Anda di halaman 1dari 17

Referat

SISTEM RUJUKAN KESEHATAN

Oleh:
Muhammad Sodikin, S.Ked
NIM. 2030912310138

Pembimbing:
dr. Farida Heriyani, MPH

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN ULM
BANJARMASIN
Agustus, 2021
DAFTAR ISI

halaman
Halaman Judul...................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................ ii
BAB I. Pendahuluan............................................................................. 1
BAB II. Tinjauan Pustaka.................................................................... 3
A. Pengertian Puskesmas................................................................... 3

B. Pengertian Rujukan....................................................................... 3

C. Macam Rujukan............................................................................ 4

D. Jalur Rujukan............................................................................... 7

E. Manfaat Sistem Rujukan.............................................................. 8

F. Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan....................................... 9

G. Prosedur standar merujuk pasien.................................................. 10

H. Persiapan Rujukan........................................................................ 11

I. Mekanisme Rujukan..................................................................... 11

BAB III. Penutup................................................................................... 14

Daftar Pustaka....................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Di negara Indonesia sistem rujukan kesehatan telah dirumuskan dalam Permenkes

No. 01 tahun 2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan  penyelenggaraan

pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal balik

pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horiontal. Sistem rujukan

sebagai suatu sistem penyelenggaraan  pelayanan kesehatan yang melaksanakan

pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah

kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal

(antar unit-unit yang setingkat kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur

dari mana dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan

keadaan sakitnya.1,2

Puskesmas sebagai salah satu tempat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan,

berperan penting dalam hal rujukan yang diberikan kepada pasien. Baik itu rujukan internal

atau eksternal ataupun rujukan medik dan kesehatan.1

Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau

berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, di mana dalam

pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan saling

berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis

tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di

atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi,

transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat akan

segera tertangani dengan tepat. Sebuah penelitian yang meneliti tentang sistem rujukan

1
2

menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu

tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait, keterbatasan sarana, dan tidak

ada dukungan peraturan.1,2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.1

B. Pengertian Sistem Rujukan

Sistem rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur

pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik baik vertikal maupun

horizontal, maupun struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit atau masalah

penyakit atau permasalahan kesehatan.1,2

Menurut WHO, sistem rujukan (referral system) adalah proses dimana petugas

kesehatan yang memiliki sumberdaya terbatas untuk menangani kondisi klinis (obat,

peralatan, kemampuan) pada satu level sistem kesehatan, melakukan pencarian bantuan

kepada fasilitas kesehatan yang lebih baik atau memiliki sumberdaya tertentu pada level

yang sama atau di atasnya, atau mengambil alih penanganan kasus pasien.3 Definisi ini

menyatakan bahwa:

a. Sistem rujukan dilakukan oleh faskes yang memiliki sumberdaya terbatas (obat,

alat, kemampuan) ke faskes yang setingkat atau di atasnya.

b. Dalam sistem rujukan, faskes yang dirujuk berhak mengambil alih penanganan

kasus pada pasien.

3
4

C. Macam-Macam Rujukan

Menurut Sistem Kesehatan Nasional rujukan dibagi menjadi :

1. Rujukan Kesehatan

Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan

peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada

dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health service).

Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni rujukan teknologi, sarana,

dan operasional.3 Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman,

pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini

adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan

penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini

mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional.2

2. Rujukan Medik

Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit

serta pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya

berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical service). Sama halnya dengan

rujukan kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga macam yakni rujukan

penderita, pengetahuan dan bahan bahan pemeriksaan.4

Rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas

satu kasus yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih

berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medik antara

lain:

a. Transfer of patient.
5

Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan

operatif dan lain –lain.

b. Transfer of specimen

Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih

lengkap.

c. Transfer of knowledge / personal.

Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu

layanan setempat.

Menurut azas penyelenggaraan puskesmas (Kepmenkes No. 128 Tahun

2004) dibagi menjadi :5

a) Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada

dasarnya menyangkut masalah medik perorangan yang antara lain meliputi:

1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan

operasional dan lain-lain.

2) Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang

lebih lengkap.

3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau

mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan

tindakan, memberi pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam

meningkatkan kualitas pelayanan.

b) Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah

kesehatan masyarakat yang meluas meliputi:

1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain bantuan laboratorium dan


6

teknologi kesehatan.

2) Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk

penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu

penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam, gangguan

kamtibmas, dan lain-lain.

3) Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada

saat terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan

masal, pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.

Gambar Skema pelaksanaan azas rujukan menurut Kepmenkes No. 128 Tahun 2004

Menurut tata hubungannya sistem rujukan dibagi menjadi:


7

a) Rujukan Internal, adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan

di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas

pembantu) ke puskesmas induk.

b) Rujukan Eksternal, adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang

pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke

puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit

umum daerah).

D. Jalur Rujukan

Jalur rujukan dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Rujukan upaya kesehatan perorangan:7

a. Antara masyarakat dengan puskesmas.

b. Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas.

c. Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap.

d. Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas

pelayanan lainnya.

2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat:8

a. Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota.

b. Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik

intrasektoral maupun lintas sektoral.

c. Bila rujukan ditingkat kabupaten atau kota masih belum mampu

mananggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat

E. Manfaat Sistem Rujukan


8

Beberapa pihak (termasuk tenaga kesehatan) belum banyak mengetahui

manfaat yang didapatkan bila sistem rujukan berjenjang dilaksanakan secara

efektif. Manfaat tersebut antara lain: 3,9

1. Memastikan hubungan yang erat antar pelaku sistem kesehatandi segala

tingkatan. Sistem rujukan berjenjang yang efektif secara tidak langsung akan

mendorong seluruh faskes dan tenaga kesehatan untuk saling berkoordinasi

dalam penanganan medis pasien. Hubungan profesi antar tenaga kesehatan

dapat diperkuat dengan sistem rujukan tersebut.

2. Memastikan pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.Pasien

yang mendapat rujukan ke faskes dengan sumberdaya manusia, peralatan dan

kemampuan yang lebih tinggi tentu akan mendapatkan pelayanan yang lebih

baik. Jika sistem rujukan tidak berjalan, maka pasien “dipaksa” menerima

pelayanan yang tidak memadai. Kondisi sebaliknya bisa terjadi, pasien

dengan kondisi kesehatan ringan mendapat pelayanan yang lebih mahal.

Kondisi ini dalam bidang asuransi kesehatan disebut dengan adverse

selection.

3. Menjamin perawatan pasien yang kontinyu. Sistem rujukan berjenjang

menjamin kontinyuitas pelayanan kesehatan terhadap pasien, karena faskes

akan mengalihkan peran dan tanggung jawab penanganan kondisi medis ke

fakses yang lebih tinggi kemampuannya. Hal ini akan mencegah terjadinya

pasien yang putus pengobatan akibat kurangnya kemampuan faskes dalam

melayani.

4. Menjamin seluruh faskes di berbagai tingkat mendapatkan peralatan medis


9

yang memadai. Sistem rujukan berjenjang mendorong pemerintah setempat

dan pemodal untuk melengkapi peralatan medis yang dimiliki faskes, atau

melengkapi dengan jenis pelayanan medis lainnya. Rumah sakit dengan tipe

tertentu akan berusaha memenuhi persyaratan alat dan teknologi yang

dimilikinya.

F. Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan

Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk.

Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:9

a) Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.

b) Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak

mampu diatasi.

c) Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi

pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.

d) Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan

pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.

Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak

yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan

rincian beberapa prosedur sebagai berikut :

a) Prosedur standar merujuk pasien.

b) Prosedur standar menerima rujukan pasien.

c) Prosedur standar memberi rujukan balik pasien.

d) Prosedur standar menerima rujukan balik pasien.


10

G. Prosedur Standar Merujuk Pasien9

a) Prosedur Klinis:

1) Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.

2) Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus.

3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.

4) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas

Medis/Paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi

pasien.

5) Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau

ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD

tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan

kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.

b) Prosedur Administratif:

1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.

2) Membuat catatan rekam medis pasien.

3) Memberikan Informed Consent (persetujuan/penolakan rujukan).

4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2.

5) Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang

bersakutan.

6) Lembar kedua disimpan sebagai arsip. Mencatat identitas pasien

pada buku register rujukan pasien.

7) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin


11

komunikasi dengan tempat tujuan rujukan.

8) Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan

administrasi yang bersangkutan.

H. Persiapan Rujukan9

1) Persiapan Tenaga Kesehatan, pastikan pasien dan keluarga didampingi

oleh minimal dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang

kompeten dan memiliki kemampuan untuk tatalaksana kegawatdaruratan

medis, maternal dan perinatal.

2) Persiapan Keluarga, beritahu pasien dan keluarga pasien tentang kondisi

terakhir pasien, serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga

yang lain harus ikut mengantar pasien ke tempat rujukan.

3) Persiapan Surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi identitas

pasien, alasan rujukan, tindakan dan obat–obatan yang telah diberikan

pada pasien.

4) Persiapan Alat, bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.

5) Persiapan Obat, membawa obat–obatan esensial yang diperlukan selama

perjalanan merujuk.

6) Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang

memungkinkan pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat

mencapai tempat rujukan secepatnya.

I. Mekanisme Sistem Rujukan

Mekanisme teknis pelaksanaan sistem rujukan secara komprehensi diatur


12

dalam PMK No.01 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan

Perorangan. Sistem rujukan wajib dijalankan oleh pasien yang merupakan

peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan pemberi pelayanan

kesehatan. Aturan umum dalam mekanisme rujukan berjenjang adalah sebagai

berikut:7

1. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai kebutuhan

medis dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari

pelayanan kesehatan tingkat pertama.

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari

pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.

4. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau

dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama.

5. Ketentuan di atas tidak berlaku pada keadaan gawat darurat, bencana, ke

khususan permasalahan kesehatan pasien, dan pertimbangan geografis

Rujukan pasien dilakukan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang

memiliki kemampuan pelayanan sesuai kebutuhan pasien yang bertujuan untuk

meningkatkan aksesibilitas, pemerataan dan peningkatan efektifitas pelayanan

kesehatan.

Rujukan juga harus mendapat persetujuan dari pasien dan/atau

keluarganya yang disertai dengan penjelasan oleh tenaga kesehatan mengenai:9

a) Menentukan kegawatdaruratan penderita:

1) Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih.


13

2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu, dan puskesmas.

b) Menentukan tempat rujukan.

c) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga.

d) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju:

1) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.

2) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka

persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.

3) Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila

penderita tidak mungkin dikirim.

e) Melakukan persiapan rujukan.

f) Pengiriman penderita.

g) Tindak lanjut penderita:

1) Untuk penderita yang telah dikembalikan dari tempat rujukan.

2) Melakukan kunjungan rumah pada penderita yang memerlukan tindakan

lanjut tetapi memiliki hambatan melapor.


BAB III

PENUTUP

Puskesmas adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan terpadu dan

menyeluruh kepada masyarakat. Puskesmas memiliki wilayah kerja yang

jelas dan 17 program kerja puskesmas dalam upaya peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan penyakit (kuratif)

dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Sistem rujukan merupakan

penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung

jawab secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal, maupun struktural

dan fungsional terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau

permasalahan kesehatan.

Puskesmas sebagai salah satu tempat dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan, berperan penting dalam hal rujukan yang diberikan kepada pasien.

Baik itu rujukan internal atau eksternal ataupun rujukan medik dan kesehatan.

Sistem rujukan memberi manfaat baik pada pasien, tenaga kesehatan

maupun fasilitas kesehatan. Namun pada kenyataannya implementasi di

negara berkembang belum efektif karena keterbatasan infrastruktur, SDM,

pendanaan serta dukunganpemerintah.Mekanisme sistem rujukan di

Indonesia diatur dalam Permenkes tentang sistem rujukan dan peraturan

perundangan lainnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. PMK No 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2014.

2. Kementerian Kesehatan RI. Undang-undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah


Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2009.

3. Michael, M. Reviving the Functionality of the Referral System in Uganda. 2018.


Tersedia dari: https://www.udn.or.ug/udn-media/news/147-reviving-the-
functionality-of-the-referral-system-in-uganda.htm

4. Azwar, A. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta:pustaka sinar harapan,


1996.

5. Syafruddin. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan dalam Kebidanan.


Jakarta: Trans Info Media; 2009

6. Depkes. Kepmenkes No.128/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan


Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2004.

7. Kementerian Kesehatan RI. PMK No 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012.

8. Trihono. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: Sagung Seto;


2005.

9. Heryana, A. Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan. Universitas Esa Unggul.2020;


1-12.

15

Anda mungkin juga menyukai