BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
terjadi pada anak. Insiden menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29
episode per anak/tahun dinegara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun
di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode (96,7%) terjadi
dinegara berkembang.
Pneumonia adalah pembunuh utama balita didunia, lebih banyak dibanding
dengan gabungan penyakit AIDS, malaria, dan campak. Didnia setiap tahun
diperkirakan lebihdari 2 juta total kematian balita.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena pneumonia.
2. Tujuan Khusus
a. Menurunnya angka kematian pneumonia Baita sebagai kontribusi
penurunan angka kematian Bayi dan Balita.
b. Kesiapsiagaan dan Respon terhadap pandemi influenza serta penyakit
saluran pernafasan lain yang berpotensi wabah
c. Terjalinnya kerjasama/kemitraan dengan unit program atau institusi yang
berkompeten dalam pengendalian faktor risiko ISPA khususnya pneumonia.
C. Sasaran
Sasaran dari program Pengendalian Penyakit Menular ISPA adalah anak <5
tahun dan kelompok umur >5 tahun
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengendalian ISPA meliputi:
1. Pengendalian Pneuonia Balita
2. Pengendalian ISPA umur >5 tahun
1/13
3. Kesiapsiagaan dan Respon terhadap pandemi influenza serta penyakit
saluran pernafasan lain yang berpotensi wabah
4. Faktor risiko ISPA
E. Batasan Operasional
Infeksi saluran pernapasan akut atau sering disebut sebagai ISPA adalah
infeksi yang mengganggu proses pernafasan seseorang. Infeksi ini umumnya
disebabkan oleh virus yang menyerang hidung, trakea (pipa pernafasan), atau
bahkan paru-paru.
Program Pengendalian Penyakit ISPA (P2 ISPA) adalah program nasional
yang dijalankan atas dasar kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam Pedoman Pengendalian Penyakit ISPA.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten / kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerjanya.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN DAN FASILITAS
2/13
Penanggung jawab upaya ISPA di Puskesmas Kejobong memiliki kompetensi
sebagai berikut :
C. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan upaya P2 ISPA yang dilaksanakan di Puskesmas Kejobong
adalah :
No Upaya Kegiatan dalam Gedung Kegiatan Luar Pelaksana
Gedung Kegiatan
2018 ket
Kegiatan
JAN FEB MA APR MEI JUN JUL AGS SEP OK NOP DES
3/13
Persiapan
pengumpulan
data
Kunjungan
Jika ada
rumah
kasus
Pengkajian
Asuhan
Kesehatan
dan
Pencegahan
Observasi
perkembanga
n
Pengobatan
dan
Perawatan
Pemantauan
4/13
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Denah ruang untuk pelayanan Imunisasi menyesuaikan dengan
keberadaan ruangan di Puskesmas Kejobong.
B. Standar Fasilitas
A. Alat kesehatan
1 Tensimeter v
2 stetoskop v
3 Oximeter v
4 Nebulizer v
1 Infuset v
2 Abocath v
4 Kassa steril v
C. Perlengkapan
1 Kotak penyimpanan jarum bekas v
BAB IV
TATA LAKSANA PASIEN ISPA
5/13
2. Klasifikasi ISPA
Klasifikasi menurut Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA)
mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
a. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding
dada kedalam (chest indrawing).
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit
ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
a. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1) Pneumonia berat : ditandai dengan batas napas cepat untuk
golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda
tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
b. Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada tiga klasifikasi
penyakit, yaitu :
1) Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik
napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak
menangis atau meronta).
2) Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk
usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1
-4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
3) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Lembang,
2003).
Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomik
a. ISPA bagian atas adalah infeksi akut menyerang hidung sampai
epiglotis, misalnya:
1) Tonsilitis, penyakit ini ditandai rasa sakit pada saat menelan diikuti
dengan demam dan kelemahan tubuh, dapat disebabkan oleh virus
dan bakteri.
2) Common cold adalah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang
sering dijumpai pada balita yang disertai demam tinggi.
3) Sinusitus akut merupakan radang pada sinus, beringus, sakit kepala,
demam, malaise dan nausea.
6/13
4) Pharingitis yaitu peradangan pada mukosa pharing dengan gejala
demam disertai menggigil, rasa sakit pada tenggorokan, sakit kepala,
sakit saat menelan dan lain-lain.
b. ISPA bagian bawah adalah infeksi saluran pernapasan dari epiglotis
sampai alveoli paru, misalnya:
1) Bronchitis akut adalah demam yang disertai batuk-batuk, sesak
napas, dahaknya sulit keluar karena menjadi lengket, ditemukan
adanya ronki basah dan wheezing.
2) Pneomonia adalah radang paru-paru disertai eksudasi dan
konsolodasi, panyakit penyakit ini muncul karena akut dengan
demam, penderita pucat, batuk-batuk dan pernapasan menjadi cepat.
3) Bronkopnemonia adalah peradangan paru-paru, biasanya dimulai di
bronkioli terminal, gejalanya adalah demam, sesak napas, batuk
dengan dahak yang kuning kehijauan dan biasanya berupa serangan
yang datangnya secara tiba-tiba.
4) Tubercolosis paru adalah penyakit yang disebabkan M. Tuberculosis,
gejalanya batuk biasanya disertai darah, panas, nyeri dada, kurus
akibat kurang nafsu makan.
Kalisifikasi berdasarkan derajat keparahan penyakit
a. ISPA ringan, penatalaksaan cukup dengan tindakan penunjang tanpa
pengobatan anti mikroba. Tanda dan gejalanya: batuk, pilek, sesak
dengan ataupun tanpa napas, keluarnya cairan dari telinga yang lebih
dari 2 minggu tanpa rasa sakit di telinga.
b. ISPA sedang, penatalaksanaannya memerlukan pengobatan anti
mikroba, tetapi tidak perlu dirawat. Tanda dan gejalanya: pernapasan
cepat (lebih dari 50 kali permenit), wheezing, napas menciut-ciut dan
panas.
c. ISPA berat, kasus ISPA yang perlu pananganan langsung oleh tenaga
madis atau tenaga kesehatan. Tanda dan gejalanya: penarikan dada ke
dalam pada saat penarikan napas, pernasan ngorok, tak mau makan,
kulit kebiru-biruan, dehidrasi, kesadaran menurun.
Perlu diingat, bahwa sebenarnya tidak semua batuk, pilek dan panas
disebabkan oleh kuman penyakit, tetapi dapat juga disebabkan karena
seseorang tidak tahan terhadap sesuatu, misalnya makanan tertentu,
udara dingin, debu, dan sebagainya. Namun penyebab yang paling umum
adalah kuman penyakit. ISPA dapat menyerang anak-anak dan orang
dewasa. Tetapi bagi kita sangat penting memperhatikan ISPA pada anak-
anak, karena penyakit ini merupakan salah satu penyebab penting
kematian pada anak-anak, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah
umur lima tahun (Balita
7/13
B. Pemeriksaaan Klinis
1. Pemeriksaaan
a. Anamnesis meliputi:
1) Nama, alamat, dan daerah asal
2) Keluhan pasien
3) Riwayat penyakit lain/sebelumnya
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan TTV
b. Pemeriksaan auskultasi paru
BAB V
LOGISTIK
A. Manajemen Logistik
Penanggung jawab upaya merencanakan logistik kebutuhan kegiatan
meliputi jenis dan jumlah yang diperlukan. Di dalam merencanakan logistik
penanggung jawab bisa merencanakan bersama sama dengan pelaksana
upaya dan diusulkan pada tim perencana puskesmas.
B. Jenis-Jenis Logistik
1. Alat tulis
2. Alat kesehatan
3. Bahan habis pakai
4. Materi kegiatan : brosur, liflet, lembar balik, lembar kuesioner dan handout
5. LCD dan Laptop
6. Makan minum untuk kegiatan kelas
8/13
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN/PASIEN
9/13
Untuk mencegah terjadinya kasus diatas maka pelayanan puskesmas
dalam melaksanakan pelayanannya harus senantiasa memperhatikan
Keselamatan pasien (patient safety). Upaya Keselamatan Pasien adalah
reduksi dan meminimalkan tindakan yang tidak aman dalam sistem
pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui praktik yang terbaik untuk
mencapai luaran klinis yang optimum.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Keselamatan Kerja
Puskesmas merupakan tempat kerja yang mempunyai resiko kesehatan
maupun penyakit akibat kecelakaan kerja. Oleh karena itu petuga puskesmas
tersebut mempunyai resiko tinggi karena sering kontak dengan agent penyakit
menular, dengan darah dan cairan tubuh maupun tertusuk jarum suntik bekas
yang mungkin dapat berperan sebagai transmisi beberapa penyakit seperti
hepatitis B, HIV AIDS dan juga potensial sebagai media penularan penyakit
yang lain.
10/13
Semua kejadian yang berkaitan dengan keselamatan kerja di catat
dan dilaporkan kepada pimpinan
BAB VIII
PENGENDALI MUTU
11/13
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor
terkait dalam pelaksanaan upaya penanggulanan penyakit ISPA dengan tetap
memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.
Keberhasilan kegiatan upaya penanggulangan penyakit ISPA tergantung
pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan
kemandirian masyarakat dan peran serta aktif masyarakat dalam bidang
kesehatan.
12/13