Email :
pkm.ranugedang@gmail.com
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
karuniaNya penyusunan revisi buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) telah dapat diselesaikan. ISPA telah menjadi
salah satu penyebab utama kematian balita, baik secara global maupun
nasional. Permasalahan ini menuntut perhatian pemerintah untuk memastikan
tingginya akses masyarakat terhadap pelayanan pencegahan dan pengendalian ISPA
yang komprehensif dan berkualitas.
Pedoman ini merupakan penjabaran dari RPJMN 2015-2019 Bidang Kesehatan
dan Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019. Dengan demikian, pedoman ini
diharapkan dapat menjadi acuan bagi Kementerian Kesehatan dan bagi
Dinas Kesehatan provinsi/kabupaten/kota dalam pelaksanaan dan pengembangan
upaya-upaya strategis dalam pencegahan dan pengendalian ISPA. Revisi pedoman
dilakukan sebagai penyesuaian atas perubahan struktur Kementerian Kesehatan
hingga unit kerja terendahnya, di samping adanya perkembangan pengetahuan
terkait penanggulangan ISPA.
Dokumen ini telah mendapatkan masukan dari berbagai pihak termasuk
kementerian/lembaga pemerintah, Ikatan Profesi, Akademisi, dan mitra pembangunan
kesehatan. Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada
semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam revisi buku pedoman ini.
Diharapkan upaya kecil ini dapat memberikan dampak besar dalam menurunkan
beban penyakit menular, khususnya ISPA.
Semoga dokumen ini dapat mendorong perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian program pencegahan dan pengendalian ISPA yang lebih berkualitas di
tingkat nasional dan daerah dalam upaya mewujudkan penurunan angka kesakitan
dan kematian serta beban ekonomi akibat penyakit menular di Indonesia.
Ranugedang, 2023
Hendri Irawan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………2
DAFTAR ISI …………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………4
A. Latar Belakang …………………………………………4
B. Tujuan …………………………………………4
C. Sasaran …………………………………………5
B. Metode …………………………………………22
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan aspek penting dari hak asasi manusia (HAM), sebagaimana
disebutkan dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
tahun 1948 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang
memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya. Hak
atas kesehatan juga dapat ditemukan di instrumen nasional yang diatur dalam UU no
36 tahun 2009 tentang kesehatan. Sesuai dengan norma HAM, maka negara
berkewajiban untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak asasi kesehatan
tersebut. Kewajiban tersebut antara lain dilakukan dengan cara menyediakan
pelayanan kesehatan berkualitas yang aksesibel bagi seluruh rakyat (inklusif), upaya
pencegahan menurunnya status kesehatan masyarakat, melakukan langkah-langkah
legislasi yang dapat menjamin perlindungan kesehatan masyarakat, dan
mengembangkan kebijakan kesehatan, serta menyediakan anggaran memadai.
Pembangunan kesehatan dalam 3 dekade terakhir ini telah berhasil meningkatkan
umur harapan hidup penduduk Indonesia dari 54,4 pada tahun 1980 (SP 1980)
menjadi 69,8 pada tahun 2012 (BPS 2013). Keberhasilan juga ditunjukkan dalam
menurunkan angka kesakitan dari berbagai penyakit menular. Namun demikian,
Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit menular, antara lain masih tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Dari semua kasus yang
terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit.
Episode batuk-pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun
(Rudan et all Bulletin WHO 2008). ISPA merupakan salah satu penyakit utama dengan
kunjungan pasien yang tinggi di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%).
Menurut hasil Riskesdas 2007, proporsi kematian balita karena pneumonia
menempati urutan kedua (15,2%) setelah diare.
Salah satu penyakit ISPA yang perlu mendapat perhatian juga adalah penyakit
influenza, karena penyakit influenza merupakan penyakit yang dapat menimbulkan
wabah sesuai dengan Permenkes Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
Beberapa kondisi telah ditengarai menjadi faktor risiko terhadap timbulnya ISPA,
antara lain kurangnya pemberian ASI eksklusif, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan
(indoor air pollution), berat badan bayi lahir rendah (BBLR), kepadatan penduduk
serta imunisasi campak. Berbagai upaya telah dilakukan untuk penanggulangan ISPA
yang diawali pada tahun 1984, bersamaan dengan diawalinya pengendalian ISPA di
tingkat global.
Dalam perjalanannya,strategi penangulangan ISPA di Indonesia telah mengalami
beberapa perkembangan terkait dengan perkembangan strategi global, regional
maupun lokal, sebagai berikut:
a. Lokakarya ISPA Nasional 1984, menghasilkan pengembangan sistem dan
mengklasifikasikan penyakit ISPA menjadi ISPA ringan, sedang dan berat.
b. Lokakarya ISPA Nasional 1988, disosialisasikan pola baru tatalaksana kasus ISPA
dengan tiga klasifikasi: pneumonia, pneumonia berat dan batuk bukan pneumonia.
c. Lokakarya Nasional III 1990 di Cimacan disepakati menerapkan pola baru tatalaksana
kasus ISPA di Indonesia dengan memfokuskan kegiatan pengendalian
pneumonia Balita.
d. Tahun 1997, WHO memperkenalkan Integrated Management of Childhood Illness
(IMCI) atau Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai model pendekatan
tatalaksana kasus terpadu untuk berbagai penyakit anak, yaitu: pneumonia, diare,
DBD, malaria, campak, gizi kurang dan kecacingan. Pada daerah yang telah
melaksanakan MTBS, tatalaksana pneumonia diintegrasikan dalam pendekatan
MTBS.
e. Dalam pertemuan Review Pengendalian ISPA di Bekasi, 2005 di kalangan akademisi
mulai diperkenalkan istilah Infeksi Respiratorik Akut (IRA) sebagai padanan istilah
bahasa Inggris Acute Respiratory Infection (ARI). Pada dasarnya ISPA sama
dengan IRA.
f. Tahun 2007 telah dilaksanakan Seminar Perkembangan ISPA yang dihadiri oleh
Ikatan Dokter Ahli Anak Indonesia (IDAI) dan Dokter Spesialis Anak dari 14 Fakultas
Kedokteran di Indonesia untuk merevisi pedoman tatalaksana pneumonia Balita
sesuai dengan perkembangan terbaru khususnya perubahan pemberian antibiotika
dari 5 hari menjadi 3 hari pengobatan.
g. Review terhadap pedoman ini juga telah dilaksanakan pada tahun 2011 namun
tidak mengalami perubahan substansi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
C. Sasaran
ISPA pada awalnya focus pada pengendalian pneumonia balita. Dalam
beberapa tahun terakhir telah mengalami pengembangan sesuai dengan
kondis idan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.Yaitu;
Pengendalian pneumonia balita
Pengendalian ISPA umur>5 tahun
Faktorresiko ISPA
D. Batasan Operasional
Pelaksanaan pengendalian ISPA memerlukan dukungan lintas program,
lintas sector, dan peran serta masyarakat .Pedoman iniI
mengulas situasi pengendalian pneumonia, kebijakan dan strategi ,kegiatan pokok,
peran pemangku kepentingan
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan
Nasional.
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan UU Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi UU.
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005–2025
9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
10. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 Tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/ Daerah.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah
Kabupaten/ Kota.
14. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional.
15. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
16. Peraturan Kepala BNPB Nomor 6A Tahun 2011 tentang pedoman penggunaan
dana siap pakai pada status keadaan darurat bencana.
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 949/MENKES/PER/VIII/2004 tentang
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota18. Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan.
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya
Penanggulangan.
20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1537A/MENKES/SK/XII/2002 tentang
Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Penanggu-
langan Pneumonia Pada Balita.
21. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.
22. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 300/MENKES/SK/IV/2009 tentang
Pedoman Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza.
23. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 311/MENKES/SK/V/2009 Tentang
Penetapan Penyakit Flu Baru H1N1 (Mexican Strain) Sebagai Penyakit Yang
Dapat Menimbulkan Wabah.
24. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 375/MENKES/SK/V/2009 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025.
25. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.03.01/160/I/2010 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014.
26. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 021/MENKES/SK/I/2011 Tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014.
27. Permenkes No 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan tata kerja Kementerian
Kesehatan.
28. Peraturan Menkes No.25 tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Kepala Puskesmas menugaskan kepada petugas/progremer kesehatan ISPA untuk
melaksanakan kegiatan program kesehatan ISPA
C. Jadwal Kegiatan
N KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
O
1 Care Seeking √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Pemantauan tatalaksana √
ispa bidan Desa
3 Penguatan Jejaring √ √
BAB III
STANDAR FASILITAS
No Sarana Fungsi
1 Ruangan untuk pemeriksaan Tempat pemeriksaan
2 Meja dan kursi pemeriksaan Tempat pemeriksaan
3 Lembar persetujuan Bukti persetujuan pemeriksaan
4 Dokumentasi/ Register Dokumentasi riwayat kesehatan, riwayat
askep/dan diagnose penyakit genitik
5 Resume askep Dokumentasi hasil diagnose pemeriksaan.
6 Simpus dan buku register Dokumentasi hasil pemeriksaan untuk
puskesmas dan laporan bulanan ke dinas
kesehatan
7 Formulir pelaporan dari Dokumentasi hasil kegiatan oleh puskesmas
puskesmas untuk Dinas
Kesehatan
8 Formulir rujukan Surat pengantar rujukan ispa
9 Buku ispa Tatalaksan pasien batuk atau kesukaran
bernafas
10 MTBS Manajemen Manajemen terpadu balita sakit
11 Formulir MTBS 2021 Pencatatan balita sakit umur 2 bulan sampai 5
tahun
9
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN
A. METODE
1. Persiapan
a. Mempersiapkan tempa tuntuk melakukan penyuluhan baik didalam gedung
maupun diluar gedung
b. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk penyuluhan seperti lembar
balik leaflet, dan lain-lain.
2. Perencanaan
a. Menyusun rencana usulan kegiatan program kesehatan ISPA
b. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan program kesehatan ISPA
c. Menyusun panduan kegiatan program kesehatan ISPA
d. Menyusun kerangka acuan kegiatan program kesehatan ISPA
e. Mengalokasiksn anggaran untuk kegiatan kesehatan program ISPA
B. LANGKAH - LANGAKAH
3. Pelaksanaan
a. Melaksanakan kegiatan program kesehatan ISPA sesuai dengan jadwal yang
sudah tersusun
b. Menyusun hasil laporan kegiatan program kesehatan ISPA
4. Monitoring
10
BAB V
LOGISTIK
Dukungan logist ksangat diperlukan dalam menunjukan pelaanaan program P2 ISPA .Aspek
logistic pembrantasan penyakait ISPA mencakup peralatan, bahan, dansarana yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan program P2 ISPA , sampai saa tini
logistic kegiatan pembrantasan penyakit ISPA yang telah distandarisasi oleh program P2
ISPA terdiri dari logistic untuk kegiatan penemuan dan tatalaksana penderita dan logistic
untuk kegiatan komunikasi dan penyebaran informasi.
Peralatan ;
1. Sound timer
2. PedomanTatalaksana pneumonia balita
3. Lembar balik
4.Register harian
6.Stempel ispa
11
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
B. Tujuan
12
D. Standar keselamatan pasien
Petugas melakukan pengumpulan data hasil kinerja, melaporkan insiden (KTD, KPC,
KNC) kemudian dianalisa dan ditindaklanjuti.
13
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dnegan pasien selama jam kerja secara terus menerus tentunya mempunyai resiko
terpapar infeksi, oleh sebab itu, tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan
dirinya dari dan resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal
A. Tujuan
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang;
b. Pemakaian alat pelindung diri diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain;
f. Pemrosesan instrument.
1. Kebersihan tangan :
14
Selalu bersihkan tangan pada situasi berikut:
Sebelum memegang alat, baik ketika mengenakan sarung tangan atau tidak;
Setelah kontak dengan cairan tubuh atau eksresi, membrane mukosa, kulit yang tidak
intak;
Setelah kontak dengan permukaan obyek yang bersentuhan dengan pasien (termasuk
peralatan medis);
Ketika pindah dari satu bagian tubuh yang terkontaminasi ke bagian tubuh lain dari
pasien yang sama.
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir jika tangan terlihat kotor;
Jika tangan tidak terlihat kotor, gunakan pembersih tangan yang berbahan dasar
alcohol;
2. Penggunaan APD
Gunakan sarung tangan steril atau sudah didesinfeksi tingkat tinggi (DTT) ketika
melakukan prosedur pemasangan/pencabutan IUD maupun implant, menolong
persalinan, memotong tali pusat, menjahit luka episotomi dan menjahit robekan
perineum;
Gunakan sarung tangan panjang steril ketika melakukan plasenta manual atau
kompresi bimanual interna;
Kenakan apron panjang yang terbuat dari plastic atau bahan tahan air;
15
Lindungi mata dengan memakai kacamata atau perlengkapan yang lain;
3. Manajemen limbah
Manajemen limbah dilakukan sesuai dengan pedoman internal PPI yang dibuat. Bahwa
terdapat 2 tempat sampah yakni sampah medis dan non medis. Setiap hari medis
diambil oleh petugas dan diletakkan pada tempat penampungan sementara sedangkan
sampah non medis juga diambil setiap hari oleh petugas, ditampung ditempat sampah
sementara dan dibuang ditempat pembuangan setiap hari.
4. Sterilisasi alat
Setelah dilakukan dekontaminasi, cuci bilas kemudian peralatan medis disteril setiap
hari pada sterilisasi pusat puskesmas oleh petugas sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan. Alat medis yang tidak dipakai selama 7 hari juga dilakukan sterilisasi.
Setiap alat medis yang sudah disteril wajib diberikan stiker tanggal yang menyatakan
kapan alat tersebut disteril kembali.
5. Manajemen lingkungan
16
Perlindungan pada petugas diruang pemeriksaan KIA-KB dan Imunisasi lebih
ditekankan kepada pencegahan kecelakaan kerja dengan menggunakan APD karena
diruang pemeriksaan KIA-KB dan Imunisasi dilakukan tindakan medis
7. Etika batuk
Petugas mengajarkan etika batuk kepada pasien agar tidak terjadi penularan kepada
petugas dan pasien yang lain baik pasien maupun petugas menerapkan etika batuk
selama pelayanan
17
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
18
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan di UPT puskesmas Ranugedang dan
lintas program /lintas sektor terkait dalam pelaksanaan program kesehatan ISPA di UPT
Puskesmas Ranugedang. Kesehatan program ISPA tergantung pada komitmen yang kuat
dari semua pihak sehingga dapat tercapai target dengan meningkatnya kesadaran, sikap,
dan prilaku masyarakat untuk memelihara kesehatan dalam menanggulangi penyakit
ISPA
19
DAFTAR PUSTAKA
20