Anda di halaman 1dari 103

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS CINERE

NOMOR : 440/026/KPTS/CNR/V/2022
TANGGAL : 5 MEI 2022

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif di wilayah kerjanya
Upaya Kesehatan Perseorangan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
Terdapat 6 prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi paradigma sehat,
pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat, ketersediaan akses pelayanan
kesehatan, teknologi tepat guna, dan keterpaduan dan kesinambungan.
Berdasarkan prinsip paradigma sehat, Puskesmas mendorong seluruh pemangku
kepentingan berpartisipasi dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang
dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat melalui Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat dan mampu mengadaptasi kebiasaan baru di Era New Normal saat ini.
Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban wilayah, Puskesmas menggerakkan dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat, Puskesmas mendorong kemandirian
hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Berdasarkan prinsip ketersediaan akses pelayanan kesehatan, Puskesmas
menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh
masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama,
budaya, dan kepercayaan.
Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna, Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan,
mudah dimanfaatkan, dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan, Puskesmas mengintegrasikan
dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta
melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas.
UPTD Puskesmas Cinere berusaha menyelenggarakan Upaya Kesehatan
Perseorangan berdasarkan prinsip- prinsip penyelenggaraan Puskesmas tersebut. Oleh
karena itu diperlukan suatu PEDOMAN agar layanan klinis dapat berjalan sesuai yang
diharapkan.

1
B. Tujuan
Pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan ( UKP ) UPTD Puskesmas Cinere yang
berorientasi pasien.

C. Sasaran
Semua petugas baik tenaga kesehatan maupun non kesehatan yang terlibat dalam
pelayanan UKP di UPTD Puskesmas Cinere

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup layanan Upaya Kesehatan Perorangan UPTD Puskesmas Cinere meliputi
kegiatan:
1. Pendaftaran
Pendaftaran adalah proses registrasi data pasien yang berkunjung dan ingin mendapatkan
pelayanan kesehatan di puskesmas. Kepuasan pasien pada saat proses pendaftaran
tergantung sejauh mana kebutuhannya terpenuhi. Untuk itu perlu adanya dukungan sarana
dan lingkungan yang memadai. Pendaftaran dilakukan di loket pendaftaran yang terletak di
dekat pintu masuk rawat jalan agar mudah diakses. Petugas pendaftaran memastikan
ketepatan identifikasi pasien di dalam proses pendaftaran dengan 4 identifikasi yang tidak
berubah yaitu nama lengkap pasien, tanggal lahir, NIK dan nomor rekam medis untuk pasien
lama. Untuk menunjang pelayanan klinis, beberapa informasi harus tersedia di tempat
pendaftaran. Informasi yang harus ada antara lain tarif pelayanan, jenis dan jadwal
pelayanan, alur dan proses pendaftaran, alur dan proses pelayanan, hak dan kewajiban
pasien, rumah sakit rujukan, ketersediaan tempat tidur dan informasi lain yang dibutuhkan.
Informasi tersebut bisa disampaikan melalui media informasi yaitu dalam bentuk leaflet dan
video. Penyampaian hak dan kewajiban pasien di bagian pendaftaran ditujukan agar proses
pelayanan kesehatan perorangan di puskesmas berjalan dengan lancar dan tertib serta
memuaskan pasien, pasien/keluarga pasien memahami hak dan kewajiban masing-masing
dan mencegah kejadian tidak diinginkan yaitu tuntutan medis dari pihak pasien.

2. Pemeriksaan pasien
Pemeriksaan pasien dilakukan di unit yang sesuai dengan keluhan dan kondisi pasien.
Pemeriksaan dilakukan di ruang pemeriksaan pelayanan kesehatan umum, ruang
pemeriksaan pelayanan gigi, ruang pemeriksaan pelayanan KIA& KB, ruang TB, ruang
konseling, ruang persalinan, ruang nifas atau ruang gawat darurat.

3. Pemeriksaan laboratorium
Sarana pelayanan kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran
penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan masyarakat.

4. Pelayanan kefarmasian
2
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 kegiatan, yaitu:
1. Kegiatan yang bersifat managerial berupa pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis
Pakai.
2. Kegiatan pelayanan klinik.

E. Batasan Operasional
1. Rawat jalan
Pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik yang dilaksanakan untuk
keperluan observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.

2. Pelayanan Darurat Medis


Pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah kematian,
keparahan, dan/atau kecacatan sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan.
3. Konseling
Proses dialog antara petugas kesehatan dengan pasien yang bertujuan untuk memberikan
informasi yang jelas dan dapat dimengerti oleh pasien atau klien.
4. Upaya kesehatan masyarakat ( UKM )
Setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
5. Rekam Medis
Berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Isi rekam
medis harus lengkap dan jelas.
6. Pasien
Setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
dokter atau dokter gigi.
7. Tenaga kesehatan tertentu
Tenaga kesehatan yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada
pasien selain dokter dan dokter gigi.
8. Pelayanan Kefarmasian
Suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
9. Sistem Rujukan
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung
jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal.
10. Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan proses atau semua
tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

NO JENIS TENAGA KUALIFIKASI MINIMUM


1 Pendaftaran SMA/ sederajat dan dapat mengoperasikan
komputer
2 Rekam Medis D3 Rekam Medis & Informasi Kesehatan
3 Perawat D3 Keperawatan
4 Bidan D3 Kebidanan
5 Dokter S1 Kedokteran program profesi Pendidikan
Dokter
6 Dokter Gigi S1 Kedokteran Gigi program profesi
Pendidikan Dokter Gigi
7 TGM D3 Terapis Gigi dan Mulut
8 Tenaga Gizi D3 Gizi
9 Tenaga Sanitasi Lingkungan D3 Kesehatan Lingkungan
10 Petugas Konseling D3 Kesehatan
11 Petugas Laboratorium D3 Ahli Teknologi Laboratorium Medik
12 Apoteker S1 Farmasi program profesi Apoteker
13 Tenaga Teknis Kefarmasian D3 Farmasi
14 Juru Masak SMA
15 Supir Ambulance SMA dan SIM masih aktif
16 Kebersihan SMA
17 Keamanan SMA, telah mengikuti Pelatihan Dasar Satpam
dan Pelatihan Pemadaman Kebakaran
18 Surveilans S1 Kesehatan Masyarakat
19 Adminkes S1 Kesehatan Masyarakat

B. Distribusi Ketenagaan
UPTD Puskesmas Cinere adalah puskesmas kawasan perkotaan non rawat inap
dengan fasilitas persalinan. Distribusi ketenagaan disesuaikan dengan jenis dan jadwal
pelayanan, yaitu:
JENIS TENAGA YANG JUMLAH
NO PELAYANAN
DIBUTUHKAN MINIMUM
1 Ruang Pendaftaran dan Petugas pendaftaran dan/ atau 3 orang
Rekam Medis perekam medis
2 Ruang Pemeriksaan Dokter umum 2 orang
Umum Perawat 2 orang
3 Ruang Pemeriksaan Dokter Umum 1 orang

4
Khusus ISPA Perawat 1 orang
4 Ruang Kesehatan Gigi Dokter gigi dan/atau TGM 1 orang
dan Mulut
5 Ruang Tindakan dan Dokter umum 1 orang
Gawatdarurat serta Perawat 1 orang
Persalinan Bidan 1 orang
Supir ambulance 1 orang
Keamanan 1 orang
6 Ruang KIE Tenaga kesehatan 1 orang
7 Ruang Farmasi Apoteker/ tenaga teknis kefarmasian 1 orang
8 Ruang Laboratorium Ahli Teknologi Laboratorium Medik 1 orang

C. Jadwal Kegiatan
JADWAL PELAYANAN DI UPTD PUSKESMAS CINERE

NO. RUANGAN HARI WAKTU/JAM


1. Ruang Pendaftaran dan Rekam Senin – Kamis 07.00 - 11.00
Medis
13.30 - 17.00

Jumat 07.00 - 10.00

13.30 - 17.00

Sabtu 07.00 - 10.30

13.30 - 17.00

Pelayanan Rujukan
Setiap hari kerja jam 08.00 - 12.00

2. Ruangan Gawat Darurat/


24 JAM
Tindakan

3. Ruangan Pemeriksaan Umum Senin – Sabtu


1. Ruangan Pemeriksaan
Umum I (Lansia dan
MTBS) 08.00 - 12.00
2. Ruangan Pemeriksaan
Umum II (Dewasa dan
Anak-Anak)
Surat Keterangan Sehat Senin – Sabtu 08.00 - 12.00
4. Ruangan Kesehatan Gigi dan Senin – Sabtu
08.00 - 12.00
Mulut
5. Ruangan KIA dan KB

5
1. Pemeriksaan Kehamilan
Selasa, Kamis dan
dan Pemeriksaan Calon 08.00 -12.00
Jumat
Pengantin
2. Pelayanan Kesehatan
Rabu dan Sabtu 08.00 -12.00
Anak dan Imunisasi
3. Kontrasepsi, Kontrol
Senin 08.00 -12.00
Nifas dan Tindik Bayi
7. Ruangan TB Paru Senin dan Kamis 08.00 -12.00

8. Pemeriksaan Laboratorium Setiap hari kerja

9. Ruangan Konsultasi
Setiap hari kerja
HIV/VCT/IMS

11. Ruangan Farmasi Setiap hari kerja

12. Ruangan Tata Usaha Senin – Sabtu 08.00 -14.30


13. Prolanis
1. Senam Jumat 06.30 – Selesai
14. Ruangan Konsultasi Gizi Selasa dan Kamis 08.00 – Selesai
Hari Jumat di Minggu
15. Ruangan Pemeriksaan IVA 08.00 – Selesai
Terakhir
16. Ruangan Pelayanan Kesling Selasa dan Kamis 08.00 – Selesai
Pelayanan Persalinan dan
17. 24 JAM
Kegawatdaruratan

D. Tim Interprofesi

TIM INTERPROFESI DI UPTD PUSKESMAS CINERE


Pendaftaran dan rekam medis Eka Mariyana Malik, Amd
Dedi Setiono. SE
Derry Pangestu, SKM
Abdul Rozak
Elsa
Saripah
Jevon Perdana Putra
Tenaga Dokter Umum dr. Hj. Dewi Damayanti
dr. Yanmisi Anggreni
dr. Winda Tiara
dr. Mailan Jamilah

6
dr. Hana Anindya
dr. Dalasta Ayu Annisa
dr. Arrum Prabuningtyas
Tenaga Dokter gigi drg. Rahmina Dewi
drg. Prona JYM
Tenaga Perawat dan TGM Hidayati, S.Kep Ners
Didin Saefudin, Amd.Kep
Yuni Aziza Alfiatien. AMd.Kep
Tuti Muwarni, AMKG
Supartini, AMK
Agnes Normaida, S.Kep Ners
Florance L, Amd. Kep
Adriana D P, Amd. Kep
Yogi, Amd. Kep
Alya Azzahra Putri, Amd. Kes
Tenaga Bidan Evi Risnawati,SST
Sutia Dewi Mayasari, Am.Keb
Nolisa Sutrisnawati, Am.Keb
Desy Tri Astuti, Am.Keb
Dewi Ayu Angraini, Am.Keb
Susilowati, Am.Keb
Septiana Khalida, Am.Keb
Mulyawati Aldilah, Am.Keb
Rahmawati, Am.Keb
Tenaga Laboratorium Mega Chandra Kirana, Amd.AK
Muhammad Rizky Zulfikar, Amd.Ak
Ferdiyanti, Amd.Ak
Farisza Putri Karimah, S.Tr.Kes
Tenaga Farmasi Etik Yuliyana Kusumawati, Apt
Khairani Nugrah Rambe, Amd.Far
Annida Nasyahta, Amd.Far
Tenaga Sanitarian Rohimi, SST
Tenaga Promosi Kesehatan Silmy Kaffah, SKM
Tenaga Gizi Reni Andriyani, AMG
Indri Rahmania, S.Gz
Tenaga Surveilan Iqbal Maulana Syawal, SKM
Putri Agustin, SKM
Nur Aulia Alip R, SKM
Tenaga Administrasi Parmin
Prima Decca T, SKM
Ria Novita, Amd

7
Wisnu Aji
Dewi Puspitasari, S.E
Tomy
Tenaga Keamanan, kebersihan Khoirulloh
dan ambulan Yadih
Roni Yatnarudin
Zainudin
Supriyanto
Lina
Edward Christopel, Amd
Shandi Zauppriyansyah

Uraian Tugas :
a. Melaksanakan layanan tiap unit sesuai perencanaan
b. Merekap dan mengevaluasi pencapaian manajemen mutu klinis tiap-tiap poli/unit setiap
satu bulan sekali dalam bentuk laporan kinerja
c. Mencatat kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masing-masing poli/unit;
d. Membahas dan menganalisa masalah yang terjadi pada masing-masing poli atau unit dan
menyusun rencana tindak lanjut;
e. Merencanakan tindak lanjut terhadap ketidaksesuaian yang terjadi pada tiap-tiap poli/unit;
f. Menerapkan rencana tindak lanjut sesuai kesepakatan.

8
9
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Puskesmas Cinere

Gambar 1. Denah lantai 1 UPTD Puskesmas Cinere

10
Gambar 2. Denah lantai 2 UPTD Puskesmas Cinere

B. Standar Fasilitas
Fasilitas puskesmas mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun
2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jumlah dan jenis ruang ditentukan berdasarkan
pelayanan yang diselenggarakan dan ketersediaan sumber daya. Tabel dibawah ini
menunjukkan fungsi ruang minimal di Puskesmas, sebagai berikut:

11
Nama Ruang Keterangan
Ruang Kantor
1. Ruang administrasi
2. Ruang kantor untuk karyawan
3. Ruang Kepala Puskesmas
4. Ruang rapat/diskusi Dapat digunakan untuk kegiatan lain
dalam mendukung pelayanan
kesehatan (ruang multifungsi)
Ruang Pelayanan
5. Ruang pendaftaran dan rekam Terdapat pemisahan/ prioritas antrian
medis pendaftaran bagi ibu hamil, penyandang
disabilitas, lansia dan pasien penderita
gangguan kesehatan jiwa
6. Ruang pemeriksaan umum
7. Ruang pemeriksaan khusus ISPA Ruangan pemeriksaan khusus untuk
pasien yang memiliki keluhan
demam/riw demam, batuk, pilek dan
gangguan pernafasan
8. Ruang tindakan dan gawat darurat
9. Ruang KIA, KB dan imunisasi Ruang KIA, KB dan imunisasi juga
digunakan untuk pemeriksaan anaksakit
(pelayanan MTBS) dan
pemeriksaan tumbuh kembang
10. Ruang pemeriksaan khusus Dapat digunakan untuk memeriksa
pasien yang berisiko menularkan
penyakit dan pasien yang memerlukan
akses khusus seperti TB, HIV/AIDS, dan
lain-lain.
11. Ruang kesehatan gigi dan mulut
12. Ruang Komunikasi Informasi dan Dipergunakan juga untuk konsultasi dan
Edukasi (KIE) konseling
13. Ruang farmasi Sesuai dengan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
14. Ruang persalinan Pada Puskesmas yang mampu
memberikan pelayanan persalinan
normal.
Jumlah tempat tidur berdasarkan
analisis kebutuhan pelayananpersalinan
dan ketersediaan sumber
daya

12
15. Ruang rawat pasca persalinan Pada Puskesmas yang mampu
memberikan pelayanan persalinan
normal.
Jumlah tempat tidur berdasarkan
analisis kebutuhan pelayananpersalinan
dan ketersediaan sumber daya
Ibu dan bayi di rawat gabung dalam satu
ruang.

16. Ruang laboratorium Sesuai dengan Standar Pelayanan


Laboratorium di Puskesmas
Ruang Penunjang
17. Ruang tunggu Diprioritaskan untuk ibu hamil,
penyandang disabilitas dan lansia
18. Ruang ASI
19. Ruang sterilisasi
20. Ruang cuci linen
21. Ruang penyelenggaraan makanan Dapat memiliki fungsi hanya sebagai
(dapur/pantry) tempat penyajian makanan
22. Gudang umum
23. Kamar mandi/WC (laki-laki dan Dikondisikan untuk dapat digunakan
perempuan terpisah) oleh penyandang disabilitas dan lansia.
24. Parkir kendaraan roda 2 dan 4 serta
garasi untuk ambulans

Tata letak ruang diatur dan dikelompokkan dengan memperhatikan zona infeksius dan
non infeksius. Pencahayaan dan penghawaan yang nyaman dan aman untuk semua bagian
bangunan.

B.1 Sistem Pencahayaan


1. Bangunan Puskesmas harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau
pencahayaan buatan.
2. Pencahayaan harus terdistribusikan rata dalam Ruang.
3. Lampu-lampu yang digunakan diusahakan dari jenis hemat energi.
4. Tingkat pencahayaan rata-rata yang direkomendasikan
TINGKAT
FUNGSI RUANG PENCAHAYAAN
(LUX)

13
Ruang kantor, Ruang Kepala Puskesmas, Ruang
pendaftaran dan rekam medik, Ruang pemeriksaan
umum, Ruang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), KB
dan imunisasi, Ruang pemeriksaan khusus, Ruang 200
kesehatan gigi dan mulut, Ruang KIE, Ruang ASI,
Ruang farmasi, Ruang rawat inap, Ruang rawat
pasca persalinan
300 (penerangan
umum), jika untuk
Ruang laboratorium, Ruang tindakan dan gawat
tindakan khusus
darurat, Ruang persalinan
maka ditambah
penerangan lokal
Dapur, Ruang tunggu, Gudang umum, KM/WC,
100
Ruang sterilisasi, Ruang cuci linen
Ruang rapat 200
Koridor 100

Pemilihan sistem ventilasi yang alami, mekanik atau campuran, perlu memperhatikan kondisi
lokal, seperti struktur bangunan, cuaca, biaya dan kualitas udara luar.

B.2 Persyaratan Peralatan Ruang pemeriksaan Umum

NO JENIS PERALATAN Jumlah minimum

I. SET PEMERIKSAAN UMUM

a. Alat Kesehatan
1 Alat deteksi dini gangguan indera penglihatan:
a) Bingkai uji-coba untuk pemeriksaan refraksi 1 buah
b) Buku Ishihara Tes 1 buah
c) Lensa uji-coba untuk pemeriksaan refraksi 1 set
d) Lup Binokuler (lensa pembesar) 3 – 5 Dioptri 1 buah
e) Opthalmoscope 1 buah
f) Snellen Chart 2 jenis (E Chart + Alphabet Chart) 1 buah
g) Tonometer 1 buah
2 Alat deteksi dini gangguan pendengaran
a) Corong Telinga/ Spekulum Telinga Ukuran Kecil, 1 set
Sedang, Besar
b) Garputala 512 Hz 1 set
c) Lampu kepala/Head Lamp + Adaptor AC/DC 1 buah
d) Otoscope 1 buah
3 Alat pengukur tekanan darah/ tensimeter dengan 1 buah

14
manset untuk anak dan dewasa
4 Handle kaca laring /Larynx Handle Mirror 1 buah
5 Kaca laring ukuran 2,4,5,6 1 set
6 Palu reflex /Dejerine Reflex Hammer 1 buah
7 Skinfold calliper 1 buah
8 Spekulum hidung 1 buah
9 Spekulum vagina (cocor bebek Grave) 1 buah
1 buah
10 Stetoskop untuk dewasa

11 Sudip lidah logam Sesuai Kebutuhan


12 Tempat tidur periksa dan perlengkapannya 1 buah
13 Termometer 1 buah
14 Timbangan berat badan dewasa 1 buah
b. Perbekalan Kesehatan Lain
1 Alat ukur tinggi badan (statu meter mikrotois) 1 buah
Acute Respiratory Infections (ARI) timer/ARI 1 unit
2
SOUNDTIMER
3 Baki logam tempat alat steril tertutup 1 buah

4 Pengukur lingkar pinggang 1 buah


II. BAHAN HABIS PAKAI
1 Alkohol Sesuai Kebutuhan
2 Kapas Sesuai Kebutuhan
3 Kasa non steril Sesuai Kebutuhan
4 Kasa steril Sesuai Kebutuhan
5 Masker wajah Sesuai Kebutuhan
6 Pelilit kapas/Cotton applicator sesuai kebutuhan
7 Povidone Iodine Sesuai Kebutuhan
8 Sabun tangan atau antiseptic Sesuai Kebutuhan
9 Sarung tangan steril Sesuai Kebutuhan
10 Sarung tangan non steril Sesuai Kebutuhan
III.PERLENGKAPAN
1 Bantal 1 buah
Emesis basin /Nierbeken besar /Kidney bowl manual 1 buah
2
surgical instrument
3 Lampu senter untuk periksa/pen light 1 buah
4 Lampu spiritus 1 buah
5 Lemari alat 1 buah
6 Meja instrumen 1 buah
7 Perlak 2 buah

15
8 Pispot 1 buah
9 Sarung bantal 2 buah
10 Sikat untuk membersihkan peralatan 1 buah
11 Stop Watch 1 buah
Tempat sampah tertutup yang dilengkapi dengan 2 buah
12
injakan pembuka penutup
IV. MEUBELAIR
1 Komputer 1 unit
2 Kursi kerja 3 buah
3 Lemari arsip 1 buah
4 Meja tulis ½ biro 1 buah
V. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1 Buku register pelayanan Sesuai Kebutuhan
Formulir dan surat keterangan lain sesuai kebutuhan Sesuai Kebutuhan
2
pelayanan yang diberikan
3 Formulir Informed Consent Sesuai Kebutuhan

4 Formulir rujukan Sesuai Kebutuhan

Formulir pemeriksaan kekerasan pada perempuan Sesuai Kebutuhan


5
dan anak
6 Kartu carta prediksi risiko kardiovaskular Sesuai Kebutuhan

7 Kertas resep Sesuai Kebutuhan

8 Kartu Wayne Indeks (untuk skrining gangguan tiroid) Sesuai Kebutuhan

Kuesioner penilaian mandiri untuk skrining gangguan Sesuai Kebutuhan


9
tiroid

10 Surat Keterangan Sakit Sesuai Kebutuhan

11 Surat Keterangan Sehat Sesuai Kebutuhan

B.3. Persyaratan Peralatan Ruang Tindakan dan Gawat Darurat

NO JENIS PERALATAN Jumlah minimum

I. SET TINDAKAN MEDIS/GAWAT DARURAT:

a. Alat Kesehatan
1. Alat pengukur tekanan darah/ tensimeter dengan 1 buah
manset untuk anak dan dewasa
2. Automated External Defibrilator (AED)* 1 unit

3. Brankar (Strechter) 1 buah

4. Collar Brace/Neck Collar anak 1 buah

16
5. Collar Brace/Neck Collar dewasa 1 buah

6. Corong telinga/Spekulum telinga ukuran kecil, besar, 1 set


sedang
7. Doppler 1 buah

8. EKG* 1 buah

9. Forceps Aligator 3 buah

10. Forceps Bayonet 3 buah

11. Forsep magill dewasa 3 buah

12. Guedel Airway (Oropharingeal Airway) 2 buah

13. Gunting bedah jaringan standar lengkung 3 buah

14. Gunting bedah jaringan lengkung ujung tajam 3 buah

15. Gunting bedah jaringan lurus tumpul 3 buah

16. Gunting bedah jaringan lurus ujung tajam 3 buah

17. Gunting pembalut/LISTER Bandage scissors 1 buah

18. Gunting benang angkat jahitan 3 buah

19. Gunting benang lengkung ujung tajam tumpul 3 buah

20. Handle kaca laring 1 buah

21. Handle Skalpel 3 buah

22. Hooked 1 buah

23. Kaca laring ukuran 2,4,5,6 1 set

24. Kait dan kuret serumen 1 buah

25. Kanul suction hidung 1 buah

26. Kanul suction telinga 1 buah

27. Kanula oksigen anak 1 buah

28. Kanula oksigen dewasa 1 buah

29. Klem arteri jaringan bengkok 3 buah

30. Klem arteri jaringan lurus 3 buah

31. Klem arteri, 12 cm lengkung, dengan gigi 1x2 3 buah


(Halsted-Mosquito)
32. Klem arteri, 12 cm lurus, dengan gigi 1x2 (Halsted- 3 buah
Mosquito)
33. Klem instrumen /Dressing Forceps 1 buah

34. Klem/pemegang jarum jahit, 18 cm (Mayo-Hegar) 3 buah

35. Korentang, lengkung, penjepit alat steril (23 cm) 2 buah

36. Korentang, penjepit sponge 2 buah

17
37. Kursi roda standar 1 buah

38. Lampu kepala 1 buah

39. Laringoskop anak 1 buah

40. Laringoskop dewasa 1 buah

41. Laringoskop neonatus bilah lurus 1 buah

42. Nebulizer 1 buah

43. Otoskop 1 buah

44. Palu reflex 1 buah

45. Pembendung (Torniket/ Tourniquet) 1 buah

46. Pinset alat, bengkok (Remky) 3 buah

47. Pinset anatomis, 14,5 cm 3 buah

48. Pinset anatomis, 18 cm 3 buah

49. Pinset bedah, 14,5 cm 3 buah

50. Pinset bedah, 18 cm 3 buah

51. Pinset epilasi 1 buah

52. Pinset telinga 1 buah

53. Resusitator manual & sungkup anak-anak 1 buah

54. Resusitator manual & sungkup dewasa 1 buah

55. Resusitator manual & sungkup neonatus 1 buah

56. Silinder korentang kecil 1 buah

57. Spalk 1 buah

58. Spekulum hidung 1 buah

59. Spekulum mata 1 buah

60. Stand lamp untuk tindakan 2 buah

61. Standar infus 2 buah

62. Steteskop 1 buah

63. Steteskop janin (Laenec/Pinard) 1 buah

64. Suction pump (alat penghisap) 1 buah

65. Suction tubes (adaptor telinga) 1 buah

66. Sudip/Spatula lidah logam 4 buah


67. Tabung oksigen dan regulator 1 buah

68. Tempat tidur periksa dan perlengkapannya 1 buah

69. Termometer 1 buah

70. Timbangan 1 buah

71. Timbangan bayi 1 buah

18
b. Perbekalan Kesehatan Lain
1. Alat ukur panjang badan bayi 1 buah

2. Alat ukur tinggi badan dewasa 1 buah

3. Ari Timer 1 buah

4. Baki logam tempat alat steril tertutup 3 buah

5. Semprit gliserin 1 buah

II. BAHAN HABIS PAKAI


1. Alkohol 1 botol

2. Anestesi topikal tetes mata 1 botol

3. Benang chromic catgut Sesuai kebutuhan

4. Benang silk Sesuai kebutuhan

5. Cairan desinfektan/Povidone Iodine 1 botol

6. Disposable syringe 1 cc Sesuai kebutuhan

7. Disposable syringe 10 cc Sesuai kebutuhan

8. Disposable syringe 2,5 - 3 cc Sesuai kebutuhan

9. Disposable syringe 5 cc Sesuai kebutuhan

10 Disposable syringe 50 cc Sesuai kebutuhan

11 Endotracheal tube (ETT) tanpa cuff 2.5 1 buah

12 Endotracheal tube (ETT) tanpa cuff 3 1 buah

13 Endotracheal tube (ETT) tanpa cuff 3.5 1 buah

14 Endotracheal tube (ETT) tanpa cuff 4 1 buah

15 Endotracheal tube (ETT) tanpa cuff 6 3 buah

16 Endotracheal tube (ETT) tanpa cuff 7 3 buah

17 Endotracheal tube (ETT) tanpa cuff 8 3 buah

18 Goggle 1 buah

19 Infus set/intra vena set dewasa Sesuai kebutuhan

20 Infus set/intra vena set anak Sesuai kebutuhan

21 Jarum jahit untuk operasi mata, ½ lingkaran Sesuai kebutuhan

22 Jarum jahit, lengkung, ½ lingkaran penampang Sesuai kebutuhan


segitiga
23 Jarum jahit, lengkung, ½ lingkaran, penampang bulat Sesuai kebutuhan

24 Jarum jahit, lengkung, 3/8 lingkaran penampang Sesuai kebutuhan


segitiga
25 Jarum jahit, lengkung, 3/8 lingkaran, penampang Sesuai kebutuhan
bulat

19
26 Kapas Sesuai kebutuhan

27 Kasa non steril Sesuai kebutuhan

28 Kasa steril Sesuai kebutuhan

29 Kateter Foley ukuran 5-8 French 2 buah

30 Kateter intravena No. 20 Sesuai kebutuhan

31 Kateter intravena No. 23 Sesuai kebutuhan

32 Kateter intravena No. 26 Sesuai kebutuhan

33 Kateter intravena No.18 Sesuai kebutuhan

34 Kateter karet No. 10 (Nelaton) Sesuai kebutuhan

35 Kateter karet No. 12 (Nelaton) Sesuai kebutuhan

36 Kateter karet No. 14 (Nelaton) Sesuai kebutuhan

37 Kertas EKG Sesuai kebutuhan

38 Lubricant gel 1 tube

39 Masker wajah Sesuai kebutuhan

40 Micropore surgical tape Sesuai kebutuhan

41 Mucous suction, silikon Nomor 8 dan 10 Sesuai kebutuhan

42 Nasogastric Tube/selang lambung (3,5,8) Sesuai kebutuhan

43 Pelilit kapas/Cotton applicator Sesuai kebutuhan

44 Sabun tangan atau antiseptik 1 botol

45 Sarung tangan non steril Sesuai kebutuhan

46 Sarung tangan steril Sesuai kebutuhan

47 Skapel, mata pisau bedah besar 1 box

48 Skapel, mata pisau bedah kecil 1 box

49 Spuit irigasi liang telinga Sesuai kebutuhan

50 Verban elastic Sesuai kebutuhan

51 Water based gel untuk EKG dan Doppler 1 tube

III. PERLENGKAPAN
1. Bak instrument tertutup 1 buah

2. Emesis basin/Nierbeken besar/ Kidney bowl manual 4 buah


surgical instrument
3. Bantal 1 buah

4. Celemek plastick 1 buah

5. Dorongan tabung oksigen dengan tali pengaman 1 buah

6. Duk bolong, sedang Sesuai kebutuhan

20
7. Jam/timer/stop watch 1 buah

8. Kain balut segitiga (mitella) 5 buah

9. Wadah untuk limbah benda tajam (jarum atau pisau 2 buah


bekas)
10 Lemari alat 1 buah

11 Lemari obat 1 buah

12 Mangkok untuk larutan 2 buah

13 Meja instrumen/alat 1 buah

14 Perlak plastik 2 buah

15 Pispot 2 buah

16 Sarung bantal 2 buah

17 Sikat tangan 1 buah

18 Sikat untuk membersihkan peralatan 1 buah

19 Tempat sampah tertutup yang dilengkapi dengan 2 buah


injakan pembuka penutup
20 Toples kapas/Kasa steril 1 buah

21 Tromol kasa/Kain steril 25 x 120 mm 1 buah

22 Waskom cekung 2 buah

23 Waskom cuci 2 buah

IV. MEUBELAIR
1. Kursi kerja 3 buah

2. Lemari arsip 1 buah

3. Meja tulis ½ biro 1 buah

V. PENCATATAN & PELAPORAN


1. Buku register pelayanan Sesuai kebutuhan

2. Formulir dan Surat Keterangan lain sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan


pelayanan yang diberikan
3. Formulir Informed Consent Sesuai kebutuhan

4. Formulir rujukan Sesuai kebutuhan

5. Kertas resep Sesuai kebutuhan

6. Surat Keterangan Sakit Sesuai kebutuhan

*) Harus tersedia tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk
mengoperasikan alat dan menginterpretasikan hasil serta didukung oleh prasarana yang
memadai.

21
B.4. Persyaratan Peralatan Ruang Kesehatan Ibu, Anak (KIA), KB, dan Imunisasi

NO Jenis Peralatan Jumlah minimum

I. Set Pemeriksaan Kesehatan Ibu


a. Alat Kesehatan untuk Pemeriksaan Kesehatan Ibu
Alat pengukur tekanan darah/ tensimeter dengan 1 buah
1
manset untuk dewasa
2 Alat Ukur Lingkar Lengan Atas (Pita LILA) 1 buah
3 Doppler 1 buah
4 Gunting Benang Lengkung Ujung Tajam Tumpul 1 buah
5 Gunting Benang Angkat Jahitan 1 buah
6 Gunting Verband 1 buah
7 Klem Kassa Korentang 1 buah
8 Klem kocher /Kocher Tang 1 buah
9 Meja Periksa Ginekologi dan kursi pemeriksa 1 buah
10 Palu Refleks 1 buah

11 1 buah
Pinset Anatomis Panjang
12 Pinset Anatomi Pendek 1 buah
13 Pinset Bedah 1 buah
14 Silinder Korentang kecil 1 buah
15 Spekulum Vagina (Cocor Bebek Grave) Besar 1 buah
16 Spekulum Vagina (Cocor Bebek Grave) Kecil 1 buah
17 Spekulum Vagina (Cocor Bebek Grave) Sedang 1 buah
18 Spekulum Vagina (Sims) 1 buah
19 Stand Lamp untuk tindakan 3 buah
20 Stetoskop Dewasa 2 buah
21 Sudip lidah / Spatula Lidah logam 5 buah
22 Tabung Korentang Stainless 1 buah
23 Tampon Tang 1 buah
24 Tempat Tidur Periksa 1 buah
25 Termometer Dewasa 1 buah
26 Timbangan 1 buah

27 Tromol Kasa / linen 2 buah

b. Perbekalan Kesehatan Lain


1 Alat ukur tinggi badan (microtoise) 1 buah
2 Bak Instrumen dengan tutup 1 buah
3 Baki Logam Tempat Alat Steril Bertutup 1 buah
4 Meja Instrumen / Alat 1 buah

22
5 Senter Periksa 1 buah
6 Toples Kapas / Kasa Steril 1 buah
7 Waskom Bengkok Kecil 1 buah
8 Waskom diameter 40 cm 1 buah
II. Set Pemeriksaan Kesehatan Anak
a. Alat Kesehatan
Alat Penghisap lender/ Penghisap lendir DeLee 1 buah
1
(Neonatus)
Alat pengukur tekanan darah/tensimeter dengan 1 buah
2
manset untuk anak
Alat pengukur tekanan darah/tensimeter dengan 1 buah
3
manset untuk bayi
Alat pengukur lingkar lengan atas balita (Pita 1 buah
4
LILA)
5 Stand Lamp untuk tindakan 1 buah
6 Stetoskop anak 1 buah
7 Sudip lidah /Spatula lidah logam 4 buah
8 Tabung oksigen dan regulator 1 set
9 Termometer
10 Timbangan dewasa 1 buah
11 Timbangan bayi 1 buah
b. Perbekalan Kesehatan Lain
1 Alat Pengukur lingkar kepala (meteran) 1 buah
2 Alat Pengukur tinggi badan anak (microtoise) 1 buah
3 Alat Pengukur Panjang Bayi
Acute Respiratory Infections (ARI) timer/ ARI
4
Soundtimer
5 Senter/ Pen light
III. SET PELAYANAN KB

1 Set Implan 1 set

a) Alat kesehatan

a) Bak Instrumen tertutup yang dapat 1 buah


menyimpan seluruh alat implant removal
b) Forcep artery/ homeostatic halsted, mosquito 1 buah
curved ukuran 12,5 cm / 5”
c) Forcep artery/ homeostatic halsted, mosquito 1 buah
straight ukuran 12,5 cm / 5”
d) Gagang pisau (scapel handle) ukuran 120 – 1 buah
130 mm / 5-6”

23
e) Pinset anatomis ukuran 13-18 cm / 5-7” 1 buah

f) Bak Instrumen tertutup yang dapat 1 buah


menyimpan seluruh alat implant removal

b. Perbekalan kesehatan lain

a) Mangkok antiseptik diameter 6-8 cm atau 1 buah


ukuran 60-70 ml

2 Set AKDR 1 Set

a. Alat kesehatan

a) Aligator ekstraktor AKDR 1 buah

b) Bak instrumen tertutup yang dapat menyimpan 1 buah


seluruh alat pemasangan dan pencabutan
AKDR (disesuaikan dengan besarnya alat)
c) Forcep tenacullum Schroeder panjang 25-27 1 buah
cm / 10”
d) Gunting operasi mayo lengkung panjang 17 1 buah
cm / 6-7”
e) Klem pemegang kasa (Forcep Sponge 1 buah
Foerster Straight 25-27 cm / 9-11”)
f) Pengait pencabut AKDR panjang 32 cm / 12,5” 1 buah
(IUD removal hook panjang)
g) Sonde uterus sims panjang 32-33 cm / 12,5- 1 buah
13”

h) Spekulum cocor bebek graves ukuran medium 1 buah

i) Stand Lamp untuk tindakan 1 buah

b. Perbekalan Kesehatan Lain


a) Mangkok antiseptik diameter 6-8 cm, atau 1 buah
ukuran 60- 70 ml
IV. SET IMUNISASI
a. Alat Kesehatan
1 Vaccine carrier/coolbox 1 buah
2 Vaccine Refrigerator 1 buah

b. Perbekalan Kesehatan lain


1 Alat pemantau dan perekam suhu terus menerus 1 buah
2 Coolpack Sesuai Kebutuhan
3 Indikator pembekuan 1 buah
4 Voltage Stabilizer 1 buah
V. BAHAN HABIS PAKAI

24
1. AKDR Sesuai Kebutuhan
2. Alkohol Sesuai Kebutuhan
3. Alkohol Swab / kapas alkohol Sesuai Kebutuhan
4. Aqua for injection/ water for injection Sesuai Kebutuhan
5. Asam cuka 25% (untuk pemeriksaan IVA) Sesuai kebutuhan
6. Benang Chromic Catgut Sesuai Kebutuhan
7. Cairan Desinfektan Sesuai Kebutuhan
8. Cairan handrubs Sesuai Kebutuhan

9. Disposable Syringe 1 cc Sesuai Kebutuhan

10. Disposable Syringe 10 cc Sesuai Kebutuhan


11. Disposable Syringe 2,5 – 3 cc Sesuai Kebutuhan
12. Disposable Syringe 20 cc Sesuai Kebutuhan
13. Disposable Syringe 5 cc Sesuai Kebutuhan
14. Auto Disable Syringe 0,05 cc Sesuai Kebutuhan
15. Auto Disable Syringe 0,5 cc Sesuai Kebutuhan
16. Auto Disable Syringe 5 cc Sesuai Kebutuhan

17. Feeding tube/ orogastric tube Sesuai Kebutuhan

18. Implant Sesuai Kebutuhan


19. Infus set dewasa Sesuai Kebutuhan

20. Kain Steril Sesuai Kebutuhan

21. Kantong urine Sesuai Kebutuhan


22. Kapas Sesuai kebutuhan
23. Kasa Non Steril Sesuai Kebutuhan
24. Kasa Steril Sesuai Kebutuhan
25. Kateter folley Dewasa Sesuai Kebutuhan
26. Kateter intravena 16G Sesuai Kebutuhan

27. Kateter intravena 18G Sesuai Kebutuhan

28. Kateter intravena 20G Sesuai Kebutuhan

29. Kateter Nasal dengan Canule Sesuai Kebutuhan

30. Kateter penghisap lender dewasa 10 Sesuai Kebutuhan

31. Kateter penghisap lender dewasa 8 Sesuai Kebutuhan

32. Lidi kapas Steril Sesuai Kebutuhan

33. Lubrikan gel 1 tube

34. Masker Sesuai Kebutuhan

35. Plester Sesuai Kebutuhan

36. Sabun Tangan atau Antiseptik Sesuai Kebutuhan

25
37. Sarung tangan Sesuai Kebutuhan

38. Vaksin Sesuai kebutuhan

39. Vaksin imunisasi dasar Sesuai Kebutuhan

VI. PERLENGKAPAN

1. Apron 1 buah

2. Baju Kanguru /Kain Panjang Sesuai Kebutuhan

3. Bantal 1 buah

4. Bangku kecil/pendek 2 buah

5. Celemek Plastik 1 buah

Cangkir kecil dan sendok serta pipet untuk ASI Sesuai Kebutuhan
6.
perah

7. Duk Bolong, Sedang Sesuai kebutuhan

8. Kacamata / goggle 1 buah

9. Kasur 1 buah

10. Kain Bedong Sesuai Kebutuhan

11. Kain Panjang Sesuai Kebutuhan

12. Kimono atau baju berkancing depan Sesuai Kebutuhan

Wadah untuk limbah benda tajam (Jarum atau 1 buah


13.
Pisau Bekas)

14. Lemari Alat 1 buah

15. Lemari Obat 1 buah

16. Mangkok untuk larutan 1 buah

17. Meteran (untuk mengukur tinggi Fundus) 1 buah

18. Perlak 2 buah

19. Pispot 1 buah

20. Pompa Payudara untuk ASI 1 buah

21. Sarung Bantal 2 buah

22. Selimut 1 buah

23. Seprei 2 buah

24. Sikat untuk Membersihkan Peralatan 1 buah

Tempat Sampah Tertutup yang dilengkapi dengan 2 buah


25.
injakan pembuka penutup

26. Tirai 1 buah

26
VII. MEUBELAIR

1. Kursi Kerja 4 buah

2. Lemari Arsip 1 buah

3. Meja Tulis ½ biro 1 buah

VIII. PENCATATAN DAN PELAPORAN

a. Kesehatan Ibu dan KB

Buku KIA Sejumlah ibu hamil yang


40.
dilayani

41. Buku Kohort Ibu 1 buah

42. Buku Kohort Usia Reproduksi Sesuai Kebutuhan

43. Buku Register Ibu 1 buah

44. Buku register rawat jalan bayi muda Sesuai Kebutuhan

Formulir dan surat keterangan lain sesuai Sesuai Kebutuhan


45.
kebutuhan pelayanan yang diberikan

46. Formulir Informed Consent Sesuai kebutuhan

47. Formulir Laporan Sesuai kebutuhan

48. Formulir Rujukan (disertai form rujukan balik) Sesuai kebutuhan

49. Kartu Catin Sehat Sesuai kebutuhan

Media cetak berupa poster, lembar balik, leaflet Sesuai kebutuhan


50.
dan brosur

b. Kesehatan Anak

1. Bagan Dinding MTBS 1 set

2. Buku Bagan MTBS 1 buah

3. Buku KIA Sesuai kebutuhan

4. Buku register Bayi 1 buah

5. Buku Register Rawat jalan bayi muda Sesuai kebutuhan

6. Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Sesuai kebutuhan

Formulir Kuesioner Pra Skrining Perkembangan Sesuai kebutuhan


7.
(KPSP)
Formulir Laporan Kesehatan Anak Balita dan Sesuai kebutuhan
8.
Prasekolah

9. Formulir Laporan Kesehatan Bayi Sesuai kebutuhan

Formulir Pencatatan Balita Sakit umur 2 bulan Sesuai kebutuhan


10.
sampai 5 tahun

27
Formulir Pencatatan Bayi Muda umur kurang dari Sesuai kebutuhan
11.
2 bulan

12. Formulir laporan kesehatan anak balita Sesuai kebutuhan

Formulir Rekapitulasi Laporan Kesehatan Anak Sesuai kebutuhan


13.
Balita dan Prasekolah

14. Formulir Rekapitulasi Laporan Kesehatan Bayi Sesuai kebutuhan

15. Register Kohort Anak Balita Sesuai kebutuhan

16. Register Kohort Bayi Sesuai kebutuhan

c. Imunisasi

Formulir lain sesuai kebutuhan pelayanan yang


1.
diberikan Sesuai kebutuhan

2. Formulir laporan Sesuai kebutuhan

B.5 Persyaratan Peralatan Ruang Persalinan

NO Jenis Peralatan Jumlah minimum

I. SET OBSTETRI & GINEKOLOGI


a. Alat Kesehatan
Alat pengukur tekanan darah/ tensimeter dengan 1 buah
1
manset untuk dewasa
2 Doppler 1 buah
3 Gunting Benang 3 buah
4 Gunting Episiotomi 3 buah
5 Gunting pembalut/verband 3 buah
6 Klem Kasa (Korentang) 3 buah
7 Klem Kelly/Klem Kocher Lurus 3 buah
8 Klem pean/Klem tali pusat 3 buah
9 Klem pemecah selaput ketuban ½ Kocher 1buah
10 Needle Holder Matheiu 3 buah
11 Palu reflex 1 buah
12 Pinset Jaringan (Sirurgis) 2 buah
13 Pinset Jaringan Semken 2 buah
14 Pinset Kasa (Anatomis) Pendek 2 buah
15 Pinset anatomis panjang 2 buah
16 Spekulum (Sims) Besar 3 buah
17 Spekulum (Sims) Kecil 3 buah
18 Spekulum (Sims) Medium 3 buah
19 Spekulum Cocor Bebek Grave Besar 3 buah

28
20 Spekulum Cocor Bebek Grave Kecil 3 buah
21 Spekulum Cocor Bebek Grave Medium 3 buah
22 Standar infus 2 buah
23 Stand Lamp untuk tindakan 1 buah
24 Stetoskop 1 buah
25 Tempat Klem Kasa (Korentang) 1 buah
26 Tempat Tidur manual untuk Persalinan 2 set
27 Termometer 1 buah
28 Timbangan 1 buah
b. Perbekalan Kesehatan Lain
1 ARI Timer 1 buah
2 Bak instrumen tertutup besar (Obgin) 2 buah
3 Bak instrumen tertutup kecil 2 buah
4 Bak instrumen tertutup Medium 2 buah
5 Mangkok untuk larutan 1 buah
6 Toples kapas dan kasa steril 1 buah
7 Waskom cekung 1 buah
8 Waskom tempat plasenta 1 buah
II. Set AKDR Pasca Plasenta ( <10 menit
a. Alat kesehatan
Bak instrument tertutup yang dapat menyimpan seluruh 1 buah
1. alat pemasangan dan pencabutan AKDR (disesuaikan
dengan besarnya alat)
2. Forcep tenacullum Schroeder panjang 25-27 cm / 10” 1 buah
3. Gunting operasi mayo lengkung panjang 17 cm / 6-7” 1 buah
Klem Long Kelly/Klem Fenster bengkok panjang 32 cm 1 buah
4.
(Kelly Placenta Sponge Forceps 13’)
Pengait pencabut AKDR panjang 32 cm (IUD Removal 1 buah
5.
hook panjang)
6. Sonde uterus Sims panjang 2-33 cm / 12,5-13” 1buah
7. Spekulum vagina Sims ukuran medium 1 buah
Bak instrument tertutup yang dapat menyimpan seluruh Sesuai Kebutuhan
8. alat pemasangan dan pencabutan AKDR (disesuaikan
dengan besarnya alat)

b. Perbekalan kesehatan lain

Mangkok antiseptik diameter 6-8 cm, atau ukuran 60-70 1 buah


1
ml
III. SET BAYI BARU LAHIR
a. Alat Kesehatan
1 Penghisap Lendir DeLee (neonatus) 2 buah

29
2 Stetoskop Duplex Neonatus 1 buah
3 Termometer klinik (Digital) 1 buah
4 Timbangan bayi 1 buah
b. Perbekalan Kesehatan Lain
IV. SET KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL
a. Alat Kesehatan
1. Baby Suction Pump portable 1 set
2. Balon sungkup dengan katup PEEP 1 buah
3. Doyeri Probe Lengkung 1 buah
4. Skalpel No. 3 3 buah
5. Skalpel No. 4 3 buah
6. Gunting iris lengkung 1 buah
7. Gunting operasi lurus 1 buah
8. Infant T piece resuscitator dengan Katup PEEP** 1 buah
9. Infant T piece System** 1 buah
10. Klem Fenster/Klem Ovum 3 buah
11. Klem Linen Backhauss 3 buah
12. Laringoskop Neonatus Bilah Lurus (3 ukuran) 1 set
13. Masker Oksigen + Kanula Hidung Dewasa 2 buah
14. Meja Resusitasi dengan Pemanas (Infant Radiant 1 set
Warmer)
15. Needle holder panjang 1 buah
16. Needle holder pendek 1 buah
17. Klem/Penjepit Porsio, 25 cm (Schroder) Sesuai kebutuhan
18. Pinset anatomis panjang 1 buah
19. Pinset Jaringan (Sirurgis) 1 buah
20. Pinset Jaringan Semken 1 buah
21. Pinset Kasa (Anatomis) Pendek 1 buah
22. Pulse oximeter 1 buah
23. Resusitator manual dan sungkup 1 set
24. Retraktor Finsen Tajam 1 buah
25. Set Akses Umbilikal Emergency ** 1 Set
26. Waskom Bengkok Kecil 2 buah
a. Bak Instrumen 1 buah
b. Benang jahit silk 3,0 2 buah
c. Duk Bolong 1 buah
d. Gagang Pisau 1 buah
e. Gunting 1 buah
f. Gunting kecil 1 buah
g. Jarum 1 set

30
h. Kateter umbilikal 3 buah
i. Klem bengkok kecil 3 buah
j. Klem lurus 1 buah
k. Mangkuk kecil 1 buah
l. Needle Holder 1 buah
m. Pinset arteri 1 buah
n. Pinset chirurgis 1 buah
o. Pinset lurus 1 buah
p. Pisau bisturi No. 11 2 buah
q. Pita pengukur 1 buah
27. Stilet untuk Pemasangan ETT 1 buah
28. Tampon tang 2 buah
b. Perbekalan Kesehatan Lain
1. Bak instrumen tertutup besar (Obgin) 2 buah
2. Bak instrumen tertutup kecil 2 buah
3. Bak instrumen tertutup Medium 2 buah
V. BAHAN HABIS PAKAI
1. AKDR Sesuai Kebutuhan
2. Alkohol Sesuai Kebutuhan
3. Alkohol Swab/ kapas alcohol Sesuai Kebutuhan
4. Aquades pro injeksi (25 ml) Sesuai Kebutuhan
5. Benang Chromic Catgut Nomor 1/0, 2/0 dan 3/0 Sesuai Kebutuhan
6. Cairan handrubs Sesuai Kebutuhan
7. Desinfektan Sesuai Kebutuhan
8. Extention tube Sesuai Kebutuhan
9. Gelang Bayi Sesuai Kebutuhan
10. Infus Set Dewasa 2 set
11. Infus Set dengan Wing Needle untuk Anak dan Bayi 2 set
nomor 23 dan 25
12. Jarum Jahit Tajam Sesuai Kebutuhan
13. Jarum Jahit Tumpul Sesuai Kebutuhan
14. Kantong Urin Sesuai Kebutuhan
15. Kapas Sesuai Kebutuhan
16. Kassa steril Sesuai Kebutuhan
17. Kassa non steril Sesuai Kebutuhan
18. Kateter Folley dewasa Sesuai Kebutuhan
19. Kateter Nelaton Sesuai Kebutuhan
20. Kateter intravena 16 G Sesuai Kebutuhan
21. Kateter intravena 18 G Sesuai Kebutuhan
22. Kateter Intravena 20 G Sesuai Kebutuhan

31
23. Kateter Intravena 24 Sesuai Kebutuhan

24. Kateter Penghisap Lendir Dewasa 10 2 buah


25. Kateter Penghisap Lendir Dewasa 8 2 buah
26. Laringeal Mask Airway (LMA) (Supreme / Unique) Sesuai Kebutuhan
27. Mata pisau bisturi no 11 Sesuai Kebutuhan
28. Masker Sesuai Kebutuhan
29. Nasal pronge Sesuai Kebutuhan
30. Nasogastric Tube Dewasa 5 2 buah
31. Nasogastric Tube Dewasa 8 2 buah
32. Nasogastric Tube (NGT) infant No. 3,5 Sesuai Kebutuhan
33. Nasogastric Tube (NGT) infant No. 5 Sesuai Kebutuhan
34. Orogastric Tube (OGT) No. 5 Sesuai Kebutuhan
35. Pembalut Sesuai Kebutuhan
36. Pengikat tali pusat/Penjepit tali pusat steril Sesuai Kebutuhan
37. Plester Non Woven Sesuai Kebutuhan
38. Plester Putih Sesuai Kebutuhan
39. Sabun Cair untuk Cuci Tangan Sesuai Kebutuhan
40. Sarung Tangan Sesuai Kebutuhan
41. Sarung Tangan Panjang (Manual Plasenta) Sesuai Kebutuhan
42. Sarung Tangan Steril Sesuai Kebutuhan
43. Spuit/Disposable Syringe (steril) 1 ml Sesuai Kebutuhan
44. Spuit/Disposable Syringe (steril) 10 ml Sesuai Kebutuhan
45. Spuit/Disposable Syringe (steril) 3 ml Sesuai Kebutuhan
46. Spuit/Disposable Syringe (steril) 5 ml Sesuai Kebutuhan
47. Spuit/Disposable Syringe (steril) 50 ml Sesuai Kebutuhan
48. Spuit/Disposable Syringe (steril) 20 ml Sesuai Kebutuhan
49. Suction catheter no 6 Sesuai Kebutuhan
50. Suction catheter no 8 Sesuai Kebutuhan
51. Suction catheter no 10 Sesuai Kebutuhan
52. Sulfas atropine Sesuai Kebutuhan
53. Three-way Stopcock (steril) 5 buah
54. Under pad Sesuai Kebutuhan
VI. PERLENGKAPAN
1 Apron Sesuai Kebutuhan
2 Baju kanguru / kain panjang untuk perawatan metode Sesuai Kebutuhan
kanguru
3 Kacamata / Goggle Sesuai Kebutuhan
4 Kain Bedong Sesuai Kebutuhan

32
5 Kimono atau Baju berkancing depan Sesuai Kebutuhan
6 Lemari Alat 1 buah
7 Perlak Sesuai Kebutuhan
8 Lemari Obat 1 buah
9 Emesis basin/Nierbeken besar/Kidney bowl manual 2 buah
surgical instrument
10 Mangkok Iodin 1 buah
11 Mangkok untuk larutan 1 buah
12 Alat ukur tinggi badan (statu meter mikrotois) 1 buah
13 Pisau Pencukur 1 buah
14 Sepatu boot Sesuai Kebutuhan
15 Tabung Oksigen 1 buah
16 Troli Emergency 1 buah
17 Tromol Kasa 1 buah
18 Bak dekontaminasi ukuran kecil Sesuai kebutuhan
19 Meja Instrumen 2 buah
20 Penutup baki 2 buah
21 Pispot sodok (stick pan ) 2 buah
22 Tempat Sampah Tertutup yang dilengkapi dengan 2 buah
injakan pembuka penutup
VIII. MEUBELAIR
1 Kursi Kerja 3 buah
2 Lemari Arsip 1 buah
3 Meja Tulis ½ biro 1 buah
VIII. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1 Formulir Informed Consent Sesuai kebutuhan
2 Formulir dan Surat Keterangan lain sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
pelayanan yang diberikan
3 Formulir Laporan Sesuai kebutuhan
4 Formulir Partograf Sesuai kebutuhan
5 Formulir Persalinan/nifas dan KB Sesuai kebutuhan
6 Formulir Rujukan (termasuk lembar rujukan balik) Sesuai kebutuhan
7 Formulir Surat Kelahiran Sesuai kebutuhan
8 Formulir Surat Kematian Sesuai kebutuhan
9 Formulir Surat Keterangan Cuti Bersalin Sesuai kebutuhan
**) Alat yang memerlukan penambahan keterampilan berupa On The Job Training
(OJT)/orientasi/pelatihan (pelatihan kegawatdaruratan maternal neonatal/Tatalaksana
Neonatus)

B.6 Ruang Rawat Pasca Persalinan

33
NO Jenis Peralatan Jumlah minimum

I. SET PERAWATAN PASCA PERSALINAN


a. Alat Kesehatan
Alat pengukur tekanan darah/ tensimeter dengan manset 1 buah
1
untuk dewasa
2 Boks Bayi 2 buah
3 Standar Infus 2 buah
4 Stetoskop 1 buah
5 Tabung Oksigen dan Regulator 2 buah
6 Tempat Tidur Manual Rawat Inap untuk Dewasa 2 set
7 Termometer Anak 1 buah
8 Termometer Dewasa 1 buah
9 Timbangan Bayi 1 buah
b. Perbekalan Kesehatan Lain
1 ARI Timer 1 buah
II. BAHAN HABIS PAKAI
1 Infus Set Dewasa 2 set
2 Kantong Urin 2 buah
3 Kasa Non Steril Sesuai Kebutuhan

4 Kasa Steril Sesuai Kebutuhan

5 Kateter Folley dewasa Sesuai Kebutuhan

6 Kateter intravena 16 G Sesuai Kebutuhan


7 Kateter intravena 18 G Sesuai Kebutuhan
8 Kateter Intravena 20 G Sesuai Kebutuhan
9 Kateter Penghisap Lendir Dewasa 10 2 buah

10 Kateter Penghisap Lendir Dewasa 8 2 buah

Sarung Tangan Sesuai Kebutuhan


11

12 Sarung Tangan Steril Sesuai Kebutuhan


13 Disposable (steril) 20 cc 5 buah
14 Disposable Syringe (steril) 1 cc 5 buah
15 Disposable Syringe (steril) 10 cc 5 buah
16 Disposable Syringe (steril) 3 cc 5 buah
17 Disposable Syringe (steril) 5 cc 5 buah
III. PERLENGKAPAN
1 Apron 1 buah
2 Bantal 1 buah
3 Baskom Kecil 1 buah

34
4 Handuk Pembungkus Neonatus Sesuai Kebutuhan
5 Kacamata/goggle 1 buah
Baju perawatan Metode Kanguru sesuai ukuran 1 set
6
neonates/kain panjang
7 Kasur 1 buah
8 Kotak Penyimpan Jarum Bekas 1 buah
9 Lemari Obat 1 buah
10 Lemari Alat 1 buah
11 Lemari Kecil Pasien 1 buah
12 Penutup baki rak alat serbaguna 1 buah
13 Perlak 2 buah
14 Pispot 1 buah
15 Pompa Payudara untuk ASI 1 buah
16 Sarung Bantal 2 buah
17 Selimut Bayi 2 buah
18 Selimut Dewasa 2 buah
19 Seprei 2 buah
20 Set Tumbuh Kembang Anak 1 buah
21 Sikat untuk Membersihkan Peralatan 1 buah
Tempat Sampah Tertutup yang dilengkapi dengan 2 buah
22
injakan pembuka penutup
23 Toples Kapas/ Kasa Steril 2 buah
24 Tromol Kasa/ Kain Steril 2 buah
25 Troli emergency 1 buah
26 Waskom Bengkok Kecil 2 buah
IV. MEUBELAIR
1 Kursi Kerja 3 buah
2 Lemari Arsip 1 buah
3 Meja Tulis ½ biro 1 buah
V. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1 Buku Register Pelayanan 1 buah
2 Formulir lain sesuai kebutuhan pelayanan Sesuai kebutuhan

B.7 Persyaratan Peralatan Ruang Kesehatan Gigi dan Mulut

NO Jenis Peralatan Jumlah minimum

I. SET KESEHATAN GIGI DAN MULUT


1 Alat suntik intra ligamen 1 buah

35
2 Atraumatic Restorative Treatment (ART) 1 buah
a) Enamel Access Cutter 1 buah

b) Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Kecil 1 buah


(Spoon Excavator Small)
c) Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Sedang 1 buah
(Spoon Excavator Medium)
d) Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Besar 1 buah
(Spoon Excavator Large)
e) Double Ended Applier and Carver 1 buah
f) Hatchet 1 buah
g) Spatula Plastik 1 buah
3 Bein Lurus Besar 1 buah
4 Bein Lurus Kecil 1 buah

5 Handpiece Contra Angle 1 buah

Mata bor (Diamond Bur Assorted) untuk Air Jet Hand 1set
6 Piece (Kecepatan Tinggi) (round, inverted, fissure,
wheel)
Mata bor Kontra Angle Hand Piece Conventional 1set
7
(Kecepatan Rendah) (round, inverted, fissure, wheel)
8 Handpiece Straight 1 buah
9 Ekskavator Berujung Dua (Besar) 5 buah
10 Ekskavator Berujung Dua (Kecil) 5 buah
11 Gunting Operasi Gusi (Wagner) 12 cm 1 buah
12 Kaca Mulut Datar No.3 Tanpa Tangkai 5 buah

13 Kaca Mulut Datar No.4 Tanpa Tangkai 5 buah

14 Klem/Pemegang Jarum Jahit (Mathieu Standar) 1 buah


15 Jarum exterpasi 1 set
16 Jarum K-File (15-40) 1 set
17 Jarum K-File (45-80) 1 set
18 Light Curing 1 buah
19 Pemegang Matriks (Matrix Holder) 1 buah
20 Penahan Lidah 1 buah
21 Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Distal) 1 buah
22 Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Mesial) 1 buah
23 Penumpat Plastis 1 buah
24 Periodontal Probe 1 buah
25 Penumpat semen berujung dua 1 buah
26 Pinset Gigi 5 buah
27 Polishing Bur 1 set

36
Set Kursi Gigi Elektrik yang terdiri atas:
a. Kursi Gigi 1 buah
b. Cuspidor Unit 1 buah
28
c. Meja instrument 1 buah
d. Foot Controller untuk Hand Piece 1 buah
e. Kompresor Oilles 1 PK 1 buah
Skeler Standar, Bentuk Cangkul Kiri (Tipe Chisel/ 1 buah
29
Mesial)
Skeler Standar, Bentuk Cangkul Kanan (Type Chisel/ 1 buah
30
Mesial)
31 Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type Hook) 1 buah
Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan (Type Chisel/ 1 buah
32
Mesial)
Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri (Type Chisel/ 1 buah
33
Mesial)
34 Skeler Ultrasonik 1 buah
35 Sonde Lengkung 5 Buah

36 Sonde Lurus 5 Buah

37 Spatula Pengaduk Semen 1 buah

38 Spatula Pengaduk Semen Ionomer 1 buah


39 Set Tang Pencabutan Dewasa
a) Tang gigi anterior rahang atas dewasa 1 buah
b) Tang gigi premolar rahang atas 1 buah
c) Tang gigi molar kanan rahang atas 1 buah
d) Tang gigi molar kiri rahang atas 1 buah
e) Tang molar 3 rahang atas 1 buah
f) Tang sisa akar gigi anterior rahang atas 1 buah
g) Tang sisa akar gigi posterior rahang atas 1 buah
h) Tang gigi anterior dan premolar rahang bawah 1 buah
i) Tang gigi molar rahang bawah kanan/ kiri 1 buah
j) Tang gigi molar 3 rahang bawah 1 buah
k) Tang sisa akar rahang bawah 1 buah
40 Set Tang pencabutan gigi anak
a) Tang gigi anterior rahang atas 1 buah
b) Tang molar rahang atas 1 buah
c) Tang molar susu rahang atas 1 buah
d) Tang sisa akar rahang atas 1 buah
e) Tang gigi anterior rahang bawah 1 buah
f) Tang molar rahang bawah 1 buah

37
g) Tang sisa akar rahang bawah 1 buah
41 Skalpel, Mata Pisau Bedah (Besar) 1 buah
42 Skalpel, Mata Pisau Bedah (Kecil) 1 buah
43 Skalpel, Tangkai Pisau Operasi 1 buah
44 Tangkai kaca mulut 5 buah
II. BAHAN HABIS PAKAI
1 Betadine Solution atau Desinfektan lainnya Sesuai Kebutuhan
2 Sabun tangan atau antiseptic Sesuai Kebutuhan
3 Kasa Sesuai Kebutuhan
4 Benang Silk Sesuai Kebutuhan
5 Chromik Catgut Sesuai Kebutuhan
6 Jarum suntik intra ligamen Sesuai Kebutuhan
7 Alkohol Sesuai Kebutuhan
8 Kapas Sesuai Kebutuhan
9 Masker Sesuai Kebutuhan
III. PERLENGKAPAN
1 Baki Logam Tempat Alat Steril Bertutup 1 buah
2 Korentang, Penjepit Sponge (Foerster) 1 buah
3 Lampu Spiritus Isi 120 cc 1 buah
4 Lemari peralatan 1 buah
5 Lempeng Kaca Pengaduk Semen 1 buah
6 Needle Destroyer 1 buah
7 Silinder Korentang Steril 1 buah
8 Sterilisator kering 1 buah
9 Tempat Alkohol (Dappen Glas) 1 buah
Toples Kapas Logam dengan Pegas dan Tutup (50 x 1 buah
10
70 mm)
11 Toples Pembuangan Kapas (50 x 75 mm) 1 buah
12 Waskom Bengkok (Neirbeken) 1 buah
13 Pelindung Jari 1 buah
IV. MEUBELAIR
1 Kursi Kerja 3 buah
2 Lemari arsip 1 buah
3 Meja Tulis ½ biro 1 buah
V. PENCATATAN DAN PELAPORAN

1 Buku register pelayanan Sesuai Kebutuhan

2 Formulir Informed Consent Sesuai Kebutuhan

3 Formulir rujukan Sesuai Kebutuhan

38
4 Surat Keterangan Sakit Sesuai Kebutuhan

Formulir dan Surat Keterangan lain sesuai kebutuhan Sesuai Kebutuhan


5
pelayanan yang diberikan

B.8 Persyaratan Peralatan Ruang Laboratorium

NO Jenis Peralatan Jumlah minimum

I. SET LABORATORIUM
a. Alat Kesehatan
1 Alat Tes Cepat Molekuler* 1 buah
2 Blood Cell Counter 1 buah
3 Fotometer 1 buah
4 Hematology Analizer (HA) 1 set
Hemositometer Set/ 1 set
5
Alat Hitung Manual
6 Lemari Es/Kulkas (penyimpan reagen dan obat) 1 buah
7 Mikroskop Binokuler 1 buah
8 Pembendung/Torniket 1 buah
9 Pipet Mikro 5-50, 100-200, 500-1000 ul 1 buah
10 Rotator Plate 1 buah
11 Sentrifuse Listrik 1 buah
12 Sentrifuse Mikrohematokrit 1 buah
13 Tabung Sentrifus Tanpa Skala 6 buah
14 Tally counter 1 buah
15 Westergren Set (Tabung Laju Endap Darah) 3 buah
16 Urin analizer 1 buah
b. Perbekalan Kesehatan Lain

1 Batang Pengaduk 3 buah

2 Beker, Gelas 3 buah

3 Botol Pencuci 1 buah


4 Corong Kaca (5 cm) 3 buah
5 Erlenmeyer, Gelas 2 buah
6 Gelas Pengukur (100 ml) 1 buah

7 Gelas Pengukur (500 ml) 1 buah

8 Pipet Berskala (Vol 1 cc) 3 buah

9 Pipet Berskala (Vol 10 cc) 3 buah


10 Rak Pengering (untuk kertas saring SHK) Sesuai Kebutuhan
11 Tabung Reaksi (12 mm) Sesuai Kebutuhan

39
12 Tabung Reaksi dengan tutup karet gabus 12 buah
13 Termometer 0 – 50° Celcius 1 buah
14 Wadah Aquades 1 buah
15 Pipet Berskala (Vol 10 cc) 3 buah
II. Bahan Habis Pakai
1 Blood Lancet dengan Autoklik Sesuai Kebutuhan
2 Kawat Asbes 1
3 Kertas Lakmus Sesuai Kebutuhan
4 Kertas Saring Sesuai Kebutuhan
5 Kaca Objek Sesuai Kebutuhan
6 Kaca Penutup (Dek Glass) Sesuai Kebutuhan
7 Kaca Sediaan Frosted End untuk pemeriksaan TB Sesuai Kebutuhan
8 Kertas Golongan Darah Sesuai Kebutuhan
9 Penghisap Karet (Aspirator) 3 buah
Pot Spesimen Dahak Mulut Lebar, (steril, anti pecah Sesuai Kebutuhan
10
dan anti bocor)
11 Pot Spesimen Urine (Mulut Lebar) Sesuai Kebutuhan
12 RDT Malaria Sesuai Kebutuhan
13 Reagen pemeriksaan kimia klinik Sesuai Kebutuhan
Reagen Ziehl Nielsen untuk pemeriksaan TB Sesuai Kebutuhan
14 (Carbol Fuchsin 1%, Asam Alkohol 3%, Methilen
Blue 0.1%)
15 Reagen untuk Pemeriksaan IMS Sesuai Kebutuhan
16 Reagen untuk Pemeriksaan HIV Sesuai Kebutuhan
17 Reagen untuk Pemeriksaan Hepatitis B Sesuai Kebutuhan
18 Scalpel 1 buah
19 Tip Pipet (Kuning dan Biru) Sesuai kebutuhan
20 Tabung Kapiler Mikrohematokrit Sesuai Kebutuhan
III. PERLENGKAPAN
1 Kaki Tiga 1 buah
2 Kotak Sediaan Slide 2 buah
3 Lampu Spiritus 1 buah

4 Penjepit Tabung dari Kayu 2 buah

5 Pensil Kaca 1 buah

6 Pemanas/Penangas dengan Air 1 buah

Wadah untuk limbah benda tajam (Jarum atau 1 buah


7
Pisau Bekas)
Tempat sampah tertutup dilengkapi dengan injakan Sesuai kebutuhan
8
pembuka tutup

40
9 Rak Pengering 2 buah

10 Rak Pewarna Kaca Preparat 2 buah

11 Rak Tabung Reaksi 1 buah

12 Stopwatch 1 buah

13 Ose/ Sengkelit 3 buah

14 Sikat Tabung Reaksi 1 buah

15 Timer 1 buah

IV. MEUBELAIR

1 Kursi Kerja 2 buah

2 Lemari Peralatan 1 buah

3 Meja Tulis ½ biro 1 buah

V. PENCATATAN DAN PELAPORAN

1 Buku register pelayanan Sesuai Kebutuhan

2 Formulir Informed Consent Sesuai Kebutuhan


Formulir dan Surat Keterangan lain sesuai
3
kebutuhan pelayanan yang diberikan Sesuai Kebutuhan

B.9 Ruang Farmasi

NO Jenis Peralatan Jumlah minimum

I. Set Farmasi
1 Analitical Balance (Timbangan Mikro) 1 buah
2 Batang Pengaduk 1 buah
3 Corong 1 buah
4 Cawan Penguap Porselen (d.5-15 cm) 1 buah
Gelas Pengukur 10mL, 100mL dan 250mL 1 buah
5

6 Gelas Piala 100mL, 500mL dan 1L 1 buah


7 Higrometer 1 buah
8 Mortir (d. 5-10cm dan d.10-15cm) + stamper 1 buah
9 Pipet Berskala 1 buah
10 Spatel logam 1 buah
11 Shaker 1 buah
12 Termometer skala 100 1 buah
II. Bahan Habis Pakai

41
1 Etiket 1 buah
2 Kertas Perkamen 1 buah
Wadah Pengemas dan Pembungkus untuk
3 1 buah
penyerahan Obat
III.Perlengkapan
1 Alat Pemanas yang Sesuai 1 buah
2 Botol Obat dan Labelnya 1 buah
3 Lemari pendingin 1 buah
4 Lemari dan Rak untuk Menyimpan Obat 1 buah
Lemari untuk Penyimpanan Narkotika, Psikotropika
5 1 buah
dan Bahan Obat Berbahaya Lainnya
6 Rak tempat pengeringan alat 1 buah
IV. Meubelair
1 Kursi Kerja 2
2 Lemari arsip 1 buah
3 Meja Tulis ½ biro 1 buah
V. Pencatatan dan pelaporan
1 Blanko LPLPO 1
2 Blanko Kartu Stok Obat 1
3 Blanko Copy resep 1
4 Buku Penerimaan 1
5 Buku Pengiriman 1
Buku Pengeluaran Obat Bebas, BebasTerbatas dan
6 1
Keras
7 Buku Pencatatan Narkotika dan Psikotropika 1
8 Form Laporan Narkotika dan Psikotropika 1
Formulir dan Surat Keterangan lain sesuai
9 Sesuai kebutuhan
kebutuhan pelayanan yang diberikan

42
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
Tahapan pelayanan klinis adalah tahapan pelayanan sejak pendaftaran, pemeriksaan
sampai pemulangan dan/ tindak lanjut pasien.

A.1 PENDAFTARAN
Pendaftaran adalah proses registrasi data pasien yang berkunjung dan ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Output dari pendaftaran yaitu pasien
memiliki rekam medis, yaitu catatan atau dokumen tentang identitas pasien, hasil pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien. Tujuan dari
pendaftaran adalah untuk kepentingan kelengkapan administrasi dan dokumentasi rekam
medis pasien, menjadikan pelayanan efektif, efisien dan tertib serta semua pasien yang ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dapat terdata secara baik dan benar. Setiap
pasien yang datang ke UPTD Puskesmas Cinere untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
diharapkan membawa :
1) Kartu Keluarga asli/fotokopi, untuk mendapatkan Nomor Induk Kependudukan
(NIK)
2) KTP asli/fotokopi, untuk melihat kesamaan wajah foto dalam KTP dengan pasien
3) Kartu BPJS asli/fotokopi, berkaitan dengan administrasi pasien terhadap tarif retribusi
sesuai ketentuan yang berlaku
4) Kartu berobat pasien untuk pasien lama, memudahkan pencarian rekam medis
berdasarkan nomor rekam medis yang ada di kartu berobat pasien

Waktu pelayanan di ruang pendaftaran UPTD Puskesmas Cinere yaitu :


- Senin s.d Kamis :
07.00 s.d. 11.00 (Pagi) & 13.30 s.d. 16.30 (Siang) & 18. 45 – 20. 00 (Malam)
- Jumat :
07.00 s.d. 10.00 (Pagi) & 13.30 s.d. 16.30 (Siang) & 18. 45 – 20. 00 (Malam)
- Sabtu :
07.00 s.d. 10.30 (Pagi) & 13.30 s.d. 16.30 (Siang) & 18. 45 – 20. 00 (Malam)
- Hari Minggu dan hari libur nasional melayani gawatdarurat dan Poned 24 Jam

A.1.1 Proses Pendaftaran di UPTD Puskesmas Cinere


Proses pendaftaran di UPTD Puskesmas Cinere adalah sebagai berikut :
a) Pendaftaran Pasien Baru
1. Petugas skrining & petugas pendaftaran di tempat skrining pasien memastikan bahwa
dirinya telah memakai Alat Pelindung Diri (masker bedah) yang sesuai standar dan tetap
menjaga jarak.

43
2. Petugas skrining & petugas pendaftaran di tempat skrining pasien mengidentifikasi
apakah pasien termasuk pasien gawat darurat atau pasien rawat jalan dengan
melakukan skrining visual. Jika pasien gawat darurat, maka pasien langsung diarahkan
ke ruang tindakan dan gawat darurat.
3. Petugas skrining memastikan pasien dan pengantarnya melakukan 3M (mencuci
tangan, memakai masker dan menjaga jarak).
4. Petugas skrining & petugas pendaftaran melakukan skrining pasien resiko jatuh dan
pasien kategori prioritas. Pasien kategori prioritas pada ruang pemeriksaan umum dan
ruang pemeriksaan khusus ISPA memiliki kategori tertentu yaitu :
- Ruang pemeriksaan umum : Lansia di atas 70 tahun, ibu hamil, penyandang
disabilitas dan penderita gangguan kesehatan jiwa
- Ruang pemeriksaan khusus ISPA : Lansia di atas 70 tahun, balita usia 0 bulan
sampai dengan 2 tahun, ibu hamil, penyandang disabilitas dan penderita gangguan
kesehatan jiwa
Jika ditemukan pasien masuk ke dalam kategori tersebut, maka petugas skrining &
petugas pendaftaran memberikan kalung khusus kepada pasien tersebut dan
mencatatnya.
5. Petugas skrining melakukan skrining gejala ILI (influenza like illness) dan jika ditemukan
1 atau lebih dari gejala ILI maka pasien diarahkan ke ruang pemeriksaan khusus ISPA.
Proses pendaftaran dilanjutkan di luar gedung dibantu oleh petugas skrining.
6. Petugas pendaftaran di tempat skrining meminta pasien baru mengisi dengan lengkap
Formulir Identitas Pasien sesuai kartu identitas (KTP, Kartu Keluarga, atau Kartu
BPJS).
7. Petugas pendaftaran di tempat skrining bertanya kepada pasien apakah pasien memiliki
kartu BPJS dengan Fasilitas Kesehatan terdaftar di Cinere.
8. Petugas pendaftaran di tempat skrining meminta biaya retribusi pendaftaran sesuai
dengan ketentuan yang berlaku kepada pasien yang tidak memiliki kartu BPJS atau
sudah memiliki kartu BPJS tetapi Fasilitas Kesehatan terdaftar di luar Cinere.
9. Petugas pendaftaran di tempat skrining memberikan nomor antrian manual sesuai
pelayanan yang dituju (ruang pemeriksaan umum, ruang pemeriksaan khusus ISPA
atau laboratorium).
10. Petugas skrining mengarahkan pasien yang tidak memiliki gejala ILI (influenza like
illness) menunggu di dalam gedung setelah mendapatkan nomor antrian.
11. Petugas pendaftaran di tempat skrining mengirimkan identitas pasien yang sudah terisi
dan lembar nomor antrian pasien berobat yang sudah mendaftar ke ruang pendaftaran.
12. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran memastikan bahwa dirinya telah memakai
Alat Pelindung Diri (masker bedah) yang sesuai standar dan tetap menjaga jarak.
13. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran menginput identitas pasien baru ke dalam
aplikasi SIMPUS di komputer.
14. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran memberikan Kartu Berobat kepada pasien
baru yang tidak memiliki kartu BPJS atau sudah memiliki kartu BPJS tetapi Fasilitas
Kesehatan terdaftar di luar Cinere.

44
15. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran memberi label nomor rekam medis pada
kartu BPJS pasien dengan Fasilitas Kesehatan terdaftar di Cinere.
16. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran menginformasikan Hak dan Kewajiban
Pasien kepada pasien yang baru pertama kali berkunjung ke puskesmas dan meminta
pasien mendandatangi formulir hak dan kewajiban tersebut.

17. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran mengarahkan pasien menunggu sesuai


dengan pelayanan yang dituju.

b) Pendaftaran Pasien Lama


1. Petugas skrining & petugas pendaftaran di tempat skrining pasien memastikan bahwa
dirinya telah memakai Alat Pelindung Diri (masker bedah, head cup, face shield,
pelindung kaki, gaun/gown) yang sesuai standar dan tetap menjaga jarak.
2. Petugas skrining & petugas pendaftaran di tempat skrining pasien mengidentifikasi
apakah pasien termasuk pasien gawat darurat atau pasien rawat jalan dengan
melakukan skrining visual. Jika pasien gawat darurat, maka pasien langsung
diarahkan ke ruang UGD.
3. Petugas skrining memastikan pasien dan pengantarnya melakukan 3M (mencuci
tangan, memakai masker, dan menjaga jarak).
4. Petugas skrining & petugas pendaftaran melakukan skrining pasien resiko jatuh dan
pasien kategori prioritas. Pasien kategori prioritas pada ruang pemeriksaan umum dan
ruang pemeriksaan khusus ISPA memiliki kategori tertentu yaitu :
- Ruang pemeriksaan umum : lansia di atas 70 tahun, ibu hamil, penyandang
disabilitas, pasien kondisi khusus dengan thalassemia dan cuci darah dan pasien
penderita gangguan kesehatan jiwa
- Ruang pemeriksaan khusus ISPA : lansia di atas 70 tahun, ibu hamil, balita usia 0
bulan sampai dengan 2 tahun yang berobat ke ruang pemeriksaan khusus ISPA,
penyandang disabilitas, pasien kondisi khusus dengan thalassemia dan cuci darah
dan pasien penderita gangguan kesehatan jiwa
- Jika ditemukan pasien masuk ke dalam kategori tersebut, maka petugas skrining &
petugas pendaftaran memberikan kalung khusus kepada pasien tersebut.
5. Petugas skrining melakukan skrining gejala ILI (influenza like illness) dan jika
ditemukan 1 atau lebih dari gejala ILI maka pasien diarahkan ke ruang pemeriksaan
khusus ISPA. Proses pendaftaran dilanjutkan di luar gedung dibantu oleh petugas
skrining.
6. Petugas pendaftaran di tempat skrining bertanya kepada pasien apakah pasien
memiliki kartu BPJS dengan Fasilitas Kesehatan terdaftar di Cinere.
7. Petugas pendaftaran di tempat skrining menanyakan kepada pasien lama kartu
berobat pasien, jika pasien lama tidak membawa kartu berobat maka petugas
pendaftaran di tempat skrining menanyakan identitas pasien yaitu nama lengkap,
nama kepala keluarga dan tanggal lahir kemudian menuliskannya di lembar nomor
antrian pasien.
8. Petugas pendaftaran di tempat skrining meminta biaya retribusi pendaftaran sesuai
dengan ketentuan yang berlaku kepada pasien yang tidak memiliki kartu BPJS atau

45
sudah memiliki kartu BPJS tetapi Fasilitas Kesehatan terdaftar di luar Cinere.
9. Petugas pendaftaran di tempat skrining memberikan nomor antrian manual sesuai
pelayanan yang dituju (ruang pemeriksaan umum, ruang pemeriksaan khusus ISPA
atau laboratorium).
10. Petugas skrining mengarahkan pasien yang tidak memiliki gejala ILI (influenza like
illness) menunggu di dalam gedung setelah mendapatkan nomor antrian.
11. Petugas pendaftaran di tempat skrining mengirimkan lembar nomor antrian pasien
berobat yang sudah mendaftar ke ruang pendaftaran.
12. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran memastikan bahwa dirinya telah memakai
Alat Pelindung Diri (masker bedah) yang sesuai standar dan tetap menjaga jarak.
13. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran menginput data pasien lama dari lembar
nomor antrian ke dalam aplikasi SIMPUS.
14. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran mencari data pasien yang lupa membawa
kartu berobat melalui identitas pasien (nama lengkap, tanggal lahir, nama kepala
keluarga) melalui aplikasi SIMPUS.

15. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran mengarahkan pasien menunggu sesuai


dengan pelayanan yang dituju.

c) Pendaftaran Pasien Prioritas


Pasien prioritas adalah pasien dengan keadaan khusus (lansia di atas 70 tahun, ibu hamil,
balita usia 0 bulan sampai dengan 2 tahun yang berobat ke ruang pemeriksaan khusus
ISPA, penyandang disabilitas, pasien kondisi khusus dengan thalassemia dan cuci darah
dan pasien penderita gangguan kesehatan jiwa), yang mana di dalam proses alur
pendaftaran untuk pasien baru dan pasien lama tetap sama dengan prosedur
pendaftarannya, akan tetapi di dalam alur pelayanan akan diprioritaskan terlebihdahulu.
Berikut adalah alur pendaftaran rawat jalan pasien di Puskesmas Cinere.

46
Gambar 3. Alur Pendaftaran Rawat Jalan

47
A.1.2 Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien adalah pengumpulan dan pencatatan data pasien untuk mengetahui
identitas pasien dan membedakan data satu pasien dengan pasien yang lain yang
dimaksudkan agar keselamatan pasien terjamin di tempat pendaftaran dan mencegah
terjadinya kesalahan. Identitas pasien yang membedakan antara data satu pasien dengan
pasien lainnya yaitu:
1. Nama lengkap pasien
2. Tanggal lahir pasien
3. NIK
4. No. Rekam Medis (untuk pasien lama, pasien yang sudah berkunjung ke puskesmas)

A.1.3 Penyampaian Informasi di Bagian Pendaftaran


Penyampaian informasi adalah suatu proses pemberian informasi tentang sarana pelayanan
yang ada di Puskesmas Cinere, dilaksanakan setiap hari oleh Petugas Pendaftaran. Untuk
menunjang pelayanan klinis, beberapa informasi harus tersedia di tempat pendaftaran.
Informasi yang harus ada antara lain tarif pelayanan, jenis dan jadwal pelayanan, alur dan
proses pendaftaran, alur dan proses pelayanan, hak dan kewajiban pasien, rumah sakit
rujukan, ketersediaan tempat tidur dan informasi lain yang dibutuhkan. Informasi tersebut bisa
disampaikan melalui media informasi yaitu dalam bentuk leaflet dan video.
Proses Penyampaian Informasi lainnya di bagian pendaftaran adalah sebagai berikut:
1. Petugas pendaftaran menemui pasien yang datang ke Puskesmas.
2. Petugas pendaftaran menanyakan maksud dan tujuan pasien datang ke Puskesmas.
3. Petugas pendaftaran menayakan/mendengarkan keluhan atau kesulitan pasien.
4. Petugas pendaftaran menyampaikan informasi secara lengkap sesuai dengan apa yang
dibutuhkan pasien dengan menggunakan bahasa sesederhana mungkin dan kalimat yang
efektif, sehingga mudah diterima dan dipahami pasien.

A.1.4 Penyampaian Hak Dan Kewajiban Pasien di Ruang Pendaftaran


Penyampaian hak dan kewajiban pasien adalah proses menyampaikan informasi mengenai
hal yang diterima dan yang wajib dilakukan oleh pasien selama mendapatkan pelayanan di
puskesmas. Penyampaian hak dan kewajiban pasien di bagian pendaftaran ditujukan agar
proses pelayanan kesehatan perorangan di puskesmas berjalan dengan lancar dan tertib serta
memuaskan pasien, pasien/keluarga pasien memahami hak dan kewajiban masing-masing
dan mencegah kejadian tidak diinginkan yaitu tuntutan medis dari pihak pasien.
Berikut adalah tahapan-tahapan petugas pendaftaran di dalam menyampaikan hak dan
kewajiban pasien di bagian pendaftaran yaitu:
1. Petugas pendaftaran memperkenalkan diri kepada pasien.
2. Petugas pendaftaran mengutarakan maksud dan tujuan kegiatan.
3. Petugas pendaftaran membacakan hak dan kewajiban pasien yang ada di lembaran hak
dan kewajiban pasien.
4. Petugas pendaftaran memberi waktu dan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
apabila ada yang kurang jelas atau kurang dimengerti.
5. Petugas pendaftaran menjelaskan atas pertanyaan pasien tentang hak dan kewajiban
sebagai pasien.
48
6. Pasien dan petugas pendaftaran menandatangani lembaran yang berisi hak dan
kewajiban pasien yang kemudian akan disimpan ke dalam rekam medis pasien.
7. Petugas pendaftaran menutup kegiatan.

Berikut adalah Hak Hak Pasien di Puskesmas Cinere:


1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Puskesmas;
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban Pasien;
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga Pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7. Memilih dokter, dokter gigi, dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di Puskesmas;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin
Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Puskesmas;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya;
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis,
alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh Tenaga Kesehatan
terhadap penyakit yang dideritanya;
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu Pasien lainnya;
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Puskesmas;
15. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya;
16. Menggugat dan/atau menuntut Puskesmas apabila Puskesmas diduga memberikan pelayanan yang
tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan
17. Mengeluhkan pelayanan Puskesmast yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media
cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berikut adalah Kewajiban Pasien di Puskesmas Cinere:


1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Puskesmas;
2. Menggunakan fasilitas Puskesmas secara bertanggung jawab;
3. Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya yang
bekerja di Puskesmas;
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang dimilikinya;

49
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan
disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi yang
direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh
Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

A.1.5 Koordinasi dan Komunikasi Dengan Unit Lain


Koordinasi dan komunikasi dengan unit lain adalah proses koordinasi seluruh unit layanan agar
pasien/keluarga pasien dapat terlayani dengan baik. Petugas pendaftaran menyiapkan nomor
antrian pasien dan mengelompokkan pasien sesuai poli/unit pelayanan yang dituju, kemudian
petugas pendaftaran mendistribusikan rekam medissesuai dengan unit pelayanan yang dituju
oleh pasien. Dokter/petugas kesehatan lain yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien menggunakan formulir pengantar lab, formulir pengantar EKG atau tindakan lain yang
dibutuhkan, kertas resep, formulir rujukan internal atau formulir pembuatan rujukan eksternal,
jika diperlukan yang diberikan kepada pasien sebagai alat koordinasi dengan
pendaftaran/tenaga kesehatan terkait. Dokter/petugas kesehatan lain yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien mendokumentasikan layanan yang diberikan ke dalam
rekam medis sebagai alat koordinasi dan komunikasi antar tenaga kesehatan.

A.1.6 Pendaftaran Pasien Gawat Darurat atau Persalinan


Pasien gawat darurat atau persalinan yang datang ke puskesmas diharapkan bisa ditangani
dengan segera. Setelah dokter/perawat/bidan melakukan analisa awal dan menyatakan pasien
sebagai pasien gawat darurat atau ibu hamil yang memang sudah waktunya bersalin, maka
petugas pendaftaran mengarahkan pasien gawat darurat atau persalinan langsung menuju ke
ruang Gawatdarurat dan Tindakan /PONED yang kemudian akan ditangani oleh tenaga
kesehatan terkait. Keluarga atau pengantar pasien diarahkan menuju ke bagian pendaftaran
untuk melakukan pendaftaran pasien terkait. Setelah melakukan pendaftaran, keluarga atau
pengantar pasien diarahkan kembali ke ruang Gawatdarurat dan Tindakan /PONED untuk
konfirmasi kepada tenaga kesehatan yang ada di ruangan. Setelah pasien berhasil ditangani
tuntas oleh tenaga kesehatan terkait, petugas pendaftaran meminta biaya retribusi kepada
pasien atau keluarga atau pengantar pasien sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Jika
pasien perlu dirujuk, maka petugas pendaftaran akan memproses surat rujukan berdasarkan
surat pengantar rujukan yang telah dibuat oleh dokter.

A.1.7 Identifikasi dan Hambatan Budaya Pasien di Ruang Pendaftaran


Identifikasi dan hambatan budaya pasien adalah proses identifikasi terhadap hambatan-
hambatan yang mungkin dimiliki pasien seperti hambatan dalam faktor budaya, bahasa,
kebiasaan dan hambatan lain (fisik) di ruang pendaftaran.
Berikut adalah langkah-langkah identifikasi dan hambatan budaya pasien di bagian
pendaftaran yang diharapkan bisa mengantisipasi kendala budaya, bahasa, kebiasaan dan
hambatan lain (fisik) dan juga meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta
mengurangi kesulitan atau hambatan pada saat pendaftaran.

50
1. Pasien melakukan pendaftaran di bagian pendaftaran
2. Petugas pendaftaran mengidentifikasi pasien yang mempunyai hambatan dan kendala
pada saat pendaftaran (lansia, orang dengan keterbatasan, bicara dengan berbagai
bahasa dan dialek, budaya yang berbeda atau penghalang lain)

3. Petugas pendaftaran segera membantu ketika pasien datang dengan kendala bahasa,
hambatan bahasa juga ditangani dengan menggunakan bahasa isyarat, tulisan tangan dan
memanggil petugas lain yang mengerti bahasa pasien
4. Petugas pendaftaran meminta bantuan petugas keamanan, khusus pasien datang dengan
kendala fisik tidak bisa berjalan/lumpuh dan buta untuk mengambilkan kursi roda
5. Petugas pendaftaran menghubungi tenaga kesehatan, apabila pelayanan kepada pasien
dengan kebutuhan khusus terhambat atau tidak lancer

A.2 REKAM MEDIS


Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan atau dokumen tentang identitas pasien,
hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien.
Rekam medis pasien berisi informasi penting tentang proses asuhan pasien dan
perkembangan pasien sehingga berfungsi sebagai alat komunikasi antar petugas pemberi
asuhan pelayanan kepada pasien, maka rekam medis harus selalu tersedia setiap pasien
berkunjung ke Puskesmas Cinere dan setiap saat diperlukan.

A.2.1 TUJUAN DAN KEGUNAAN REKAM MEDIS


Tujuan pelaksanaan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Cinere.
Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tertib
administrasi di Puskesmas Cinere tidak akan berhasil sebagaimana yang diharapkan, yang
diketahui bahwa tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam
upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek administrasi,
aspek medis, aspek hukum, aspek keuangan, aspek penelitian, aspek pendidikan dan aspek
dokumentasi. Kegunaan rekam medis secara umum yaitu:
1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya
2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada
pasien
3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan dan pengobatan selama pasien
berkunjung ke puskesmas
4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan kepada pasien
5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, Puskesmas maupun dokter dan tenaga
kesehatan lainnya
6. Menyediakan data-data khusus yang berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan
7. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis yang diterima
oleh pasien
8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan pertanggung
51
jawaban dan laporan

A.2.2 SISTEM REKAM MEDIS


1. Sistem Penamaan Pasien
Sistem penamaan pada dasarnya untuk memberikan identitas kepada seorang pasien
serta untuk membedakan antara pasien yang satu dangan pasien yang lainnya, sehingga
mempermudah dalam proses pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien yang
berobat ke puskesmas.
2. Sistem Pemberian Nomor Pasien (Patient Numbering System)
Penyimpanan berkas rekam medis pada setiap pelayanan kesehatan disimpan
berdasarkan nomor pasien, yaitu nomor rekam medis pasien pada saat pasien berkunjung
ke puskesmas. Jika kartu berobat pasien hilang, nomor rekam medis pasien dapat
diperoleh dari data dasar pasien

Numbering System“ yaitu pada saat pasien datang pertama kali ke puskesmas untuk
berobat, maka pasien tersebut akan mendapat satu nomor rekam medis yang mana nomor
tersebut akan dipakaiselamanya untuk kunjungan-kunjungan selanjutnya baik untuk rawat
jalan maupun kunjungan ke unit-unit penunjang medis dan instalasi lain untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Berkas rekam medis pasien tersebut
akan tersimpan didalam satu berkas rekam medis dengan satu nomor pasien.

A.2.3 ALUR REKAM MEDIS


1. Pasien mendaftar ke ruang pendaftaran sesuai dengan prosedur yang berlaku.
2. Petugas pendaftaran membuat kartu berobat (kartu pasien) untuk diberikan kepada pasien
baru yang harus dibawa apabila pasien tersebut berobat ulang ke puskesmas.
3. Untuk pasien baru, petugas pendaftaran akan menyiapkan berkas rekam medis pasien
baru.
4. Bagi pasien kunjungan ulang atau pasien lama, harus memperlihatkan kartu berobat
kepada petugas pendaftaran. Selanjutnya petugas pendaftaran akan menyiapkan berkas
rekam medis pasien lama tersebut.
5. Apabila pasien lupa membawa kartu berobat maka berkas rekam medis pasien lama dapat
ditemukan dengan mengetahui nomor rekam Meds pasien melalui pencarian data base
pasien pada sistem yang ada di komputer.
6. Berkas rekam medis pasien dikirimkan ke unit pelayanan yang dituju oleh petugas
pendaftaran yang telah diberi kewenangan untuk membawa berkas rekam medis.
7. Petugas yang memberi pelayanan kepada pasien mencatat pada buku register pasien
rawat jalan antara lain : tanggal kunjungan, nama pasien, nomor rekam medis, jenis
kunjungan dan tindakan/pelayanan yang diberikan.
8. Dokter pemeriksa mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan, diagnosis, terapi yang
ada relevansinya dengan penyakitnya pada lembaran rekam medis (catatan dokter di unit
pelayanan kesehatan yang dituju).
9. Petugas pemberi asuhan (perawat/bidan) membuat laporan/ rekapitulasi harían pasien
rawat jalan.

10. Setelah pemberian pelayanan kesehatan di unit pelayanan yang dituju dilaksanakan,
petugas pemberi asuhan (perawat/bidan) mengirimkan seluruh berkas rekam medis
52
pasien rawat jalan berikut rekapitulasi harian pasien rawat jalan, ke unit rekam medis
paling lambat 1 jam sebelum berakhir jam kerja.
11. Petugas rekam medis memeriksa kelengkapan pengisian rekam medis dan untuk yang
belum lengkap segera diupayakan kelengkapannya.
12. Petugas rekam medis membuat rekapitulasi setiap akhir bulan, untuk membuat laporan
kunjungan pasien berobat dan rekapitulasi 20 diagnosa penyakit terbesar di puskesmas.
13. Berkas rekam medis pasien disimpan berdasarkan nomor rekam medis dengan sistem
penyimpanan angka akhir (terminal digit filling).

A.2.4 PENCATATAN KEGIATAN PELAYANAN MEDIS


1. Penanggung Jawab Pengisian Rekam Medis
Yang membuat/mengisi rekam medis adalah dokter (dokter umum dan dokter gigi yang
melayani pasien di puskesmas) dan tenaga kesehatan lainnya. Tenaga para medis
perawatan dan tenaga para medis non perawatan yang langsung terlibat di dalam
pelayanan kesehatan di puskesmas antara lain perawat, perawat gigi, bidan, tenaga
laboratorium klinik, gizi, dan sanitarian.
2. Ketentuan Pengisian Rekam Medis
Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima
pelayanan selambat-lambatnya dalam waktu 1 X 24 jam harus ditulis dalam lembaran
rekam medis, semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter/tenaga kesehatan
lainnya sesuai dengan kewenangannya dan ditulis nama terangnya serta diberi tanggal,
dokter yang memeriksa pasien dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan melakukan
perbaikannya pada saat itu juga serta dibubuhi paraf dan Penghapusan tulisan dengan
cara apapun tidak diperbolehkan.

A.2.5 PROSES PENGOLAHAN REKAM MEDIS


Proses pengolahan di dalam rekam medis yaitu:
1. Penataan Berkas Rekam Medis (Assembling) yaitu proses pemilihan dan penyusunan
tehadap lembar-lembar rekam medis.
2. Pemberian Kode (Coding) yaitu penetapan diagnosis kepada seorang pasien merupakan
kewajiban, hak dan tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait dan tidak boleh
diubah oleh karenanya diagnosis yang ada dalam rekam medis harus dilsi dengan lengkap
dan jelas sesual dengan arahan yang ada pada buku ICD-10.
3. Penyimpanan Rekam Medis (Filling System) adalah suatu kegiatan di dalam pengelolaan
rekam medis yaitu menerima, mengatur, menyimpan, dan memelihara berkas rekam
medis pasien di ruang penyimpanan rekam medis.
4. Analisa Rekam Medis yaitu telaah atau review bagian tertentu dari isi rekam medis dengan
maksud menemukan kekurangan khusus yang berkaitan dengan pendokumentasian
(pencatatan) rekam medis.

53
5. Pengambilan Rekam Medis (Retrieval) adalah tata cara mengambil berkas rekam medis
sesuai dengan nomor kartu berobat pasien untuk dilakukan pelayanan di pelayanan
rawata jalan, UGD atau PONED.
6. Distribusi Rekam Medis adalah proses pengiriman berkas rekam medis ke ruang
pelayanan umum/khusus yang dituju untuk dilakukan pelayanan kesehatan.
7. Perencanaan Terhadap Rekam Medis Yang Tidak Aktif adalah rencana tentang
pengelolaan rekam medis yang tidak aktif (non aktif) sehingga selalu tersedia tempat
penyimpanan untuk rekam medis yang baru yang terdiri dari 1) Penyusutan (retensi rekam
medis) adalah suatu kegiatan pengurangan berkas rekam medis dari rak penyimpanan
dengan cara memindahkan berkas rekam medis non aktif dari rak penyimpanan rekam
medis aktif ke tempat penyimpanan berkas rekam medis non aktif dengan cara memilah
pada rak penyimpanan sesuai dengan tahun kunjungan 2) Pemusnahan rekam medis
adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara fisik berkas rekam medis yang telah
berakhir fungsi dan nilai gunanya.

54
A. 3 ALUR PELAYANAN

Gambar 4. Alur Pelayanan UPTD Puskesmas Cinere

55
A.4 PEMERIKSAAN PASIEN

A.4.1 KAJIAN AWAL

Kajian awal adalah pemeriksaan terhadap pasien baru yang meliputi anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta kajian sosial untuk mengidenfikasi
berbagai kebutuhan dan harapan pasien beserta keluarga. Pemeriksaan dan diagnosis sesuai
standar profesi dan standar asuhan masing- masing. Penapisan (skrining) dan proses kajian
awal dilakukan secara paripurna dan mencakup berbagai kebutuhan dan harapan
pasien/keluarga dan mencegah penularan infeksi. Asuhan pasien dilaksanakan berdasarkan
rencana asuhan medis, keperawatan, dan asuhan klinis yang lain dengan memperhatikan
kebutuhan pasien, dan berpedoman pada panduan praktik klinis yang tertuang dalam panduan
praktek klinis bagi dokter umum dan dokter gigi serta asuhan keperawatan di UPTD
Puskesmas Cinere.
Proses kajian harus dilakukan pada tempat yang memenuhi persyaratan untuk
melakukan kajian, menggunakan peralatan yang sesuai dengan standar Puskesmas, berfungsi
dengan baik, mudah dioperasikan, dan memberikan hasil yang akurat.
Kajian hanya boleh dilakukan oleh tenaga professional yang kompeten. Proses kajian
tersebut dapat dilakukan secara individual atau jika diperlukan oleh tim kesehatan antar profesi
yang terdiri dari dokter, dokter gigi, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan yang lain sesuai
dengan kebutuhan pasien. Kajian awal tersebut memberikan informasi untuk:
- Memahami pelayanan apa yang dicari pasien
- Menetapkan diagnosis awal
- Mengetahui riwayat pasien terhadap pengobatan sebelumnya
- Memahami respons pasien terhadap pengobatan sebelumnya
- Memilih jenis pelayanan/tindakan yang terbaik bagi pasien serta rencana tindak lanjut
dan evaluasi.
Temuan pada kajian awal dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dan
menetapkan pelayanan/ tindakan sesuai kebutuhan serta rencana tindak lanjut dan
evaluasinya. Temuan dan kajian awal juga dapat digunakan untuk membuat keputusan
perlunya review/kajian ulang pada situasi yang meragukan. Temuan dan kajian awal harus
mudah ditemukan kembali sehingga tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu dan tertuang
dalam S-O-A-P di rekam medis.

Subjective
Bagian ini memberikan konteks untuk penilaian dan rencana yang akan dilakukan pada pasien
yang terdiri dari :

1. Keluhan Utama ((Chief Complain (CC))


Keluhan utama/ CC atau masalah yang muncul dan dilaporkan oleh pasien. Ini bisa
berupa gejala, kondisi, diagnosis sebelumnya atau pernyataan singkat lainnya yang
menjelaskan mengapa pasien datang hari ini. Contoh: nyeri dada, nafsu makan
berkurang, nafas pendek.

2. Sejarah Penyakit Sekarang ((History Of Present Illness (HPI))

56
a. Onset: Kapan dimulai?

b. Lokasi: Di mana keluhan berada?

c. Durasi: keluhan telah berlangsung berapa lama ?

d. Karakterisasi: Bagaimana pasien menggambarkan keluahannya ?

e. Faktor yang mengurangi dan memperburuk : Apa yang membuat keluhan lebih
baik atau lebih buruk?

f. Radiasi: Apakah keluhan menjalar atau tetap di satu lokasi?

g. Apakah keluhan lebih buruk (atau lebih baik) pada waktu tertentu dalam sehari?

h. Tingkat Keparahan: Menggunakan skala 1 hingga 10, 1 sebagai yang terkecil,


10 menjadi yang terburuk, bagaimana cara pasien menilai keluhan

i. Skala nyeri (sesuai kondisi)

57
3. Sejarah penyakit dahulu dan sejarah penyakit keluarga harus ditanyakan dan tertuang
dalam pencatatan di rekam medis .

Objective
Bagian ini mendokumentasikan data objektif dari pertemuan pasien, termasuk :

1. Tingkat kesadaran dan keadaan umum pasien

2. Tanda-tanda vital

a. Suhu

b. Denyut jantung

c. Frekuensi nafas
58
d. Tekanan darah

e. Saturasi oksigen (disesuaikan dengan kondisi pasien)

3. Temuan pemeriksaan fisik head to toe

4. Status antropometri pasien yaitu berat badan dan tinggi badan (seusai kondisi)

5. Data laboratorium

6. Hasil usg/ ct-scan/ rontgen, dll (jika ada)

7. Data diagnostik lainnya

8. Pengakuan dan peninjauan dokumentasi dokter lainnya seperti jawaban rujuk balik dari
dokter faskes lanjutan

Assessment
Bagian ini menelaah bukti "subyektif" dan "obyektif" untuk sampai pada diagnosis
1. Diagnosis
Buat daftar daftar masalah sesuai urutan kepentingannya. Masalah sering dikenal
sebagai diagnosis.
2. DiagnosisBanding
Ini adalah daftar dari berbagai diagnosis yang mungkin, dari yang paling kecil
kemungkinannya, dan proses pemikiran di balik daftar ini. Di sinilah proses pengambilan
keputusan dijelaskan secara mendalam. Termasuk di dalamnya adalah kemungkinan
diagnosis lain yang dapat membahayakan pasien, tetapi kecil kemungkinannya

Plan
Bagian ini merinci kebutuhan untuk tambahan pengobatan atau rencana pemeriksaan
penunjang lain dan konsultasi dengan dokter lain untuk mengatasi penyakit pasien. Bagian ini
juga membahas langkah-langkah tambahan yang diambil untuk merawat pasien. Bagian ini
membantu dokter di masa depan memahami apa yang perlu dilakukan selanjutnya

Pengkajian medis, keperawatan, kebidanan, gizi, kefarmasian wajib mendokumentasikan hasil


kajian dalam di rekam medis yang terintegrasi. Adapun proses skrining dan proses kajian
pasien dilakukan secara paripurna untuk mendukung rencana dan pelaksanaan pelayanan
oleh petugas kesehatan profesional dan/atau tim kesehatan antar profesi yang digunakan
untuk menyusun keputusan layanan klinis.

A.4.2 RENCANA LAYANAN KLINIS

Prosedur layanan klinis diupayakan agar kesinambungan pelayanan terjamin. Hasil dari
kajian awal dinyatakan dalam bentuk diagnosis dan digunakan untuk menyusun keputusan dan

59
rencana layanan klinis. Rencana layanan klinis disusun dengan tujuan yang jelas,
terkoordinasi, disusun bersama pasien dengan memperhatikan kebutuhan biologis, psikologis,
sosial, spiritual dan tata nilai budaya pasien.
Pelayanan klinis diberikan seefektif dan efisien mungkin sesuai kemampuan
puskesmas. Prosedur yang dibuat diupayakan agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu.
Perawat dan petugas kesehatan lain wajib mengingatkan dokter jika terjadi pengulangan yang
tidak perlu.
Luaran klinis tergantung dari ketepatan dalam penyusunan rencana layanan yang
sesuai dengan kondisi pasien dan standar pelayanan klinis.Rencana layanan klinis harus
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sesuai profesi masing-masing. Kesesuaian
rencana layanan ini akan dilakukan evaluasi secara periodik oleh tim mutu untuk melihat
kesesuaian antara rencana layanan dengan pelaksanaan layanan. Hasil dari evaluasi ini akan
ditindaklanjuti agar tercapai layanan klinis sesuai dengan rencana. Edukasi atau penyuluhan
kondisi pasien ke pasien sendiri atau keluarga pasienpun memiliki peranan penting dalam
kesembuhan atau keberhasilan pengobatan. Edukasi dapat dilakukan baik secara lisan atau
tulisan baik poster, leaflet atau banner serta audiovisual. Dalam hal ini, tenaga medis akan
berkoordinasi dengan tenaga kesehatan penunjang lainnya dalam membantu edukasi atau
penyuluhan kesehatan.

A.4.3 PERSETUJUAN/ PENOLAK TINDAKAN MEDIK


Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan
yang diterimanya adalah dengan cara memberikan informed consent/informed choice.
lnformed consent dapat diperoleh pada berbagai titik waktu dalam proses pelayanan.
Persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran adalah persetujuan atau penolakan
yang diberikan pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap
tentang rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Persetujuan atau penolakan
yang dimaksud dapat diberikan secara lisan dan tertulis. Setiap tindakan Tenaga Kesehatan
yang berisiko tinggi (dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan berdasarkan tingkat
probabilitas tertentu) memerlukan surat persetujuan/ penolakan secara tertulis yang
ditandatangani oleh pihak yang berhak memberikan persetujuan/ penolakan
Tindakan yang tidak beresiko tinggi dapat diberikan secara persetujuan lisan atau
bentuk gerakan menganggukkan kepala yang dapat diartikan sebagai ucapan setuju. Dalam
hal persetujuan lisan yang diberikan dianggap meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan
tertulis.
Informasi yang diberikan minimal meliputi :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
b. Tujuan tindakan medis yang akan dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan
f. Perkiraan pembiayaan

60
Dalam keadaan gawat darurat (untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/ atau mencegah
kecacatan) tidak memerlukan persetujuan/ penolakan tindakan. Keputusan melakukan
tindakan harus sesuai penilaian dokter/ dokter gigi dan tercatat dalam rekam medis.
Penjelasan tentang tindakan diberikan sesegera mungkin setelah pasien sadar atau kepada
keluarga terdekat. Persetujuan/penolakan tertulis tindakan medik didokumentasikan dalam
bentuk form informed consent dan dimasukkan ke dalam rekam medik dan teruang dalam SOP
Informed Consent . Adapun sebelum pasien menandatangani formulir informed consent,
pasien harus mendapat informasi secara lengkap, jelas dan terarah dari petugas dan
menandatangani formulir pemberian informasi tindakan kedokteran yang tertuang dalam SOP
Pemberian Informasi Tindakan Kedokteran.
Tanggung jawab pemberi informasi adalah dokter atau dokter gigi pemberi perawatan/
tindakan untuk memastikan bahwa persetujuan tersebut diperoleh secara benar dan layak.
Dokter/ dokter gigi dapat melimpahkan wewenang proses pemberian informasi dan
penerimaan persetujuan, namun tanggung jawab tetap berada pada dokter atau dokter gigi
pemberi delegasi untuk memastikan bahwa persetujuan diperoleh secara benar dan layak.
Berikut daftar tindakan yang memerlukan informed consent secara tertulis:
a. Tindakan hecting
b. Tindakan pembedahan minor : insisi, ekstraksi kuku, pemasangan/ pelepasan implant
c. Pemasangan/ pelepasan intra uterine divice (IUD)
d. Pemasangan/ pelepasan kateter
e. Pencabutan gigi atau tindakan perawatan gigi yang berisiko infeksi
f. Rujukan kasus gawat darurat
1. Adapaun, ketika pasien memerlukan tindakan pembedahan/ memerlukan tindakan
yang memakai obat bius, petugas wajib mengisi formulir tindakan/pembedahan
monitoring status fisiologis pasien agar selama proses tindakan, pasien terawasi hingga
proses tindakan selesai dan semua tertulis dalam formulir tersebut. Anestesi yang
tersedia adalah anestesi lokal dan petugas wajib menuliskan jenis dan dosis anestesi
yang dipakai selama proses tindakan dan memonitor keadaan pasien sebelum, selama
dan sesudah tindakan yang memakai obat bius serta waktu pelaksanaan, riwayat alergi
pasien dan lokasi tindakan atau bius. Adapun obat bius atau obat anestesi yang
tersedia di UPTD Puskesmas Cinere adalah etil kloroda spray 100 ml, lidokain injeksi 2
ml, lidokain spray topikal 10%, lidokain gel 2 %, Kombinasi Lidokain HCl dengan
Epinefrin 2%

61
A.4.4 RUJUKAN
Jika kebutuhan pasien tidak dapat dipenuhi oleh Puskesmas maka pasien harus dirujuk
ke fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.
Rujukan ini dapat berlaku vertikal maupun horisontal. Rujukan horisontal adalah rujukan
ke sesama fasilitas kesehatan tingkat pertama yang memiliki pelayanan yang dibutuhkan
pasien. Rujukan vertikal maksudnya melakukan rujukan ke tingkat pelayanan lebih tinggi/
fasilitas kesehatan tingkat lanjut.
Rujukan ini harus mendapat persetujuan dari pasien ataupun keluarganya. Persetujuan
ini diberikan setelah mendapat kejelasan dari tenaga kesehatan yang menangani pasien.
Penjelasan ini meliputi :
a. Alasan dilakukan rujukan

b. Fasilitas kesehatan yang dituju, termasuk pilihan fasilitas kesehatan lainnya (jika ada ).

Sehingga pasien/ keluarga dapat memutuskan fasilitas mana yang dipilih

c. Kapan rujukan harus dilakukan

d. Tata cara proses rujukan dari mencari Faskes lanjutan melalui Sisrute atau SPGDT
hingga proses stabilisasi pasien, dokumentasi rujukan hingga pengantaran rujukan
didampingi oleh tenaga medis yang kompeten dan ambulan UPTD Puskesmas Cinere
Resume medis akan diberikan pada pasien dengan kondisi kedaruratan. Isi dari resume
medis antara lain kondisi klinis pasien, prosedur atau pemeriksaan yang telah
dilakukan dan kebutuhan pasien lebih lanjut.

Jika merujuk pasien dengan kondisi kedaruratan maka pasien harus didampingi oleh
tenaga yang kompeten. Adapaun tenaga yang kompeten harus sudah memiliki pelatihan sepert
BTCLS/ PPGDON/ ACLS/ ATLS/ PPGD. Sebelum dilakukan rujukan, petugas wajib mengisi
ceklis rujukan agar prosedur terlaksana dengan baik tanpa ada yang terlewat. Kondisi pasien
selama perjalanan rujukan harus dimonitoring dan tercatat dalam formulir saat proses rujuk dan
kondisi harus stabil. Serah terima pasien rujukan di faskes lanjutan wajib didokumentasikan
sebagai bukti faskes lanjutan menerima rujukan dari faskes satu dan tertuang dalam
dokumentasi.
Kasus – kasus PONED (pelayanan obstetric neonatal emergensi dasar) yang dirujuk :
1. Gemelli
2. Ketuban Pecah Dini lebih dari 24 jam
3. Malposisi
4. Makrosomia
5. Riwayat Sectio Cesaria
6. Perdarahan ante partum
7. Syok
8. Tali pusat menumbung
9. Partus Kala I Memanjang
10. Partus Kala 2 lama
11. Anemia

62
12. Pre Eklampsi Berat / eklamsi
13. Gawat janin
14. HbsAg (+)
15. HIV (+)
16. Cephalo Pelvic Disproportion
17. Kelainan letak

Rujukan internal di UPTD Puskesmas Cinere juga dilakukan secara terintegrasi dan petugas
kesehatan harus menggunakan formulir konsultasi internal untuk melakukan rujukan internal
dan harus terdokumentasikan di rekam medis.

Rujukan Melalui SISRUTE


Sisrute adalah Sistem Informasi Rujukan Terintegrasi berbasis internet yang dapat
menghubungkan data pasien yang ingin dirujuk dari faskes tingkat pertama menuju faskes
tingkat lanjutan atau sederajat (horizontal maupun vertical) dengan tujuan untuk
mempermudah dan mempercepat proses rujukan pasien.
Adapun alur merujuk dengan sistem sisrute adalah sebagai berikut :
1. Ketika pasien datang, petugas medis langsung memeriksa pasien dan mendiagnosis
secara lengkap pasien tersebut
2. Jika kondisi pasien harus dirujuk, maka petugas medis harus menginformasikan ke
pasien atau pihak keluarga tentang kondisi pasien dan alas an merujuk, namun, pasien
harus tetap distabilkan terlebih dahulu sembari menunggu rujukan

3. Jika keluarga sudah setuju dan memutuskan faskes lanjutan yang akan dirujuk, maka
petugas medis membuka wesite sisrute yaitu sisrute.kemkes,go.id
4. Petugas memasukan informasi pasien ke sisrute secara lengkap dan memilih faskes
lanjutan yang akan dirujuk
5. Setelah faskes lanjutan mengkonfirmasi menerima rujukan, puskesmas cinere
menyiapkan semua dokumen yang dibutuhkan dalam merujuk ke faskes lanjutan dan
tetap menstabilkan pasien sebelum dirujuk ke faskes lanjutan
6. Pasien diantar ambulan dan didampingi tenaga medis faskes pertama menuju faskes
lanjutan.

Gambar 16. Sisrute

63
Gambar 17. Formulir Rujukan Umum

64
Gambar 18. Formulir Rujukan BPJS

65
Gambar 19. Formulir Konsultasi Internal

66
Gambar 21. Formulir Ceklis Persiapan Rujukan

67
Gambar 22. Formulir monitoring saat proses rujuk

Gambar 23. Resume medis klinis pasien

68
PROGRAM RUJUK BALIK (PRB) PUSKESMAS
Pelayanan Obat Rujuk Balik adalah pemberian obat-obatan untuk penyakit kronis di
faskes tingkat pertama sebagai bagian dari program pelayanan rujuk balik. Adapun filosofi
Program Rujuk Balik (PRB) ini adalah
1. Pelayanan Rujuk balik adalah Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penderita
di Fasilitas Kesehatan atas rekomendasi/rujukan dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis
yang merawat.
2. Pelayanan Program Rujuk Balik adalah Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada
penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan
atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di Faskes Tingkat
Pertama atas rekomendasi/rujukan dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis yang merawat.

Manfaat Program Rujuk Balik (PRB) yaitu :

1. Bagi peserta :
a. Meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang mencakup akses promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif
c. Meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dalam konteks pelayanan
holistik
d. Memudahkan untuk mendapatkan obat yang diperlukan
2. Bagi faskes tingkat pertama :
a. Meningkatkan fungsi Faskes selaku Gate Keeper dari aspek pelayanan
komprehensif dalam pembiayaan yang rasional
b. Meningkatkan kompetensi penanganan medik berbasis kajian ilmiah terkini
(evidence based) melalui bimbingan organisasi/dokter spesialis
c. Meningkatkan fungsi pengawasan pengobatan
3. Bagi faskes rujukan tingkat lanjutan :
a. Mengurangi waktu tunggu pasien di poli RS
b. Meningkatkan kualitas pelayanan spesialistik di Rumah Sakit
c. Meningkatkan fungsi spesialis sebagai koordinator dan konsultan manajemen
penyakit
Jenis Penyakit Jenis Penyakit yang termasuk Program Rujuk Balik adalah:
1. Diabetus Mellitus
2. Hipertensi
3. Jantung
4. Asma
5. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
6. Epilepsy
7. Schizophrenia
8. Stroke
9. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

69
10. Sesuai dengan rekomendasi Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dan Komite
Formularium Nasional, penyakit sirosis tidak dapat dilakukan rujuk balik ke Faskes
Tingkat Pertama karena :
a. Sirosis hepatis merupakan penyakit yang tidak curabel
b. Tidak ada obat untuk sirosis hepatis
c. Setiap gejala yang timbul mengarah kegawatdaruratan (misal : eshopageal
bleeding) yang harus ditangani di Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan
d. Tindakan-tindakan medik untuk menangani gejala umumnya hanya dapat
dilakukan di Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan.
Jenis Obat Obat yang termasuk dalam Obat Rujuk Balik adalah:
1. Obat Utama, yaitu obat kronis yang diresepkan oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dan tercantum pada Formularium Nasional untuk
obat Program Rujuk Balik
2. Obat Tambahan, yaitu obat yang mutlak diberikan bersama obat utama dan diresepkan
oleh dokter Spesialis/Sub Spesialis di Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan untuk
mengatasi penyakit penyerta atau mengurangi efek samping akibat obat utama
Peserta Program Rujuk Balik Peserta yang berhak memperoleh obat PRB adalah
1. Peserta dengan diagnosa penyakit kronis yang telah ditetapkan dalam kondisi
terkontrol/stabil oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis dan telah mendaftarkan diri untuk
menjadi peserta Program Rujuk Balik
Mekanisme Pelayanan PRB :
1. Peserta mendaftarkan diri pada petugas dengan menunjukan : Kartu Identitas peserta
BPJS Kesehatan, Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis, Surat ElijibilitasPeserta
(SEP) dari BPJS Kesehatan, Lembar resep obat/salinan resep
2. Peserta mengisi formulir pendaftaran
3. Pelayanan obat rujuk balik dilakukan 3 kali berturut-turut selama 3 bulan di Faskes
Tingkat Pertama
4. Setelah 3 (tiga) bulan peserta dapat dirujuk kembali oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan untuk dilakukan evaluasi
oleh dokter spesialis/subspesialis
5. Sebagai tindak lanjut dari program rujuk balik, Tenaga medis di faskes pertama kembali
mengkaji ulang kondisi pasien rujuk balik dari FKTL, pada saat kondisi peserta PRB
tidak stabil, peserta PRB dapat dirujuk kembali ke dokter Spesialis/Sub Spesialis
sebelum 3 bulan dan menyertakan keterangan medis dan/atau hasil pemeriksaan klinis
dari dokter Faskes Tingkat Pertama yang menyatakan kondisi pasien tidak stabil atau
mengalami gejala/tandatanda yang mengindikasikan perburukan dan perlu
penatalaksanaan kembali oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis.
6. Apabila hasil evaluasi kondisi peserta dinyatakan masih terkontrol/stabil oleh dokter
spesialis/subspesialis, maka pelayanan program rujuk balik dapat dilanjutkan kembali
dengan memberikan SRB baru kepada peserta PRB

70
7. Perubahan/penggantian obat program rujuk balik hanya dapat dilakukan oleh Dokter
Spesialis/ sub spesialis yang memeriksa di Faskes Tingkat Lanjutan dengan prosedur
pelayanan RJTL
8. Dokter di Faskes Tingkat Pertama melanjutkan resep yang ditulis oleh Dokter
Spesialis/sub-spesialis dan tidak berhak merubah resep obat PRB.
9. Dalam kondisi tertentu Dokter di Faskes Tingkat Pertama dapat melakukan
penyesuaian dosis obat sesuai dengan batas kewenangannya.
10. Obat PRB dapat diperoleh di Apotek/depo farmasi yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan untuk memberikan pelayanan Obat PRB.
11. Jika peserta masih memiliki obat PRB, maka peserta tersebut tidak boleh dirujuk ke
Faskes Rujukan

A.4.5. PEMULANGAN PASIEN

Kriteria Pemulangan Pasien


Langkah-langkah petugas menjamin kesinambungan pelayanan, rujukan, maupun proses
pemulangan yang sesuaiprosedur.
Rawat Jalan
1. Dokter memastikan pasien dalam kondisi stabil;
2. Dokter memastikan tidak ada tanda tanda kegawatdaruratan;
3. Dokter memastikan prognosis baik;
4. Pasien mampu minum obat;
5. Dokter menyarankan agar psien control jika ada keluhan atauapabila obat habis;
UGD
1. Dokter memastikan dalam kondisi stabil, GCS 456;
2. Dokter memastikan pasien tidak didapatkan tanda gawat daruratyang mengancam jiwa;
3. Dokter memastikan prognosis baik;
4. Pasien mampu meminum obat dan mematuhi petunjuk dokterpemeriksa;
5. Dokter menyarankan pasien untuk kembali apabila terjadi tanda-tanda penurunan kondisi;
6. Pasien mampu kontrol apabila obat habis;
PONED
1. Pasien dalam kondisi yang stabil, misalnya : kontraksi uterusbagus, keras, pendarahan
tidak massif, BAK normal Bidanmenerima kunjungan ibu hamil di ruang KIA;
2. Bidan memeriksa TTV dengan hasil normal;
3. Pasien mampu meminum obat secara per-oral;
4. Bidan memastikan bayi dalam kondisi stabil, bayi sudah BAB danBAK;
5. Bidan memastikan bayi mampu menyusu;
6. Pasien mampu melakukan perawatan secara mandiri di rumah;
7. Pasien mampu control apabila obat habis atau jika ada keluhan;
8. Pasien dipulangkan 1x24 jam sejak pasien melahirkan;

A.5 PELAYANAN LABORATORIUM

A.5.1 KEMAMPUAN PEMERIKSAAN


Kemampuan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Cinere meliputi pemeriksaan

71
pemeriksaan :
a. Hematologi : hemoglobin, hematokrit, hitung eritrosit, hitung trombosit,
hitung lekosit, hitung jenis lekosit, LED, masa perdarahan dan masa
pembekuan.
b. Kimia klinik : glukosa, SGOT, SGPT, asam urat, ureum/BUN, kreatinin,
trigliserida, kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL.
c. Mikrobiologi dan Parasitologi : BTA ( batang tahan asam ) dan TCM (Tes
Cepat Molekuler ) TBC
d. Imunologi : tes kehamilan, golongan darah, widal, HBsAg, anti-HIV, rapid
syphilis, antigen SARS Cov-19
e. Urinalisa : makroskopis ( warna, kejernihan, bau, volume), pH, berat jenis,
protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, keton, nitrit, lekosit, eritrosit, dan
mikroskopik ( sedimen ).

A.5.2 METODE
Metode pemeriksaan laboratorium menggunakan metode manual, semi automatik dan
automatik.

A.5.3 REAGEN
Reagen yang diperlukan disesuaikan dengan metode yang digunakan untuk tiap pemeriksaan
di Laboratorium Puskesmas Cinere.
Penanganan dan penyimpanan reagen harus sesuai persyaratan antara lain :
a. Memperhatikan tanggal kadaluarsa, suhu penyimpanan.
b. Memakai reagen dengan metode First in First out (sesuai urutan penerimaan)
c. Sisa pemakaian reagen tidak dikembalikan ke dalam sediaan induk.
d. Memperhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang terjadi pada
sediaan reagen.
e. Segera menutup kembali botol sediaan reagen setelah digunakan.
f. Melindungi label dari kerusakan.
g. Menempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak kena
cahaya matahari langsung.
h. Reagen harus terdaftar di Kementerian Kesehatan.
i. Reagen HIV harus sudah dievaluasi oleh Laboratorium Rujukan Nasional.

A.5.4 NILAI KRITIS


NILAI AMBANG KRITIS NEONATUS

NO PARAMETER LIMIT RENDAH LIMIT TINGGI SATUAN

1 Glukosa <40 mg/dl

2 Hemoglobin <5 >24 mg/dl

3 Leukosit <2.000 >30.000 mm/jam

72
NILAI AMBANG KRITIS

NO PARAMETER LIMIT RENDAH LIMIT TINGGI SATUAN

1 Kimia Klinik
Glukosa <55 >450 mg/dl
2 Hematologi
Hemoglobin <5.0 >20.0 gr/dl
Hematokrit <14 >60 %
Leukosit <2.000 >30.000 103/µL
Trombosit <50.000 >1.000.000 103/µL

Hasil laboratorium yang mencapai nilai kritis disampaikan langsung oleh ATLM kepada
pemeriksa pasien dan penyampaiannya dicatat tersendiri dengan formulir penyampaian hasil
kritis yang langsung dilaporkan secara cepat baik secara lisan atau melalui telepon.

A.6 PELAYANAN KEFARMASIAN


Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi kepada apoteker untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang
harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan
obat kepada pasien. Pelayanan resep dilakukan sebagai berikut:
1. Penerimaan Resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, paraf dokter,
tanggal, penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, dan identitas
pasien (minimal terdiri atas nama, umur atau tanggal lahir, dan nomor rekam medik)
b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
cara dan lama penggunaan obat.
c. Pertimbangan klinik seperti alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian dosis.
d. Berkonsultasi dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau obatnya
tidak tersedia.

2. Peracikan Obat dan Pembuatan Etiket


Setelah memeriksa resep dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan
nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
b. Peracikan obat.
c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/ oral dan etiket warna biru untuk obat
luar.
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah antar obat yang

73
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.

3. Penyerahan Obat
Penyerahan obat dilakukan setelah peracikan obat dilakukan. Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah obat.
b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan
sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya kurang stabil.
c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait dengan
obat tersebut, antara lain manfaat obat, kemungkinan efek samping, dan cara
penyimpanan obat.

4. Pelayanan Informasi Obat


Tenaga Kefarmasian :
a. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan lain, baik lisan maupun
tertulis, langsung atau tidak langsung dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak
bias, etis dan bijaksana melalui penelusuran literature secara sistematis untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan.
b. Pemberian informasi obat yang berupa pertanyaan dari pasien, ataupun tenaga
kesehatan lain dan didokumentasikan.

A.6.1 MONITORING DAN PENILAIAN TERHADAP PENGGUNAAN DAN PENYEDIAAN


OBAT
Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan secara berkala. Monitoring merupakan kegiatan
pemantauan terhadap pelayanan kefarmasian itu sendiri. Monitoring dan evaluasi
dilaksanakan dengan memantau seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian mulai dari
pelayanan resep sampai kepada pelayanan informasi obat kepada pasien sehingga
diperoleh gambaran mutu pelayanan kefarmasian sebagai dasar perbaikan pelayanan
kefarmasian di puskesmas selanjutnya.

A.6.2 MONITORING EFEK SAMPING OBAT


Bila diketahui bahwa obat yang diberikan pada pasien mempunyai efek samping,
pasien diberitahu gejala sampingan apa yang dapat ditimbulkan oleh obat tersebut.
Monitoring efek samping obat dilakukan dengan pengisian di buku khusus pencatatan
monitoring efek samping obat.

B. METODE

Upaya kesehatan perorangan yang dilakukan terintegrasi dengan kegiatan upaya


kesehatan masyarakat dan mengutamakan upaya preventif dan promotif.

74
Pencegahan yang dilakukan terdiri atas 5 level, yaitu:
1. Promosi kesehatan/ health promotion
Contoh kegiatan : edukasi higiene perorangan, edukasi diet seimbang, penyuluhan
kesehatan reproduksi, edukasi etika batuk.
2. Perlindungan khusus/ spesific protection
Contoh : imunisasi program (rutin dan tambahan seperti imunisasi saat KLB atau
pencegahan transmisi virus covid), Imunisasi Pilihan (imunisasi influenza,
imunisasi meningitis, dll)
3. Pembatasan kecacatan/ dissability limitation
Contoh : pengobatan penderita hipertensi, pengobatan penderita diabetes melitus.
4. Rehabilitasi/ rehabilitation
5. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat/ early diagnosis and prompt treatment
Contoh : Pemeriksaan inspeksi visual asetat (IVA), pemeriksaan calon pengantin,
pemeriksaan antenatal, skrining penyakit tidak menular.

C. LANGKAH KEGIATAN

Petugas (dokter/ dokter gigi/ perawat/tim screening) melakukan triase terhadap pasien
yang datang. Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat pasien yang membutuhkan
stabilisasi segera. Kode identifikasi pasien menggunakan label merah, kuning, hijau dan hitam.
Saat pasien datang, petugas melakukan screening triase untuk kasus gawat darurat atau kasus
rawat jalan. Pasien yang tampak tanda-tanda objektif bahwa pasien mengalami gangguan
pada airway, breathing dan circulation, maka pasien ditangani dahulu di ruang tindakan dan
gawat darurat dan mendapat label kuning atau merah sebagai tanda triase. Sedangkan untuk
pasien keluhan ringan dan stabil discreening masuk ke pemeriksaan rawat jalan sesuai keluhan
pasien saat itu. Untuk pasien yang memiliki keluhan demam/ riwayat demam sebelumnya,
batuk, pilek dan gangguan pernafasan akan didaftarkan di pemeriksaan rawat jalan ISPA,
sedangkan untuk pasien yang tidak berkeluhan ISPA maka akan didaftarkan di pemeriksaan
rawat jalan umum, lansia MTBS, Pemeriksaan Kesgilut, Pemeriksaan KIA KB, Konseling
Terpadu
Pengkajian awal hanya didasarkan atas data obyektif pasien dan data subjektif
sekunder dari pihak keluarga dan dilakukan pencatatan di rekam medis. Setelah keadaan
pasien membaik, data dan pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subjektif yang berasal
langsung dari pasien dan dilakukan pengkajian lanjutan sesuai S-O-A-P.

Gambar 24. Tabel Skrining Triase, Resiko Jatuh dan ILI


75
PASIEN
DATANG

skrining

TRIASE

MERAH KUNING HIJAU HITAM

(WAKTU
RESPON 0 – 10 (WAKTU RESPON
menit) pasien perlu ≤ 30 menit) pasien (WAKTU RESPON
pertolongan segera tidak ada ancaman waktu respon ≥ 30
karena ada kematian tapi dapat menit) tidak ada
ancaman kematian terjadi kecacatan ancaman kematian
(Henti Jantung, karena gangguan Pasien Meninggal
tapi dapat terjadi
Henti nafas, Cedera kesadaran,
kepala berat, metabolisme, kecacatan, kondisi
Kejang, Penurunan neurologis, vital stabil dan
Kesadaran, kecelakaan, Nyeri compos mentis
hemodinamik tidak hebat, fraktur tulang
stabil)

Pasien dapat
Segera ditangani menuju ruang Keluarga
Dapat ditangani segera pasien
setelah triase merah pemeriksaan rawat
jalan baik dalam mengurus
tertangani surat
gedung / diluar
gedung (ISPA) kematian

TIDAK
MASALAH RUJUK RS
TERTANGANI?

YA

PASIEN PULANG

Gambar 25. TRIASE

76
PELAYANAN TINDAKAN DAN GAWAT DARURAT
Kegawatan pasien berdasarkan skala triase :
1. Segera – Immediate (warna merah)
Pasien mengalami kondisi yang mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup
bila ditolong segera. Merah, sebagai penanda pasien yang membutuhkan stabilisasi segera
antara lain, pasien yang mengalami

a. Henti nafas
b. Henti jantung
c. Kejang
d. Cedera kepala berat
e. Penurunan kesadaran
f. Hemodinamik tidak stabil
g. Fraktur terbuka
Pemberian perawatan intensif ditujukan agar penderita lebih dapat mentoleransi proses
pemindahan ke rumah sakit, dan lebih siap untuk menerima perawatan yang lebih invasif.
Triase ini korban dapat dikategorisasikan kembali dari status merah menjadi kuning
(misalnya korban dengan tension pneumothorax yang telah dipasang drain thoraks).
2. Tunda - Delayed ( warna kuning)
Pasien memerlukan tindakan definitif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Kuning,
sebagai penanda pasien yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan dapat
ditunda sementara. Yang termasuk dalam kategori ini :
a. Korban dengan risiko syok
b. Fraktur multipel
c. Fraktur tertutup
d. Luka bakar sedang
e. Trauma kepala ringan
f. Nyeri hebat
g. Gangguan metabolisme
h. Gangguan neurologis
i. Kecelakaan
3. Minimal (hijau)
Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari
pertolongan. Hijau, sebagai penanda pasien yang pengobatannya dapat ditunda, mencakup
pasien yang mengalami :
a. Fraktur minor
b. Luka minor
c. Luka bakar minor
d. Kasus-kasus di pemeriksaan rawat jalan seperti batuk, pilek, gatal atau kondisi kesadaran tidak
terganggu, tanda vital stabil, hemodinamik stabil

4. Expectant (warna hitam)


Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal meskipun mendapat
pertolongan atau DOA (Death Of Arrival)

77
Pelayanan Resiko Tinggi UPTD Puskesmas Cinere
1. Pelayanan atau asuhan pasien resiko tinggi dan penyediaan pelayanan risiko
tinggi diberikan berdasar atas panduan praktik klinis dan peraturan
perundang-undangan

a. Dilakukan identifikasi pasien resiko tinggi dan pelayanan resiko tinggi sesuai
dengan populasi pasiennya serta penetapan resiko tambahan yang mungkin
berpengaruh pada pasien resiko tinggi dan pelayanan resiko tinggi
b. Staf dilatih untuk pemberian pelayanan pada pasien resiko tinggi
c. Petugas wajib memakai APD sesuai ketentuan PPI
d. Pelaksanaan pemberian pelayanan pada pasien resiko tinggi dicatat dalam rekam
medis.
e. Pengembangan pelayanan pasien resiko tinggi dimasukkan kedalam program
peningkatan mutu klinis
f. Kelompok pasien yang berisiko atau pelayanan yang berisiko tinggi agar tepat
dan efektif dalam mengurangi risiko. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
mengurangi resiko;
● Bagaimana perencanaan dibuat termasuk identifikasi perbedaan pasien
dewasa dengan anak atau keadaan khusus lain.
● Dokumentasi yang diperlukan oleh pelayanan secara tim untuk bekerja
dan berkomunikasi secara efektik.
● Pertimbangan persetujuan khusus (informed consent) bila diperlukan.
● Persyaratan pemantauan pasien.
● Kompetensi atau keterampilan yang khusus staf yang terlibat dalam
proses asuhan
● Ketersediaan dan penggunaan peralatan khusus.
● Petugas dapat bekerja sama dengan RS Lanjutan dalam proses penangan
kasus resiko tinggi jika dibutuhkan dengan proses Rujuk
2. Pelayanan Kasus Emergency
a. Pelayanan kasus emergency atau yang beresiko tinggi terjadinya kasus
emergency diidentifikasi dan ditangani oleh tenaga kesehatan yang kompeten di
Ruang Tindakan dan Gawat Darurat.
b. Tenaga medis dan paramedis yang bertugas di tempat dengan resiko terjadinya
kasus emergency harus dilakukan pelatihan sesuai kompetensinya.
c. Pemakaian wajib APD sesuai PPI serta melakukan cuci tangan 6 langkah bagi
tenaga medis dan paramedis sebelum dan sesudah kontak dengan pasien kasus
emergency
d. Jika kasus emergency butuh dirujuk maka wajib melakukan prosedur rujukan sesuai
SOP Rujukan dan pasien wajib distabilkan terlebih dahulu sebelum dirujuk ke FKTL
dengan didampingi oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan transportasi
ambulan puskesmas
e. Untuk kasus emergency yang dapat tertangani di puskesmas, tenaga kesehatan
78
wajib memberikan edukasi dan terapi yang sesuai dengan kondisi pasien
berdasarkan SOP praktek klinis yang ada di puskesmas.
f. Semua tindakan yang berisiko maupun rujuk ke RS harus terlebih dahulu mengisi
informed consent
g. Semua tindakan di ruang tindakan dan gawat darurat yang menggunakan obat bius
wajib dilakukan pemantauan status fisiologis pasien secara ketat sebelum, saat dan
dilakukan tindakan bius, serta nama obat bius yang digunakan, jenis dan dosis obat
bius yang harus terdokumentasi secara lengkap pada formulir laporan
tindakan/pembedahan dan monitoring status fisiologis
h. Petugas wajib mendokumentasikan di rekam medis
3. Pelayanan Resusitasi

a. Petugas wajib memakai APD dan mencuci tangan


b. Bantuan hidup dasar dapat diberikan segera saat dikenali adanya henti napas
dan henti jantung di seluruh ruang dan tindak lanjutnya diberikan kurang dari 5
menit.
c. Resusitasi lanjut dilakukan oleh tim yang terlatih dengan dengan membawa alat-
alat dan obat resusitasi yang diperlukan sesuai ketersediaan yang ada di wilayah
UPTD Puskesmas Cinere

d. Seluruh staf yang bertugas di semua ruang diberikan pelatihan mengenai bantuan
hidup dasar / resusitasi

e. Rujukan ke RS Lanjutan dilakukan sesuai SOP Rujukan dan setelah pasien stabil.
4. Asuhan pasien dengan alat bantu hidup dasar (ventilator) atau pasien koma
a. Identifikasi kebutuhan pasien dengan peralatan bantuan hidup dasar atau yang
koma dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
b. Puskesmas tidak memberikan pelayanan Ruang NICU, PICU dan ICU karena
keterbatasan SDM dan sarana prasarana
c. Untuk pasien dengan alat bantu hidup dasar atau koma wajib dirujuk ke RS yang
memiliki standar dan fasilitas yang memadai.

5. Asuhan pasien penyakit menular dan penurunan daya tahan (immuno–


suppressed)
a. Asuhan pasien dengan penyakit menular
1) Identifikasi kebutuhan asuhan pasien dan resiko penularan akibat dari
penyakit atau akibat obat-obatan yang diberikan.
2) Pelayanan pasien penyakit menular seperti TB, HIV AIDS, Difteri,
Covid19, Lepra dan penyakit menular lainnya dilakukan di ruang
pemeriksaan khusus
3) Pemantauan dilakukan 24 jam oleh petugas yang kompeten dan terlatih
baik secara langsung atau pemantauan melalui media elektronik seperti
whatsapp
4) Petugas yang memberikan pelayanan dan melakukan perawatan pada
pasien di ruang pemeriksaan khusus wajib menggunakan alat pelindung
79
diri / APD sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
5) Staf dilatih dalam memberikan pelayanan asuhan pasien penyakit
menular.
6) Bila fasilitas tidak memungkinkan untuk melakukan asuhan pasien
tersebut agar diberitahukan kepada pasien dan keluarga untuk dirujuk ke
RS dengan fasilitas yang sesuai kebutuhan dan mampu memberikan
asuhan kepada pasien tersebut.
7) Pelaksanaan asuhan pasien dengan penyakit menular dicatat dalam
rekam medis pasien dan bersifat rahasia.
8) UPTD Puskesmas Cinere tidak memberikan pelayanan perawatan
immuno- supressed kecuali pendataan dan pemeriksaan serologi HIV di
laboratorium
9) Untuk Pelayanan Immuno-supressed, Puskesmas akan melakukan
Rujukan Ke RS yang memiliki fasilitas yang menunjang proses
pengobatan dan perawatan pasien dengan immuno-suppressed

10) Pendataan wajib dilakukan dan dilaporkan ke dinas kesehatan dan


bersifat rahasia dan tertuang juga dalam rekam medis pasien.
6. Pelayanan penggunaan alat penghalang (restraint)
a. Identifikasi penggunaan alat penghalang dilakukan pada pasien yang tidak
mengerti asuhan yang diberikan, seperti pasien anak, dewasa dan geriatri, pasien
gelisah dan kesadaran menurun serta pasien dengan gangguan jiwa.
b. Sebelum alat restraint dipasang dan dilepas maka keluarga akan diberikan
edukasi oleh dokter mengenai kebutuhan pemasangan dan pelepasan alat
restraint, bila keluarga menyetujui maka keluarga menadatangani inform consent.

c. Asuhan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dengan mengacu pada


panduan penggunaan restraint.
d. Asuhan yang telah diberikan akan dievaluasi secara berkala melalui formulir
laporan tindakan .
e. Staf diberi pelatihan tentang pengunaan alat restraint pada pasien anak, dewasa,
geriatrik dan dengan gangguan jiwa.
f. Asuhan pelayanan penggunaan alat penghalang (restraint) dicatat dalam rekam
medis pasien dan bersifat rahasia.

Kasus-kasus gawat darurat dan risiko tinggi yang kemungkinan ditemui, yaitu :
Daftar kasus-kasusgawat darurat Daftar kasus-kasus berisiko tinggi

80
1. Penurunan kesadaran 1. Pasien dengan Tuberkulosis
2. Gangguan nafas berat paru, hepatitis B, C atau infeksi
3. Kejang saluran nafas lain yang mudah
4. Henti jantung menyebar melalui aliran udara
5. Cedera kepala sedang - berat 2. Pasien berusia ≥ 70 tahun
6. Trauma mata dengan penurunan
3. Pasien dengan dissabilitas
visus
7. Tersedak 4. Pasien balita suhu ≥ 39oC

8. Kolik abdomen
9. Fraktur terbuka
10. Fraktur cervical
11. Fraktur femur
12. Diare dehidrasi sedang - berat
13. Asma serangan sedang- berat
14. Perdarahan ante/ post partum
15. Alergi obat
16. Hipertensi emergensi
17. Stroke

18. Infark miokard akut


19. Intoksikasi zat kimia
20. Hipoglikemi

21. Hb ≤ 7 g/dl

22. Trombosit ≤ 50.000

Aspek keselamatan kerja harus diperhatikan agar terlaksana penanganan pasien


berisiko tinggi yang optimal. Selama pasien berada dalam lingkungan UPTD Puskesmas
Cinere, protokol adaptasi kebiasaan baru tetap diberlakukan yaitu tetap memakai masker,
mencuci tangan serta menjaga jarak selama berada di lingkungan UPTD Puskemas Cinere.

PELAYANAN KASUS PONED


1. UPTD Puskesmas Cinere memiliki fasilitas untuk poned 24 jam
2. Petugas wajib memakai APD sesuai ketentuan PPI
3. Untuk pasien poned dilakukan skrining covid (sesuai indikasi)
4. Jika hasil skiring positif, UPTD Puskesmas Cinere bagian Poned merujuk pasien bersalin
dengan prosedur rujukan yang berlaku ke faskes lanjutan
5. Jika hasil negatif, bidan- bidan yang berkompeten menolong pasien bersalin tanpa
penyulit
6. Jika diketemui penyulit, maka pasien bersalin akan dirujuk ke faskes lanjutan dengan
prosedur rujukan yang berlaku
7. Untuk pasien paska bersalin, petugas akan membawa pasien ke ruang paska bersalin
dan dilakukan observasi paska bersalin oleh bidan dan tim dokter yang berkompeten

81
8. Jika selama observasi baik ibu ataupun bayi mengalami kondisi tidak stabil dan perlu
dirujuk ke RS, maka petugas medis dan paramedis wajib melakukan kajian ulang dan
melakukan rujukan ke RS setelah kondisi ibu/bayi distabilkan terlebih dahulu dan
menghubungi pihak RS sesuai SOP Rujukan
9. Jika selama observasi baik ibu ataupun bayi kondisi stabil, maka petugas akan
memulangkan pasien dengan prosedur yang berlaku dan petugas memberikan resume
keluar ke pasien untuk kontrol paska bersalin di waktu yang sudah ditentukan oleh
petugas UPTD Puskesmas Cinere dan petugas mengarahkan wali pasien untuk
mengurus pembiayaan di bagian kasir UPTD Puskesmas Cinere
10. Semua tindakan dan prosedur yang dikerjakan wajib tertuang dalam rekam medis

82
Gambar 26. Formulir Resume Pasien Keluar

D. PELIMPAHAN WEWENANG PUSKESMAS

Pendelegasian adalah bagian dari manajemen yang memerlukan latihan manajemen


professional dan dikembangkan untuk dapat menerima pendelegasian tanggung jawab secara
struktural.(Swanbrug. 2000). Wewenang (Authority) menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan
adalah kekuasaan yang sah dan legal yang dimiliki oleh seseorang untuk memerintah orang
lain, berbuat atau tidak berbuat sesuatu; authority merupakan dasar hukum yang sah dan legal
untuk dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan.

Berdasarkan PMK 26 Tahun 2019 Pasal 27, pelimpahan wewenang untuk melakukan
tindakan medis dapat berupa :

● Pelimpahan wewenang mandat


● Pelimpahan wewenang delegatif

Pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga medis (dokter) kepada tenaga
medis yang ditunjuk (perawat) untuk melakukan suatu tindakan medis dibawah pengawasan

83
tenaga medis yang melimpahkan wewenang. Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk
melakukan suatu tindakan medis yang diberikan oleh tenaga medis (dokter) kepada tenaga
medis yang ditunjuk (perawat) dengan disertai pelimpahan tanggung jawab.

Adapun tugas sebagai pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dilaksanakan


berdasarkan :

● Pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis dari dokter dan evaluasi
pelaksanaannya atau:
● Dalam rangka program pemerintah

Sedangkan menurut UU no 4 Tahun 2019 pasal 53 pelimpahan wewenang secara mandat


diberikan oleh dokter kepada bidan sesuai kompetensinya dan dokter yang memberikan
wewenang harus melakukan pengawasan dan evaluasi secara berkala dan pelimpahan
wewenang secara delegatif yang diberikan oleh pemerintah pusat/daerah dalam rangka
pelaksaan tugas dalam rangka program pemerintah atau pelaksanaan tugas dalam keadaan
keterbatasan tertentu.

Pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis tersebut dilakukan dengan ketentuan:
1. Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh penerima wewenang
2. Pelaksaan tindakan yang dilimpahkan tetap dibawah pengawasan pemberi pelimpahan

3. Pemberi pelimpahan tetap bertanggungjawab atas tindakan yang dilimpahkan


sepanjang pelaksaan tindakan sesuai dengan pelimpahan yang diberikan
4. Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan klinis sebagai
pelaksana tindakan
5. Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus

84
Gambar 27. Surat Pelimpahan Wewenang

85
BAB V
LOGISTIK

Pengelolaan logistik meliputi bahan medis habis pakai, alat kesehatan, dan sarana
prasarana lainnya.

A. PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI (BMHP)


Pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu kegiatan
pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan
dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan
keterjangkauan obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan
rasional,meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem
informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
Kegiatan pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:
1. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan
untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :
1. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang mendekati
kebutuhan
2. Meningkatkan Penggunaan obat secara rasional
3. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat
Perencanaan kebutuhan obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas setiap
periode dilaksanakan oleh Penanggung Jawab Ruang Farmasi. Proses seleksi obat dan
Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola
konsumsi obat periode sebelumnya, data mutasi obat dan rencana pengembangan. Proses
seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial
Nasional(DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga
kesehatan yang ada di puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan,dan perawat, serta
pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.
Data SIPO (Sistem Informasi Pengelolaan Obat) yang dihasilkan oleh puskesmas
merupakan faktor utama dalam membuat perencanaan kebutuhan obat tahunan. Data
dalam SIPO akan dipergunakan Dinas Kesehatan Kota Depok untuk kegiatan perencanaan
kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan di seluruh puskesmas. Oleh karena itu,
ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh terhadap ketersediaan
obat dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan..
Dalam proses perencanaan kebutuhan obat pertahun, puskesmas menyediakan data
pemakaian obat dengan menggunakan LPLPO sebagai dasar penyusunan RKO (Rencana
Kebutuhan Obat).

86
2. Permintaan
Sumber penyediaan obat di UPTD Puskesmas Cinere berasal dari Dinas Kesehatan
Kota Depok. Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di UPTD Puskesmas
Cinere diajukan oleh Kepala UPTD Puskesmas Cinere kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kota Depok dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari tiap ruangan
dilakukan secara periodik dengan menggunakan LPLPO Sub Unit.
Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di UPTD
Puskesmas Cinere sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah Kecamatan Cinere.
Kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan dalam permintaan obat antara lain :
1. Menentukan jenis permintaan obat
a. Permintaan rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kota Depok
untuk UPTD Puskesmas Cinere
b. Permintaan khusus
Dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila :
1) Kebutuhan meningkat.
2) Terjadi kekosongan.
3) Ada KLB (kejadian luar biasa ) atau Bencana.
2. Menentukan jumlah permintaan obat
Data yang diperlukan antara lain :
a. Data pemakaian obat periode sebelumnya.
b. Jumlah kunjungan resep.
c. Jadwal distribusi obat dari Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota .
d. Sisa stok.
3. Menghitung kebutuhan obat dengan cara :
Jumlah untuk periode yang akan datang sama dengan pemakaian pada periode
sebelumnya.

SO = SK + SWK + SWT +SP


Sedangkan untuk menghitung permintaan obat dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus :
Permintaan = SO – SS
Keterangan :
SO= Stok Optimum
SK = Stok Kerja (stok pada periode berjalan)
SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat
SWT = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu (lead time)
SP = Stok Penyangga
SS = Sisa Stok
Stok Kerja Pemakaian rata – rata periode distribusi.
Waktu Lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari.
kekosongan

87
Waktu Dihitung mulai dari permintaan obat oleh UPTD Puskesmas
tunggu cinere sampai dengan penerimaan obat di UPTD Puskesmas
Cinere.
Stok Persediaan obat untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan
penyangga kunjungan, keterlambatan kedatangan obat. Besarnya ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara Puskesmas dan UPTD Farmasi
Dinas Kesehatan Kota Depok.
Sisa stok Sisa obat yang masih tersedia di UPTD Puskesmas Cinere pada
akhir periode distribusi.
Stok Stok ideal yang harus tersedia dalam waktu periode tertentu agar
optimum tidak terjadi kekosongan.

3. Penerimaan Obat
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari
unit pengelola yang lebih tinggi ke unit pengelola di bawahnya.
Semua petugas yang bertanggung jawab dalam kegiatan pengelolaan obat bertanggung
jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat
berikut catatan yang menyertainya.
Petugas penerima obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang
diserahkan, mencakup jumlah, jenis dan tanggal kadaluwarsa obat sesuai dengan SBBK
(Surat Bukti Barang Keluar).
Jika terdapat kekurangan, penerima obat wajib menuliskan jenis yang kurang (rusak,
jumlah kurang dan lain-lain). Setiap penambahan obat-obatan dimasukkan dalam sistem
informasi pengelolaan obat (SIPO) dan kartu stok.

4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara mutu serta memudahkan
pengambilan dan pengawasan. Proses penyimpanan obat di UPTD Puskesmas Cinere
yaitu :
1. Obat disimpan dan di susun berdasarkan alfabetis dan bentuk sediaan .
2. Penyimpanan dilakukan dengan sistem FEFO (First Expired First Out) yaitu obat
dengan kadaluwarsa lebih dekat diletakkan di depan dan digunakan terlebih dahulu dan
sistem FIFO (First In First Out) yaitu obat dengan kadaluwarsa sama, yang lebih dulu
masuk maka lebih dulu digunakan.
3. Untuk obat yang memerlukan kondisi penyimpanan di suhu dingin (2-15˚C) disimpan di
lemari pendingin. Obat-obat yang disimpan di suhu ruang dijaga pada range 18˚C
sampai dengan 25˚C.
4. Suhu ruangan dan suhu lemari pendingin dimonitor pada pagi dan sore hari serta
dicatat pada checklist monitoring suhu ruangan dan checklist monitoring suhu lemari
pendingin.

88
5. Obat-obatan golongan Narkotika dan Psikotropika disimpan terpisah dari obat golongan
lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Pemberian label warna

Merah : Exp. Date ≤ 1 tahun

Hijau : exp. Date ≥1 tahun

5. Distribusi
Pendistribusian adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di UPTD
Puskesmas Cinere agar tersedianya perbekalan farmasi bagi pasien dan unit terkait
secara tepat waktu, tepat jenis dan tepat jumlah. Proses pendistribusian obat di UPTD
Puskesmas Cinere merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di UPTD
Puskesmas Cinere untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat jalan,
persalinan, kegawatdaruratan serta untuk menunjang pelayanan medis.
Sistem pendistribusian dibagi menjadi dua sistem yaitu persediaan di ruangan (floor
stock) untuk tindakan kegawatdaruratan dan ruang pelayanan serta sistem resep
perorangan bagi pasien rawat jalan .Petugas ruang pelayanan mengajukan permintaan
perbekalan farmasi dengan menggunakan LPLPO Sub Unit (Laporan Pemakaian dan
Laporan Permintaan Obat). Petugas Gudang Farmasi melakukan pendistribusian
perbekalan farmasi berdasarkan LPLPO Sub Unit. Petugas Gudang Farmasi mencatat
pendistribusian perbekalan farmasi pada kartu stok. Jika Perbekalan didistribusikan ke
masing-masing ruang pelayanan, maka petugas ruang pelayanan bertanggung jawab atas
ketersediaan dan pencatatan stoknya.

6. Pengendalian Obat
Pengendalian obat adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran
yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan. Tujuan
kegiatan pengendalian obat agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan yang dilakukan terdiri atas:
1) Memperkirakan / menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di Puskesmas
dan seluruh unit pelayanan.
2) Menentukan stok kerja, stok pengaman (buffer stock) dan stok waktu tunggu.
Pengendalian obat terdiri atas:
1. Pengendalian persediaan.
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok
kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Sedangkan untuk mencukupi
kebutuhan perlu diperhitungkan keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu
kedatangan obat atau jika dimungkinkan memesan , maka dapat dihitung jumlah obat
yang dapat dipesan dengan rumus :
Q = SK + SP (WT X D) – SS
Keterangan:

89
Q : Jumlah obat yang dipesan
SK : Stok kerja
SP : Stok Pengaman
WT : Waktu tunggu
SS : Sisa stok
D : Pemakaian rata-rata per minggu / per bulan
Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka hal-hal yang diperlukan
dan diperhatikan adalah:
1) Mencantumkan jumlah pada kartu stok .
2) Melaporkan Kepada Dinas Kesehatan apabila terdapat pemakaian yang
melebihi rencana.
3) Membuat laporan secara berkala kepada Kepala Puskesmas tentang
pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat lainnya masih mempunyai
persediaan banyak atau yang persediaannya kosong dan menipis.
Setiap bulan dilakukan pemeriksaan besar ( pencacahan) untuk mengetahui
kecocokan antara kartu stok obat dengan fisik obat setiap jenis obat. Pemeriksaan ini
dilakukan setelah proses pendistribusian sub unit selesai.
2. Pengendalian penggunaan.
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan adalah untuk menjaga kualitas
pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi:
a. Prosentase penggunaan antibiotik
b. Prosentase penggunaan injeksi
c. Prosentase rata-rata jumlah R/
d. Prosentase penggunaan obat generik
e. Kesesuaian dengan pedoman
3. Penanganan obat hilang.
Tujuan dilaksanakannya penaganan obat rusak adalah untuk melindungi pasien dari
efek samping penggunaan obat rusak/ kadaluwarsa. Dalam menangani obat rusak/
kadaluwarsa, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
1) Petugas pengelola obat mengumpulkan obat rusak dalam gudang obat.
2) Obat yang rusak / kadaluwarsa dikurangkan dari catatan sisa stok pada kartu stok
oleh petugas pengelola obat.
3) Petugas pengelola obat melaporkan obat rusak / kadaluwarsa kepada Kepala
Puskesmas untuk dimusnahkan atau dikembalikan ke Dinas Kesehatan Kota.

7. Penanganan Obat Kadaluwarsa


Penanganan obat kadaluwarsa di UPTD Puskesmas Cinere adalah sebagai berikut :
1. Petugas gudang farmasi mengidentifikasi perbekalan farmasi yang sudah kadaluwarsa
atau rusak dan memisahkannya dari tempat penyimpanan.

90
2. Petugas Ruang Pelayanan yang ada di UPTD Puskesmas Cinere menyerahkan obat
kadaluwarsa atau rusak ke petugas Gudang Farmasi dengan melampirkan Berita Acara
Serah Terima Obat Kadaluwarsa atau Rusak.
3. Petugas Gudang Obat membuat laporan berita acara pemusnahan obat kadaluwarsa
atau rusak yang memuat nama obat, jumlah obat, cara pemusnahan dan
ditandatangani oleh Kepala Puskesmas dan saksi-saksi.
4. Seluruh perbekalan farmasi yang kadaluwarsa atau rusak yang berasal dari gudang
farmasi dan ruang pelayanan di UPTD Puskesmas Cinere dirusak terlebih dahulu oleh
petugas Gudang Farmasi dan dibuat berita acara pemusnahan untuk selanjutnya
diserahkan kepada pihak ketiga untuk dimusnahkan .

8. Pemantauan Dan Evaluasi Pengelolaan Obat


Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
secara periodik dengan tujuan untuk :
1. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan obat dan
Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas
2. Memperbaiki secara terus menerus pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

B. ALAT KESEHATAN
Penanggung jawab sarana prasarana melakukan inventarisir ketersediaan alat dan kondisi
alat, mengajukan permintaan sesuai masukan dari pelaksana kegiatan, dan mengatur
pelaksanaan kalibrasi.
Inventarisir alat kesehatan dilakukan secara manual dan/ atau menggunakan ASPAK
(aplikasi sarana, prasarana, dan alat kesehatan) sesuai standar dalam Peraturan Menteri
Kesehatan no.43 tahun 2019 tentang Puskesmas.

C. SARANA & PRASARANA PUSKESMAS LAINNYA


Kebutuhan alat tulis, berkas rekam medis, dan sarana prasarana lain dipenuhi sesuai
siklus manajemen puskesmas oleh tim sarpras UPTD Puskesmas Cinere dibawah
pengawasan Kepala Puskesmas, Tim Menejemen dan Mutu

91
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Penyelenggaraan keselamatan pasien dilakukan melalui pembentukan sistem


pelayanan yang menerapkan:

Standar 7 Langkah 6 Sasaran


Keselamatan Keselamatan Keselamatan
Pasien Pasien Pasien

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri atas :


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Dalam pencapaian 7 Standar Keselamatan Pasien diperlukan penerapan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1. Prinsip Keterbukaan
Seluruh petugas Puskesmas didorong untuk melaporkan jika terjadi kesalahan tanpa rasa
takut untuk disalahkan.Pasien dan keluarga diinformasikan tentang kejadian yang terjadi
dan mengapa kejadian tersebut terjadi.
2. Prinsip Pembelajaran Pembelajaran dari setiap proses atau kejadian dilakukan untuk
meningkatan metoda dan upaya mencegah terjadinya kesalahan
3. Prinsip Kejelasan Kewenangan Kejelasan kewenangan diperlukan dalam pemberdayaan
praktisi klinis untuk mengambil tindakan untuk mengatasi masalah
4. Prinsip Akuntabilitas
Kejelasan siapa saja yang bertanggung jawab (akuntabilitas) terhadap suatu kejadian atau
tindakan yang dilakukan
5. Prinsip Budaya adil (just culture)
Perlakuan yang adil dan tidak dipersalahkan jika terjadi kegagalan sistem
6. Prinsip Kearifan
Prinsip ini diperlukan dalam menilai dan memprioritaskan masalah dan tindakan pelayanan
klinis dilakukan oleh praktisi klinis sesuai dengan kompetensi dan kewenangan, sesuai
dengan panduan praktik klinik
8. Prinsip Peran Serta Aktif
Dalam mencapai standar keselamatan pasien diperlukan peran serta aktif dan kerja tim dari
semua praktisi klinis dan manajemen di Puskesmas

92
9. Prinsip Kerja Tim
Dalam mencapai standar keselamatan pasien kerja tim merupakan upaya yang efektif
dalam mencegah terjadinya kesalahan, dan membangun sikap saling percaya dan saling
menghargai.
Dengan tujuh langkah menuju keselamatan pasien Puskesmas dapat memperbaiki
keselamatan pasien, melalui perencanaan kegiatan dan pengukuran kinerjanya.
Melaksanakan tujuh langkah ini akan membantu memastikan bahwa asuhan yang diberikan
seaman mungkin, dan jika terjadi sesuatu hal yang tidak benar bisa segera diambil tindakan
yang tepat. Tujuh langkah ini juga bisa membantu Puskesmas mencapai sasaran-sasarannya
untuk Tata Kelola Klinik, Manajemen Risiko, dan Pengendalian Mutu.
Tujuh langkah Keselamatan Pasien adalah sebagai berikut :
1. Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien
2. Memimpin dan Mendukung Staf
3. Mengintegrasikan Kegiatan Manajemen Risiko
4. Mengembangkan Sistem Pelaporan
5. Melibatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien dan Masyarakat
6. Belajar dan Berbagi tentang Pembelajaran Keselamatan
7. Implementasikan Solusi-Solusi untuk Mencegah Cedera.
Keselamatan Pasien berorientasi kepada 6 sasaran, yaitu:
1. Mengidentifikasi Pasien dengan Benar
Identifikasi pasien menggunakan minimal 2 ( dua ) identitas yang tidak berubah, yaitu :
nama lengkap, tanggal lahir, nomor induk kependudukan atau nomor rekam medis.
2. Meningkatkan Komunikasi yang Efektif
3. Meningkatkan Keamanan Obat-obatan yang harus Diwaspadai
4. Memastikan Lokasi Pembedahan yang Benar, Prosedur yang Benar, Pembedahan pada
Pasien yang Benar
5. Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
6. Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh.

93
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi sumber daya manusia puskesmas, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun masyarakat sekitarnya agar sehat, selamat, dan bebas dari gangguan kesehatan dan
pengaruh buruk yang diakibatkan dari pekerjaan, lingkungan, dan aktivitas puskesmas.
Standar keselamatan dan keselamatan kerja di fasilitas kesehatan meliputi:
1. pengenalan potensi bahaya & pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerja
2. penerapan kewaspadaan standar
3. penerapan prinsip ergonomi
4. pemeriksaan kesehatan berkala
5. pemberian imunisasi
6. pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat di fasilitas kesehatan
7. pengelolaan sarana dan prasarana fasilitas kesehatan dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja
8. pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja
9. kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana,termasuk kebakaran
10. pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbahnya
11. pengelolaan limbah domestik
Pengenalan potensi bahaya adalah suatu upaya identifikasi potensi bahaya dari
berbagai aspek ( fisik, kimia, biologi, psikososial, ergonomi, kecelakaan kerja) yang dapat
berdampak kepada sumber daya manusia puskesmas, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun masyarakat sekitar. Potensi bahaya yang berhasil diidentifikasi menjadi
bahan pembuatan matriks risiko. Matriks risiko menggambarkan potensi bahaya yang menjadi
prioritas pengendalian faktor risiko.
Pengendalian faktor risiko dilakukan sesuai hirarki sebagai berikut:

a. Eliminasi, yaitu upaya untuk menghilangkan sumber bahaya di tempat kerja.


b. Subsitusi, yaitu mengganti atau mensubsitusi zat/benda/proses yang menjadi sumber
bahaya dengan zat/benda/proses lain yang tidak menjadi sumber bahaya. Contohnya:
mengganti tensi air raksa dengan tensi digital , mengganti kompresor tingkat kebisingan
tinggi dengan tipe yang kebisingan rendah (tipe silent kompresor)

94
c. Pengendalian teknis/rekayasa, yaitu upaya menurunkan risiko sumber bahaya sehingga
tidak membahayakan karyawan dengan rekayasa alat/ tempat kerja. Contoh : Untuk
mengurangi risiko penularan penyakit infeksi harus dilakukan penyekatan menggunakan
kaca antara petugas loket dengan pengunjung/pasien.
d. Pengendalian administratif, yaitu upaya menjaga karyawan agar sehat dan aman, antara
lain pemasangan tanda bahaya dan pembuatan SOP (Standar Operasional Prosedur)
pemakaian alat kerja termasuk pelatihan metode kerja yang sehat dan selamat, pengaturan
shift kerja.
e. Alat Pelindung Diri (APD), antara lain masker, sarung tangan, apron, safety goggles. Alat
pelindung diri tidak mengurangi pajanan dari sumbernya, hanya saja mengurangi jumlah
pajanan yang masuk ke tubuh. Implementasi APD seharusnya menjadi komplementer dari
upaya pengendalian di atasnya dan/atau apabila pengendalian di atasnya belum cukup
efektif.

KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM

Setiap kegiatan yang dilakukan di laboratorium puskesmas, mulai dari persiapan pasien
sampai selesai dapat menimbulkan bahaya/risiko terhadap petugas yang berada di dalam
laboratorium. Untuk mengurangi/mencegah bahaya yang terjadi, setiap petugas laboratorium
harus melaksanakan pekerjaan dengan hati-hati, mengenali bahan potensial berbahaya dan
penanggulangannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan tersebut merupakan
upaya kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan meliputi :
1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang bersifat umum
a. Setiap petugas diwajibkan memakai jas laboratorium, sarung tangan dan masker di
ruangan laboratorium.
b. Tidak diperbolehkan makan, minum atau merokok di dalam ruang laboratorium.
c. Tidak boleh menyimpan makanan dan minuman di dalam lemari es bersama reagen.
d. Setiap petugas menjaga kebersihan ruang laboratorium dan menggunakan
desinfektan secara berkala.
e. Setiap petugas menganggap semua spesimen mengandung bahan infeksius.
2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang bersifat khusus
a. Yang berkaitan dengan mikroorganisme
1). Tidak memipet dengan mulut,melainkan menggunakan alat bantu pipet.
2). Tidak meniup pipet yang berisi bahan infeksius
3). Tidak menuangkan cairan yang telah terkontaminasi langsung ke dalam pipa saluran.
b. Yang berkaitan dengan bahan kimia
1). Memberi label pada semua bahan kimia meliputi nama, konsentrasi, tanggal
penerimaan, tanggal pembuatan dan tanggal kadaluarsa, keterangan/peringatan
tentang bahaya bahan.
2). Bahan kimia disimpan pada ruang yang terang tidak kena sinar matahari langsung,

95
dalam lemari/rak secara rapi dan teratur, yang bersifat corrosive harus diletakkan di
tempat rendah.
3). Bahan kimia yang mudah terbakar dan mudah menguap tidak dibuang ke dalam pipa
saluran umum, melainkan dikumpulkan dalam kaleng yang aman.
c. Yang berkaitan dengan peralatan listrik
1). Tidak menggunakan cairan atau gas yang mudah terbakar di sekitar peralatan listrik
2). Peralatan listrik harus dirawat dan diperiksa secara berkala.
d. Yang berkaitan dengan limbah
1). Pengumpulan dan pembuangan limbah infeksius (sisa sampel dan barang/alat bekas
pakai) dan tidak infeksius (cair/padat) sesuai ketentuan yang berlaku.
2). Melakukan desinfeksi sisa sampel dengan cara ditampung dalam wadah berisi kaporit,
diamkan 12 jam, buang ke saluran pembuangan.
3). Melakukan naturalisasi sisa reagen dengan pengenceran, yaitu penambahan air
sampai netral (tidak bersifat asam/basa kuat)
4). Merendam alat habis pakai selama 12 jam dengan larutan desinfektan (kaporit), cuci
bersih dengan air dan sabun, keringkan.
e. Yang berkaitan dengan ruangan laboratorium
1). Bila ruangan laboratorium menggunakan AC, maka bak pencuci harus terpisah atau
mempunyai penyedot udara, terutama untuk ruang laboratorium mikrobiologi atau kimia
dengan menggunakan bahan mudah menguap.
2). Ruangan laboratorium tidak diperkenankan menggunakan kipas angin.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan :


A. Di tempat kerja yang menunjang K3
1. Desain tempat kerja yang menunjang K3
● Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses kerja di laboratorium
● Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja;
● Pencahayaan cukup dan nyaman
● Ventilasi cukup dan sesuai
● Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau jika diperlukan
● Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya

2. Sanitasi Lingkungan
● Semua ruangan harus bersih, kering, dan higienis
● Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong plastik dan
dberi tanda khusus;
● Tata ruang laboratorium harus baik sehingga tidak dapat dimasuki/menjadi sarang
serangga atau binatang pengerat;
● Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan dibersihkan secara teratur;
● Petugas laboratorium dilarang makan minum dalam laboratorium
● Dilarang meletakkan hiasan dalam bentuk apapun di dalam laboratorium;

B. Proses Kerja, Bahan dan Peralatan Kerja

96
1. Melaksanakan praktek laboratorium yang benar. Setiap petugas laboratorium harus
mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap bahaya yang mungkin
terjadi, dapat menggunakan setiap peralatan laboratorium, peralatan kesehatan, dan
keselamatan kerja dengan benar, serta mengetahui langkah-langkah yang tepat.
2. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan kerja, seperti tempat
cuci tangan dengan air yang mengalir dan alat pemadam kebakaran.
3. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas lab,masker, sarung tangan, alas kaki
tertutup) yang sesuai selama bekerja.
4. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama bekerja dalam
laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium (hati-hati dengan
jas laboratorium yang berpotensi infeksius).
5. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat ke belakang dengan rapi.
6. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum, lalu setelah
selesai melakukan aktivitas laboratorium, lepaskan baju proteksi sebelum
meninggalkan ruang laboratorium.
7. Dilarang melakukan kegiatan percobaan laboratorium tanpa izin pejabat yang
berwenang.
8. Dilarang makan, minum (termasuk minum air dari botol air), dan merokok di tempat kerja.
9. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum atau benda tajam
dan barang sisa laboratorium harus ditempatkan di bak/peti laboratorium dan diberi
keterangan.
10. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam sampah plastik kuning (limbah
medis/infeksius) yang diberi tanda khusus.
11. Semua tumpahan harus segera dibersihkan.
12. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan karet penghisap.
13. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada penanggung jawab
laboratorium.
14. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang ditentukan.
15. Pengelolaan Specimen
● Setiap spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius
● Harus mempunyai loket khusus untuk penerimaan spesimen
● Setiap petugas harus mengetahui dan melaksanakan cara pengambilan,
pengiriman dan pengolahan spesimen dengan benar.
● Semua spesimen darah dan cairan tubuh harus disimpan pada wadah yangmemiliki
konstruksi yang baik, karet pengaman untuk mencegah kebocoran ketika
dipindahkan.
● Saat mengumpulkan spesimen harus berhati-hati guna menghindari pencemaran
dari luar container atau laboratorium.
● Setiap orang yang memproses spesimen darah dan cairan tubuh (contoh:
membuka tutup tabung vakum) harus menggunakan sarung tangan dan masker.
● Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci tangan dan mengganti
sarung tangan.

97
● Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah infeksius dan
dikelola sesuai ketentuan yang berlaku.
● Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus didekontaminasi dengan
desinfektan setelah selesai melakukan kegiatan laboratorium.

16. Pengelolaan bahan kimia yang benar


● Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan bahan kimia yang benar
(antara lain penggolongan bahan kimia, bahan kimia yang tidak boleh tercampur,
efek toksis dan persyaratan penyimpanan).
● Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan mempunyai pengetahuan
serta keterampilan untuk menangani kecelakaan.
● Semua bahan kimia yang ada harus diberi label/etiket dan tanda peringatan yang
sesuai.

17. Pengelolaan Limbah


A. Limbah Padat
Limbah padat terdiri dari limbah/sampah umum dan limbah khusus seperti benda
tajam, limbah infeksius, limbah sitotoksis, limbah toksis, limbah kimia, limbah B3
dan limbah plastik.
Fasilitas Pembuangan Limbah Padat :
1). Tempat Pengumpulan Sampah
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya. Mempunyai tutup
yang mudah dibuka dan ditutup, minimal terdapt satu buah untuk masing-
masing kegiatan. Kantong plastik diangkat setiap hari atau apabila 2/3 bagian
telah terisi sampah.
Setiap tempat pengumpulan sampah harus dilapisi plastik sebagai
pembungkus sampah dengan label dan warna seperti digambarkan pada
tabel sebagai berikut :

Warna tempat/
Kantong Plastik
NO KATEGORI LAMBANG KETERANGAN
Pengumpulan
Sampah
Sampah
berbentuk benda
1 Radio Aktif Merah tajam ditampung
dalam wadah
yang kuat/tahan
sebelum
Infeksius/
2 Kuning dimasukkan ke
toksik/kimia
dalam kantong

98
yang sesuai
dengan
kategori/jenis
sampahnya.
3 Sitotoksik Ungu

Domestik
4 Umum Hitam
(warna putih)

2). Tempat Penampungan Sampah Sementara


Tersedia tempat penampungan sampah tidak permanen yang diletakkan pada
lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut sampah.
Tempat penampungan sampah sementara dikosongkan dan dibersihkan
sekurang – kurangnya satu kali dalam 24 jam.
3). Tempat Pembuangan Sampah Akhir
a. Sampai infeksius, sampah toksik, dan sitotoksik dikelola sesuai prosedur
dan peraturan yang berlaku.
b. Sampah umum (domestik) dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir
yang dikelola sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku.

B. Limbah Cair

Limbah cair terdiri dari limbah cair umum/domestik, limbah cair infeksius dan
limbah cair kimia.
Cara menangani limbah cair :
1). Limbah cair umum/domestik dialirkan masuk ke dalam septic tank.
2). Limbah cair infeksius dan kimia dikelola sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku.

99
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu ialah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur
dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan aktivitas
pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga agar
kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pengendalian mutu pelayanan klinis dilaksanakan melalui :
1. Penentuan indikator layanan klinis
2. Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) sesuai standar profesi.
3. Petugas layanan klinis sesuai standar kompetensi yang ditetapkan.
4. Pengadaan dan/atau pemeliharaan sarana dan prasarana sesuai standar.
5. Monitoring dan evaluasi kinerja secara periodik.
6. Pelaksanaan audit internal.

PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM

Pemantapan mutu (quality assurance) adalah keseluruhan proses atau semua tindakan
yang dilakukan untuk menjamin ketepatan dan ketelitian hasil pemeriksaan. Pemantapan mutu
harus dilakukan dan diselenggarakan di laboratorium. Kegiatan ini berupa pemantapan mutu
internal dan eksternal.
1). Pemantapan Mutu Internal (PMI)
Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas laboratorium
untuk menjamin mutu pemeriksaan dengan mencegah terjadinya kesalahan danmendeteksi
sedini mungkin bila terjadi kesalahan.
Berbagai tindakan pencegahan perlu dilaksanakan sejak tahap pra analitik, tahap analitik
sampai pasca analitik
1. Praanalitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien, mengambil spesimen,
menerima spesimen, memberi identitas spesimen, mengirim spesimen rujukan,
menyimpan spesimen sampai dengan menguji kualitas air/reagen/antigen-
antisera/media.
a. Persiapan pasien
Sebelum spesimen diambil harus diberikan penjelasan kepada pasien
mengenai persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan.
b. Pengambilan spesimen
Pengambilan spesimen yang berasal dari pasien harus mendapat persetujuan
dari pasien dan spesimen harus diambil secara benar dengan memperhatikan
waktu, lokasi, volume, cara, peralatan, wadah spesimen,
pengawet/antikoagulan.
c. Penerimaan spesimen

100
Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara spesimen
yang diterima dengan formulir permintaan dan mencatat kondisi spesimen
tersebut pada saat diterima antara lain volume, warna, kekeruhan dan
konsistensi.
d. Pemberian identitas
Pemberian identitas pasien dan/atau spesimen merupakan hal yang penting,
baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan,
pendaftaran, pengisian label wadah spesimen maupun pada formulir hasil
pemeriksaan.
e. Pengiriman spesimen
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan kepada bagian
pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika laboratorium
puskesmas tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka spesimen dikirim ke
laboratorium lain dan sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil.
f. Penyimpanan Spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.
Beberapa cara penyimpanan spesimen antara lain :
- Disimpan pada suhu kamar
Misalnya penyimpanan usap dubur dalam Carry dan Blair untuk
pemeriksaan vibrio cholera
- Disimpan dalam lemari es dengan suhu 0Oc – 8Oc
- Dapat diberikan bahan pengawet
- Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.
g. Uji kualitas air/reagen/antigen-antisera/media dilakukan sesuai dengan standar
yang berlaku.
2. Tahap Analitik adalah tahap mulai dari mengolah spesimen, mengkalibrasi dan
memelihara alat laboratorium dan melakukan pemeriksaan.
a. Pengolahan sampel
Beberapa jenis pemeriksaan memerlukan pengolahan terlebih dahulu.
Pengolahan spesimen antara lain sentrifuse, destruksi, homogenisasi, dsb.
Pengetahuan mengenai teknik pengolahan harus dikuasai benar, karena
pengolahan yang kurang baik akan mempengaruhi kualitas spesimen yang
selanjutnya akan mempengaruhi pula hasil pemeriksaan.
b. Kalibrasi dan Pemeliharaan Alat
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
adalah peralatan laboratorium, wadah spesimen, pengawet/antikoagulan. Harus
dilakukan kalibrasi dan pemeliharaan peralatan laboratorium secara teratur dan
terjadwal. Wadah spesimen harus bersih dan tidak terkontaminasi.
Pengawet/antikoagulan tidak kadaluarsa.
c. Pemeriksaan spesimen menurut metode dan prosedur sesuai protap masing-
masing parameter.

101
3. Tahap pasca analitik adalah tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan,
melakukan verifikasi dan validasi hasil serta memberikan interpretasi hasil sampai
dengan pelaporan.
Kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) yang harus dilakukan di puskesmas antara lain :
1. Pembuatan alur pasien, alur pemeriksaan, cara pengambilan specimen
2. Pembuatan prosedur/instruksi kerja untuk pengambilan spesimen dan setiap jenis
pemeriksaan.

2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)


Pemantapan Mutu Eksternal (PME) adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak luar
secara periodik untuk memantau dan menilai penampilan laboratorium dalam bidang
tertentu. Kegiatan ini antara lain diselenggarakan oleh pemerintah dengan melibatkan peran
serta organisasi profesi dan swasta baik secara nasional maupun regional. Beberapa
kegiatan PME yang dilakukan di laboratorium Puskesmas antara lain Pemantapan Mutu
Eksternal Mikroskopis BTA (PME MBTA) dan PME uji profisiensi laboratorium meliputi :
Pemeriksaan Hematologi rutin, HIV, Kimia darah, Urine rutin dan HCG.
Puskesmas yang menjadi peserta PME perlu melaksanakan langkah-langkah kegiatan
sebagai berikut :
1. Mempelajari instruksi dari penyelenggaraan PME sesuai dengan jenis/parameter PME
2. Pelaksanaan pemeriksaan
3. Penulisan hasil pemeriksaan ke dalam formulir hasil
4. Penyusunan formulir hasil ke penyelenggara PME.

102
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini dibuat dengan melibatkan petugas dari berbagai unit terkait yang terlibat
dalam pelayanan klinis dibawah bimbingan dan pengawasan Kepala Puskesmas dan Tim
Menejemen UPTD Puskesmas Cinere . Pedoman yang sudah ada agar dipelajari &
dimanfaatkan oleh petugas lain dari unit yang sama ataupun berbeda agar terjalin kesamaan
persepsi dan langkah dalam melakukan pelayanan klinis di UPTD Puskesmas Cinere.
Pedoman Pelayanan Klinis ini dibuat berdasarkan regulasi yang ada saat ini dan
disesuaikan dengan kondisi riil yang ada. Pedoman dapat ditinjau ulang setiap tahun sehingga
dapat dilakukan perbaikan dan penyesuaian secara berkala.
Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh anggota tim pelayanan klinis UPTD
Puskesmas Cinere yang telah membantu pembuatan Pedoman ini.
Semoga Pedoman ini dapat diimplementasikan dan ditindaklanjuti dengan pembuatan
prosedur yang sesuai.

KEPALA UPTD PUSKESMAS CINERE


5/5/2022

drg. RAHMINA DEWI


Pembina
NIP. 196802252002122003

103

Anda mungkin juga menyukai