d. Bila pengendalian tidak sempirna maka air limbah dibuang ke saluran drainase;
e. Sukar mengontrol operasi dan pemeliharaan;
f. Resiko mencemari air tanah bila pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik.

2.31 Sistem Pengolahan Terpusat

Sistem pembuangan terpusat adalah sistem pembuangan yang berada diluar


persil. Contoh sistem pengolahan air limbah yang dibuang kesuatu tempat
pembuangan (disposal site) yang aman dan sehat dengan atau tanpa pengolahan
sesuai kriteria baku mutu dan besarnya limpasan.Sistem Pembuangan Terpusat (Off
Site System).
Keuntungan pemakaian sistem pengolahan terpusat adalah :
a. Menyediakan pelayanan yang lebih nyaman dan terbaik;
b. Menampung semua air limbah domestik;
c. Dapat menampung semua air limbah;
d. Pencemaran air tanah dan badan air di lingkungan dapat dihindari;
e. Cocok untuk daerah dengan tingkat kepadatan tinggi;
f. Masa/umur pemakaian relatif lebih lama.
Kerugian pemakaian sistem pengolahan terpusat adalah :
a. Memerlukan biaya investasi, operasi, dan pemelirahan yang tinggi;
b. Menggunakan teknologi tinggi;
c. Memerlukan tenaga yang trampil untuk operasional dan pemeliharaan yang baik;
d. Memerlukan perencanaan dan pelaksanaan untuk jangka panjang;
e. Nilai manfaat akan terlihat apabila sistem telah berjalan dan semua penduduk
terlayani.
170
Dalam pembuatan system pengolaha terpusat harus memperhatikan kondisi
wilayah dan tingkat kepadatan, terbatasnya lahan, serta untuk menghindari resiko
pencemaran air tanah pada masa datang diharapkan sistem pengelolaan dengan cara
terpusat perlu dikembangkan.
Pada dasarnya terdapat tiga alternatif teknologi off site system, antara lain :
1. Private System (Sistem individual) :
a. Jamban Keluarga + Tangki septik individu
b. Jamban Keluarga + tangsi septik tank individual + IPLT
c. Jamban Keluarga + cubluk
2. Communal System (Sistem Komunal) :
a. Jamban Komunal + Tangki septik komunal
b. Jamban Komunal + tangki septik komunal + IPLT
3. Semi Communsl System (Sistem Semi Komunal)
a. Jamban Keluarga + tangki septik komunsl + IPLT
b. Jamban Keluarga + tangki septik + Small Bore Sewer (SBS)

Pemilihan tiga alternative teknologi off site system tersebut berupa sistem
individual, komunal maupun semi komunal ditentukan berdasarkan kondisi wilayah
setempat, kerapatan hunian, jumlah penduduk dan keadaan sosial ekonomi. SIstem
komunal dan semi komunal dapat diterapkan bagi masyarakat yang tidak memiliki
jamban pribadi, tingkat ekonomi yang rendah, daerah kumuh, daerah padat penduduk.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, direkomendasikan untuk
diterapkan sistem komunal berupa MCK + Tangki septik komunal. Dalam kaitan
dengan penyediaan sarana sanitasi tersebutm bentuk penangan yang perlu dilakukan
adalah perbaikan tangki septik individual, pembangunan tangki septik individual,
pembangunan jamban individu + tangki septik komunal, dan pembangunan MCK
umum + tangki septik komunal. (Nurhidayat dan Hermana, 2009). (Sumber :
Suharno, Asmadi (2012), Sistem Pengolahan Air Limbah, Gosyen
Publishing;Yogyakarta.)

 Pengolahan Air Limbah Menjadi Air Bersih

Secara sederhana menjadi hal yang harus dilakukan jika kondisi air bersih di
lingkungan anda sulit didapatkan. Tuntutan untuk memakai air bersih memang sudah

171
menjadi Kebutuhan pokok dan primer. Tidak mungkin melakukan pekerjaan rumah
tangga sehari-hari dengan memakai air kotor. Bisa-bisa semua barang menjadi rusak
dan kesehatan tubuh menjadi taruhan. Solusinya jelas dengan memakai teknologi
penyaring air yang mampu mengubah air limbah menjadi air bersih.
Melalui mekanisme penyaring air yang mumpuni, air limbah bisa di ubah
menjadi air bersih. Caranya juga mudah. Bisa mengadopsi teknik penyaringan air
sederhana yang sudah kita bahas di artikel sebelumnya dengan menggabungkannya
menjadi satu sistem.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat saluran air limbah. Saluran
ini diarahkan sebuah wadah yang berfungsi sebagai resapan dan penyaring pertama.
Isi wadah ini dengan batu besar dan kecil, batu koral , lidi, dan pasir kasar.
Selanjutnya arahkan air hasil saringan ini menuju ke penyaringan tahap dua dengan
pipa atau selang penghubung yang berbentuk leher angsa atau mirip sistem aerasi.
Fungsinya untuk pengendapan kotoran.
Penyaringan tahap dua bisa memakai sistem penyaringan cepat dan lambat. Air
masuk dari atas, lalu masuk lagi ke wadah kedua dari bawah dan air naik ke atas lagi.
Sampai tahap ini kondisi air sudah lumayan bersih.

Gambar 2.21 Penyaringan Air Limbah Menjadi Air Bersih


Sumber : http://www.nicofilter.co.id/

172
2.32 PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Air limbah merupakan air yang keluar dan tidak terpakai lagi dari suatu aktivitas
(Industri, rumah tangga, supermarket, hotel dan sebagainya).  Air limbah ini biasanya
mengandung berbagai zat pencemar (kontaminan) seperti padatan tersuspensi,
padatan terlarut, logam berat, bahan organik, bahan beracun, dan dapat bertemperatur
tinggi. Air limbah ini umumnya akan dibuang ke badan air penerima seperti sungai,
laut dan kedalam tanah. Pembuangan air limbah dengan kandungan berbagai zat
pencemar mengakibatkan terjadinya pencemaran pada sungai, laut, tanah dan bahkan
mencemari udara.
2.33 Baku Mutu Air
Tata Cara Pemberian Izin Pembuangan Air Limbah (Menteri Lingkungan Hidup,
2003)
1. Pemohon mengajukan izin kepada Bupati/Walikota melalui kepala instansi yang
bertanggung jawab di Kabupaten/Kota.
2. Surat permohonan izin dibuat dalam jumlah rangkap tertentu sesuai dengan
kebijakan Bupati/Walikota.
3. Kepala Instansi yang bertanggung jawab di Kabupaten/Kota memeriksa
kelengkapan persyaratan permohonan izin, apabila tidak lengkap dikirim kembali
ke pemohon izin.
4. Kepala instansi yang bertanggung jawab di kab/kota menugaskan tim teknis
untuk melakukan telaahan dan memproses permohonan izin.
5. Tim teknis perizinan menelaah dan memproses berkas permohonan izin meliputi
tahap:
a. kunjungan lapangan apabila diperlukan;
b. sidang pembahasan;
c. penyusunan konsep surat izin.
d. Bupati/ walikota menerbitkan, menangguhkan, atau menolak surat izin.
e. Surat izin, surat penangguhan, atau surat penolakan diterima pemohon izin.

Persyaratan Izin Pembuangan Air Limbah menurut Pasal 38 Peraturan


Pemerintah nomor 82 tahun 2001, sebagai berikut:
a. kewajiban untuk mengolah limbah;
b. persyaratan mutu dan kuantitas air limbah yang boleh dibuang ke media

173
lingkungan;
c. persyaratan cara pembuangan air limbah;
d. persyaratan untuk mengadakan sarana dan prosedur penanggulangan keadaan
darurat;
e. persyaratan untuk melakukan pemantauan mutu dan debit air limbah;
f. persyaratan lain yang ditentukan oleh hasil pemeriksaan analisis mengenai
dampak lingkungan;
g. larangan pembuangan secara sekaligus dalam satu saat atau melepaskan dadakan;
h. larangan untuk melakukan pengenceran air limbah dan upaya penaatan batas
kadar yang dipersyaratkan;
i. kewajiban melakukan suatu swapantau dan kewajiban untuk melaporkan hasil
swapantau.

Gambar 2.22 Izin Pembuangan Air Limbah

Air limbah setelah diolah tentunya harus memenuhi mutu standar air baku yang
telah ditetapkan pada masing-masing peraturan. Di Indonesia sendiri, peraturan ini
diatur dalam Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 112 tahun 2003 tentang baku mutu
air limbah domestik, Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 52 tahun 1995 tentang baku
mutu limbah cair bagi kegiatan hotel, Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 58 tahun
1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit, dan Permen
Lingkungan Hidup RI Nomor 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah (per jenis
industri).
Penetapan baku mutu air limbah didasarkan pada dua (2) aspek yaitu:

174
a. Berdasarkan air limbah yang dihasilkan oleh setiap industri disebut sebagai
standar air limbah (Fffluent Standard).
b. Berdasarkan peruntukan dari badan air penerima disebut sebagai standar air
badan penerima (Stream Standard).

Dalam penentuan baku mutu air limbah diperkenalkan berbagai istilah


diantaranya:
a. Limbah cair, merupakan limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan suatu
aktifitas yang dibuang ke lingkungan hidup dan diduga dapat menurunkan
kualitas lingkungan hidup.
b. Baku mutu air limbah, adalah batas maksimum limbah cair yang  diperbolehkan
dibuang ke lingkungan.
c. Mutu air limbah, merupakan keadaan air limbah yang dinyatakan dengan debit,
kadar dan beban pencemar.
d. Debit maksimum, merupakan debit tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang
ke lingkungan hidup.
e. Kadar maksimum, merupakan kadar tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang
ke lingkungan hidup.
f. Beban pencemaran maksimum, merupakan beban pencemaran tertinggi yang
masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan hidup.

A. Baku Mutu Air Limbah Domestik

Air limbah domestik tidak hanya terbatas pada limbah yang berasal dari
perumahan saja, akan tetapi termasuk juga dari rumah makan (restauran),
perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Yang termasuk ke dalam golongan
air limbah domestik antara lain adalah air buangan dari toilet, dapur, dan laundry.
Kandungan zat-zat yang menjadi pencemar di dalam air limbah harus dibatasi
jumlahnya agar tidak mencemari badan perairan. Untuk itu, pemerintah pusat telah
menetapkan baku mutu untuk jenis air limbah domestik. Baku mutu air limbah
domestik yang ditetapkan oleh menteri lingkungan hidup yaitu KepMenLH
No.112/tahun 2003. Di dalam baku mutu ini terdapat parameter-parameter antara lain 
TSS, BOD, minyak dan lemak, serta pH. Untuk informasi lebih lengkap mengenai

175
baku mutu air limbah berdasarkan KepMenLH No.112/tahun 2003, Anda dapat
melihatnya pada tabel berikut ini:

Tabel 2.13
Baku Mutu Limbah Domestik
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6-9
BOD mg/l 100
TSS mg/l 100
Minyak dan Lemak mg/l 10
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
B. Baku Mutu Air Limbah Hotel

Hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh


bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan yang dikelola secara
komersial yang meliputi hotel berbintang dan hotel melati. Limbah cair hotel
merupakan limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh kegiatan hotel yang
dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Untuk itu,
pemerintah pusat telah menetapkan baku mutu untuk jenis air limbah Hotel. Untuk
informasi lebih lengkap mengenai baku mutu air limbah berdasarkan KepMenLH
No.52/tahun 1995, Anda dapat melihatnya pada tabel berikut ini:
Tabel 2.14
Baku Mutu Limbah Hotel

Parameter Kadar Maksimum (Mg/L)

BOD5 75
COD 100
TSS 100
pH 6,0 - 9,0
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
C. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Rumah Sakit

Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme,


tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum
176
dibuang dan jenis sarana yang ada ( laboratorium, klinik dan lain-lain ). Tentu saja
dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat pathogen. Limbah rumah
sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan
anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada
umumnya seperti BOD, COD, pH, mikrobiologik, dan lain-lain.
Pengolalaan limbah rumah sakit yang sudah lama diupayakan dengan
menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman
dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengolahan dan peningkatan kesehatan di
lingkungan rumah sakit.
Disamping peraturan-peraturan tersebut secara bertahap dan berkesinambungan
Departemen Kesehatan terus mengupayakan dan menyediakan dana untuk
pembangunan ini instalasi pengolalaan limbah rumah sakit melalui anggaran
pembangunan maupun dari sumber bantuan dana dan lainnya. Dengan demikian
sampai saat ini sebagai rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas
pengolalaan limbah, meskipun perlu untuk disempurakan. Namun disadari bahwa
pengolalaan rumah sakit masih perlu ditingkatkan permasyarakatan terutama di
lingkungan masyarakat rumah sakit.
Kualitas limbah ( efluen ) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau
lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor KEP-58/MEN-LH/12/1995 atau peraturan daerah
setempat. (Asmadi, 2012). Untuk informasi lebih lengkap mengenai baku mutu air
limbah berdasarkan KepMenLH No.58/tahun 1995, Anda dapat melihatnya pada
tabel berikut ini:

Tabel 2.15
Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit

Parameter Kadar Maksimum (Mg/L)

BOD5 75

COD 100
TSS 100
pH 6–9

177
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
D. Baku Mutu Air Limbah Industri

Jika dilihat ukuran dan materinya, dampak limbah industri lebih berbahaya dibanding


limbah domestik. Akan tetapi jika limbah domestik menjadi massal karena jumlahnya
juga bisa berbahaya. Limbah industri lebih berbahaya dikarenakan secara kuantitas
memang besar dan terus menerus dihasilkan dengan kandungan zat yang sama. Dapat
kita ilustrasikan bahwa sebuah pabrik menghasilkan suatu produk A1 secara terus
menerus, bahkan 24 jam, maka selamanya kandungan limbahnya akan sama. Jika
tidak dikelola dengan baik, maka lingkungan akan menanggungnya secara terus
menerus. Oleh karena itulah maka limbah industri lebih berbahaya.
Pengolalaan limbah industri yang sudah lama diupayakan dengan menyiapkan
perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan
kebijakan-kebijakan yang mengatur pengolahan limbah industri.
Dalam Permen Lingkungan Hidup RI Nomor 5 tahun 2014 tentang baku mutu air
limbah menjelaskan ada 42 jenis industri yang diatur baku mutu air limbahnya dalam
peraturan ini.

Tabel 2.16
Baku Mutu Air Limbah Industri Pelapisan Logam Dan Glavanis

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


Catatan :
Perhitungan Beban Paling Tinggi atau Beban Maksimum (BM):
178
BM = Kadar Paling Tinggi X Kuantitas Air Limbah Paling Tinggi
(mg/L) (L/m2)/1000
Tabel 2.17
Baku Mutu Air Limbah Industri Penyamakan Kulit

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap paremeter pada tabel diatas dinyatakan dalam
milgram parameter per liter air limbah.
2. Beban pencemaran paling tinggi pada tabel diatas Beban pencemaran paling
tinggi pada tabel diatas dinyatakan dalam kg per ton bahan baku hasil dari
kegiatan penggaraman kulit mentah.
3. Nitrogen Total = Nitrogen Organik + Amonia Total + NO3 + NO2.

179
Tabel 2.18
Baku Mutu Air Limbah Industri Minyak Sawit

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel diatas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel diatas
dinyatakan dalam kg parameter per ton produk minyak sawit (CPO).
3. Nitrogen Total = Nitrogen Organik + Amonia Total + NO3 + NO2.

Tabel 2.19
Baku Mutu Air Limbah Industri Karet

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
180
2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam kilogram parameter per ton produk karet kering atau lateks
pekat.
3. Nitrogen Total = Nitrogen Organik + Amonia Total + NO3 + NO2.

Tabel 2.20
Baku Mutu Air Limbah Industri Tapioka

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam kg parameter per ton produk tapioka.

181
Tabel 2.21
Baku Mutu Air Limbah Industri Monosodium Glutamat (MSG) dan Inosin
Monofosfat (IMP)

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


Catatan:

Perhitungan Beban Paling Tinggi atau Beban Maksimum (BM):


BM = Kadar Paling Tinggi X Kuantitas Air Limbah Paling Tinggi
(mg/L) (L/m2)/1000

Tabel 2.22
Baku Mutu Air Limbah Industri Kayu Lapis

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam gram parameter per m3 produk kayu lapis 1.000 (seribu) m2
produk = 3,6 m3 (tiga koma enam meter kubik) produk dengan ketebalan 3,6
mm (tiga koma enam milimeter.
182
Tabel 2.23
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Susu

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Tabel 2.24
Baku Mutu Air Limbah Industri Minuman Ringan

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam gram parameter per m 3 produk minuman ringan yang
dihasilkan.

Tabel 2.25
Baku Mutu Air Limbah Industri Sabun, Deterjen dan Produk-Produk Minyak
Nabati
183
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.

2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam kg parameter per ton produk sabun, minyak nabati dan
diterjen.

Tabel 2.26
Baku Mutu Air Limbah Industri Bir

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.

2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam gram parameter per helikopter produk Bir.

184
a. Baku Mutu Air Limbah bagi industri timbal asam yang telah beroperasi pada saat
ditetapkan Peraturan Menteri ini.

Tabel 2.27
Baku Mutu Air Limbah Industri Baterai Timbal Asam (AKI)

b. Baku Mutu Air Limbah bagi:


1) Industri timbal asam yang telah beroperasi pada saat ditetapkan Peraturan
Menterui ini dan akan menambahkan unit baru: atau
2) Perencanaan industri timbal asam sedang disusun dan beroperasi setelah
ditetapkannya Peraturan Menteri ini.

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

a. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Buah-Buahan
dan/atau Sayuran yang Melakukan Satu Jenis Kegiatan Pengolahan
Tabel 2.28
185
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Buah-Buahan dan/atau Sayuran

Sumber: Badan lingkungan Hidup


Catatan:
1. Bagi industri pengolahan buah-buahan dan/atau sayuran yang melakukan
proses penggorengan dalam tahapan kegiataan pengolahannya, parameter
minyak-lemak dibatasi sebesar 15 mg/L (lima belas miligram per liter).
2. Satuan
b. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usah dan/atau Kegiatan Pengolahan Buah-Buahan
dan/atau Sayuran yang Melakukan Kegiatan Pengolahan Gabungan

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


Catatan:
1. Bagi industri pengolahan buah-buahan dan/atau sayuran yang melakukan proses
penggorengan dalam tahapan kegiatan pengolahannya, parameter minyak-lemak
dibatasi sebesar 15 mg/L (lima belas miligram per liter).
2. Nilai kuantitas air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri yang melakukan
kegiatan pengolahan gabungan adalah jumlah perkalian antara nilai kuantitas air
limbah dengan jumlah bahan baku senyatanya dari masing-masing kegiatan
sebagaimana dinyatakan dalam persamaan berikut:

Qmix = ∑ (Qi x Pi)


Keterangan:
Qmix : kuantitas air limbah gabungan kegiatan, dalam satuan m3;

186
Qi : kuantitas air limbah yang berlaku bagi masing-masing kegiataan,
dalam satuan m3/ton;
Pi : jumlah bahan baku yang digunakan senyatannya, dalam satuan ton
bahan baku.
3. Nilai beban lagi usaha dan/atau kegiataan industri yang melakukan kegiatan
pengolahan gabungan adalah perkalian antara nilai baku mutu kadar dengan nilai
kuantitas air limbah gabungan, sebagaiman dinyatakan dalam persamaan berikut:

Lmix = Cmix x Qmi


Keterangan:
Lmix : beban gabungan kegiatan dalam satuan kg;
Cmix : kadar parameter air limbah, dalam satuan mg/L;
Qmix : kuatitas air limbah gabungan kegiatan, dalam satuan m3.

Tabel 2.29
Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri Pengolahan Buah-Buahan dan/atau
Sayuran yang Melakukan

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

a. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Hasil
Perikanan yang Melakukan Satu Jenis Kegiatan Pengolahan

187
Tabel 2.30
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


Catatan:
1. Satuan kuantitas air limbah bagi:
a. Usaha dan/atau kegiatan pembekuan dalam satuan m3 per ton bahan baku,
b. Usaha dan/atau kegiatan pengalengan dalam satuan m3 per ton bahan baku,
c. Usaha dan/atau kegiatan pembuatan tepung ikan dalam satuan m3 per ton
produk.
2. Satuan beban pencemaran bagi:
a. Usaha dan atau kegiatan pembekuan dalam satuan kg per ton bahan baku,
b. Usaha dan/atau kegiatan pengalengan dalam satuan kg per ton bahan baku,
c. Usaha dan/atau kegiatan pembuatan tepung ikan dalam satuan kg per ton
produk.
3. Khusus bagi usaha dan/atau kegiatan pembuatan tepung ikan, satuan kuantitas air
limbah dapat menggunakan satuan m3 per ton bahan baku, yaitu sebesar 60
m3/ton (enam puluh meter kubik per ton) bahan baku. Dengan demikian, nilai
beban pencemaran bagi masing-masing parameter dalam satuan kg per ton bahan
baku adalah sebagai berikut:
a. TTS : 6 kg/ton bahan baku

188
b. Sulfida : 0,06 kg/ton bahan baku
c. Amonia : 0,3 kg/ton bahan baku
d. BOD : 6 kg/ton bahan baku
e. COD : 18 kg/ton bahan baku
f. Minyak-lemak : 0,9 kg ton bahan baku
4. Bagi usaha dan/atau kegiatan pengolahan hasil perikanan yang melakukan satu
kegiatan pengolahan namun menggunakan lebih dari satu jenis bahan baku hasil
perikanan,berlaku ketentuan:
a. Nilai kuantitas air limbah adalah jumlah perkalian antara nilai kuantitas air
limbah dengan jumlah bahan baku yang digunakan senyatanya, seperti yang
dinyatakan dalam persamaan berikut:

Qmix = ∑ (Qi x Pi)


Keterangan:
Qmix : kuantitas air limbah gabungan kegiatan, dalam satuan m3;
Qi : kuantitas air limbah yang berlaku bagi masing-masing
kegiataan, dalam satuan m3/ton;
Pi : jumlah bahan baku yang digunakan senyatannya, dalam satuan
ton bahan baku.
b. Nilai beban pencemaran adalah perkalian antara nilai kadar dengan nilai
kuantitas air limbah, seperti yang dinyatakan dalam persamaan berikut:

Lmix = Cmix x Qmi


Keterangan:
Lmix : beban gabungan kegiatan dalam satuan kg;
Cmix : kadar parameter air limbah, dalam satuan mg/L;
Qmix : kuatitas air limbah gabungan kegiatan, dalam satuan m3.

Tabel 2.31
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan
yang Melakukan Kegiatan Pengolahan Gabungan

189
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Catatan:
1. Nilai kuantitas air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pengolahan hasil
perikanan yang melakukan lebih dari satu kegiatan pengolahan adalah jumlah
perkalian antara nilai kuantitas air limbah dengan jumlah bahan baku (atau
produk) senyatanya dari masing-masing kegiatan, seperti yang dinyatakan dalam
persamaan berikut:

Qmix = ∑ (Qi x Pi)


Keterangan:
Qmix : kuantitas air limbah gabungan kegiatan, dalam satuan m3;
Qi : kuantitas air limbah yang berlaku bagi masing-masing
kegiataan, dalam satuan m3/ton;
Pi : jumlah bahan baku yang digunakan senyatannya, dalam
satuan ton bahan baku.
2. Nilai beban pencemaran bagi usaha dan/atau kegiatan pengolahan hasil perikanan
yang melakukan lebih dari satu kegiatan pengolahan adalah perkalian antara nilai
kadar dengan nilai kuantitas air limbah gabungan, seperti yang dinytakan dalam
persamaan berikut:

Lmix = Cmix x Qmi


Keterangan:
Lmix : beban gabungan kegiatan dalam satuan kg;
Cmix : kadar parameter air limbah, dalam satuan mg/L;
Qmix : kuatitas air limbah gabungan kegiatan, dalam satuan m3.
Tabel 2.32

190
Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri Perikanan yang Melakukan
Pengolahan Air Limbah Secara Terpusat

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Tabel 2.33
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Rumput Laut

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Tabel 2.34
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Kelapa

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


*) kecuali untuk pH dan kuantitas air limbah

191
Tabel 2.35
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Daging

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


Tabel 2.36
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Kedelai

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


Keterangan:
1. *)kecuali untuk pH
2. Satuan kuantitas air limbah adalah m3 per ton bahan baku
3. Satuan beban adalah kg per ton bahan baku

Tabel 2.37
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Obat Tradisional atau Jamu

192
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Tabel 2.38
Baku Mutu Air Limbah Industri Minyak Goreng
a. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Minyak Goreng
Menggunakan Proses Basah

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

b. Baku mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Minyak Goreng
Menggunakan Proses Kering

193
Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Tabel 2.39
Baku Mutu Air Limbah Industri Gula
a. Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Gula Dengan Kapasitas Kurang dari 2.500
Ton Tebu yang Diolah Per hari

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


b. Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Gula Dengan Kapasitas Antara 2.500
Sampai Dengan 10.00. Ton Tebu yang Diolah Per Hari

194
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
c. Baku Mutu air Limbah Industri Gula Dengan Kapasitas Lebih Dari 10.00 Ton
Yang Diolah Per Hari

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Tabel 2.40
Baku Mutu Air Limbah Industri Rokok dan/atau Cerutu
a. Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok dan/atau Cerutu yang Sumber Air
Limbahnya Berasal dari Proses Primer Basah dan Proses Sekunder, Termasuk
yang Hanya Berasal dari Proses Primer Basah (Kategori I).

195
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
b. Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok dan/atau Cerutu yang Sumber Air
Limbahnya Berasal dari Sumber Air Limbah Kategoru I dan Air Limbah
Domestik (Kategori II).

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


c. Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok dan/atau Cerutu yang Sumber Air
Limbahnya Berasal dari Proses Primer Kering dan/atau Proses Sekunder,
Termasuk Industri Cerutu dan Rokok Tanpa Cengkeh (Kategori III).

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


d. Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok dan/atau Cerutu yang Sumber Air
Limbahnya Berasal dari Sumber Air Limbah Kategori III dan Air Limbah
Domestik (Kategori IV).

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


196
Tabel 2.41
Baku Mutu Air Limbah Industri Elektornika

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Tabel 2.42
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Kopi

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Tabel 2.43
Baku Mutu Air Limbah Industri Gula Rafinasi

197
Keterangan:
1. Golongan I
Perusahaan telah beroperasi pada saat ditetapkan peraturan ini dan berlaku 3
tahun setelah berlaku peraturan ini.
2. Golongan II
a. Telah beroperasi pada saat diterapkan peraturan ini dan akan menambah
unit baru.
b. Perencanaannya sedang disusun dan beroperasi setelah ditetapkan
peraturan ini

Tabel 2.44
Baku Mutu Air Limbah Industri Petrokimia Hulu

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


Tabel 2.45
Baku Mutu Air Limbah Industri Rayon

198
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Tabel 2.46
Baku Mutu Air Limbah Industri Keramik

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Tabel 2.47
Baku Mutu Air Limbah Industri Asam Tereftalat (PTA)

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Tabel 2.48
Baku Mutu Air Limbah Industri Polyethylene Tereftalat (PET)

199
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Catatan:
Metode Perhitungan Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri PTA dan PET yang
Melakukan Pengilahan Air Limbah Secara Terpadu
Debit air limbah paling tinggi gabungan:
Q = (PPTA * QPTA) + (PPET * QPET)
Kadar air limbah paling tinggi gabungan untuk parameter i:
Ci = (CPTA,i * PPTA * QPTA) + (CPET,i * PPET * QPET) / Q
Keterangan:
Q (m3/hari) : debit air limbah paling tinggi gabungan
QPTA (m3/ton) : kuantitas air limbah paling tinggi untuk industri PTA 4,5
m3/ton (empat koma lima meter kubik per ton) produk PTA.
QPET (m3/ton) : kuantitas air limbah paling tinggi untuk industri PET 2
m3/ton (dua meter kubik per ton) produk PET
PPTA (ton/hari) : jumlah produksi PTA
PPET (ton/hari) : jumlah Produksi PET
Ci (mg/L) : kadar paling tinggi gabungan untuk parameter i
CPTA,i (mg/L) : kadar paling tinggi industri PTA untuk parameter i
CPET,i (mg/L) : kadar paling tinggi industri PET untuk parameter i

Tabel 2.49
Baku Mutu Air Limbah Industri Oleokimia Dasar
a. Naku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Oleokimia Dasar
Untuk Fatty Acid dan Fatty Alcohol Melalui Jalur Fatty Acid

200
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Catatan:
Ton produk adalah penjumlahan ton produk fatty acid + ton produk fatty
alcohol + ton produk alkyl ester + ton produk glycerin
b. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Oleokimia Dasar
Untuk Fatty Alcohol Melalui Jalur Alkyl Ester

Sumber: Badan Lingkungan Hidup


Catatan:
Ton produk adalah penjumlahan ton produk fatty acid + ton produk fatty
alcohol + ton produk alkyl ester + ton produk glycerin.

Tabel 2.50
Baku Mutu Air Limbah Industri Soda Kostik atau Kholr

201
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam gram parameter per ton produk soda kostik

Tabel 2.51
Baku Mutu Air Limbah Industri Pulp dan Kertas

202
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Catatan:
Penjelasan kategori proses di atas diberikan sebagai berikut:
a. Pulp
1. Proses Kraft (dikelantang dan tidak dikelantang) adalah produksi pulp
yang menggunakan cairan pemasak natrium hidroksida yang sangat
alkalis dan natrium sulfida. Proses kraft yang dikelantang digunakan pada
produksi kertas karton dan kertas kasar lain yang berwarna.
Pengelantangan adalah penggunaan bahan pengoksidasi kuat yang diikuti
dengan ekstraksi alkali.
2. Untuk menghilangkan warna dari pulp, untuk suatu rentang produk kertas
yang lengkap
3. Proses Pulp larut adalah produk pulp putih dan sangat murni dengan
menggunakan pemasakan kimiawi yang kuat. Pulpnya digunakan untuk
pembuatan rayon dan produk lain yang mensyaratkan hampir tidak
mengandung logam.
4. Proses Grounwood adalah penggunaan defibrasi mekanis (pemisahan
serat ) dengan menggunakan gerinda atau penghalus (refiners) dari batu.
203
CMP (proses pembuatan pulp kimia mekanis) menggunakan cairan
pemasak kimia untuk memasak kayu secara parsial sebelum pemisahan
seta secara mekanik. TMP (proses pembuatan pulp termo-mekanis)
merupakan pemasakan singkat dengan menggunakan kukus dan kadang-
kadang bahan kimia pemasak, sebelum tahap mekanis.
5. Proses semi kimia merupakan penggunaan cairan pemasak sulfit netral
tanpa pengelantangan untuk menghasilkan produk kasar untuk lapisan
dalam karto gelombang berwarna cokelat.
6. Proses soda adalah produksi pulp dengan menggunakan cairan pemasak
natrium hidroksida yang sangat alkalis.
7. Proses penghilangan tinta (De-ink) merupakan salah satu proses
pembuatan kertas yang menggunakan kertas bekas yang didaur ulang
melalui proses penghilangan tinta dengan kondisi alkali dan kadang
dibuat cerah atau diputihkan untuk menghasilkan pulp sekunder, sering
kali berkaitan dengan proses konvensional.
b. Kertas
1. Kertas halus berarti produksi kertas halus yang dikelantang seperti kertas
cetak dan kertas tulis.
2. Kertas besar berarti produksi kertas berwarna ciklat, seperti lineboard,
kertas karton berwarna coklat atau karton.
3. Kertas lain berarti produksi kertas yang dikelantang selain yang
tercantum dalam golongan halus, seperti kertas koran.

Tabel 2.52
Baku Mutu Air Limbah Industri Ethanol

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

204
Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel diatas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam kg per ton ethanol.

Tabel 2.53
Baku Mutu Air Limbah Industri Baterai Kering

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel diatas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam kg per ton baterai.

Tabel 2.54
Baku Mutu Air Limbah Industri Cat

205
Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Catatan:
1. Cat berbahan dasar solven harus tidak boleh di buang ke perairan umum
semua limbah cair yang dihasilkan harus ditampungatau diolah kembali dan
tidak boleh dibuang perairan umum.
2. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel diatas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
3. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam gram parameter per m3 produk cat.

Tabel 2.55
Baku Mutu Air Limbah Industri Farmasi

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Catatan:

206
Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel diatas dinyatakan dalam
miligram parameter per liter air limbah.

Tabe 2.56
Baku Mutu Air Limbah Industri Pestisida

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel diatas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam kg per ton pestisida.

Tabel 2.57
Baku Mutu Air Limbah Industri Pupuk

207
Catatan:
1. Pengukuran beban air limbah dilakukan pada satu saluran pembuangan akhir.
2. Beban air limbah (kg per ton produk) = Konsentrasi tiap parameter x debit air
limbah
3. Beban air limbah pabrik amoniak, berlaku pula untuk pabrik pupuk urea dan
pupuk nitrogen lain yang memproduksi kelebihan amoniak.

Tabel 2.58
Baku Mutu Air Limbah Industri Tekstil

Sumber: Badan Lingkungan Hidup

Selain itu, pembuangan air limbah ke lingkungan haruslah melihat kualitas air
dari badan air penerimanya, agar limbah yang ada tidak mencemari lingkungan. Air
digolongkan menjadi 4 golongan yaitu.
No. Parameter Satuan Kadar Keterangan
Magnesium
a. FISIKA
1. Bau - - Tidak

208
2. Jumlah zat padat terlarut Mg/L 1000 berbau
3. (TDS) - 5
4. Kekeruhan 0
c -
Tidak
5. Rasa Skala Suhu Udara ±
berasa
6. Suhu TCU 3 0c
Warna 15
b.
KIMIA
1. a.KIMIA ANORGANIK
mg/L 0.001
2. Air raksa
mg/L 0.2
3. Alumunium
mg/L 0.05
4. Arsen
mg/L 1.0
5. Barium
mg/L 0.3
6. Besi
mg/L 0.5
7. Fluorida
mg/L 0.005
8. Kadmium
mg/L 500
9. Kesadahan CaCO2
mg/L 250
10. Klorida
mg/L 0.05
11. Kromium, valensi 6
mg/L 0.1
12. Mangan
mg/L 200
13. Natrium
mg/L 10
14. Nitrat, sebagai N
mg/L 1.0
15. Nitrit, sebagai N
mg/L 0.05
16. Perak
- 6.5
17. pH
mg/L 0.01
18. Selenium
mg/L 5 Merupakan
19. Seng
mg/L 0.1 batas
20. Sianida
mg/L 400 minimum
21. Sulfat
mg/L 0.05 dan
22. Sulfida, Sebagai H2s
mg/L 1.0 maksimum
23. Tembaga
mg/L 0.05
Timbal

1.

209
2. b. KIMIA ORGANIK mg/L 0.0007
3. Aldrin dan dieldrin mg/L 0.01
4. Benzena mg/L 0.00001
5. Benzo (B) pyrene mg/L 0.0003
6. Chilordane (total isomer) mg/L 0.03
7. Chloroform mg/L 0.1
8. 2,4 – D mg/L 0.03
9. DDT mg/L 0.5
10. Detergen mg/L 0.01
11. 1,2 - Dichlometana mg/L 0.0003
12. 1,1 – Dichlometana mg/L 0.003
13. Heptachlor dan heptachlor mg/L 0.00001
14. epoxide mg/L 0.004
15. Hexachorobenzena mg/L 0.03
16. Lindane mg/L 0.01
17. Metoxychlor mg/L 0.1
18. Phentachlorophenal mg/L 0.01
Pestisida total mg/L 10
c. 2,4,6 – Triclorophenal
1. Zat organic (KMnO2)
0
2. Total per
MIKROBIOLOGIK
100 ml 3
Koliform tinja

d.
Total Koliform
1.
Bq/L 0.1

2. RADIO AKTIVITAS
Bq/L 1.0
Aktivitas Alpha
(Gross Alpha Activity)
Aktivitas Beta
(Gross Beta Activity)

210
Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.

Tabel 2.59
Kriteria Kualitas Air Golongan B
a. FISIKA
1. Suhu 0c Suhu air
2. Zat Padat Terlarut mg/L normal
1.000
b. KIMIA
a. KIMIA
1. ANORGANIK mg/L

2. Air raksa mg/L 0.001

3. Amoniak bebas mg/L 0.5

4. Arsen mg/L 0.05

5. Barium mg/L 1.0


Air
6. Besi mg/L 5.0
permukaan
7. Fluorida mg/L 1.5
dianjurkan
8. Cadmium mg/L 0.01
lebih besar
9. Klorida mg/L 600
atau sama
10 Kromium, Valensi 6 mg/L 0.05
dengan 6
. Mangan mg/L 0.5

11 Nitrat, sebagai N mg/L 10

. Nitrit, Sebagai N mg/L 1.0

12 Oksigen terlarut (DO) - -

. pH mg/L 5-9

13 Selenium mg/L 0.01

. Seng mg/L 5

14 Sianida mg/L 0.1

.
211
15 Sulfat mg/L 5
. Sulfida, sebagai H2S mg/L 0.1
16 Tembaga mg/L 1.0
. Timbal 0.1
17
.
18 b. KIMIA ORGANIK mg/L

. Aldrin dan dieldrin mg/L 0.017

19 Chlordane mg/L 0.003

. DDT mg/L 0.042

20 Endrine mg/L 0.001

. Fenol mg/L 0.002

21 Heptachlor dan heptachlor mg/L 0.018

. epoxide mg/L 0.5


Karbon kloroform ekstrak mg/L 0.056
Lindane mg/L 0.035
Metoxichlor mg/L Nihil
1. Minyak dan lemak mg/L 0.1
2. Organofosfat dan carbamate mg/L Nihil
3. PCB mg/L 0.5
4. Senyawa aktif biru metilen 0.005
5. Toxaphene
6. Jumlah per

7. MIKROBIOLOGIK 100 ml 2.000

8. Koliform tinja Jumlah per

9. 100 ml 10.000

10 Total koliform
. Bq/L
RADIO AKTIVITAS 0.1
11
Aktivitas Alpha Bq/L
.
1.0
12 (Gross Alpha Activitas)

. Aktivitas Beta

13 (Gross Beta Activity)

.
212
14
.

c.
1.

2.

d.
1.

2.

Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk air
minum.

Tabel 2.60
Kriteria kualitas air golongan C
No. Parameter Satuan Kadar Keteranga
Magnesium n
a. FISIKA
0
1. Suhu c Suhu air normal
2. Zat padat terlarut mg/L ± 30 c
1.000

b. KIMIA
a. KIMIA ANORGANIK
1. Air raksa mg/L 0.002
2. Amoniak bebas mg/L 0.02
3. Arsen mg/L 1.0
4. Fluorida mg/L 1.5
5. Kadmium mg/L 0.01
Disyaratk
6. Klorin bebas mg/L 0.0003
an lebih
7. Kromium, valensi 6 mg/L 0.05
besar dari
8. Nitrit, sebagain N mg/L 0.06
3
9. Oksigen Terlarut (DO) mg/L -

213
10. pH - 6-9
11. Selenium mg/L 0.05
12. Seng mg/L 0.02
13. Sianida mg/L 0.02
14. Sulfida, sebagai H2S mg/L 0.002
15. Tembaga mg/L 0.02
16. Timbal mg/L 0.03

b. Kimia Organik
1. BHC mg/L 0.21
2. DDT mg/L 0.002
3. Endrine mg/L 0.004
4. Fenol mg/L 0.001
5. Minyak dan lemak mg/L 1
6. Organofosfat dan carbamate mg/L 0.1
7. Senyawa aktif biru metilen mg/L 0.2
(surfaktan)
c.
1. RADIO AKTIVITAS Bq/L 0.1
Aktivitas Alpha
2. (Gross Alpha Activitas) Bq/L 1.0
Aktivitas Beta
(Gross Beta Activity )

Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
pertenakan.

Tabel 2.61
Kriteria Kualitas Air Golongan D
No Parameter Satuan Kadar Keteranga
. Magnesium n
a. FISIKA
0
1. Suhu c Suhu air normal
2. Zat padat terlarut mg/L ± 30 c

214
1.000

b. KIMIA
c. KIMIA ANORGANIK
1. Air raksa mg/L 0.002
2. Amoniak bebas mg/L 0.02
3. Arsen mg/L 1.0
4. Fluorida mg/L 1.5
5. Kadmium mg/L 0.01
6. mg/L 0.0003 Disyaratka
Klorin bebas
7. mg/L 0.05 n lebih
Kromium, valensi 6
8. mg/L 0.06 besar dari
Nitrit, sebagain N
9. mg/L - 3
Oksigen Terlarut (DO)
10. pH - 6-9
11. Selenium mg/L 0.05
12. Seng mg/L 0.02
13. Sianida mg/L 0.02
14. Sulfida, sebagai H2S mg/L 0.002
15. Tembaga mg/L 0.02
16. Timbal mg/L 0.03

d. Kimia Organik
1. BHC mg/L 0.21
2. DDT mg/L 0.002
3. Endrine mg/L 0.004
4. Fenol mg/L 0.001
5. Minyak dan lemak mg/L 1
6. Organofosfat dan carbamate mg/L 0.1
7. Senyawa aktif biru metilen mg/L 0.2
(surfaktan)
c.
1. RADIO AKTIVITAS Bq/L 0.1
Aktivitas Alpha
2. (Gross Alpha Activitas) Bq/L 1.0

Aktivitas Beta
(Gross Beta Activity )

215
2.35 Pencemaran

Pencemaran terhadap lingkungan dapat berakibat luas dan tergantung limbah,


jenis limbah, volume dan frekuensinya. Sifat-sifat limbah ada yang korosif, oksidator,
beracun dan menimbulkan iritasi. Limbah dalam volume yang kecil dengan frekuensi
yang terus-menerus akan mengakibatkan degradasi secara perlahan-lahan. Sebaliknya
limbah yang walaupun volumenya besar tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terjadi hanya sekali, hal ini tergantung pada jenis dan sifat limbah tersebut, serta
senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya. Perlakuan terhadap limbah
ditujukan untuk berbagai macam tujuan tergantung pada teknologi pengolahan. Ada
limbah yang diproses kembali untuk memperoleh senyawa-senyawa yang terkandung
di dalamnya, ada limbah yang diproses untuk tujuan menghilangkan senyawa-
senyawa pencemaran sampai pada batas toleransi yang diizinkan.

Apabila air limbah tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan gangguan, baik
terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada. Gangguan tersebut
diantaranya meliputi :
a. Gangguan terhadap kesehatan

Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia, mengingat air limbah
mengandung banyak mikroorganisme, baik yang bersifat patogen maupun
nonpatogen. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air limbah
adalah penyakit k olera, penyakit thyphus, hepatitis, disentir, filarisis, dan segala
macam penyakit kuylut yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. (Asmadi dan
Suharno, 2012)

Selain sebagai pembawa kandungan penyakit, air limbah juga mengandung


bahan-bahan beracun yang berbahaya, penyebab iritasi, bau dan suhu yan tinggi
serta bahan-bahan lainya yang mudah terbakar. Contohnya, timah hitam dapat
menyebabkan anemia, kerusakan fungsi otak, dan ginjal. Krom dapat
menyebabkan kanker pada kulit dan saluran pencernaan. Kemudian, sianida

216
meskipun dapat konsentrasi yang sangat kecil telah dapat menimbulkan
keracunan dan kerusakan fungsi hati.

b. Gangguan terhadap kehidupan biotik


Dengan banyaknya zat pencemar yang ada dalam air limbah, maka akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air. Dengan demikian
kehidupan didalam air yang membutuhkan oksigen terganggu. Selain
menyebabkan ikan dan bakteri-bakteri dalam air menjadi mati, namun juga dapat
menimbulkan kerusakan pada tanaman air.

c. Gangguan terhadap keindahan dan kenyaman


Selama proses penguraian zat organik dalam air limbah maka menimbulkan bau
yang tidak menyenangkan dan warna air limbah menimbulkan gangguan
pemandangan.

Selain gangguan-gangguan diatas, air limbah yang tidak diolah sesuai standara
atau tidak memenuhi baku mutu air untuk dilepaskan ke lingkungan akan
menimbulkan pencemaran oleh air limbah itu sendiri dan oleh kandungan zat kimia di
dalamnya.

A. Pencemaran Akibat Air Limbah

Limbah air mengakibatkan badan penerima menjadi kotor dan senyawa- senyawa
pencemar yang terkandung membahayakan terhadap lingkungan. Disamping itu
perubahan air menjadi kotor perubahan air dilapisi bahan-bahan berminyak atau
bahan padatan lain yang menyebabkan terjadinya penutupan permukaan air.
Senyawa-senyawa yang terkandung dalam limbah bila melebihi kadar yang
ditentukan menyebabkan air tidak dapat dipergunakan untuk keperluan sebagaimana
mestinya.
Air tercemar bila salah satu atau lebih kondisi berikut ini terjadi, yaitu :
a. Mengakibatkan naik turunnya keasaman air.
b. Akan terjadi perubahan sifat fisika air misalnya terjadi perubahan warna, air
menjadi keruh, berbau, dan berubahnya suhu air.
c. Permukaan air tertutup oleh lapisan terapung, berupa minyak, lemak dan bahan
padat lainnya.
d. Peningkatan kandungan bahan-bahan organik maupun anorganik dalam air.
217
e. Meningkatkan zat-zat tersuspensi dalam air. Terjadinya perubahan sifat-sifat dan
kimia air disebabkan limbah dari industri yang mengandung bahan-bahan
beracun dan berbahaya antara lain : merkuri, arsen, amoniak, dll. Bahan-bahan
ini ada yang terlarut mengendap maupun tersuspensi.

Dengan adanya senyawa-senyawa ini, melebihi ambang batas yang diterapkan


menyebabkan berbagai akibat antara lain :

a. Terganggunya kehidupan dalam air.


b. Cepat timbul karat pada permukaan yang kontak langsung dengan air.
c. Penurunan daya guna air dan lingkungannya.
d. Peningkatan pertumbuhan beberapa jenis tumbuhan air.
e. Terganggunya penggunaan air sebagai air minum, air cuci, air untuk pertanian,
air perikanan, dan air untuk industri.

Terjadinya pencemaran air erat kaitannya dengan pencemaran tanah dimana air
itu mengalir. Air yang bersumber dari limbah perkebunan mengandung bahan- bahan
residu akan mempengaruhi kahidupan pada permukaan tanah. Bahan-bahan yang ada
di atas permukaan tanah bersama air hujan mengalir meresap ke dalam tanah tanpa
adanya daya tanah untuk menahannya. Sebagian air berfungsi sebagai air larian
memasuki badan perairan sungai atau rawa-rawa. Sebagian bahan ini masuk dalam
perairan dan belum dilakukan penelitian sejauh mana perkebunan memberikan
dampak terhadap sungai-sungai.

B. Pencemaran oleh logam berat


Pencemaran logam berat seperti besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Kadmium
(Cd), Cromium (Cr), Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Nikel (Ni) dan Raksa (Hg),
berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis.
Jenis pertama adalah logam berat esensial, dimana keberadaannya dalam jumlah
tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang
berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe,
Co, Mn, Ni dan sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial
atau beracun, dan dimana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui
manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain.
Logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada
bagian mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh.
218
1) Pencemaran oleh Cadmium

Menurut Palar (2004), efek kronis akibat toksisitas kadmium (Cd) pada manusia
dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu, Efek kadmium (Cd) terhadap
ginjal, Efek kadmium (Cd) terhadap paru, Efek kadmium (Cd) terhadap tulang, Efek
kadmium (Cd) terhadap sistem reproduksi
Logam kadmium (Cd) dapat menimbulkan gangguan dan bahkan mampu
menimbulkan kerusakan pada sistem yang bekerja di ginjal. Kerusakan yang terjadi
pada sistem ginjal dapat dideteksi dari tingkat jumlah atau jumlah kandungan protein
yang terdapat dalam urine. Petunjuk kerusakan yang dapat terjadi pada ginjal akibat
logam kadmium (Cd) yaitu terjadinya asam amniouria dan glokosuria, dan
ketidaknormalan kandungan asam urat kalsium dan fosfor dalam urine.
Keracunan yang disebabkan oleh peristiwa terhirupnya uap dan atau debu kadmium
(Cd) juga mengakibatkan kerusakan terhadap organ respirasi paru-paru. Kerusakan
paru-paru tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari keracunan kronis yang disebabkan
oleh kadmium (Cd). Efek keracunan kadmium (Cd) juga dapat mengakibatkan
kerapuhan pada tulang. Gejala rasa sakit pada tulang sehingga menyulitkan untuk
berjalan. Terjadi pada pekerja yang bekerja pada industri yang menggunakan
kadmium (Cd). Penyakit tersebut dinamakan “itai-itai”
Daya racun yang dimiliki oleh kadmium (Cd) juga mempengaruhi sistem reproduksi
dan organ-organya. Pada konsentrasi tertentu kadmium (Cd) dapat mematikan sel-sel
sperma pada laki-laki. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa akibat terpapar oleh uap
logam kadmium (Cd) dapat mengakibatkan impotensi.

2) Pencemaran Timbal

Walaupun pengaruh toksisitas akut agak jarang dijumpai, tetapi pengaruh toksisitas
kronis paling sering ditemukan. Pengaruh toksisitas kronis ini sering dijumpai pada
pekerja di pertambangan dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil (proses
pengecatan), penyimpanan bateri, percetakan, pelapisan logam dan pengecatan sistem
semprot (Darmono, 2001)

Timbal adalah logam toksik yang bersifat kumulatif sehingga mekanisme


toksisitasnya dibedakan menurut beberapa organ yang dipengaruhinya yaitu sebagai
berikut.

219
1. Sistem hemopoietik Pb menghambat sistem pembentukan hemoglobin
sehingga menyebabkan anemia
2. Sistem saraf pusat dan tepi dapat menyebabkan gangguan ensefalopati dan
gejala gangguan saraf perifer
3. Sistem ganjil dapat menyebabkan gaminoasiduria, fosfaturia, glukosuria,
nefropati, fibrosis, dan atrofi glomerular.
4. Sistem gastro-intestinal menyebabkan kolik dan konstipasi
5. sistem kardiovaskuler; menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
pembulu darah.
Sistem produksi; dapat menyebabkan kematian janin waktu melahirkan pada
wanita serta hipospermi dan teratospermia pada pria
6. Sistem indokrin; mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal
(Darmono, 2001).

3) Pencemaran Merkuri
Kasus toksisitas metil merkuri pada manusia, baik anak maupun orang dewasa,
diberitakan besar-besaran pasca Perang Dunia ke-2 di Jepang, yang disebut
“Minamata Disease”. Tragedi yang dikenal dengan Penyakit Minamata,
berdasarkan penelitian ditemukan penduduk di sekitar kawasan tersebut
memakan ikan yang berasal dari laut sekitar Teluk Minamata yang mengandung
merkuri yang berasal dari buangan sisa industri plastik (Pervaneh dalam Alfian,
2006). Tragedi ini telah memakan korban lebih kurang 100 orang pada tahun
1953 sampai 1960. Dari korban ini ada yang meninggal atau mengalami cacat
seumur hidup. Gejala keanehan mental dan cacat syaraf mulai tampak terutama
pada anak-anak.

C. Dampak Limbah Rumah Sakit


Air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang benar tentunya dapat
menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut, antara lain :
a. Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang
digunakan oleh manusia.
b. Mengganggu kehidupan dalam air, mematikan hewan dan tumbuhan air.
c. Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerobik dan zat anorganik).

220
d. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga
terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir (Chandra,2006).

1) Dampak limbah medis pada kesehatan masyarakat

Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan masyarakat,


yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal dari laboratorium virologi dan
mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat penangkalnya sehingga sulit untuk
dideteksi. Limbah cair dan limbah padat yang berasal dari rumah sakit dapat
berfungsi sebagai media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para petugas,
penderita maupun masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa pencemaran udara,
pencemaran air, tanah, pencemaran makanan dan minuman. Pencemaran tersebut
merupakan agen-agen kesehatan lingkungan yang dapat mempunyai dampak besar
terhadap manusia.
Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan
baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah
noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis. Pencampuran
tersebut justru memperbesar permasalahan lombah medis.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme
bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum
dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik
yang umumnya diukur dan parameter BOD,COD,TSS, dan lain-lain. Sedangkan
limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah
terbakar, dan lain-lain.
Limbah medis tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme pathogen
atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat
tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan
yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan
peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masih buruk.
Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk mendapat
gangguan karena buangan rumah sakit. Pertama, pasien yang datang ke rumah sakit
untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan rumah sakit. Kelompok
ini merupakan kelompok yang paling rentan. Kedua, karyawan rumah sakit dalam
melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan orang sakit yang merupakan
sumber agen penyakit. Ketiga, pengunjung/pengantar orang sakit yang berkunjung ke
221
rumah sakit, resiko terkena gangguan kesehatan akan semakin besar. Keempat,
masyarakat yang bermukim di sekitar rumah sakit, lebih-lebih lagi bila rumah sakit
membuang hasil buangan rumah sakit tidak sebagaimana mestinya ke lingkungan
sekitarnya. Akibatnya adalah mutu lingkungan menjadi turun kualitasnya, dengan
akibat lanjutannya adalah menurunnya derajat kesehatan masyarakat di lingkungan
tersebut. Oleh karena itu, rumah sakit wajib melaksanakan pengelolaan buangan
rumah sakit yang baik dan benar dengan melaksanakan kegiatan sanitasi rumah sakit.
2) Dampak negatif pengelolaan limbah rumah sakit terhadap lingkungan

Dampak yang ditimbulkan limbah rumah sakit akibat pengelolaannya yang tidak baik
atau tidak saniter terhadap lingkungan dapat berupa :
1. Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu dan
menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan
rumah sakit maupun masyarakat luar.
2. Limbah medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun, buangan
yang terkena kontaminasi serta benda-benda tajam dapat menimbulkan gangguan
kesehatan berupa kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja.
3. Limbah medis yang berupa partikel debu dapat menimbulkan pencemaran udara
yang akan menyebabkan kuman penyakit menyebar dan mengkontaminasi
peralatan medis ataupun peralatan yang ada.
4. Pengelolaan limbah medis yang kurang baik akan menyebabkan estetika
lingkungan yang kurang sedap dipandang sehingga mengganggu kenyamanan
pasien, petugas, pengunjung serta masyarakat sekitar. Limbah cair yang tidak
dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran terhadap sumber air
(permukaan tanah) atau lingkungan dan mejadi media tempat berkembangbiaknya
mikroorganisme pathogen, serangga yang dapat menjadi transmisi penyakit
terutama kholera, disentri, Thypus abdominalis. (Asmadi, 2012).

222

Anda mungkin juga menyukai