TINJAUAN PUSTAKA
B. Tanah
Tanah adalah tempat kita berpijak. Tanah merupakan alat vital yang menjadi
habitat berbagai macam organisme. Tak hanya segelintir makhluk hidup, tetapi
puluhan bahkan ratusan makhluk hidup bergantung padanya. Tanah membantu
berbagai tumbuhan bernapas, makan, menghisap air, dan berbagai unsur hara yang
membuatnya bertahan dari serangan penyakit. Intinya, tanah adalah media yang
digunakan tumbuhan dan berbagai jenis mikroorganisme untuh hidup yang terbentuk
dari pelapukan batuan.
Ditinjau dari pengertian tanah serta sanitasi lingkungan, maka dalam
kesimpulan ini saya akan menuliskan apa si peran tanah dalam sanitasi lingkungan,
maka fungsi tanah dalam hal sanitasi lingkungan yaitu melindungi dan menetralisir
zat-zat berbahaya yang terdapat dalam sampah ataupun limbah, dimana ketika ada
pencemaran pada lingkungan maka Tanah itu merupakan salah satu unsur yang
peranannya cukup penting dalam mengatasi pencemaran suatu lingkungan tersebut,
seperti penyangga kimia (buffer), penyaringan, pengendapan, pengalih ragaman
(transformer), serta pengendali biologi.
C. Udara
Udara adalah campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara bumi
yang kering mengandung 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbon
dioksida, dan gas-gas lain. Udara akan berubah sesuai dengan ketinggiannya. Apabila
saat bernafas, kandungan oksigen berkurang sementara karbondioksida meningkat.
Ketika tumbuhan menjalani sistem fotosintesis, oksigen kembali dibebaskan.
Diantara gas-gas yang membentuk udara adalah seperti berikut: Udara terdiri dari
nitrogen (78%), oksigen (21%), uap air (0-7%), ozon, karbon dioksida, hidrogen dan
gas-gas mulia seperti krypton dan argon, yaitu 1% zat lain. Persentase yang
ditunjukkan diungkapkan oleh fraksi volume.
Udara terdiri dari nitrogen, oksigen, dan argon, yang bersama-sama
merupakan gas utama dari atmosfer. Udara juga bisa mengandung sisa gas di
antaranya adalah gas-gas rumah kaca seperti uap air, karbon dioksida, metan, asam
nitrat, dan ozon. Udara disaring mencakup jumlah jejak banyak senyawa kimia
lainnya. Banyak zat alami mungkin ada dalam jumlah kecil dalam sampel udara tanpa
filter, termasuk debu, serbuk sari dan spora, semprot laut, dan abu vulkanik. Berbagai
polutan industri juga mungkin ada, seperti klorin (dasar atau dalam senyawa),
senyawa fluor, unsur merkuri, dan senyawa sulfur seperti sulfur dioksida [SO2]
C. Pengelolan Sampah
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi
oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan
manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan,
sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi , atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan
sendirinya.
1) Sumber-Sumber Sampah:
a) Sampah yang berasal dari pemukiman
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah
tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti : sisa makanan, kertas/plastik
pembungkus makanan, daun, dan lain-lain.
b) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat
hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa
kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.
c) Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,
departemen, perusahaan, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering,
dan mudah terbakar.
d) Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari
kertas, kardus, debu, batu-batuan, pasir, daun, palstik, dan sebagainya.
e) Sampah yang berasal dari industri
Sampah dari proses industri ini misalnya sampah pengepakan barang,
logam, plastik, kayu, kaleng, dan sebagainya.
f) Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami,
sis sayur-mayur, dan sebagainya.
g) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah ini dapat berupa kotoran ternak, sisa makanan ternak, bangkai
binatang, dan sebagainya.
2) Jenis-jenis Sampah
a) Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya :
Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,
misalnya: logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.
Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya :
sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.
b) Sampah berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar. Sampah yang mudah
terbakar, misalnya karet, kertas, kayu, dan sebagainya. Sampah yang tidak
dapat terbakar, misalnya kaleng bekas, besi/logam bekas, dan sebagainya.
c) Sampah berdasarkan karakteristiknya:
i) Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan/pembuatan makanan yang
umumnya mudah membusuk yang berasal dari rumah tangga, pasar,
restoran, hotel, dan sebagainya.
ii) Rabish, sampah yang berasal dari perkantoran baik yang mudah terbakar
maupun yang tidak mudah terbakar.
iii) Ashes (Abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar,
termasuk abu rokok.
iv) Sampah jalanan (steet sweeping), yaitu sampah yang berasal dari
pembersihan jalan.
v) Sampah industri.
vi) Bangkai binatang (dead animal).
vii) Bangkai kendaraan (abandoned vehicle)
viii) Sampah pembangunan (construction waste)
3) Pengelolaan Sampah
Cara-cara pengelolaan sampah diawali dengan pengumpulan sampah di
tempat sumber dimana sampah tersebut dihasilkan. Dari lokasi sumbernya sampah
tersebut diangkut dengan alat angkut sampah. Sebelum sampai ke tempat
pembuangan kadang-kadang perlu adanya suatu tempat penampungan sementara.
Dari sini sampah dipindahkan dari alat angkut yang lebih besar dan lebih efisien,
misalnya dari gerobak ke truk atau dari gerobak ke truk pemadat. Adapun syarat
tempat sampah yang di anjurkan:
a) Terbuat dari bahan yang kedap air, kuat, dan tidak mudah bocor
b) Mempunyai tutup yg mudah di buka, dikosongkan isinya, mudah dibersihkan.
c) Ukurannya di atur agar dapat di angkut oleh 1 orang.
Sedangkan syarat kesehatan tempat pengumpulan sampah sementara
(Mubarak dan Chayatin, 2009):
a) Terdapat dua pintu yaitu untuk masuk dan untuk keluar
b) Lamanya sampah di bak maksimal tiga hari
c) Tidak terletak pada daerah rawan banjir
d) Volume tempat penampungan sampah sementara mampu menampung sampah
untuk tiga hari.
e) Ada lubang ventilasi tertutup kasa untuk mencegah masuknya lalat.
f) Harus ada kran air untuk membersihkan.
g) Tidak menjadi perindukan vektor.
h) Mudah di jangkau oleh masyarakat ataupun kendaraan pengangkut.
Pemusnahan dan pengolahan sampah di taman (Landfill), yaitu pemusnahan
sampah dengan membuat lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun
dengan tanah.
a) Dibakar (Inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di
dalam tungku pembakaran (incenerator).
b) Dijadikan pupuk (Composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk
(kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan
sampah lain yang dapat membusuk.
6) Memperbaiki ketersediaan air bersih, fasilitas sanitasi yang cukup, dan tingkah
laku yang higienis merupakan hal-hal yang vital dan saling mengisi satu sama lain
dalam sektor penyediaan air dan sanitasi. Sehingga jika hanya melakukan investasi
pada salah satu aspek tersebut tanpa melibatkan aspek lainnya, maka akan
menimbulkan resiko terhadap kesehatan masyarakat dan tidak akan menyelesaikan
permasalahan kesehatan masyarakat.
hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak
berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi standar (Allafa, 2008). Zat
kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting karena memiliki kemampuan untuk
melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa
jenis gas, dan banyak macam molekul organik. Air sering disebut sebagai pelarut
universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan
dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam
bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H +) yang
N2 Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah mencapai permukaan
bumi, air hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran udara yang disebabkan oleh
pengotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan
sebagai sumber air minum hendaklah pada waktu menampung air hujan jangan
dimulai pada saat hujan mulai turun karena masih banyak mengandung kotoran
(Sutrisno, 1996).
4) Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada
umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengaliran.
Dibandingkan dengan sumber lain air permukaan merupakan sumber air yang
tercemar berat. tempat tinggal penduduk. Hampir semua air buangan dan sisa
kegiatan manusia dilimpahkan kepada air atau dicuci dengan air, dan pada waktunya
akan dibuang ke dalam badan air permukaan. Disamping manusia, flora dan fauna
juga turut mengambil bagian dalam mengotori air permukaan, misalnya batang-
batang kayu, daun-daun, tinja dan lain-lain. Jadi, dapat dipahami bahwa air
permukaan merupakan badan air yang mudah sekali dicemari terutama oleh kegiatan
manusia. Oleh karena itu, mutu air permukaan perlu mendapat perhatian yang
seksama kalau air permukaan akan dipakai sebagai bahan bakar air bersih. Beberapa
sumber air yang termasuk ke dalam kelompok air permukaan adalah air yang berasal
dari sungai, danau, laut, lautan dan sebagainya (Kusnoputanto, 1986).
5) Mata Air
Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah. Keluarnya
air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng- lereng gunung atau
sepanjang tepi sungai. Berdasarkan munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas 2
yaitu:
a) Mata air (gravity spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri. Pada
lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut menembus
lalu keluar sebagai mata air.
b) Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis
berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi.
Jenis mata air dapat dibedakan menjadi lima (Verstappen, 1962):
a) Mata air lapisan terdapat pada lapisan batuan perangkap air diantara lapisan
impermiabel yang tersingkap.
b) Mata air celah, terdapat pada batuan jenuh. Air tersingkap karena ada
celah/retakan.
c) Mata air sesar, berada pada lapisan tembus air menyesar sungkup terhadap
batuan impermiabel.
d) Mata air bendung, terdapat pada lapisan tembus air yang terbendung oleh
kisaran tektonik atau peristiwa vulkanik.
e) Mata air kompleks batuan jenuh air, terjadi karena membanjirya kompleks
batuan jenuh air dilengkapi dengan bangunan penangkap air.
Ion Cr6+ merupakan bentuk logam Cr yang paling banyak dipelajari sifat racunnya,
bila dibandingkan dengan ion-ion Cr2+ dan Cr3+. Sifat racun yang dibawa oleh
logam ini juga dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis.
Tingkat daya racun yang dibawa oleh logam khromium tidak sama pada semua
makhluk hidup. Daya racun itu lebih ditentukan oleh masing-masing individu untuk
menetralisir bahan-nahan beracun yang masuk kedalam tubuh. Banyaknya jumlah Cr
dengan lambatnya proses penghapusan Cr dari paru-paru, menjadi dasar dari suatu
hipotesis bahwa Cr merupakan salah satu bahan yang dapat menyebabkan timbulnya
kanker paru-paru. Oleh karena itu, Cr digolongkan pula sebagai bahan karsinogen
(Palar, 2004).
Keracunan yang bersifat kronis yang dibawa oleh logam kadmium (Cd),
terjadi dalam selang waktu yang sangat panjang. Peristiwa ini terjadi karena logam
Cd yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah kecil, sehingga dapat ditolerir oleh
tubuh pada saat tersebut. Akan tetapi karena proses kemasukan tersebut terus-
menerus secara berkelanjutan, maka tubuh pada batas akhir tidak lagi mampu
memberikan toleransi terhadap daya racun yang dibawa oleh Cd. Keracunan yang
bersifat kronik ini membawa akibat yang lebih buruk dan penderitaan yang lebih
menakutkan bila dibandingkan dengan keracunan akut (Palar, 2004).
Pada keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd, umumnya berupa
kerusakan-kerusakan pada banyak sistem fisiologis tubuh. Sistem-sistem tubuh yang
dapat dirusak oleh keracunan kronis logam ini adalah pada sistem urinaria (ginjal),
sistem respirasi (pernafasan/paru-paru), sistem sirkulasi (darah) dan jantung. Di
samping semua itu, keracunan kronis tersebut juga merusak kelenjar reproduksi,
sistem penciuman dan bahkan dapat mengakibatkan kerapuhan pada tulang (Palar,
2004).
Adannya nitrat dalam sumber air minum menunjukkan adanya bekas
pencemaran yang lama dan batasan yang diperbolehkan tidak lebih dari 1 mg/l. Nitrat
dalam konsentrasi >45 mg/l dapat membahayakan anak-anak dan menimbulkan
metahemoglobinemia infantil (Chandra, 2007).
Dalam keadaan normal nitrit tidak ditemukan dalam air minum,kecuali dalam
air yang berasal dari air tanah akibat adanya proses reduksi nitrat oleh garam besi.
Apabila hasil pemeriksaaan menunjukkan adanya nitrat (walaupun konsentrasinya
rendah), perlu dicurigai adanya pencemaran (Chandra, 2007).
Nitrit dan nitrat dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan gastero-in-
testinal, diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma dan bila tidak ditolong akan
meninggal. Keracunan kronis menyebabkan depresi umum, sakit kepala, dan
gangguan mental. Nitrit terutama akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk
Methemoglobin (metHb). Dalam jumlah melebihi normal MetHb menjadi Hb
dijumpai karena pembentukan enzim yang menguraikan MetHb menjadi Hb masih
belum sempurna. Sebagai akibat Methemoglobinaemia, bayi akan kekurangan
oksigen, maka mukanya akan tampak membiru, dan karenanya penyakit ini juga
disebut blue babies (Slamet, 2005).
Sianida adalah senyawa sian (Cn) yang sudah lama terkenal sebagai racun. Di
dalam tubuh akan menghambat pernafasan jaringan, sehingga terjadi asphyxia, orang
merasa seperti tercekik dan cepat diikuti oleh kematian. Keracunan kronis
menimbulkan malaise, dan iritasi. Sianida ini didapatkan secara alami di berbagai
tumbuhan. Apabila ada di dalam air minum, maka untuk menghilangkannya
diperlukan pengolahan khusus. Selain itu, hidrocyanida juga mudah terbakar (Slamet,
2005).
Selenium adalah logam yang berbau bawang putih, didapat bersama-sama
dengan Cu, Au, Ni, dan Ag. Selenium juga didapat antara lain pada industri gelas,
kimia, plastik, dan semikonduktor. Dalam dosis besar Se akan menyebabkan gejala
gastero-in-testinal seperti muntah dan diare. Bila pemaparan berlanjut, maka akan
terjadi gejala gangguan susunan syaraf seperti hilangnya refleks-refleks, iritasi
cerebal, konvulsi, dan dapat terjadi kematian. Se merupakan racun sistemik, dan
mungkin juga bersifat karsinogenik (Slamet, 2005).
Aluminium adalah metal yang dapat dibentuk, dan karenanya banyak
digunakan sehingga terdapat banyak di lingkungan dan didapat pada berbagai jenis
makanan. Sumber alamiah aluminium terutama adalah bauxit dan cryolit. Aluminium
dalam dosis tinggi dapat menimbulkan luka pada usus. Aluminium yang berbentuk
debu akan diakumulasi di dalam paru-paru. Aluminium juga dapat menyebabkan
iritasi kulit, selaput lendir, dan saluran pernafasan (Slamet, 2005).
Di dalam air minum besi dapat menimbulkan rasa, warna kuning,
pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri, dan kekeruhan. Besi (Fe)
dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe di dalam
tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengeksresikan
Fe. Karenanya mereka yang sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi
hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan dalam tubuh, tetapi dalam
dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh
rusaknya dinding usus ini. Debu Fe juga dapt diakumulasi di dalam alveoli, dan
menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru (Slamet, 2005).
Sifat kesadahan seringkali ditemukan pada air yang menjadi sumber baku air
bersih yang berasal dari air tanah atau daerah yang tanahnya mengandung deposit
garam mineral dan kapur. Air semacam ini memerlukan penanganan khusus sehingga
biaya purifikasi tentunya menjadi tinggi. Kesadahan pada air dapat berlangsung
sementara (temporary) maupun menetap (permanent). Kesadahan pada air ini dapat
terjadi karena air mengandung:
1) Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan bikarbonat (temporary).
2) Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan magnesium dengan
sulfat,nitrat,dan klorida (permanent).
3) Garam-garam besi, zinc, dan silika (Chandra, 2007).
Semua sumber air yang ada, termasuk air hujan, mengandung zat klorida.
Kadar klorida bervariasi antar tempat sementara di daerah dekat laut, kadar klorida
cenderung tinggi. Zat klorida dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran,
yaitu dengan mengukur terlebih dahulu kadar klorida pada sumber air yang
diperkirakan tidak mengalami pencemaran disekitar lokasi sumber air yang akan
diperiksa. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar klorida yang lebih tinggi
dibandingkan kadar klorida pada sumber air yang terdapat disekitarnya, dapat
dipastikan bahwa sumber tersebut telah mengalami pencemaran (Chandra, 2007). Di
dalam air mangan dapat menimbulkan masalah warna apabila terdapat dalam dosis
yang tinggi yaitu menyebabkan warna air ungu/hitam (Slamet, 2005).
Air minum sebaiknya netral, tidal asam/basa, untuk mencegah terjadinya
pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. Air adalah bahan
pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidal netral, dapat melarutkan
berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Slamet, 2005).
Tubuh memerlukan seng untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi
dapat bersifat racun. Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat, dan dapat
menimbulkan gejala muntaber. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent, dan
bila dimasak akan timbul endapan seperti pasir (Slamet, 2005).
Sulfat bersifat iritan bagi saluran gastri-intestinal, bila dicampur dengan
magnesium atau natrium. Jumlah MgSO4yang tidak terlalu besar sudah dapat
b. Syarat Bakteriologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air
angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai
dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang
dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri
golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini
merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Slamet, 2009).
E.coli sudah lama diketahui sebagai indikator adanya pencemaran tinja manusia pada
minuman ataupun makanan. Beberapa alasan mengapa E.coli disebut sebagai
indikator pencemaran pada tinja dibanding bakteri lainnya adalah (Chandra, 2005) :
a. Jumlah organisme cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200-400 miliar
organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Oleh karena jarang sekali
ditemukan dalam air, keberadaan kuman ini dalam air memberi bukti kuat adanya
kontaminasi tinja manusia.
b. Organisme ini lebih mudah dideteksi melalui metode kultur (walau hanya terdapat
1 kuman dalam 100 cc air) dibanding tipe kuman patogen lainnya.
c. Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus patogen
lainnya.
d. Organisme ini lebih resisitensi terhadap proses purifikasi air secara alamiah. Bila
coliform organisme ini ditemukan di dalam sampel air maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga ditemukan dalam
sampel air tersebut di atas walaupun dalam jumlah yang kecil.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, bakteri coliform
yang memenuhi syarat untuk air minum harus 0 per 100 ml sampel.
c. Syarat Kimia
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh
zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg), Aluminium
(Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca), Mangan ( Mn ),
Derajat keasaman (pH), Cadmium (Cd), dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat
kimia dalam air minum yang dikonsumsi sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar
maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air
minum. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia
yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik bagi
kesehatan dan material yang digunakan manusia. Contohnya pH; pH Air sebaiknya
netral yaitu tidak asam dan tidak basa untuk mencegah terjadinya pelarutan logam
berat dan korosi jaringan. pH air yang dianjurkan untuk air minum adalah 6,5–8,5.
Air merupakan pelarut yang baik sekali maka jika dibantu dengan pH yang tidak
netral dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Slamet, 2006).
1) Besi (Fe)
Besi atau ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat
dibentuk. Titik leleh Fe sebesar 1538 ºC sedangkan titik didihnya sebesar 2861 ºC.
Sumber Fe antara lain berasal dari hematit ataupun magnetit. Adanya Fe dalam air
dapat bersumber dari dalam tanah itu sendiri (batu-batuan yang mengandung besi)
ataupun endapan-endapan buangan industri. Diperkirakan kandungan Fe dalam kerak
bumi adalah sebesar 5,63 x 10-3 mg/kg, sedangkan kandungan didalam laut sebesar 2
x 10-3
Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai
pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang
sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh
tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh manusia
tidak dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi mereka yang sering mendapat tranfusi
darah warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang
mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu
dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh
rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan
terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10
mg/l akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk. Kadar maksimum Fe yang
diperbolehkan di dalam air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 adalah 0,3 mg/l. Kadar Fe yang tinggi
dalam air menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa,
pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Fe dibutuhkan oleh tubuh dalam
pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe dalam tubuh dikendalikan pada fase
absorbs. Tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan
oleh tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus (Soemirat, 2007).
Simpanan Fe yang berlebihan dalam tubuh dapat merusak sel alat pencernaan secara
langsung, dalam bentuk hemosiderin dapat menimbulkan hemosiderosis (Widowati,
2008).
2) Mangan (Mn)
Mangan adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan sering kali bersifat
khronis sebagai akibat dari kelebihan kadar Mn dalam tubuh sehingga dapat
mengganggu proses pencernaan. Kadar maksimum Mn yang diperbolehkan di dalam
air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 adalah 0,4 mg/l.
3) Kadmium (Cd)
Kadmium adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd diperoleh
bersama-sama dengan Zn, Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil. Tubuh manusia tidak
memerlukan Cd dalam fungsi dan pertumbuhannya, karenanya Cd sangat beracun
pada manusia. Keracunan akut akan menyebabkan gejala gastrointestinal, dan
penyakit ginjal. Gejala klinis keracunan Cd sangat mirip dengan penyakit Glomerulo-
nephritis biasa, hanya pada fase lanjut dari keracunan Cd ditemukan pelunakan dan
fraktur (patah) tulang-tulang punggung yang multiple.
Di Jepang sakit pinggang ini dikenal sebagai penyakit “Itai-Itai Byo”. Gejalanya
adalah sakit pinggang, patah tulang, tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, gejala
seperti influenza, dan sterilitas pada laki-laki. Kadar maksimum Cd yang
diperbolehkan di dalam air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 adalah 0,003 mg/l.
MCK singkatan dari Mandi, Cuci, Kakus adalah salah satu sarana fasilitas
umum yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk keperluan mandi,
mencuci, dan buang air di lokasi permukiman tertentu yang dinilai berpenduduk
Perdesaan (P2D), 2002). MCK komunal/umum adalah sarana umum yang digunakan
bersama oleh beberapa keluarga untuk mandi, mencuci dan buang air di lokasi
Mandi cuci kakus (MCK) merupakan salah satu sarana fasilitas umum yang
digunakan bersama untuk keperluan mandi, mencuci dan buang air oleh beberapa
keluarga di lokasi pemukiman tertentu yang dinilai tingkat kemampuan ekonomi
rendah dan berpenduduk cukup padat ( Pengembangan prasarana pedesaan (P2D),
2002).
Mck umum adalah sarana umum yang digunakan untuk mandi, mencuci dan buang
air oleh beberapa keluarga di lokasi pemukiman yang berpenduduk dengan
kepadatan sedang sampai tinggi (300-500 orang/ha) (SNI 03-2399-2002).
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup
bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki
kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok
tersebut.( Horton 2003). Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar
kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (Undang-Undang No. 4
Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman). Pemukiman padat adalah
pemukiman yang berpenduduk dengan kepadatan tinggi yaitu 300-500 orang/Ha.
Potret masyarakat yang padat penduduk dan kemampuan ekomoni rendah
memiliki tata ruang yang kumuh membuat mereka kurang menyadari arti penting dari
fungsi MCK. MCK, mandi cuci kakus adalah sarana yang menunjang kehidupan
sosial, budaya serta kesehatan masyarakat, Mck sehat merupakan cerminan
lingkungan yang sehat, bersih serta tertata dapat mempengaruhi pola pikir idividu
untuk lebih memperhatikan lingkungan, menekan polusi udara dan pencemaran
ekosistem, dampak positif bagi masyarakat adalah perubahan perilaku, kebiasaan
serta budaya manusia di lingkungan umum. Dengan ada pembangunan MCK umum
yang sesuai tata cara perencanaan umum serta menjaga kaidah-kaidah MCK sehat
dapat berperan dalam pengendalian lingkungan pada masyarakat berpenghasilan
rendah di pemukiman padat menghadapi berbagai masalah (Depkimpraswil, 2003)
antara lain :
1. Kelangkaan air bersih, dimana pemenuhan kebutuhan akan air bersih di hargai
dengan mahal sehingga kesulitan untuk membeli air bersih
2. Ketiadaan saluran buangan air kepenampungan/pengolahan yang menyebabkan air
buangan langsung dibuang ke lingkungan yang memyebabkan berkembangnya
bakteri, penyakit serta nyamuk.
3. Jumlah sangat terbatas pada pembuangan tinja manusia tanpa memperdulikan
pengaruh buruk terhadap lingkungan.
Persyaratan umum MCK (SNI 03-2399-2002)
1. Rencana pembangunan MCK umum baru dapat dilaksanakan setelah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan sebagai berikut : lokasi, jumlah pemakai,
system penyediaan air bersih , sistem pembuangan air limbah.
2. Kemampuan pengelola MCK .
3. Air, limbah dari MCK umum harus diolah sebelum dibuang sehingga tidak
mencemari air, udara dan tanah dilingkungan permukiman
Persyaratan Khusus MCK ( Rekompak-JRF )
1. Jarak maksimal antara lokasi MCK umum dengan rumah penduduk yang dilayani
adalah 100 meter. Lokasi daerah harus bebas banjir
2. Jumlah pemakai, semua ruangan dalam satu kesatuan harus dapat menampung
pelayanan pada waktu paling sibuk.
3. Sistem penyediaan air bersih meliputi sumber air bersih dan kualitas air
4. Sistem pembuangan air kotor dialirkan ke saluran drainase, tangki sptik atau
dibuat peresapan air.
Komponen dari MCK meliputi
1. Kamar mandi
2. Sarana tempat cuci
3. Jamban
4. septik
lokasinya harus berada tidak jauh dari lokasi pengungsian (dalam radius +/-50 m
melayani masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki tempat mandi, cuci dan
kebutuhan mandi, cuci dan buang airnya. Lokasi MCK jenis ini idealnya harus
penduduk dan luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah 3 ha.
Disain MCK sangat tekait dengan kebiasaan atau budaya masyarakat setempat
1. Untuk mengkomunalkan sarana mandi, cuci, dan kakus agar limbahnya mudah
3. Di samping itu juga untuk melestarikan budaya mandi bersama, seperti di daerah
asal mereka.
4. Kawasan yang padat penduduknya, umumnya luas rumah di bawah luas hunian
baku per jiwa. Hal ini mengakibatkan sulitnya mencari ruang untuk lokasi sumur
maupun kakus. Kawasan tersebut terutama dihuni oleh warga masyarakat yang
pendapatannya untuk membangun kakus atau kamar mandi sendiri. Apalagi jika
Bilik/Ruangan MCK
Jumlah Bilik/Ruangan
Jumlah Pemakai
Mandi Cuci Kakus
10 – 20 2 1 2
21 – 40 2 2 2
41 – 80 2 3 4
81 – 100 2 4 4
101 – 120 4 5 4
121 – 160 4 5 6
161 – 200 4 6 6
Catatan :
Jumlah bilik untuk mandi dan kakus bisa digabungkan menjadi satu dan
didiskusikan dengan warga pemakai. Tempat cuci dalam kondisi lahan terbatas,
Kamar Mandi
Anda bisa terpeleset jika berjalan di lantai yang licin, maka permukaan lantai yang
kasar seperti keramik bertekstur menjadi pilihan yang baik sebagai alas atau lantai. Di
daerah pedesaan di berbagai negara, termasuk Indonesia, masih banyak orang yang
mandi di tempat terbuka atau kamar mandi yang setengah tertutup. tanpa atap. Kamar
mandi juga sering ditempatkan di luar rumah, dengan air yang mengalir dari
pegunungan ataupun sumur bor. Air ditempatkan di sebuah tempayan atau tong besar
serta gayung sebagai alat penciduk air. Kadang-kadang tidak setiap rumah
mempunyai kamar mandi, sehingga di desa-desa seringkali ditemukan kamar mandi
umum. Dalam keadaan ini, mandi bukan lagi suatu kegiatan pribadi, melainkan
sebuah peristiwa komunal. Orang menggunakan kesempatan ini untuk bertemu
dengan tetangga dan bertukar cerita atau ngegosip.
Perkembangan kamar mandi sekarang sudah lebih modern. Seperti produk yang
kami tawarkan. Kamar mandi di lengkapi dengan bathtub, wastafel shower dan lain-
lain, membuat kamar mandi lebih nyaman dan betah untuk berlama lama di
dalamnya. Kamar mandi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Kamar mandi basah
Kamar mandi basah biasanya mempunyai sebuah wadah penampungan seperti
bak, tempayan atau ember. Dari wadah penampungan air tersebut orang mencidukkan
air dengan gayung yang kemudian disiramkan ke tubuhnya. Kamar mandi seperti ini
paling umum digunakan di Indonesia. Hal ini terutama disebabkan karena aliran air
tidak selalu terjamin, atau di tempat itu tidak terdapat aliran air, sehingga dibutuhkan
sebuah wadah penampungan dengan air yang siap digunakan setiap saat.
2. Kamar mandi kering
Kamar mandi kering biasanya menyediakan sebuah tempat khusus untuk orang
yang mandi. Cara mandinya pun berbeda, biasanya menggunakan pancuran (shower)
atau dengan duduk atau setengah berbaring berendam di sebuah bak mandi yang di
sebut bathtub. Bak besar ini kadang-kadang juga ditambah dengan pancuran sehingga
orang tidak harus selalu berendam di bak tersebut. Ini dilakukan untuk lebih
menghemat penggunaan air. Kamar mandi kering paling banyak ditemukan di negara-
negara barat, terutama karena aliran airnya lebih terjamin.
Meliputi lantai luasnya minimal 1,2 m2 (1,0 m x 1,2 m) dan dibuat tidak licin
dengan kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1 %. Pintu,
ukuran: lebar 0,6 - 0,8 m dan tinggi minimal 1,8 m, untuk pengguna kursi roda
(defabel) digunakan lebar pintu yang sesuai dengan lebar kursi roda.
Bak mandi / bak penampung air untuk mandi dilengkapi gayung. Bilik harus
diberi atap dan plafond yang bebas dari material asbes. (Proyek REKOMPAK – JRF,
2008) Kamar mandi dapat dilengkapi dengan atap, bak air dan pintu. Jalan masuk ke
kamar mandi ang tidak dilengkapi dengan pintu harus dibuat sedemiikian rupa
sehingga orang yang sedang mandi tidak terhihat langsung dan luar. Persyaratan
sarana kamar mandi adalah sebagai berikut:
1) lantai
luas lantai minimal 1,2 m2 (1,0 m x 1,2 m ) dan dibuat tidak hicin dengan kemiringan
ke arah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1%
2) dinding
bagian pemisah antara ruang yang satu dengan yang Iainnya.
3) pintu
pintu, dengan ukuran pintu sebagai berikut lebar 0,6 - 0,8 m dan tinggi minimal 1,6 m
4) bak mandi
bak penampung air yang digunakan untuk mandi dengan gayung.
5) ventilasi dan penerangan
untuk menjamin terselenggaranya pembaharuan udara bersih dan penerangan yang
cukup dalam kamar mandi, maka harus diadakan ventilasi dan harus mempunyai
lubang cahaya yang langsung berhubungan dengan udara sebagai penerangan alamiah
6) sarana air bersih
air bekas mandi dapat dibuang ke sistem saluran atau tangki septik yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
Luas lantai minimal 2,40 m2 (1,20 m x 2,0 m) dan dibuat tidak licin dengan
kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1 %. Tempat menggilas
pakaian dilakukan dengan jongkok atau berdiri, tinggi tempat menggilas pakaian
dengan cara berdiri 0,75 m di atas lantai dengan ukuran sekurang-kurangnya 0,60 m x
0,80 m (Proyek REKOMPAK – JRF, 2008). Tempat cuci dapat dilengkapi dengan
atap dinding dan pintu, persyaratan tempat cuci adalah sebagai berikut:
1) lantai
luas lantai minimal 2,40 m2 (1,20 m x 2,0 m) dan dibuat tidak licin dengan
kemiringan ke arah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1%
2) dinding, pintu, ventilasi dan penerangan
apabila tempat cuci dilengkapi dengan dinding, pintu, ventilasi dan penerangan maka
ketentuan-ketentuan seperti yang tercantum dalam fasilitas mandi untuk dinding,
pintu, ventilasi dan penerangan dapat diterapkan untuk fasilitas tempat cuci
3) tempat menggilas pakaian
menggilas pakaian dapat dilakukan dengan jongkok atau berdiri, dimana tinggi
tempat menggilas pakaian dengan cara berdiri adalah 0,75 m di atas lantai dengan
ukuran sekurang-kurangnya 0,60 m x 0,80 m, permukaan tempat menggilas dibuat
tidak licin dengan kemiringan 1%
4) sarana air bersih
jumlah kran yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan.
Kakus/Jamban
a. Pengertian Jamban
sarana pembuangan kotoran manusia atau tinja (kakus/jamban) adalah bagian dari
usaha sanitasi yang cukup penting peranannya, khususnya dalam usaha pencegahan
maka pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan,
terutama dalam mencemari tanah dan sumber air (Soeparman dan Suparmin, 2002)
Untuk blok fasilitas sanitasi toilet dengan sistem komunal/umum, disarankan bahwa 1
toilet digunakan 25-50 orang dengan pembagian bilik terpisah antara laki-laki dan
permpuan. Namun untuk daerah dengan kepadatan tinggi (>1000 jiwa/ hektar) jumlah
penduduk yang dapat dilayani oleh 1 blok toilet adalah 200-500 jiwa. Tipe ideal
taoilet untuk fasilitas sanitasi sistem komunal adalah toilet tuang siram (jamban leher
angsa), dengan jumlah air yang digunakan 15-20 liter/orang/ hari (G.J.W de Kruijff,
1. Jamban cubluk (pit privy) adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya
akan mengotori air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3 meter (Mashuri, 1994).
empang, sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya
tersebar begitu saja, yang biasanya dipakai untuk makanan ikan, ayam.
3. Jamban kimia (chemical toilet) adalah model jamban yang dibangun ditempat-
tempat rekreasi, pada transportasi seperti kereta api dan pesawat terbang dan
lain-lain. Pada model ini, tinja disenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic
soda dan pembersihnya dipakai kertas tisue (toilet paper). Jamban kimia ada
Pada tipe ini terbagi lagi menjadi ruang-ruang kecil, seperti pada lemari.
Pada tipe ini tidak terdapat pembagian ruangan atau dengan kata lain hanya
4. Jamban leher angsa (angsa trine) adalah jamban leher lubang closet berbentuk
Jamban model ini adalah model terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan
(Warsito, 1996).
b. Syarat-Syarat Jamban
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus,
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindungm dinding kedap air dan berwarna,
6. Cukup penerangan,
1. Topografi tanah : Topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan
2. Faktor hidrologi : yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain Kedalaman air
tanah, Arah dan kecepatan aliran tanah, Lapisan tanah yang berbatu dan berpasir.
Pada lapisan jenis ini diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak
yang diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari tanah liat.
3. Faktor Meteorologi : di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus
disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan lembab.
Cacing dapat bertahan pada tanah yang lembab dan basah selama 5 bulan,
6. Frekuensi Pemompaan : Akibat makin banyaknya air sumur yang diambil untuk
keperluan orang banyak, laju aliran tanah menjadi lebih cepat untuk mengisi
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman,
5. Pemeliharaan Jamban
Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara
pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI, 2004 adalah sebagai berikut :
11. Sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih agar tidak
12. Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak
membahayakan pemakai,
13. Tidak memasukkan bahan kima dan detergen pada lubang jamban,
14. Tidak ada aliran masuk kedalam jamban selain untuk membilas tinja.
Kuantitas air
Seiring dengan makin tingginya kepedulian akan kelestarian sungai dan kepentingan
menjaga keberlanjutan lingkungan dan dunia usaha maka muncul upaya industri
untuk melakukan pengelolaan air limbah industrinya melalui perencanaan proses
produksi yang effisien sehingga mampu meminimalkan limbah buangan industri dan
upaya pengendalian pencemaran air limbah industrinya melalui penerapan installasi
pengolahan air limbah. Bagi Industri yang terbiasa dengan memaksimalkan profit dan
mengabaikan usaha pengelolaan limbah agaknya bertentangan dengan akal sehat
mereka, karena mereka beranggapan bahwa menerapkan instalasi pengolahan air
limbah berarti harus mengeluarkan biaya pembangunan dan biaya operasional yang
mahal.
Di pihak lain timbul ketidakpercayaan masyarakat bahwa industri akan dan mampu
melakukan pengelolaan limbah dengan sukarela mengingat banyaknya perusahaan
industry yang dibangun di sepanjang aliran sungai, dan membuang air limbahnya
tanpa pengolahan. Sikap perusahaan yang hanya berorientasi “Profit motive” dan
lemahnya penegakan peraturan terhadap pelanggaran pencemaran ini berakibat
timbulnya beberapa kasus pencemaran oleh industry dan tuntutan-tuntutan
masyarakat sekitar industry hingga perusahaan harus mengganti kerugian kepada
masyarakat yang terkena dampak.
2.14. Latar belakang yang menyebabkan terjadinya permasalahan
pencemaran tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
Upaya pengelolaan lingkungan yang ditujukan untuk mencegah dan atau
memperkecil dampak negatif yang dapat timbul dari kegiatan produksi dan jasa di
berbagai sektor industri belum berjalan secara terencana.
Biaya pengolahan dan pembuangan limbah semakin mahal dan dana pembangunan,
pemeliharaan fasilitas bangunan air limbah yang terbatas, menyebabkan perusahaan
enggan menginvestasikan dananya untuk pencegahan kerusakan lingkungan, dan
anggapan bahwa biaya untuk membuat unit IPAL merupakan beban biaya yang besar
yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Tingkat pencemaran baik kualitas
maupun kuantitas semakin meningkat, akibat perkembangan penduduk dan ekonomi,
termasuk industri di sepanjang sungai yang tidak melakukan pengelolaan air limbah
industrinya secara optimal. Perilaku sosial masyarakat dalam hubungan dengan
industri memandang bahwa sumber pencemaran di sungai adalah berasal dari
buangan industri, akibatnya isu lingkungan sering dijadikan sumber konflik untuk
melakukan tuntutan kepada industri berupa perbaikan lingkungan, pengendalian
pencemaran, pengadaan sarana dan prasarana yang rusak akibat kegiatan industri.
Adanya Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air nomor: 82 Tahun 2001, meliputi standar lingkungan, ambang batas
pencemaran yang diperbolehkan, izin pembuangan limbah cair, penetapan sanksi
administrasi maupun pidana belum dapat menggugah industri untuk melakukan
pengelolaan air limbah.
Limbah cair memiliki 2 karakteristik yaitu karakteristik fisik dan kimia. Adapun
karakter fisiknya dari limbah cair antara lain :
Padatan : pada limbah cair terdapat padatan organic dan nonorganik yang
mengendap dan tersuspensi sehingga bisa mengendap dan menyebabkan
pendangkalan.
Kekeruhan : kekeruhan menunjukkan sifat optis di dalam air karena terganggunya
cahaya matahari saat masuk ke dalam air akibat adanya koloid dan suspensi
Bau : bau dikarenakan karena adanya mikroorganisme yang menguraikan bahan
organic.
Suhu : limbah cair memiliki suhu yang berbeda dibandingkan dengan air biasa,
biasanya suhunya lebih tinggi karena adanya proses pembusukan
Sedangkan karakter kimia dari limbah cair yaitu :
Keasaman : keasaman limbah cair dipengaruhi oleh adanya bahan buangan yang
bersifat asam atau basa. Agar limbah tidak berbahaya, maka limbah diupayakan untuk
memiliki pH netral.
Logam berat beracun : Cadmium dari industri tekstil, merkuri dari pabrik cat, raksa
dari industri perhiasan dan jenis logam berat yang lainnya.
Nitrogen : umumnya terdapat sebagai bahan organic dan diubah menjadi ammonia
oleh bakteri sehingga menghasilkan bau busuk dan bisa menyebabkan permukaan air
menjadi pekat sehingga tidak bisa ditembus cahaya matahari.
Fenol : salah satu bahan organic yang berasal dari industri tekstil, kertas, minyak dan
batubara sehingga menyebabkan keracunan.
BOD : kebutuhan oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan senyawa organic
yang ada di dalam air.
COD : kebutuhan oksigen yang diperlukan mikroba untuk menghancurkan bahan
organic
D. LANGKAH-LANGKAH PENGOLAHAN AIR LIMBAH
Trickling filter. Sebuah trickling filter bed yang menggunakan plastic media.
Bagaimana dengan air limbah industri? Dalam kegiatan industri, air limbah akan
mengandung zat-zat/kontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut
atau bahan aditif, produk terbuang atau gagal, pencucian dan pembilasan peralatan,
blowdown beberapa peralatan seperti kettle boiler dan sistem air pendingin, serta
sanitary wastes. Agar dapat memenuhi baku mutu, industri harus menerapkan prinsip
pengendalin limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam proses produksi (in-pipe
pollution prevention) dan setelah proses produksi (end-pipe pollution prevention).
Namun walaupun begitu, masalah air limbah tidak sesederhana yang dibayangkan
karena pengolahan air limbah memerlukan biaya investasi yang besar dan biaya
operasi yang tidak sedikit. Untuk itu, pengolahan air limbah harus dilakukan dengan
cermat, dimulai dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas
instalasi pengolahan air limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang
benar, serta pengoperasian yang cermat.
Dalam pengolahan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa parameter kualitas yang
digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
parameter organik, karakteristik fisik, dan kontaminan spesifik. Parameter organik
merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam limbah.
Parameter ini terdiri dari total organic carbon (TOC), chemical oxygen demand
(COD), biochemical oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan total
petrolum hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air limbah dapat dilihat dari
parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur, warna, bau, dan potensial
reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa senyawa
organik atau inorganik.
Septic tank (tangki septik) adalah suatu bak berbentuk empat persegi panjang
yang biasanya terletak di bawah muka tanah dan menerima atau menampung kotoran
dan air penggelontor yang berasal dari toilet glontor, termasuk juga segala buangan
limbah rumah tangga. Periode tinggal (detention time) di dalam tangki adalah 1-3
hari. Zat padat akan diendapkan pada bagian tangki dan akan dicernakan secara
anaerobik (digested anaerobically) dan suatu lapisan busa tebal akan terbentuk
dipermukaan.
Walaupun proses pencernaan zat padat yang terendap berlangsung secara efektif,
antara 1-5 tahun sekali. Dan bila ditinjau dari kesehatan, efluen yang berasal dari
Efluen tersebut tidak boleh langsung disalurkan pada saluran drainase ataupun
badan-badan air tanpa mengolah efluen tersebut terlebih dahulu. Walaupun pada
umumnya tangki septik digunakan untuk mengolah air limbah rumah tangga secara
individual, namun tangki septik juga dapat digunakan sebagai fasilitas sanitasi
komunal/umum untuk suatu lingkungan dengan penduduk sampai 300 jiwa (G.J.W de
Kruijff, 1987).
Jarak antara resapan dan sumber air untuk keamanannya disyaratkan minimal 10
1. Rata-rata lumpur terkumpul , untuk air limbah dari KM/WC. (IKK Sanitation
3. Air limbah yang dihasilkan (tangki septik hanya untuk menampung limbah
kakus)= 10 lt/orang/hari
syarat kesehatan dan pengawasan kualitas air bagi seluruh masyarakat baik yang
untuk penyediaan dan pemanfaatan air bersih. Air bersih yang digunakan selain harus
mencukupi dalam arti kuantitas untuk kehidupan sehari-hari juga harus memenuhi
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.416 Tahun 1990 dan Keputusan
1. Parameter Fisik
2. Parameter Kimia
3. Parameter Biologi
4. Parameter Radiologi
Air bersih untuk MCK komunal bisa berasal dari:
2. Air tanah : sumber air bersih yang berasal dan air tanah, lokasinya minimal 11 m
dari sumber pengotoran sumber air bersih dan pengambilan air tanah dapat berupa:
3. Sumur bor : sekeliling sumur harus terbuat dan bahan kedap air selebar minimal
1,20 m dan pipa selubung sumur harus terbuat dari lantai kedap air sampai
4. Sumur gali : sekeliling sumur harus terbuat dari lantai rapat air selebar minimal
1,20 m dan dindingnya harus terbuat dari konstruksi yang aman, kuat dan kedap
air sampai ketinggian ke atas 0,75 m dan ke bawah minimal 3,00 m dari
permukaan lantai .
5. Air hujan : bagi daerah yang curah hujannya di atas 1300 mm/tahun dapat dibuat
Fasilitas Pelengkap
Air bekas cuci dan mandi bisa dibuang langsung ke saluran drainase namun jika
tidak terdapat saluran drainase yang relatif dekat maka air bekas dialirkan ke tangki
Listrik untuk penggerak pompa air dan penerangan harus diadakan tersendiri
Listrik harus berasal dari sumber PLN dan dari golongan tarif sosial agar tidak
membebani pengguna yang rata rata kurang mampu dengan biaya yang dianggap
terlalu tinggi.
Rumah adalah tempat untuk tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani,
rohani dan sosial. Definisi ini membawa banyak konsekuensi yakni bahwa selain
kualitas rumah yang harus baik, diperlukan pula segala fasilitas yang dibutuhkan
untuk tumbuh dan berkembang. Fasilitas itu misalnya fasilitas pendidikan, pasar/toko,
tempat kerja, fasilitas air bersih dan sanitasi (Juli Soemirat, 1994).
diluar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan
yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
tahun 1999 tentang kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun berdiri sendiri,
rumah layak huni adalah rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan, keselamatan
terjamin, dapat dicapai dan mampu dibayar, termasuk kebutuhan dasar, bebas
dari kata housing dalam bahasa inggris yang artinya adalah perumahan dan kata
rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana lingkungannya. Perumahan
menitikberatkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land settlement.
menitik beratkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu
manusia (human). Dengan demikian perumahan dan pemukiman merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling
melengkapi.
1. Kelangkaan air bersih dimana air dibeli dengan harga yang mahal untuk
mendapatkannya.
bersarangnya nyamuk.
3. Tidak ada tempat pembuangan tinja manusia yang memadai walaupun ada jumlah
pada saat ini penyakit yang disebabkan oleh lingkungan semakin bertambah.
Dalam hal ini faktor utama yang harus diperhatikan adalah keadaan sanitasi.
Sanitasi mempunyai ruang lingkup yang luas, salah satunya adalah sanitasi
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan
karena itu keberadaan rumah yang sehat, aman, serasi dan terarut sangat
diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
2. Perumahan Sehat
Rumah merupakan tempat beristirahat, berlindung dan menyimpan harta benda secara
aman dan tenang. Oleh karena itu menpunyai berbagai fungsi maka rumah haruslah
memenuhi persyratan kesehatan dan juga tidak bertentangan dengan peraturan yang
ada, karena rumah mempunyai hubungan yang erat dengan penghuninya. Dimana
rumah dengan kondisi yang buruk akan member pengaruh yang buruk pula kepada
penghuninya.Secara umum kriteria rumah sehat adalah (Depkes RI 2002)
a. Memenuhi kebutuhan fisilogi antar lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisinga yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain Privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antara anggota keluarga dan penghuni rumah.
a. Bahan bagunan
1) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat membahayakan
kesehatan, antara lain sebagai berikut:
2) Tidak terbuat dari bahan yang tidak menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganime pathogen.
b. Komponen dan penataan rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut :
Dinding :
b) Dikamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan.
4) Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi
dengan penagkal petir.
5) Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang
keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang mandi, dan ruang bermain.
c. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruang minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.
d. Kualitas udara
4) Pertukaran udara “ air exchange rate” = 5 kaki kubit per menit per penghuni.
5) Kosentrasi gas CO tidak 100 ppm/8 jam.
e. Ventilasi
Luas penghawaan atau vebtilasi alami yang permanen minimal 10% dari lulas lantai.
g. Air
2) Kualitas air harus memenuhi persyratan kesehatan air bersih dan air minum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
i. Limbah
1) Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah serta air tanah.
2) limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran terhadap
permukana tanah serta air tanah.
Luas ruang tidur minimal 8 meter, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang
tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur 5 tahun.
1) Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti : bataran sungai, aliran
lahar, gelombang tsunami, longsor dan sebagainya.
2) Tidak terletak pada daerah bekas pembuangan akhir sampah dan bekas lokasi
pertambangan.
3) Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur
pendaratan dan penerbangan.
Kualitas udara ambient dilingkungan perumahan bebas dari gangguan gas beracun
baik oleh alam atau aktifitas manusia dan memenuhi persyaratan baku mutu udara
yang berlaku, dengan perhatian khusus terhadap parameter-parameter sebagai berikut:
c. kualitas tanah
Kualitas tanah pada daerah perumahan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Kualitas air tanah pada daerah perumahan minimal memenuhi persyratan air baku, air
minum (golongan B), sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.e.
Sarana dan prasarana lingkungan
1) Memiliki taman bermain untuk anak, sarana reaksi keluarga dengan konstruksi
yang aman dari kecelakaan.
2) Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vector penyakit
dan menimbulkan persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
b) Kontruksi trotoar jalan tidak membahayakan perjalan kaki dan penyandang cacat.
4) Tersedia sumber air bersih yang menghasilkan air secara cukup sepanjang waktu
dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2) Iadeks jentik nyamuk (angka bebas jentik) di perumahan tidak melebihi 5%.
g. Penghijauan
Secara umum, dampak dari pembuangan air limbah yang tidak menjalani
1. Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang
2. Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerobic dan zat anorganik).
penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban.
Bakteri E.Coli dijadaikan sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui
bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan manusia sebagai flora normal.
Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang dikeluarkan manusia sebagai
pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain air,
tangan, serangga, tanah, makanan, susu serta sayuran. Menurut Anderson dan
Arnstein (dalam Wagner dan Lanoix, 1958) dalam buku M.Soeparman dan Suparmin,
Air
Tangan
Mati
Tinja Makanan
(Sumber , susu, Inang
Infeksi) sayuran. Sakit
Baru
Serangga/ Cacat
Tikus
Tanah
Sumber : (Soeparman dan Suparmin, 2002)
Selain itu bila dilihat berdasarkan pola teori simpul pada gambar berikut :
Sumber
Penyakit Media Biomarker Sakit/sehat
Transmisi
Maka untuk penyakit akibat tinja, yang menjadi sumber penyakit adalah tinja
yang mengandung bakteri patogen E.coli yang dapat masuk melalui air, makanan dan
minuman yang mengandung bakteri tersebut. Kemudian pada simpul tiga yang
merupakan biomarkernya adalah sistem pencernaan yang terinfeksi oleh bakteri
E.coli yang berlebihan, sehingga pada simpul empat manusianya akan menderita sakit
Dari gambar 2.1 dan gambar 2.2 dapat dipahami bahwa sumber terjadinya
penyakit adalah tinja. Dengan demikian untuk memutuskan rantai penularan penyakit
merupakan usaha untuk memperbaiki sanitasi dasar dan dapat memutuskan rantai
penularan penyakit.
Air
Tinja
(Sumber
Penghalang/
Infeksi) Tangan Inang
Pemutus Makanan
Rantai
Penularan :
Sanitasi
dengan kualitas dan kuantitas air bersih yang tersedia. Sebab apabila kualitas air tidak
memenuhi syarat kesehatan yang berlaku maka akan memungkinkan terjadinya suatu
penyakit akibat air. Dalam hal ini untuk mencegah hubungan penyakit dengan air
sumber penglontoran seperti kakus, kandang ternak, saluran air limbah rumah tangga,
dan lain-lain.
3. Jumlah air yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat
air adalah :
Adalah penyakit yang ditularkan langsnung melalui air minum, dimana air
minum tersebut mengandung kuman patogen dan terminum oleh manusia maka dapat
hygiene perorangan dan kebersihan alat-alat terutama dapur dan alat makan. Dengan
terjaminnya kebersihan oleh tersediannya air yang cukup maka penularan penyakit
tertentu pada manusia dapat dikurangi. Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis.
Penyakit ini sangat dpengaruhi oleh cara penulran diantaranya, penyakit infeksi
saluran pencernaan.
Adalah penyakit yang ditularkan melalui bibit penyakit yang sebagian besar
keong-keong air. Setelah waktunya larva ini akan mengubah bentuk menjadi cercaria
dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada dalam air tersebut.
4. Water Related Insects Vektors
pada air, misalnya malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Filariasis, Yellow
fever
dan sebagainya.
Tingkat keberhasilan dari suatu program dapat dilihat dengan cara apabila
ini adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan termasuk
generasi masa kini dan akan datang. Dalam hal ini pembangunan tidak hanya
melihat individu yang berdiri sendiri saja, tetapi juga memperhatikan dampak
(Sugandhy,2007).
pemanfaatan dan pengelolaan fasilitas MCK tersebut tepat sasaran, baik dalam
diantaranya yaitu:
82
1. Masyarakat merasa puas dengan kualitas dan kuantitas dari MCK yang
dibangun.
4. Adanya rasa memiliki dan tanggung jawab yang besar terhadap MCK
6. Masyarakat yang selama ini menggunakan pantai dan ruang terbuka untuk
kepuasan dalam menerima fasilitas yang tersedia dan dapat memenuhi kebutuhan
83
mengelolanya. Ada beberapa faktor yang penting diperhatikan dalam aspek
ada di masyarakat sebagai pengelola ini didasari dari kekompakan dan peran
Siapa melakukan apa, kapan, bagaimana, adalah merupakan salah satu tujuan
dasarnya semua lembaga hanya sebagai alat saja. Aktor yang berada dalam
lembaga
Terkait dengan hal tersebut lembaga harus mengacu pada aturan main yang
84
1. Keterlibatan masyarakat yang dapat mempengaruhi pelaksanaan program,
85
Sistem infrastruktur terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan
satu satu lain. Sebagai acuan dalam perencanaan dan pengelolaan infrastruktur,
tahapan studi membutuhkan banyak kajian yang meliputi aspek-aspek teknis,
sosial-budaya, ekonomi, hukum dan lingkungan.
Pada bab ini akan dibahas mengenai aspek-aspek teknis dalam infrastruktur
limbah. Aspek-aspek tersebut meliputi kajian literatur seputar komponen
infrastruktur yaitu sumber limbah, sistem pengumpul, sistem pengolahan,
pembuangan, dampak dan resiko pencemaran. Kajian tersebut dipilih dari
berbagai sumber yang berasal dari buku, modul, pendapat para ahli, jurnal
penelitian, kriteria teknis, standar nasional, serta regulasi yang meliputi keputusan,
peraturan nasional dan daerah, dan undang-undang yang berlaku di Indonesia.
Dalam perencanaan juga perlu integrasi antara pola-pola ruang yang ada
diperkotaan, maka pada bab ini juga dibahas mengenai kawasan industri. Hal
tersebut dilakukan mengingat industri adalah salah satu sumber limbah yang
paling potensial untuk melakukan pencemaran baik itu di badan air efluen-nya
maupun pada lingkungan sekitarnya.
Selain itu, dalam perencanaan master plan infrastruktur apapun itu tentunya
harus sejalan dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah/Kota yang telah
disahkan dan berlaku. Maka pada bab ini juga membahas tentang review dari
RTRW Kota Makassar tahun 2015-2035 dalam bidang infrastruktur limbahnya.
Pengkajian dari berbagai aspek dan sumber dilakukan agar dalam pengolahan
dan analisis data dapat dihasilkan suatu sistem yang benar-benar terintegrasi satu
sama lain seluruh komponen yang ada agar melahirkan suatu sistem yang ideal
yang diharapkan dapat menyelesaikan isu-isu permasalahan seputar sistem
maupun manajemen ataupun perencanaan infrastruktur limbah.
86
Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif
terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah merupakan sisa
produksi, baik dari alam maupun hasil dari kegiatan manusia. Berdasarkan
keputusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I tentang prosedur
impor limbah, menyatakan bahwa Limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas
dari suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah dari
aslinya. Sedangkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999,
mendefinisikan limbah sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau
kegiatan.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di
sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
87
media untuk pertumbuhan mikroba misalnya untuk produksi Protein Sel
Tunggal/PST atau untuk alga, misalnya Chlorella sp
2. Limbah non ekonomis yaitu limbah yang tidak akan memberikan nilai
tambah walaupun sudah diolah, pengolahan limbah ini sifatnya untuk
mempermudah sistem pembuangan. Contohnya: limbah pabrik tekstil yang
biasanya terutama berupa zat-zat pewarna.
Limbah padat atau bisa disebut sampah merupakan limbah yang terbanyak di
lingkungan. Istilah sampah diberikan kepada barang-barang atau bahan-bahan
buangan rumah tangga atau pabrik yang tidak digunakan lagi atau tidak terpakai
dalam bentuk padat. Limbah padat merupakan hasil buangan industri yang berupa
padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari proses pengolahan. Jenis limbah
padat dapat berupa kertas, kayu, kain, karet, kulit tiruan, plastik, gelas / kaca,
metal, kulit telur, dan lain-lain. Sumber limbah padat dapat berasal dari limbah
industri, maupun domestik seperti pabrik gula, pulp/kertas, limbah nuklir,
pengawetan buah, ikan atau daging. Secara garis besar limbah padat terdiri dari
limbah padat yang mudah terbakar, limbah padat yang sukar terbakar, limbah
padat yang mudah membusuk, limbah padat yang dapat didaur ulang, limbah
radioaktif, bongkaran bangunan, dan lumpur. Dampak limbah padat sangat
beragam, yakni timbulnya gas beracun, seperti asam sulfat (H2S), amonia (NH3),
methan (CH4), dan CO2. Gas ini akan timbul jika limbah padat ditimbun dan
membusuk karena adanya microorganisme. Limbah padat juga dapat
menimbulkan penurunan kualitas udara pada sampah yang ditumpuk serta
88
penurunan kualitas air karena limbah padat biasanya langsung dibuang pada
perairan atau bersama-sana air limbah.
Tabel 2.1
Perkiraan volume aliran limbah cair.
Jenis Bangunan Volume Beban BOD
(l/org/hari) (gr/org/hari)
Daerah Perumahan:
1. Rumah besar untuk keluarga tunggal 400 100
2. Rumah tipe tertentu (keluarga tunggal) 300 80
3. Rumah susun (keluarga ganda) 240-300 80
89
4. Rumah kecil (cottage) 200 80
(Jika dipasangi penggiling sampah, BOD x
1,5)
Perkemahan dan motel:
1. Tempat peristirahatan mewah 400-600 100
2. Tempat parkir rumah berjalan 200 80
(mobile) 140 70
3. Kemah wisata 200 50
4. Hotel dan motel
Sekolah:
1. Sekolah dengan asrama 300 80
2. Sekolah siang hari dengan kantin 80 30
3. Sekolah siang hari tanpa kantin 60 20
Restaurant:
1. Tiap pegawai 120 50
2. Tiap Langganan 25-40 20
3. Tiap makanan yang disajikan 15 15
Terminal Transportasi:
1. Tiap Pegawai 60 25
2. Tiap penumpang 20 10
Rumah Sakit 600-1200 30
Kantor 60 25
Teater mobil 20 10
Bioskop 10-20 10
Pabrik, tidak termasuk limbah cair industri 60-120 25
dan cafeteria
Sumber: Hammer (1977, hlm. 297)
90
yang lebih ramah lingkungan. Limbah gas sendiri bersifat mudah meledak dan
beracun. Oleh karena itu pengelola industri harus memilih tempat yang jauh dari
hunian penduduk. Mengolah limbah gas merupakan cara yang dirasa cukup sulit.
Untuk menyiasati pencemaran pada udara, pengelola industri dapat mengurangi
penggunaan zat dan bahan kimia yang berbahaya dalam proses produksinya. Hal
ini bertujuan agar limbah gas yang dihasilkan juga tidak terlalu berbahaya dan
menjadi pencemar saat dilepas ke udara. Pemilik industri dapat menggunakan
media karbon aktif untuk mengolah limbah gas. (Fardiaz, 1992)
A. Limbah Domestik
Air limbah domestik adalah seluruh buangan cair yang yang berasal dari hasil
proses seluruh kegiatan yang meliputi limbah domestik cair yakni buangan kamar
91
mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian, limbah perkantoran dan limbah dari
daerah komersial serta limbah industri (Asmadi dan Suharno:2012).
Air limbah domestik adalah air bekas yang tidak dapat dipergunakan untuk
tujuan semula baik yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari aktivitas
dapur, kamar mandi dan cuci dimana kuantitasnya antara 50-70% dari rata-rata
pemakaian air bersih (120-140 liter/orang/hari). Air limbah domestik mengandung
lebih dari 90% cairan. Zat-zat yang terdapat dalam air buangan di antaranya
adalah unsur-unsur organik tersuspensi maupun terlarut dan juga unsur-unsur
anorganik serta mikroorganisme. Unsur-unsur tersebut memberikan corak kualitas
air buangan dalam sifat-sifat fisik kimiawi maupun biologi. (Kodoatie : 2005).
Sejatinya limbah domestik tidak berbahaya seperti limbah industri, akan tetapi
jika pembuangannya tidak tepat bisa menjadi sumber penyakit bagi masyarakat.
Bila pembuangan limbah domestik tidak tepat, limbah itu dapat dikategorikan
menjadi limbah infeksius yang berarti limbah yang dapat.
92
2) Air seni (urine), umumnya mengandung nitrogen dan phofor, serta
kemungkinan kecil mikro-organisme.
3) gre water, merupakan air bersih cucian dapur, mesin cuci dan kamar mandi,
gre water sering juga disebut sullage.
Air limbah domestik dan perkotaan adalah seluruh buangan cair yang berasal
dari hasil proses seluruh kegiatan yang meliputi limbah domestik cair yakni
buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakean, limbah perkantoran,
dan limbah dari daerah komersil serta limbah industri.
93
3) Yellow water: Urin yang berasal dari pemisahan toilet dan urinals (dengan
atau tanpa air untuk pembilasan).
4) Brown water: Blackwater tanpa urin atau yellow water
Limbah domestik yang masuk ke perairan terbawa oleh air selokan atau air
hujan. Bahan pencemar yang terbawa antara lain feses, urin, sampah dari dapur
(plastik, kertas, lemak, minyak, sisa-sisa makanan), pencucian tanah dan mineral
lainnya. Perairan yang telah tercemar berat oleh limbah domestik biasanya
ditandai dengan jumlah bakteri yang tinggi dan adanya bau busuk, busa, air yang
keruh dan BOD5 yang tinggi (Mutiara, 1999).
Dari hasil pengumpulan data dari beberapa contoh air limbah rumah yang
berasal dari berbagai sumber: pencemar air di DKI Jakarta menunjukkan bahwa
konsentrasi senyawa pencemar sangat bervariasi. Hal ini disebabkan karena
sumber air limbah juga bervariasi serta waktu dan metode pengambilan contoh
sangat mempengaruhi besarnya konsentrasi. Secara lengkap karakteristik air
limbah perkotaan dari berbagai sumber dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2
Karakteristik limbah domestik atau limbah perkotaan
No Parameter Minimum Maksimum Rata-Rata
4 (Kmna4) - mg/L
94
10 pH 4,92 8,99 6,96
Air limbah perkotaan adalah salah satu sumber daya air yang dapat
dipergunakan untuk berbagai keperluan. Beberapa kendala yang dihadapi di
dalam menggunakan kembali air limbah yakni karena air limbah perkotaan
kualitasnya tidak memenuhi syarat kualitas air untuk berbagai keperluan yaknni
mengandung unsur polutan yang cukup besar oleh karena itu sebelum digunakan
kembali (riuse) perlu dilakukan pengolahan sampai mencapai syarat kualitas yang
diperbolehkan.
Tabel 2.3
Karakteristik fisik dari air Buangan domestik
Parameter Penjelasan
Temperatur Suhu dan air buangan biasanya sedikit lebih tinggi dari air
minum. Temperatur ini dapat mempengaruhi aktifitas microbial,
solubilitas, dari gas dan viskositas.
95
Warna Air buangan segar biasanya berwarna agak abu-abu. Dalam
kondisi septic air buangan akan berwarna hitam.
Bau Air buangan segar biasanya mempunyai bau seperti sabun atau
bau lemak. Dalam kondisi septic akan berbau sulfur dan kurang
sedap.
Kualitas/ sifat kimiawi dari air buangan domestik biasanya dinyatakan dalam
bentuk organik dan anorganik dan biasanya dengan perbandingan 50% zat
organik dan 50% zat anorganik. Komposisi tipikal dari air buangan domestik
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.4
Karakteristik kimiawi dari air buangan domestik
Konsentrasi
N total 85 40 20
96
P total 15 8 4
CI- 100 50 30
Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/ sisa dari suatu
kegiatan/usaha industri yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang. Contohnya air sisa cucian daging,
buah, atau sayur dari industri pengelohan makanan dan sisa pewarnaan kain/bahan
dari industri tekstil.
Permasalahan limbah cair hingga saat ini masih sering muncul dalam industri
manufaktur di Indonesia. Beberapa kasus pencemaran pada sungai dan laut,
menjadi catatan khusus yang membenarkan hal tersebut. Dan hal ini bisa
dimungkinkan terjadi lantaran pembuangan limbah cair yang tidak melalui proses
pengelolaan selayaknya.
Ada beberapa hal yang sering keliru mengidentifikasi limbah cair yaitu
buangan air yang berasal dari pendinginan mesin, lalu memanfaatkan air sungai
yang tercemar yang disebabkan sektor lain. Karena kebutuhan hanya untuk
pendinginan dan bukan untuk lain-lain, tidaklah tepat bila air yang sudah tercemar
itu dikatakan bersumber dari pabrik tersebut.
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air
dalam sistem prosesannya. Disamping itu adapula bahan baku yang mengandung
97
air sehingga dalam proses pengolahannya air tersebut ikut dalam proses
pengolahan kemudian ditambah bahan kimia tertentu, diproses dan setelah itu
dibuang.
Air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari
jenisnya. Untuk mengetahui beban serta polutan yang ada didalam limbah industri
dapat dilakukan dengan cara pengukuran langsung atau dapat diperkirakan
berdasarkan pada jenis industri yang sejenis.
1) Air limbah industri yang mengandung konsentrasi zat organik yang relatif
tinggi : misalnya industri makanan, industri kimia, industri minyak nabati
atau hewan, industri obat-obatan, industri lem, atau perekat galatin, industri
tekstil, industri pulp, industri kertas dan lain-lain.
2) Air limbah industri yang mengandung konsentrasi zat organik yang relatif
rendah : misalnya industri pengemasan makanan, industri pemintalan, industri
serat, industri kimia, industri minyak, industri batu bara, industtri londry dan
lain-lain.
Ditinjau dari sifat air maka karakteristik air yang tercemar dapat dirinci menjadi :
98
Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam air limbah yaitu padatan,
kekeruhan, bau temperatur, dan warna.
Bahan kimia yang terdapat dalam air limbah akan menentukan sifat air baik
dalam tingkat keracunan maupun bahaya yang ditimbulkan.semakin besar
konnsentrasi bahan pencemar dalam air semakin terbatas penggunaan air.
Karakteristik kimia terdiri dari kimia organik dan kimia anorganik. Yang
termasuk dalam karakteristik kimia air limbah diantaranya derajat keasaman air
limbah (pH) yang diukur dengan pH meter. Air yang memiliki pH rendah
membuat air menjadi korosif terhadap bahan konstruksi seperti baja. Karakteristik
kimia lainnya seperti kandungan besi dan mangan, logam berat dan beracun,
fenol, BOD(biological oxigen demand), COD (chemical oxigen demand), lemak
dan minyak, karbohidrat dan protein, zat warna dan lain-lain.
99
a. Industri makanan dan minuman
BOD dan COD air buangan ini biasanya tinggi. Industri susu misalnya,
kandungan bahan organik terlarut di dalam air buangan terutama dalam
bentuk protein, lemak laktosa, dengan kandungan BOD antara 300-200.000
mg/L, dan bahan tersuspensi bervariasi antara 50-2000 mg/L.
Air buangan rumah pemotongan hewan dan pengepakan daging BOD 200-
3000 mg/L dan lemak 200-1000 mg/L. Konsentrasis ini dapat jauh lebih
tinggi jika darah hasil pemotongan hewan seluruhnya dimasukkan ke dalam
air buangan.
c. Industri tekstil
Air buangan industri tekstil pada umunya mempunyai warna yang pekat, pH,
BOD, temperatur dan bahan tersuspensi yang tinggi kandungan BOD
bervariasi antara 50-10000 mg/L tergantung pada macan dan jenis tekstil
yang dihasilkan.
d. Industri kulit
Menghasilkan air buangan yang mengandung padatan total sulfida garam, ion
khrom, BOD dan kesadahan yang tinggi. BOD air buangan ini bervariasi 500-
5000 mg/L.
100
e. Industri pulp dan kertas
Industri pulp dan kertas merupakan industri yang mengeluarkan air limbah
dalam jumlah yang besar serta mengandung ppolutan organik (BOD, COD)
serta padatan tersuspensi (SS) dengan konsentrasi yang sangat tinggi. Di
dalam proses pembuatan pulp mengeluuarkan air limbah yang mengandung
selulosa, lignin, serta senyawa hemiselulosa dengan konsentrasi yang cukup
tinggi. Selain itu pada proses pemutihan bubur kertas juga mengahasilkan air
limbah dalam jumlah yang besar.
f. Industri kimia
Sebagian besar air yang digunskan untuk proses air pendinginan, dan air
pencuci mengandung beberapa polutan misalnya : sianida, fenol, amonia,
asam anorganik, air limbah, dari scrubber gas dan debu mengandung padatan
tersuspensi dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Air limbah pencucian
mobil banyak mengandung asam sulfat, asam nitrit, logam besi, dan lain-lain.
Mempunyai air buangan pH rendah, mengandung phenol, cyanogen, bijih
101
besi, kokes, batu kapur, minyak dan bahan tersuspensi yang halus dan lain-
lain.
Air buangan umumnya berasal dari perekat (glue) kayu lapis, dan mempunyai
kandungan phenol, BOD tinggi, pH tinggi
Air limbah industri pemurnian minyak berasal dari air yang mengandung
minyak atau air proses yang mengandung minyak, senyawa sulfida, amonia,
fenol, dan lain-lain.
k. Industri petrokimia
Bahan pewarna banyak digunakan untuk pewarnaan serat alami atau serat
sintetis, serta bahan pembantu pada industri tekstil. Prosesnya sangat
kompleks dan berkualitas air limbah yang di hasilkan juga sangat bervariasi.
Umumnya konsentrasi BOD 200-500 mg/L dan konsentrasi SS 50-400 mg/L.
102
Air limbah pertanian banyak mengandung senyawa nutrien yang berasal dari
sisa-sisa pupuk serta banya mengandung senyawa pestisida. Senyawa nutrien
yakni nitrogen dan phospor dapat menyebabkan eutrophikasi. Sisa-sisa
makanan dan kotoran ikan dari perikanan juga dapat menimbulkan masalah di
dalam perairan khusunya dapat menyebabkan eutropikasi.
Pada umumnya limbah ini berasal dari industri. Tetapi, tidak menutup
kemungkinan bahwa terdapat aktivitas lain yang menghasilkan limbah ini, seperti
pertanian yang menghasilkan limbah biosida dari penggunaan pestisida, kegiatan
medikal dan laboratorium yang berpotensi menghasilkan limbah toksik dan
infectious, kegiatan enersi dalam aspek nuklir yang menghasilkan limbah
radioaktif, maupun kegiatan domestik yang menggunakan baterai bermerkuri, dsb.
103
1. Explosive (mudah meledak)
o
Bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25 C, 760 mmHg) dapat
meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan
di sekitarnya. Pengujiannya dapat dilakukan dengan menggunakan Diffrential
Scanning Calorimetry (DSC) atau Differential Thermal Analysis (DTA),
sedang 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoil-peroksida digunakan sebagai
senyawa acuan. ] Apabila nilai temperatur pemanasan suatu bahan lebih
tinggi dari senyawa acuan, maka bahan tersebut diklasifikasikan mudah
meledak.
2. Oxidizing (pengoksidasi)
Pengujian bahan padat dilakukan dengan metode uji pembakaan
menggunakan ammonium persulfat sebagai senyawa standar. Sedang untuk
bahan cair, senyawa standar yang digunakan adalah larutan asam nitrat. Suatu
bahan dinyatakan sebagai pengoksidasi apabila waktu pembakaran bahan
tersebut sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran senyawa standar.
3. Flammable (mudah menyala):
1. Extremely flammable yaitu padatan atau cairan yang memiliki titik nyala
o
(flashpoint) di bawah 0 C dan titik didih lebih rendah atau sama dengan
o
35 C.
o
2. Highly flammable: padatan atau cairan yang memilik ititik nyala 0 C-
o
21 C.
3. Flammable:
3.1. Bila cairan: bahan yang mengandung alkohol kurang dari 24%-volume,
o o
dan atau mempunyai titik nyala ≤ 60 C (140 F), akan menyala apabila
terjadi kontak dengan api, percikan api, atau sumber nyala lainnya, pada
tekanan 760 mmHg. Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode
Closed-up test.
104
3.2. Bila padatan: bahan bukan cairan, pada temperatur dan tekanan standar
dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui gesekan,
penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan, dan apabila
terbakar dapat menyebabkan kebakaran terus menerus dalam 10 detik.
Pengujian dapat pula dilakukan dengan Seta Closed-cup Flash Point
o
Test, dengan titik nyala di bawah 40 C.
4. Toxic (beracun): akan menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila
masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
5. Harmful (berbahaya): padatan maupun cairan ataupun gas yang jika kontak
atau melalui inhalasi (pernafasan) atau melalui oral dapat menyebabkan
bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.
6. Corrosive (korosif): mempunyai sifat yaitu menyebabkan iritasi (terbakar)
pada kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja standar
SAE-1020 dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan
o
temperatur pengujian 55 C. Mempunyai pH ≤ 2 untuk B3 bersifat asam, dan
atau pH ≥ 12,5 untuk B3 bersifat basa.
7. Irritant : padatan maupun cairan yang bila terjadi kontak secara langsung, dan
apabila terus menerus kontak dengan kulit atau selaput lendir dapat
menyebabkan peradangan
8. Dangerous to the Environment (berbahaya bagi lingkungan): seperti merusak
lapisan ozon (misalnya CFC), persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau
bahan tersebut dapat merusak lingkungan.
9. Chronic toxic (toksik kronis):
1.1. Carcinogenic, sifat bahan penyebab sel kanker, yaitu sel liar yang dapat
merusak jaringan tubuh.
1.2. Teratogenic: sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio.
1.3. Mutagenic: sifat bahan yang dapat menyebabkan perubahan kromosom
yang dapat merubah genetik.
105
2.22 SISTEM INFRASTRUKTUR LIMBAH
Limbah cair bersumber dari aktivitas manusia (human sources) dan aktivitas
alam (natural sources).
Aktifitas manusia
a. Aktivitas Domestik
106
Aktivitas Domestik mempunyai sumber-sumber yang beragam pula, seperti
perumahan, perdagangan, pendidikan, jasa, dll. Tolak ukur volume air limbah
domestik (rumah tanga, perdagangan, dan rembesan) adalah 400 l/org/harinya.
Pada umumnya, volume ataupun kuantitas limbah domestik sangat bervariasi
bergantung dari standar hidup masyarakatnya. Oleh karena itu, untuk menentukan
kuantitas air limbah secara pasti sangat sulit karena banyaknya faktor yang
mempengaruhi.
Tabel 2.5
Perkiraan volume aliran limbah cair.
Jenis Bangunan Volume Beban BOD
(l/org/hari) (gr/org/hari)
Daerah Perumahan:
5. Rumah besar untuk keluarga tunggal 400 100
6. Rumah tipe tertentu (keluarga tunggal) 300 80
7. Rumah susun (keluarga ganda) 240-300 80
8. Rumah kecil (cottage) 200 80
107
5. Tempat peristirahatan mewah 200 80
6. Tempat parkir rumah berjalan (mobile) 140 70
7. Kemah wisata 200 50
8. Hotel dan motel
Sekolah:
4. Sekolah dengan asrama 300 80
5. Sekolah siang hari dengan kantin 80 30
6. Sekolah siang hari tanpa kantin 60 20
Restaurant:
4. Tiap pegawai 120 50
5. Tiap Langganan 25-40 20
6. Tiap makanan yang disajikan 15 15
Terminal Transportasi:
3 Tiap Pegawai 60 25
4 Tiap penumpang 20 10
Kantor 60 25
Teater mobil 20 10
Bioskop 10-20 10
Selain itu terdapat persepsi yang berbeda-beda dalam menentukan volume air
yang terbuang. Metcalf dan Eddy (1979) mengelompokkan penggunaan air
berdasarkan sumber aktivitas domestiknya, yaitu limbah yang dihasilkan oleh
sumber yang tingkat ekonomi-nya berbeda, maka kisaran aliran limbahnya juga
berbeda. (Tabel 2.2 & Tabel 2.3) Pengisaran besaran berasal dari studi yang
mereka lakukan, akan tetapi karena penelitian dilakukan buka di Indonesia maka
108
kemungkinan besaran yang mereka jabarkan tidak dapat digunakan untuk
perhitungan limbah khusus uuntuk di Indonesia mengingat adanya perbedaan
dalam aspek sosial budaya dan ekonomi.
109
Tabel 2.6
Besaran Population Equivalen (Pe) untuk Perancangan
IPAL berdasarkan Jenis peruntukan bangunan.
Pemakaia
NO Peruntukan Debit Air
n Air Satuan PE Acuan
. Bangunan Limbah
Bersih
6 Klinik / Puskesmas 3 2,7 Liter/pengunjung/hari 0,02 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M.
110
Noerbambang dan Takeo Morimura
Rumah Sakit Liter/jumlah tempat Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M.
8 750 600 5,00
Menengah tidur pasien/hari Noerbambang dan Takeo Morimura
15 Gedung Kantor
50 40 Liter/pegawai/hari 0,33 SNI 03-7065-2005
2
16 Toserba (toko serba 5 4,5 Liter/m luas 0,04 SNI 03-7065-2005
lantai/hari
ada, mall, department
111
store)
Liter/penumpang tiba
18 Stasiun / Terminal 3 2,7 0,02 SNI 03-7065-2005
dan pergi/hari
Hotel Melatis/d
23 150 120 Liter/tempat tidur/hari 1,00 SNI 03-7065-2005
Bintang 2
Hotel Bintang 3 ke
24 250 200 Liter/tempat tidur/hari 1,67 SNI 03-7065-2005
atas
Liter/orang/hari
25 Gedung Peribadatan 5 4,5 (belum dengan air 0,04 SNI 03-7065-2005
wudhu)
112
Liter/jmlh. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M.
Perpustakaan 25 22,5 0,19
pengunjung/hari Noerbambang dan Takeo Morimura(*
Liter/jmlh.
Bar 30 24 0,20 *idem
pengunjung/hari
Liter/jmlh.
Perkumpulan Sosial 30 27 0,23 *idem
pengunjung/hari
113
114
Tabel 2.7
Rata-Rata Air Limbah dari Daerah Permukiman
Kisaran Rata-Rata
Tabel 2.8
Rata-Rata Air Limbah dari Daerah Perdagangan
Jumlah Aliran
(l/unit/hari)
Sumber Unit
Rata-
Kisaran
Rata
Kendaraan 30-50 40
Pusat Perbaikan Kendaraan
Pekerja 35-60 50
Langganan 5-20 8
Bar
Pekerja 40-60 50
Tamu 150-220 190
Hotel
Pekerja 30-50 40
Gedung Perusahaan Pekerja 35-65 55
115
Mesin 1.800-2.600 2.200
Tempat Pencucian
Pakaian 180-200 190
Motel (dengan dapur) Orang 90-150 120
Kantor Pekerja 30-65 55
Rumah Makan Pengunjung 8-15 10
Rumah Sewa Penghuni 90-190 150
Pekerja 30-50 40
Toko
Kamar Mandi 1.600-2.400 2.000
Pekerja 30-50 40
Pusat Perbelanjaan
Parkir 2-8 4
Sumber: Metcalf and Eddy (1979)
b. Aktivitas Industri
Zat-zat yang terkandung juga sangat dipengaruhi oleh jenis industri yang ada
seperti industri pertambangan menghasilkan logam berat, industri farmasi tertunya
menghasilkan polutan organik dengan konsentrasi yang cukup tinggi.
Tabel 2.9
Rata-Rata Pengguanaan Air Limbah Berbagai Jenis Industri
Jenis Indsutri Rata-rata aliran (m3)
Industri Kalengan
1) Sayuran Hijau 50-70
2) Buah-buahan 15-20
3) Buah dan Sayur, dll. 4-35
116
Industri bahan kimia:
1) Amoniak 100-130
2) Karbondioksida 60-90
3) Bensin 7-30
4) Laktosa 600-800
5) Sulfur 8-10
Tekstil:
1) Pengelantangan 200-300
2) Pencelupan 30-60
117
Air limbah pertanian banyak mengandung senyawa nutrien yang berasal dari
sisa-sisa pupuk serta banyak mengadung senyawa pestisida. Senyawa nutrien
yakni nitrogen dan phospor dapat menyebabkan eutrophikasi. Sisa-sisa makanan
dan kotoran ikan dari perikanan juga dapat menimbulkan masalah di dalam
perairan.
Kemudian, air limbah peternakan atau potong hewan juga sangat potensial
mencemari lingkungan, karena mengandung polutan organik yang cukup tinggi.
Beberapa jenis peternakan yang banyak dijumpai antara lain peternakan dan
rumah potong sapi, ayam dan babi.
d. Aktivitas Kesehatan
Limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan
limbah rumah sakit dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu sampah atau limbah
klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Selain sampah klinis, dari kegiatan
penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut
juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari
kantor/administrasi kertas, unit pelayanan ( berupa karton, kaleng, botol ), sampah
dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa
makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan
rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.
Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil
proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi limbah domestik cair (buangan
kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian), limbah cair klinis (air bekas
cucian luka, cucian darah), air limbah laboratorium, dll. Air limbah rumah sakit
yang berasal dari buangan domistik maupun buangan limbah cair klinis umumnya
mengadung senyawa pulutan organik yang cukup tinggi, dan dapat diolah dengan
proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air limbah rumah sakit yang
berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat yang mana
bila air limbah tersebut dialirkan ke dalam proses pengolahan secara biologis,
logam berat tersebut dapat menggagu proses pengolahannya.
118
Oleh karena itu untuk pengelolaan air limbah rumah sakit, maka air limbah
yang berasal dari laboratorium dipisahkan dan ditampung, kemudian diolah secara
kimia-fisika. Selanjutnya air olahannya dialirkan bersama-sama dengan air limbah
yang lain, dan selanjutnya diolah dengan proses pengolahan secara biologis.
Aktifitas Alam
Hujan merupakan aktivitas alam yang menghasilkan limbah cair disebut air
larian (strom water runoff). Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan
merembes di dalam tanah (+30%) dan sebagian besar lainnya (+70%) akan
mengalir ke permukaan tanah menuju sungai, telaga, atau tempat lain yang lebih
rendah. air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah akan menjadi air
permukaan (surface water) yang dapat masuk ke saluraan limbah cair rumah
tangga (sanitary) yang retak atau sambungannya kurang sempurna, sebagai air
luapan (inflow). Air larian yang jumlahnya berlebihan sebagai akibat dari hujan
yang turun dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan saluran air hujan (storm sewer) teraliri dalam jumlah yang melebihi
kapasitas, dan dapat menyebabkan terjadinya banjir. Atas dasar hal diatas, maka
air hujan dan rembesan perlu perhatian penting dalam perencanaan saluran limbah
cair, agar dapat dihindari hal-hal ynag tidak diinginkan dari adanya air hujan, baik
bagi lingkungan maupun bagi kesehatan. (Asmadi & Suharno, 2012)
119
Limbah tidak memberi pengaruh terhadap lingkungan karena volume limbah
kecil dan parameter pencemar yang terdapat di dalamnya sedikit dengan
konsentrasi kecil. Karena itu andaikata masuk pun dalam lingkungan ternyata
lingkungan mampu menetralisasinya. Konsentrasi kandungan bahan yang terdapat
dalam limbah barangkali dapat diabaikan karena kecilnya. Ada berbagai
parameter pencemar yang menimbulkan perubahan kualitas lingkungan namun
tidak menimbulkan pencemaran,Artinya : lingkungan itu memberikan toleransi
terhadap perubahan serta tidak menimbulkan dampak negatif.
120
tingkat perkembangan suatu daerah, pola hidup masyarakat, serta
ketersediaan air dalam suatu daerah.
c. Keserempakan pembuangan air limbah tidak sama antara sumber yang satu
dengan sumber yang lainnya. Tetapi, untuk wilayah Indonesia biasanya
besaran yang digunakan untuk limbah domestik adalah 100-150 lt/org/hari
dan untuk limbah industri besaran yang digunakan adalah 50m3/hari (50.000
l/hari). meskipun besaran ini bisa jadi lebih banyak maupun lebih sedikit jika
melihat data di lapangan karena terdapat beragam aktivitas dalam tiap tiap
industri yang ada.
d. Air limbah yang akan masuk pipa harus digelontor air bersih yang banyaknya
sama atau lebih dari limbahnya, yang dimaksudkan agar aliran dalam pipa
dapat selalu lancar karena sedimentasi yang terjadi dapat dihilangkan pada
saat penggelontoran, dan dengan penggelontoran, maka kepekatan air limbah
akan berkurang
e. untuk menghitung debit air limbah domestik dapat dilakukan melalui 2 cara,
yaitu dengan perhitungan yang berdasarkan pada debit air limbah domestik
per kapita sebesar 150 liter/orang/hari, atau dengan perhitungan yang
berdasarkan debit air bersih rata-rata, yaitu 1 liter/detik/1000 orang.
121
langsung dari saluran pembuangan (sewer) atau buangan industri (point sources)
atau secara tidak langsung melalui pencemaran air dan limpasan dari daerah
pertanian dan perkotaan (nonpoint sources)
Guna mengetahui lebih luas tentang air limbah, perlu juga diketahui juga
secara detail mengenai kandungan yang ada dalam air limbah serta
karakteristiknya. Karakteristik air limbah dibedakan menjadi tiga bagian besar
yaitu :
A. Karakteristik Fisik
Terkait dengan estetika karena sifat fisiknya yang mudah terlihat dan dapat
diidentifikasi secara langsung. Karakteristik limbah cair meliputi :
Padatan total adalah pendataan yang tersisa dari penguapan sampel limbah
cair pada tempratur 103-05℃. Menurut sugiharto (1997) bahan padat total terdiri
dari bahan padat tak terlarut atau bahan padat terapung serta senyawa-senyawa
yang terlarut dalam air (zat padat yang lolos filter kertas) dan bahan tersuspensi
(zat yang tidak lolos saringan filter).
Bau
122
Tabel 2.10
Senyawa yang menghasilkan bau dalam air limbah
Senyawa Kimia Rumus kimia Kualitas bau
Sumber : mitrajasa.lingkungan@gmail.com
Temperatur
Kepadatan (density)
123
Kepadatan limbah cair didefinisikan sebagai massa volume, densitas
merupakan karakteristik penting dalam limbah cair karena dapat memberikan
informasi tingkat densitas air limbah dalam bak sedimentasi maupun unit lain
dalam Instansi Pengolahan Air Limbah (IPAL). (tchobanoglous dalam Asmadi
dan Suharno, 2012).
Warna
Air murni tidak berwarna tetapi sering kali diwarnai oleh bahan asing. Warna
yang disebabkan oleh padatan terlarut yang masih ada setelah penghilangan
partikel suspended disebut warna sejati. Karakteristik yang mencolok pada air
limbah adalah berwarna yang umumnya disebabkan oleh zat organik dan algae.
Kekeruhan
Kekeruhan pada dasarnya disebabkan oleh adanya koloid, zat organik, jasad
renik, lumpur, tanah liat, dan benda terapung yang tidak mengendap dengan
segera. (Mahida dalam Asmadi dan Suharno, 2012).
Kekeruhan yang terdapat pada air buangan disebabkan oleh berbagai macam
suspended solid yang ada.
B. Karakteristik Kimia
Kandungan bahan kimia dalam air lombah dapat merugikan lingkungan,
bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam sungai serta akan
menimbukan rasa dan bau tidak sedap pada pengolahan air bersih. Bahan yang
beracun dapat menyebabkan rantai makanan dan akan mempengaruhi kesehatan
masyrakat. Nutrien dapat menyebabkan eutrofikasi pada danau. Untuk itu perlu
diketahui kandungan zat kimia apa saja yanng terdapat di dalam limbah cair suatu
industri. Secara umum karakteristik kimia limbah cair dibedakan menjadi zat
organik dan zat anorganik. (tchobanoglous dalam Asmadi dan Suharno, 2012)
1) Zat organik
Air limbah mengandung lebih kurang 70% suspended solid (SS) dari padatan
yang dapat disaring dalam bentuk zat organik. Senyawa organik biasanya terdiri
dari karbon, hidrogen, oksigen, serta nitrogen. (tchobanoglous dalam Asmadi dan
Suharno, 2012). Beberapa bentuk senyawa organik dalam limbah antara lain :
124
Protein
Protein adalah senyawa kimia yang komplek dan tidak stabil. Sebagian
protein larut dalam air dan sebagian lainnya tidak.seluruh protein mengandung
karbon, yang biasanya adalah kandungan bahan organik. Protein merupakan
penyebab utama terjadinya bau karena adanya proses pembusukan dan
penguraiannya. (sugiharto dalam Asmadi dan Suharno, 2012)
Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak adalah komponen penting dalam makanan dan biasanya
terdapat dalam air limbah. Lemak merupakan senyawa organik yang stabil dalam
air dan tidak mudah diuraikan oleh mikroba. Minyak jika terdapat dalam limbah
cair, akan merugikan karena dapat menghambat aktivitas biologi mikroba untuk
pengolahan limbah cair (tchobanoglous dalam Asmadi dan Suharno, 2012). Selain
itu minyak dan lemak dapat merusak sistem perpipaan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL).
Karbohidrat
Karbohidrat terdapat dala alam dalam secara bebas dalam bentuk pati,
selulosa dan serat kayu, yang semuanya dapat berada dalam air limbah.
Karbohidrat mengandung karbon, hidrogen dan oksigen. Umumnya karbohidrat
terdiri dari enam atom karbon atau kelipatan di dalam molekul-molekulnya.
Beberapa karbohidrat seperti gula, larut dalam air. Sedangkan pati tidak larut
dalam air meskipun cenderung stabil dapat diubah dalam bentuk gula oleh
aktivitas mikroba (tchobanoglous dalam Asmadi dan Suharno, 2012)
Pestisida
Pestisida termasuk diantaranya insektisida dan herbisida telah banyak
digunakan pada saat ini baik pada perkotaan maupun pertanian. Penggunaan yang
salah dapat menyebabkan kontaminasi pada aliran air. Banyak dari pestisida ini
bersifat toksik dan akan terakumulasi sehingga manyebabkan permasalahan
tingkat rantai makanan yang tertinggi.
Deterjen atau surfaktat
Detergen adalah golongan dari molekul organik yang dipergunakan sebagai
pengganti sabun untuk pembersih agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Dalam
125
air zat ini menimbulkan buih dan selama proses aerasi buih tersebut berada di atas
permukaan gelembung udara sifatnya relatif tetap. (sugiharto dalam Asmadi dan
Suharno, 2012).
Surfaktat menyebabkan timbulnya busa (foam) yang stabil dan biasanya
terdapat dalam deterjen sintetik. (tchobanoglous dalam Asmadi dan Suharno,
2012).
Kandungan zat organik di dalam limbah cair harus ditentukan baik secara
kualitas maupun kuantitas. Pengukuran kandungan zat organik dapat dilakukan
dalam bentuk pengukuran antara lain :
9.1. Kebutuhan Oksigen kimiawi/ chemical oxygen deman (COD)
COD adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui zat organik dan
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi materi organik dengan
oksidasi secara kimia (Qasyim dalam Asmadi dan Suharno, 2012). Nilai COD
dalam air limbah biasanya lebih tinggi dari pada nilai BOD karena lebih banyak
zat kimia dibandingkan oksidasi biologis. Semakin tinggi nilai CODdalam air
limbah mengidentifikasikan bahwa derajat pencemaran pada suatu perairan makin
tinggi pula. Untuk berbagai tipe air limbah, COD dapat dihubungkan dengan
BOD, mengingat tes COD hanya membutuhkan waktu tiga jam sehingga
merupakan keuntungan bagi instalasi pengolahan jika melakukan tes COD
dibandingkan dengan tes BOD yang membutuhkan waktu lima hari untuk
mendapatkan hasilnya. (tchobanoglous dalam Asmadi dan Suharno, 2012).
Misalnya Kalium dikromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang
terdapat di dalam air (Fardiaz, 1992). Tes COD hanya merupakan suatu analisa
yang menggunakan suatu reaksi oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis,
sehingga merupakan suatu pendekatan saja. Oleh karena itu tes COD tidak dapat
membedakan antara zat-zat yang teroksidasi secara biologis (Alaerts dan Santika,
1987). COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi
dari uji BOD5 karena bahan-bahan yang stabil terhadap rekasi biologi dan
mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD , seperti selulosa (Fardiaz,
1992).
Analisa COD dengan BOD5 dapat ditetapkan seperti berikut ini:
126
Tabel 2.11
Perbandingan Rata-rata Angka BOD5/COD untuk beberapa Jenis Air
Jika limbah organik yang dilepaskan ke perairan semakin banyak, nilai BOD 5
akan semakin meningkat pula. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya
kandungan oksigen terlarut dalam air, sehingga terjadi defisiensi oksigen. Jika
BOD5 dan laju dioksidasi melampaui laju reoksidasi, terjadi defisiensi oksigen
yang berkepanjangan. Jika hal ini dibiarkan terus terjadi kerusakan ekosistem
perairan karena oksigen terlarut kecil, sehingga tidak dapat mendukung kehidupan
127
organisme akuatik yang ada didalamnya. Sebaliknya, jika tidak ada tambahan
limbah organik lagi, limbah yang ada akan teroksidasi sempurna secara bertahap
(Dix, 1981).
2) Zat Anorganik
(Sugiharto dalam Asmadi dan Suharno, 2012), parameter limbah cair yang
tergolong dalam zat anorganik antara lain sebagai berikut :
a. pH
kadar pH yang baik adalah kadar pH dimana masih memungkinkan
kehidupan biologis di dalam air berjalan baik. pH yang baik untuk air limbah
adalah netral (pH 7).
b. Alkalinitas
Alkalinitas atau kebebasan air limbah disebabkan oleh adanya hidrosida,
karbonat dan bikarbonat seperti kalsium, magnesium, atau kalium.
c. Logam
Logam seperti nikel (Ni), Mg, Fe meskipun dalam konsentrasi yang rendah
dibutuhkan oleh mikroorganisme tetapi dengan kadar yang berlebih dapat
membahayakan kehidupan mikroorganisme. Adanya polutan-polutan berupa
logam berat Pb,Cd,Hg, dan logam lainnya dalam konsentrasi yang melebihi
ambang batas dalam air limbah dapat membahayakan bagi makhluk hidup.
d. Gas
Gas yang sering muncul dalam air limbah yang tidak diolah antara lain :
128
Nitrogen, CO2, H2S, NH3, dan CH4. Gas-gas ini berasal dari hasil dekomposisi
zar organik dalam air limbah (tchobanoglous dalam Asmadi dan Suharno,
2012).
129
Bakteri diperlukan untuk menguraikan bahan organik yang ada di dalam air
limbah. Oleh karena itu, diperlukan jumlah bakteri yang cukup untuk
menguraikan bahan-bahan tersebut. Bakteri itu sendiri akan berkembang biak
apabila jumlah makanan yang terkandung di dalamnya cukup tersedia,
sehingga pertumbuhan bakteri dapat dipertahankan secara konstan. Pada
permulaannya bakteri berkembang secara konstan dan agak lambat
pertumbuhannya karena adanya suasana baru pada air limbah, keadaan ini
dikenal sebagai lag phase. Setelah berapa jam berjalan, maka bakteri mulai
tumbuh berlipat ganda dan fase ini dikenal sebagai fase akselerasi
(acceleration phase). Setelah tahap ini berakhir maka terdapat bakteri yang
tetap dan bakteri yang terus meningkat jumlahnya. Pertumbuhan yang dengan
cepat setelah fase kedua ini disebut sebagai log phase. Selama log phase
diperlukan banyak persediaan makanan, sehingga pada suatu saat terdapat
pertemuan antara pertumbuhan bakteri yang meningkat dan penurunan
jumlah makanan yang terkandung di dalamnya. Apabila tahap ini berjalan
terus, maka akan terjadi keadaan dimana jumlah bakteri dan makanan tidak
seimbang dan keadaan ini disebut sebagai declining growth phase. Pada
akhirnya makanan akan habis dan kematian bakteri akan terus meningkat
sehingga tercapai suatu keadaan dimana jumlah bakteri yang mati dan
tumbuh mulai berkembang yang dikenal sebagai stationary phase (Manahan,
1994).
2. Jamur
Jamur dapat memecah materi organik, tidak memerlukan fotosintetis, tumbuh
pada daerah lembah dengan pH rendah. (Sugianto dalam Asmadi dan
Suharno, 2012).
3. Alga
Alga dapat memberikan gangguan pada air, seperti timbulnya bau dan rasa
yang tidak diinginkan. Alga berbeda dengan bakteri dan jamur pada
kemampuannya dalam mengadakan fotosintesis, pemanfaatan oksigen pada
pertumbuhannya. Alga diklasifikasikan melalui pigmen warna yang ada,
biasanya bening, hijau, motile green, kuning hijau, coklat emas dan abu-abu
130
hijau. Melalui autotropik alga dirangsang untuk meningkatkan tingkat gizinya
seperti nitrogen dan fosfor dalam air. Alga sangat mudah untuk dibedakan
karena ukurannya yang relatif besar dan bisa mencapai beberapa ratus kaki
panjangnya. Beberapa tipe uniseluler adalah tidak beraturan, akan tetapi
umumnya mempunyai ciri khas, sehingga bermanfaat pada kolam oksidasi
dapat memberikan gangguan pada pengolahan air bersih seperti dengan
menimbulkannya rasa dan bau yang tidak diinginkan (Sugiharto, 1987).
Selain itu terdapat juga pengelolaan excreta banyak terkandung dalam air
limbah rumah tangga. Excreta banyak mengandung bakteri patogen penyebab
penyakit. Jika tidak dikelola dengan baik, excreta dapat menimbulkan berbagai
jenis penyakit. Pengelolaan excreta dapat dilakukan dengan menampung dan
mengolahnya pada jamban atau septic tank yang ada di sekitar tempat tinggal,
dialirkan ke tempat pengelolaan, atau dilakukan secara kolektif. Untuk mencegah
meresapnya air limbah excreta ke sumur atau resapan air, jamban yang kita buat
harus sehat. Syaratnya, tidak mengotori permukaan tanah, permukaan air dan air
tanah di sekitarnya, tidak menimbulkan bau, sederhana, jauh dari jangkauan
131
serangga (lalat, nyamuk, atau kecoa), murah, dan diterima oleh pemakainya.
Pengelolaan excreta dalam septic tank dapat diolah secara anaerobik menjadi
biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber gas untuk rumah tangga. Selain
itu, pengelolaan excreta dengan tepat akan menjauhkan kita dari penyakit bawaan
air.
Berikut akan dijelaskan lebih lanjut tentang pengelolaan air limbah alami dan
buatan:
a. Kolam stabilisasi limbah
Pengolahan air limbah secara alamiah dapat dilakukan dengan pembuatan
kolam stabilisasi. Dalam kolam stabilisasi, air limbah diolah secara alamiah untuk
menetralisasi zat-zat pencemar sebelum air limbah dialirkan ke sungai. Kolam
stabilisasi yang umum digunakan adalah kolam anaerobik, kolam fakultatif
(pengolahan air limbah yang tercemar bahan organik pekat), dan kolam maturasi
(pemusnahan mikroorganisme patogen). Karena biaya yang dibutuhkan murah,
cara ini direkomendasikan untuk daerah tropis dan sedang berkembang.
Kolam stabilisasi limbah adalah kolam yang digunakan untuk memperbaiki
kualitas air limbah. Kolam ini mengandalkan proses-proses alamiah untuk
mengolah air limbah; yaitu dengan memanfaatkan keberadaan bakteri, alga, dan
zooplankton untuk mereduksi bahan pencemar organik yang terkandung dalam air
limbah. Selain mereduksi kandungan bahan organik, kolam stabilisasi limbah juga
mampu mengurangi kandungan berbagai jenis mikroorganisme penyebab
penyakit (microorganism causing disease). Kolam stabilisasi limbah umumnya
terdiri dari tiga jenis kolam, yaitu kolam anaerobik, fakultatif, dan maturasi
(aerobik) (Lani Puspita et al., 2005).
Dalam istilah teknis pengolahan air limbah, selain kolam stabilisasi limbah
dikenal juga istilah laguna limbah. Pembeda keduanya adalah keberadaan aerator;
pada laguna limbah aerator digunakan untuk membantu aerasi kolam, sedangkan
pada kolam tidak. Yang menjadi ciri khas kolam dan laguna limbah adalah
dasarnya yang berupa tanah, ukurannya yang luas, kedalamannya yang relatif
dangkal, dan waktu retensi air limbahnya yang relatif lama (Suryadiputra, 1994;
Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005).
132
Fungsi kolam limbah ditujukan sebagai wadah untuk memperbaiki kualitas
air limbah agar mutu hasil olahannya memenuhi baku mutu air yang telah
ditetapkan dan tidak mencemari badan air penerima.
Kolam stabilisasi limbah dan juga laguna limbah pada dasarnya berfungsi
untuk memperbaiki kualitas air limbah agar mutu hasil olahannya memenuhi baku
mutu yang telah ditetapkan dan tidak mencemari badan air penerima. Kolam
stabilisasi limbah sampai saat ini diyakini sebagai cara paling ekonomis untuk
mengolah air limbah. Kolam stabilisasi limbah ini sangat cocok diterapkan pada
negara berkembang (terutama daerah tropis yang iklimnya hangat), karena
pengoperasian kolam ini tidak membutuhkan biaya investasi dan biaya
pengoperasian yang tinggi, serta tidak memerlukan tenaga operator khusus untuk
mengoperasikannya.
Selain itu ketersediaan tanah yang relatif luas dan harga tanah yang tidak
terlalu mahal di negara-negara berkembang (dibandingkan dengan harga instalasi
133
pengolahan limbah modern) juga menyebabkan kolam ini cocok dikembangkan di
negara berkembang.
Reaksi-reaksi biologi yang terjadi di dalam kolam stabilisasi meliputi:
a. Oksidasi materi organik oleh bakteri aerob.
b. Nitrifikasi protein dan materi nitrogen yang lain oleh bakteri aerob.
c. Reduksi material organik oleh bakteri anorganik yang terdapat di dalam
cairan pada dasar endapan (Gloyna, 1971).
Air olahan dari kolam stabilisasi limbah ini pada tahap selanjutnya dapat
dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian. Air olahan ini sangat baik bagi
keperluan irigasi karena didalamnya terkandung nitrogen, fosfor, dan natrium
yang bermanfaat sebagai nutrien bagi tanaman. Endapan tanah organik yang
terkumpul di bagian dasar kolam juga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki
kualitas tanah pertanian. Selain itu biogas yang dihasilkan pada kolam anaerobik
juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi (Varón, 2003; Ramadan and
Ponce, 2004; Harrison, 2004; Lani Puspita et al., 2005).
134
dapat mengganggu navigasi), dan berada di daerah terbuka (tidak terhalang
pepohonan) agar kolam dapat terpapar langsung oleh sinar matahari dan angin.
(Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005).
Luas kolam yang dibangun harus disesuaikan dengan volume air limbah yang
akan ditampung dan harus juga disesuaikan dengan ketersediaan tanah. Daerah
pemukiman yang terdiri dari 200 individu memerlukan kolam stabilisasi limbah
seluas 1 acre (= 0,4 Ha) (Weblife, 2004; Lani Puspita et al., 2005). Kedalaman
kolam stabilisasi limbah umumnya dangkal; kedalaman kolam disesuaikan dengan
tipe kolam stabilisasi limbah yang akan dibangun (tipe anaerobik, atau fakultatif;
hal ini akan dibahas lebih lanjut pada sub bab berikutnya). Bentuk kolam
sebaiknya persegi panjang, hal ini untuk menghindari terbentuknya endapan
lumpur pada bagian inlet. Inlet dan outlet sebaiknya hanya satu dan jangan pernah
menaruh lubang inlet di bagian tengah kolam karena hal tersebut akan
menimbulkan aliran air singkat (hydraulic short circuiting). Inlet dan outlet
sebaiknya diletakkan pada sudut kolam dengan posisi saling berlawanan secara
diagonal. Ukuran diameter pipa PVC yang disarankan untuk mengalirkan effluent
adalah sebesar 100 mm (Shilton and Harrison, 2003; Ramadan and Ponce, 2004;
Lani Puspita et al., 2005). Untuk mengilustrasikan bentuk kolam dapat dilihat
pada Gambar 2.1 berikut ini.
135
Berdasarkan proses biologis dominan yang berlangsung di dalamnya, kolam
stabilisasi limbah dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu kolam anaerobik,
fakultatif, dan maturasi (aerobik). Dalam satu sistem pengolahan air limbah, tiga
macam kolam tersebut disusun secara seri dengan urutan anaerobik-fakultatif-
maturasi. Suatu sistem pengolahan dapat terdiri dari satu seri kolam pengolahan
atau dapat juga terdiri dari beberapa seri kolam pengolahan yang disusun secara
paralel.
Pada dasarnya kolam anaerobik dan fakultatif didesain untuk mengurangi
kandungan BOD, sedangkan kolam maturasi didesain untuk mengurangi
kandungan mikroorganisme patogen. Walau demikian, proses reduksi BOD juga
sebetulnya terjadi pada kolam maturasi dan proses reduksi mikroorganisme juga
terjadi pada kolam anaerobik dan kolam fakultatif, namun proses tersebut tidaklah
dominan. Pada kondisi tertentu, kolam maturasi terkadang tidak dibutuhkan.
Kolam maturasi hanya dibutuhkan jika air limbah yang akan diolah memiliki
kadar BOD tinggi (> 150 mg/l), atau jika air hasil olahan ditujukan bagi keperluan
irigasi. Agar diperoleh hasil olahan yang baik, air limbah yang akan masuk ke
dalam kolam anaerobik harus disaring terlebih dahulu untuk menghilangkan
kandungan pasir, kerikil, dan padatan berukuran besar lainnya (Ramadan and
Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005).
1. Kolam anaerobik
Kolam anaerobik umumnya memiliki kedalaman 2-5 m. Pada kolam inilah air
limbah mulai diolah dibawah kondisi anaerobik oleh berbagai jenis
mikroorganisme anaerobik. Mikroorganisme anaerobik mengubah senyawa
anaerob dalam air limbah menjadi gas CO2, H2S, dan CH4 yang akan menguap
ke udara; sementara berbagai padatan dalam air limbah akan mengalami
sedimentasi dan terkumpul di dasar kolam sebagai lumpur (Daur: Informasi
Lingkungan Kota dan Industri, Vol.2 No.1 Agustus 2001; Varón, 2003; Ramadan
and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005).
136
dengan jumlah kandungan oksigen yang ada menyebabkan anaerobik selalu
berada dalam kondisi anaerobik. Pada anaerobik tidak dapat ditemukan alga,
walaupun terkadang lapisan film tipis yang terdiri dari Chlamidomonas dapat
dijumpai di permukaan kolam. Kolam anaerobik ini bekerja sangat baik pada
kondisi iklim hangat (degradasi BOD bisa mencapai 60-85%). Waktu retensi
anaerobik sangatlah pendek; air limbah dengan kadar BOD 300 mg/l dapat terolah
dalam waktu retensi 1 (satu) hari pada kondisi suhu udara > 20oC (Varón, 2003;
Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005).
Kolam anaerobik merupakan salah satu cara paling ekonomis untuk mengolah
limbah anaerob. Umumnya satu kolam anaerobik sudah cukup memadai untuk
mengolah air limbah yang kandungan BOD-nya kurang dari 1.000 mg/l. Namun
jika anaerobik digunakan untuk mengolah air limbah anaerobik berdaya cemar
tinggi, maka dibutuhkan tiga buah kolam anaerobik yang disusun secara seri agar
proses degradasi dapat berlangsung dengan optimal (Ramadan and Ponce, 2004;
Lani Puspita et al., 2005).
Untuk menghindari masalah bau ini, maka kandungan SO4 dalam air limbah
harus dikontrol. Menurut (Gloyna and Espino (1969), Ramadan and Ponce (2004);
137
Lani Puspita et al., (2005)) dalam bau menyengat tidak akan muncul jika
kandungan SO4 dalam air limbah kurang dari 300 mg/l. Sesungguhnya
keberadaan anaerob dalam jumlah sedikit memberikan keuntungan dalam proses
pengolahan air limbah, karena anaerob akan bereaksi dengan logam-logam berat
membentuk logam anaerob tidak larut yang akhirnya akan mengalami presipitasi
(pengendapan).
Sebelum kolam anaeobik dioperasikan, dasar kolam harus diberi lumpur aktif
(lumpur yang mengandung berbagai jenis mikroorganisme pengurai) yang dapat
diambil dari kolam anaerobik lain yang telah “jadi”. Selanjutnya kolam dapat
dialiri air limbah dengan tingkat beban yang meningkat secara gradual; periode
pemberian beban secara gradual ini dapat berlangsung selama satu hingga empat
minggu. Hal tersebut penting dilakukan untuk menjaga nilai pH air tetap di atas 7
agar bakteri methanogenik dapat tumbuh. Pada bulan pertama pengoperasian,
terkadang diperlukan penambahan kapur untuk menghindari proses asidifikasi
(Varón, 2003; Lani Puspita et al., 2005).
Oksigen juga diperlukan dalam proses anaerob tetapi sumbernya adalah
senyawa kimia bukan oksigen bebas yang terlarut. Dalam proses anaerob hasil
akhir adalah agak rumit, proses reaksi berjalan lambat dan dapat menimbulkan
gangguan bau. Dalam kolam stabilisasi dapat dikatakan masih selalu terdapat
proses anaerob pada dasar lumpur dan endapan meskipun kolam sudah dirancang
sebagai kolam aerob. Pada kolam yang dalam terdapat suatu lapisan cairan pada
dasar yang menunjang proses anaerob.
1. Kolam fakultif
138
Gambar 2.2 Skema kolam fakultatif
Sumber:http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/
perencanaan_pengelolaan_air_limbah_dengan_sistem_terpusat.pdf
Kolam fakultatif memiliki kedalaman 1-2 meter. Pada anaerobik proses
pengolahan air limbah dilakukan oleh kerjasama mikroorganisme anaerob,
fakultatif, dan anaerobik, serta alga. Ada dua macam kolam fakultatif, yaitu:
a. Kolam fakultatif primer yang menerima dan mengolah air limbah dari sumber
pencemarnya, dan
b. Kolam fakultatif sekunder yang anaerobik. Proses-proses yang berlangsung
pada dua macam kolam fakultatif ini sama.
Kolam fakultatif primer biasa dibangun jika beban limbah yang akan diolah
tidak terlalu besar atau jika lokasi pembangunan kolam terlalu dekat dengan
fasilitas umum sehingga pembangunan kolam anaerobik yang umumnya
mengeluarkan bau menyengat akan sangat mengganggu masyarakat sekitar
(Daur : Informasi Lingkungan Kota dan Industri, Volume 2 No.1 Agustus
2001;Varón, 2003; Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005).
139
aerob untuk mendegradasi bahan anaerob) berasal dari fotosintesis algae. Karena
keberadaan alga inilah kolam fakultatif terlihat berwarna hijau; walau terkadang
kolam dapat terlihat berwarna sedikit merah jika beban anaerob yang masuk
terlalu tinggi, hal ini disebabkan oleh munculnya bakteri sulphide-oxidizing
photosynthetic yang berwarna ungu. Warna air ini dapat menjadi anaerobik untuk
menilai apakah kolam fakultatif berada dalam kondisi baik atau tidak. Jenis-jenis
alga yang dapat ditemukan di kolam fakultatif antara lain adalah :
Chlamydomonas, Pyrobotrys, Euglena, dan Chlorella. Kelimpahan alga dalam
kolam fakultatif bergantung pada jumlah beban anaerob dan anaerobik, namun
umumnya kelimpahan alga berkisar antara 500 - 2.000 μg Klorofil-a per liter
(Varón, 2003 Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005).
Pada kolam fakultatif, bahan anaerob diubah menjadi CO2, H2O, serta sel
bakteri dan alga baru; hal tersebut dilakukan dalam suasana anaerob. Oksigen
yang dihasilkan dari proses fotosintesis alga dimanfaatkan oleh bakteri anaerob
untuk mendegradasi limbah anaerob lebih lanjut. Karena proses fotosintesis hanya
dapat berlangsung pada kolom air yang masih menerima penetrasi cahaya
matahari, maka pada kolom air bagian dasar tercipta kondisi anaerobik. Pada
lapisan anaerobik ini bahan anaerob didegradasi oleh bakteri-bakteri anaerobik.
Selain mendegradasi bahan anaerob, pada kolam fakultatif juga terjadi degradasi
berbagai jenis
140
mikroorganisme penyebab penyakit. Gambar 2.3 mengilustrasikan proses degradasi limbah
anaerob pada kolam fakultatif.
Pada kolam ini luas permukaan juga menunjang persediaan oksigen yang
cukup berarti bagi pemenuhan kebutuhan (Gloyna, 1971). Biasanya angin
merupakan sumber energi utama untuk pencampuran air pada kolam fakultatif,
tetapi di daerah tropik faktor yang kadang cukup berarti adalah bila kecepatan
angin rendah, sehingga perbedaan energi merupakan faktor penyebab terjadinya
pencampuran. Pencampuran air adalah suatu parameter fisik yang penting
mempengaruhi pertumbuhan alga. Banyak alga yang mengalami mortalitas dan
pencampuran air diperlukan untuk membawa algae ke daerah yang efektif
mendapat penetrasi sinar matahari. Berkurangnya waktu pencampuran pada siklus
siang hari dari waktu yang biasa terjadi akan menyebabkan penurunan kuantitas
alga, lebih-lebih pencampuran waktu siang hari dapat menjamin distribusi oksigen
terlarut. Temperatur adalah sangat penting sebab temperatur mempengaruhi
degradasi secara biokimiawi, rata-rata temperatur harian dan variasi tahunan akan
mempengaruhi proses biologik, fisik dan kimiawi di dalam kolam (Maskew,
1971).
141
Gambar 2.3. Proses perombakan limbah anaerob pada kolam fakultatif
(Sumber : Tchobanoglous and Schroeder, 1987, Ramadan and Ponce, 2004;
Lani Puspita et al., 2005)
142
(Varón, 2003; Lani Puspita et al, 2005) bahwa proses reduksi nitrogen dan fosfor
pada kolam maturasi sangat signifikan, bahkan proses reduksi nutrien pada kolam
maturasi ini merupakan yang terbesar dari keseluruhan unit kolam stabilisasi
limbah.
Skema dari masing-masing tipe kolam dan laguna limbah dapat dilihat dalam
Gambar 7, 8, 9, 10 dan 11, bahwa hal yang mendasar yang membedakan kolam
dan laguna adalah keberadaan aerator oleh karena itu pada laguna tidak terdapat
tipe laguna anaerobik (Suryadiputra, 1994; Lani Puspita et al., 2005) berikut ini.
143
Gambar 2.6 Kolam Maturasi (Aerobik)
(Sumber : Ramadan and Ponce, 2004 dalam Lani Puspita et al., 2005)
144
Gambar 2.8 Laguna Aerobik
(Sumber : Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005)
3. Kolam stabilisasi yang diaerasi secara mekanik.
Suatu kolam stabilisasi dengan aerator secara mekanik yang berfungsi sebagai
kolam aerob atau kolam fakultatif. Pada beberapa jenis kolam aerob mekanik ini
kadang-kadang zat padat tidak cukup tersuspensi, sehingga lumpur mengendap
dan terjadi proses anaerob dan pada bagian lain terjadi proses aerob (Dinas
Kesehatan Surabaya, 1984).
Di dalam kolam aerob siklus denitrifikasi dapat stabil hingga di malam hari.
Setiap hari dihasilkan oksigen di daerah fotosintesis, bakteri nitrat menghasilkan
gas nitrogen dari nitrat di dalam kolam bagian dalam. Pada malam hari jika diberi
aerasi gas nitrogen yang keluar akan bercampur dengan oksigen di daerah bagian
bawah akan dihasilkan nitrat (Maskew, 1974).
Terdapat beberapa keuntungan menggunakan kolam stabilisasi menurut Mara
(1976) dalam penanggulangan limbah yaitu :
a. Kolam stabilisasi bisa mencapai tingkat pemulihan dan pemurnian air pada
biaya yang relatif murah, tetapi dengan tingkat pemeliharaan yang minimum
dan ketrampilan operator yang tidak usah tinggi.
b. Kolam stabilisasi bisa bertahan pada tingkat beban organik yang berat dan
kejutan hidrolik yang tiba-tiba, karena waktu retensi yang cukup lama.
c. Kolam stabilisasi tetap bisa efektif untuk memperlakukan pencemaran air
yang cukup beraneka ragam baik limbah pertanian maupun limbah industri.
145
d. Kolam stabilisasi mudah dirancang dan mudah pula diubah pola
perancangannya bila diperlukan.
e. Metoda kontruksi sedemikian rupa untuk kolam stabilisasi sehingga bila
dikemudian hari lahan bekas kolam dibutuhkan lagi bagi keperluan lain akan
mudah direklamasi kembali.
f. Banyaknya pathogen yang dihilangkan kolam stabilisasi lebih besar dari pada
metode-metode lainnya.
g. Algae yang diproduksi oleh kolam stabilisasi merupakan potensi sumber
protein yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi perikanan.
146
demikian apabila penurunan organisme penyebab penyakit merupakan hal yang
sangat penting maka kolam dalam sistem seri merupakan cara yang terbaik dan
sistem seri ini dapat dibuat dengan cara sebagai berikut : kolam anaerob- kolam
fakultatif – kolam maturasi atau kolam fakultatif dan kolam maturasi saja.
147
Untuk tipe berbagai pengolahan air limbah dan kapasitas pengolahan rata-rata disajikan pada Tabel berikut:
Tipe Pengolahan Bahan hid/bio keutungan kelemahan
Septik tank Sedimentasi + 1 m3 / m2 hari Operasional sederhana Efisiensi < 30%
setengah lumpur
Imhoff tank -idem 0,5 m3 / m2 hari Operasional sederhana Efisiensi < 50%
Kolam anaerob Pengolahan 4 m3 / m2 hari atau Konstruksi simpel Efisiensi < 50%
anaerob 0,3 – 1,2 kg BOD /
m3 / hari
UASB Pengolahan 20 m3 / m2 hari Influen untuk BOD > Kecepatan aliran harus
anaerob 100 mg/liter stabil
Kolam fakultatif Pengolahan 250 kg BOD / ha. Efisiensi 90% Perlu lahan luas
anaerob + aerob Hari
Aerated lagon Pengolahan Tidak menggunakan Endapan di dasar kolam
aerob clanifer khusus
Kolam maturasi Pengolahan 0,01 kg / m3 .hari Efisiensi 70% Cukup luas
aerob
Anaerobik filter Pengolahan 4 kg BOD / m3 .hari Efisiensi 85%
148
anaerob
RBC Pengolahan 0,02 m3 / m2 luas Listrik kecil = 3 jam
aerob media
Trickling filter Tidak dianjurkan Banyak lalat
Phito remediasi Penjerapan 25- 30 kg / ha Dapat mengurangi B3 Brban organik kecil
bahan organik dan zat radioaktif sehingga tidak untuk
dan racun skala besar
Tabel 2.12 Tipe bangunan pengumpu
Sumber: Water and Water Engineering, Tchonaboglous, MacGrawhill, 2004 UASB = Up-flow Anaerobik Sludge Blanke
149
Sistem seri digunakan bila kandungan zat organik cukup tinggi dan ditujukan untuk
menurunkan jumlah coliform (Dinas Kesehatan Surabaya, 1984). Air limbah yang
mengandung banyak zat padat dan zat beracun atau substansi yang berwarna
memerlukan pengelolaan yang khusus. Berbeda dengan limbah rumah tangga, setiap
limbah industri memerlukan perhatian khusus.
4. Instalasi Pengolahan Air Limbah/IPAL
Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada
Instalasi Pengolahan Air Limbah/IPAL (Waste Water Treatment Plant). Di dalam
IPAL, biasanya proses pengolahan dikelompokkan sebagai pengolahan pertama
(primary treatment), pengolahan kedua (secondary treatment), pengolahan ketiga
(tertiary treatment), dan pengolahan lanjutan.
IPAL yang berlokasi di Jl. Bantul Km. 8, tepatnya di Desa Pendowoharjo
Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul dengan luas area 6,7 Ha. Instalasi ini berupa
sistem laguna aerasi fakultatif. Proses pengolahannya air limbah digambarkan pada
Gambar 12.
150
operasional pada IPAL menggunakan peralatan sebagai berikut : Rumah Pompa, Grit
Chamber, Laguna Aerasi, Kolam Maturasi dan Sludge Drying Bed.
a. rumah pompa
Keadaan pipa terakhir yang lebih rendah dari IPAL (sekitar 3 meter)
mengharuskan limbah dinaikkan dengan pompa angkat jenis ulir (screw). Pompa ini
secara tidak terputus mengangkat limbah menuju rumah pompa dan selanjutnya
menuju grit chamber. Limbah sebelum memasuki rumah pompa telah melalui
saringan kasar, tetapi limbah tersebut belum mengalami pengolahan lebih lanjut,
sehingga masih banyak mengandung padatan baik yang terendap maupun terlarut.
Pompa untuk mengangkat limbah tersebut ada 3 buah dengan 2 operasi dan 1
cadangan. Pompa ini dapat dikendalikan secara otomatis dan manual. Secara otomatis
pompa ini akan beroperasi berdasarkan debit air yang masuk. Satu atau dua pompa
tersebut dilengkapi dengan alat-alat :
1) Saringan Kasar
Saringan ini berfungsi menahan benda-benda yang sangat kasar seperti ranting,
bangkai binatang, plastik dsb. Selain itu melindungi bangunan agar tidak terjadi
kerusakan.
2) Indikator Water Level (IWL)
IWL berfungsi membaca ketinggian permukaan air yang dinaikkan sehingga
pompa-pompa ini berjalan secara otomatis. Operasi pompa berdasarkan debit air yang
masuk sebagai berikut :
a. 1.66 m pump 2 on
b. 1.51 m pump 2 on
c. 1.31 m pump 1 on
d. 1.21 m pump stop
Artinya apabila debit air yang masuk ke rumah pompa menyebabkan tinggi
permukaan air mencapai 1,31 m, maka pompa 1 (satu) beroperasi. Apabila debit air
kurang dari daya angkat pompa sehingga ketinggian permukaan air menjadi 1,21 m,
maka pompa 1 (satu) berhenti beroperasi. Sebaliknya debit air lebih besar dari daya
angkut pompa sehingga ketinggian air mencapai 1,51 m, maka pompa 1 (satu) dan 2
(dua) beroperasi. Apabila debit air yang cukup besar sehingga ketinggian air
151
mencapai 1,66 m maka pompa 1 (satu) dan 2 (dua) beroperasi serta alarm berbunyi
berarti by pass, sedangkan pompa 3 berfungsi sebagai cadangan tetapi
pengorasiannya dapat dipindah atau diganti. Adapun daya angkut pompa sebesar 10,7
m3/menit.
152
Gambar 2.11 Skema Kolam Laguna Aerasi Fakultatif
Sumber:http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/
perencanaan_pengelolaan_air_limbah_dengan_sistem_terpusat.pdf
d. Kolam Pematangan
Setelah LAF limbah masuk ke kolam pematangan yang berkuran 78 x 70 x 4 m.
Kolam ini terdiri dari 2 buah kolam yang dirangkai secara paralel. Pada kolam ini
diharapkan dapat memperbaiki kondisi limbah sebelum di buang ke Sungai Bedog
melalui pipa/kanal terbuka.
e. Sludge Drying Bed (SBD)
Limbah pada kolam-kolam pengolahan banyak mengandung partikel-partikel
yang lolos dari GC sehingga mengakibatkan pendangkalan pada kolam apabila tidak
ditangani. Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal tersebut dibangun SBD yang
terdapat pada sayap kanan IPAL yang berukuran 34 x 232 x 0,5 m dengan kapasitas
4.000 m3. Lumpur dikuras 1-2 tahun sekali dengan ejector udara bertekanan. Lumpur
yang terkumpul pada dasar kolam dihisap dengan ejector udara bertekanan kemudian
ditampung dalam SBD dan dikeringkan secara alamiah dan untuk selanjutnya
dipergunakan sebagai pupuk.
153
perangkat manajemen dan pembiayaan seperti kelembagaan pengelola IPAL, sumber
daya manusia yang memadai, dan dukungan pembiayaan.
Kelembagaan pengelola IPAL perlu dibentuk agar pengelola IPAL dapat
ditangani dengan baik dan terstruktur. Dalam kelembagaan tersebut dibuat standar
operasi pengolahan air limbah, tata cara perawatan dan perbaikan IPAL, pengambilan
sampel dan melakukan pelaporan secara berkala.
Sumber daya manusia menjadi aspek penting dalam pengelolaan IPAL. Perlu
adanya SDM yang memahami secara teknis operasional IPAL, teknik pengambilan
sampel dan memahami aspek administrasi pelaporan dan evaluasi kerja IPAL.
Pembiayaan operasional IPAL perlu direncanakan dan dianggarkan oleh perusahaan.
Pada pengoprasiannya, IPAL membutuhkan perawatan rutin, penggunaan bahan
kimia, melakukan uji kualitas air limbah dan perbaikan ringan lainnya. Adanya
dukungan pembiayaan yang memadai dari perusahaan untuk operasional IPAL akan
membuat kinerja IPAL tetap optimal.
Manajemen IPAL dalam kebijakan secara umum adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas Yang Terjadi
Berdasarkan UU RI No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, maka setiap industri maupun instansi/ badan usaha harus
bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah yang dihasilkan dari kegiatannya.
Limbah cair dari industri berbasis organik mempunyai potensi pencemaran yang
sangat berat terhadap lingkungan, terutama pada produk olahan/ bahan baku industri
makanan dan minuman. Bahan bawaan yang terkandung didalamnya merupakan
bahan-bahan yang sangat komplek baik yang terlarut maupun yang tidak larut.
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) (wastewater treatment plant,
WWTP),adalah sebuah struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis
dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada
aktivitas yang lain. Fungsi dari IPAL mencakup:
a. Pengolahan air limbah pertanian, untuk membuang kotoran hewan, residu
pestisida, dan sebagainya dari lingkungan pertanian.
Pengolahan air limbah perkotaan, untuk membuang limbah manusia dan limbah
rumah tangga lainnya.
154
b. Pengolahan air limbah industri, untuk mengolah limbah cair dari aktivitas
manufaktur sebuah industri dan komersial, termasuk juga aktivitas
pertambangan.
155
Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara
umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
1. pengolahan secara fisika
2. pengolahan secara kimia
3. pengolahan secara biologi
156
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan
berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan
tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening)
dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).
157
Gambar 2.14 Instalasi Pengolahan Air Limbah
Sumber : green.kompasiana.com
158
Gambar 2.15 Skema Diagram pengolahan Kimiawi
Sumber : Lasmita, 2014 dalam Laporan Infrastruktur Ramah Lingkungan Air Limbah
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai
pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang
paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai
metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis,
yaitu:
a. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
b. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
159
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal
berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan
berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90%
(dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi
yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain,
yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi
dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki
kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan
pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga
termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti
Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun
dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat
memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan
waktu detensi 3-5 hari saja.
160
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat
dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses
anaerob menjadi lebih ekonomis.
161
2.27 Sistem Penyaluran
Sistem penyaluran air limbah ini menyalurkan air limbah dari perumahan dan
fasilitas umum ke tempat pengolahan air limbah. Sistem penyaluran air limbah adalah
suatu rangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang air
limbah dari suatu kawasan/lahan baik itu dari rumah tangga maupun kawasan
industri. Sistem penyaluran biasanya menggunakan sistem saluran tertutup dengan
menggunakan pipa yang berfungsi menyalurkan air limbah tersebut ke bak interceptor
yang nantinya di salurkan ke saluran utama atau saluran drainase.
Air limbah utama berasal dari tiap-tiap hunian, pergerakan pertama menuju
bioseptictank disini terjadi pengolahan individu, dimana ketika di salurkan ke bak
control sudah berbentuk cairan, di bak control di olah lagi dan selanjutnya di salurkan
ke SWP (sweeger pit) disini terjadi pengolahan lagi, yang pada akhirnya di salurkan
ke STP Doble decker dimana pilih menjadi air untuk taman dan air yang dibuang ke
kali.
Ada dua cara untuk system penyaluran air limbah yaitu :
1) Sistem terpisah ,
Sistem terpisah ini memisahkan system penyalurannya menjadi dua lagi
yaitu :
a. Sistem penyaluran air limbah
162
b. Sistem penyaluran air hujan
2) System Tercampur
163
Sistem penyaluran tercampur merupakan sistem pengumpulan air buangan yang
tercampur dengan air limpasan hujan. Kelebihan sistem ini adalah hanya
diperlukannya satu jaringan sistem penyaluran air buangan sehingga dalam operasi
dan pemeliharaannya akan lebih ekonomis. Selain itu terjadi pengurangan konsentrasi
pencemar air buangan karena adanya pengenceran dari air hujan. Sedangkan
kelemahannya adalah diperlukannya perhitungan debit air hujan dan air buangan yang
cermat. Selain itu karena salurannya tertutup maka diperlukan ukuran riol yang
berdiameter besar serta luas lahan yang cukup luas untuk menempatkan instalasi
pengolahan. buangan.
3) System konvensional
(a) (b)
Gambar 2.19 Layout saluran Shallow Sewerage pada perumahan tidak teratur (a) dan teratur (b)
Sumber:http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/
perencanaan_pengelolaan_air_limbah_dengan_sistem_terpusat.pdf
165
kaitannya dengan masalah kebijakan tata guna lahan, pembangunan, pembiayaan,
opaerasional dan pemeliharaan, keberlanjutan penggunaan fasilitas dan secara umum
akan berpengaruh juga pada perencanaan infrastruktur daerah layanan. Perencanaan
system perpipaan ini akan menyangkut dua hal penting yakni perencananaan jaringan
perpipaan dan perencanaan perpipaannya sendiri.
Sistem perpipaan pada pengaliran air limbah berfungsi untuk membawa air
limbah dari satu tempat ketempat lain agar tidak terjadi pencemaran pada lingkungan
sekitarnya. Prinsip pengaliran air limbah pada umumnya adalah gravitasi tanpa
tekanan, sehingga pola aliran adalah seperti pola aliran pada saluran terbuka. Dengan
demikian ada bagian dari penampang yang kosong.
Jaringan pipa air buangan terdiri dari:
1. Pipa Persil
Pipa persil adalah pipa saluran yang terletak di dalam rumah dan langsung
menerima air buangan dari instalasi plambing bangunan.Memiliki diameter 3”- 4”,
kemiringan pipa 2%. Teknis penyambungannya antara debit dari persil dengan debit
dari saluran pengumpul kecil sekali maka penyambungannya tegak lurus.
2. Pipa Servis
Pipa servis adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa persil yang
kemudian akan menyalurkan air buangan tersebut ke pipa lateral. Diameter pipa
servis sekitar 6”- 8”, kemiringan pipa 0.5 - 1%. Lebar galian pemasangan pipa servis
minimal 0,45 m dan dengan kedalaman benam awal 0.6 m. Sebaiknya pipa ini
disambungkan ke pipa lateral di setiap manhole.
3. Pipa Lateral
Pipa lateral adalah pipa saluran yang menerima aliran dari pipa servis untuk
dialirkan ke pipa cabang, terletak di sepanjang jalan sekitar daerah pelayanan.
Diameter awal pipa lateral minimal 8”, dengan kemiringan pipa sebesar 0,5 - 1%.
4. Pipa Cabang
Pipa cabang adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa-pipa
lateral. Diameternya bervariasi tergantung dari debit yang mengalir pada masing-
masing pipa. Kemiringan pipa asekitar 0,2 - 1%.
166
5. Pipa Induk
Pipa induk adalah pipa utama yang menerima aliran air buangan dari pipa-pipa
cabang dan meneruskannya ke lokasi instalasi pengolahan air buangan. Kemiringan
pipanya sekitar 0,2– 1%.
Jaringan pipa induk air limbah dapat dilihat pada Gambar berikut:
Pipa yang biasanya dipakai untuk penyaluran air limbah adalah sebagai berikut:
a. Vitried Clay (VC)
b. Asbestos Cement (AC)
c. Reinford Concrete (RC)
d. Steel
e. Cast Iron
f. High Density Poly Ethylene (HDPE)
g. Unplasticised Polyvinylchloride(uPVC)
h. Glass Reinforced Plastic (GRP)
168
2.29 SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH
Pada awalnya, tujuan dari pengolahan air limbah adalah untuk menghilangkan
bahan-bahan tersuspensi dan terapung, pengolahan bahan organic biodergradable
serta mengurangi organisme pathogen. Namun, sejalan dengan perkembangannya,
tujuan pengelolaan air limbah sekarang ini, juga terkait dengan aspek estetika dan
lingkungan.
Banyak system pengolahan air limbah yang diterapkan namun memiliki
penyaluran yang berbeda-beda. Berdasarkan Pedoman Pengelolaan AIr Limbah
Perkotaan Departmen Kimpraswil tahun 20113, bahwa untuk memilih sistem
pengolahan limbah yang menjadi bahan pertimbangan adalah dengan memperhatikan
parameter pada faktor-faktor Kepadatan Penduduk, Sumber Air yang Adam
Kedalaman Muka Air Tanah, Kemampuan Membiayai.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka sistem pengolahan air limbah
terbagi menjadi dua yaitu sistem pembuangan air limbah setempat (on site system)
dan pembuangan terpusat (off site system).
169
g. Dan manfaatnya langsung dirasakan segera seperti bersih, saluran air hujan tidak
lagi dibuang air limbah, terhindar dari bau busuk, timbul estetika pekarangan dan
populasi nyamuk berkurang.
Sementara itu, Kerugian pemakaian sistem pembuangan setempat adalah :
a. Tidak dapat diterapkan disetiap daerah, karena harus disesuaikan dengan
permeabilitas tanah, tingkat kepadatannya, dan lain-lain;
b. Sukar mengontrol operasi dan pemeliharaan;
c. Fungsi terbatas hanya dari buangan kotoran manusia, tidak melayani air limbah
kamar mandi dan air bekas cucian.
d. Bila pengendalian tidak sempirna maka air limbah dibuang ke saluran drainase;
e. Sukar mengontrol operasi dan pemeliharaan;
f. Resiko mencemari air tanah bila pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik.
Pemilihan tiga alternative teknologi off site system tersebut berupa sistem
individual, komunal maupun semi komunal ditentukan berdasarkan kondisi wilayah
setempat, kerapatan hunian, jumlah penduduk dan keadaan sosial ekonomi. SIstem
komunal dan semi komunal dapat diterapkan bagi masyarakat yang tidak memiliki
jamban pribadi, tingkat ekonomi yang rendah, daerah kumuh, daerah padat penduduk.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, direkomendasikan untuk
diterapkan sistem komunal berupa MCK + Tangki septik komunal. Dalam kaitan
dengan penyediaan sarana sanitasi tersebutm bentuk penangan yang perlu dilakukan
adalah perbaikan tangki septik individual, pembangunan tangki septik individual,
pembangunan jamban individu + tangki septik komunal, dan pembangunan MCK
umum + tangki septik komunal. (Nurhidayat dan Hermana, 2009). (Sumber :
Suharno, Asmadi (2012), Sistem Pengolahan Air Limbah, Gosyen
Publishing;Yogyakarta.)
Secara sederhana menjadi hal yang harus dilakukan jika kondisi air bersih di
lingkungan anda sulit didapatkan. Tuntutan untuk memakai air bersih memang sudah
171
menjadi Kebutuhan pokok dan primer. Tidak mungkin melakukan pekerjaan rumah
tangga sehari-hari dengan memakai air kotor. Bisa-bisa semua barang menjadi rusak
dan kesehatan tubuh menjadi taruhan. Solusinya jelas dengan memakai teknologi
penyaring air yang mampu mengubah air limbah menjadi air bersih.
Melalui mekanisme penyaring air yang mumpuni, air limbah bisa di ubah
menjadi air bersih. Caranya juga mudah. Bisa mengadopsi teknik penyaringan air
sederhana yang sudah kita bahas di artikel sebelumnya dengan menggabungkannya
menjadi satu sistem.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat saluran air limbah. Saluran
ini diarahkan sebuah wadah yang berfungsi sebagai resapan dan penyaring pertama.
Isi wadah ini dengan batu besar dan kecil, batu koral , lidi, dan pasir kasar.
Selanjutnya arahkan air hasil saringan ini menuju ke penyaringan tahap dua dengan
pipa atau selang penghubung yang berbentuk leher angsa atau mirip sistem aerasi.
Fungsinya untuk pengendapan kotoran.
Penyaringan tahap dua bisa memakai sistem penyaringan cepat dan lambat. Air
masuk dari atas, lalu masuk lagi ke wadah kedua dari bawah dan air naik ke atas lagi.
Sampai tahap ini kondisi air sudah lumayan bersih.
172
2.32 PEMBUANGAN AIR LIMBAH
Air limbah merupakan air yang keluar dan tidak terpakai lagi dari suatu aktivitas
(Industri, rumah tangga, supermarket, hotel dan sebagainya). Air limbah ini biasanya
mengandung berbagai zat pencemar (kontaminan) seperti padatan tersuspensi,
padatan terlarut, logam berat, bahan organik, bahan beracun, dan dapat bertemperatur
tinggi. Air limbah ini umumnya akan dibuang ke badan air penerima seperti sungai,
laut dan kedalam tanah. Pembuangan air limbah dengan kandungan berbagai zat
pencemar mengakibatkan terjadinya pencemaran pada sungai, laut, tanah dan bahkan
mencemari udara.
2.33 Baku Mutu Air
Tata Cara Pemberian Izin Pembuangan Air Limbah (Menteri Lingkungan Hidup,
2003)
1. Pemohon mengajukan izin kepada Bupati/Walikota melalui kepala instansi yang
bertanggung jawab di Kabupaten/Kota.
2. Surat permohonan izin dibuat dalam jumlah rangkap tertentu sesuai dengan
kebijakan Bupati/Walikota.
3. Kepala Instansi yang bertanggung jawab di Kabupaten/Kota memeriksa
kelengkapan persyaratan permohonan izin, apabila tidak lengkap dikirim kembali
ke pemohon izin.
4. Kepala instansi yang bertanggung jawab di kab/kota menugaskan tim teknis
untuk melakukan telaahan dan memproses permohonan izin.
5. Tim teknis perizinan menelaah dan memproses berkas permohonan izin meliputi
tahap:
a. kunjungan lapangan apabila diperlukan;
b. sidang pembahasan;
c. penyusunan konsep surat izin.
d. Bupati/ walikota menerbitkan, menangguhkan, atau menolak surat izin.
e. Surat izin, surat penangguhan, atau surat penolakan diterima pemohon izin.
173
lingkungan;
c. persyaratan cara pembuangan air limbah;
d. persyaratan untuk mengadakan sarana dan prosedur penanggulangan keadaan
darurat;
e. persyaratan untuk melakukan pemantauan mutu dan debit air limbah;
f. persyaratan lain yang ditentukan oleh hasil pemeriksaan analisis mengenai
dampak lingkungan;
g. larangan pembuangan secara sekaligus dalam satu saat atau melepaskan dadakan;
h. larangan untuk melakukan pengenceran air limbah dan upaya penaatan batas
kadar yang dipersyaratkan;
i. kewajiban melakukan suatu swapantau dan kewajiban untuk melaporkan hasil
swapantau.
Air limbah setelah diolah tentunya harus memenuhi mutu standar air baku yang
telah ditetapkan pada masing-masing peraturan. Di Indonesia sendiri, peraturan ini
diatur dalam Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 112 tahun 2003 tentang baku mutu
air limbah domestik, Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 52 tahun 1995 tentang baku
mutu limbah cair bagi kegiatan hotel, Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 58 tahun
1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit, dan Permen
Lingkungan Hidup RI Nomor 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah (per jenis
industri).
Penetapan baku mutu air limbah didasarkan pada dua (2) aspek yaitu:
174
a. Berdasarkan air limbah yang dihasilkan oleh setiap industri disebut sebagai
standar air limbah (Fffluent Standard).
b. Berdasarkan peruntukan dari badan air penerima disebut sebagai standar air
badan penerima (Stream Standard).
Air limbah domestik tidak hanya terbatas pada limbah yang berasal dari
perumahan saja, akan tetapi termasuk juga dari rumah makan (restauran),
perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Yang termasuk ke dalam golongan
air limbah domestik antara lain adalah air buangan dari toilet, dapur, dan laundry.
Kandungan zat-zat yang menjadi pencemar di dalam air limbah harus dibatasi
jumlahnya agar tidak mencemari badan perairan. Untuk itu, pemerintah pusat telah
menetapkan baku mutu untuk jenis air limbah domestik. Baku mutu air limbah
domestik yang ditetapkan oleh menteri lingkungan hidup yaitu KepMenLH
No.112/tahun 2003. Di dalam baku mutu ini terdapat parameter-parameter antara lain
TSS, BOD, minyak dan lemak, serta pH. Untuk informasi lebih lengkap mengenai
175
baku mutu air limbah berdasarkan KepMenLH No.112/tahun 2003, Anda dapat
melihatnya pada tabel berikut ini:
Tabel 2.13
Baku Mutu Limbah Domestik
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6-9
BOD mg/l 100
TSS mg/l 100
Minyak dan Lemak mg/l 10
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
B. Baku Mutu Air Limbah Hotel
BOD5 75
COD 100
TSS 100
pH 6,0 - 9,0
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
C. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Rumah Sakit
Tabel 2.15
Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit
BOD5 75
COD 100
TSS 100
pH 6–9
177
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
D. Baku Mutu Air Limbah Industri
Tabel 2.16
Baku Mutu Air Limbah Industri Pelapisan Logam Dan Glavanis
179
Tabel 2.18
Baku Mutu Air Limbah Industri Minyak Sawit
Tabel 2.19
Baku Mutu Air Limbah Industri Karet
Tabel 2.20
Baku Mutu Air Limbah Industri Tapioka
181
Tabel 2.21
Baku Mutu Air Limbah Industri Monosodium Glutamat (MSG) dan Inosin
Monofosfat (IMP)
Tabel 2.22
Baku Mutu Air Limbah Industri Kayu Lapis
Tabel 2.24
Baku Mutu Air Limbah Industri Minuman Ringan
Tabel 2.25
Baku Mutu Air Limbah Industri Sabun, Deterjen dan Produk-Produk Minyak
Nabati
183
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam kg parameter per ton produk sabun, minyak nabati dan
diterjen.
Tabel 2.26
Baku Mutu Air Limbah Industri Bir
2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam gram parameter per helikopter produk Bir.
184
a. Baku Mutu Air Limbah bagi industri timbal asam yang telah beroperasi pada saat
ditetapkan Peraturan Menteri ini.
Tabel 2.27
Baku Mutu Air Limbah Industri Baterai Timbal Asam (AKI)
a. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Buah-Buahan
dan/atau Sayuran yang Melakukan Satu Jenis Kegiatan Pengolahan
Tabel 2.28
185
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Buah-Buahan dan/atau Sayuran
186
Qi : kuantitas air limbah yang berlaku bagi masing-masing kegiataan,
dalam satuan m3/ton;
Pi : jumlah bahan baku yang digunakan senyatannya, dalam satuan ton
bahan baku.
3. Nilai beban lagi usaha dan/atau kegiataan industri yang melakukan kegiatan
pengolahan gabungan adalah perkalian antara nilai baku mutu kadar dengan nilai
kuantitas air limbah gabungan, sebagaiman dinyatakan dalam persamaan berikut:
Tabel 2.29
Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri Pengolahan Buah-Buahan dan/atau
Sayuran yang Melakukan
a. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Hasil
Perikanan yang Melakukan Satu Jenis Kegiatan Pengolahan
187
Tabel 2.30
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Hasil Perikanan
188
b. Sulfida : 0,06 kg/ton bahan baku
c. Amonia : 0,3 kg/ton bahan baku
d. BOD : 6 kg/ton bahan baku
e. COD : 18 kg/ton bahan baku
f. Minyak-lemak : 0,9 kg ton bahan baku
4. Bagi usaha dan/atau kegiatan pengolahan hasil perikanan yang melakukan satu
kegiatan pengolahan namun menggunakan lebih dari satu jenis bahan baku hasil
perikanan,berlaku ketentuan:
a. Nilai kuantitas air limbah adalah jumlah perkalian antara nilai kuantitas air
limbah dengan jumlah bahan baku yang digunakan senyatanya, seperti yang
dinyatakan dalam persamaan berikut:
Tabel 2.31
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan
yang Melakukan Kegiatan Pengolahan Gabungan
189
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Catatan:
1. Nilai kuantitas air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pengolahan hasil
perikanan yang melakukan lebih dari satu kegiatan pengolahan adalah jumlah
perkalian antara nilai kuantitas air limbah dengan jumlah bahan baku (atau
produk) senyatanya dari masing-masing kegiatan, seperti yang dinyatakan dalam
persamaan berikut:
190
Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri Perikanan yang Melakukan
Pengolahan Air Limbah Secara Terpusat
Tabel 2.33
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Rumput Laut
Tabel 2.34
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Kelapa
191
Tabel 2.35
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Daging
Tabel 2.37
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Obat Tradisional atau Jamu
192
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Tabel 2.38
Baku Mutu Air Limbah Industri Minyak Goreng
a. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Minyak Goreng
Menggunakan Proses Basah
b. Baku mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Minyak Goreng
Menggunakan Proses Kering
193
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Tabel 2.39
Baku Mutu Air Limbah Industri Gula
a. Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Gula Dengan Kapasitas Kurang dari 2.500
Ton Tebu yang Diolah Per hari
194
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
c. Baku Mutu air Limbah Industri Gula Dengan Kapasitas Lebih Dari 10.00 Ton
Yang Diolah Per Hari
Tabel 2.40
Baku Mutu Air Limbah Industri Rokok dan/atau Cerutu
a. Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok dan/atau Cerutu yang Sumber Air
Limbahnya Berasal dari Proses Primer Basah dan Proses Sekunder, Termasuk
yang Hanya Berasal dari Proses Primer Basah (Kategori I).
195
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
b. Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok dan/atau Cerutu yang Sumber Air
Limbahnya Berasal dari Sumber Air Limbah Kategoru I dan Air Limbah
Domestik (Kategori II).
Tabel 2.42
Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Kopi
Tabel 2.43
Baku Mutu Air Limbah Industri Gula Rafinasi
197
Keterangan:
1. Golongan I
Perusahaan telah beroperasi pada saat ditetapkan peraturan ini dan berlaku 3
tahun setelah berlaku peraturan ini.
2. Golongan II
a. Telah beroperasi pada saat diterapkan peraturan ini dan akan menambah
unit baru.
b. Perencanaannya sedang disusun dan beroperasi setelah ditetapkan
peraturan ini
Tabel 2.44
Baku Mutu Air Limbah Industri Petrokimia Hulu
198
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Tabel 2.46
Baku Mutu Air Limbah Industri Keramik
Tabel 2.47
Baku Mutu Air Limbah Industri Asam Tereftalat (PTA)
Tabel 2.48
Baku Mutu Air Limbah Industri Polyethylene Tereftalat (PET)
199
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Catatan:
Metode Perhitungan Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri PTA dan PET yang
Melakukan Pengilahan Air Limbah Secara Terpadu
Debit air limbah paling tinggi gabungan:
Q = (PPTA * QPTA) + (PPET * QPET)
Kadar air limbah paling tinggi gabungan untuk parameter i:
Ci = (CPTA,i * PPTA * QPTA) + (CPET,i * PPET * QPET) / Q
Keterangan:
Q (m3/hari) : debit air limbah paling tinggi gabungan
QPTA (m3/ton) : kuantitas air limbah paling tinggi untuk industri PTA 4,5
m3/ton (empat koma lima meter kubik per ton) produk PTA.
QPET (m3/ton) : kuantitas air limbah paling tinggi untuk industri PET 2
m3/ton (dua meter kubik per ton) produk PET
PPTA (ton/hari) : jumlah produksi PTA
PPET (ton/hari) : jumlah Produksi PET
Ci (mg/L) : kadar paling tinggi gabungan untuk parameter i
CPTA,i (mg/L) : kadar paling tinggi industri PTA untuk parameter i
CPET,i (mg/L) : kadar paling tinggi industri PET untuk parameter i
Tabel 2.49
Baku Mutu Air Limbah Industri Oleokimia Dasar
a. Naku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Oleokimia Dasar
Untuk Fatty Acid dan Fatty Alcohol Melalui Jalur Fatty Acid
200
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Catatan:
Ton produk adalah penjumlahan ton produk fatty acid + ton produk fatty
alcohol + ton produk alkyl ester + ton produk glycerin
b. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Oleokimia Dasar
Untuk Fatty Alcohol Melalui Jalur Alkyl Ester
Tabel 2.50
Baku Mutu Air Limbah Industri Soda Kostik atau Kholr
201
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam gram parameter per ton produk soda kostik
Tabel 2.51
Baku Mutu Air Limbah Industri Pulp dan Kertas
202
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Catatan:
Penjelasan kategori proses di atas diberikan sebagai berikut:
a. Pulp
1. Proses Kraft (dikelantang dan tidak dikelantang) adalah produksi pulp
yang menggunakan cairan pemasak natrium hidroksida yang sangat
alkalis dan natrium sulfida. Proses kraft yang dikelantang digunakan pada
produksi kertas karton dan kertas kasar lain yang berwarna.
Pengelantangan adalah penggunaan bahan pengoksidasi kuat yang diikuti
dengan ekstraksi alkali.
2. Untuk menghilangkan warna dari pulp, untuk suatu rentang produk kertas
yang lengkap
3. Proses Pulp larut adalah produk pulp putih dan sangat murni dengan
menggunakan pemasakan kimiawi yang kuat. Pulpnya digunakan untuk
pembuatan rayon dan produk lain yang mensyaratkan hampir tidak
mengandung logam.
4. Proses Grounwood adalah penggunaan defibrasi mekanis (pemisahan
serat ) dengan menggunakan gerinda atau penghalus (refiners) dari batu.
203
CMP (proses pembuatan pulp kimia mekanis) menggunakan cairan
pemasak kimia untuk memasak kayu secara parsial sebelum pemisahan
seta secara mekanik. TMP (proses pembuatan pulp termo-mekanis)
merupakan pemasakan singkat dengan menggunakan kukus dan kadang-
kadang bahan kimia pemasak, sebelum tahap mekanis.
5. Proses semi kimia merupakan penggunaan cairan pemasak sulfit netral
tanpa pengelantangan untuk menghasilkan produk kasar untuk lapisan
dalam karto gelombang berwarna cokelat.
6. Proses soda adalah produksi pulp dengan menggunakan cairan pemasak
natrium hidroksida yang sangat alkalis.
7. Proses penghilangan tinta (De-ink) merupakan salah satu proses
pembuatan kertas yang menggunakan kertas bekas yang didaur ulang
melalui proses penghilangan tinta dengan kondisi alkali dan kadang
dibuat cerah atau diputihkan untuk menghasilkan pulp sekunder, sering
kali berkaitan dengan proses konvensional.
b. Kertas
1. Kertas halus berarti produksi kertas halus yang dikelantang seperti kertas
cetak dan kertas tulis.
2. Kertas besar berarti produksi kertas berwarna ciklat, seperti lineboard,
kertas karton berwarna coklat atau karton.
3. Kertas lain berarti produksi kertas yang dikelantang selain yang
tercantum dalam golongan halus, seperti kertas koran.
Tabel 2.52
Baku Mutu Air Limbah Industri Ethanol
204
Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel diatas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam kg per ton ethanol.
Tabel 2.53
Baku Mutu Air Limbah Industri Baterai Kering
Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel diatas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam kg per ton baterai.
Tabel 2.54
Baku Mutu Air Limbah Industri Cat
205
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
Catatan:
1. Cat berbahan dasar solven harus tidak boleh di buang ke perairan umum
semua limbah cair yang dihasilkan harus ditampungatau diolah kembali dan
tidak boleh dibuang perairan umum.
2. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel diatas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
3. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam gram parameter per m3 produk cat.
Tabel 2.55
Baku Mutu Air Limbah Industri Farmasi
Catatan:
206
Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel diatas dinyatakan dalam
miligram parameter per liter air limbah.
Tabe 2.56
Baku Mutu Air Limbah Industri Pestisida
Catatan:
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel diatas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
2. Beban pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam kg per ton pestisida.
Tabel 2.57
Baku Mutu Air Limbah Industri Pupuk
207
Catatan:
1. Pengukuran beban air limbah dilakukan pada satu saluran pembuangan akhir.
2. Beban air limbah (kg per ton produk) = Konsentrasi tiap parameter x debit air
limbah
3. Beban air limbah pabrik amoniak, berlaku pula untuk pabrik pupuk urea dan
pupuk nitrogen lain yang memproduksi kelebihan amoniak.
Tabel 2.58
Baku Mutu Air Limbah Industri Tekstil
Selain itu, pembuangan air limbah ke lingkungan haruslah melihat kualitas air
dari badan air penerimanya, agar limbah yang ada tidak mencemari lingkungan. Air
digolongkan menjadi 4 golongan yaitu.
No. Parameter Satuan Kadar Keterangan
Magnesium
a. FISIKA
1. Bau - - Tidak
208
2. Jumlah zat padat terlarut Mg/L 1000 berbau
3. (TDS) - 5
4. Kekeruhan 0
c -
Tidak
5. Rasa Skala Suhu Udara ±
berasa
6. Suhu TCU 3 0c
Warna 15
b.
KIMIA
1. a.KIMIA ANORGANIK
mg/L 0.001
2. Air raksa
mg/L 0.2
3. Alumunium
mg/L 0.05
4. Arsen
mg/L 1.0
5. Barium
mg/L 0.3
6. Besi
mg/L 0.5
7. Fluorida
mg/L 0.005
8. Kadmium
mg/L 500
9. Kesadahan CaCO2
mg/L 250
10. Klorida
mg/L 0.05
11. Kromium, valensi 6
mg/L 0.1
12. Mangan
mg/L 200
13. Natrium
mg/L 10
14. Nitrat, sebagai N
mg/L 1.0
15. Nitrit, sebagai N
mg/L 0.05
16. Perak
- 6.5
17. pH
mg/L 0.01
18. Selenium
mg/L 5 Merupakan
19. Seng
mg/L 0.1 batas
20. Sianida
mg/L 400 minimum
21. Sulfat
mg/L 0.05 dan
22. Sulfida, Sebagai H2s
mg/L 1.0 maksimum
23. Tembaga
mg/L 0.05
Timbal
1.
209
2. b. KIMIA ORGANIK mg/L 0.0007
3. Aldrin dan dieldrin mg/L 0.01
4. Benzena mg/L 0.00001
5. Benzo (B) pyrene mg/L 0.0003
6. Chilordane (total isomer) mg/L 0.03
7. Chloroform mg/L 0.1
8. 2,4 – D mg/L 0.03
9. DDT mg/L 0.5
10. Detergen mg/L 0.01
11. 1,2 - Dichlometana mg/L 0.0003
12. 1,1 – Dichlometana mg/L 0.003
13. Heptachlor dan heptachlor mg/L 0.00001
14. epoxide mg/L 0.004
15. Hexachorobenzena mg/L 0.03
16. Lindane mg/L 0.01
17. Metoxychlor mg/L 0.1
18. Phentachlorophenal mg/L 0.01
Pestisida total mg/L 10
c. 2,4,6 – Triclorophenal
1. Zat organic (KMnO2)
0
2. Total per
MIKROBIOLOGIK
100 ml 3
Koliform tinja
d.
Total Koliform
1.
Bq/L 0.1
2. RADIO AKTIVITAS
Bq/L 1.0
Aktivitas Alpha
(Gross Alpha Activity)
Aktivitas Beta
(Gross Beta Activity)
210
Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.
Tabel 2.59
Kriteria Kualitas Air Golongan B
a. FISIKA
1. Suhu 0c Suhu air
2. Zat Padat Terlarut mg/L normal
1.000
b. KIMIA
a. KIMIA
1. ANORGANIK mg/L
. pH mg/L 5-9
. Seng mg/L 5
.
211
15 Sulfat mg/L 5
. Sulfida, sebagai H2S mg/L 0.1
16 Tembaga mg/L 1.0
. Timbal 0.1
17
.
18 b. KIMIA ORGANIK mg/L
9. 100 ml 10.000
10 Total koliform
. Bq/L
RADIO AKTIVITAS 0.1
11
Aktivitas Alpha Bq/L
.
1.0
12 (Gross Alpha Activitas)
. Aktivitas Beta
.
212
14
.
c.
1.
2.
d.
1.
2.
Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk air
minum.
Tabel 2.60
Kriteria kualitas air golongan C
No. Parameter Satuan Kadar Keteranga
Magnesium n
a. FISIKA
0
1. Suhu c Suhu air normal
2. Zat padat terlarut mg/L ± 30 c
1.000
b. KIMIA
a. KIMIA ANORGANIK
1. Air raksa mg/L 0.002
2. Amoniak bebas mg/L 0.02
3. Arsen mg/L 1.0
4. Fluorida mg/L 1.5
5. Kadmium mg/L 0.01
Disyaratk
6. Klorin bebas mg/L 0.0003
an lebih
7. Kromium, valensi 6 mg/L 0.05
besar dari
8. Nitrit, sebagain N mg/L 0.06
3
9. Oksigen Terlarut (DO) mg/L -
213
10. pH - 6-9
11. Selenium mg/L 0.05
12. Seng mg/L 0.02
13. Sianida mg/L 0.02
14. Sulfida, sebagai H2S mg/L 0.002
15. Tembaga mg/L 0.02
16. Timbal mg/L 0.03
b. Kimia Organik
1. BHC mg/L 0.21
2. DDT mg/L 0.002
3. Endrine mg/L 0.004
4. Fenol mg/L 0.001
5. Minyak dan lemak mg/L 1
6. Organofosfat dan carbamate mg/L 0.1
7. Senyawa aktif biru metilen mg/L 0.2
(surfaktan)
c.
1. RADIO AKTIVITAS Bq/L 0.1
Aktivitas Alpha
2. (Gross Alpha Activitas) Bq/L 1.0
Aktivitas Beta
(Gross Beta Activity )
Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
pertenakan.
Tabel 2.61
Kriteria Kualitas Air Golongan D
No Parameter Satuan Kadar Keteranga
. Magnesium n
a. FISIKA
0
1. Suhu c Suhu air normal
2. Zat padat terlarut mg/L ± 30 c
214
1.000
b. KIMIA
c. KIMIA ANORGANIK
1. Air raksa mg/L 0.002
2. Amoniak bebas mg/L 0.02
3. Arsen mg/L 1.0
4. Fluorida mg/L 1.5
5. Kadmium mg/L 0.01
6. mg/L 0.0003 Disyaratka
Klorin bebas
7. mg/L 0.05 n lebih
Kromium, valensi 6
8. mg/L 0.06 besar dari
Nitrit, sebagain N
9. mg/L - 3
Oksigen Terlarut (DO)
10. pH - 6-9
11. Selenium mg/L 0.05
12. Seng mg/L 0.02
13. Sianida mg/L 0.02
14. Sulfida, sebagai H2S mg/L 0.002
15. Tembaga mg/L 0.02
16. Timbal mg/L 0.03
d. Kimia Organik
1. BHC mg/L 0.21
2. DDT mg/L 0.002
3. Endrine mg/L 0.004
4. Fenol mg/L 0.001
5. Minyak dan lemak mg/L 1
6. Organofosfat dan carbamate mg/L 0.1
7. Senyawa aktif biru metilen mg/L 0.2
(surfaktan)
c.
1. RADIO AKTIVITAS Bq/L 0.1
Aktivitas Alpha
2. (Gross Alpha Activitas) Bq/L 1.0
Aktivitas Beta
(Gross Beta Activity )
215
2.35 Pencemaran
Apabila air limbah tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan gangguan, baik
terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada. Gangguan tersebut
diantaranya meliputi :
a. Gangguan terhadap kesehatan
Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia, mengingat air limbah
mengandung banyak mikroorganisme, baik yang bersifat patogen maupun
nonpatogen. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air limbah
adalah penyakit k olera, penyakit thyphus, hepatitis, disentir, filarisis, dan segala
macam penyakit kuylut yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. (Asmadi dan
Suharno, 2012)
216
meskipun dapat konsentrasi yang sangat kecil telah dapat menimbulkan
keracunan dan kerusakan fungsi hati.
Selain gangguan-gangguan diatas, air limbah yang tidak diolah sesuai standara
atau tidak memenuhi baku mutu air untuk dilepaskan ke lingkungan akan
menimbulkan pencemaran oleh air limbah itu sendiri dan oleh kandungan zat kimia di
dalamnya.
Limbah air mengakibatkan badan penerima menjadi kotor dan senyawa- senyawa
pencemar yang terkandung membahayakan terhadap lingkungan. Disamping itu
perubahan air menjadi kotor perubahan air dilapisi bahan-bahan berminyak atau
bahan padatan lain yang menyebabkan terjadinya penutupan permukaan air.
Senyawa-senyawa yang terkandung dalam limbah bila melebihi kadar yang
ditentukan menyebabkan air tidak dapat dipergunakan untuk keperluan sebagaimana
mestinya.
Air tercemar bila salah satu atau lebih kondisi berikut ini terjadi, yaitu :
a. Mengakibatkan naik turunnya keasaman air.
b. Akan terjadi perubahan sifat fisika air misalnya terjadi perubahan warna, air
menjadi keruh, berbau, dan berubahnya suhu air.
c. Permukaan air tertutup oleh lapisan terapung, berupa minyak, lemak dan bahan
padat lainnya.
d. Peningkatan kandungan bahan-bahan organik maupun anorganik dalam air.
217
e. Meningkatkan zat-zat tersuspensi dalam air. Terjadinya perubahan sifat-sifat dan
kimia air disebabkan limbah dari industri yang mengandung bahan-bahan
beracun dan berbahaya antara lain : merkuri, arsen, amoniak, dll. Bahan-bahan
ini ada yang terlarut mengendap maupun tersuspensi.
Terjadinya pencemaran air erat kaitannya dengan pencemaran tanah dimana air
itu mengalir. Air yang bersumber dari limbah perkebunan mengandung bahan- bahan
residu akan mempengaruhi kahidupan pada permukaan tanah. Bahan-bahan yang ada
di atas permukaan tanah bersama air hujan mengalir meresap ke dalam tanah tanpa
adanya daya tanah untuk menahannya. Sebagian air berfungsi sebagai air larian
memasuki badan perairan sungai atau rawa-rawa. Sebagian bahan ini masuk dalam
perairan dan belum dilakukan penelitian sejauh mana perkebunan memberikan
dampak terhadap sungai-sungai.
Menurut Palar (2004), efek kronis akibat toksisitas kadmium (Cd) pada manusia
dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu, Efek kadmium (Cd) terhadap
ginjal, Efek kadmium (Cd) terhadap paru, Efek kadmium (Cd) terhadap tulang, Efek
kadmium (Cd) terhadap sistem reproduksi
Logam kadmium (Cd) dapat menimbulkan gangguan dan bahkan mampu
menimbulkan kerusakan pada sistem yang bekerja di ginjal. Kerusakan yang terjadi
pada sistem ginjal dapat dideteksi dari tingkat jumlah atau jumlah kandungan protein
yang terdapat dalam urine. Petunjuk kerusakan yang dapat terjadi pada ginjal akibat
logam kadmium (Cd) yaitu terjadinya asam amniouria dan glokosuria, dan
ketidaknormalan kandungan asam urat kalsium dan fosfor dalam urine.
Keracunan yang disebabkan oleh peristiwa terhirupnya uap dan atau debu kadmium
(Cd) juga mengakibatkan kerusakan terhadap organ respirasi paru-paru. Kerusakan
paru-paru tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari keracunan kronis yang disebabkan
oleh kadmium (Cd). Efek keracunan kadmium (Cd) juga dapat mengakibatkan
kerapuhan pada tulang. Gejala rasa sakit pada tulang sehingga menyulitkan untuk
berjalan. Terjadi pada pekerja yang bekerja pada industri yang menggunakan
kadmium (Cd). Penyakit tersebut dinamakan “itai-itai”
Daya racun yang dimiliki oleh kadmium (Cd) juga mempengaruhi sistem reproduksi
dan organ-organya. Pada konsentrasi tertentu kadmium (Cd) dapat mematikan sel-sel
sperma pada laki-laki. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa akibat terpapar oleh uap
logam kadmium (Cd) dapat mengakibatkan impotensi.
2) Pencemaran Timbal
Walaupun pengaruh toksisitas akut agak jarang dijumpai, tetapi pengaruh toksisitas
kronis paling sering ditemukan. Pengaruh toksisitas kronis ini sering dijumpai pada
pekerja di pertambangan dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil (proses
pengecatan), penyimpanan bateri, percetakan, pelapisan logam dan pengecatan sistem
semprot (Darmono, 2001)
219
1. Sistem hemopoietik Pb menghambat sistem pembentukan hemoglobin
sehingga menyebabkan anemia
2. Sistem saraf pusat dan tepi dapat menyebabkan gangguan ensefalopati dan
gejala gangguan saraf perifer
3. Sistem ganjil dapat menyebabkan gaminoasiduria, fosfaturia, glukosuria,
nefropati, fibrosis, dan atrofi glomerular.
4. Sistem gastro-intestinal menyebabkan kolik dan konstipasi
5. sistem kardiovaskuler; menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
pembulu darah.
Sistem produksi; dapat menyebabkan kematian janin waktu melahirkan pada
wanita serta hipospermi dan teratospermia pada pria
6. Sistem indokrin; mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal
(Darmono, 2001).
3) Pencemaran Merkuri
Kasus toksisitas metil merkuri pada manusia, baik anak maupun orang dewasa,
diberitakan besar-besaran pasca Perang Dunia ke-2 di Jepang, yang disebut
“Minamata Disease”. Tragedi yang dikenal dengan Penyakit Minamata,
berdasarkan penelitian ditemukan penduduk di sekitar kawasan tersebut
memakan ikan yang berasal dari laut sekitar Teluk Minamata yang mengandung
merkuri yang berasal dari buangan sisa industri plastik (Pervaneh dalam Alfian,
2006). Tragedi ini telah memakan korban lebih kurang 100 orang pada tahun
1953 sampai 1960. Dari korban ini ada yang meninggal atau mengalami cacat
seumur hidup. Gejala keanehan mental dan cacat syaraf mulai tampak terutama
pada anak-anak.
220
d. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga
terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir (Chandra,2006).
Dampak yang ditimbulkan limbah rumah sakit akibat pengelolaannya yang tidak baik
atau tidak saniter terhadap lingkungan dapat berupa :
1. Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu dan
menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan
rumah sakit maupun masyarakat luar.
2. Limbah medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun, buangan
yang terkena kontaminasi serta benda-benda tajam dapat menimbulkan gangguan
kesehatan berupa kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja.
3. Limbah medis yang berupa partikel debu dapat menimbulkan pencemaran udara
yang akan menyebabkan kuman penyakit menyebar dan mengkontaminasi
peralatan medis ataupun peralatan yang ada.
4. Pengelolaan limbah medis yang kurang baik akan menyebabkan estetika
lingkungan yang kurang sedap dipandang sehingga mengganggu kenyamanan
pasien, petugas, pengunjung serta masyarakat sekitar. Limbah cair yang tidak
dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran terhadap sumber air
(permukaan tanah) atau lingkungan dan mejadi media tempat berkembangbiaknya
mikroorganisme pathogen, serangga yang dapat menjadi transmisi penyakit
terutama kholera, disentri, Thypus abdominalis. (Asmadi, 2012).
222