Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang sangat penting karena tanpa

kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan

aktivitas sehari-hari. Untuk mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya

yang harus dilakukan mulai dari promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Dalam upaya kuratif dan rehabilitaf, keduanya melibatkan peran tenaga kesehatan

yang dalam hal ini yaitu dokter. Konsultasi dan rujukan pasien merupakan bagian

dari pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter. Konsultasi merupakan

upaya meminta bantuan professional atau dalam hal lain, terhadap kasus penyakit

atau masalah kesehatan lainnya yang sedang ditangani. Sedangkan, rujukan

merupakan pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab kepada pelayan yang

lebih tinggi stratanya atau yang memiliki keahlian dan peralatan yang diperlukan

untuk penanganan masalah tertentu.

RumahSakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah

memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat, untuk itu RS juga harus

melakukan pengaturan terhadap sistem rujukan pasien. Hal ini penting karena

dilapangan akan banyak pasien yang memerlukan pelayanan diluar kemampuan

pelayanan rumah sakit, baik itu karena ruangan perawatan yang kurang, tenaga

kesehatan yang kurang, dan peralatan yang kurang memadai.

1
2

Sistem rujukan rumah sakit di Indonesia ini telah berlaku sejak

dibentuknya Undang-Undang no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Pelaksanaan

konsultasi dan rujukan pasien tidaklah semudah yang dibayangkan, untuk

mencapai itu diperlukan sistem rujukan yang telah diatur sedemikian rupa agar

dalam pelaksaanya tidak kacau.

Namun, di Indonesia masih ada pasien yang terlantar akibat sistem

rujukkan yang tidak berfungsi. Kejadian ini terjadi di salah satu RumahSakit

ternama di Jakarta dimana sekitar 26 pasien rawat jalan terlantar dan mengungsi

ke Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLKI), Salemba, Jakarta Pusat,

Rabu (16/7). Salah satu pasien yang terlantar tersebut menderita tumor ganas dan

kelainan saluran kencing. Menurut ketua YLKI, Huzna Zahir, kejadian tersebut

terjadi akibat adanya celah dalam program Jamkesmas. Persoalan sistem rujukan

ini harus dilihat dari beberapa aspek salah satu contohnya akibat beban rumah

sakit rujukan terlampau berat sehingga melebihi kapasitas yang tersedia.

Oleh karena itu perlu tinjauan dan pedoman lebih lanjut yang dilakukan

oleh pemerintah setempat bersama KementrianKesehatan agar jumlah pasien yang

terlantar akibat sistem rujukan dapat berkurang atau mungkin tidak akan ada lagi.

1.2. RumusanMasalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apa saja upaya yang dilakukan pelayanan kesehatan agar konsultasi dan

rujukan pasien dapat berjalan?

2. Bagaimana dampak konsultasi dan rujukan pasien terhadap pelayanan pada

pasien?
3

3. Bagaimana alur konsultasi dan rujukan pasien untuk mendapatkan pelayanan

yang sesuai?

4. Bagaimana kaitan antara konsultasi dan rujukan pasien dengan islam dan

menurut hukum yang berlaku di Indonesia?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan di rumuskan masalah adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui upaya yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan agar konsultasi

dan rujukan pasien dapat berjalan.

2. Mengetahui dampak konsultasi dan rujukan pasien terhadap pelayanan pada

pasien.

3. Mengetahui alur konsultasi dan rujukan pasien untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan yang sesuai.

4. Mengetahui kaitan antara konsultasi dan rujukan pasien dengan islam dan

menurut hukum yang berlaku di Indonesia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konsultasi dan Rujukan

2.1.1. Konsultasi dan Rujukan

Konsultasi merupakan upaya meminta bantuan professional atau dalam hal

lain, terhadap kasus penyakit atau masalah kesehatan lainnya yang sedang

ditangani. Konsultasi adalah upaya meminta bantuan professional terkait

penanganan suatu kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter,

kepada dokter lain yang lebih ahli dibidangnya. Namun kewenangan penanganan

masih berada pada dokter keluarga yang bersangkutan.

Rujukan merupakan pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab kepada

pelayan yang lebih tinggi stratanya atau yang memiliki keahlian dan peralatan

yang diperlukan untuk penanganan masalah tertentu. Rujukan adalah upaya

melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang

sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai.

2.1.1.1 Perbedaan Konsultasi dan Rujukan

Batasan konsultasi tidaklah sama dengan rujukan. Konsultasi

menunjukkan adanya upaya memintakan bantuan professional penanganan kasus

penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter pada dokter lain yang lebih

ahli. Sedangkan rujukan menunjukkan pada upaya melimpahkan wewenang dan

tanggung jawab penanganan suatu kasus penyakit yang sedang ditangani oleh

4
5

seorang dokter pada dokter lainnya yang sesuai. Konsultasi dapat dilakukan

mendahului rujukan, namun tidak jarang langsung melakukan rujukan. Meskipun

demikian, ada kalanya keduanya dipergunakan bersama-sama. Rujukan dalam

pelayanan kedokteran ini umumnya kepada pelayan yang lebih tinggi ilmu,

peralatan dan strata yang lebih tinggi dalam rangka mengatasi kasus atau problem

tersebut.

Konsultasi pengaturannya lebih banyak bersifat kesejawatan sesuai dengan

ketentuan yang tercantum dalam kode etik profesi, pengaturan rujukan sering

dituangkan dalam peraturan perundang - undangan. Untuk Indonesia

pengaturannya pada surat keputusan Menteri Kesehatan RI No. 032/Birhup/72

tahun 1972.

2.1.2 Pengertian Sistem Rujukan

Di negara Indonesia sistem rujukan kesehatan telah dirumuskan dalam

Permenkes No. 01 tahun 2012.Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan

tanggung jawab timbal balik pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertical

maupun horisontal. Sederhananya, sistem rujukan mengatur dari mana dan harus

kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan

sakitnya.

2.1.2.1 Jenis Rujukan

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) mengatakan bahwa rujukan di Indonesia

dibedakan atas 2 macam, yakni:


6

1. Rujukan Medis

Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang dilakukan pada rujukan

medis adalah masalah kedokteran. Tujuan utamanya adalah untuk

menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan status kesehatan pasien.

Rujukan medis dibagi atas 3 macam, yakni:

a. Rujukan pasien (transfer of patient )

Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penatalaksanaan pasien

dari satu strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata

pelayanan kesehatan yang lebih sempurna untuk pelayanan tindak

lanjut diperlukan.

b. Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge)

Pengiriman dokter atau tenaga kesehatan lain yang lebih ahli dari satu

strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan

kesehatan yang kurang mampu untuk melaksanakan bimbingan dan

diskusi untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.

c. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (transfer of specimens)

Pengiriman bahan – bahan pemeriksaan pelayanan kesehatan yang

kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu untuk

pemeriksaan bahan laboratorium untuk pelayanan tindak lanjut yang

diperlukan.

2. Rujukan Kesehatan

Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang dilakukan pada rujukan

kesehatan adalah untuk masalah kesehatan masyarakat. Tujuan utamanya

adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah


7

penyakit yang ada di masyarakat. Rujukan kesehatan juga dibedakan atas 3

macam, yakni:

a. Rujukan Tenaga

Merupakan pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan

kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang

mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat

atau sebaliknya, untuk pendidikan dan latihan.

b. Rujukan Sarana

Pengiriman berbagai peralatan medis/non medis dari strata pelayanan

kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang

mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat, atau

sebaliknya untuk tindak lanjut.

c. Rujukan Operasional

Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penanggulangan masalah

kesehatan masyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu

ke strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk

pelayanan tindak lanjut.

Rujukan dibagi dalam rujukan medik/perorangan yang berkaitan dengan

pengobatan dan pemulihan berupa pengiriman pasien (kasus), spesimen, dan

pengetahuan tentang penyakit, serta rujukan kesehatan dikaitkan dengan upaya

pencegahan dan peningkatan kesehatan berupa sarana, teknologi, dan operasional.


8

Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat

atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga,

dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu

sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat

melakukan tindakan medis tingkat primer maka menyerahkan tanggung jawab

tersebut ke tingkat pelayanan di atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh

faktor pendukung (pemerintah, teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses ini

akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan segera tertangani dengan

tepat.
9

2.2 Sistem Rujukan pada Sistem Jaminan Kesehatan Nasional

Dalam menyongsong sistem jaminan kesehatan nasional, Pemerintah

Indonesia telah menetapkan atau mempersiapkan suatu sistem rujukan untuk

menunjang dari sistem jaminan kesehatan nasional yaitu sistem rujukan yang

terstruktur dan berjenjang.

Regionalisasi sistem rujukan adalah pengaturan sistem rujukan dengan

penetapan batas wilayah administrasi daerah berdasarkan kemampuan pelayanan

medis, penunjang dan fasilitas pelayanan kesehatan yang terstuktur sesuai dengan

kemampuan, kecuali dalam kondisi emergensi.

2.2.1 Tujuan Sistem Rujukan

1. Mengembangkan regionalisasi sistem rujukan berjenjang di provinsi dan di

Kabupaten/Kota

2. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan rujukan RS

3. Meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan rujukan sampai ke daerah

terpencil dan daerah miskin.

4. Mempertahankan dan menigkatkan mutu pelayanan kesehatan rujukan RS.

2.2.2 Manfaat Sistem Rujukan

1. Pasien tidak menumpuk atau berkumpul di salahsatu rumah sakit besar.

2. Pengembangan RS di provinsi dan kota/kabupaten.


10

3. Pelayanan rujukan dapat lebih dekat ke daerah terpencil, miskin, dan

daerah perbatasan karena pusat rujukan lebih dekat.

4. Regionalisasi rujukan dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga

kesehatan terutama pada RS pusat rujukan regional.

2.2.3 Alur Sistem Rujukan Regional

1. Pelayanan kesehatan rujukan menerapkan pelayanan berjenjang yang dimulai

dari Puskesmas, kemudian kelas C, kelas D selanjutnya RS kelas B dan

akhirnya ke RS kelas A.

2. Pelayanan kesehatan rujukan dapat berupa rujukan rawat jalan dan rawat inap

yang diberikan berdasarkan indikasi medis dari dokter disertai surat rujukan,

dilakukan atas pertimbangan tertentu atau kesepakatan antara rumah sakit

dengan pasien atau keluarga pasien.

3. RS kelas C/D dapat melakukan rujukan ke RS kelas B atau RS kelas A antar

atau lintas Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan. Pada prinsipnya bahwa

sistem rujukan regionalisasi terdiri atas dua bagian utama yaitu :

a. Kab/kota dibagi dalam beberapa wilayah rujukan/region, berdasar hasil

mapping sarpras, SDM dan

b. Setiap wilayah mempunyai pusat rujukan

Dalam melaksanakan regionalisasi sistem rujukan memang ada beberapa

yang harus dipersiapkan dalam menopang sistem jaminan kesehatan nasional,

yaitu:
11

1. Pemetaan sarana kesehatan : Gate keeper (Praktek dokter/ drg pelayanan

Primer), puskemas, Klinik Pratama, RS dan fasilitas kesehatan lainnya per

provinsi.

2. Pemetaan tenaga kesehatan di sarana kesehatan yang ada.

3. Menetapkan RS pusat rujukan regional .

4. Menetapkan kabupaten/kota sebagai pusat rujukan regional dari beberapa

sarana kesehatan disekitarnya.

5. Melakukan ujicoba kewilayahan melalui workshop sistem rujukan di pusat

rujukan regional, bersama tim koordinasi sistem rujukan tingkat pemerintah

daerah, yang terdiri dari kepala dinas provinsi, kabupaten atau kota, tim profesi

ahli, RSUD, akses yang akan bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan Daerah.

6. Mengadakan pelatihan bagi tenaga dokter puskesmas, dokter keluarga mitra

kases dari wilayah tersebut untuk penatalaksanaan kasus-kasus yang dirujuk

dari Puskesmas terutama pada 4 bagian besar (OBGYN, penyakit dalam, anak

dan bedah), dengan teknis sebagai berikut :

a. Dilakukan monitoring selama 3 bulan dan dievaluasi dengan melibatkan RS

rujukan regional, dinas kesehatan provinsi dan organisasi profesi turun

langsung ke puskesmas, dinas kesehatan dan RSUD di wilayah ujicoba.

b. Penyusunan SK kepala dinas kesehatan tentang ti koordinasi sistem rujukan

yang terdiri dari kepala dinas provinsim dirut RS, keua DPM PT ASKES,

direktur PT Askes regional, dan pejabat okumtic di lingkungan dinas


12

kesehatan provinsi. Dalam tim tersebut terdiri dari 2 POKJA yaitu pokja

teknis medis dan POKJA konseling sistem rujukan.

7. Penyusunan 4 Buku Pedoman Sistem Rujukan :

a. Bersama RS, FK, DPM PT Askes, PT Askes Persero regional, dan 10

Organisasi Profesi yang terdiri dari PAPDI, POGI, IDAI, IKABI,

PERDAMI, PERHATI-KL, PERDOSI, PERDOSKI, PDSKJI, PDGI.

b. Buku Pedoman Terdiri dari :

- Pedoman standar pengelolaan penyakit berdasarkan kewenangan tingkat

pelayanan kesehatan di provinsi.

- Panduan standar pemeriksaan penunjang okumtic berdasarkan

kewenangan pemberi pelayanan kesehatan di provinsi.

- Pedoman standar obat-obatan berdasarkan kewenangan pemberi pelayanan

kesehatan di provinsi.

- Panduan standar minimal alat kesehatan pemberi pelayanan kesehatan di

provinsi.

8. Penyusunan Peraturan Gubernur

a. Penyusunan perda tentnag penyelenggaraan kesehatan di wilayah provinsi

yang diketuai oleh gubernur, disusun bersama walikota dan bupati, kepala

dinas kesehatan provinsi, kota atau kabupaten, beserta DPRD provinsi serta

okum terkait.
13

b. Penyusunan pergub rujukan dengan melibatkan organisasi profesi, RS, FK,

DPM PT ASKES, PT ASKES PERSERO regional, Praktoso okum,

perwakilan dari RSUD, dinkes kabupaten dan kota.

c. Proses penyusunan pergub melalui biro okum setda provinsi untuk segera

ditetapkan.

d. Termasuk keputusan gubernur tentang uji coba sistem rujukan pelayanan

kesehatan di wilayah uji coba yang telah ditetapkan.

9. Lakukan Pembagian Peran untuk mewujudkan Regionalisasi Sistem Rujukan,

sebagai berikut :

a. Peran dinas kesehatan (terintegrasi provinsi, kabupaten dan kota)

b. Peran Rumah Sakit‡

c. Peran Fakultas Kedokteran dan institusi lainnya

10. Lakukan Sosialisasi ketat terhadap usaha yang telah dilakukan , termasuk

Kendali Mutu dan Biaya dengan Pemanfaatan Sistem Informasi dan

Teknologi

Tatalaksana hubungan antar daerah.antara lain :

a. Dalam rangka melaksanakan regionalisasi rujukan, provinsi dan

kabupaten/kota harus mengadakan kerja sama dengan daerah lain yang

didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan

kesehatan rujukan.

b. Kerja sama dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja sama.


BAB III

ANALISIS DATA

3.1 Kasus

JAKARTA,RABU - Kasus terlantarnya puluhan pasien rawat jalan dan keluarga

mereka oleh pihak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta baru-baru ini

merupakan salah satu contoh tidak berfungsinya sistem rujukan dalam pelayanan

kesehatan di Indonesia. Kondisi ini mengakibatkan beban rumah sakit rujukan

terlampau berat sehingga melebihi kapasitas yang tersedia.  

Sebagaimana diberitakan Kompas, sebanyak 26 pasien rawat jalan RSCM,

Jakarta, telantar dan mengungsi ke Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia,

Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (16/7) lalu . Penderita penyakit berat, seperti tumor

ganas dan kelainan saluran kencing, itu terpaksa mengungsi karena tidak

tertampung di RSCM.

Menurut Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Huzna Zahir,

Rabu (23/7), usai menghadiri diskusi bulanan di Kantor Pengurus Besar Ikatan

Dokter Indonesia, Jalan Sam Ratulangi, Jakarta Pusat, masalah itu terjadi karena

masih ada sejumlah titik lemah atau celah dalam program jaminan kesehatan

masyarakat (Jamkesmas).

Huzna menyatakan, terlantarnya puluhan pasien ini tidak terlepas dari terlalu

beratnya beban rumah sakit rujukan nasional itu. "Memang dalam kasus ini sulit

untuk menyalahkan sepenuhnya pihak RSCM jika persoalannya terkait dengan

14
15

kapasitas, kecuali kalau itu terjadi karena pihak rumah sakit menolak merawat

pasien rawat inap padahal masih tersedia tempat rawat inap," ujarnya.  

Jadi harus dievaluasi lebih lanjut siapa yang bertanggung jawab. "Apakah dalam

pedoman Jamkesmas sudah diatur pihak mana yang berkewajiban menanggung

biaya akomodasi pasien yang dirujuk dari daerah ke rumah sakit rujukan

nasional," kata Huzna. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) atau pemerintah

daerah setempat yang merujuk pasien seharusnya menanggung biaya akomodasi

pasien bersangkutan.

Ketua Pengurus Besar IDI Fahmi Idris menambahkan, masalah ini bukan hanya

terkait kesehatan. Jika rumah sakit menolak melayani pasien, itu adalah masalah

kesehatan. "Tapi ini kan masalahnya pasien rawat jalan dan keluarganya tidak bisa

ditampung oleh RSCM. Jadi, seharusnya masalah ini menjadi tanggung jawab

lintas departemen," kata Fahmi.

Agar tidak terulang lagi kasus serupa, Fahmi menyatakan pemerintah seharusnya

membenahi sistem rujukan agar beban rumah sakit rujukan seperti RSCM tidak

terlampau berat dan melebihi kapasitas yang ada. Sistem kesehatan dan

penyediaan fasilitas perawatan kesehatan di RSUD juga perlu diperkuat agar

jumlah pasien yang dirujuk tidak terlalu banyak.

3.2 Analisis Kasus

Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM) Jakarta terpaksa menolak

merawat 26 pasien rawat jalan, dikarenakan belum berjalannya sistem rujukan

dalam pelayanan kesehatan yang baik sehingga beban RSCM sebagai rumah sakit
16

rujukan nasional terlampau berat dan melebihi kapasitas yang tersedia. Hal ini

mengakibatkan puluhan pasien tersebut terlantar dan mengungsi karena tidak

tertampung di RSCM.

Masalah terlantarnya pasien ini, bukan hanya terkait masalah kesehatan

dan menjadi tanggung jawab rumah sakit yang bersangkutan saja. Akan tetapi,

masalah ini merupakan tanggung jawab lintas departemen yang harus segera

dibenahi agar sistem rujukan pelayanan kesehatan bisa berjalan sebagaimana

semsetinya dan bisa mengurangi beban rumah sakit rujukan nasional.

Dalam masalah ini, RSCM tidak bisa disalahkan sepenuhnya karena pihak

rumah sakit menolak merawat inap pasien akibat tidak tersedianya kapasitas

merawat pasien tersebut. Pemerintah harus segera memperbaiki sistem rujukan

pelayanan kesehatan yang ada. Sistem rujukan pasien seharusnya dapat dilakukan

secara berjenjang, mulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama . Rujukan

dapat dilakukan baik secara vertikal maupun horizontal. Jika permasalahan

kesehatan pasien yang terlantar dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan

kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya,

seharusnya RSCM bisa merujuk pasien tersebut ke tingkatan pelayanan kesehatan

yang lebih rendah sehingga pasien tersebut tidak akan terlantar.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan rujukan

diantaranya melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan

bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat

darurat, sehingga jika penerima rujukan tidak dapat menerima pasien tersebut

maka rumah sakit yang bersangkutan harus merujuk pasien ke rumah sakit yang
17

lain. Jika hal ini dilakukan, maka pasien tidak akan terlantar dan bisa menerima

pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya.

Selain sistem rujukan yang harus diperbaiki, pemerintah juga harus ikut

berkontribusi untuk menyelesaikan masalah ini. Salah satunya adalah dengan

meningkatkan sistem kesehatan dan penyediaan fasilitas perawatan kesehatan di

rumah sakit yang ada di daerah, sehingga jumlah pasien yang dirujuk ke rumah

sakit nasional tidak terlalu banyak dan beban rumah sakit rujukan nasional bisa

berkurang.
BAB IV

PEMBAHASAN HUKUM

4.1 Hukum Indonesia

Aspek hukum dalam yang berkaitan dengan konsultasi dan rujukan yaitu :

1. UUPK No. 29 th 2004 : pasal 51, 52

a. Pasal 51

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran

mempunyai kewajiban :

> Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi

dan standar proedur operasional serta kebutuhan medis pasien

> Merujuk pasien ke dr atau drg lain ygmempunyai keahlian atau

kemampuan yg lebihbaik, apabila tidak mampu melakukan

suatupemeriksaan atau pengobatan

b. Pasal 52

Pasien dalam menerima pelayanan pada pelayanan kedokteran

mempunyai hak :

> Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan

medis

> Meminta pendapat dari dokter atau dokter gigi lain

2. UUKes No. 23 th 1992

18
19

a. Hak-hak pasien

> Hak memperoleh surat keterangan dokter bagi kepentingan

pasien yang bersifat yustisial, misalnya surat keterangan sakit,

surat keterangan untuk pentingan asuransi, surat kematian, dsb.

> Hak atas second opinion

b. Kewajiban dokter

> Memberikan kepada pasien untuk memberikan second opinion

> Memberikan surat keterangan dokterbagi berbagai kepentingan

pasien

4.2 Hukum Kedokteran

Aspek etika kedokteran yang berhubungan dengan konsultasi terdapat

dalam KODEKI yaitu pasal 5 dan pasal 7a.

1. Pasal 5

“Tiap perbuatan atau yang mungkin melemahkan daya tahan psikis

maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien,

setelah memperoleh persetujuan pasien”.

2. Pasal 7a

“Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan

pelayanan yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral

sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang dan penghormatan atas martabat

manusia”.
20

Tentang rujukan terdapat dalam KODEKI yaitu pasal 7 dan pasal 10.

1. Pasal 7

“Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah

diperiksa sendiri kebenarannya”.

2. Pasal 10

“Setiap dokter wajib bersikap tulus dan ikhlas dan mempergunakan segala

ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia

tidak mampu melakukan pemeriksaan atau pengobatan, maka atas

persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang

mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.”

4.3 Aspek Agama Islam

Dalam islam dikatakan bahwa setiap manusia harus saling tolong

menolong dalam kebaikan, sesuai dengan surat dalam Al-Quran dalam surat Al-

Maidah ayat 2 :

“Tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan

jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah


21

kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah:

2)

Dalam kasus yang telah dipaparkan terdapat sebanyak 26 pasien rawat

jalan RSCM telantar dan mengungsi ke Yayasan Lembaga Bantuan Hukum

Indonesia. Penderita penyakit berat, seperti tumor ganas dan kelainan saluran

kencing terpaksa mengungsi karena tidak tertampung di RSCM. Berdasarkan ayat

tersebut, dokter seharusnya menolong pasien yang mengalami kesakitan sesuai

dengan kemampuanya.

Terlantarnya pasien di RSCM tersebut dikarenakan sistem rujukan yang

masih kurang baik dan perlu evaluasi siapa yang bertanggung jawab dalam

permasalahan ini. Untuk penyelesaian permasalahan tersebut seharusnya

dilakukan oleh ahli dalam bidang tersebut. Sebagaimana dalam Al-Quran

disebutkan dalam An Nahl ayat 43 :

Artinya :

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami

beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai

pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”

QS. Al Anbiya ayat 7 :


22

Artinya :

“Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melaikan

beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka

tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada

mengetahui.”

Dalam ayat tersebut menyatakan bahwa sebagai manusia harus bertanya

kepada yang ahli dan berpengetahuan sesuai dengan ilmunya agar tidak ada

kesalahan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan, maka dapat diambil simpulan

sebagai berikut:

1. Upaya pelayanan kesehatan khususnya dalam sistem rujukan pasien di

Indonesia masih belum baik.

2. Dampak yang ditimbulkan dari sistem rujukan yang belum baik adalah

tidak maksimalnya RSCM dalam melakukan upaya pelayanan kesehatan.

Keterbatasan tempat yang tidak dapat menampung semua pasien rujukan.

3. Dalam aspek hukum, seorang dokter wajib melakukan rujukan apabila ia

tidak mampu melakukan pelayanan kesehatan kepada dokter yang lebih

ahli dan berkompeten. Kemudian dari aspek agama, sebagai manusia

khususnya seorang dokter harus bertanya kepada yang lebih ahli agar tidak

terjadi kesalahan dalam melakukan tindakan.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka saran yang bisa dianjurkan adalah sebagai

berikut:

1. Diharapkan pemerintah dapat memperbaiki sistem rujukan secara

berjenjang. Tidak semua pasien harus dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan

Nasional.

23
24

2. Diharapkan dokter dan Rumah Sakit rujukan dapat berkomunikasi dengan

baik. Dokter harus mengetahui ada atau tidak tempat di Rumah Sakit

rujukan untuk pasien yang dirujuknya.

3. Diharapkan pemerintah dapat meningkatkan sarana kesehatan di daerah-

daerah sehingga dapat menekan angka rujukan pasien ke Rumah Sakit

Rujukan Nasional.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian kesehatan republik indonesia (sistem rujukan terstruktur dan

berjenjang dalam rangka menyongsong jaminan kesehatan

nasional(regionalisasi sistem rujukan).

http://buk.depkes.go.id/index.php?

option=com_docman&task=doc_download&gid=927&itemid=112.

2.http://tekno.kompas.com/read/2008/07/23/17200949/

pasien.terlantar.sistem.rujukan.tidak.berfungsi.

3. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 001 tahun 2012 tentang

sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan

4. http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/kode-etik-kedokteran.pdf

5. http://www.iaei-pusat.org/article/ekonomi-syariah/-prinsip-dan-filosofi-takaful-

syariah--1?language=id

6. http://www.scribd.com/doc/146100950/aspek-hukum-pembuatan-surat-rujukan

7. Pengertian konsultasi dan rujukan :

http://kesehatanvegan.com/2010/07/26/konsultasi-dan-rujukan/

8. Sistem rujukan :

http://informasikesehatanfkmunsri.blogspot.com/2013/05/sistem-rujukan.html

9.http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.

%20001%20ttg%20Sistem%20Rujukan%20Pelayanan%20Kesehatan

%20Perorangan.pdf

25
26

10. Perbedaan konsultasi dan rujukan :

http://www.scribd.com/doc/123247076/KONSULTASI-DAN-RUJUKAN

11.http://iuniezh.blogspot.com/

12.Rujukan : http://www.scribd.com/doc/123247076/KONSULTASI-DAN-

RUJUKAN

13. http://dewico.blogspot.com/2013_04_01_archive.html

Anda mungkin juga menyukai