Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KOTA PAREPARE

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LAULENG BUKIT HARAPAN
Jln. Jurusan Pinrang KM. 4 Parepare 91132
email: pkmlauleng@yahoo.com

SURAT KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAULENG BUKIT HARAPAN
Nomor :

TENTANG

SISTEM PELAYANAN RUJUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA UPTD PUSKESMAS LAULENG BUKIT HARAPAN,
,
Menimbang : a. bahwa untuk mencapai hasil pelayanan klinis yang optimal
dan sesuai harapan pasien, perlu adanya kesinambungan
pelayanan ;
b. bahwa untuk peningkatan pelayanan di tingkat puskesmas
perlu adanya penetapan sistem Pengeloaan Rujukan;
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b tersebut diatas
maka perlu ditetapkan surat keputusan Kepala UPTD
Puskesmas Lauleng Bukit Harapan tentang Sistem
Pelayanan Rujukan;
Mengingat : 1. UU Nomor 29 Tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. UU Nomor 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan No.1691 Tahun 2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128 Tahun 2004
tentang Kebijakan Dasar Puskesmas;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 001
Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013
tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan
Nasional;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas;
10. Peraturan Menteri Kesehatan No.11 tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien;
11. Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI tahun 2012 tentang Pedoman Sistem Rujukan
Nasional .

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS LAULENG BUKIT
HARAPAN TENTANG SISTEM PELAYANAN RUJUKAN;
Kesatu : Untuk kelancaran sistem Pengelolaan Rujukan dibuat
Pedoman Sistem rujukan sebagaimana terlampir yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
dilakukan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Parepare
Pada tanggal
KEPALA,

HASLINDAH KADIR

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA


PUSKESMAS
NOMOR :
TANGGAL :

SISTEM PELAYANAN RUJUKAN

1. Prosedur Rujukan Pasien dari Puskesmas ke RS

A. Prosedur Klinis:

 Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


medik untuk menentukan diagnosis utama dan diagnosis banding.
 Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan Standar
Prosedur Operasional (SOP).
 Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan dan memastikan bahwa
unit pelayanan tujuan dapat menerima pasien
 Untuk pasien gawat darurat harus didampingi tenaga kesehatan yang
kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
 Pasien (pada point 4) diantar dengan kendaraan ambulans dan diserah
terimakan oleh petugas, agar petugas dan kendaraan pengantar tetap
menunggu sampai pasien di UGD mendapat kepastian pelayanan,
apakah akan dirujuk atau ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan
setempat.
 Rujukan kasus yang memerlukan standart kompetensi tertentu (sub
spesialis) Pemberi Pelayanan Kesehatan tingkat I (Puskesmas) dapat
merujuk langsung ke rumah sakit rujukan yang memiliki kompetensi
tersebut

B. Prosedur Administratif:

 Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan medis.


 Membuat rekam medis pasien.
 Menjelaskan/memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan
rujukan)
 Membuat surat rujukan pasien rangkap 3, lembar pertama dikirim ke
tempat rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua
untuk surat rujukan balik ke puskesmas, dan yang ke 3 untuk arsip
pasien.
 Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
 Menyiapkan sarana transportasi
 Menghubungi rumah sakit yang akan dituju dengan menggunakan
sarana komunikasi dan menjelaskan kondisi pasien.
 Pengiriman dan penyerahan pasien disertai surat rujukan ke tempat
rujukan yang dituju.
C. Prosedur Operasional menerima rujukan balik pasien.
1. Prosedur Klinis:

 Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit


yang terakhir merawat pasien tersebut.
 Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan
memantau kondisi klinis pasien sampai sembuh.
2. Prosedur Administratif:
Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di
buku register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam
medis pasien yang bersangkutan dan memberi tanda tanggal / jam telah
ditindaklanjuti.
3. Prosedur Pengelolaan pasien di ambulans
 Pasien yang dirujuk didampingi oleh petugas kesehatan yang mampu
mengawasi dan antisipasi kegawatdaruratan.
 Di dalam ambulan tersedia sarana prasarana life saving ( sesuai kondisi
pasien ).
 Adanya komunikasi antar petugas yang ada di ambulan dengan rumah
sakit perujuk.
 Pengoperasian mobil ambulan sesuai aturan lalu lintas, untuk pasien
emergensi petugas ambulan menyalakan lampu rotari, lampu jarak
dekat dan sirene nomor 4.
 Perkembangan dan tindakan yang diberikan terhadap pasien di dalam
ambulance dicatat dalam catatan perkembangan pasien pada lembar
monitoring rujukan.

4. Prosedur sistem informasi rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit:


a. Surat Rujukan
Tersedia informasi tentang kerjasama dengan fasilitas rujukan lain.
Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan
pengirim dan dicatat dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan ke
dokter tujuan rujukan, yang berisikan antara lain: no rujukan, nama
puskesmas/dokter keluarga, nama kabupaten/kota, nama pasien yang
dirujuk, status jaminan kesehatanyang dimiliki pasien baik pemerintah
maupun swasta, diagnosa, tindakan dan obat yang telah diberikan,
termasuk pemeriksaan penunjang diagnostik,kemajuan pengobatan,
nama dan tandatangan dokter/bidan yang memberikan pelayanan
serta keterangan tambahan yang dianggap perlu dan penting.
b. BalasanRujukan
Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah merawat
pasien rujukan tulisan balasan rujukan harus jelas dan dapat dibaca
oleh petugas kesehatan di Puskesmas. Surat balasan rujukan yang
dikirimkan kepada pengirim pasien rujukan, memuat : nomor surat,
tanggal, status jaminan kesehatan yang dimiliki, tujuan rujukan
penerima, nama dan identitas pasien, hasil diagnosa setelah dirawat,
kondisi pasien saat keluar dari perawatan dan tindak lanjut yang
diperlukan. (format surat balasan rujukan terlampir).

5. Prosedur Rujukan Gawat Darurat untuk Kasus KIA

Rujukan pada kasus KIA sangatlah sensitif karena menyangkut dua


nyawa, dimana pasien datang berdua dan haruslah kembali minimal 2
orang atau lebih tidak boleh kurang. Sehingga kecepatan rujukan sangat
penting, terutama untuk kasus-kasus gawat darurat. Pada awal
kehamilan tenaga medis yang melakukan ANC baik bidan maupun dokter
umum di puskesmas harus memberikan edukasi apakah ibu termasuk
dalam kategori beresiko seperti memiliki :

 Hiperemesis Gravidarum
 Hipertensi Dalam Kehamilan
o Hipertensi dalam kehamilan
o Pre-eklamsi
 Gejala dan Penyakit lain yang memerlukan manajemen khusus
o Sesak
o Riwayat Diabetes Melitus
o Memiliki Resiko HIV
o Demam Tinggi
o dll
 Pertumbuhan janin terhambat (PJT) : tinggi fundus tidak sesuai usia
kehamilan
 Kelainan kehamilan (hubungan yang abnormal antara janin dan
panggul)
o Gemelli
o Kelainan letak, posisi
o DKP (Disproporsi Kepala Panggul)

Apabila terdapat ibu hamil dengan kasus tersebut maka wajib bagi
puskesmas untuk mengedukasi ibu agar melakukan persalinan di Rumah
Sakit PONEK terdekat dari lokasi tinggal, tidak di puskesmas, hal ini perlu
dilakukan agar penanganan kegawatan dapat segera diberikan.

Namun untuk kasus – kasus gawat darurat seperti

 Perdarahan pada kehamilan dini


o Abortus imminen
o Abortus inkompletus dan missed abortion
o Mola hidatidosa
o Kehamilan Ektopik
o Abortus kompletus
 Perdarahan Pada Trimester 3
 Perdarahan Ante Partum
o Abrupsio Plasenta
 Perdarahan Post Partum
o Atonia Uteri
o Retensi Plasenta
o Ruptur Perineum Derajat Iii –Iv Atau Robekan Serviks
 Hipertensi (PEB atau Eklampsia)
 Penyulit Pada Persalinan
o Tali Pusat Menumbung
o Fetal Distress
o Distosia Bahu
o Presentasi Majemuk
 Penyakit Lain Yang Mengancam Keselamatan Ibu Bersalin
o Sesak ( Asma Serangan )
o Krisis Tiroid
o Demam Tinggi/Ketuban Pecah8 Jam
 Persalinan Pre-Term <37 Minggu
 Partus Macet/Kemajuan Persalinan Tidak Normal
o Grafik Partograf Menunjukan Persalinan Mendekati Garis Bertindak
o Persalinan Per Vaginam melalui Induksi Atau Stimulasi
o Persalinan Pervaginam Dengan Tindakan

Pada kasus-kasus gawat darurat tersebut puskesmas atau bidan dapat


segera merujuk ke Rumah Sakit PONEK terdekat untuk segera dilakukan
tindakan, tanpa perlu menelepon, dan Rumah Sakit PONEK wajib
melakukan tindakan pada pasien itu. Pertimbangan untuk memilih Rumah
Sakit PONEK adalah
 Jarak yang dekat
 Kompetensi serta kelengkapan peralatan rumah sakit
 Jaminan kesehatan yang dapat digunakan, apabila RS PONEK tujuan
bekerja sama dengan BPJS maka lebih baik

6. Prosedur Administratif rujukan KIA pada ibu yang diprediksi


bermasalah:
 Puskesmas atau bidan melaporkan daftar ibu-ibu gawat darurat ke
sudinkes melalui laporan K1-K4
 Dinas Kesehatan menyerahkan data ibu-ibu kelompok A ke RS PONEK
24 jam untuk persiapan pelayanan medis sesuai pedoman pelayanan
klinis (PPK) atau clinical guidelines yang dikembangkan oleh tim klinik.
 Dilakukan perencanaan persalinan di RS PONEK oleh tim rujukan.
Pertemuan perencanaan minimal dilakukan sebulan sekali, sekaligus
sebagai monitoring.
 Dilakukan koordinasi dengan Dokter Spesialis yang memimpin rapat-
rapat teknis medik di RS untuk menyiapkan tindakan kepada ibu-ibu
yang akan masuk ke RS.
 Pada hari yang ditentukan ibu-ibu yang bermasalah diantar sehingga
ibu-ibu ini dapat sampai di rumahsakit dan mendapat pelayanan.
Dimasyarakat perlu ada tim pengantar. Tim pengantar ini sebaiknya
didanai oleh masyarakat. Bidan desa akan mengantar sampai ke
rumahsakit dan melakukan serah terima.
 Setelah mendapat pelayanan persalinan di rumahsakit, ibu dan bayi
yang selamat akan kembali ke rumah dengan pengantaran dari
rumahsakit atau dijemput kembali oleh masyarakat.
 Dengan demikian Ibu-ibu yang termasuk ke dalam kelompok
bermasalah perlu mendapat rujukan terencana, karena merupakan
kasus yang telah diprediksi dapat menimbulkan komplikasi apabila
ditangani di fasilitas kesehatan primer atau oleh bidan.
 Ibu-ibu yang bermasalah dapat pula bersalin dengan normal, apabila
ternyata tidak terjadi komplikasi yang telah diprediksi sebelumnya

7. Prosedur administratif Rujukan KIA pada ibu dengan kondisi Gawat


Darurat

 Puskesmas/bidan menerima ibu hamil yang akan bersalin


 Apabila ternyata ada penyulit pada persalinan, maka bidan/dokter
penolong pertama harus memutuskan secara cepat dan tepat untuk
melakukan rujukan setelah dilakukan stabilisasi
 Pasien / ibu bersalin yang telah didiagnosis memiliki komplikasi
pada persalinan segera dipersiapkan untuk dirujuk ke rumah sakit
PONEK
 Bidan menelpon atau SMS ke RS PONEK 24 jam sembari merujuk
pasien

8. Prosedur Rujukan Khusus untuk Pasien dengan kondisi sakit


menetap

Pasien yang termasuk dalam kategori ini adalah pasien dengan kondisi
sakit menetap sehingga dikhawatirkan mobilisasi terlalu banyak dapat
memperburuk kondisinya tersebut. Contoh kondisi pasien yang masuk
didalam kategori ini adalah

 Pasien dengan penyakit kanker yang memerlukan kemoterapi rutin


 Pasien dengan cacat tubuh menetap
 Pasien gagal ginjal kronis yang membutuhkan cuci darah rutin
 Pasien lain dengan kondisi sakit menetap

9. Prosedur Administratif:

 Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip sebagai


pasien dengan kondisi tetap
 Pasien dapat dirujuk tanpa perlu datang ke puskesmas

Ditetapkan di Parepare
Pada tanggal
KEPALA,

HASLINDAH KADIR

Anda mungkin juga menyukai