Anda di halaman 1dari 30

PEDOMAN INTERNAL

SISTEM PELAYANAN RUJUKAN DI UPT


PUSKESMAS RANUGEDANG

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PROBOLINGGO

UPT PUSKESMAS RANUGEDANG


JL. RAYA PESAWAHAN, KEC.TIRIS67287

Email : pkm.ranugedang@gmail.com
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Kesehatan PUSKESMAS RANUGEDANG diarahkan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang,

agar terwujud derajat Kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pembangunan Kesehatan diselenggarakan berdasarkan

perikemanusiaan, pember- dayaan dan kemandirian, adil dan merata,

serta pengutamaan dan manfaat, dengan perhatian khusus diberikan

kepada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia, dan

keluarga miskin.Sistem rujukan dalam upaya Kesehatan perseorangan

disebut sebagai sistem rujukan medik, yang berkaitan dengan upaya

pengobatan dan pemulihan.

2.1.1 Sistem rujukan medik tersebut dapat berupa pengiriman pasien,

spesimen, pemeriksaan penunjang diagnostik, dan rujukan pengetahuan

tentang penyakit. Rujukan medik diselenggarakan dalam upaya menjamin

pasien dapat menerima pelayanan Kesehatan perseorangan secara

berkualitas dan memuaskan, pada fasilitas pelayanan Kesehatan yang

terdekat dari lokasi tempat tinggalnya, pada tingkat biaya yang paling

sesuai (low cost) sehingga terjangkau.

3.1.1 Risiko yang mungkin terjadi pada sarana pelayanan kesehatan:

1. Risiko yang terkait dengan pelayanan kepada pasien

2. Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga klinis

3. Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga kesehatan yang lain


4. Risiko yang terkait dengan sarana dan prasarana

5. Risiko financial

6. Risiko lain (yang lain, misalnya yang terkait dengan penggunaan

kendaraan/alat transportasi, misalnya ambulans, vans, sepeda motor

dsb)

1.2 Tujuan Pedoman

1.2.1 TUJUAN UMUM :

Terlaksananya prosedur rujukan pelayanan Kesehatan perseorangan

mengikuti standar mutu1 dan keselamatan pasien sesuai dengan kriteria

rujukan,di semua tingkat fasilitas pelayanan Kesehatan perseorangan di

Indonesia

1.2.2 TUJUAN KHUSUS :

1. Meningkatnya kemampuan fasilitas pelayanan Kesehatan perseorangan

tingkat pertama dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan

memuaskan, sehingga masyarakat bersedia memanfaatkan sebagai

kontak pertamanya, dalam mengawali proses pelayanan Kesehatan

perseorangan.

2. Tertatanya alur pelayanan Kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dua dan ketiga secara berkesinambungan, mengikuti prosedur di setiap

tingkatan, sesuai dengan kompetensi, kewenangan dan proporsi masing-

masing tingkatan, sehingga pelayanan dapat terlaksana secara berdaya

guna dan berhasil guna.

3. Meningkatnya akses dan cakupan pelayanan Kesehatan perseorangan

secara merata dan menyeluruh (universal coverage), yang didukung oleh

sistem jaminan Kesehatan sebagaimana diatur dalam UU SJSN dan UU


BPJS Kesehatan dan peraturan pelaksananya

4. Menjamin terselenggaranya pelayanan Kesehatan perseorangan yang

merata, berkualitas dan memuaskan, serta berkelanjutan (continuum of

care), dalam upaya mencapai target sasaran MDGs di Indonesia

5. Memberikan petunjuk yang jelas dan kepastian hukum bagi

Fasyankes dalam memberikan pelayanan Kesehatan yang bermutu

1.3 Sasaran Pedoman

1.3.1 Pedoman Sistem Pelayanan Rujukan ini disusun untuk digunakan oleh :

1. Pasien Rujukan di wiayah UPT Puskesmas Ranugedang.

2. Pelaksana lain yang terkait di UPT Puskesmas Ranugedang.

1.4 Ruang Lingkup Pelayanan

Ruang Lingkup Pelayanan meliputi :

1. Pelayanan Rujukan UGD

2. Pelayanan Rujukan Rawat Inap

3. Pelayanan Rujukan KABER dan NIFAS.

4. Pencatatan dan pelaporan Aplikasi.

5. Monitoring dan evaluasi Aplikasi.

1.5 Batasan Operasional

1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya.

2. Upaya Kesehatan Perorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu

kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan

untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan


penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan.

 Memberikan sistem pelayanan rujukan kepada masyarakat yang membutuhkanya


3. Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap

kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan

menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,

kelompok, dan masyarakat.

 Frekwensi penyuluhan di posyandu / lembaga/Institusi lain.


4. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu yang memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehan

5. Pelaksana Rujukan adalah lulusan minimal pendidikan Diploma

Keperawatan/Kebidanan (DIII ) didalam maupun diluar negeri yang diakui

oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan Peraturan Perundang-

Undangan.

6. Mutu adalah kemampuan untuk memenuhi persyaratan berdasarkan karakteristik yang


dimiliki suatu produk.

1.6 Landasan Hukum Sistem Pelayanan Rujukan di Puskesmas

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3237);Petunjuk Teknis Pelayanan
Puskesmas Pada Masa Pandemi Covid-19.
2020.DirektoratPelayananKesehatanPrimerKementrianKesehatan.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637); 5. Permenkes
nomor 155 tahun 2010 tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat
(KMS) Bagi Balita5.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan


Iuran Jaminan Kesehatan

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan


Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 8737); 

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 028/Menkes/Per/I/2011 tentang Klinik


(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 16); 

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2022 tentang Organisasi dan


Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 156);

7. Peraturan Menteri KesehatanNomo 657/MENKES/Per/VIII/2009 tentang


Pengiriman dan Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan Muatan
Informasinya

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/MENKES/PER/ III/2010 tentang


Kelasifikasi Rumah Sakit

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/MENKES/Per/III/2010 tentang


Laboratorium Klinik

10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Tahun 2011


Tentang Pedoman Penataan Tatalaksana (Business Process);
BAB II

STANDART KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia

2.1.1 Pelaksana Rujukan Puskesmas

1. Memiliki STR dan SIPD bagi dokter yang berwenang.

2. Mempunyai Surat Tanda Register (STR) yang dikeluarkan oleh MTKI dan

masih berlaku.

3. Mempunyai Surat Ijin Praktek Perawat/Bidan (SIPP/SIPB) di UPT Puskesmas

Ranugedang yang masih berlaku.


4. Memiliki Sim A bagi driver ambulance dan sertifikat pelatihan ambulance.

4.1 Distribusi Ketenagaan

1. Pelaksana Rujukan ada 1 sampai dengan 2 petugas ( Perawat/Bidan ), 1

dokter selaku penanggung jawab pasien dan 1driver ambulance.

2.3 Uraian Tugas

2.3.1 Pelaksana Rujukan Puskesmas

1. melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

medik untuk menentukan diagnosis utama dan diagnosis banding.

2. Menyimpulkan hasil

3. Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan Standar

Operasional Prosedur (SOP).

3. Menjelaskan alasan rujukan.

4. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan dan memastikan bahwa unit

pelayanan tujuan dapat menerima pasien.

5. Membuat Rujukan sesuai diagnosa dan hasil anamnesi

6. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi tenaga kesehatan yang

kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien

7.Pasien (pada point 4) diantar dengan kendaraan ambulans dan diserah

terimakan oleh petugas, agar petugas dan kendaraan pengantar tetap

menunggu sampai pasien di UGD mendapat kepastian pelayanan, apakah

akan dirujuk atau ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan setempat.

2.4 Jadwal Kegiatan

2.4.1 Sistem Pelayanan Rujukan di UPT Puskesmas Ranugedang

1. Pelayanan dilaksanakan setiap hari 24 jam

2. Kegiatan Penyelesaian laporan sebelum dan sesudah pelayanan rujukan

BAB III
STANDART FASILITAS

Standart fasilitas sistem pelayanan rujukan

1.1 Denah Ruang

2.2 Standart Fasilitas Alat / barang Ruangan

No Meubeller Jumlah

1. ALAT 1

2. Alat Tulis 1

3. barngkar 1

4. Komputer 1

5. Ambulance 1

6. Nasal kanul / masker oksigen 1

7. Cervical Collar 1

8. Ambulance 1

9. Oksigen 1

10. Infuset 1

11. Surflo 1

12. Handscond 1

13. Spatel Lidah 1

14. Alat Suntik 1

15. Hand sanitaezer 1

16. Bok Emergency 1

17. Spalek 1

18. Brangkar 1

19. Kasa Gulung 1

20. Cairan Infus 1

21. BAHAN 1

22. Buku Rujukan 1

23. Form Informed Consent 1


24. Rekam medis 1

25. SIPD 1

26. Buku Pedoman Sistem RUjukan 1


BAB IV

TATALAKSANA SISTEM PELAYANAN RUJUKAN

Tata laksana pelayanan meliputi lingkup kegiatan, metode, dan langkah

kegiatan diuraikan sebagai berikut.Sistem Pelayanan Rujukan di UPT

Puskesmas Ranugedang adalah kegiatan pelayanan rujukan mulai dari upaya

promotif dan preventif, .yang dilakukan di wilayah kerja UPT Puskesmas

Ranugedang. Upaya pelayanan ini dilaksanakan atas dasar hubungan antara

pelaksana rujukan dan individu/masyarakat yang membutuhkan.

Upaya sistem pelayanan rujukan di UPT puskesmas ranugedang dilakukan

sebagaimana dijelaskan berikut ini.

A. Tata Laksana Sistem Rujukan Pada Fasyankes Tingkat

Pertama

Proses rujukan dalam sistem rujukan di fasyankes tingkat pertama terdiri

atas proses merujuk ke fasyankes tingkat dua ataupun fasyankes

rujukan-antara ke puskesmas perawatan, RS Kelas D Pratama dan

RS Kelas D, serta menerima rujukan balik vertikal dari fasyankes

tingkat dua.

Proses di fasyankes tingkat pertama tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Rujukan Dari Fasyankes Tingkat Pertama ke Tingkat Dua Pasien

dengan masalah Kesehatan/penyakit yang berobat ke fasilitas

pelayanan Kesehatan perseorangan tingkat pertama, milik

pemerintah ataupun swasta dan memenuhi kriteria/alasan untuk

dirujuk, akan dirujuk ke Fasilitas rujukan terdekat yang mampu

memberikan layanan yang dibutuhkan pasien, sebagai solusi atas

penyakit/masalah Kesehatan nya, seperti di Unit Rawat Inap

Puskesmas daerah terpencil, atau RS kelas D Pratama, atau RS

Kelas D, atau RS Kelas C, dengan mempertimbangkan jenis


penyakitnya dan kondisi umumnya, serta kemudahan untuk

mengakses fasyankes rujukan terdekat.

Pasien yang telah dilayani di Fasyankes tingat pertama sesuai dengan

kebutuhan dalam mengatasi masalah /penyakitnya, apabila dapat

diselesaikan secara tuntas di fasyankes rujukan, harus dikembalikan

ke fasyankes yang merujuk, disertai resume proses dan hasil

pelayanan serta saran-saran tindak lanjutnya.

Akan tetapi bila ternyata di fasyankes rujukan dipertimbangkan pasien

harus dirujuk ke fasyankes yang lebih mampu, maka

prosedur rujukan kasus dilaksanakan sesuai dengan

ketentuannya. Proses rujukan kasus dari fasyankes tingkat pertama

ke fasyankes rujukan dua dan rujukan baliknya, digambarkan sebagai

berikut:

a. Proses merujuk pasien

1) Syarat merujuk pasien

Pasien yang akan dirujuk sudah diperiksa, dan disimpulkan bahwa kondisi

pasien layak serta memenuhi syarat untuk dirujuk, tanda-tanda vital

(vital sign) berada dalam kondisi baik/stabil serta transportable,

memenuhi salah satu syarat berikut untuk dirujuk:

a) Hasil pemeriksaan pertama sudah dapat dipastikan tidak mampu

diatasi secara tuntas di fasyankes

b) Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang

medis ternyata pasien tidak mampu diatasi secara tuntas ataupun

tidak mampu dilayani karena keterbatas kompetensi ataupun

keterbatasan sarana/prasarana.

c) Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap,

tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.


d) Apabila telah diobati di fasyankes tingkat pertama dan atau dirawat di

fasyankes perawatan tingkat pertama di Puskesmas perawatan/RS D

Pratama, ternyata masih memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan

atau perawatan di fasyankes rujukan yang lebih mampu, untuk

dapat menyelesaikan masalah/ Kesehatan nya dan dapat

dikembalikan ke fasyankes perujuk.

2) Prosedur standar merujuk pasien

a) Prosedur klinis:

1) Pada kasus non emergensi, maka proses rujukan mengikuti prosedur

rutin yang ditetapkan. Provider Kesehatan yang berwenang menerima

pasien di fasyankes tingkat pertama, melakukan anamnesa,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik yang mampu

dilakukan di fasyankes tingkat pertama, untuk menentukan Diagnosa

Utama/Diagnosis Kemungkinan, dan Diagnosis Banding, disertai

kelengkapan kode diagnosis untuk fasyankes tingkat pertama2.

2) Dalam kondisi pasien saat kedatangan dalam kondisi emergensi dan

membutuhkan pertolongan kedaruratan medik, petugas yang

berwenang segera melakukan pertolongan segera (prosedur life

saving) untuk menstabilkan kondisi pasien di fasyankes, sesuai

dengan Standar Prosedur Operasional (SPO)

3) Menyimpulkan bahwa kasusnya telah memenuhi syarat untuk dirujuk,

sebagaimana tercantum pada salah satu kriteria dalam syarat

merujuk pasien diatas.

4) Untuk mempersiapkan rujukan, kepada pasien/ keluarga perlu

diberikan penjelasan dengan bahasa yang dapat dimengerti

pasien/keluarga, dan informed concent sebagai bagian dari prosedur

operasional yang sangat erat kaitannya dengan prosedur teknis


pelayanan pasien harus dilakukan.

5) Penjelasan diberikan berkaitan dengan:

a) Penyakit/masalah Kesehatan pasien dan

b) kondisi pasien saat ini,

c) Tujuan dan pentingnya pasien harus dirujuk, Kemana pasien akan

dirujuk,

d) Akibat atau risiko yang mungkin terjadi pada kondisi Kesehatan

pasien ataupun keluarga/lingkungannya apabila rujukan tidak

dilakukan, dan keuntungan apabila dilakukan rujukan,

6) Rencana dan proses pelaksanaan rujukan, serta tindakan yang

mungkin akan dilakukan di fasyankes rujukan,

7) Hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh pasien/ keluarga,

8) Penjelasan-penjelasan lain yang berhubungan dengan proses rujukan

termasuk berbagai persyaratan secara lengkap, untuk memberi

kesempatan kepada pasien/keluarga mengambil keputusan secara

cerdas dalam mengatasi penyakit/masalah Kesehatan pasien.

9) Putusan akhir atas rencana pelaksanaan rujukan seperti

dijelaskan, ada pada pasien/ keluarga sendiri, apakah yang

berkepentingan setuju ataukah menolak untuk dirujuk ke salah satu

fasyankes rujukan sesuai dengan alur sistem rujukan yang

ditetapkan3. Kesepakatan akhir atas hasil penjelasan dinyatakan

dengan pembubuhan tanda-tangan dua belah pihak dalam format

Informed concent sesuai prosedur.

10) Atas persetujuan rujukan dari pasien/keluarga, provider berwenang

mempersiapkan rujukan dengan memberikan tindakan pra rujukan

sesuai kondisi pasien sebelum dirujuk berdasarkan SPO.

11) Menghubungi kembali unit pelayanan di fasyankes tujuanrujukan,


untuk memastikan sekali lagi bahwa pasien dapat diterima di

fasyankes rujukan atau harus menunggu sementara ataupun

mencarikan fasyankes rujukan lainnya sebagai alternatif.

12) Untuk pasien gawat darurat, dalam perjalanan rujukan ke fasyankes

yang dituju, harus didampingi provider yang kompeten dibidangnya

yang dapat memantau kondisi pasien sekaligus mengambil tindakan

segera bilamana diperlukan, dan sedapat mungkin selalu menjalin

komunikasi dengan fasyankes tujuan rujukan. Bagi pasien bikan

gawat darurat, perjalanan rujukan tidak perlu didampingi petugas

Kesehatan

13) Selama perjalanan pasien gawat-darurat, dalam kendaraan

pengantar petugas Kesehatan pendamping rujukan perlu

melengkapi kebutuhan obat dan peralatan medis/emergensi yang

diperkirakan dibutuhkan pasien selama dalam perjalanan rujukan

14) Kendaraan Puskesmas Keliling atau ambulans dan Provider

pendamping rujukan harus tetap menunggu pasien di IGD tujuan

sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan

keputusan apakah harus dirawat inap atau rawat jalan di

Fasyankes rujukan, atau dapat dipulangkan langsung dengan

saran- saran tindak-lanjut penanganan oleh fasyankes perujuk.

15) Apabila tersedia perangkat Teknologi Komunikasi (Radio

medik)/Teknologi Informasi Komunikasi (Tele Medikine/e-health/u-

health) dalam suatu Sistem Rujukan, dapat dimanfaatkan untuk

kelancaran merujuk pasien:

a) Untuk mendapatkan saran-saran dalam mem- persiapkan rujukan

pasien, melakukan tinda- kan pra-rujukan, sebelum pasien dirujuk,

b) Proses konsultasi melalui Radio-komunikasi Medik ataupun Tele


Medikine/e-Health, dapat dilanjutkan selama perjalanan rujukan ke

fasyankes rujukan bila pasien dapat dirujuk (transportable),

c) Bila kondisi pasien tidak dapat dirujuk (tidak transportable), atau

kondisi geografis tidak memungkinkan melakukan rujukan segera,

maka fasyankes rujukan dapat memberikan saran atas permintaan

rujukan dari fasyankes perujuk, dan atau panduan atas tindakan yang

terpaksa harus dilakukan segera pada pasien bersangkutan.

d) Langkah-langkah dan ketentuan melakukan rujukan menggunakan

perangkat teknologi dimaksud akan diatur tersendiri, melengkapi

pedoman sistem rujukan.

b) Prosedur administratif rujukan

1) Dilakukan sejalan dengan prosedur teknis pada

2) pasien,

3) Melengkapi catatan rekam medis pasien, setelah tindakan untuk

menstabilkan kondisi pasien pra-rujukan,

4) Setelah provider berwenang memberikan penjelasan secara lengkap

dan pasien/keluarga telah memberikan keputusan akhir, setuju

ataupun menolak untuk dirujuk, maka format informed concent secara

prosedur administratif rujukan harus dichek ulang kelengkapannya,

antara lain adanya tanda tangan dua-belah pihak, provider

berwenang dan pasien/keluarga, baik bagi pasien/keluarga yang

setuju dirujuk maupun yang menolak untuk dirujuk.

5) Selanjutnya format informed concent yang telah ditanda-tangani

tersebut disimpan dalam rekam medik pasien bersangkutan. Bila

telah digunakan perangkat TIK/ICT, format informed concent dapat

dilengkapi dengan foto, rekaman pembicaraan proses pengambilan

keputusan, dan lainnya.


6) Apabila pasien/keluarga setuju untuk dirujuk, maka fasyankes perujuk

membuat surat rujukan pasien rangkap 2 (form 1).

a) Lembar pertama dikirim ke fasyankes rujukan bersama pasien.

b) Lembar dua disimpan sebagai arsip, bersama rekam medik pasien

bersangkutan.

7) Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien,

8) Administrasi pengiriman pasien harus diselesaikan, ketika pasien

akan segera dirujuk.

c) Prosedur operasional merujuk pasien

1) Menyiapkan sarana transportasi rujukan, dan akan lebih baik bila

dilengkapi dengan perangkat komunikasi radio ataupun TIK/ICT yang

dapat menghubungkan fasyankes tujuan rujukan dengan fasyankes-

fasyankes perujuk termasuk Puskesmas Keliling/Ambulans yang

sedang berjalan merujuk pasienSetiba pasien di fasyankes penerima

rujukan, bila selanjutnya diputuskan bahwa pasien akan

ditangani di Fasyankes rujukan, maka provider pendamping rujukan

secara formal akan menyerahkan tanggung-jawab penanganan

pasien pada provider berwenang di fasyankes rujukan.

2) Setiba pasien di fasyankes penerima rujukan, bila selanjutnya

diputuskan bahwa pasien akan ditangani di Fasyankes rujukan,

maka provider pendamping rujukan secara formal akan

menyerahkan tanggung-jawab penanganan pasien pada provider

berwenang di fasyankes rujukan.

2. Tindak Lanjut Atas Rujukan-Balik dari Fasyankes Tingkat Dua

a. Prosedur klinis

1) Menerima kembali rujukan balik di fasyankes tingkat pertama, dari

fasyankes tingkat dua, dapat dilakukan sebagai berikut:


a) Fasyankes tingkat pertama seharusnya sudah menerima

informasi tentang rencana rujukan balik pasien dari fasyankes terujuk,

melalui perangkat komunikasi yang tersedia (telephon, radio-medik,

TIK/ICT, dan lainnya),

b) Atas informasi yang didapat dari surat rujukan balik yang diserahkan

pasien/keluarga, fasyankes tingkat petama, menyusun rencana

tindak lanjut pelayanan pasien berdasar saran-saran dalam surat

jawaban rujukan balik

c) Dilakukannya pelayanan pasien rujukan balik sesuai rencana

d) Menindak-lanjuti saran fasyankes rujukan yang berkaitan dengan

penyakit/ masalah Kesehatan pasien yang kemungkinan

berkaitan ataupun berdampak terhadap Kesehatan masyarakat dan

Kesehatan lingkungannya

e) Dalam memantau kondisi perkembangan Kesehatan pasien, maka

dokter dan tenaga keperawatan serta tenaga Kesehatan lainnya di

fasyankes tingkat pertama, akan berkolaborasi dalam pelayanan

tindak- lanjut pasien dan lingkungannya, baik pelayanan di fasyankes

tingkat pertama ataupun tindak lanjutnya di rumah pasien.

f) Pada waktu yang ditentukan untuk pasien rujukan balik yang harus

dirujuk ulang, fasyankes tingkat pertama mempersiapkan pasien/

keluarganya untuk dapat dirujuk ulang ke fasyankes rujukan

g) Apabila TIK/ICT telah dimanfaatkan, penerimaan kembali pasien

rujukan balik akan lebih mudah serta cepat, sehingga tindak lanjut

pelayanan akan lebih mudah disusun dan diikuti pelaksanaannya.

2) Atas pasien yang dinyatakan kurang/tidak tepat dirujuk, dan telah

dilayani di fasyankes tingkat dua sebelum dirujuk balik,

diupayakan untuk :
a) Mengevaluasi diri atas ketelitian dalam melakukan pemeriksaan dan

menegakkan diagnosis

b) Mengetahui batasan-batasan yang ditetapkan untuk pelayanan di

tingkat pertama dan batasan untuk merujuk

c) Melaporkan dan berkonsultasi kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/kota, bilamana dianggap perlu

3) Atas pasien yang pulang paksa dan telah dilaporkan oleh fasyankes

tingkat dua:

a) Pasien yang dirujuk, setelah mendapatkan pelayanan di klinik, dalam

periode pelayanan rawat jalan, ataupun selama periode rawat inap,

kemungkinan dapat keluar dari fasyankes dengan “pulang paksa”

karena berbagai alasan.

b) Atas informasi yang diperoleh dari fasyankes rujukan, provider

Kesehatan tingkat pertama perlu menelusuri/ melacak keberadaan

pasien pulang paksa tersebut dan mengetahui alasan mengapa

pasien/keluarga memilih untuk pulang paksa

c) Berupaya untuk membantu pasien/keluarga mencari solusi terbaik

atas masalah yang dihadapi sehubungan dengan kejadian pulang

paksa tersebut, sekaligus mengevaluasi dan memperbaiki

penyelenggaraan pelayanan sekaligus sistem rujukannya

pada fasyankes tingkat pertama dan rujukan. Kejadian tersebut perlu

menjadi topik bahasan dalam rapat koordinasi.

4) Atas pasien yang meninggal, tergantung penyebab

kematiannya dan saran dari fasyankes rujukan:

a) Dilakukan telusur/identifikasi masalah untuk kasus tertentu yang

dipandang perlu untuk diketahui latar belakang masalahnya, dalam

upaya promotif dan preventif di keluarga maupun dikomunitasnya/ di


masyarakatnya, seperti misalnya fenomena 3 . Terlambat) pada

kematian maternal, yaitu Terlambat mengambil keputusan di

keluarga, Terlambat dalam transportasi rujukan dan Terlambat

mendapatkan pertolongan di fasyankes rujukan, termasuk penyakit-

penyakit lainnya khususnya dalam kondisi emergensi.

b) Untuk kondisi tertentu dapat ditindak-lanjuti dengan pelayanan

Kesehatan pada keluarga, kelompok dan masyarakat serta

lingkungannya

c) Kematian akibat penyakit menular, perlu segera dilaporkan sejak

pasien didiagnosis, dan khusus untuk kematian tertentu, pemulasaran

jenazah perlu dijelaskan pada keluarga

d) Kasus kematian akan menjadi topik bahasan dalam rapat bulanan

fasyankes perujuk, fasyankes terujuk, maupun rapat koordinasi, dan

bilamana dipandang perlu menjadi topik bahasan lintas sektoral.

e) Kasus kematian pasien rujukan dengan penyakit- penyakit menular

yang perlu diberitahukan kepada fasyankes tingkat pertama

bukan hanya dari fasyankes tingkat dua melainkan juga dari

fasyankes tingkat tiga.

5) Atas pasien yang “hilang” berdasarkan laporan dari

fasyankesrujukan, perlu dilakukan telusur oleh penanggung-

jawab wilayah binaan di fasyankes tingkat pertama puskesmas

ataupun fasyankes tingkat pertama non puskesmas lainnya.

b. Prosedur administratif

1) Dilakukan sejalan dengan prosedur teknis pada pasien rujukan balik:

a) Melengkapi catatan rekam medis dan keperawatan pasien semula

saat dirujuk, dengan

(1) Catatan dari balasan surat rujukan balik fasyankes rujukan


(2) Catatan dari pelayanan tindak lanjut yang dilakukan fasyankes tingkat

pertama atas saran yang diberikan dalam surat balasan rujukan balik

b) Memasukkan dalam register pelayanan pasien sebagai

dokumentasi serta bahan penyusunan laporan fasyankes perujuk.

c) Membuat laporan penyelenggaraan sistem rujukan, khususnya

rujukan balik pasien dari fasyankes dua dan lainnya

2) Data yang berhubungan dengan pengiriman pasien rujukan dan

data tentang pasien rujukan balik, akan menjadi bahan untuk

melakukan evaluasi kinerja baik secara mandiri maupun dengan

bantuan supervisor, dalam rangka perbaikan dan peningkatan kinerja.

c. ProseZdur operasional

1) Setiap pasien yang dirujuk ke fasyankes yang lebih mampu perlu

dipantau kemajuan/penanganannya di fasyankes tujuan rujukan,

sehingga fasyankes tingkat pertama mengetahui kondisi pasien yang

dirujuk dan berupaya untuk tahu kapan akan dirujuk balik dari

fasyankes tingkat dua, dalam kondisi bagaimana, yang datanya dapat

diperoleh dari fasyankes rujukan.

2) Dengan demikian fasyankes tingkat pertama siap menerima

kembali rujukan balik pasien yang dikirimkan sebelumnya.

Fasyankes tingkat pertama bersama fasyankes tingkat kedua

memfasilitasi pasien dalam proses rujukan balik pasien

3) Memfasilitasi berfungsinya sistem rujukan secara timbal balik

berkesinambungan melalui pemantauan penyelenggaraan rujukan

pasien dan rujukan baliknya


A.2. Alur Upaya Pelayanan Rujukan POLI, UGD dan RANAP

ALURMelakukan
PELAYANAN RUJUKAN
kajian awal

Melakukan pemeriksaan fisik

Menegakkan diagnosis

Memastikan pasien yang


dirujuk
sesuai criteria

Menginformasikan alasan
dirujuk dan alternative
tempat rujukan kepada
keluarga

Menandatangani Menandatangani
penolakan rujukan bila persetujuan rujukan bila
menolak setuju

Membuat resume klinis

Mengisi rujukan
eksternal

Memonitoring pasien
UGD dan rawat inap
diambulance Unit rawat jalan

Berkoordinasi dengan
fasilitas rujukan
Mengisi buku kendali
rujukan
Mengisi buku kendali
rujukan
Mendampingi pasien
diambulance ke tujuan
ke faskes sampai
selesai

C. Pencatatan Dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan untuk mendokumentasikan kegiatan upaya

pelayanan program gizi di dalam dan di luar gedung ammenggunakan

instrumen antara lain :

1. Buku register .

2. Rekapitulasi hasil kegiatan.

3. Buku kunjungan .

4. Laporan Bulanan.

D. Monitoring dan Evaluasi

Seluruh kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan

pasien rujukan dimonitoring dan dievaluasi oleh ketua tim, tim

manajemen mutu dan Kepala Puskesmas. Evaluasi dilakukan tiap 3

bulan.

MENGETAHUI PENANGGUNG JAWAB


KEPALA UPT PUSKESMAS PROGRAM KESELAMATAN
RANUGEDANG UPT PUSKESMAS RANUGEDANG

................................................... …………………………………….
BAB V
LOGISTIK
Logistik dalam hal ini diartikan bahan ketersediaannya diperlukan dalam
upaya Siate pelayanan Rujukan.
A. Bahan Habis Pakai Untuk Rujukan
1. Register
2. Blanko
3. Kertas HVS
B. Obat / barang Untuk Rujukan .
1. Alat Tulis
2. barngkar
3. Komputer
4. Ambulance
5. Nasal kanul / masker oksigen
6. Cervical Collar
7. Ambulance
8. Oksigen
9. Infuset
10. Surflo
11. Handscond
12. Spatel Lidah
13. Lembar rujukan
14. Alat Suntik
15. Hand sanitaezer
16. Bok Emergency
17. Spalek
18. Brangkar
19. Kasa Gulung
20. Cairan Infus
C. Pencatatan dan Pelaporan
Untuk pelaksanaan pencatatan dan pelaporan rujukan menggunakan
buku rujukan interal dan eksternal, buku register dan aplikasi
SISRUTE.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
Puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk assesmen
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya sebagai implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Tujuan penerapan keselamatan pasien adalah terciptanya budaya
keselamatan pasien, meningkatkan akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien
dan masyarakat, menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas,
terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Pelayanan upaya sistem pelayan rujukan memperhatikan standar
keselamatan pasien yang meliputi :
1. Hak pasien.
2. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Rujuakan
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
6. Peran liader kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Tujuan
Keselamatan kerja perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh semua
petugas, yang bertujuan:
1. Petugas di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran
infeksi.
2. Petugas di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas
harus menerapkan prinsip Universal Precaution.

B. Tindakan yang Beresiko


Berikut ini beberapa tindakan yang dapat menyebabkan petugas
terjangkit infeksi:
- Cuci tangan yang kurang benar.
- Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
- Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
- Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
- Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
- Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
C. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur universal precaution dalam kaitan
keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene
sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang.
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan
guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bebas pakai.
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu layanan yang digunakan di pelayanan sistem rujukan UPT
Puskesmas Ranugedang adalah sebagai berikut :
1. Kepuasan pelanggan 100%. Tujuannya terselenggaranya pelayanan
sistem rujukan yang mampu memberikan kepuasan pelanggan.
Pengendalian mutu akan dipantau oleh Tim Mutu UPT Puskesmas
Ranugedang melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan, pencapaian
pengendalian mutu, dibahas dalam pertemuan manajemen dan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas.
BAB IX
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang
sebagai penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara
untuk melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau
penyakit. APD yang digunakan untuk petugas rujukan selama Pandemi
Covid-19 yaitu APD level 1.
Jenis APD tergantung dari tupoksi (tugas pokok dan fungsi)
1) Level 1 : Merujuk pasien dengan tidak di sertai gejala covid-19 dan
hasil rapid AG negativ
2) Level 2 : Merujuk pasien dengan adanya gejala C-19 tapi hasil
negativ
3) Level 3 : Merujuk pasien dengan adanya gejala C-19 hasil positif dan
pasien isolasi
Donning APD adalah tehnik memasang atau menggunakan APD.
Tahapan donning APD :
1) Baju surgical scrub
2) Cuci tangan
3) Head cover
4) Masker
5) Sarung tangan dalam
6) Baju gaun sekali pakai/baju hazmat
7) Sarung tangan luar
8) Kacamata atau face shield
9) Kencangkan baju hazmat
10) Sepatu boot atau shoe cover
Doffing APD adalah tehnik melepaskan APD.
Tahapan doffing APD (selalu lakukan cuci tangan menggunakan alkohol
70% diantara tiap tahapan) :
1) Sarung tangan luar
2) Sepatu dengan shoe cover atau sepatu boot
3) Baju gaun sekali pakai/baju hazmat
4) Kacamata atau face shield
5) Masker
6) Head cover
7) Sarung tangan dalam
Tambahan fasilitas sebagai rekomendasi bersyarat memerlukan perhatian
terkait pengelolaan di ruang Praktik Dokter Gigi:
• Penggunaan HVE portable
• Penggunaan lampu UV-C
HVE Portable
HVE dapat mengatasi pengurangan aerosol tetapi teknis dan spesifikasi
harus dipertimbangkan oleh dokter gigi dalam menggunakan HVE. Dokter gigi
perlu memeriksa kekuatan dan volume aliran udara HVE secara berkala, karena
ada HVE dengan sistem yang memiliki aliran udara bersih dan menunjukkan
aliran udara yang cukup tetapi ternyata dalam pengukuran statis tekanan vakum

(mmHg) tekanan yang ada sangat rendah. HVE dengan pola sistem seperti ini,
akan menghasilkan arus balik yang tidak diharapkan
Gambar HVE Portable

UV-C
Pertimbangkan penggunaan iradiasi ultraviolet (UV) pada ruang praktik
sebagai ambahan untuk pembersihan udara yang lebih tinggi. Paparan UV-C
menyebabkan inaktivasi parsial dalam waktu 1 menit paparan, yang semakin
meningkat efektivitasnya dalam watu 6 menit paparan, sehingga jumlah virus
(viral load) berkurang hingga 400 kali lipat. Setelah 15 menit, virus menjadi
seluruhnya mati (<1.0TCID50(log10) per mL.
Sekat Penghalang
Pasang penghalang kaca, plastik atau fiber pada meja bagian penerima
tamu (recepsionist/front office). Pastikan ketersediaan masker dan hand
sanitizer yang cukup dan tisu kertas di meja pendaftaran, serta tempat sampah
infeksius.

Gambar Sekat Penghalang


Disinfeksi
Disinfeksi menggambarkan suatu proses yang menghilangkan banyak atau
semua mikroorganisme patogen, kecuali spora bakteri pada benda mati. Dalam
pengaturan layanan kesehatan, objek biasanya didisinfeksi dengan cairan kimia
atau pasteurisasi basah. Bahan yang digunakan sebagai bahan disinfeksi
disebut disinfektan.
Disinfeksi alat yang sudah dipakai Disinfektan permukaan alat dapat
menggunakan campuran air dan detergen atau sodium hipoklorit 5% dengan
perbandingan 1:100 (konsentrasi final sebesar 0,05%) selama 1 menit. Untuk
barang dengan permukaan yang kecil, dapat dibersihkan menggunakan etanol
70% atau detergen dan air selama 10 menit.
Instrumen. Instrumen bedah dan instrumen lain yang biasanya berkontak
dengan jaringan lunak atau tulang (misalnya, ekstraksi forceps, pisau bedah,
chisel (pahat tulang), scaler periodontal, dan bur bedah, alat diagnostik)
digolongkan critical item. Instrumen yang tidak untuk menembus jaringan lunak
mulut atau tulang (seperti burniser (kondensor amalgam) dan three way
syringe), tetapi tetap dapat berkontak dengan mukosa, diklasifikasikan sebagai
semi critical item dan disterilkan dengan panas atau sekurang-kurangnya
dengan air detergen, etanol atau disinfektan kimia lainnya.
Handpiece. Khusus handpieces yang tahan panas, dapat disinfeksi
menggunakan uap tekanan tinggi (autoklaf), uap kimia (formaldehida), dan
panas kering (contoh 320F atau 160C selama 2 jam). Handpiece yang tidak
tahan panas, dapat didisinfeksi alkohol 70% atau hidrogen peroksida 1%.
Baju. Bahan pakaian yang dapat dipakai ulang (surgical scrub, baju
hazmat, leg cover, plastic shoe cover), disinfeksi dengan cara mencuci
menggunakan detergen dan air (direndam 30 menit). Sebaiknya penggunaan
jenis bahan pakaian ini mengikuti anjuran yang berlaku seperti bahan yang tidak
mudah tembus air dan kedap pori terhadap partikel virus.
Ruangan. Pembersihan lingkungan kerja dan lingkungan lain meliputi
brangkar ambulance tempat tidur pasien, ruangan, dan sebagainya, dengan
menggunakan swab (kain lap) alkohol 70%, Pembersihan dan disinfeksi area
sarana dan prasarana rujukan dilakukan setelah pasien (tanpa, dicurigai atau
terkonfirmasi COVID-19) keluar dari ambulance dan ambulance selanjutnya
baru dapat dimasuki atau siap pelayanan lagi setelah 15 menit pembersihan.

BAB X
PENUTUP
Dokumen ini dibuat untuk kelancaran pelaksanaan rencana layanan klinis
diharapkan dengan adanya dokumen ini dapat dibuat prosedur yang mendukung
kinerja pemberi Sistem Pelayanan Rujukan.
Keberhasilan Sistem Pelayanan Rujukan dapat terwujud apabila
dilaksanakan secara terintegrasi baik lintas program maupun lintas sektoral dan
secara terarah dan berkesinambungan.
Dengan dibuatnya Pedoman Sistem Pelayanan Rujukan di UPT
Puskesmas Ranugedang ini dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
pelayanan rujukan sehingga di harapkan dapat membantu peningkatan derajat
kesehatan dan mutu pelayanan di UPT Puskesmas Ranugedang.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang ikut terlibat
hingga tersusunnya pedoman ini.

Anda mungkin juga menyukai