Anda di halaman 1dari 11

TUGAS SISTEM RUJUKAN

DisusunOleh:

Lorenzo Leinderd Rikumahu

1261050146

Penguji:

dr. Desy Ria Simanjuntak , M.Kes

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


PERIODE 22 JANUARI–24 FEBRUARI 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2018
SISTEM RUJUKAN
A. PENGERTIAN

Sistem rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas suatu kasus/
masalah medik yang timbul, baik secara vertikal maupun harizontal kepada yang lebih berwenang
dan mampu, terjangkau dan rasional (Depkes RI, 1991)

Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus
atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang lebih
kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional (Hatmoko, 2000)

B. TUJUAN RUJUKAN

Menurut Mochtar, 1998 Rujukan mempunyai berbagai macam tujuan antara lain :
1. Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan sebaik-baiknya
2. Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari
unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya
3. Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of knowledge & skill)
melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer

Sedangkan menurut Hatmoko, 2000 Sistem rujukan mempunyai tujuan umum dan khusus, antara
lain :
1. Umum
Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas
pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya
guna dan berhasil guna.
2. Khusus
a. Menghasilkan upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna.
b. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preveventif secara
berhasil guna dan berdaya guna.

C. KLASIFIKASI RUJUKAN (JENIS RUJUKAN)

1. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari :


a. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu)
ke puskesmas induk

b. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam


jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas ke puskesmas rawat
inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah)
2 Menurut lingkup pelayanannya, Hatmoko (2000) membagi jenis rujukan secara
konseptual menyangkut hal-hal sebagai berikut :
a. Rujukan kesehatan
Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat
preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan :
 Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar
biasa atau terjangkitnya penyakit menular
 Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah
 Pendidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan
kerancunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal
 Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah
kekurangan air bersih bagi masyarakat umum
 Pemeriksaan specimen air di laboratorium kesehatan dan lain-lain

o Rujukan kesehatan meliputi pencegahan dan peningkatan kesehatan

o Rujukan kesehatan dilaksanakan secara bertahap yaitu pada tingkat dasar di


masyarakat melalui Puskesmas → Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi,
misalnya :

• Penanganan wabah
• Bantuan sarana, misalnya, obat-obatan dan vaksin
• Bantuan teknologi, misalnya, pemeriksaan limbah rujukan medis

b. Rujukan medik
Rujukan medis meliputi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pemulihan dan
pengobatan.

 Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan dan tindakan


 Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap
 Mendatangkan atau mengirimkan tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk meningkatkan pelayanan pengobatan setempat

Sistem rujukan menurut azas penyelenggaraan puskesmas (Kepmenkes No. 128 Tahun
2004) dibagi menjadi:
1. Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut masalah medik
perorangan yang antara lain meliputi:
a. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operasional dan
lain-lain.
b. Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih
lengkap.
c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim tenaga
yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi pelayanan, ahli
pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan


masyarakat yang meluas meliputi:
a. Rujukan sarana dan logistik, antara lain bantuan laboratorium dan teknologi
kesehatan.
b. Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan
sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu penyakit serta
penanggulangannya pada bencana alam, gangguan kamtibmas, dan lain-lain.
c. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat terjadi
bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan masal, pemeriksaan
air minum penduduk, dan sebagainya.
Gambar 1. Skema pelaksanaan azas rujukan menurut Kepmenkes No. 128 Tahun 2004
.

Sistem rujukan dalam bidang obstetri dibagi menjadi:

1. Rujukan Terencana, rujukan ke rumah sakit yang telah disiapkan dan direncanakan jauh-
jauh hari bagi ibu risiko tinggi. Ada 2 macam rujukan terencana yaitu :
a. Rujukan Dini Berencana (RDB), untuk ibu dengan resiko tinggi yang masih sehat
dan belum inpartu, belum ada komplikasi persalinan, ibu masih dapat berjalan sendiri
atau naik kendaraan umum, dan tidak membutuhkan alat ataupun obat.
b. Rujukan Dalam Rahim (RDR), meliputi rujukan In Utero bagi janin dengan masalah
dan janin risiko tinggi yang masih sehat (misalnya kehamilan dengan riwayat
obstetrik jelek pada ibu diabetes mellitus, partus prematurus iminens). Bagi janin,
selama pengiriman rahim ibu merupakan alat transportasi dan inkubator alami yang
aman, nyaman, hangat, steril, murah, mudah, memberi nutrisi dan O2, tetap pada
hubungan fisik dan psikis dalam lindungan ibunya. Pada jam-jam krisis pertama bayi
langsung mendapatkan perawatan spesialistik dari dokter spesialis anak. Manfaat
RDB/RDR: pratindakan diberi KIE, tidak membutuhkan stabilisasi, menggunakan
prosedur, alat, obat standar (obat generik), lama rawat inap pendek dengan biaya
efisien dan efektif terkendali, pasca tindakan perawatan dilanjutkan di puskesmas.

2. Rujukan Tepat Waktu (RTW), rujukan untuk ibu dengan gawat darurat obstetrik,
perdarahan antepartum, preeklampsi berat/eklampsia, dan ibu dengan komplikasi
persalinan dini yang dapat terjadi pada semua ibu hamil dengan atau tanpa faktor resiko.

D. ALUR SISTEM RUJUKAN


E. KEUNTUNGAN SISTEM RUJUKAN

1. Pelayanan dan pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah, dan secara psikologis
memberikan rasa aman pada pasien dan keluarga pasien.
2. Penataran yang diadakan secara teratur dan berkala akan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas daerah, sehingga semakin banyak kasus yang dapat dikelola di
daerahnya masing – masing, serta meningkatkan kewaspadaan tenaga kesehatan akan
kasus-kasus sulit tertentu yang harus segera dirujuk.
3. Memudahkan masyarakat di daerah terpencil agar dapat memperoleh pelayanan tenaga ahli
dan fasilitas kesehatan dari jenjang yang lebih tinggi.

F. TATA CARA PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN


Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun kriteria
pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus
disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.
TATA CARA PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu
pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan rincian beberapa prosedur sebagai
berikut :
1. Prosedur standar merujuk pasien.
2. Prosedur standar menerima rujukan pasien.
3. Prosedur standar memberi rujukan balik pasien.
4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien.
1. Prosedur standar merujuk pasien
a. Prosedur Klinis:
1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk
menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.
2. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus.
3. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
4. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis/Paramedis yang
kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
5. Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau ambulans, agar
petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada kepastian
pasien tersebut mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.
b. Prosedur Administratif:
1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2. Membuat catatan rekam medis pasien.
3. Memberikan Informed Consent (persetujuan/penolakan rujukan).
4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2.
5. Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang bersakutan.
Lembar kedua disimpan sebagai arsip. Mencatat identitas pasien pada buku
register rujukan pasien.
6. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi
dengan tempat tujuan rujukan.
7. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi
yang bersangkutan.

2. Prosedur standar menerima rujukan Pasien.


a. Prosedur Klinis:
1. Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan.
2. Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk perawatan
selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang lebih mampu untuk
dirujuk lanjut.
3. Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.
b. Prosedur Administratif:
1. Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang telah diterima untuk
ditempelkan di kartu status pasien.
2. Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda terima pasien sesuai
aturan masing-masing sarana.
3. Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu catatan medis dan
diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya sesuai kondisi pasien.
4. Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan rawat inap atau pulang
paksa).
5. Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan/perawatan yang akan dilakukan
kepada petugas/keluarga pasien yang mengantar.
6. Apabila tidak sanggup menangani (sesuai perlengkapan Puskesmas/RSUD yang
bersangkutan), maka harus merujuk ke RSU yang lebih mampu dengan membuat surat
rujukan pasien rangkap 2, kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien, prosedur
selanjutnya sama seperti merujuk pasien.
7. Mencatat identitas pasien di buku register yg ditentukan.

3. Prosedur standar membalas rujukan pasien


a. Prosedur Klinis:
1. Rumah Sakit atau Puskesmas yang menerima rujukan pasien wajib mengembalikan
pasien ke RS/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim setelah dilakukan proses antara
lain:
a. Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi penyembuhan
selanjutnya perlu di follow up oleh Rumah Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes
pengirim.
b. Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan klinis, tetapi
pengobatan dan perawatan selanjutnya dapat dilakukan di Rumah
Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim.
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien sudah
memungkinkan untuk keluar dari perawatan Rumah Sakit / Puskesmas tersebut dalam
keadaan:
a. Sehat atau Sembuh.
b. Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan.
c. Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain.
d. Pasien sudah meninggal.
3. Rumah Sakit / Puskesmas yang menerima rujukan pasien harus memberikan
laporan/informasi medis/balasan rujukan kepada Rumah
Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim pasien mengenai kondisi klinis terahir
pasien apabila pasien keluar dari Rumah Sakit / Puskesmas.
b. Prosedur Administratif:
1. Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban memberi surat balasan rujukan
untuk setiap pasien rujukan yang pernah diterimanya kepada Rumah
Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes yang mengirim pasien yang bersangkutan.
2. Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang bersangkutan dan
untuk memastikan informasi balik tersebut diterima petugas kesehatan yang dituju,
dianjurkan berkabar lagi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan seperti
telepon, handphone, faksimili dan sebagainya.

4. Prosedur standar menerima balasan rujukan pasien


a. Prosedur Klinis:
1. Melakukan kunjungan rumah pasien dan melakukan pemeriksaan fisik.
2. Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah
Sakit/Puskesmas yang terakhir merawat pasien tersebut.
3. Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau
(follow up) kondisi klinis pasien sampai sembuh.
b. Prosedur Administratif:
1. Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku
register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang
bersangkutan dan memberi tanda tanggal/jam telah ditindaklanjuti.
2. Segera memberi kabar kepada dokter pengirim bahwa surat balasan rujukan
telah diterima.
G. MEKANISME RUJUKAN

1. Menentukan kegawatdaruratan penderita:


a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu, dan puskesmas.
2. Menentukan tempat rujukan.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju:
a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan
selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.
5. Melakukan persiapan rujukan.
6. Pengiriman penderita.
7. Tindak lanjut penderita:
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan dari tempat rujukan.
b. Melakukan kunjungan rumah pada penderita yang memerlukan tindakan lanjut
tetapi memiliki hambatan melapor.

Anda mungkin juga menyukai