PENDAHULUAN
Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau
berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, di mana dalam
pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan saling
berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis
tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di
atasnya, demikian seterusnya.
1.3 Tujuan
1
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian rujukan
1.3.2 Untuk mengetahui tujuan rujukan
1.3.3 Untuk mengetahui manfaat dari rujukan
1.3.4 Untuk mengetahui jenis dari rujukan
1.3.5 Untuk mengetahui langkah-langkah dari rujukan
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Pengertian Rujukan
Sistem rujukan (referral system) adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur dan melaksanakan pelimpahan tanggung jawab pengelolaan suatu kasus penyakit
dan ataupun masalah kesehatan secara timbal balik secara vertikal, dalam arti antar sarana
pelayanan kesehatan yang berbeda stratanya, atau secara horizontal dalam arti antar sarana
pelayanan kesehatan yang sama stratanya (Permenkes, 2012a).
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal
balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan
kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan seluruh fasilitas kesehatan (Idris,2014).
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2008) mendefinisikan sistem rujukan sebagai suatu
sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung
jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari
unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya) (Dinkes NTB, 2011).
3
Rujukan dibagi dalam rujukan medik dan rujukan kesehatan (Hatmoko, 2006).
1. Rujukan medik yang berkaitan dengan pengobatan dan pemulihan berupa pengiriman
pasien (kasus), spesimen, dan pengetahuan tentang penyakit, meliputi:
a. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif.
b. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
c. Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk mutu
pelayanan pengobatan.
2. Rujukan kesehatan menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif
dan promotif yang antara lain meliputi bantuan:
a) Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau
terjangkitnya penyakit menular.
b) Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah.
c) Pendidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan dan
bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal.
d) Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih
bagi masyarakat umum.
e) Pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan dan lain-lain.
4
Adapun kriteria pasien yang dirujuk menurut Pranoko & Dhanabhalan (2012) adalah
apabila memenuhi salah satu dari:
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak
mampu diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan, dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.
5
7) Fasilitas Kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan maka BPJS Kesehatan akan
melakukan recredentialing terhadap kinerja fasilitas kesehatan tersebut dan dapat
berdampak pada kelanjutan kerjasama.
8) Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal.
9) Rujukan horizontal/ internal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan
dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
10) Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang
berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
11) Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan
yang lebih tinggi dilakukan apabila:
a) pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik;
b) perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/ atau ketenagaan.
12) Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan
yang lebih rendah dilakukan apabila :
a) permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan
yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya;
b) kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik
dalam menangani pasien tersebut;
c) pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan
pelayanan jangka panjang; dan atau
d) perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan atau ketenagaan (Idris,
2014).
13) Rujukan Parsial
6
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi pelayanan
kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang
merupakan satu rangkaian perawatan pasien di Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
1. pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau tindakan
2. pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan pasien
dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.
7
Gambar 2 Skema Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan di Indonesia (DepKes RI, 2009)
Pelaksanaan sistem rujukan di indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau
berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, seperti pada
gambar 1 dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu
sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan
tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat
pelayanan di atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah,
8
teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat
awam akan segera tertangani dengan tepat (DepKes RI, 2009).
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam alur rujukan yaitu:
a. Klasifikasi Fasilitas Kesehatan.
b. Lokasi / Wilayah Kabupaten/Kota
c. Koordinasi unsur-unsur pelaksana
Alur rujukan kasus kegawat daruratan dari Kader dapat langsung merujuk ke:
Puskesmas pembantu, pondok bersalin atau bidan di desa, puskesmas rawat inap, rumah
sakit swasta/ RS pemerintah (DepKes RI, 2009).
1. Rujukan Kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada dasarnya
berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Rujukan
kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni rujukan teknologi, sarana, dan operasional
(Azwar, 1996). Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan
bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang
menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit (preventif) dan
peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan
opersional (Syafrudin, 2009).
2. Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta
pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku untuk
pelayanan kedokteran (medical service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan
medik ini dibedakan atas tiga macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan
bahan pemeriksaan (Azwar, 1996).
Menurut Syafrudin (2009), rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara
timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada
9
yang lebih berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medik antara
lain:
1) Transfer of patient.
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan
operatif dan lain –lain.
2) Transfer of specimen
Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
3) Transfer of knowledge / personal.
Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu
layanan setempat.
Menurut azas penyelenggaraan puskesmas (Kepmenkes No. 128 Tahun 2004) dibagi
menjadi :
a) Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut masalah
medik perorangan yang antara lain meliputi:
1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operasional
dan lain-lain.
2) Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih
lengkap.
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim
tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi
pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas
pelayanan.
b) Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan
masyarakat yang meluas meliputi:
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain bantuan laboratorium dan teknologi
kesehatan.
2) Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan
sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu penyakit serta
penanggulangannya pada bencana alam, gangguan kamtibmas, dan lain-lain.
10
3) Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat
terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan masal,
pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.
11
2.9 Langkah- langkah rujukan
a) Prosedur Klinis:
1) Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik
untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.
2) Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus.
3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
4) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis/Paramedis yang
kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
5) Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau ambulans,
agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada
kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat inap atau
rawat jalan.
b) Prosedur Administratif:
1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2) Membuat catatan rekam medis pasien.
3) Memberikan Informed Consent (persetujuan/penolakan rujukan).
4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2.
5) Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang bersakutan.
6) Lembar kedua disimpan sebagai arsip. Mencatat identitas pasien pada buku
register rujukan pasien.
7) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi
dengan tempat tujuan rujukan.
8) Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi
yang bersangkutan.
2. Persiapan Rujukan
a) Persiapan Tenaga Kesehatan, pastikan pasien dan keluarga didampingi oleh minimal
dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang kompeten dan memiliki
kemampuan untuk tatalaksana kegawatdaruratan medis, maternal dan perinatal.
12
b) Persiapan Keluarga, beritahu pasien dan keluarga pasien tentang kondisi terakhir
pasien, serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang lain harus ikut
mengantar pasien ke tempat rujukan.
c) Persiapan Surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi identitas pasien,
alasan rujukan, tindakan dan obat–obatan yang telah diberikan pada pasien.
d) Persiapan Alat, bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.
e) Persiapan Obat, membawa obat–obatan esensial yang diperlukan selama perjalanan
merujuk.
f) Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang memungkinkan
pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan
secepatnya.
Kelengkapan ambulance, alat, dan bahan yang diperlukan:
1) Tas PP (Kit PP)
Tas PP sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat dan tahan air.
2) Alat pelindung diri
3) Sepatu bot
4) Perlengkapan medis
(a) Alat pemeriksaan
(b) Emergency kit
5) Airways and breathing set
6) Circulation set
7) Trauma set
8) Alat angkut evakuasi
(a) Scoope stretcher
(b) Stretcher beroda
9) Lain-lain
(a) Infus set
(b) Bantal, sarung bantal, sprei, selimut
(c) Kantung muntah
(d) Box tissue
(e) Satu pak gelas
13
(f) Satu pak tissue basah
(g) Empat liter air steril/NaCl
(h) Empat buah alat pengikat lunak
(i) Kantung sampah
10) Obat-obatan
11) Alat komunikasi
(a) Radio medik
(b) Mobile phone
g) Persiapan Uang, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat rujukan.
h) Persiapan Donor Darah, siapkan kantung darah sesuai golongan darah pasien atau
calon pendonor darah dari keluarga untuk berjaga–jaga dari kemungkinan kasus yang
memerlukan donor darah.
3. Mekanisme Rujukan
a) Menentukan kegawatdaruratan penderita:
1) Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih.
2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu, dan puskesmas.
b) Menentukan tempat rujukan.
c) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga.
14
1) Untuk penderita yang telah dikembalikan dari tempat rujukan.
2) Melakukan kunjungan rumah pada penderita yang memerlukan tindakan lanjut
tetapi memiliki hambatan melapor.
BAB III
15
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam pengertiannya, sistem rujukan (referral system) adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur dan melaksanakan pelimpahan tanggung jawab
pengelolaan suatu kasus penyakit dan ataupun masalah kesehatan secara timbal balik
secara vertikal, dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang berbeda stratanya, atau
secara horizontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama stratanya.
Keuntungan sistem rujukan
a. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti
bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara
psikologis memberi rasa aman pada pasien dan keluarganya.
b. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan
keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak
kasus yang dapat dikelola di daerahnya masing-masing.
c. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli.
DAFTAR PUSTAKA
16
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/KEPMENKES_374-2009_TTG_SKN-2009.pdf
- diunduh Februari 2016
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2011. Petunjuk Teknis Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
https://servicedeliveryighealth.files.wordpress.com/2011/12/buku_rujukanbinder.pdf
diunduh Februari 2016
Idris, Fachmi (2014). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. Jakarta: BPJS Kesehatan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014). Sistem Rujukan Terstruktur dan Berjenjang
dalam Rangka Menyongsong Jaminan Kesehatan Nasional (Regionalisasi Sistem
Rujukan). Jakarta.
Permenkes. 2012a. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 001 tahun 2012
tentang sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan.
http://www.rsstroke.com/files/peraturan/BUK/2012/PMK_No_001_Ttg_Sistem_Rujukan
_Pelayanan_Kesehatan_Perorangan.pdf - diunduh Februari 2016
Pranoko & Dhanabhalan (2012). Sistem Rujukan Puskesmas Batealit Jepara. Semarang.
Tim penyusun bahan sosialisasi dan advokasi JKN (2014). Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta.
17