Anda di halaman 1dari 20

PEDOMAN INTERNAL

PELAYANAN PROGRAM GIZI


DI UPT PUSKESMAS RANUGEDANG

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PROBOLINGGO

UPT PUSKESMAS RANUGEDANG


JL. RAYA PESAWAHAN, KEC.TIRIS67287

Email : pkm.ranugedang@gmail.com
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

SISRUTE (Sistem Rujukan Terintegrasi) merupakan proses rujukan antar

fasilitas pelayanan kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi

berbasis internet yang dapat menghubungkan data pasien dari tingkat layanan

lebih rendah ke tingkat layanan lebih tinggi atau sebaliknya serta sederajat

(horizontal maupun vertikal) dengan tujuan untuk mempermudah dan

mempercepat proses rujukan pasien

1.2 Tujuan Pedoman

Tujuan Umum :

Terintegrasinya sistem informasi rujukan pada seluruh fasilitas kesehatan

baik primer, sekunder maupun tertier (puskesmas/Klinik dan

RS),Peningkatan mutu layanan dengan sistem informasi rujukan terintegrasi

Tujuan Khusus :
Peningkatan mutu layanan dengan sistem informasi rujukan terintegrasi .

1.3 Sasaran Pedoman

Pedoman pelayanan dengan sistem informasi rujukan terintegrasi ( sisrute )

ini disusun untuk digunakan oleh :

1. Pelaksana pj sisrutePuskesmas.

2. Tenaga pelaksana lain yang terkait di UPT Puskesmas Ranugedang.


1.4 Ruang Lingkup Pelayanan

Ruang Lingkup Pelayanan meliputi :

1. Pelayanan Rujukan UGD

2. Pelayanan Rujukan Rawat Inap


3. Pelayanan Rujukan KABER dan NIFAS.

4. Pencatatan dan pelaporan Aplikasi.

5. Monitoring dan evaluasi Aplikasi.


1.5 Batasan Operasional

1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah


Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya.

2. Upaya Kesehatan Perorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu


kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan

untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan

penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan.

 Memberikan pelayanan konsultasi gizi kepada masyarakat yang membutuhkanya

3. Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap


kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan

menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,

kelompok, dan masyarakat.

 Frekwensi penyuluhan di posyandu / lembaga/Institusi lain.

4. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu yang memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya keseha

5. Pelaksana Gizi adalah lulusan minimal pendidikan Diploma Gizi (DIII Gizi)
didalam maupun diluar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik

Indonesia sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan.


6. Mutu adalah kemampuan untuk memenuhi persyaratan berdasarkan karakteristik yang
dimiliki suatu produk.

1.6 Landasan Hukum Pelayanan Gizi di Puskesmas

1. Undang-Undang nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

2. Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi Covid-19.


2020.DirektoratPelayananKesehatanPrimerKementrianKesehatan.

3. PP nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif4.


 
5. Permenkes nomor 155 tahun 2010 tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat
(KMS) Bagi Balita5.
 

 
6 Permenkes nomor 26 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan
Praktik Tenaga Gizi6.
 
7 Permenkes no 39 tahun 2013 tentang Susu Formula Bayi dan Produk Bayi
Lainnya7.
 
8. Permenkes nomor 23 tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat8.
 
9. Permenkes nomor 25 tahun 2014 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Anak9.
 
10.Permenkes nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang10.
 
11.Permenkes nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat11.
 
12.Permenkes nomor 88 tahun 2014 tentang Standar Tablet Tambah Darah bagi
Wanita Usia Suburdan Ibu Hamil12.
 
13.Permenkes nomor 97 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Kehamilan13.
 
14.Permenkes nomor 21 tahun 2015 tentang Standar Kapsul Vitamin A bagi Bayi,
Anak Balita, danIbu Nifas14.
 
15.Permenkes nomor 39 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Program Indonesia Sehatdengan Pendekatan Keluarga15.
 
16.Permenkes nomor 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
KesehatanKabupaten/Kota16.
 
17.Permenkes nomor 51 tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi
Gizi17.
 
18.Permenkes no 28 tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
untuk MasyarakatIndonesia18.
 
19.Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1995/Menkes/SK/VII/2010 tentang
Standar AntropometriPenilaian Status Gizi

BAB II

STANDART KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia

2.1.1 Pelaksana Gizi Puskesmas

1. Mempunyai Surat Tanda Register (STR) yang dikeluarkan oleh KKI dan
masih berlaku.

2. Mempunyai Surat Ijin Kerja (SIK) di UPT Puskesmas Ranugedang yang


masih berlaku.

2.1 Distribusi Ketenagaan

1. Pelaksana Gizi ada 1 petugas selaku Koordinator Program Giz baik


pelayanaan di dalam gedung maupun di luar gedung.

2.3 Uraian Tugas

2.3.1 Pelaksana Gizi Puskesmas

1. Memberikan pelayanan konsultasi gizi di dalam gedung

2.Melaksanakan Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)

3. Mengolah data dan menganalisa hasil penimbangan di posyandu.

4. Pemetaan Keluarga Sadar Gizi /KADARZI.

5. Mengelola dan distribusi barang program gizi.

6. Mengelola distrbarang sibusi uplemen gizi (Vit.A,Fe,Taburia) .

7. Mengeloa PMT

8. Penanggulangan GAKY.

9. Melaksanakan kegaiatan promotif dan preventif.

10.Mengolah dan menganalisa pelaporan program gizi.

2.4 Jadwal Kegiatan


2.4.1 Pelayanan di dalam gedung

1. Pelayanan dilaksanakan setiap hari Senin s/d Sabtu :


pukul 07.300 - 13.00 WIB

2. Kegiatan Penyelesaian laporan

pukul 13.00 - 14.00 WIB

2.4.2 Kegiatan Luar Gedung

1. Pembinaan dan evaluasi di posyandu minggu ke tiga

2. Monev pemberian vitamin A bulan februari dan agustus.


3. Monev, dan koordinasi dengan jejaring bidan desa

BAB III

STANDART FASILITAS

Standart fasilitas yang ada di Poli Gigi dan Mulut meliputi :

3.1 Denah Ruang

Pintu Masuk

Meja alat

kursi

Meja kerja

kursi

LemariArsip
LemariArsip
Meja Arsip
2.2 Standart Fasilitas Alat / barang Ruangan

No Meubeller Jumlah

1 Meja Kerja 1

2 Meja Alat 1

3 Kursi Kerja 3

4 Komputer/ laptop 1

5 Printer 1

7 Lemari Penyimpanan Arsip 1

8 Tempat Sampah Non Medis 1

9 Alat ukur tinggi badan 1

10 Alat ukur panjang badan 1

11 Timbangan injak digital 1

12 Tibambangan bayi digital 1

13 Denah alur pelayanan gibur 2

14 Leaflet V

15 Lembar balik media konseling V

16 Buku Pedoman gizi V


BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

Tata laksana pelayanan meliputi lingkup kegiatan, metode, dan langkah

kegiatan diuraikan sebagai berikut. Pelayanan gizi di Puskesmas Ranugedang

adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif dan preventif, .yang

dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ranugedang. Upaya pelayanan ini

dilaksanakan atas dasar hubungan antara pelaksana gizi dan

individu/masyarakat yang membutuhkan.

Upaya pelayanan program gizi di puskesmas dilakukan di dalam gedung

dan di luar gedung, sebagaimana dijelaskan berikut ini.

A. Upaya Pelayanan Gizi di Dalam Gedung

1. Promotif Preventif :

2. Konsultasi masalah gizi

A.1. Upaya Pelayanan Gizi Rawat Jalan

Upaya pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan

yang meliputi :

1. Konseling ANCT

2. Konseling masalah gizi


A.2. Alur Upaya Pelayanan Gizi di dalam Gedung

ALUR PELAYANAN GIZI

PASIENDATANG SENDIRI DARI


LOKET/RUJUKAN POLI

PEMERIKSAANPASIEN

PEMERIKASAAN KLINIS,BB/TB,LILA

ANAMNESA PASIEN

DIAGNOSA GIZI

KUNJUNGAN ULANG
DIRUJUK

PASIENPULANG
PEMBUATAN
INFORMEDC
ONSENT
B. Upaya Pelayanan Gizi di Luar Gedung

B.1. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung

Kegiatan upaya pelayanan gigi dan mulut di luar gedung ditekankan

ke arah promotif dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas. Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar

gedung dalam rangka upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh

puskesmas antara lain :

1. Pembinaan posyandu

2. Pelacakan kasus gizi lewat hasil posyandu di wilker Puskesmas

Ranugedang.

3. Penyuluhan dengan lintas program.

4. Distribusi suplemen gizi ke desa wilayah kerja

5. Distribusi dan mengelola barang gizi dan PMT sesuai sasaran (balita

gikur,bumil kek )

B.2. Kerjasama Lintas Sektor dan Lintas Program

Pengertian kerjasama lintas sektor dalam kegiatan ini, Puskesmas

melibatkan Kecamatan , PKK , Desa dan UPT LAIN di wilayah kerja

Puskesmas Ranugedang, untuk keberhasilan program gizi.

Fungsi dan tujuan kerjasama lintas sektor dan lintas program

adalah :

a. Merencanakan kegiatan yang memerlukan kerjasama.

b. Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama.

c. Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama.

d. Melakukan koordinasi dalam menentukan indikator keberhasilan


kerjasama.

e. Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama.

B.3. Alur Pelayanan Upaya Kesehatan Gizi di Luar Gedung

Alur pelayanan gizi luar gedung disesuaikan dengan jenis kegiatan,

sasaran dan keadaan wilayah setempat.

C. Pencatatan Dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan untuk mendokumentasikan kegiatan upaya

pelayanan program gizi di dalam dan di luar gedung ammenggunakan

instrumen antara lain :

1. Buku register .

2. Rekapitulasi hasil kegiatan.

3. Buku kunjungan .

4. Laporan Bulanan.

D. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan gizi baik di dalam maupun

di luar gedung. Cara melakukan monitoring dan evaluasi perlu

memperhatikan jenis dan waktu kegiatan yang dilaksanakan. Dari sisi

jenis kegiatan, dapat dibedakan antara monitoring di dalam gedung dan

luar gedung.

1. Monitoring dan evaluasi kegiatan di dalam gedung Kegiatan yang

dimonitor dan dievaluasi :

1) Data jumlah pelayanan konseling gizi.

2) Data jumlah jenis kasus yang mendapat pelayanan konseling gizi.

2. Monitoring dan evaluasi di luar gedung

Kegiatan yang dimonitor dan dievaluasi :

a. Penyuluhan Gizi
1) Frekuensi penyuluhan gizi yang direncanakan diselenggarakan di luar

Puskesmas per bulan dan per tahun.

2) Frekuensi penyuluhan gizi yang dilaksanakan di luar Puskesmas per

bulan dan per tahun.

3) Materi penyuluhan yang diberikan per bulan dan per tahun.

BAB V
LOGISTIK
Logistik dalam hal ini diartikan bahan ketersediaannya diperlukan dalam
upaya pelayanan program gizi .
A. Bahan Habis Pakai Untuk Program Gizi
1. Register
2. Blanko
3. Kertas HVS.

B. Obat / barang Untuk Program Gizi


1. Tablet fe
2. Vitamin A
3. Taburia / PMT .
C. Pencatatan dan Pelaporan
Untuk pelaksanaan pencatatan dan pelaporan logistik
digunakan format pencatatan dan pelaporan cakupan dan logistik
(LPLPO).
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
Puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk assesmen
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya sebagai implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Tujuan penerapan keselamatan pasien adalah terciptanya budaya
keselamatan pasien, meningkatkan akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien
dan masyarakat, menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas,
terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Pelayanan upaya kesehatan gigi dan mulut memperhatikan standar
keselamatan pasien yang meliputi :
1. Hak pasien.
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Tujuan
Keselamatan kerja perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh semua
petugas, yang bertujuan:
1. Petugas di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran
infeksi.
2. Petugas di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas
harus menerapkan prinsip Universal Precaution.

B. Tindakan yang Beresiko


Berikut ini beberapa tindakan yang dapat menyebabkan petugas
terjangkit infeksi:
- Cuci tangan yang kurang benar.
- Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
- Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
- Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
- Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
- Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
C. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur universal precaution dalam kaitan
keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene
sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang.
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan
guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bebas pakai.
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu layanan yang digunakan di pelayanan upaya program gizi
UPT Puskesmas Ranugedang adalah sebagai berikut :
1. Kepuasan pelanggan 100%. Tujuannya terselenggaranya pelayanan
gizi yang mampu memberikan kepuasan pelanggan.
Pengendalian mutu akan dipantau oleh Tim Mutu UPT Puskesmas
Ranugedang melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan, pencapaian
pengendalian mutu, dibahas dalam pertemuan manajemen dan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas.
BAB IX
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang
sebagai penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara
untuk melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau
penyakit. APD yang digunakan untuk Dokter Gigi selama Pandemi Covid-
19 yaitu APD level 3.
Jenis APD tergantung dari tupoksi (tugas pokok dan fungsi)
1) Level 1 : Asisten dalam ruang tunggu
2) Level 2: Petugas Kebersihan
3) Level 3: Dokter Gigi dan Perawat Gigi dalam Poli Gigi dan Mulut

Donning APD adalah tehnik memasang atau menggunakan APD.


Tahapan donning APD :
1) Baju surgical scrub
2) Cuci tangan
3) Head cover
4) Masker
5) Sarung tangan dalam
6) Baju gaun sekali pakai/baju hazmat
7) Sarung tangan luar
8) Kacamata atau face shield
9) Kencangkan baju hazmat
10) Sepatu boot atau shoe cover
Doffing APD adalah tehnik melepaskan APD.
Tahapan doffing APD (selalu lakukan cuci tangan menggunakan alkohol
70% diantara tiap tahapan) :
1) Sarung tangan luar
2) Sepatu dengan shoe cover atau sepatu boot
3) Baju gaun sekali pakai/baju hazmat
4) Kacamata atau face shield
5) Masker
6) Head cover
7) Sarung tangan dalam
Tambahan fasilitas sebagai rekomendasi bersyarat memerlukan perhatian
terkait pengelolaan di ruang Praktik Dokter Gigi:
• Penggunaan HVE portable
• Penggunaan lampu UV-C
HVE Portable
HVE dapat mengatasi pengurangan aerosol tetapi teknis dan spesifikasi
harus dipertimbangkan oleh dokter gigi dalam menggunakan HVE. Dokter gigi
perlu memeriksa kekuatan dan volume aliran udara HVE secara berkala, karena
ada HVE dengan sistem yang memiliki aliran udara bersih dan menunjukkan
aliran udara yang cukup tetapi ternyata dalam pengukuran statis tekanan vakum

(mmHg) tekanan yang ada sangat rendah. HVE dengan pola sistem seperti ini,
akan menghasilkan arus balik yang tidak diharapkan
Gambar HVE Portable

UV-C
Pertimbangkan penggunaan iradiasi ultraviolet (UV) pada ruang praktik
sebagai ambahan untuk pembersihan udara yang lebih tinggi. Paparan UV-C
menyebabkan inaktivasi parsial dalam waktu 1 menit paparan, yang semakin
meningkat efektivitasnya dalam watu 6 menit paparan, sehingga jumlah virus
(viral load) berkurang hingga 400 kali lipat. Setelah 15 menit, virus menjadi
seluruhnya mati (<1.0TCID50(log10) per mL.
Sekat Penghalang
Pasang penghalang kaca, plastik atau fiber pada meja bagian penerima
tamu (recepsionist/front office). Pastikan ketersediaan masker dan hand
sanitizer yang cukup dan tisu kertas di meja pendaftaran, serta tempat sampah
infeksius.

Gambar Sekat Penghalang

Disinfeksi
Disinfeksi menggambarkan suatu proses yang menghilangkan banyak atau
semua mikroorganisme patogen, kecuali spora bakteri pada benda mati. Dalam
pengaturan layanan kesehatan, objek biasanya didisinfeksi dengan cairan kimia
atau pasteurisasi basah. Bahan yang digunakan sebagai bahan disinfeksi
disebut disinfektan.
Disinfeksi alat yang sudah dipakai Disinfektan permukaan alat dapat
menggunakan campuran air dan detergen atau sodium hipoklorit 5% dengan
perbandingan 1:100 (konsentrasi final sebesar 0,05%) selama 1 menit. Untuk
barang dengan permukaan yang kecil, dapat dibersihkan menggunakan etanol
70% atau detergen dan air selama 10 menit.
Instrumen. Instrumen bedah dan instrumen lain yang biasanya berkontak
dengan jaringan lunak atau tulang (misalnya, ekstraksi forceps, pisau bedah,
chisel (pahat tulang), scaler periodontal, dan bur bedah, alat diagnostik)
digolongkan critical item. Instrumen yang tidak untuk menembus jaringan lunak
mulut atau tulang (seperti burniser (kondensor amalgam) dan three way
syringe), tetapi tetap dapat berkontak dengan mukosa, diklasifikasikan sebagai
semi critical item dan disterilkan dengan panas atau sekurang-kurangnya
dengan air detergen, etanol atau disinfektan kimia lainnya.
Handpiece. Khusus handpieces yang tahan panas, dapat disinfeksi
menggunakan uap tekanan tinggi (autoklaf), uap kimia (formaldehida), dan
panas kering (contoh 320F atau 160C selama 2 jam). Handpiece yang tidak
tahan panas, dapat didisinfeksi alkohol 70% atau hidrogen peroksida 1%.
Baju. Bahan pakaian yang dapat dipakai ulang (surgical scrub, baju
hazmat, leg cover, plastic shoe cover), disinfeksi dengan cara mencuci
menggunakan detergen dan air (direndam 30 menit). Sebaiknya penggunaan
jenis bahan pakaian ini mengikuti anjuran yang berlaku seperti bahan yang tidak
mudah tembus air dan kedap pori terhadap partikel virus.
Ruangan. Pembersihan lingkungan kerja dan lingkungan lain meliputi
ruang tunggu pasien, pintu, jendela, kursi, dental unit, dan sebagainya, dengan
menggunakan swab (kain lap) alkohol 70%, Pembersihan dan disinfeksi area
klinik gigi dilakukan setelah pasien (tanpa, dicurigai atau terkonfirmasi COVID-
19) keluar dari ruang dental unit dan pasien selanjutnya baru dapat masuk
setelah 15 menit pembersihan.

BAB X
PENUTUP
Keberhasilan Program gizi dapat terwujud apabila dilaksanakan secara
terintegrasi baik lintas program maupun lintas sektoral dan secara terarah dan
berkesinambungan.
Dengan dibuatnya Pedoman Pelayanan Program Gizi di UPT Puskesmas
Ranugedang ini dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pelayanan
program gizi sehingga di harapkan dapat membantu peningkatan derajat
kesehatan dan mutu pelayanan di UPT Puskesmas Ranugedang.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang ikut terlibat
hingga tersusunnya pedoman ini.

Anda mungkin juga menyukai