Anda di halaman 1dari 13

MALAKAH PENERAPAN REFERRAL PATIENT DALAM

PELAYANAN KESEHATAN SAAT INI

WINDHA WIDYASTUTI, MNS.

DISUSUN OLEH

1. Sekar Eka Pertiwi 202002010010

2. Agus Tri Utomo 202002010013

3. Triasih 202002010027

4. Miftah Dwi Amelia 202002010029

5. Puteri Agus Setiyowati 202002010042

6. Nurkhamidah 202002010054

7. Diyah Riski Qurotul Aini 202002010056

8. Berlian Pramesti Mulia 202002010070

9. Akhmad Kurniawan 202002010078

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2022

A. Pengertian Referral Patient

Menurut WHO, rujukan (referral) adalah proses dimana petugas kesehatan yang memiliki
sumberdaya terbatas untuk menangani kondisi klinis (obat, peralatan, kemampuan) pada
satu level sistem kesehatan, melakukan pencarian bantuan kepada fasilitas kesehatan yang
lebih baik atau memiliki sumberdaya tertentu pada level yang sama atau di atasnya, atau
mengambil alih penanganan kasus pasien (Michael, 2018). Definisi ini menyat atakan
bahwa:

a. Sistem rujukan dilakukan oleh faskes yang memiliki sumberdaya terbatas (obat, alat,
kemampuan) ke faskes yang setingkat atau di atasnya

b. Dalam sistem rujukan, faskes yang dirujuk berhak mengambil alih penanganan kasus
pada pasien.

Definisi yang tercantum dalam UU No.44 tahun 2014 tentang Rumah Sakit menyatakan
“Sistem rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan
tugas dan tanggung jawab secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal, maupun
struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau
permasalahan kesehatan”. Dari definisi yang dinyatakan dalam UU Rumah Sakit ini,
dapat disimpulkan bahwa :

1. Sistem rujukan di rumah sakit merupakan pelimpahan tugas dan tanggung jawab. Artinya
rujukan pelayanan kesehatan menjamin proses penanganan pasien yang sesuai dengan
kompetensi rumah sakit atau petugas medis

2. Sistem rujukan dilakukan secara timbal balik antar rumah sakit, baik vertikal atau
horizontal, maupun structural dan fungsional. Artinya dalam sistem rujukan berjenjang
akan terjadi timbal balik baik dalam bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi oleh
rumah sakit level tinggi ke level rendah. Disamping itu rumah sakit dengan level yang
lebih tinggi akan lebih memfokuskan pelayanan pada keunggulan yang dimilikinya.
Sementara itu rujukan juga dapat berlangsung antara fungsional dengan structural.
Permasalahan-permasalahan manajemerial rumah sakit yang tidak dapat ditangani oleh
unit structural sebaiknya dilimpahkan ke unit fungsional dan sebaliknya.

3. Subyek sistem rujukan di rumah sakit adalah kasus/masalah penyakit atau


permasalahan kesehatan. Sementara menurut BPJS Kesehatan, sistem rujukan pelayanan
kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas
dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun
horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan
social, dan seluruh fasilitas kesehatan (BPJS Kesehatan, n.d.).

Dari definisi sistem rujukan pelayanan kesehatan dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Sistem rujukan pelkes merupakan pelimpahan tugas dan tanggung jawab. Artinya
rujukan pelayanan kesehatan menjamin proses penanganan pasien yang sesuai dengan
kompetensi faskes atau petugas medis.

2. Sistem rujukan pelkes dilakukan secara timbal balik antar faskes, baik vertikal atau
horizontal. Artinya dalam sistem rujukan berjenjang akan terjadi timbal balik baik
dalam bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi oleh faskes level tinggi ke level rendah.
Disamping itu faskes dengan level yang lebih tinggi akan lebih memfokuskan
pelayanan pada keunggulan yang dimilikinya.

3. Sistem rujukan pelkes wajib dijalankan oleh peserta jaminan kesehatan dan seluruh faskes.
Pada negara yang sudah menerapkan jaminan kesehatan dalam bentuk asuransi
kesehatan sosial, maka sistem ini merupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh
peserta. Hal ini dalam rangka menjamin efisiensi dan kualitas pelayanan. Dalam
Permenkes No.01 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
disebutkan bahwa sistem rujukan vertikal dilakukan bila :

1. pasien membutuhkan pelayanan spesialistik dan subspesialistik

2. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.

B. Tujuan Referral Patient

Untuk mengetahui pelaksanaan alur rujukan pasien dan presentase kelengkapan


dokumen rujukan. 

C. Fungsi Referral Patient. (Michael, 2018)

1. Memastikan hubungan yang erat antar pelaku sistem kesehatan di segala


tingkatan. Sistem rujukan berjenjang yang efektif secara tidak langsung akan
mendorong seluruh faskes dan tenaga kesehatan untuk saling berkoordinasi dalam
penanganan medis pasien. Hubungan profesi antar tenaga kesehatan dapat
diperkuat dengan sistem rujukan tersebut.
2. Memastikan pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Pasien
yang mendapat rujukan ke faskes dengan sumberdaya manusia, peralatan dan
kemampuan yang lebih tinggi tentu akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik.
Jika sistem rujukan tidak berjalan, maka pasien “dipaksa” menerima pelayanan yang
tidak memadai. Kondisi sebaliknya bisa terjadi, pasien dengan kondisi kesehatan
ringan mendapat pelayanan yang lebih mahal. Kondisi ini dalam bidang asuransi
kesehatan disebut dengan adverse selection.

3. Menjamin perawatan pasien yang kontinyu. Sistem rujukan berjenjang menjamin


kontinyuitas pelayanan kesehatan terhadap pasien, karena faskes akan mengalihkan
peran dan tanggung jawab penanganan kondisi medis ke fakses yang lebih tinggi
kemampuannya. Hal ini akan mencegah terjadinya pasien yang putus pengobatan
akibat kurangnya kemampuan faskes dalam melayani.

4. Menjamin seluruh faskes di berbagai tingkat mendapatkan peralatan medis


yang memadai. Sistem rujukan berjenjang mendorong pemerintah setempat dan
pemodal untuk melengkapi peralatan medis yang dimiliki faskes, atau melengkapi
dengan jenis pelayanan medis lainnya. Rumah sakit dengan tipe tertentu akan
berusaha memenuhi persyaratan alat dan teknologi yang dimilikinya.

D. Contoh Referral Patient Di Masa Covid -19.

1. Dengan Sistem Rujukan Online.

Sistem rujukan dapat di lakukan oleh masyarakat dengan tujuan memberikan


pelayanan kesehatan secara bermutu sehingga tujuan pelayanan tercapai tanpa
harus menggunakan biaya yang mahal (Putri, 2016).

Pada masa pandemi system yang bisa dilakukan dengan cara digital untuk
mendapatkan kemudahan serta kepastian peserta dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dirumah sakit atau fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut.

Pada masa pandemi system rujukan online dapan meminimalisirkan antrian


pasien, menghindari kerumunan di ruang tunggu serta kontak langsung dengan
petugas di fasilitas pelayanan Kesehatan sehingga dapat meminimalisir penularan
covid-19 bagi pasien dan tenaga Kesehatan. Sistem rujukan online belum efektif
karena masih terdapat beberapa kendala antaralain kendala pada jaringan, masih
rendahnya pemahaman pasien rujukan, ketidaklengkapan data pasien, dan selama
pandemi covid-19 cukup sulit pada saat akan merujuk pasien ke fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan . di lakukannya edukasi kepada masyarakat diwilayah
kerjanya terkait sistem rujukan online baik alurnya maupun kelengkapan data
yang dibutuhkan dalam proses rujukan dan selama pandemi covid-19.

≫ SPO Dalam Sistem Rujukan Online.

−¿Petugas mengantarkan rujukan ke loket pendaftaran

−¿Petugas loket pendaftaran memasukkan data rujukan secara onlinesesuai


dengan identitas pasien, terapi yang telah diberikan, diagnosa, petugas yang
menangani serta poliklinik dan rumah sakit yang dituju

−¿Petugas pendaftaran memberi stempel pada surat rujukan dan meminta tanda
tangan petugas yang menangani

−¿Komunikasi terlebih dahulu dengan Rumah Sakit yang dituju .

≫Alur Pelayanan Sistem rujukaan Online pasien BPJS Pada Masa Pandemi, pada
berikut :

−¿Lembar informed consent

−¿Surat rujukan

−¿Alat kesehatan dan obat

−¿Ambulance

-Petugas pendamping

-Rujuk.
≫Kendala system Rujukaan Online pasien BPJS Pada Masa Pamdemi covid 19,
pada berikut :

−¿Human error oleh petugas

-Pelaksanaan tidak sesuai SPO

-Kendala jaringan

-Rendahnya pemahaman pasien rujukan Ketidak lengkapan data pasien berupa


KTP dan KIB { Kartu Identitas Berobat }.

-Kesulitan merujuk pasien non covid-19 selama pandemi covid-19

2. Sistem Rujukan langsung di Rumah sakit

Pandemi COVID-19 membuat perubahan pada sektor kesehatan khususnya


pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada masa pandemi ini, terjadi perubahan-
perubahan dalam pelayanan rawat jalan. Perubahan pelayanan rawat jalan
diantaranya pada proses penerimaan pasien rawat jalan harus sesuai protokol
kesehatan termasuk penggunaan masker secara universal, prosedur skrining yang
lebih ketat, pengaturan jadwal kunjungan, dan pembatasan pengunjung/
pendamping pasien bahkan pemisahan pelayanan untuk pasien COVID-19 dan
non COVID-19.

≫Tata cara rujukan langsung di rumah sakit pada masa pandemi covid 19 sebagai
berikut :

−¿Sebelum mendapatkan pelayanan rawat jalan, pasien diharuskan untuk


mendaftar dan mengambil nomor antrian terlebih dahulu.

−¿Sebelum pandemi, nomor antrian dapat diambil mulai pukul 06:00 hingga
pukul 11:00, tetapi setelah adanya pandemi pengambilan nomor antrian berubah
menjadi pukul 06:00 hingga pukul 10:00. Pendaftaran dimulai pada pukul 07:00.
Selain perubahan pada nomor antrian, pandemi ini juga mengubah jumlah
kunjungan pasien rawat jalan ke poliklinik Pembatasan pasien rawat jalan ke
poliklinik yaitu untuk BPJS. Mandiri ada 120 pasien dan untuk BPJS dinas adalah
50 pasien atau sekitar 50% dari total kunjungan sebelum pandemi.

−¿pasien yang datang harus membawa persyaratan yang lengkap, persyaratannya


yaitu fotocopy KTP, fotocopy BPJS, fotocopy Kartu Tanda Anggota (khusus
pasien BPJS dinas) dan surat rujukan dari PPK1. Jika persyaratan lengkap, maka
pasien bisa mengambil nomor antrian di mesin antrian yang terletak di luar
ruangan loket pendaftaran yang dijaga oleh satpam.

−¿Setelah itu pasien harus menunggu untuk dipanggil ke loket pendaftaran


berdasarkan nomor antrian dan jenis BPJS nya.

−¿Kemudian pasien harus mengisi formulir persetujuan umum atau general


consent, dan akan dibuatkan Kartu Identitas Berobat (KIB) oleh petugas
pendaftaran

−¿Untuk pasien umum diharuskan menyelesaikan administrasi pendaftaran


terlebih dahulu di kasir sebelum menuju ke poliklinik, sedangkan untuk pasien
BPJS setelah selesai pendaftaran bisa langsung menuju ke poliklinik yang dituju.

−¿Setelah selesai pemeriksaan oleh dokter, dokter akan mengarahkan pasien


apakah perlu pemeriksaan penunjang, mengambil obat di bagian farmasi ataupun
rujuk.

−¿Pasien datang ke UGD tanpa perjanjian atau surat rujukan, memiliki gejala dan
keluhan seperti orang yang terinfeksi virus COVID-19. Dokter akan melakukan
tes swab.

PERBEDAAN ANTARA 2 ARTIKEL

Artikel 1 Resti Andani, Gin – Gin, Artikel 2 Timor Utama, Riris


Dina Sonia Andriati, Fitri Ambarsari
JUDUL Tinjauan sistem rujukan online Analisis antrian pendaftaran
pasien BPJS pada masa pandemi pasien rawat jalan saat
covid-19 di puskesmas rengas pandemi covid-19 di rumah
tahun 2019 sakit X

. Untuk mengetahui hasil dari


TUJUAN analisis tentang alur
pendaftaran.di rumah sakit X
pada saat pandemi covid-19
METODE Jenis penelitian yang digunakan Penelitian ini menggunakan
pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
penelitian kualitatif dan kualitatif. Sumber data berupa
dilakukan dengan menggunakan data primer juga data
pendekatan deskriptif analitik. sekunder. Data primer
Dimana Pendekatan ini penelitian ini didapatkan dari
merupakan suatu bentuk penelitian hasil wawancara dengan
paling dasar yang bertujuan untuk Petugas Pendaftaran, Perawat
mendapat gambaran dan Satpam. Sedangkan data
tentang Pelaksanaan Sistem sekunder didapat dari
Rujukan Online Pasien BPJS pada ekspedisi kunjungan pasien
Masa Pandemi Covid-19 di rawat jalan di Rumah Sakit X.
Puskesmas Rengas Tahun 2021 Teknik pengumpulan data
melalui analisis mendalam. yaitu wawancara dan observasi
lapangan (pengamatan) selama
lima hari dari tanggal 17
sampai tanggal 21 Mei 2021.
Pengambilan sampel untuk
penelitian ini menggunakan
Teknik purposive sampling.
Sehingga terdapat 4 orang
petugas pendaftaran terpilih
sebagai sampel penelitian.
Teknik analisis data yang
digunakan yaitu reduksi data,
penyajian data dan
kesimpulan.
TAHUN ARTIKEL Diterbitkan pada tahun 2022 Diterbitkan pada tahun 2022
DITERBITKAN

-Standar Prosedur Operasional Data kunjungan pasien rawat


HASIL (SPO) sistem rujukan online jalan (poliklinik dan jumlah
pasien BPJS di pasien) :
puskesmas Rengas pada masa Paru 52
pandemi covid-19 THT 38
Berdasarkan hasil wawancara dan Mata 10
pengamatan di Puskesmas Rengas, Gigi 35
penanggungjawab Saraf 69
bagian pendaftaran mengatakan Bedah 71
bahwa sudah ada standar prosedur Penyakit dalam /internis 220
oprasional sistem Rehab medik 55
rujukan pasien tetapi belum ada Jiwa 17
SPO khusus terkait sistem rujukan Anak 15
pasien BPJS selama Kandungan 115
pandemi covid-19 dan dalam SPO Covid 2
yang berlaku juga tidak tercantum Data diatas menunjukan data
atau tertulis sistem di runah sakit x memiliki 12
Rujukan Online Pasien BPJS pelayanan poliklinik dan
namun petugas melakukan rujukan pasien paling banyak
pasien BPJS sesuai berkunjung ke poliklinik
standar prosedur oprasional yang penyakit dalam/internis.
sudah ada
-Alur pelayanan sistem rujukan Jumlah kedatangan pasien
online pasien BPJS di puskesmas (Hari, Tanggal Pasien) :
Rengas pada Senin, 17/05/2021 : 158
masa pandemi covid-19 Selasa, 18/05/2021 : 144
Berdasarkan hasil observasi dan Rabu, 19/05/2021 : 136
wawancara alur data pasien pada Kamis, 20/05/2021 : 158
sistem Jumat, 21/05/2021 : 127
pelayanan rujukan online pasien Pasien yang berkujung ke
BPJS di puskesmas Rengas pada poliklinik rumah sakit X
masa pandemi covid- paling banyak adalah pada hari
19 petugas pendaftaran rujukan Senin dan Kamis.
online mengatakan bahwa alur
pelayanan rujukan Data kedatangan pasien
mengikuti SPO persiapan rujukan berdasarkan jenis pelayanan
pasien yang sudah ditetapkan guna (Jenis Pelayanan dan Jumlah
menunjang Pasien)
pelayanan kesehatan yang BPJS Mandiri : 542
dibutuhkan di fasilitas pelayanan BPJS Dinas : 141
kesehatan tingkat lanjutan Umum : 40
- Kendala sistem rujukan online Berdasarkan tabel diatas, jenis
pasien BPJS di puskesmas Rengas pelayanan terdiri dari 3 jenis
pada masa yaitu pasien yang
pandemi covid-19 menggunakan BPJS Dinas,
BPJS Mandiri dan pasien
umum.

Rata-rata tingkat pelayanan


pasien (jam, rata-rata waktu
pelayanan, dan jumlah pasien)
07.00-08.00 2 menit 29
08.00-09.00 2 menit 29
09.00-10.00 2 menit 29
10.00-11.00 2 menit 29
11.00-12.00 2 menit 29
KESIMPULAN 1. Dalam pelayanan sistem Pasien yang berkunjung ke
rujukan online di Puskesmas Rumah Sakit X ini akan
Rengas sudah tersedia SPO yang dilayani sesuai dengan yang
mengatur tentang rujukan pasien datang lebih dulu mengambil
BPJS. Namun belum diperbarui nomor antrian maka akan
sejak 2017 karena belum dilayani terlebih dahulu.
ada kebijakan untuk pembaruan Terdapat perubahan dalam
SPO rujukan dan tidak dibuatkan proses penerimaan pasien
secara khusus SPO yang rawat jalan. Kunjungan pasien
mengatur tentang sistem rujukan rawat jalan ke poliklinik
online pasien BPJS pada masa menjadi terbatas yaitu pasien
pandemi covid-19. dibatasi menjadi 50% dari
2. Puskesmas Rengas memiliki sebelum pandemi. Adanya
pelayanan kesehatan rujukan yang penambahan poliklinik khusus
sudah sesuai dengan alur pasien covid, dan mengubah
yang tertuang dalam SPO rujukan ruang perawatan biasa menjadi
dan juga sudah sesuai dengan ruang isolasi untuk pasien
prosedur rujukan fasilitas covid.
pemberi pelayanan kesehatan
pengirim yang dibuat oleh
Kemenkes RI.
3. Dalam pelayanan sistem
rujukan online di Puskesmas
Rengas belum efektif karena
masih terdapat beberapa kendala
saat melaksanakan sistem rujukan
online yang dapat menghambat
terlaksananya pelayanan sistem
rujukan online antaralain human
error oleh petugas, kendala
pada jaringan, masih rendahnya
pemahaman pasien rujukan,
ketidaklengkapan data pasien
berupa KTP maupun KIB dan
selama pandemi covid-19 pihak
puskesmas cukup sulit pada
saat akan merujuk pasien non
covid-19 ke fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan

KESIMPULAN ANTARA 2 ARTIKEL

1. Artikel 1
Dalam pelayanan sistem rujukan online di Puskesmas Rengas sudah tersedia SPO
yang mengatur tentang rujukan pasien BPJS. Namun belum diperbarui sejak 2017
karena belum ada kebijakan untuk pembaruan SPO rujukan dan tidak dibuatkan
secara khusus SPO yang mengatur tentang sistem rujukan online pasien BPJS
pada masa pandemi covid-19.

Puskesmas Rengas memiliki pelayanan kesehatan rujukan yang sudah sesuai dengan
alur yang tertuang dalam SPO rujukan dan juga sudah sesuai dengan prosedur rujukan
fasilitas pemberi pelayanan kesehatan pengirim yang dibuat oleh Kemenkes RI.

Dalam pelayanan sistem rujukan online di Puskesmas Rengas belum efektif karena
masih terdapat beberapa kendala saat melaksanakan sistem rujukan online yang dapat
menghambat terlaksananya pelayanan sistem rujukan online antaralain human error oleh
petugas, kendala pada jaringan, masih rendahnya pemahaman pasien rujukan,
ketidaklengkapan data pasien berupa KTP maupun KIB dan selama pandemi covid-19 pihak
puskesmas cukup sulit pada saat akan merujuk pasien non covid-19 ke fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan.

2. Artikel 2
Pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit X ini akan dilayani sesuai dengan yang
datang lebih dulu mengambil nomor antrian maka akan dilayani terlebih dahulu.
Terdapat perubahan dalam proses penerimaan pasien rawat jalan. Kunjungan
pasien rawat jalan ke poliklinik menjadi terbatas yaitu pasien dibatasi menjadi
50% dari sebelum pandemi. Adanya penambahan poliklinik khusus pasien covid,
dan mengubah ruang perawatan biasa menjadi ruang isolasi untuk pasien covid.

Anda mungkin juga menyukai