Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan


hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam
mewujudkan Indonesia Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan .

Salah satu kunci keberhasilan pembangunan kesehatan adalah mengaktualisasikan Paradigma


Sehat. Paradigma Sehat secara makro berarti pembangunan semua sektor harus memperhatikan
dampaknya terhadap kesehatan, paling tidak harus memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, sedangkan secara mikro berarti bahwa
pembangunan kesehatan akan menekankan upaya promotif dan preventif dengan tidak
melupakan upaya kuratif dan rehabilitative.

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan yang optimum
sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang
lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia
(tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (limbah) dan
sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha
untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media
yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya
(Notoadmodjo, 2003).
Definisi Kesehatan Lingkungan

Menurut WHO (World Health Organization)

Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia
dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.

Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)

Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang


keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

Kondisi Kesehatan Lingkungan Di dunia

Program yang dilaksanakan di puskesmas Babakan Sari adalah sanitasi sarana air bersih,
sanitasi sarana tempat pengelolaan makanan, sanitasi sarana pembuangan sampah, sanitasi
sarana pembuangan air limbah, sanitasi rumah, sanitasi jamban keluarga, sanitasi tempat-tempat
umum.

Faktor lingkungan (fisik, biologi dan sosiokultural) mempunyai kaitan yang erat dengan
faktor perilaku misalnya kebiasaan atau perilaku dalam menggunakan air bersih, membuang air
besar serta membuang sampah di sembarang tempat termasuk pembuangan limbah. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya pencemaran air tersebut dan penduduk menjadi rawan terhadap
penyakit menular bawaan air seperti penyakit kulit, diare dan lain-lain (Depkes RI, 2003).

Sesuai dengan penjelasan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, yang
dimaksud dengan penyehatan air meliputi pengamatan dan penetapan kualitas air untuk berbagai
kebutuhan manusia. Oleh karena itu seharusnya air yang dikonsumsi oleh manusia untuk
kebutuhan sehari- hari selain harus mencukupi juga harus memenuhi persyaratan kualitas fisik,
kimia dan bakteriologis (Depkes, 1992).
Program penyehatan air merupakan salah satu program prioritas dalam agenda Millenium
Development Goals (MDGs) dengan sasarannya adalah penurunan sebesar separuh proporsi
penduduk yang tidak memiliki akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan
serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015, dan diperkirakan 1,1 milyar penduduk didunia yang
tinggal di desa maupun di kota hidup tanpa air bersih (WHO,2008).

Berdasarkan laporan MDGs tahun 2008 di Indonesia jumlah penduduk yang tidak
memiliki akses air bersih sebesar 44,2 %, dan hanya 5,5 % penduduk di desa yang mempunyai
akses air bersih. Selanjutnya pada tempat-tempat umum cakupan penduduk yang mempunyai
akses air bersih hanya 32,9% (WHO,2008).

Pencemaran air dapat terjadi akibat masuknya atau dimasukkannya bahan pencemar dari
berbagai kegiatan, seperti rumah tangga, pertanian, industri. Akibat pencemaran tersebut kualitas
air dapat menurun hingga tidak memenuhi persyaratan peruntukan yang ditetapkan. Penurunan
kualitas air akibat pencemaran, seperti yang terjadi di sungai-sungai dapat mengubah struktur
komunitas organisme akuatik yang hidup. Pencemaran senyawa organik, padatan tersuspensi,
nutrient berlebih, substansi toksik, limbah industri dapat menyebabkan gangguan kualitas air dan
dapat menyebabkan perubahan keanekaragaman komposisi organisme akuatik di sungai.
(Affandi, 1990).

http://kesling.ph-gmu.org/berita-85-kesehatan-lingkungan.html hari senin tanggal 18 desember


2013 11.27 WIB

Program yang dilaksanakan di puskesmas Babakan Sari adalah sanitasi sarana air bersih, sanitasi
sarana tempat pengelolaan makanan, sanitasi sarana pembuangan sampah, sanitasi sarana
pembuangan air limbah, sanitasi rumah, sanitasi jamban keluarga, sanitasi tempat-tempat umum.

Letak strategis, mudah terjangkau oleh masyarakat, pelayanan puskesmas cukup baik, tetapi
karena wilayah kerjanya luas dan juga tenaga kesehatan khususnya kesehatan lingkungan hanya
sedikit sehingga tenaga kerja hanya mengerjakan di beberapa tempat dan tempat lain belum di
periksa kesehatan lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai