Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Defenisi Sistem Rujukan Adapun yang dimaksud dengan sistem rujukan di


Indonesia, seperti yang telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 001
tahun 2012 ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit
atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang
kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang
setingkat kemampuannya .
Notoatmodjo (2008) mendefinisikan sistem rujukan sebagai suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab
timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari
unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang
setingkat kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana dan harus
kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan
sakitnya. Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara
timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang
sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih
rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak
dibatasi oleh wilayah administrasi (Syafrudin, 2009).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa Pengertian Rujukan dan Sistem Rujukan?

2. Apa Tujuan Rujukan dan Jenis Rujukan?

KELOMPOK 1 Page 1
3. Apa saja Tingkatan Rujukan?

4. Bagaimana Langkah-Langkah Rujukan dalam Pelayanan Kebidanan?

5. Apa saja Faktor-Faktor Penyebab Rujukan?

6. Bagaimana Jalur Rujukan Kasus Kegawatdaruratan?

7. Apa saja keuntungan sistem rujukan?

8. Bagaimana upaya peningkatan mutu Rujukan?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul “SISTEM RUJUKAN” yaitu:

1. Untuk mengetahui Pengertian Rujukan dan Sistem Rujukan

2. Untuk mengetahui Tujuan Rujukan dan Jenis Rujukan

3. Untuk mengetahui Tingkatan Rujukan

4. Untuk mengetahui Langkah-Langkah Rujukan dalam Pelayanan Kebidanan

5. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penyebab Rujukan

6. Untuk mengetahui Jalur Rujukan Kasus Kegawatdaruratan

7. Untuk mengetahui Keuntungan sistem rujukan

8. Untuk mengetahui upaya peningkatan mutu Rujukan

KELOMPOK 1 Page 2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rujukan dan Sistem Rujukan

Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau
masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang lebih
lengkap / rumah sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam satu unit).
(Muchtar, 1977)

Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas


pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara
timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang
sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih
rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak
dibatasi oleh wilayah administrasi.

Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan


dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang
menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas
pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical.

B. Tujuan Rujukan

Menurut Mochtar, 1998 Rujukan mempunyai berbagai macam tujuan antara


lain:

1. Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan sebaik-baiknya

2. Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium
dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya

KELOMPOK 1 Page 3
3. Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of knowledge & skill)
melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer

Sedangkan menurut Hatmoko, 2000 Sistem rujukan mempunyai tujuan umum


dan khusus, antara lain :

1. Umum

Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas


pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya
guna dan berhasil guna.

2. Khusus

a. Menghasilkan upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan


rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna.

b. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preveventif secara


berhasil guna dan berdaya guna.

C. Manfaat Rujukan
Menurut Azwar (1996), beberapa manfaat yang akan diperoleh ditinjau dari
unsur pembentuk pelayanan kesehatan terlihat sebagai berikut :

1. Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan


Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan (policy maker),
manfaat yang akan diperoleh antara lain membantu
penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan
kedokteran pada setiap sarana kesehatan; memperjelas sistem pelayanan kesehatan,
karena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia; dan
memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan.

2. Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan

KELOMPOK 1 Page 4
Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (health
consumer), manfaat yang akan diperoleh antara lain meringankan biaya pengobatan,
karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulangulang dan mempermudah
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena diketahui dengan jelas fungsi dan
wewenang sarana pelayanan kesehatan.

3. Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan.


Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan
(health provider), manfaat yang diperoleh antara lain memperjelas jenjang karir tenaga
kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan
dedikasi; membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni melalui
kerjasama yang terjalin; memudahkan dan atau meringankan beban tugas, karena setiap
sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

D. Jenis Rujukan

Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan kegiatan pengiriman orang


sakit dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa
rujukan kasus patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk didalamnya,
pengiriman kasus masalah reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi
yang memerlukan penanganan spesialis. Termasuk juga didalamnya pengiriman bahan
laboratorium. Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai,
kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan yang
lengkap (surat balasan).

Rujukan informasi medis membahas secara lengkap data-data medis penderita


yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim. Kemudian Bidan
menjalin kerja sama dalam sistem pelaporan data-data parameter pelayanan kebidanan,
terutama mengenai kematian maternal dan pranatal. Hal ini sangat berguna untuk
memperoleh angka-angka secara regional dan nasional pemantauan perkembangan
maupun penelitian.

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan
rujukan eksternal.

KELOMPOK 1 Page 5
a. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke
puskesmas induk.

b. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat
inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan
rujukan kesehatan.

1. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya


penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke
rumah sakit umum daerah. Jenis rujukan medik:

a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan,


tindakan operatif dan lain-lain.

b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang


lebih lengkap.

c. Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau


ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat. Pengiriman tenaga-tenaga
ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah,
konsultasi penderita, diskusi kasus dan demonstrasi operasi (transfer of knowledge).
Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan,
juga dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan
tingkat provinsi atau institusi pendidikan (transfer of personel).

2. Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan bahan ke


fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya berkaitan dengan upaya
peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya,
merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas),

KELOMPOK 1 Page 6
atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit
Kesehatan Kerja).

Masukkan persiapan-persiapan dan informasi berikut ke dalam rencana rujukan :

a. Siapa yang akan menemani ibu dan bayi baru lahir.

b. Tempat –tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga. (Jika ada lebih
dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai
berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan

c. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mengendarainya.
Ingat bahwa transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam.

d. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transfusi darah diperlukan.

e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan dan bahan-
bahan.

f. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu tidak di
rumah.

E. Tingkatan Rujukan

Tingkatan rujukan berdasarkan pada bentuk pelayanan :

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh
karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (kurang lebih 85%),
pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basib
health services). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas
pembantu, puskesmas keliling dan balkesmas.

b. Pelayanan Kesehatan tingkat kedua (secondary health services)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang


memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan

KELOMPOK 1 Page 7
kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit tipe C dan D dan
memerlukan tersedianya tenaga spesialis

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)

Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang
sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah
komplek, dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia: RS tipe
A dan B.

A. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama


1. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama
adalah:
1.Rawat Jalan Tingkat Pertama
a. Puskesmas atau yang setara;
b. praktik dokter;
c. praktik dokter gigi;
d. klinik Pratama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat pertama
milik TNI/POLRI;dan
e. Rumah sakit Kelas D Pratama atau yang setara.
2.Rawat Inap Tingkat PertamaFasilitas kesehatan tingkat pertama dengan
fasilitas rawat inap.

Prosedur
1.Ketentuan Umum
a. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama tempat Peserta terdaftar
b. Ketentuan di atas dikecualikan pada kondisi:
1 )berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat Peserta terdaftar;
atau
2) dalam keadaan kegawatdaruratan medis.
c. Peserta dianggap berada di luar wilayah apabila peserta melakukan kunjungan ke
luar domisili karena tujuan tertentu, bukan merupakan kegiatan yang rutin. Untuk

KELOMPOK 1 Page 8
mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat tujuan, maka
peserta wajib membawa surat pengantar dari Kantor BPJS Kesehatan tujuan.
d. Dalam hal Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat
lanjutan terdekat sesuai dengan sistem rujukan yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang- undangan
e. Peserta yang melakukan mutasi pada tanggal 1 s/d akhir bulan berjalan, tidak dapat
langsung mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama yang baru
sampai dengan akhir bulan berjalan. Peserta berhak mendapatkan pelayanan di
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang baru di bulan berikutnya.
f. Peserta dapat memilih untuk mutasi Fasilitas Kesehatan tingkat pertama selain
Fasilitas Kesehatan tempat Peserta terdaftar setelah jangka waktu 3 (tiga) bulan atau
lebih.
g. Untuk peserta yang baru mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan dan sudah
membayar iuran, maka pada bulan berjalan tersebut peserta dapat langsung
mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar.

2. Rawat Jalan Tingkat Pertama dan Pelayanan Gigi


a. Peserta menunjukkan kartu identitas BPJS Kesehatan (proses administrasi).
b.Fasilitas kesehatan melakukan pengecekan keabsahan kartu peserta
c. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan kesehatan/pemberian tindakan
d.Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada
lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-masing
fasilitas kesehatan.
e. Bila diperlukan atas indikasi medis peserta akan memperoleh obat.
f.Apabila peserta membutuhkan pemeriksaan kehamilan, persalinan dan pasca
melahirkan, maka pelayanan dapat dilakukan oleh bidan atau dokter umum.
g.Bila hasil pemeriksaan dokter ternyata peserta memerlukan pemeriksaan ataupun
tindakan spesialis/sub-spesialis sesuai dengan indikasi medis, maka fasilitas kesehatan
tingkat pertama akan memberikan surat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang
berlaku.

KELOMPOK 1 Page 9
h.Surat rujukan dibutuhkan untuk pertama kali pengobatan ke Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan, dan selanjutnya selama masih dalam perawatan dan belum di rujuk
balik ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama tidak dibutuhkan lagi surat rujukan.
Dokter yang menangani memberi surat keterangan masih dalam perawatan.
i. Fasilitas kesehatan wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang telah
dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang telah disediakan BPJS
Kesehatan
3. Rawat Inap Tingkat Pertama
a. Peserta datang ke fasilitas kesehatan tingkat pertama yang memiliki fasilitas
rawat inap
b.Fasilitas kesehatan dapat melayani peserta yang terdaftar maupun peserta yang
dirujuk dari fasilitas kesehatan tingkat pertama lain
c. Peserta menunjukkan identitas BPJS Kesehatan
d. Fasilitas kesehatan melakukan pengecekan keabsahan kartu peserta
e. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan, perawatan, pemberian tindakan,
obat dan bahan medis habis pakai (BMHP)
f. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada
lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-
masing fasilitas kesehatan.
g. Fasilitas kesehatan wajib melakukan pencatatan pelayanan dan tindakan yang
telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang telah
disediakan BPJS Kesehatan
h. Peserta dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan bila secara
indikasi medis diperlukan

4. Pelayanan darah sesuai indikasi medis


a. Darah disediakan oleh fasilitas pelayanan darah yang bekerjasama dengan
BPJS
Kesehatan
b. Penggunaan darah sesuai indikasi medis berdasarkan surat permintaan darah
yang
ditandatangani oleh dokter yang merawat.

KELOMPOK 1 Page 10
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
1. Fasilitas Kesehatan
Pelayanan rawat jalan dan rawat inap dapat dilakukan di:
1. klinik utama atau yang setara;
2. rumah sakit umum; dan
3. rumah sakit khusus. Baik milik pemerintah maupun swasta yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan

Prosedur
1. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
a. Peserta membawa identitas BPJS Kesehatan serta surat rujukan dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama
b. Peserta melakukan pendaftaran ke RS dengan memperlihatkan identitas dan
surat rujukan
c. Fasilitas kesehatan bertanggung jawab untuk melakukan pengecekan
keabsahan kartu dan surat rujukan serta melakukan input data ke dalam aplikasi
Surat Elijibilitas Peserta (SEP) dan melakukan pencetakan SEP
d. Petugas BPJS kesehatan melakukan legalisasi SEP
e. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan, perawatan, pemberian tindakan,
obat dan bahan medis habis pakai (BMHP)
f. Setelah mendapatkan pelayanan peserta menandatangani bukti pelayanan pada
lembar yang disediakan. Lembar bukti pelayanan disediakan oleh masing-
masing fasilitas kesehatan
g. Atas indikasi medis peserta dapat dirujuk ke poli lain selain yang tercantum
dalam surat rujukan dengan surat rujukan/konsul intern.
h. Atas indikasi medis peserta dapat dirujuk ke Fasilitas kesehatan lanjutan lain
dengan surat rujukan/konsul ekstern.
i. Apabila pasien masih memerlukan pelayanan di Faskes tingkat lanjutan karena
kondisi belum stabil sehingga belum dapat untuk dirujuk balik ke Faskes tingkat
pertama, maka Dokter Spesialis/Sub Spesialis membuat surat keterangan yang
menyatakan bahwa pasien masih dalam

KELOMPOK 1 Page 11
perawatan.
j. Apabila pasien sudah dalam kondisi stabil sehingga dapat dirujuk balik ke
Faskes tingkat pertama, maka Dokter Spesialis/Sub Spesialis akan memberikan
surat keterangan rujuk balik.
k. Apabila Dokter Spesialis/Sub Spesialis tidak memberikan surat keterangan
yang dimaksud pada huruf i dan j maka untuk kunjungan berikutnya pasien
harus membawa surat rujukan yang baru dari Faskes tingkat pertama Pelayanan
Persalinan Dan Penjaminan Bayi Baru Lahir

C. Pelayanan Persalinan
1. Persalinan merupakan benefit
Bagi peserta BPJS Kesehatan tanpa pembatasan jumlah kehamilan/persalinan yang
dijamin oleh BPJS Kesehatan dan tidak dibatasi oleh status kepesertaan
(peserta/anak/tertanggung lain).
2. Penjaminan persalinan mengikuti sistem rujukan berjenjang yang berlaku
3. Pelayanan persalinan ditagihkan oleh fasilitas kesehatan yang memberikan
pelayanan. Klaim perorangan untuk kasus persalinan baik yang dilakukan di fasilitas
kesehatan yang bekerja sama maupun yang tidak bekerja sama tidak diperbolehkan.

D. Pelayanan Gawat Darurat


A. Fasilitas Kesehatan
1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
2. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan baik yang bekerjasama maupun tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

Prosedur
1. Dalam keadaan gawat darurat, maka:
a. Peserta dapat dilayani di fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan yang bekerjasama maupun yang tidak bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan
b. Pelayanan harus segera diberikan tanpa diperlukan surat rujukan

KELOMPOK 1 Page 12
c. Peserta yang mendapat pelayanan di Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan harus segera dirujuk ke Fasilitas Kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dalam
kondisi dapat dipindahkan
d. Pengecekan validitas peserta maupun diagnosa penyakit yang termasuk dalam kriteria
gawat darurat menjadi tanggung jawab fasilitas kesehatan
e. Fasilitas kesehatan tidak diperkenankan menarik biaya pelayanan kesehatan kepada
peserta

2. Prosedur Pelayanan Gawat Darurat di Fasilitas


kesehatan yang Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
a. Pada keadaan gawat darurat (emergency), seluruh fasilitas kesehatan baik yang
bekerjasama maupun yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, wajib
memberikan pelayanan kegawatdaruratan sesuai indikasi medis
b. Pelayanan kegawatdaruratan di fasilitas kesehatan tingkat pertama dapat diberikan
pada fasilitas kesehatan tempat peserta terdaftar maupun bukan tempat peserta terdaftar
c. Pelayanan kegawatdaruratan di fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun lanjutan
mengikuti prosedur pelayanan yang berlaku

3. Prosedur Pelayanan Gawat Darurat di Fasilitas


kesehatan Tingkat pertama dan Fasilitas kesehatan Rujukan yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan
a. Fasilitas kesehatan memastikan eligibilitas peserta dengan mencocokkan data peserta
dengan master file kepesertaan BPJS Kesehatan pada kondisi real time. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara:
1) Fasilitas kesehatan mengakses master file kepesertaan melalui website BPJS
Kesehatan www.bpjs-kesehatan.go.id, sms gateway dan media elektronik lainnya.
2) Apabila poin (a) tidak dapat dilakukan maka Fasilitas kesehatan menghubungi
petugas BPJS Kesehatan melalui telepon atau mendatangi kantor BPJS Kesehatan
b. Apabila kondisi kegawatdaruratan pasien sudah teratasi dan pasien dalam kondisi
dapat dipindahkan, tetapi pasien tidak bersedia untuk dirujuk ke Fasilitas Kesehatan
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan maka biaya pelayanan selanjutnya tidak

KELOMPOK 1 Page 13
dijamin oleh BPJS. Fasilitas kesehatan harus menjelaskan hal ini kepada peserta dan
peserta harus menandatangani surat pernyataan bersedia menanggung biaya pelayanan
selanjutnya
c. Penanganan kondisi kegawatdaruratan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama
ditanggung sebagai pelayanan rawat jalan kecuali kondisi tertentu yang mengharuskan
pasien dirawat inap.
d. Kondisi tertentu yang dimaksud diatas adalah sebagai berikut:
1) Tidak ada sarana transportasi untuk evakuasi pasien.
2) Sarana transportasi yang tersedia tidak memenuhi syarat untuk evakuasi Kondisi a
dan b dinyatakan oleh petugas BPJS Kesehatan setelah dihubungi oleh Fasilitas
kesehatan, dan petugas BPJS Kesehatan tersebut telah berusaha panduan praktis
Pelayanan Kesehatan panduan praktis Pelayanan Kesehatan mencari ambulan sesuai
dengan kebutuhan.
3) Kondisi pasien yang tidak memungkinkan secara medis untuk dievakuasi, yang
dibuktikan dengan surat keterangan medis dari dokter yang merawat.

F. Jalur Rujukan Kasus Kegawat daruratan

Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan
sebagai berikut :

1. Dari Kader

Dapat langsung merujuk ke :

a. Puskesmas pembantu

b. Pondok bersalin / bidan desa

c. Puskesmas / puskesmas rawat inap

d. Rumah sakit pemerintah / swasta

2. Dari Posyandu

Dapat langsung merujuk ke :

KELOMPOK 1 Page 14
a. Puskesmas pembantu

b. Pondok bersalin / bidan desa

c. Puskesmas / puskesmas rawat inap

d. Rumah sakit pemerintah / swasta

3. Dari Puskesmas Pembantu

Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta

4. Dari Pondok bersalin / Bidan Desa

Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta

G. Faktor-Faktor Penyebab Rujukan

1. Riwayat bedah sesar

2. Pendarahan pervaginaan

3. Persalinan kurang bulan

4. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang pecah

5. Ketuban pecah lebih dari 24 jam

6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan

7. Ikterus

8. Anemia berat

9. Tanda / gejala infeksi

10. Preklamsia / hipertensi dalam kehamilan

11. Tinggi fundus 40 cm / lebih

12. Gawat janin

KELOMPOK 1 Page 15
13. Primipara dalam fase aktif kala 1 persalinan

14. Presentasi bukan belakang kepala

15. Presentasi ganda

16. Kehamilan ganda (gemeli)

17. Tali pusat menumbung

18. Syok

H. Keuntungan Sistem Rujukan

1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa


pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa
aman pada pasien dan keluarga

2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan


petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di
daerahnya masing – masing

3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli

I. Upaya Peningkatan Mutu Rujukan

Langkah-langkah dalam upaya meningkatkan mutu rujukan :

1. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung rujukan


puskesmas pembantu dan pos kesehatan lain dari masyarakat.

2. Mengadakan pusat rujukan antara lain dengan mengadakan ruangan tambahan


untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat di lokasi strategis

3. Meningkatkan sarana komunikasi antar unit pelayanan kesehatan

4. Menyediakan Puskesmas keliling di setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan


roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi alat komunikasi

KELOMPOK 1 Page 16
5. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem, baik rujukan medik
maupun rujukan kesehatan

6. Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan


kesehatan

I. Pelaksanaan Sistem Rujukan

Dalam membina perlu ditentukan dengan beberapa hal yaitu :

1. Regionalisasi

Regionalisasi adalah pembagian wilayah pelaksanaan system rujukan. Pembagian


wilaayh ini didasarkan atas pembagian wilayah secara administrative. Tetapi didasarkan
atas lokasi atau mudahnya system rujukan itu dicapai. Hal ini untuk menjaga agar pusat
system rujukan mendapat arus penderita secara merata.

1. Penyaringan (screning) oleh tiap tingkat unit kesehatan

Tiap tingkat unit kesehatan diharapkan melakukan penyaringan terhadap penderita yang
akan disalurkan dalam system rujukan penderita yang dapat dilayani oleh unit kesehatan
tersebut. Tidak perlu dikirim oleh unit kesehatan yang lebih mampu.

1. Kemampuan unit kesehatan dan petugas

Kemampuan unit kesehatan tergantung pada macam tugas dan peralatannya. Walaupun
demikian, diharapkan mereka dapat melakukan ketrampilan tertentu.

Untuk melaksanakan rujukan perlu dilakukan langkah- langkah sebagi berikut :

1. Bila ditemukan kasus yang tidak dapat ditangani sesuai dengan kewenangan
bidan, maka pasien tersebut segera dikirim ke unit pelayanan kesehatan yang
memiliki kemampuan mengatasi masalah tersebut.
2. Penentuan tempat rujukan ditetapkan atas pertimbangan jarak (mudah
dijangkau), tersedianya fasilitas dan tenaga yang dapat memenuhi kebutuhan

KELOMPOK 1 Page 17
untuk menangani masalah pasien. Tempat rujukan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi dan kesediaan penderita.

3. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang masalah yang dihadapi, alasan, dan
manfaat perlunya dilakukan rujukan.

4. Pasien perlu dipersiapkan sebelum dirujuk. Keadaan umum pasien diperbaiki,


cegah agar tidak terjadi segala sesuatu yang memperberat penderitaan dan
masalahnya. Pasien diberi infus, obat- obatan atau tindakan pencegahan bila
diperlukan. Ingat prinsip BAKSOKUDA.

5. Dokumen pasien dipersiapkan dan berisikan informasi lengkap tentang masalah


kesehatan penderita.

6. Dalam keadaan darurat pasien sebaiknya didampingi bidan dalam menuju


tempat rujukan.

7. Pasien yang telah dapat diatasi ditempat rujukan sebaiknya dikirim kembali
kebidan pengiriman untuk tindak lanjut. Bidan melakukan tindakan sesuai
dengan saran yang diberikan oleh rumah sakit, bila diperlukan.

J. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelaksanaan Rujukan

1. Berfungsinya mekanisme rujukan dari tingkat masyarakat dan puskesmas hingga


rumah sakit tempat rujukan.
2. Adanya komunikasi dua arah antara yang merujuk dengan tempat rujukan.

3. Tersedianya tenaga kesehatan yang mampu, terampil, dan siaga selama 24 jam.

4. Tersedianya obat-obatan dan alat kesehatan sesuai kebutuhan ditempat yang


merujuk dan tempat rujukan.

5. Tersedianya sarana angkutan selama 24 jam.

6. Bagi keluarga yang tidak mampu tersedia dukungan dana atau transportasi,
perawatan dan pengobatan di rumah sakit.

KELOMPOK 1 Page 18
7. Tersedianya dana intensif bagi petugas kesehatan yang siaga selama 24 jam.

K. Tanggung Jawab Petugas Dalam Pelaksanaan Sistem Rujukan

1. Persiapan rujukan yang memadai


2. Penanganan/ penjelasan kepada orang tua atau keluarga mengenai penyakit yang
ditemukan atau diduga.

3. Ijin rujukan atau tindakan lain yang dilakukan

4. Pemberian identifikasi, data (riwayat kehamilan, kelahiran, penyakit) yang ada


yang sudah dilakukan dan yang mungkin diperlukan. Hasil laboratorium, foto
rontegen, contoh darah ibu.

5. Stabilisasi keadaan vital janin/ bayi baru lahir selama perjalanan ke tempat
tujuan.

6. Bagi petugas yang menerima rujukan berupa penanganan kasus rujukan.

7. Pembinaan dan ketrampilan teknis petugas puskesmas oleh dokter spesialis


kebidanan dan anak dalam penanganan kasus rujukan neonatus sakit, minimal
sekali setiap 3 bulan.

8. Penerapan prosedur tetap, pelayanan esensial dan tatalaksana penyakit.

L. Kendala Atau Masalah Dalam Rujukan

Yang paling banyak menimbulkan masalah rujukan adalah transportai terutama


fasilitas yang harus ada sewaktu pasien dibawa, disamping alat transportasi. Disamping
itu adalah masalah geografi jalan- jalan yang harus ditempuh sering merupakan
penghambat, sehingga tak jarang walaupun telah diberikan penerangan tentang rujukan
tersebut kepada orang tua atau keluarga tetapi akhirnya mereka keberatan membawa
pasien tersebut ke rumah sakit yang lebih mampu, ditambah lagi ditempat rujukan

KELOMPOK 1 Page 19
terbayang kepada mereka berapa lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk perawatan
nanti.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan


dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang
menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas
pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical.
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem
kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu
pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu
adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu
tatanan sistem rujukan

B. SARAN

Dengan dipelajarinya tentang rujukan, penulis berharap:

1. Bagi Tenaga Kesehatan: Tenaga penolong persalinan dilatih agar mampu untuk
mencegah atau deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi, merupakan asuhan
persalinan secara tepat guna dan waktu, baik sebelum atau saat masalah terjadi dan
segera melakukan rujukan saat kondisi masih optimal, maka para ibu akan terhindar dari
ancaman kesakitan dan kematian.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan: Dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat


meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan

KELOMPOK 1 Page 20
ditujukan pada kasus yang tergolong beresiko tinggi. Bidan sebagai tenaga kesehatan
harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu dengan keluhan ginekologi ke fasilitas
kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit.

3. Bagi Pasien: untuk bertindak kooperatif dan keluarga untuk mempersiapkan


perlengkapan pasien selama di rumah sakit dan membawa uang untuk biaya perawatan.

Bagi Masyarakat: untuk mendukung sistem rujukan dan membantu proses perujukan
pasien.

KELOMPOK 1 Page 21
DAFTAR PUSTAKA

https://bpjs.kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/0455038740193d957326594ea0d87b5e.
pdf

http://www.jkn.kemkes.go.id/attachment/unduhan/Perpres%20No.%2012%20Th
%202013%20ttg%20Jaminan%20Kesehatan.pdf

http://www.moh.gov.my/penerbitan/Pelan%20Strategik%20KKM.pdf

KELOMPOK 1 Page 22

Anda mungkin juga menyukai