Anda di halaman 1dari 35

APA ITU PELAYANAN

TERKOORDINASI
“Pengorganisasian perawatan pasien yang disengaja
antara dua atau lebih peserta yang terlibat dalam perawatan
pasien (termasuk pasien) untuk memfasilitasi
pemberian pelayanan kesehatan yang tepat.”
(McDonald et al., 2007)

Pengorganisasian perawatan pasien ini melibatkan pengaturan


personel dan sumber daya lainnya untuk melaksanakan semua
kegiatan perawatan pasien yang diperlukan, dan sering dikelola
melalui pertukaran informasi antar peserta yang bertanggung
jawab atas berbagai aspek perawatan”
LIMA ELEMEN KUNCI PELAYANAN TERKOORDINASI

1. Banyak peserta yang terlibat dalam pelayanan


2. Adanya ketergantungan satu sama lain antar peserta pemberi
pelayanan sehingga diperlukan Koordinasi untuk melakukan kegiatan
yang berbeda dalam perawatan pasien

3. Setiap peserta yang memberikan pelayanan harus memiliki


pengetahuan yang memadai tentang peran mereka sendiri dan peran
orang lain serta sumber-sumber daya yang tersedia
4. Peserta mengandalkan Pertukaran informasi
5. Integrasi kegiatan perawatan memiliki tujuan untuk
memfasilitasi pemberian layanan kesehatan yang tepat
Manfaat dari Pelayanan Terkoordinasi

1. Skor Indeks Rumah Medis yang lebih tinggi


menghasilkan rawat inap yang jauh lebih sedikit
2. Manajemen kondisi kronis menyebabkan lebih sedikit
kunjungan rawat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit

3. Biaya keseluruhan lebih rendah

4. Pengurangan kesenjangan kesehatan


5. Peningkatan kepuasan pasien/keluarga
6. Peningkatan kepuasan staf
EMPAT RUANG LINGKUP PELAYANAN TERKORDINASI

1. Interpersonal Continuity
Kesinambungan antar pribadi: pengalaman subyektif dari hubungan kepedulian
antara pasien dan pemberi perawatan kesehatannya
2. Longitudinal Continuity
Kesinambungan longitudinal: riwayat interaksi dengan profesional pemberi
perawatan kesehatan yang sama dalam serangkaian episode yang terpisah
3. Management Continuity
Kesinambungan manajemen: kolaborasi tim yang efektif lintas jenjang perawatan
untuk memberikan perawatan yang lebih lancar
4. Informational Continuity
Kesinambungan informasi: ketersediaan informasi Klinis dan psikososial
di semua pertemuan dengan para profesional/pemberi perawatan
JENIS – JENIS KOORDINASI KLINIS

1. Berurutan: rencana serah terima tanggung jawab dan


transfer perawatan

2. Paralel: kolaborasi antar profesional/tenaga kesehatan


dengan pembagian tanggung jawab yang disepakati

3.Pengaruh tidak langsung: memungkinkan koordinasi


melalui alat sarana dan prasarana , insentif ataupun
edukasi

RINASURYANIOK
Pelayanan Terkoordinasi = Sistem Rujukan
Tujuan Setelah menyelesaikan mata ajaran ini, mahasiswa
diharapkan mampu memahami dan mampu menjalankan
sistem rujukan yang baik.
(SKDI 2012 Lampiran 2 : Daftar Masalah Kesehatan :
Kesehatan Masyarakat / Kedokteran Komunitas /
Kedokteran Pencegahan
19. Sistem rujukan yang belum berjalan baik)

Sub Pokok Bahasan :


1.Menjelaskan Pengertian Rujukan dan Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan
2.Menjelaskan Jenjang Rujukan
3.Menjelaskan Azas Rujukan dalam Penyelenggaraan Puskesmas
4.Menjelaskan Tata cara melakukan Rujukan
5.Menjelaskan Surat Pengantar Rujukan
. PENGERTIAN RUJUKAN

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan


tanggungjawab atas kasus penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan
secara timbal balik, baik secara vertikal dalam
arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke
strata sarana pelayanan kesehatan lainnya,
maupun secara horisontal dalam arti antar
sarana pelayanan kesehatan yang sama.

(Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang


Kebijakan Dasar Puskesmas)
Rujukan vertikal dilakukan apabila:
Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan
spesialistik atau sub spesialistik

Rujukan horizontal dilakukan apabila:


Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan
dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara
atau menetap.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
Rujukan vertikal dari tingkat pelayanan lebih tinggi ke
yang lebih rendah dilakukan apabila:

a.permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan


pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya
b.kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau
kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut
c.pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani
oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk
alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang;
dan/atau
d.perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana,
prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.
(Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan)
2. PENGERTIAN SISTEM RUJUKAN
PELAYANAN KESEHATAN

Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah :


penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal yang wajib
dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan
atau asuransi kesehatan sosial, dan seluruh
fasilitas kesehatan.
Sistem rujukan diwajibkan bagi :

(1)Pasien yang merupakan peserta jaminan kesehatan atau


asuransi kesehatan sosial dan pemberi pelayanan kesehatan.
(2) Peserta asuransi kesehatan komersial mengikuti aturan yang
berlaku sesuai dengan ketentuan dalam polis asuransi dengan
tetap mengikuti pelayanan kesehatan yang berjenjang.

Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas, pemerataan dan


peningkatan efektifitas pelayanan kesehatan, rujukan dilakukan
ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang memiliki
kemampuan pelayanan sesuai kebutuhan pasien.

(Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan)
3. SISTEM RUJUKAN BERJENJANG
(1) Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai
kebutuhan medis dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat
pertama.
(2) Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan
atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.
(3) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan
atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau
tingkat pertama.
(4) Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke
dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan
tingkat pertama.
(5) Dikecualikan pada keadaan gawat darurat, bencana,
kekhususan permasalahan kesehatan pasien, dan pertimbangan
geografis.
(Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan
Sistem Rujukan Berjenjang
(Permenkes No 59/2014)

Pelayanan Tingkat III


INA CBG’S + Top Up RS Tipe B pendidikan di Propinsi dan RS Tipe A
+ FFS Obat & Alkes

Pelayanan Tingkat II
RS Tipe D, RS Tipe C, B non pendidikan, Klinik Utama
INA CBG’S + Top Up
+ FFS Obat + Alkes

Pelayanan Tingkat I
Puskesmas, dr & drg praktik perorangan,
Klinik pratama

Kapitasi + Non Kapitasi


Tujuan Sistem Rujukan
 Meningkatnya kemampuan fasilitas pelayanan Kesehatan
perorangan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan
yang berkualitas dan memuaskan
 masyarakat bersedia memanfaatkan sebagai kontak
pertamanya
 Tertatanya alur Pelayanan Kesehatan Perorangan tingkat
pertama, dua dan ketiga secara berkesinambungan
 Meningkatnya akses dan cakupan Pelayanan Kesehatan
Perorangan secara merata dan menyeluruh (universal
coverage)
 Menjamin terselenggaranya Pelayanan Kesehatan Perorangan
yang merata, berkualitas dan berkelanjutan(continuum of care)
 Memberikan petunjuk yang jelas dan kepastian hukum bagi
Faskes dalam memberikan pelayanan Kesehatan yang bermutu
16
Bagi peserta:
1.Meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan.
2.Meningkatkan pelayanan kesehatan yang mencakup akses promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
3.Meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dalam konteks
pelayanan holistik.
4.Memudahkan untuk mendapatkan obat yang diperlukan.
 
Bagi FKTP:
1.Meningkatkan fungsi Faskes selaku Gate Keeper dari aspek
pelayanan komprehensif dalam pembiayaan yang rasional.
2.Meningkatkan kompetensi penanganan medik berbasis kajian ilmiah terkini
(evidence based) melalui bimbingan organisasi/dokter spesialis.
3.Meningkatkan fungsi pengawasan pengobatan.
 
Bagi FKRTL:
1.Mengurangi waktu tunggu pasien di poli RS.
2.Meningkatkan kualitas pelayanan spesialistik di Rumah Sakit.
3.Meningkatkan fungsi spesialis sebagai koordinator dan konsultan
manajemen penyakit.
PROGRAM RUJUK BALIK
(SE Menkes HK/MENKES/31/I/2014)

1.Diabetes Mellitus
2.Hipertensi *Kondisi
3.Jantung
4.Asthma Stabil
Sesuai rekomendasi dr. Spesialis (DPJP)
5.PPOK
Setiap 3 bulan kontrol ke RS
6.Epilepsi
7.Schizoprenia
8.Stroke Non Haemorragik
9.Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

Manfaat
Meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan bagi penderita
penyakit kronis → Kemudahan kontinuitas pelayanan obat,
keterlibatan dokter pelayanan primer
Mekanisme Pelayanan PRB
FAKES TINGKAT BPJS CENTER/ FASKES TINGKAT IFRS/APOTEK
PERTAMA POJOK PRB LANJUTAN
PELAYANAN
PESERTA SEP SPESIALIS/
(SURAT
ELIGIBILITAS
SUB SPESIALIS
PESERTA)
DIAGNOSA
SURAT PENYAKIT KRONIS
RUJUKAN

PENDAFTARAN
KONDISI
PESERTA TIDAK
STABIL ?

• VERIFIKASI DATA YA
• LEGALISASI RESEP
OBAT KRONIS • SURAT RUJUKAN PENERIMAAN
• DOKUMENTASI OBAT KRONIS
BALIK
• RESEP OBAT KRONIS
• SEP
BUKU KONTROL PRB • INDENTITAS
PESERTA
A
Alur Pelayanan Obat PRB
PESERTA FASKES TINGKAT APOTEK / DEPO BPJS KESEHATAN
PERTAMA FARMASI PRB

A PELAYANAN
RUJUK PEMERIKSAAN
BALIK/MONITO RESEP VERIFIKASI KLAIM
OBAT KRONIS RING PENYAKIT
HABIS

KUNJUNGAN
PENYERAHAN
> 3 BULAN
• INDENTITAS OBAT PRB + PEMBAYARAN
PESERTA PEMBERIAN
• SURAT INFORMASI OBAT
RUJUKAN BALIK YA TIDAK
• BUKU KONTROL
PRB PENGAJUAN
RESEP KLAIM + SELESAI
OBAT PRB DOKUMEN
PENDUKUNG
RUJUKAN KE RS
UNTUK DILAKUKAN
EVALUASI
Kondisi Yang Tidak Dijamin

1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana


diatur dalam peraturan yang berlaku;
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;

3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan


kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan
kerja;
4. Pelayanan Kesehatan yang dijamin oleh program kecelakaan lalu lintas yang
besifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan
lalu lintas.

5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;


6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;

8. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);


9. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;
www.bpjs-kesehatan.go.id
Kondisi Yang Tidak Dijamin
10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;
11.Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin
she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi
kesehatan (health technology assessment);

12.Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan


(eksperimen);
13.Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
14.Perbekalan kesehatan rumah tangga;

15.Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar
biasa/wabah;
16.Biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah
(preventable adverse events); dan
17.biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan
Kesehatan yang diberikan.

www.bpjs-kesehatan.go.id
4. AZAS RUJUKAN
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas ada dua macam rujukan
yang dikenal, yakni :
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
a. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus


penyakit.
- Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus
penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke
sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horisontal
maupun vertikal). - - Sebaliknya pasien paska rawat inap
yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke
puskesmas.

Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam :


1). Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik
(biasanya
operasi) dan lain-lain.
2). Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium
yang lebih lengkap.
(Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan
3). Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang
Dasar Puskesmas)
b. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat


adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya KLB,
pencemaran lingkungan, dan bencana

Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga


dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib
dan pengembangan, padahal upaya kesehatan
masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan
masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu
menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, maka
puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
(Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas)
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas
tiga macam :

1). Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan


fogging,
peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio
visual,
bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan
makanan.
2). Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyelidikan
kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum
kesehatan,
penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam.
3). Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya masalah
kesehatan
masyarakat
(Keputusan dan tanggungjawab
Menteri Kesehatan penyelesaian masalah
RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 kesehatan
Tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas)
masyarakat
dan atau penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara
RUJUKAN YANKES RUJUKAN YANKES
PERORANGAN MASYARAKAT

RS Umum/Khusus STRATA STRATA Depkes,


Pusat/Propinsi KETIGA KETIGA Dinkes Prop
RS Umum/Khusus Kab/Kota,
STRATA STRATA Dinkes Kab /Kota
Klinik Spesialis swasta,
KEDUA KEDUA
Praktek Dr. Spec. Swasta
Prakter Dokter Umum
Dokter Keluarga STRATA STRATA
Puskesmas
Puskesmas,BP, BKIA, PERTAMA PERTAMA
praktek bidan swasta
Posyandu
Posyandu MASYARAKAT MASYARAKAT Polindes
Polindes UKBM
Kader Kesehatan
Upaya Kes. PERORANGAN/ PERORANGAN/ Upaya Kes.
Keluarga KELUARGA KELUARGA Keluarga mandiri
mandiri

(Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan


Dasar Puskesmas)
5. TATA CARA MELAKUKAN RUJUKAN

1.Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasien


dan/atau
keluarganya
2. Diberikan setelah pasien dan/atau keluarganya
mendapatkan
penjelasan dari tenaga kesehatan yang berwenang tentang:
a. diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang
diperlukan
b. alasan dan tujuan dilakukan rujukan
c. risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak
dilakukan
d. transportasi rujukan
e. risiko
Peraturan Menteri atauRIpenyulit
Kesehatan Nomor 001 yang dapat
Tahun 2012 timbul
Tentang Sistemselama dalam
Rujukan Pelayanan
perjalanan.
Kesehatan Perorangan
3. Perujuk sebelum melakukan rujukan :
a.Harus melakukan pertolongan pertama dan/atau
tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi medis
serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan
keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan
b. Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan
dan
memastikan bahwa penerima rujukan dapat
menerima
pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat
c. membuat surat pengantar rujukan untuk
disampaikan kepada penerima rujukan.
(Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan)
4. Transportasi untuk rujukan:
(1) Dilakukan sesuai dengan kondisi pasien dan ketersediaan sarana
transportasi.
(2) Pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus harus
dirujuk dengan
ambulans dan didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
(3) Dalam hal tidak tersedia ambulans pada fasilitas pelayanan
kesehatan
perujuk dapat dilakukan dengan menggunakan alat transportasi
lain yang
layak.

5. Rujukan dianggap telah terjadi apabila:


(1) Pasien telah diterima oleh penerima rujukan.
(2) Penerima rujukan bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan
kesehatan lanjutan sejak menerima rujukan.
(3) Penerima rujukan wajib memberikan informasi kepada perujuk
mengenai
(Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan
perkembangan keadaan pasien setelah selesai memberikan
Kesehatan Perorangan)
6. PEMBIAYAAN

(1) Pembiayaan rujukan dilaksanakan sesuai


ketentuan yang berlaku pada asuransi kesehatan
atau jaminan kesehatan.
(2) Pembiayaan rujukan bagi pasien yang bukan
peserta asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan
menjadi tanggung jawab pasien dan/atau
keluarganya.
(Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan)
5. Surat Pengantar Rujukan

7. SURAT PENGANTAR RUJUKAN


a. Identitas pasien
b. Hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang) yang telah dilakukan
c. Diagnosis kerja
d. Terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan
e. Tujuan rujukan
f. Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan.
(Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan)
Kop Surat
KLINIK PRATAMA ..................................................................................................
Alamat ...................................................................................
______________________________________________________________________________________________________
SURAT PENGANTAR RUJUKAN
Nomer : .........................
Kepada Yth.
................................................
................................................

Dengan ini kami mengirimkan pasien :


Nama : ................................................ jenis kelamin :.................................
tanggal lahir :................................................ pekerjaan :.................................
alamat :...................................................................................................................
dengan :
anamnesis : ...........................................................................................
pemeriksaan fisik : ...........................................................................................
pemeriksaan penunjang : ...........................................................................................
diagnosis kerja : ...........................................................................................
terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan : .....................................................................................
tujuan rujukan : ..........................................................................................
Terimakasih.
tanggal dan waktu : ................................................
nama dan tanda tangan tenaga kesehatan ...............................................................................

Catatan :
Rujukan telah mendapatkan Persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya.
Persetujuan diberikan setelah pasien dan/atau keluarganya mendapatkan Penjelasan, meliputi: diagnosis dan terapi dan/atau
tindakan medis yang diperlukan; alasan dan tujuan dilakukan rujukan; risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan;
ransportasi rujukan; danrisiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.
Terima
kasih
Menuju Indonesia Yang
Lebih Sehat
• INA CBGs (Indonesia Case Based Groups) :
cara pembayaran perawatan pasien
berdasarkan diagnosis atau kasus yg relatif
sama
• Tarif INA-CGGs tarif paket yang meliputi
seluruh komponen sumber daya rmh sakit yg
digunakan dlm pelayanan baik medis maupun
non medis u RS tipe D

Anda mungkin juga menyukai