Anda di halaman 1dari 6

Sumber:

Arifin, Syamsul, dkk. 2016. Buku Ajar Dasar – Dasar Manajemen


Kesehatan. Banjarmasin: Pustaka Banua.
Hatmoko. 2000. Sistem pelayanan kesehatan dasar puskesmas.
Samarinda: Universitas Mulawarman.
Presiden Republik Indonesia. Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional.

LO KONSEP DAN MACAM SISTEM RUJUKAN


Sistem Rujukan

Sistem rujukan kesehatan di Indonesia telah dirumuskan dalam Permenkes No. 01


tahun 2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal
balik pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal.
Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana dan harus kemana seseorang
dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan sakitnya (Permenkes
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan, 2012).

Pelaksanaan sistem rujukan di indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat


atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga,
dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu
sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat
melakukan tindakan medis tingkat primer maka pelayanan kesehatan primer
menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di atasnya, demikian
seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi,
transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat
awam akan segera tertangani dengan tepat (Hatmoko, 2000).

Jenis rujukan secara konseptual menyangkut hal-hal sebagai berikut (Hatmoko,


2000):

1) Rujukan medik, meliputi:


Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain. Pengiriman bahan (spesimen) unutuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap. Mendatangkan atau mengirim tenaga
yang lebih kompeten atau ahli untuk mutu pelayanan pengobatan
2) Rujukan kesehatan, merupakan rujukan yang menyangkut masalah
kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif yang antara
lain meliputi bantuan:
 Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian
luar biasa atau terjangkitnya penyakit menular.
 Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah.
 Pendidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi
penanggulangan kerancunan dan bantuan obat-obatan atas
terjadinya keracunan massal.
 Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah
kekurangan air bersih bagi masyarakat umum.
 Pemeriksaan specimen air di laboratorium kesehatan dan lain-lain.

Rujukan vertikal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan


yang berbeda tingkatan.
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke
tingkatan yang lebih tinggi dilakukan apabila (Hatmoko, 2000):
 Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau
subspesialistik.
 Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan
fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.

Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke


tingkatan yg lebih rendah dilakukan apabila (Hatmoko, 2000):
 Permasalahan pasien dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya.
 Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama
atau kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut.
 Pasien memerlukan pelayanan lanjutan yang dpt ditangani
oleh tingkatan pelayanan yang lebih rendah & untuk alasan
kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang.
 Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dgn kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana,
prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.

Rujukan horizontal merupakan rujukan antar pelayanan


kesehatan dalam satu tingkatan.

Rujukan horizontal dilakukan apabila perujuk tidak dapat


memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena
keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya
sementara atau menetap. Ketimpangan yang sering terjadi di masyarakat
awam adalah pemahaman masyarakat tentang alur ini sangat rendah
sehingga sebagian mereka tidak mendapatkan pelayanan yang
sebagaimana mestinya. Masyarakat kebanyakan cenderung mengakses
pelayanan kesehatan terdekat atau mungkin paling murah tanpa
memperdulikan kompetensi institusi ataupun operator yang memberikan
pelayanan (Hatmoko, 2000).

Manfaat sistem rujukan


Adapun manfaat dari sistem rujukan adalah sebagai berikut
(Hatmoko, 2000):
Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan (policy
maker), manfaat sistem rujukan adalah membantu penghematan dana,
karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran
pada setiap sarana kesehatan; memperjelas sistem pelayanan kesehatan,
karena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang
tersedia; memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek
perencanaan.
Dari sudut masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan
(health consumer), manfaat sistem rujukan adalah- meringankan biaya
pengobatan, karena dapat dihindari- pemeriksaan yang sama secara
berulang-ulang; mempermudah masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang
setiap sarana pelayanan kesehatan.
Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara
pelayanan keseahatan (health provider), manfaat sistem rujukan adalah
memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat
positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.

Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan,


yaitu: kerja sama yang terjalin; memudahkan atau meri- ngankan beban
tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban
tertentu.
Dalam membina sistem rujukan ini perlu ditentukan beberapa hal
(Hatmoko, 2000):
Regionalisasi
Regionalisasi adalah pembagian wilayah pelaksanaan sistem
rujukan. Pembagian wilayah ini didasarkan atas pembagian wilayah secara
administratif, tetapi perlu didasarkan atas lokasi atau mudahnya sistem
rujukan itu dicapai. Hal ini untuk menjaga agar pusat sistem rujukan
mendapat arus penderita secara merata. Tiap tingkat unit kesehatan
diharapkan melakukan penyaringan terhadap penderita yang akan
disalurkan dalam sistem rujukan. Penderita yang dapat melayani oleh unit
kesehatan tersebut, tidak perlu dikirim ke unit lain yang lebih mampu.

Penyaringan (screening)
Tiap unit kesehatan diharapkan melakukan penyaringan terhadap
penderita yang akan disalurkan dalam system rujukan. Penderita yang
dapat melayani oleh unit kesehatan tersebut, tidak perlu dikirim ke unit
lain yang lebih mampu.
Kemampuan unit kesehatan dan petugas
Kemampuan unit kesehatan tergantung pada macam petugas dan
peralatannya. Walaupun demikian diharapkan mereka dapat melakukan
keterampilan tertentu. Khususnya dalam perawatan ibu dijabarkan
keterampilan yang masing-masing diharapkan dari unit kesehatan, beserta
petugasnya.

Anda mungkin juga menyukai