DISUSUN OLEH
3. Triasih 202002010027
6. Nurkhamidah 202002010054
2022
Menurut WHO, rujukan (referral) adalah proses dimana petugas kesehatan yang memiliki
sumberdaya terbatas untuk menangani kondisi klinis (obat, peralatan, kemampuan) pada
satu level sistem kesehatan, melakukan pencarian bantuan kepada fasilitas kesehatan yang
lebih baik atau memiliki sumberdaya tertentu pada level yang sama atau di atasnya, atau
mengambil alih penanganan kasus pasien (Michael, 2018). Definisi ini menyat atakan
bahwa:
a. Sistem rujukan dilakukan oleh faskes yang memiliki sumberdaya terbatas (obat, alat,
kemampuan) ke faskes yang setingkat atau di atasnya
b. Dalam sistem rujukan, faskes yang dirujuk berhak mengambil alih penanganan kasus
pada pasien.
Definisi yang tercantum dalam UU No.44 tahun 2014 tentang Rumah Sakit menyatakan
“Sistem rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan
tugas dan tanggung jawab secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal, maupun
struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau
permasalahan kesehatan”. Dari definisi yang dinyatakan dalam UU Rumah Sakit ini,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Sistem rujukan di rumah sakit merupakan pelimpahan tugas dan tanggung jawab. Artinya
rujukan pelayanan kesehatan menjamin proses penanganan pasien yang sesuai dengan
kompetensi rumah sakit atau petugas medis
2. Sistem rujukan dilakukan secara timbal balik antar rumah sakit, baik vertikal atau
horizontal, maupun structural dan fungsional. Artinya dalam sistem rujukan berjenjang
akan terjadi timbal balik baik dalam bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi oleh
rumah sakit level tinggi ke level rendah. Disamping itu rumah sakit dengan level yang
lebih tinggi akan lebih memfokuskan pelayanan pada keunggulan yang dimilikinya.
Sementara itu rujukan juga dapat berlangsung antara fungsional dengan structural.
Permasalahan-permasalahan manajemerial rumah sakit yang tidak dapat ditangani oleh
unit structural sebaiknya dilimpahkan ke unit fungsional dan sebaliknya.
Dari definisi sistem rujukan pelayanan kesehatan dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Sistem rujukan pelkes merupakan pelimpahan tugas dan tanggung jawab. Artinya
rujukan pelayanan kesehatan menjamin proses penanganan pasien yang sesuai dengan
kompetensi faskes atau petugas medis.
2. Sistem rujukan pelkes dilakukan secara timbal balik antar faskes, baik vertikal atau
horizontal. Artinya dalam sistem rujukan berjenjang akan terjadi timbal balik baik
dalam bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi oleh faskes level tinggi ke level rendah.
Disamping itu faskes dengan level yang lebih tinggi akan lebih memfokuskan
pelayanan pada keunggulan yang dimilikinya.
3. Sistem rujukan pelkes wajib dijalankan oleh peserta jaminan kesehatan dan seluruh faskes.
Pada negara yang sudah menerapkan jaminan kesehatan dalam bentuk asuransi
kesehatan sosial, maka sistem ini merupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh
peserta. Hal ini dalam rangka menjamin efisiensi dan kualitas pelayanan. Dalam
Permenkes No.01 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
disebutkan bahwa sistem rujukan vertikal dilakukan bila :
2. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.
Pada masa pandemi system yang bisa dilakukan dengan cara digital untuk
mendapatkan kemudahan serta kepastian peserta dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dirumah sakit atau fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut.
−¿Petugas pendaftaran memberi stempel pada surat rujukan dan meminta tanda
tangan petugas yang menangani
≫Alur Pelayanan Sistem rujukaan Online pasien BPJS Pada Masa Pandemi, pada
berikut :
−¿Surat rujukan
−¿Ambulance
-Petugas pendamping
-Rujuk.
≫Kendala system Rujukaan Online pasien BPJS Pada Masa Pamdemi covid 19,
pada berikut :
-Kendala jaringan
≫Tata cara rujukan langsung di rumah sakit pada masa pandemi covid 19 sebagai
berikut :
−¿Sebelum pandemi, nomor antrian dapat diambil mulai pukul 06:00 hingga
pukul 11:00, tetapi setelah adanya pandemi pengambilan nomor antrian berubah
menjadi pukul 06:00 hingga pukul 10:00. Pendaftaran dimulai pada pukul 07:00.
Selain perubahan pada nomor antrian, pandemi ini juga mengubah jumlah
kunjungan pasien rawat jalan ke poliklinik Pembatasan pasien rawat jalan ke
poliklinik yaitu untuk BPJS. Mandiri ada 120 pasien dan untuk BPJS dinas adalah
50 pasien atau sekitar 50% dari total kunjungan sebelum pandemi.
−¿Pasien datang ke UGD tanpa perjanjian atau surat rujukan, memiliki gejala dan
keluhan seperti orang yang terinfeksi virus COVID-19. Dokter akan melakukan
tes swab.
1. Artikel 1
Dalam pelayanan sistem rujukan online di Puskesmas Rengas sudah tersedia SPO
yang mengatur tentang rujukan pasien BPJS. Namun belum diperbarui sejak 2017
karena belum ada kebijakan untuk pembaruan SPO rujukan dan tidak dibuatkan
secara khusus SPO yang mengatur tentang sistem rujukan online pasien BPJS
pada masa pandemi covid-19.
Puskesmas Rengas memiliki pelayanan kesehatan rujukan yang sudah sesuai dengan
alur yang tertuang dalam SPO rujukan dan juga sudah sesuai dengan prosedur rujukan
fasilitas pemberi pelayanan kesehatan pengirim yang dibuat oleh Kemenkes RI.
Dalam pelayanan sistem rujukan online di Puskesmas Rengas belum efektif karena
masih terdapat beberapa kendala saat melaksanakan sistem rujukan online yang dapat
menghambat terlaksananya pelayanan sistem rujukan online antaralain human error oleh
petugas, kendala pada jaringan, masih rendahnya pemahaman pasien rujukan,
ketidaklengkapan data pasien berupa KTP maupun KIB dan selama pandemi covid-19 pihak
puskesmas cukup sulit pada saat akan merujuk pasien non covid-19 ke fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan.
2. Artikel 2
Pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit X ini akan dilayani sesuai dengan yang
datang lebih dulu mengambil nomor antrian maka akan dilayani terlebih dahulu.
Terdapat perubahan dalam proses penerimaan pasien rawat jalan. Kunjungan
pasien rawat jalan ke poliklinik menjadi terbatas yaitu pasien dibatasi menjadi
50% dari sebelum pandemi. Adanya penambahan poliklinik khusus pasien covid,
dan mengubah ruang perawatan biasa menjadi ruang isolasi untuk pasien covid.