NOMOR : 440/026/KPTS/CNR/V/2022
TANGGAL : 5 MEI 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif di wilayah kerjanya
Upaya Kesehatan Perseorangan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
Terdapat 6 prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi paradigma sehat,
pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat, ketersediaan akses pelayanan
kesehatan, teknologi tepat guna, dan keterpaduan dan kesinambungan.
Berdasarkan prinsip paradigma sehat, Puskesmas mendorong seluruh pemangku
kepentingan berpartisipasi dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang
dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat melalui Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat dan mampu mengadaptasi kebiasaan baru di Era New Normal saat ini.
Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban wilayah, Puskesmas menggerakkan dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat, Puskesmas mendorong kemandirian
hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Berdasarkan prinsip ketersediaan akses pelayanan kesehatan, Puskesmas
menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh
masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama,
budaya, dan kepercayaan.
Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna, Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan,
mudah dimanfaatkan, dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan, Puskesmas mengintegrasikan
dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta
melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas.
UPTD Puskesmas Cinere berusaha menyelenggarakan Upaya Kesehatan
Perseorangan berdasarkan prinsip- prinsip penyelenggaraan Puskesmas tersebut. Oleh
karena itu diperlukan suatu PEDOMAN agar layanan klinis dapat berjalan sesuai yang
diharapkan.
1
B. Tujuan
Pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan ( UKP ) UPTD Puskesmas Cinere yang
berorientasi pasien.
C. Sasaran
Semua petugas baik tenaga kesehatan maupun non kesehatan yang terlibat dalam
pelayanan UKP di UPTD Puskesmas Cinere
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup layanan Upaya Kesehatan Perorangan UPTD Puskesmas Cinere meliputi
kegiatan:
1. Pendaftaran
Pendaftaran adalah proses registrasi data pasien yang berkunjung dan ingin mendapatkan
pelayanan kesehatan di puskesmas. Kepuasan pasien pada saat proses pendaftaran
tergantung sejauh mana kebutuhannya terpenuhi. Untuk itu perlu adanya dukungan sarana
dan lingkungan yang memadai. Pendaftaran dilakukan di loket pendaftaran yang terletak di
dekat pintu masuk rawat jalan agar mudah diakses. Petugas pendaftaran memastikan
ketepatan identifikasi pasien di dalam proses pendaftaran dengan 4 identifikasi yang tidak
berubah yaitu nama lengkap pasien, tanggal lahir, NIK dan nomor rekam medis untuk pasien
lama. Untuk menunjang pelayanan klinis, beberapa informasi harus tersedia di tempat
pendaftaran. Informasi yang harus ada antara lain tarif pelayanan, jenis dan jadwal
pelayanan, alur dan proses pendaftaran, alur dan proses pelayanan, hak dan kewajiban
pasien, rumah sakit rujukan, ketersediaan tempat tidur dan informasi lain yang dibutuhkan.
Informasi tersebut bisa disampaikan melalui media informasi yaitu dalam bentuk leaflet dan
video. Penyampaian hak dan kewajiban pasien di bagian pendaftaran ditujukan agar proses
pelayanan kesehatan perorangan di puskesmas berjalan dengan lancar dan tertib serta
memuaskan pasien, pasien/keluarga pasien memahami hak dan kewajiban masing-masing
dan mencegah kejadian tidak diinginkan yaitu tuntutan medis dari pihak pasien.
2. Pemeriksaan pasien
Pemeriksaan pasien dilakukan di unit yang sesuai dengan keluhan dan kondisi pasien.
Pemeriksaan dilakukan di ruang pemeriksaan pelayanan kesehatan umum, ruang
pemeriksaan pelayanan gigi, ruang pemeriksaan pelayanan KIA& KB, ruang TB, ruang
konseling, ruang persalinan, ruang nifas atau ruang gawat darurat.
3. Pemeriksaan laboratorium
Sarana pelayanan kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran
penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan masyarakat.
4. Pelayanan kefarmasian
2
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 kegiatan, yaitu:
1. Kegiatan yang bersifat managerial berupa pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis
Pakai.
2. Kegiatan pelayanan klinik.
E. Batasan Operasional
1. Rawat jalan
Pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik yang dilaksanakan untuk
keperluan observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
UPTD Puskesmas Cinere adalah puskesmas kawasan perkotaan non rawat inap
dengan fasilitas persalinan. Distribusi ketenagaan disesuaikan dengan jenis dan jadwal
pelayanan, yaitu:
JENIS TENAGA YANG JUMLAH
NO PELAYANAN
DIBUTUHKAN MINIMUM
1 Ruang Pendaftaran dan Petugas pendaftaran dan/ atau 3 orang
Rekam Medis perekam medis
2 Ruang Pemeriksaan Dokter umum 2 orang
Umum Perawat 2 orang
3 Ruang Pemeriksaan Dokter Umum 1 orang
4
Khusus ISPA Perawat 1 orang
4 Ruang Kesehatan Gigi Dokter gigi dan/atau TGM 1 orang
dan Mulut
5 Ruang Tindakan dan Dokter umum 1 orang
Gawatdarurat serta Perawat 1 orang
Persalinan Bidan 1 orang
Supir ambulance 1 orang
Keamanan 1 orang
6 Ruang KIE Tenaga kesehatan 1 orang
7 Ruang Farmasi Apoteker/ tenaga teknis kefarmasian 1 orang
8 Ruang Laboratorium Ahli Teknologi Laboratorium Medik 1 orang
C. Jadwal Kegiatan
JADWAL PELAYANAN DI UPTD PUSKESMAS CINERE
13.30 - 17.00
13.30 - 17.00
Pelayanan Rujukan
Setiap hari kerja jam 08.00 - 12.00
5
1. Pemeriksaan Kehamilan
Selasa, Kamis dan
dan Pemeriksaan Calon 08.00 -12.00
Jumat
Pengantin
2. Pelayanan Kesehatan
Rabu dan Sabtu 08.00 -12.00
Anak dan Imunisasi
3. Kontrasepsi, Kontrol
Senin 08.00 -12.00
Nifas dan Tindik Bayi
7. Ruangan TB Paru Senin dan Kamis 08.00 -12.00
9. Ruangan Konsultasi
Setiap hari kerja
HIV/VCT/IMS
D. Tim Interprofesi
6
dr. Hana Anindya
dr. Dalasta Ayu Annisa
dr. Arrum Prabuningtyas
Tenaga Dokter gigi drg. Rahmina Dewi
drg. Prona JYM
Tenaga Perawat dan TGM Hidayati, S.Kep Ners
Didin Saefudin, Amd.Kep
Yuni Aziza Alfiatien. AMd.Kep
Tuti Muwarni, AMKG
Supartini, AMK
Agnes Normaida, S.Kep Ners
Florance L, Amd. Kep
Adriana D P, Amd. Kep
Yogi, Amd. Kep
Alya Azzahra Putri, Amd. Kes
Tenaga Bidan Evi Risnawati,SST
Sutia Dewi Mayasari, Am.Keb
Nolisa Sutrisnawati, Am.Keb
Desy Tri Astuti, Am.Keb
Dewi Ayu Angraini, Am.Keb
Susilowati, Am.Keb
Septiana Khalida, Am.Keb
Mulyawati Aldilah, Am.Keb
Rahmawati, Am.Keb
Tenaga Laboratorium Mega Chandra Kirana, Amd.AK
Muhammad Rizky Zulfikar, Amd.Ak
Ferdiyanti, Amd.Ak
Farisza Putri Karimah, S.Tr.Kes
Tenaga Farmasi Etik Yuliyana Kusumawati, Apt
Khairani Nugrah Rambe, Amd.Far
Annida Nasyahta, Amd.Far
Tenaga Sanitarian Rohimi, SST
Tenaga Promosi Kesehatan Silmy Kaffah, SKM
Tenaga Gizi Reni Andriyani, AMG
Indri Rahmania, S.Gz
Tenaga Surveilan Iqbal Maulana Syawal, SKM
Putri Agustin, SKM
Nur Aulia Alip R, SKM
Tenaga Administrasi Parmin
Prima Decca T, SKM
Ria Novita, Amd
7
Wisnu Aji
Dewi Puspitasari, S.E
Tomy
Tenaga Keamanan, kebersihan Khoirulloh
dan ambulan Yadih
Roni Yatnarudin
Zainudin
Supriyanto
Lina
Edward Christopel, Amd
Shandi Zauppriyansyah
Uraian Tugas :
a. Melaksanakan layanan tiap unit sesuai perencanaan
b. Merekap dan mengevaluasi pencapaian manajemen mutu klinis tiap-tiap poli/unit setiap
satu bulan sekali dalam bentuk laporan kinerja
c. Mencatat kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masing-masing poli/unit;
d. Membahas dan menganalisa masalah yang terjadi pada masing-masing poli atau unit dan
menyusun rencana tindak lanjut;
e. Merencanakan tindak lanjut terhadap ketidaksesuaian yang terjadi pada tiap-tiap poli/unit;
f. Menerapkan rencana tindak lanjut sesuai kesepakatan.
8
9
BAB III
STANDAR FASILITAS
10
Gambar 2. Denah lantai 2 UPTD Puskesmas Cinere
B. Standar Fasilitas
Fasilitas puskesmas mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun
2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jumlah dan jenis ruang ditentukan berdasarkan
pelayanan yang diselenggarakan dan ketersediaan sumber daya. Tabel dibawah ini
menunjukkan fungsi ruang minimal di Puskesmas, sebagai berikut:
11
Nama Ruang Keterangan
Ruang Kantor
1. Ruang administrasi
2. Ruang kantor untuk karyawan
3. Ruang Kepala Puskesmas
4. Ruang rapat/diskusi Dapat digunakan untuk kegiatan lain
dalam mendukung pelayanan
kesehatan (ruang multifungsi)
Ruang Pelayanan
5. Ruang pendaftaran dan rekam Terdapat pemisahan/ prioritas antrian
medis pendaftaran bagi ibu hamil, penyandang
disabilitas, lansia dan pasien penderita
gangguan kesehatan jiwa
6. Ruang pemeriksaan umum
7. Ruang pemeriksaan khusus ISPA Ruangan pemeriksaan khusus untuk
pasien yang memiliki keluhan
demam/riw demam, batuk, pilek dan
gangguan pernafasan
8. Ruang tindakan dan gawat darurat
9. Ruang KIA, KB dan imunisasi Ruang KIA, KB dan imunisasi juga
digunakan untuk pemeriksaan anaksakit
(pelayanan MTBS) dan
pemeriksaan tumbuh kembang
10. Ruang pemeriksaan khusus Dapat digunakan untuk memeriksa
pasien yang berisiko menularkan
penyakit dan pasien yang memerlukan
akses khusus seperti TB, HIV/AIDS, dan
lain-lain.
11. Ruang kesehatan gigi dan mulut
12. Ruang Komunikasi Informasi dan Dipergunakan juga untuk konsultasi dan
Edukasi (KIE) konseling
13. Ruang farmasi Sesuai dengan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
14. Ruang persalinan Pada Puskesmas yang mampu
memberikan pelayanan persalinan
normal.
Jumlah tempat tidur berdasarkan
analisis kebutuhan pelayananpersalinan
dan ketersediaan sumber
daya
12
15. Ruang rawat pasca persalinan Pada Puskesmas yang mampu
memberikan pelayanan persalinan
normal.
Jumlah tempat tidur berdasarkan
analisis kebutuhan pelayananpersalinan
dan ketersediaan sumber daya
Ibu dan bayi di rawat gabung dalam satu
ruang.
Tata letak ruang diatur dan dikelompokkan dengan memperhatikan zona infeksius dan
non infeksius. Pencahayaan dan penghawaan yang nyaman dan aman untuk semua bagian
bangunan.
13
Ruang kantor, Ruang Kepala Puskesmas, Ruang
pendaftaran dan rekam medik, Ruang pemeriksaan
umum, Ruang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), KB
dan imunisasi, Ruang pemeriksaan khusus, Ruang 200
kesehatan gigi dan mulut, Ruang KIE, Ruang ASI,
Ruang farmasi, Ruang rawat inap, Ruang rawat
pasca persalinan
300 (penerangan
umum), jika untuk
Ruang laboratorium, Ruang tindakan dan gawat
tindakan khusus
darurat, Ruang persalinan
maka ditambah
penerangan lokal
Dapur, Ruang tunggu, Gudang umum, KM/WC,
100
Ruang sterilisasi, Ruang cuci linen
Ruang rapat 200
Koridor 100
Pemilihan sistem ventilasi yang alami, mekanik atau campuran, perlu memperhatikan kondisi
lokal, seperti struktur bangunan, cuaca, biaya dan kualitas udara luar.
a. Alat Kesehatan
1 Alat deteksi dini gangguan indera penglihatan:
a) Bingkai uji-coba untuk pemeriksaan refraksi 1 buah
b) Buku Ishihara Tes 1 buah
c) Lensa uji-coba untuk pemeriksaan refraksi 1 set
d) Lup Binokuler (lensa pembesar) 3 – 5 Dioptri 1 buah
e) Opthalmoscope 1 buah
f) Snellen Chart 2 jenis (E Chart + Alphabet Chart) 1 buah
g) Tonometer 1 buah
2 Alat deteksi dini gangguan pendengaran
a) Corong Telinga/ Spekulum Telinga Ukuran Kecil, 1 set
Sedang, Besar
b) Garputala 512 Hz 1 set
c) Lampu kepala/Head Lamp + Adaptor AC/DC 1 buah
d) Otoscope 1 buah
3 Alat pengukur tekanan darah/ tensimeter dengan 1 buah
14
manset untuk anak dan dewasa
4 Handle kaca laring /Larynx Handle Mirror 1 buah
5 Kaca laring ukuran 2,4,5,6 1 set
6 Palu reflex /Dejerine Reflex Hammer 1 buah
7 Skinfold calliper 1 buah
8 Spekulum hidung 1 buah
9 Spekulum vagina (cocor bebek Grave) 1 buah
1 buah
10 Stetoskop untuk dewasa
15
8 Pispot 1 buah
9 Sarung bantal 2 buah
10 Sikat untuk membersihkan peralatan 1 buah
11 Stop Watch 1 buah
Tempat sampah tertutup yang dilengkapi dengan 2 buah
12
injakan pembuka penutup
IV. MEUBELAIR
1 Komputer 1 unit
2 Kursi kerja 3 buah
3 Lemari arsip 1 buah
4 Meja tulis ½ biro 1 buah
V. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1 Buku register pelayanan Sesuai Kebutuhan
Formulir dan surat keterangan lain sesuai kebutuhan Sesuai Kebutuhan
2
pelayanan yang diberikan
3 Formulir Informed Consent Sesuai Kebutuhan
a. Alat Kesehatan
1. Alat pengukur tekanan darah/ tensimeter dengan 1 buah
manset untuk anak dan dewasa
2. Automated External Defibrilator (AED)* 1 unit
16
5. Collar Brace/Neck Collar dewasa 1 buah
8. EKG* 1 buah
17
37. Kursi roda standar 1 buah
18
b. Perbekalan Kesehatan Lain
1. Alat ukur panjang badan bayi 1 buah
18 Goggle 1 buah
19
26 Kapas Sesuai kebutuhan
III. PERLENGKAPAN
1. Bak instrument tertutup 1 buah
20
7. Jam/timer/stop watch 1 buah
15 Pispot 2 buah
IV. MEUBELAIR
1. Kursi kerja 3 buah
*) Harus tersedia tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk
mengoperasikan alat dan menginterpretasikan hasil serta didukung oleh prasarana yang
memadai.
21
B.4. Persyaratan Peralatan Ruang Kesehatan Ibu, Anak (KIA), KB, dan Imunisasi
11 1 buah
Pinset Anatomis Panjang
12 Pinset Anatomi Pendek 1 buah
13 Pinset Bedah 1 buah
14 Silinder Korentang kecil 1 buah
15 Spekulum Vagina (Cocor Bebek Grave) Besar 1 buah
16 Spekulum Vagina (Cocor Bebek Grave) Kecil 1 buah
17 Spekulum Vagina (Cocor Bebek Grave) Sedang 1 buah
18 Spekulum Vagina (Sims) 1 buah
19 Stand Lamp untuk tindakan 3 buah
20 Stetoskop Dewasa 2 buah
21 Sudip lidah / Spatula Lidah logam 5 buah
22 Tabung Korentang Stainless 1 buah
23 Tampon Tang 1 buah
24 Tempat Tidur Periksa 1 buah
25 Termometer Dewasa 1 buah
26 Timbangan 1 buah
22
5 Senter Periksa 1 buah
6 Toples Kapas / Kasa Steril 1 buah
7 Waskom Bengkok Kecil 1 buah
8 Waskom diameter 40 cm 1 buah
II. Set Pemeriksaan Kesehatan Anak
a. Alat Kesehatan
Alat Penghisap lender/ Penghisap lendir DeLee 1 buah
1
(Neonatus)
Alat pengukur tekanan darah/tensimeter dengan 1 buah
2
manset untuk anak
Alat pengukur tekanan darah/tensimeter dengan 1 buah
3
manset untuk bayi
Alat pengukur lingkar lengan atas balita (Pita 1 buah
4
LILA)
5 Stand Lamp untuk tindakan 1 buah
6 Stetoskop anak 1 buah
7 Sudip lidah /Spatula lidah logam 4 buah
8 Tabung oksigen dan regulator 1 set
9 Termometer
10 Timbangan dewasa 1 buah
11 Timbangan bayi 1 buah
b. Perbekalan Kesehatan Lain
1 Alat Pengukur lingkar kepala (meteran) 1 buah
2 Alat Pengukur tinggi badan anak (microtoise) 1 buah
3 Alat Pengukur Panjang Bayi
Acute Respiratory Infections (ARI) timer/ ARI
4
Soundtimer
5 Senter/ Pen light
III. SET PELAYANAN KB
a) Alat kesehatan
23
e) Pinset anatomis ukuran 13-18 cm / 5-7” 1 buah
a. Alat kesehatan
24
1. AKDR Sesuai Kebutuhan
2. Alkohol Sesuai Kebutuhan
3. Alkohol Swab / kapas alkohol Sesuai Kebutuhan
4. Aqua for injection/ water for injection Sesuai Kebutuhan
5. Asam cuka 25% (untuk pemeriksaan IVA) Sesuai kebutuhan
6. Benang Chromic Catgut Sesuai Kebutuhan
7. Cairan Desinfektan Sesuai Kebutuhan
8. Cairan handrubs Sesuai Kebutuhan
25
37. Sarung tangan Sesuai Kebutuhan
VI. PERLENGKAPAN
1. Apron 1 buah
3. Bantal 1 buah
Cangkir kecil dan sendok serta pipet untuk ASI Sesuai Kebutuhan
6.
perah
9. Kasur 1 buah
26
VII. MEUBELAIR
b. Kesehatan Anak
27
Formulir Pencatatan Bayi Muda umur kurang dari Sesuai kebutuhan
11.
2 bulan
c. Imunisasi
28
20 Spekulum Cocor Bebek Grave Kecil 3 buah
21 Spekulum Cocor Bebek Grave Medium 3 buah
22 Standar infus 2 buah
23 Stand Lamp untuk tindakan 1 buah
24 Stetoskop 1 buah
25 Tempat Klem Kasa (Korentang) 1 buah
26 Tempat Tidur manual untuk Persalinan 2 set
27 Termometer 1 buah
28 Timbangan 1 buah
b. Perbekalan Kesehatan Lain
1 ARI Timer 1 buah
2 Bak instrumen tertutup besar (Obgin) 2 buah
3 Bak instrumen tertutup kecil 2 buah
4 Bak instrumen tertutup Medium 2 buah
5 Mangkok untuk larutan 1 buah
6 Toples kapas dan kasa steril 1 buah
7 Waskom cekung 1 buah
8 Waskom tempat plasenta 1 buah
II. Set AKDR Pasca Plasenta ( <10 menit
a. Alat kesehatan
Bak instrument tertutup yang dapat menyimpan seluruh 1 buah
1. alat pemasangan dan pencabutan AKDR (disesuaikan
dengan besarnya alat)
2. Forcep tenacullum Schroeder panjang 25-27 cm / 10” 1 buah
3. Gunting operasi mayo lengkung panjang 17 cm / 6-7” 1 buah
Klem Long Kelly/Klem Fenster bengkok panjang 32 cm 1 buah
4.
(Kelly Placenta Sponge Forceps 13’)
Pengait pencabut AKDR panjang 32 cm (IUD Removal 1 buah
5.
hook panjang)
6. Sonde uterus Sims panjang 2-33 cm / 12,5-13” 1buah
7. Spekulum vagina Sims ukuran medium 1 buah
Bak instrument tertutup yang dapat menyimpan seluruh Sesuai Kebutuhan
8. alat pemasangan dan pencabutan AKDR (disesuaikan
dengan besarnya alat)
29
2 Stetoskop Duplex Neonatus 1 buah
3 Termometer klinik (Digital) 1 buah
4 Timbangan bayi 1 buah
b. Perbekalan Kesehatan Lain
IV. SET KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL
a. Alat Kesehatan
1. Baby Suction Pump portable 1 set
2. Balon sungkup dengan katup PEEP 1 buah
3. Doyeri Probe Lengkung 1 buah
4. Skalpel No. 3 3 buah
5. Skalpel No. 4 3 buah
6. Gunting iris lengkung 1 buah
7. Gunting operasi lurus 1 buah
8. Infant T piece resuscitator dengan Katup PEEP** 1 buah
9. Infant T piece System** 1 buah
10. Klem Fenster/Klem Ovum 3 buah
11. Klem Linen Backhauss 3 buah
12. Laringoskop Neonatus Bilah Lurus (3 ukuran) 1 set
13. Masker Oksigen + Kanula Hidung Dewasa 2 buah
14. Meja Resusitasi dengan Pemanas (Infant Radiant 1 set
Warmer)
15. Needle holder panjang 1 buah
16. Needle holder pendek 1 buah
17. Klem/Penjepit Porsio, 25 cm (Schroder) Sesuai kebutuhan
18. Pinset anatomis panjang 1 buah
19. Pinset Jaringan (Sirurgis) 1 buah
20. Pinset Jaringan Semken 1 buah
21. Pinset Kasa (Anatomis) Pendek 1 buah
22. Pulse oximeter 1 buah
23. Resusitator manual dan sungkup 1 set
24. Retraktor Finsen Tajam 1 buah
25. Set Akses Umbilikal Emergency ** 1 Set
26. Waskom Bengkok Kecil 2 buah
a. Bak Instrumen 1 buah
b. Benang jahit silk 3,0 2 buah
c. Duk Bolong 1 buah
d. Gagang Pisau 1 buah
e. Gunting 1 buah
f. Gunting kecil 1 buah
g. Jarum 1 set
30
h. Kateter umbilikal 3 buah
i. Klem bengkok kecil 3 buah
j. Klem lurus 1 buah
k. Mangkuk kecil 1 buah
l. Needle Holder 1 buah
m. Pinset arteri 1 buah
n. Pinset chirurgis 1 buah
o. Pinset lurus 1 buah
p. Pisau bisturi No. 11 2 buah
q. Pita pengukur 1 buah
27. Stilet untuk Pemasangan ETT 1 buah
28. Tampon tang 2 buah
b. Perbekalan Kesehatan Lain
1. Bak instrumen tertutup besar (Obgin) 2 buah
2. Bak instrumen tertutup kecil 2 buah
3. Bak instrumen tertutup Medium 2 buah
V. BAHAN HABIS PAKAI
1. AKDR Sesuai Kebutuhan
2. Alkohol Sesuai Kebutuhan
3. Alkohol Swab/ kapas alcohol Sesuai Kebutuhan
4. Aquades pro injeksi (25 ml) Sesuai Kebutuhan
5. Benang Chromic Catgut Nomor 1/0, 2/0 dan 3/0 Sesuai Kebutuhan
6. Cairan handrubs Sesuai Kebutuhan
7. Desinfektan Sesuai Kebutuhan
8. Extention tube Sesuai Kebutuhan
9. Gelang Bayi Sesuai Kebutuhan
10. Infus Set Dewasa 2 set
11. Infus Set dengan Wing Needle untuk Anak dan Bayi 2 set
nomor 23 dan 25
12. Jarum Jahit Tajam Sesuai Kebutuhan
13. Jarum Jahit Tumpul Sesuai Kebutuhan
14. Kantong Urin Sesuai Kebutuhan
15. Kapas Sesuai Kebutuhan
16. Kassa steril Sesuai Kebutuhan
17. Kassa non steril Sesuai Kebutuhan
18. Kateter Folley dewasa Sesuai Kebutuhan
19. Kateter Nelaton Sesuai Kebutuhan
20. Kateter intravena 16 G Sesuai Kebutuhan
21. Kateter intravena 18 G Sesuai Kebutuhan
22. Kateter Intravena 20 G Sesuai Kebutuhan
31
23. Kateter Intravena 24 Sesuai Kebutuhan
32
5 Kimono atau Baju berkancing depan Sesuai Kebutuhan
6 Lemari Alat 1 buah
7 Perlak Sesuai Kebutuhan
8 Lemari Obat 1 buah
9 Emesis basin/Nierbeken besar/Kidney bowl manual 2 buah
surgical instrument
10 Mangkok Iodin 1 buah
11 Mangkok untuk larutan 1 buah
12 Alat ukur tinggi badan (statu meter mikrotois) 1 buah
13 Pisau Pencukur 1 buah
14 Sepatu boot Sesuai Kebutuhan
15 Tabung Oksigen 1 buah
16 Troli Emergency 1 buah
17 Tromol Kasa 1 buah
18 Bak dekontaminasi ukuran kecil Sesuai kebutuhan
19 Meja Instrumen 2 buah
20 Penutup baki 2 buah
21 Pispot sodok (stick pan ) 2 buah
22 Tempat Sampah Tertutup yang dilengkapi dengan 2 buah
injakan pembuka penutup
VIII. MEUBELAIR
1 Kursi Kerja 3 buah
2 Lemari Arsip 1 buah
3 Meja Tulis ½ biro 1 buah
VIII. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1 Formulir Informed Consent Sesuai kebutuhan
2 Formulir dan Surat Keterangan lain sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
pelayanan yang diberikan
3 Formulir Laporan Sesuai kebutuhan
4 Formulir Partograf Sesuai kebutuhan
5 Formulir Persalinan/nifas dan KB Sesuai kebutuhan
6 Formulir Rujukan (termasuk lembar rujukan balik) Sesuai kebutuhan
7 Formulir Surat Kelahiran Sesuai kebutuhan
8 Formulir Surat Kematian Sesuai kebutuhan
9 Formulir Surat Keterangan Cuti Bersalin Sesuai kebutuhan
**) Alat yang memerlukan penambahan keterampilan berupa On The Job Training
(OJT)/orientasi/pelatihan (pelatihan kegawatdaruratan maternal neonatal/Tatalaksana
Neonatus)
33
NO Jenis Peralatan Jumlah minimum
34
4 Handuk Pembungkus Neonatus Sesuai Kebutuhan
5 Kacamata/goggle 1 buah
Baju perawatan Metode Kanguru sesuai ukuran 1 set
6
neonates/kain panjang
7 Kasur 1 buah
8 Kotak Penyimpan Jarum Bekas 1 buah
9 Lemari Obat 1 buah
10 Lemari Alat 1 buah
11 Lemari Kecil Pasien 1 buah
12 Penutup baki rak alat serbaguna 1 buah
13 Perlak 2 buah
14 Pispot 1 buah
15 Pompa Payudara untuk ASI 1 buah
16 Sarung Bantal 2 buah
17 Selimut Bayi 2 buah
18 Selimut Dewasa 2 buah
19 Seprei 2 buah
20 Set Tumbuh Kembang Anak 1 buah
21 Sikat untuk Membersihkan Peralatan 1 buah
Tempat Sampah Tertutup yang dilengkapi dengan 2 buah
22
injakan pembuka penutup
23 Toples Kapas/ Kasa Steril 2 buah
24 Tromol Kasa/ Kain Steril 2 buah
25 Troli emergency 1 buah
26 Waskom Bengkok Kecil 2 buah
IV. MEUBELAIR
1 Kursi Kerja 3 buah
2 Lemari Arsip 1 buah
3 Meja Tulis ½ biro 1 buah
V. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1 Buku Register Pelayanan 1 buah
2 Formulir lain sesuai kebutuhan pelayanan Sesuai kebutuhan
35
2 Atraumatic Restorative Treatment (ART) 1 buah
a) Enamel Access Cutter 1 buah
Mata bor (Diamond Bur Assorted) untuk Air Jet Hand 1set
6 Piece (Kecepatan Tinggi) (round, inverted, fissure,
wheel)
Mata bor Kontra Angle Hand Piece Conventional 1set
7
(Kecepatan Rendah) (round, inverted, fissure, wheel)
8 Handpiece Straight 1 buah
9 Ekskavator Berujung Dua (Besar) 5 buah
10 Ekskavator Berujung Dua (Kecil) 5 buah
11 Gunting Operasi Gusi (Wagner) 12 cm 1 buah
12 Kaca Mulut Datar No.3 Tanpa Tangkai 5 buah
36
Set Kursi Gigi Elektrik yang terdiri atas:
a. Kursi Gigi 1 buah
b. Cuspidor Unit 1 buah
28
c. Meja instrument 1 buah
d. Foot Controller untuk Hand Piece 1 buah
e. Kompresor Oilles 1 PK 1 buah
Skeler Standar, Bentuk Cangkul Kiri (Tipe Chisel/ 1 buah
29
Mesial)
Skeler Standar, Bentuk Cangkul Kanan (Type Chisel/ 1 buah
30
Mesial)
31 Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type Hook) 1 buah
Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan (Type Chisel/ 1 buah
32
Mesial)
Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri (Type Chisel/ 1 buah
33
Mesial)
34 Skeler Ultrasonik 1 buah
35 Sonde Lengkung 5 Buah
37
g) Tang sisa akar rahang bawah 1 buah
41 Skalpel, Mata Pisau Bedah (Besar) 1 buah
42 Skalpel, Mata Pisau Bedah (Kecil) 1 buah
43 Skalpel, Tangkai Pisau Operasi 1 buah
44 Tangkai kaca mulut 5 buah
II. BAHAN HABIS PAKAI
1 Betadine Solution atau Desinfektan lainnya Sesuai Kebutuhan
2 Sabun tangan atau antiseptic Sesuai Kebutuhan
3 Kasa Sesuai Kebutuhan
4 Benang Silk Sesuai Kebutuhan
5 Chromik Catgut Sesuai Kebutuhan
6 Jarum suntik intra ligamen Sesuai Kebutuhan
7 Alkohol Sesuai Kebutuhan
8 Kapas Sesuai Kebutuhan
9 Masker Sesuai Kebutuhan
III. PERLENGKAPAN
1 Baki Logam Tempat Alat Steril Bertutup 1 buah
2 Korentang, Penjepit Sponge (Foerster) 1 buah
3 Lampu Spiritus Isi 120 cc 1 buah
4 Lemari peralatan 1 buah
5 Lempeng Kaca Pengaduk Semen 1 buah
6 Needle Destroyer 1 buah
7 Silinder Korentang Steril 1 buah
8 Sterilisator kering 1 buah
9 Tempat Alkohol (Dappen Glas) 1 buah
Toples Kapas Logam dengan Pegas dan Tutup (50 x 1 buah
10
70 mm)
11 Toples Pembuangan Kapas (50 x 75 mm) 1 buah
12 Waskom Bengkok (Neirbeken) 1 buah
13 Pelindung Jari 1 buah
IV. MEUBELAIR
1 Kursi Kerja 3 buah
2 Lemari arsip 1 buah
3 Meja Tulis ½ biro 1 buah
V. PENCATATAN DAN PELAPORAN
38
4 Surat Keterangan Sakit Sesuai Kebutuhan
I. SET LABORATORIUM
a. Alat Kesehatan
1 Alat Tes Cepat Molekuler* 1 buah
2 Blood Cell Counter 1 buah
3 Fotometer 1 buah
4 Hematology Analizer (HA) 1 set
Hemositometer Set/ 1 set
5
Alat Hitung Manual
6 Lemari Es/Kulkas (penyimpan reagen dan obat) 1 buah
7 Mikroskop Binokuler 1 buah
8 Pembendung/Torniket 1 buah
9 Pipet Mikro 5-50, 100-200, 500-1000 ul 1 buah
10 Rotator Plate 1 buah
11 Sentrifuse Listrik 1 buah
12 Sentrifuse Mikrohematokrit 1 buah
13 Tabung Sentrifus Tanpa Skala 6 buah
14 Tally counter 1 buah
15 Westergren Set (Tabung Laju Endap Darah) 3 buah
16 Urin analizer 1 buah
b. Perbekalan Kesehatan Lain
39
12 Tabung Reaksi dengan tutup karet gabus 12 buah
13 Termometer 0 – 50° Celcius 1 buah
14 Wadah Aquades 1 buah
15 Pipet Berskala (Vol 10 cc) 3 buah
II. Bahan Habis Pakai
1 Blood Lancet dengan Autoklik Sesuai Kebutuhan
2 Kawat Asbes 1
3 Kertas Lakmus Sesuai Kebutuhan
4 Kertas Saring Sesuai Kebutuhan
5 Kaca Objek Sesuai Kebutuhan
6 Kaca Penutup (Dek Glass) Sesuai Kebutuhan
7 Kaca Sediaan Frosted End untuk pemeriksaan TB Sesuai Kebutuhan
8 Kertas Golongan Darah Sesuai Kebutuhan
9 Penghisap Karet (Aspirator) 3 buah
Pot Spesimen Dahak Mulut Lebar, (steril, anti pecah Sesuai Kebutuhan
10
dan anti bocor)
11 Pot Spesimen Urine (Mulut Lebar) Sesuai Kebutuhan
12 RDT Malaria Sesuai Kebutuhan
13 Reagen pemeriksaan kimia klinik Sesuai Kebutuhan
Reagen Ziehl Nielsen untuk pemeriksaan TB Sesuai Kebutuhan
14 (Carbol Fuchsin 1%, Asam Alkohol 3%, Methilen
Blue 0.1%)
15 Reagen untuk Pemeriksaan IMS Sesuai Kebutuhan
16 Reagen untuk Pemeriksaan HIV Sesuai Kebutuhan
17 Reagen untuk Pemeriksaan Hepatitis B Sesuai Kebutuhan
18 Scalpel 1 buah
19 Tip Pipet (Kuning dan Biru) Sesuai kebutuhan
20 Tabung Kapiler Mikrohematokrit Sesuai Kebutuhan
III. PERLENGKAPAN
1 Kaki Tiga 1 buah
2 Kotak Sediaan Slide 2 buah
3 Lampu Spiritus 1 buah
40
9 Rak Pengering 2 buah
12 Stopwatch 1 buah
15 Timer 1 buah
IV. MEUBELAIR
I. Set Farmasi
1 Analitical Balance (Timbangan Mikro) 1 buah
2 Batang Pengaduk 1 buah
3 Corong 1 buah
4 Cawan Penguap Porselen (d.5-15 cm) 1 buah
Gelas Pengukur 10mL, 100mL dan 250mL 1 buah
5
41
1 Etiket 1 buah
2 Kertas Perkamen 1 buah
Wadah Pengemas dan Pembungkus untuk
3 1 buah
penyerahan Obat
III.Perlengkapan
1 Alat Pemanas yang Sesuai 1 buah
2 Botol Obat dan Labelnya 1 buah
3 Lemari pendingin 1 buah
4 Lemari dan Rak untuk Menyimpan Obat 1 buah
Lemari untuk Penyimpanan Narkotika, Psikotropika
5 1 buah
dan Bahan Obat Berbahaya Lainnya
6 Rak tempat pengeringan alat 1 buah
IV. Meubelair
1 Kursi Kerja 2
2 Lemari arsip 1 buah
3 Meja Tulis ½ biro 1 buah
V. Pencatatan dan pelaporan
1 Blanko LPLPO 1
2 Blanko Kartu Stok Obat 1
3 Blanko Copy resep 1
4 Buku Penerimaan 1
5 Buku Pengiriman 1
Buku Pengeluaran Obat Bebas, BebasTerbatas dan
6 1
Keras
7 Buku Pencatatan Narkotika dan Psikotropika 1
8 Form Laporan Narkotika dan Psikotropika 1
Formulir dan Surat Keterangan lain sesuai
9 Sesuai kebutuhan
kebutuhan pelayanan yang diberikan
42
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. LINGKUP KEGIATAN
Tahapan pelayanan klinis adalah tahapan pelayanan sejak pendaftaran, pemeriksaan
sampai pemulangan dan/ tindak lanjut pasien.
A.1 PENDAFTARAN
Pendaftaran adalah proses registrasi data pasien yang berkunjung dan ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Output dari pendaftaran yaitu pasien
memiliki rekam medis, yaitu catatan atau dokumen tentang identitas pasien, hasil pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien. Tujuan dari
pendaftaran adalah untuk kepentingan kelengkapan administrasi dan dokumentasi rekam
medis pasien, menjadikan pelayanan efektif, efisien dan tertib serta semua pasien yang ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dapat terdata secara baik dan benar. Setiap
pasien yang datang ke UPTD Puskesmas Cinere untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
diharapkan membawa :
1) Kartu Keluarga asli/fotokopi, untuk mendapatkan Nomor Induk Kependudukan
(NIK)
2) KTP asli/fotokopi, untuk melihat kesamaan wajah foto dalam KTP dengan pasien
3) Kartu BPJS asli/fotokopi, berkaitan dengan administrasi pasien terhadap tarif retribusi
sesuai ketentuan yang berlaku
4) Kartu berobat pasien untuk pasien lama, memudahkan pencarian rekam medis
berdasarkan nomor rekam medis yang ada di kartu berobat pasien
43
2. Petugas skrining & petugas pendaftaran di tempat skrining pasien mengidentifikasi
apakah pasien termasuk pasien gawat darurat atau pasien rawat jalan dengan
melakukan skrining visual. Jika pasien gawat darurat, maka pasien langsung diarahkan
ke ruang tindakan dan gawat darurat.
3. Petugas skrining memastikan pasien dan pengantarnya melakukan 3M (mencuci
tangan, memakai masker dan menjaga jarak).
4. Petugas skrining & petugas pendaftaran melakukan skrining pasien resiko jatuh dan
pasien kategori prioritas. Pasien kategori prioritas pada ruang pemeriksaan umum dan
ruang pemeriksaan khusus ISPA memiliki kategori tertentu yaitu :
- Ruang pemeriksaan umum : Lansia di atas 70 tahun, ibu hamil, penyandang
disabilitas dan penderita gangguan kesehatan jiwa
- Ruang pemeriksaan khusus ISPA : Lansia di atas 70 tahun, balita usia 0 bulan
sampai dengan 2 tahun, ibu hamil, penyandang disabilitas dan penderita gangguan
kesehatan jiwa
Jika ditemukan pasien masuk ke dalam kategori tersebut, maka petugas skrining &
petugas pendaftaran memberikan kalung khusus kepada pasien tersebut dan
mencatatnya.
5. Petugas skrining melakukan skrining gejala ILI (influenza like illness) dan jika ditemukan
1 atau lebih dari gejala ILI maka pasien diarahkan ke ruang pemeriksaan khusus ISPA.
Proses pendaftaran dilanjutkan di luar gedung dibantu oleh petugas skrining.
6. Petugas pendaftaran di tempat skrining meminta pasien baru mengisi dengan lengkap
Formulir Identitas Pasien sesuai kartu identitas (KTP, Kartu Keluarga, atau Kartu
BPJS).
7. Petugas pendaftaran di tempat skrining bertanya kepada pasien apakah pasien memiliki
kartu BPJS dengan Fasilitas Kesehatan terdaftar di Cinere.
8. Petugas pendaftaran di tempat skrining meminta biaya retribusi pendaftaran sesuai
dengan ketentuan yang berlaku kepada pasien yang tidak memiliki kartu BPJS atau
sudah memiliki kartu BPJS tetapi Fasilitas Kesehatan terdaftar di luar Cinere.
9. Petugas pendaftaran di tempat skrining memberikan nomor antrian manual sesuai
pelayanan yang dituju (ruang pemeriksaan umum, ruang pemeriksaan khusus ISPA
atau laboratorium).
10. Petugas skrining mengarahkan pasien yang tidak memiliki gejala ILI (influenza like
illness) menunggu di dalam gedung setelah mendapatkan nomor antrian.
11. Petugas pendaftaran di tempat skrining mengirimkan identitas pasien yang sudah terisi
dan lembar nomor antrian pasien berobat yang sudah mendaftar ke ruang pendaftaran.
12. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran memastikan bahwa dirinya telah memakai
Alat Pelindung Diri (masker bedah) yang sesuai standar dan tetap menjaga jarak.
13. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran menginput identitas pasien baru ke dalam
aplikasi SIMPUS di komputer.
14. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran memberikan Kartu Berobat kepada pasien
baru yang tidak memiliki kartu BPJS atau sudah memiliki kartu BPJS tetapi Fasilitas
Kesehatan terdaftar di luar Cinere.
44
15. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran memberi label nomor rekam medis pada
kartu BPJS pasien dengan Fasilitas Kesehatan terdaftar di Cinere.
16. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran menginformasikan Hak dan Kewajiban
Pasien kepada pasien yang baru pertama kali berkunjung ke puskesmas dan meminta
pasien mendandatangi formulir hak dan kewajiban tersebut.
45
sudah memiliki kartu BPJS tetapi Fasilitas Kesehatan terdaftar di luar Cinere.
9. Petugas pendaftaran di tempat skrining memberikan nomor antrian manual sesuai
pelayanan yang dituju (ruang pemeriksaan umum, ruang pemeriksaan khusus ISPA
atau laboratorium).
10. Petugas skrining mengarahkan pasien yang tidak memiliki gejala ILI (influenza like
illness) menunggu di dalam gedung setelah mendapatkan nomor antrian.
11. Petugas pendaftaran di tempat skrining mengirimkan lembar nomor antrian pasien
berobat yang sudah mendaftar ke ruang pendaftaran.
12. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran memastikan bahwa dirinya telah memakai
Alat Pelindung Diri (masker bedah) yang sesuai standar dan tetap menjaga jarak.
13. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran menginput data pasien lama dari lembar
nomor antrian ke dalam aplikasi SIMPUS.
14. Petugas pendaftaran di ruang pendaftaran mencari data pasien yang lupa membawa
kartu berobat melalui identitas pasien (nama lengkap, tanggal lahir, nama kepala
keluarga) melalui aplikasi SIMPUS.
46
Gambar 3. Alur Pendaftaran Rawat Jalan
47
A.1.2 Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien adalah pengumpulan dan pencatatan data pasien untuk mengetahui
identitas pasien dan membedakan data satu pasien dengan pasien yang lain yang
dimaksudkan agar keselamatan pasien terjamin di tempat pendaftaran dan mencegah
terjadinya kesalahan. Identitas pasien yang membedakan antara data satu pasien dengan
pasien lainnya yaitu:
1. Nama lengkap pasien
2. Tanggal lahir pasien
3. NIK
4. No. Rekam Medis (untuk pasien lama, pasien yang sudah berkunjung ke puskesmas)
49
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan
disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi yang
direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh
Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
50
1. Pasien melakukan pendaftaran di bagian pendaftaran
2. Petugas pendaftaran mengidentifikasi pasien yang mempunyai hambatan dan kendala
pada saat pendaftaran (lansia, orang dengan keterbatasan, bicara dengan berbagai
bahasa dan dialek, budaya yang berbeda atau penghalang lain)
3. Petugas pendaftaran segera membantu ketika pasien datang dengan kendala bahasa,
hambatan bahasa juga ditangani dengan menggunakan bahasa isyarat, tulisan tangan dan
memanggil petugas lain yang mengerti bahasa pasien
4. Petugas pendaftaran meminta bantuan petugas keamanan, khusus pasien datang dengan
kendala fisik tidak bisa berjalan/lumpuh dan buta untuk mengambilkan kursi roda
5. Petugas pendaftaran menghubungi tenaga kesehatan, apabila pelayanan kepada pasien
dengan kebutuhan khusus terhambat atau tidak lancer
Numbering System“ yaitu pada saat pasien datang pertama kali ke puskesmas untuk
berobat, maka pasien tersebut akan mendapat satu nomor rekam medis yang mana nomor
tersebut akan dipakaiselamanya untuk kunjungan-kunjungan selanjutnya baik untuk rawat
jalan maupun kunjungan ke unit-unit penunjang medis dan instalasi lain untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Berkas rekam medis pasien tersebut
akan tersimpan didalam satu berkas rekam medis dengan satu nomor pasien.
10. Setelah pemberian pelayanan kesehatan di unit pelayanan yang dituju dilaksanakan,
petugas pemberi asuhan (perawat/bidan) mengirimkan seluruh berkas rekam medis
52
pasien rawat jalan berikut rekapitulasi harian pasien rawat jalan, ke unit rekam medis
paling lambat 1 jam sebelum berakhir jam kerja.
11. Petugas rekam medis memeriksa kelengkapan pengisian rekam medis dan untuk yang
belum lengkap segera diupayakan kelengkapannya.
12. Petugas rekam medis membuat rekapitulasi setiap akhir bulan, untuk membuat laporan
kunjungan pasien berobat dan rekapitulasi 20 diagnosa penyakit terbesar di puskesmas.
13. Berkas rekam medis pasien disimpan berdasarkan nomor rekam medis dengan sistem
penyimpanan angka akhir (terminal digit filling).
53
5. Pengambilan Rekam Medis (Retrieval) adalah tata cara mengambil berkas rekam medis
sesuai dengan nomor kartu berobat pasien untuk dilakukan pelayanan di pelayanan
rawata jalan, UGD atau PONED.
6. Distribusi Rekam Medis adalah proses pengiriman berkas rekam medis ke ruang
pelayanan umum/khusus yang dituju untuk dilakukan pelayanan kesehatan.
7. Perencanaan Terhadap Rekam Medis Yang Tidak Aktif adalah rencana tentang
pengelolaan rekam medis yang tidak aktif (non aktif) sehingga selalu tersedia tempat
penyimpanan untuk rekam medis yang baru yang terdiri dari 1) Penyusutan (retensi rekam
medis) adalah suatu kegiatan pengurangan berkas rekam medis dari rak penyimpanan
dengan cara memindahkan berkas rekam medis non aktif dari rak penyimpanan rekam
medis aktif ke tempat penyimpanan berkas rekam medis non aktif dengan cara memilah
pada rak penyimpanan sesuai dengan tahun kunjungan 2) Pemusnahan rekam medis
adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara fisik berkas rekam medis yang telah
berakhir fungsi dan nilai gunanya.
54
A. 3 ALUR PELAYANAN
55
A.4 PEMERIKSAAN PASIEN
Kajian awal adalah pemeriksaan terhadap pasien baru yang meliputi anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta kajian sosial untuk mengidenfikasi
berbagai kebutuhan dan harapan pasien beserta keluarga. Pemeriksaan dan diagnosis sesuai
standar profesi dan standar asuhan masing- masing. Penapisan (skrining) dan proses kajian
awal dilakukan secara paripurna dan mencakup berbagai kebutuhan dan harapan
pasien/keluarga dan mencegah penularan infeksi. Asuhan pasien dilaksanakan berdasarkan
rencana asuhan medis, keperawatan, dan asuhan klinis yang lain dengan memperhatikan
kebutuhan pasien, dan berpedoman pada panduan praktik klinis yang tertuang dalam panduan
praktek klinis bagi dokter umum dan dokter gigi serta asuhan keperawatan di UPTD
Puskesmas Cinere.
Proses kajian harus dilakukan pada tempat yang memenuhi persyaratan untuk
melakukan kajian, menggunakan peralatan yang sesuai dengan standar Puskesmas, berfungsi
dengan baik, mudah dioperasikan, dan memberikan hasil yang akurat.
Kajian hanya boleh dilakukan oleh tenaga professional yang kompeten. Proses kajian
tersebut dapat dilakukan secara individual atau jika diperlukan oleh tim kesehatan antar profesi
yang terdiri dari dokter, dokter gigi, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan yang lain sesuai
dengan kebutuhan pasien. Kajian awal tersebut memberikan informasi untuk:
- Memahami pelayanan apa yang dicari pasien
- Menetapkan diagnosis awal
- Mengetahui riwayat pasien terhadap pengobatan sebelumnya
- Memahami respons pasien terhadap pengobatan sebelumnya
- Memilih jenis pelayanan/tindakan yang terbaik bagi pasien serta rencana tindak lanjut
dan evaluasi.
Temuan pada kajian awal dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dan
menetapkan pelayanan/ tindakan sesuai kebutuhan serta rencana tindak lanjut dan
evaluasinya. Temuan dan kajian awal juga dapat digunakan untuk membuat keputusan
perlunya review/kajian ulang pada situasi yang meragukan. Temuan dan kajian awal harus
mudah ditemukan kembali sehingga tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu dan tertuang
dalam S-O-A-P di rekam medis.
Subjective
Bagian ini memberikan konteks untuk penilaian dan rencana yang akan dilakukan pada pasien
yang terdiri dari :
56
a. Onset: Kapan dimulai?
e. Faktor yang mengurangi dan memperburuk : Apa yang membuat keluhan lebih
baik atau lebih buruk?
g. Apakah keluhan lebih buruk (atau lebih baik) pada waktu tertentu dalam sehari?
57
3. Sejarah penyakit dahulu dan sejarah penyakit keluarga harus ditanyakan dan tertuang
dalam pencatatan di rekam medis .
Objective
Bagian ini mendokumentasikan data objektif dari pertemuan pasien, termasuk :
2. Tanda-tanda vital
a. Suhu
b. Denyut jantung
c. Frekuensi nafas
58
d. Tekanan darah
4. Status antropometri pasien yaitu berat badan dan tinggi badan (seusai kondisi)
5. Data laboratorium
8. Pengakuan dan peninjauan dokumentasi dokter lainnya seperti jawaban rujuk balik dari
dokter faskes lanjutan
Assessment
Bagian ini menelaah bukti "subyektif" dan "obyektif" untuk sampai pada diagnosis
1. Diagnosis
Buat daftar daftar masalah sesuai urutan kepentingannya. Masalah sering dikenal
sebagai diagnosis.
2. DiagnosisBanding
Ini adalah daftar dari berbagai diagnosis yang mungkin, dari yang paling kecil
kemungkinannya, dan proses pemikiran di balik daftar ini. Di sinilah proses pengambilan
keputusan dijelaskan secara mendalam. Termasuk di dalamnya adalah kemungkinan
diagnosis lain yang dapat membahayakan pasien, tetapi kecil kemungkinannya
Plan
Bagian ini merinci kebutuhan untuk tambahan pengobatan atau rencana pemeriksaan
penunjang lain dan konsultasi dengan dokter lain untuk mengatasi penyakit pasien. Bagian ini
juga membahas langkah-langkah tambahan yang diambil untuk merawat pasien. Bagian ini
membantu dokter di masa depan memahami apa yang perlu dilakukan selanjutnya
Prosedur layanan klinis diupayakan agar kesinambungan pelayanan terjamin. Hasil dari
kajian awal dinyatakan dalam bentuk diagnosis dan digunakan untuk menyusun keputusan dan
59
rencana layanan klinis. Rencana layanan klinis disusun dengan tujuan yang jelas,
terkoordinasi, disusun bersama pasien dengan memperhatikan kebutuhan biologis, psikologis,
sosial, spiritual dan tata nilai budaya pasien.
Pelayanan klinis diberikan seefektif dan efisien mungkin sesuai kemampuan
puskesmas. Prosedur yang dibuat diupayakan agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu.
Perawat dan petugas kesehatan lain wajib mengingatkan dokter jika terjadi pengulangan yang
tidak perlu.
Luaran klinis tergantung dari ketepatan dalam penyusunan rencana layanan yang
sesuai dengan kondisi pasien dan standar pelayanan klinis.Rencana layanan klinis harus
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sesuai profesi masing-masing. Kesesuaian
rencana layanan ini akan dilakukan evaluasi secara periodik oleh tim mutu untuk melihat
kesesuaian antara rencana layanan dengan pelaksanaan layanan. Hasil dari evaluasi ini akan
ditindaklanjuti agar tercapai layanan klinis sesuai dengan rencana. Edukasi atau penyuluhan
kondisi pasien ke pasien sendiri atau keluarga pasienpun memiliki peranan penting dalam
kesembuhan atau keberhasilan pengobatan. Edukasi dapat dilakukan baik secara lisan atau
tulisan baik poster, leaflet atau banner serta audiovisual. Dalam hal ini, tenaga medis akan
berkoordinasi dengan tenaga kesehatan penunjang lainnya dalam membantu edukasi atau
penyuluhan kesehatan.
60
Dalam keadaan gawat darurat (untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/ atau mencegah
kecacatan) tidak memerlukan persetujuan/ penolakan tindakan. Keputusan melakukan
tindakan harus sesuai penilaian dokter/ dokter gigi dan tercatat dalam rekam medis.
Penjelasan tentang tindakan diberikan sesegera mungkin setelah pasien sadar atau kepada
keluarga terdekat. Persetujuan/penolakan tertulis tindakan medik didokumentasikan dalam
bentuk form informed consent dan dimasukkan ke dalam rekam medik dan teruang dalam SOP
Informed Consent . Adapun sebelum pasien menandatangani formulir informed consent,
pasien harus mendapat informasi secara lengkap, jelas dan terarah dari petugas dan
menandatangani formulir pemberian informasi tindakan kedokteran yang tertuang dalam SOP
Pemberian Informasi Tindakan Kedokteran.
Tanggung jawab pemberi informasi adalah dokter atau dokter gigi pemberi perawatan/
tindakan untuk memastikan bahwa persetujuan tersebut diperoleh secara benar dan layak.
Dokter/ dokter gigi dapat melimpahkan wewenang proses pemberian informasi dan
penerimaan persetujuan, namun tanggung jawab tetap berada pada dokter atau dokter gigi
pemberi delegasi untuk memastikan bahwa persetujuan diperoleh secara benar dan layak.
Berikut daftar tindakan yang memerlukan informed consent secara tertulis:
a. Tindakan hecting
b. Tindakan pembedahan minor : insisi, ekstraksi kuku, pemasangan/ pelepasan implant
c. Pemasangan/ pelepasan intra uterine divice (IUD)
d. Pemasangan/ pelepasan kateter
e. Pencabutan gigi atau tindakan perawatan gigi yang berisiko infeksi
f. Rujukan kasus gawat darurat
1. Adapaun, ketika pasien memerlukan tindakan pembedahan/ memerlukan tindakan
yang memakai obat bius, petugas wajib mengisi formulir tindakan/pembedahan
monitoring status fisiologis pasien agar selama proses tindakan, pasien terawasi hingga
proses tindakan selesai dan semua tertulis dalam formulir tersebut. Anestesi yang
tersedia adalah anestesi lokal dan petugas wajib menuliskan jenis dan dosis anestesi
yang dipakai selama proses tindakan dan memonitor keadaan pasien sebelum, selama
dan sesudah tindakan yang memakai obat bius serta waktu pelaksanaan, riwayat alergi
pasien dan lokasi tindakan atau bius. Adapun obat bius atau obat anestesi yang
tersedia di UPTD Puskesmas Cinere adalah etil kloroda spray 100 ml, lidokain injeksi 2
ml, lidokain spray topikal 10%, lidokain gel 2 %, Kombinasi Lidokain HCl dengan
Epinefrin 2%
61
A.4.4 RUJUKAN
Jika kebutuhan pasien tidak dapat dipenuhi oleh Puskesmas maka pasien harus dirujuk
ke fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.
Rujukan ini dapat berlaku vertikal maupun horisontal. Rujukan horisontal adalah rujukan
ke sesama fasilitas kesehatan tingkat pertama yang memiliki pelayanan yang dibutuhkan
pasien. Rujukan vertikal maksudnya melakukan rujukan ke tingkat pelayanan lebih tinggi/
fasilitas kesehatan tingkat lanjut.
Rujukan ini harus mendapat persetujuan dari pasien ataupun keluarganya. Persetujuan
ini diberikan setelah mendapat kejelasan dari tenaga kesehatan yang menangani pasien.
Penjelasan ini meliputi :
a. Alasan dilakukan rujukan
b. Fasilitas kesehatan yang dituju, termasuk pilihan fasilitas kesehatan lainnya (jika ada ).
d. Tata cara proses rujukan dari mencari Faskes lanjutan melalui Sisrute atau SPGDT
hingga proses stabilisasi pasien, dokumentasi rujukan hingga pengantaran rujukan
didampingi oleh tenaga medis yang kompeten dan ambulan UPTD Puskesmas Cinere
Resume medis akan diberikan pada pasien dengan kondisi kedaruratan. Isi dari resume
medis antara lain kondisi klinis pasien, prosedur atau pemeriksaan yang telah
dilakukan dan kebutuhan pasien lebih lanjut.
Jika merujuk pasien dengan kondisi kedaruratan maka pasien harus didampingi oleh
tenaga yang kompeten. Adapaun tenaga yang kompeten harus sudah memiliki pelatihan sepert
BTCLS/ PPGDON/ ACLS/ ATLS/ PPGD. Sebelum dilakukan rujukan, petugas wajib mengisi
ceklis rujukan agar prosedur terlaksana dengan baik tanpa ada yang terlewat. Kondisi pasien
selama perjalanan rujukan harus dimonitoring dan tercatat dalam formulir saat proses rujuk dan
kondisi harus stabil. Serah terima pasien rujukan di faskes lanjutan wajib didokumentasikan
sebagai bukti faskes lanjutan menerima rujukan dari faskes satu dan tertuang dalam
dokumentasi.
Kasus – kasus PONED (pelayanan obstetric neonatal emergensi dasar) yang dirujuk :
1. Gemelli
2. Ketuban Pecah Dini lebih dari 24 jam
3. Malposisi
4. Makrosomia
5. Riwayat Sectio Cesaria
6. Perdarahan ante partum
7. Syok
8. Tali pusat menumbung
9. Partus Kala I Memanjang
10. Partus Kala 2 lama
11. Anemia
62
12. Pre Eklampsi Berat / eklamsi
13. Gawat janin
14. HbsAg (+)
15. HIV (+)
16. Cephalo Pelvic Disproportion
17. Kelainan letak
Rujukan internal di UPTD Puskesmas Cinere juga dilakukan secara terintegrasi dan petugas
kesehatan harus menggunakan formulir konsultasi internal untuk melakukan rujukan internal
dan harus terdokumentasikan di rekam medis.
3. Jika keluarga sudah setuju dan memutuskan faskes lanjutan yang akan dirujuk, maka
petugas medis membuka wesite sisrute yaitu sisrute.kemkes,go.id
4. Petugas memasukan informasi pasien ke sisrute secara lengkap dan memilih faskes
lanjutan yang akan dirujuk
5. Setelah faskes lanjutan mengkonfirmasi menerima rujukan, puskesmas cinere
menyiapkan semua dokumen yang dibutuhkan dalam merujuk ke faskes lanjutan dan
tetap menstabilkan pasien sebelum dirujuk ke faskes lanjutan
6. Pasien diantar ambulan dan didampingi tenaga medis faskes pertama menuju faskes
lanjutan.
63
Gambar 17. Formulir Rujukan Umum
64
Gambar 18. Formulir Rujukan BPJS
65
Gambar 19. Formulir Konsultasi Internal
66
Gambar 21. Formulir Ceklis Persiapan Rujukan
67
Gambar 22. Formulir monitoring saat proses rujuk
68
PROGRAM RUJUK BALIK (PRB) PUSKESMAS
Pelayanan Obat Rujuk Balik adalah pemberian obat-obatan untuk penyakit kronis di
faskes tingkat pertama sebagai bagian dari program pelayanan rujuk balik. Adapun filosofi
Program Rujuk Balik (PRB) ini adalah
1. Pelayanan Rujuk balik adalah Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penderita
di Fasilitas Kesehatan atas rekomendasi/rujukan dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis
yang merawat.
2. Pelayanan Program Rujuk Balik adalah Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada
penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan
atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di Faskes Tingkat
Pertama atas rekomendasi/rujukan dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis yang merawat.
1. Bagi peserta :
a. Meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang mencakup akses promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif
c. Meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dalam konteks pelayanan
holistik
d. Memudahkan untuk mendapatkan obat yang diperlukan
2. Bagi faskes tingkat pertama :
a. Meningkatkan fungsi Faskes selaku Gate Keeper dari aspek pelayanan
komprehensif dalam pembiayaan yang rasional
b. Meningkatkan kompetensi penanganan medik berbasis kajian ilmiah terkini
(evidence based) melalui bimbingan organisasi/dokter spesialis
c. Meningkatkan fungsi pengawasan pengobatan
3. Bagi faskes rujukan tingkat lanjutan :
a. Mengurangi waktu tunggu pasien di poli RS
b. Meningkatkan kualitas pelayanan spesialistik di Rumah Sakit
c. Meningkatkan fungsi spesialis sebagai koordinator dan konsultan manajemen
penyakit
Jenis Penyakit Jenis Penyakit yang termasuk Program Rujuk Balik adalah:
1. Diabetus Mellitus
2. Hipertensi
3. Jantung
4. Asma
5. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
6. Epilepsy
7. Schizophrenia
8. Stroke
9. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
69
10. Sesuai dengan rekomendasi Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dan Komite
Formularium Nasional, penyakit sirosis tidak dapat dilakukan rujuk balik ke Faskes
Tingkat Pertama karena :
a. Sirosis hepatis merupakan penyakit yang tidak curabel
b. Tidak ada obat untuk sirosis hepatis
c. Setiap gejala yang timbul mengarah kegawatdaruratan (misal : eshopageal
bleeding) yang harus ditangani di Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan
d. Tindakan-tindakan medik untuk menangani gejala umumnya hanya dapat
dilakukan di Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan.
Jenis Obat Obat yang termasuk dalam Obat Rujuk Balik adalah:
1. Obat Utama, yaitu obat kronis yang diresepkan oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dan tercantum pada Formularium Nasional untuk
obat Program Rujuk Balik
2. Obat Tambahan, yaitu obat yang mutlak diberikan bersama obat utama dan diresepkan
oleh dokter Spesialis/Sub Spesialis di Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan untuk
mengatasi penyakit penyerta atau mengurangi efek samping akibat obat utama
Peserta Program Rujuk Balik Peserta yang berhak memperoleh obat PRB adalah
1. Peserta dengan diagnosa penyakit kronis yang telah ditetapkan dalam kondisi
terkontrol/stabil oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis dan telah mendaftarkan diri untuk
menjadi peserta Program Rujuk Balik
Mekanisme Pelayanan PRB :
1. Peserta mendaftarkan diri pada petugas dengan menunjukan : Kartu Identitas peserta
BPJS Kesehatan, Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis, Surat ElijibilitasPeserta
(SEP) dari BPJS Kesehatan, Lembar resep obat/salinan resep
2. Peserta mengisi formulir pendaftaran
3. Pelayanan obat rujuk balik dilakukan 3 kali berturut-turut selama 3 bulan di Faskes
Tingkat Pertama
4. Setelah 3 (tiga) bulan peserta dapat dirujuk kembali oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan untuk dilakukan evaluasi
oleh dokter spesialis/subspesialis
5. Sebagai tindak lanjut dari program rujuk balik, Tenaga medis di faskes pertama kembali
mengkaji ulang kondisi pasien rujuk balik dari FKTL, pada saat kondisi peserta PRB
tidak stabil, peserta PRB dapat dirujuk kembali ke dokter Spesialis/Sub Spesialis
sebelum 3 bulan dan menyertakan keterangan medis dan/atau hasil pemeriksaan klinis
dari dokter Faskes Tingkat Pertama yang menyatakan kondisi pasien tidak stabil atau
mengalami gejala/tandatanda yang mengindikasikan perburukan dan perlu
penatalaksanaan kembali oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis.
6. Apabila hasil evaluasi kondisi peserta dinyatakan masih terkontrol/stabil oleh dokter
spesialis/subspesialis, maka pelayanan program rujuk balik dapat dilanjutkan kembali
dengan memberikan SRB baru kepada peserta PRB
70
7. Perubahan/penggantian obat program rujuk balik hanya dapat dilakukan oleh Dokter
Spesialis/ sub spesialis yang memeriksa di Faskes Tingkat Lanjutan dengan prosedur
pelayanan RJTL
8. Dokter di Faskes Tingkat Pertama melanjutkan resep yang ditulis oleh Dokter
Spesialis/sub-spesialis dan tidak berhak merubah resep obat PRB.
9. Dalam kondisi tertentu Dokter di Faskes Tingkat Pertama dapat melakukan
penyesuaian dosis obat sesuai dengan batas kewenangannya.
10. Obat PRB dapat diperoleh di Apotek/depo farmasi yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan untuk memberikan pelayanan Obat PRB.
11. Jika peserta masih memiliki obat PRB, maka peserta tersebut tidak boleh dirujuk ke
Faskes Rujukan
71
pemeriksaan :
a. Hematologi : hemoglobin, hematokrit, hitung eritrosit, hitung trombosit,
hitung lekosit, hitung jenis lekosit, LED, masa perdarahan dan masa
pembekuan.
b. Kimia klinik : glukosa, SGOT, SGPT, asam urat, ureum/BUN, kreatinin,
trigliserida, kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL.
c. Mikrobiologi dan Parasitologi : BTA ( batang tahan asam ) dan TCM (Tes
Cepat Molekuler ) TBC
d. Imunologi : tes kehamilan, golongan darah, widal, HBsAg, anti-HIV, rapid
syphilis, antigen SARS Cov-19
e. Urinalisa : makroskopis ( warna, kejernihan, bau, volume), pH, berat jenis,
protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, keton, nitrit, lekosit, eritrosit, dan
mikroskopik ( sedimen ).
A.5.2 METODE
Metode pemeriksaan laboratorium menggunakan metode manual, semi automatik dan
automatik.
A.5.3 REAGEN
Reagen yang diperlukan disesuaikan dengan metode yang digunakan untuk tiap pemeriksaan
di Laboratorium Puskesmas Cinere.
Penanganan dan penyimpanan reagen harus sesuai persyaratan antara lain :
a. Memperhatikan tanggal kadaluarsa, suhu penyimpanan.
b. Memakai reagen dengan metode First in First out (sesuai urutan penerimaan)
c. Sisa pemakaian reagen tidak dikembalikan ke dalam sediaan induk.
d. Memperhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang terjadi pada
sediaan reagen.
e. Segera menutup kembali botol sediaan reagen setelah digunakan.
f. Melindungi label dari kerusakan.
g. Menempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak kena
cahaya matahari langsung.
h. Reagen harus terdaftar di Kementerian Kesehatan.
i. Reagen HIV harus sudah dievaluasi oleh Laboratorium Rujukan Nasional.
72
NILAI AMBANG KRITIS
1 Kimia Klinik
Glukosa <55 >450 mg/dl
2 Hematologi
Hemoglobin <5.0 >20.0 gr/dl
Hematokrit <14 >60 %
Leukosit <2.000 >30.000 103/µL
Trombosit <50.000 >1.000.000 103/µL
Hasil laboratorium yang mencapai nilai kritis disampaikan langsung oleh ATLM kepada
pemeriksa pasien dan penyampaiannya dicatat tersendiri dengan formulir penyampaian hasil
kritis yang langsung dilaporkan secara cepat baik secara lisan atau melalui telepon.
73
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.
3. Penyerahan Obat
Penyerahan obat dilakukan setelah peracikan obat dilakukan. Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah obat.
b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan
sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya kurang stabil.
c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait dengan
obat tersebut, antara lain manfaat obat, kemungkinan efek samping, dan cara
penyimpanan obat.
B. METODE
74
Pencegahan yang dilakukan terdiri atas 5 level, yaitu:
1. Promosi kesehatan/ health promotion
Contoh kegiatan : edukasi higiene perorangan, edukasi diet seimbang, penyuluhan
kesehatan reproduksi, edukasi etika batuk.
2. Perlindungan khusus/ spesific protection
Contoh : imunisasi program (rutin dan tambahan seperti imunisasi saat KLB atau
pencegahan transmisi virus covid), Imunisasi Pilihan (imunisasi influenza,
imunisasi meningitis, dll)
3. Pembatasan kecacatan/ dissability limitation
Contoh : pengobatan penderita hipertensi, pengobatan penderita diabetes melitus.
4. Rehabilitasi/ rehabilitation
5. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat/ early diagnosis and prompt treatment
Contoh : Pemeriksaan inspeksi visual asetat (IVA), pemeriksaan calon pengantin,
pemeriksaan antenatal, skrining penyakit tidak menular.
C. LANGKAH KEGIATAN
Petugas (dokter/ dokter gigi/ perawat/tim screening) melakukan triase terhadap pasien
yang datang. Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat pasien yang membutuhkan
stabilisasi segera. Kode identifikasi pasien menggunakan label merah, kuning, hijau dan hitam.
Saat pasien datang, petugas melakukan screening triase untuk kasus gawat darurat atau kasus
rawat jalan. Pasien yang tampak tanda-tanda objektif bahwa pasien mengalami gangguan
pada airway, breathing dan circulation, maka pasien ditangani dahulu di ruang tindakan dan
gawat darurat dan mendapat label kuning atau merah sebagai tanda triase. Sedangkan untuk
pasien keluhan ringan dan stabil discreening masuk ke pemeriksaan rawat jalan sesuai keluhan
pasien saat itu. Untuk pasien yang memiliki keluhan demam/ riwayat demam sebelumnya,
batuk, pilek dan gangguan pernafasan akan didaftarkan di pemeriksaan rawat jalan ISPA,
sedangkan untuk pasien yang tidak berkeluhan ISPA maka akan didaftarkan di pemeriksaan
rawat jalan umum, lansia MTBS, Pemeriksaan Kesgilut, Pemeriksaan KIA KB, Konseling
Terpadu
Pengkajian awal hanya didasarkan atas data obyektif pasien dan data subjektif
sekunder dari pihak keluarga dan dilakukan pencatatan di rekam medis. Setelah keadaan
pasien membaik, data dan pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subjektif yang berasal
langsung dari pasien dan dilakukan pengkajian lanjutan sesuai S-O-A-P.
skrining
TRIASE
(WAKTU
RESPON 0 – 10 (WAKTU RESPON
menit) pasien perlu ≤ 30 menit) pasien (WAKTU RESPON
pertolongan segera tidak ada ancaman waktu respon ≥ 30
karena ada kematian tapi dapat menit) tidak ada
ancaman kematian terjadi kecacatan ancaman kematian
(Henti Jantung, karena gangguan Pasien Meninggal
tapi dapat terjadi
Henti nafas, Cedera kesadaran,
kepala berat, metabolisme, kecacatan, kondisi
Kejang, Penurunan neurologis, vital stabil dan
Kesadaran, kecelakaan, Nyeri compos mentis
hemodinamik tidak hebat, fraktur tulang
stabil)
Pasien dapat
Segera ditangani menuju ruang Keluarga
Dapat ditangani segera pasien
setelah triase merah pemeriksaan rawat
jalan baik dalam mengurus
tertangani surat
gedung / diluar
gedung (ISPA) kematian
TIDAK
MASALAH RUJUK RS
TERTANGANI?
YA
PASIEN PULANG
76
PELAYANAN TINDAKAN DAN GAWAT DARURAT
Kegawatan pasien berdasarkan skala triase :
1. Segera – Immediate (warna merah)
Pasien mengalami kondisi yang mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup
bila ditolong segera. Merah, sebagai penanda pasien yang membutuhkan stabilisasi segera
antara lain, pasien yang mengalami
a. Henti nafas
b. Henti jantung
c. Kejang
d. Cedera kepala berat
e. Penurunan kesadaran
f. Hemodinamik tidak stabil
g. Fraktur terbuka
Pemberian perawatan intensif ditujukan agar penderita lebih dapat mentoleransi proses
pemindahan ke rumah sakit, dan lebih siap untuk menerima perawatan yang lebih invasif.
Triase ini korban dapat dikategorisasikan kembali dari status merah menjadi kuning
(misalnya korban dengan tension pneumothorax yang telah dipasang drain thoraks).
2. Tunda - Delayed ( warna kuning)
Pasien memerlukan tindakan definitif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Kuning,
sebagai penanda pasien yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan dapat
ditunda sementara. Yang termasuk dalam kategori ini :
a. Korban dengan risiko syok
b. Fraktur multipel
c. Fraktur tertutup
d. Luka bakar sedang
e. Trauma kepala ringan
f. Nyeri hebat
g. Gangguan metabolisme
h. Gangguan neurologis
i. Kecelakaan
3. Minimal (hijau)
Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari
pertolongan. Hijau, sebagai penanda pasien yang pengobatannya dapat ditunda, mencakup
pasien yang mengalami :
a. Fraktur minor
b. Luka minor
c. Luka bakar minor
d. Kasus-kasus di pemeriksaan rawat jalan seperti batuk, pilek, gatal atau kondisi kesadaran tidak
terganggu, tanda vital stabil, hemodinamik stabil
77
Pelayanan Resiko Tinggi UPTD Puskesmas Cinere
1. Pelayanan atau asuhan pasien resiko tinggi dan penyediaan pelayanan risiko
tinggi diberikan berdasar atas panduan praktik klinis dan peraturan
perundang-undangan
a. Dilakukan identifikasi pasien resiko tinggi dan pelayanan resiko tinggi sesuai
dengan populasi pasiennya serta penetapan resiko tambahan yang mungkin
berpengaruh pada pasien resiko tinggi dan pelayanan resiko tinggi
b. Staf dilatih untuk pemberian pelayanan pada pasien resiko tinggi
c. Petugas wajib memakai APD sesuai ketentuan PPI
d. Pelaksanaan pemberian pelayanan pada pasien resiko tinggi dicatat dalam rekam
medis.
e. Pengembangan pelayanan pasien resiko tinggi dimasukkan kedalam program
peningkatan mutu klinis
f. Kelompok pasien yang berisiko atau pelayanan yang berisiko tinggi agar tepat
dan efektif dalam mengurangi risiko. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
mengurangi resiko;
● Bagaimana perencanaan dibuat termasuk identifikasi perbedaan pasien
dewasa dengan anak atau keadaan khusus lain.
● Dokumentasi yang diperlukan oleh pelayanan secara tim untuk bekerja
dan berkomunikasi secara efektik.
● Pertimbangan persetujuan khusus (informed consent) bila diperlukan.
● Persyaratan pemantauan pasien.
● Kompetensi atau keterampilan yang khusus staf yang terlibat dalam
proses asuhan
● Ketersediaan dan penggunaan peralatan khusus.
● Petugas dapat bekerja sama dengan RS Lanjutan dalam proses penangan
kasus resiko tinggi jika dibutuhkan dengan proses Rujuk
2. Pelayanan Kasus Emergency
a. Pelayanan kasus emergency atau yang beresiko tinggi terjadinya kasus
emergency diidentifikasi dan ditangani oleh tenaga kesehatan yang kompeten di
Ruang Tindakan dan Gawat Darurat.
b. Tenaga medis dan paramedis yang bertugas di tempat dengan resiko terjadinya
kasus emergency harus dilakukan pelatihan sesuai kompetensinya.
c. Pemakaian wajib APD sesuai PPI serta melakukan cuci tangan 6 langkah bagi
tenaga medis dan paramedis sebelum dan sesudah kontak dengan pasien kasus
emergency
d. Jika kasus emergency butuh dirujuk maka wajib melakukan prosedur rujukan sesuai
SOP Rujukan dan pasien wajib distabilkan terlebih dahulu sebelum dirujuk ke FKTL
dengan didampingi oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan transportasi
ambulan puskesmas
e. Untuk kasus emergency yang dapat tertangani di puskesmas, tenaga kesehatan
78
wajib memberikan edukasi dan terapi yang sesuai dengan kondisi pasien
berdasarkan SOP praktek klinis yang ada di puskesmas.
f. Semua tindakan yang berisiko maupun rujuk ke RS harus terlebih dahulu mengisi
informed consent
g. Semua tindakan di ruang tindakan dan gawat darurat yang menggunakan obat bius
wajib dilakukan pemantauan status fisiologis pasien secara ketat sebelum, saat dan
dilakukan tindakan bius, serta nama obat bius yang digunakan, jenis dan dosis obat
bius yang harus terdokumentasi secara lengkap pada formulir laporan
tindakan/pembedahan dan monitoring status fisiologis
h. Petugas wajib mendokumentasikan di rekam medis
3. Pelayanan Resusitasi
d. Seluruh staf yang bertugas di semua ruang diberikan pelatihan mengenai bantuan
hidup dasar / resusitasi
e. Rujukan ke RS Lanjutan dilakukan sesuai SOP Rujukan dan setelah pasien stabil.
4. Asuhan pasien dengan alat bantu hidup dasar (ventilator) atau pasien koma
a. Identifikasi kebutuhan pasien dengan peralatan bantuan hidup dasar atau yang
koma dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
b. Puskesmas tidak memberikan pelayanan Ruang NICU, PICU dan ICU karena
keterbatasan SDM dan sarana prasarana
c. Untuk pasien dengan alat bantu hidup dasar atau koma wajib dirujuk ke RS yang
memiliki standar dan fasilitas yang memadai.
Kasus-kasus gawat darurat dan risiko tinggi yang kemungkinan ditemui, yaitu :
Daftar kasus-kasusgawat darurat Daftar kasus-kasus berisiko tinggi
80
1. Penurunan kesadaran 1. Pasien dengan Tuberkulosis
2. Gangguan nafas berat paru, hepatitis B, C atau infeksi
3. Kejang saluran nafas lain yang mudah
4. Henti jantung menyebar melalui aliran udara
5. Cedera kepala sedang - berat 2. Pasien berusia ≥ 70 tahun
6. Trauma mata dengan penurunan
3. Pasien dengan dissabilitas
visus
7. Tersedak 4. Pasien balita suhu ≥ 39oC
8. Kolik abdomen
9. Fraktur terbuka
10. Fraktur cervical
11. Fraktur femur
12. Diare dehidrasi sedang - berat
13. Asma serangan sedang- berat
14. Perdarahan ante/ post partum
15. Alergi obat
16. Hipertensi emergensi
17. Stroke
21. Hb ≤ 7 g/dl
81
8. Jika selama observasi baik ibu ataupun bayi mengalami kondisi tidak stabil dan perlu
dirujuk ke RS, maka petugas medis dan paramedis wajib melakukan kajian ulang dan
melakukan rujukan ke RS setelah kondisi ibu/bayi distabilkan terlebih dahulu dan
menghubungi pihak RS sesuai SOP Rujukan
9. Jika selama observasi baik ibu ataupun bayi kondisi stabil, maka petugas akan
memulangkan pasien dengan prosedur yang berlaku dan petugas memberikan resume
keluar ke pasien untuk kontrol paska bersalin di waktu yang sudah ditentukan oleh
petugas UPTD Puskesmas Cinere dan petugas mengarahkan wali pasien untuk
mengurus pembiayaan di bagian kasir UPTD Puskesmas Cinere
10. Semua tindakan dan prosedur yang dikerjakan wajib tertuang dalam rekam medis
82
Gambar 26. Formulir Resume Pasien Keluar
Berdasarkan PMK 26 Tahun 2019 Pasal 27, pelimpahan wewenang untuk melakukan
tindakan medis dapat berupa :
Pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga medis (dokter) kepada tenaga
medis yang ditunjuk (perawat) untuk melakukan suatu tindakan medis dibawah pengawasan
83
tenaga medis yang melimpahkan wewenang. Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk
melakukan suatu tindakan medis yang diberikan oleh tenaga medis (dokter) kepada tenaga
medis yang ditunjuk (perawat) dengan disertai pelimpahan tanggung jawab.
● Pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis dari dokter dan evaluasi
pelaksanaannya atau:
● Dalam rangka program pemerintah
Pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis tersebut dilakukan dengan ketentuan:
1. Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh penerima wewenang
2. Pelaksaan tindakan yang dilimpahkan tetap dibawah pengawasan pemberi pelimpahan
84
Gambar 27. Surat Pelimpahan Wewenang
85
BAB V
LOGISTIK
Pengelolaan logistik meliputi bahan medis habis pakai, alat kesehatan, dan sarana
prasarana lainnya.
86
2. Permintaan
Sumber penyediaan obat di UPTD Puskesmas Cinere berasal dari Dinas Kesehatan
Kota Depok. Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di UPTD Puskesmas
Cinere diajukan oleh Kepala UPTD Puskesmas Cinere kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kota Depok dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari tiap ruangan
dilakukan secara periodik dengan menggunakan LPLPO Sub Unit.
Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di UPTD
Puskesmas Cinere sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah Kecamatan Cinere.
Kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan dalam permintaan obat antara lain :
1. Menentukan jenis permintaan obat
a. Permintaan rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kota Depok
untuk UPTD Puskesmas Cinere
b. Permintaan khusus
Dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila :
1) Kebutuhan meningkat.
2) Terjadi kekosongan.
3) Ada KLB (kejadian luar biasa ) atau Bencana.
2. Menentukan jumlah permintaan obat
Data yang diperlukan antara lain :
a. Data pemakaian obat periode sebelumnya.
b. Jumlah kunjungan resep.
c. Jadwal distribusi obat dari Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota .
d. Sisa stok.
3. Menghitung kebutuhan obat dengan cara :
Jumlah untuk periode yang akan datang sama dengan pemakaian pada periode
sebelumnya.
87
Waktu Dihitung mulai dari permintaan obat oleh UPTD Puskesmas
tunggu cinere sampai dengan penerimaan obat di UPTD Puskesmas
Cinere.
Stok Persediaan obat untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan
penyangga kunjungan, keterlambatan kedatangan obat. Besarnya ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara Puskesmas dan UPTD Farmasi
Dinas Kesehatan Kota Depok.
Sisa stok Sisa obat yang masih tersedia di UPTD Puskesmas Cinere pada
akhir periode distribusi.
Stok Stok ideal yang harus tersedia dalam waktu periode tertentu agar
optimum tidak terjadi kekosongan.
3. Penerimaan Obat
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari
unit pengelola yang lebih tinggi ke unit pengelola di bawahnya.
Semua petugas yang bertanggung jawab dalam kegiatan pengelolaan obat bertanggung
jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat
berikut catatan yang menyertainya.
Petugas penerima obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang
diserahkan, mencakup jumlah, jenis dan tanggal kadaluwarsa obat sesuai dengan SBBK
(Surat Bukti Barang Keluar).
Jika terdapat kekurangan, penerima obat wajib menuliskan jenis yang kurang (rusak,
jumlah kurang dan lain-lain). Setiap penambahan obat-obatan dimasukkan dalam sistem
informasi pengelolaan obat (SIPO) dan kartu stok.
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara mutu serta memudahkan
pengambilan dan pengawasan. Proses penyimpanan obat di UPTD Puskesmas Cinere
yaitu :
1. Obat disimpan dan di susun berdasarkan alfabetis dan bentuk sediaan .
2. Penyimpanan dilakukan dengan sistem FEFO (First Expired First Out) yaitu obat
dengan kadaluwarsa lebih dekat diletakkan di depan dan digunakan terlebih dahulu dan
sistem FIFO (First In First Out) yaitu obat dengan kadaluwarsa sama, yang lebih dulu
masuk maka lebih dulu digunakan.
3. Untuk obat yang memerlukan kondisi penyimpanan di suhu dingin (2-15˚C) disimpan di
lemari pendingin. Obat-obat yang disimpan di suhu ruang dijaga pada range 18˚C
sampai dengan 25˚C.
4. Suhu ruangan dan suhu lemari pendingin dimonitor pada pagi dan sore hari serta
dicatat pada checklist monitoring suhu ruangan dan checklist monitoring suhu lemari
pendingin.
88
5. Obat-obatan golongan Narkotika dan Psikotropika disimpan terpisah dari obat golongan
lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Pemberian label warna
5. Distribusi
Pendistribusian adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di UPTD
Puskesmas Cinere agar tersedianya perbekalan farmasi bagi pasien dan unit terkait
secara tepat waktu, tepat jenis dan tepat jumlah. Proses pendistribusian obat di UPTD
Puskesmas Cinere merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di UPTD
Puskesmas Cinere untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat jalan,
persalinan, kegawatdaruratan serta untuk menunjang pelayanan medis.
Sistem pendistribusian dibagi menjadi dua sistem yaitu persediaan di ruangan (floor
stock) untuk tindakan kegawatdaruratan dan ruang pelayanan serta sistem resep
perorangan bagi pasien rawat jalan .Petugas ruang pelayanan mengajukan permintaan
perbekalan farmasi dengan menggunakan LPLPO Sub Unit (Laporan Pemakaian dan
Laporan Permintaan Obat). Petugas Gudang Farmasi melakukan pendistribusian
perbekalan farmasi berdasarkan LPLPO Sub Unit. Petugas Gudang Farmasi mencatat
pendistribusian perbekalan farmasi pada kartu stok. Jika Perbekalan didistribusikan ke
masing-masing ruang pelayanan, maka petugas ruang pelayanan bertanggung jawab atas
ketersediaan dan pencatatan stoknya.
6. Pengendalian Obat
Pengendalian obat adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran
yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan. Tujuan
kegiatan pengendalian obat agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan yang dilakukan terdiri atas:
1) Memperkirakan / menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di Puskesmas
dan seluruh unit pelayanan.
2) Menentukan stok kerja, stok pengaman (buffer stock) dan stok waktu tunggu.
Pengendalian obat terdiri atas:
1. Pengendalian persediaan.
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok
kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Sedangkan untuk mencukupi
kebutuhan perlu diperhitungkan keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu
kedatangan obat atau jika dimungkinkan memesan , maka dapat dihitung jumlah obat
yang dapat dipesan dengan rumus :
Q = SK + SP (WT X D) – SS
Keterangan:
89
Q : Jumlah obat yang dipesan
SK : Stok kerja
SP : Stok Pengaman
WT : Waktu tunggu
SS : Sisa stok
D : Pemakaian rata-rata per minggu / per bulan
Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka hal-hal yang diperlukan
dan diperhatikan adalah:
1) Mencantumkan jumlah pada kartu stok .
2) Melaporkan Kepada Dinas Kesehatan apabila terdapat pemakaian yang
melebihi rencana.
3) Membuat laporan secara berkala kepada Kepala Puskesmas tentang
pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat lainnya masih mempunyai
persediaan banyak atau yang persediaannya kosong dan menipis.
Setiap bulan dilakukan pemeriksaan besar ( pencacahan) untuk mengetahui
kecocokan antara kartu stok obat dengan fisik obat setiap jenis obat. Pemeriksaan ini
dilakukan setelah proses pendistribusian sub unit selesai.
2. Pengendalian penggunaan.
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan adalah untuk menjaga kualitas
pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi:
a. Prosentase penggunaan antibiotik
b. Prosentase penggunaan injeksi
c. Prosentase rata-rata jumlah R/
d. Prosentase penggunaan obat generik
e. Kesesuaian dengan pedoman
3. Penanganan obat hilang.
Tujuan dilaksanakannya penaganan obat rusak adalah untuk melindungi pasien dari
efek samping penggunaan obat rusak/ kadaluwarsa. Dalam menangani obat rusak/
kadaluwarsa, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
1) Petugas pengelola obat mengumpulkan obat rusak dalam gudang obat.
2) Obat yang rusak / kadaluwarsa dikurangkan dari catatan sisa stok pada kartu stok
oleh petugas pengelola obat.
3) Petugas pengelola obat melaporkan obat rusak / kadaluwarsa kepada Kepala
Puskesmas untuk dimusnahkan atau dikembalikan ke Dinas Kesehatan Kota.
90
2. Petugas Ruang Pelayanan yang ada di UPTD Puskesmas Cinere menyerahkan obat
kadaluwarsa atau rusak ke petugas Gudang Farmasi dengan melampirkan Berita Acara
Serah Terima Obat Kadaluwarsa atau Rusak.
3. Petugas Gudang Obat membuat laporan berita acara pemusnahan obat kadaluwarsa
atau rusak yang memuat nama obat, jumlah obat, cara pemusnahan dan
ditandatangani oleh Kepala Puskesmas dan saksi-saksi.
4. Seluruh perbekalan farmasi yang kadaluwarsa atau rusak yang berasal dari gudang
farmasi dan ruang pelayanan di UPTD Puskesmas Cinere dirusak terlebih dahulu oleh
petugas Gudang Farmasi dan dibuat berita acara pemusnahan untuk selanjutnya
diserahkan kepada pihak ketiga untuk dimusnahkan .
B. ALAT KESEHATAN
Penanggung jawab sarana prasarana melakukan inventarisir ketersediaan alat dan kondisi
alat, mengajukan permintaan sesuai masukan dari pelaksana kegiatan, dan mengatur
pelaksanaan kalibrasi.
Inventarisir alat kesehatan dilakukan secara manual dan/ atau menggunakan ASPAK
(aplikasi sarana, prasarana, dan alat kesehatan) sesuai standar dalam Peraturan Menteri
Kesehatan no.43 tahun 2019 tentang Puskesmas.
91
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
92
9. Prinsip Kerja Tim
Dalam mencapai standar keselamatan pasien kerja tim merupakan upaya yang efektif
dalam mencegah terjadinya kesalahan, dan membangun sikap saling percaya dan saling
menghargai.
Dengan tujuh langkah menuju keselamatan pasien Puskesmas dapat memperbaiki
keselamatan pasien, melalui perencanaan kegiatan dan pengukuran kinerjanya.
Melaksanakan tujuh langkah ini akan membantu memastikan bahwa asuhan yang diberikan
seaman mungkin, dan jika terjadi sesuatu hal yang tidak benar bisa segera diambil tindakan
yang tepat. Tujuh langkah ini juga bisa membantu Puskesmas mencapai sasaran-sasarannya
untuk Tata Kelola Klinik, Manajemen Risiko, dan Pengendalian Mutu.
Tujuh langkah Keselamatan Pasien adalah sebagai berikut :
1. Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien
2. Memimpin dan Mendukung Staf
3. Mengintegrasikan Kegiatan Manajemen Risiko
4. Mengembangkan Sistem Pelaporan
5. Melibatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien dan Masyarakat
6. Belajar dan Berbagi tentang Pembelajaran Keselamatan
7. Implementasikan Solusi-Solusi untuk Mencegah Cedera.
Keselamatan Pasien berorientasi kepada 6 sasaran, yaitu:
1. Mengidentifikasi Pasien dengan Benar
Identifikasi pasien menggunakan minimal 2 ( dua ) identitas yang tidak berubah, yaitu :
nama lengkap, tanggal lahir, nomor induk kependudukan atau nomor rekam medis.
2. Meningkatkan Komunikasi yang Efektif
3. Meningkatkan Keamanan Obat-obatan yang harus Diwaspadai
4. Memastikan Lokasi Pembedahan yang Benar, Prosedur yang Benar, Pembedahan pada
Pasien yang Benar
5. Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
6. Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh.
93
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi sumber daya manusia puskesmas, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun masyarakat sekitarnya agar sehat, selamat, dan bebas dari gangguan kesehatan dan
pengaruh buruk yang diakibatkan dari pekerjaan, lingkungan, dan aktivitas puskesmas.
Standar keselamatan dan keselamatan kerja di fasilitas kesehatan meliputi:
1. pengenalan potensi bahaya & pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerja
2. penerapan kewaspadaan standar
3. penerapan prinsip ergonomi
4. pemeriksaan kesehatan berkala
5. pemberian imunisasi
6. pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat di fasilitas kesehatan
7. pengelolaan sarana dan prasarana fasilitas kesehatan dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja
8. pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja
9. kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana,termasuk kebakaran
10. pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbahnya
11. pengelolaan limbah domestik
Pengenalan potensi bahaya adalah suatu upaya identifikasi potensi bahaya dari
berbagai aspek ( fisik, kimia, biologi, psikososial, ergonomi, kecelakaan kerja) yang dapat
berdampak kepada sumber daya manusia puskesmas, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun masyarakat sekitar. Potensi bahaya yang berhasil diidentifikasi menjadi
bahan pembuatan matriks risiko. Matriks risiko menggambarkan potensi bahaya yang menjadi
prioritas pengendalian faktor risiko.
Pengendalian faktor risiko dilakukan sesuai hirarki sebagai berikut:
94
c. Pengendalian teknis/rekayasa, yaitu upaya menurunkan risiko sumber bahaya sehingga
tidak membahayakan karyawan dengan rekayasa alat/ tempat kerja. Contoh : Untuk
mengurangi risiko penularan penyakit infeksi harus dilakukan penyekatan menggunakan
kaca antara petugas loket dengan pengunjung/pasien.
d. Pengendalian administratif, yaitu upaya menjaga karyawan agar sehat dan aman, antara
lain pemasangan tanda bahaya dan pembuatan SOP (Standar Operasional Prosedur)
pemakaian alat kerja termasuk pelatihan metode kerja yang sehat dan selamat, pengaturan
shift kerja.
e. Alat Pelindung Diri (APD), antara lain masker, sarung tangan, apron, safety goggles. Alat
pelindung diri tidak mengurangi pajanan dari sumbernya, hanya saja mengurangi jumlah
pajanan yang masuk ke tubuh. Implementasi APD seharusnya menjadi komplementer dari
upaya pengendalian di atasnya dan/atau apabila pengendalian di atasnya belum cukup
efektif.
Setiap kegiatan yang dilakukan di laboratorium puskesmas, mulai dari persiapan pasien
sampai selesai dapat menimbulkan bahaya/risiko terhadap petugas yang berada di dalam
laboratorium. Untuk mengurangi/mencegah bahaya yang terjadi, setiap petugas laboratorium
harus melaksanakan pekerjaan dengan hati-hati, mengenali bahan potensial berbahaya dan
penanggulangannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan tersebut merupakan
upaya kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan meliputi :
1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang bersifat umum
a. Setiap petugas diwajibkan memakai jas laboratorium, sarung tangan dan masker di
ruangan laboratorium.
b. Tidak diperbolehkan makan, minum atau merokok di dalam ruang laboratorium.
c. Tidak boleh menyimpan makanan dan minuman di dalam lemari es bersama reagen.
d. Setiap petugas menjaga kebersihan ruang laboratorium dan menggunakan
desinfektan secara berkala.
e. Setiap petugas menganggap semua spesimen mengandung bahan infeksius.
2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang bersifat khusus
a. Yang berkaitan dengan mikroorganisme
1). Tidak memipet dengan mulut,melainkan menggunakan alat bantu pipet.
2). Tidak meniup pipet yang berisi bahan infeksius
3). Tidak menuangkan cairan yang telah terkontaminasi langsung ke dalam pipa saluran.
b. Yang berkaitan dengan bahan kimia
1). Memberi label pada semua bahan kimia meliputi nama, konsentrasi, tanggal
penerimaan, tanggal pembuatan dan tanggal kadaluarsa, keterangan/peringatan
tentang bahaya bahan.
2). Bahan kimia disimpan pada ruang yang terang tidak kena sinar matahari langsung,
95
dalam lemari/rak secara rapi dan teratur, yang bersifat corrosive harus diletakkan di
tempat rendah.
3). Bahan kimia yang mudah terbakar dan mudah menguap tidak dibuang ke dalam pipa
saluran umum, melainkan dikumpulkan dalam kaleng yang aman.
c. Yang berkaitan dengan peralatan listrik
1). Tidak menggunakan cairan atau gas yang mudah terbakar di sekitar peralatan listrik
2). Peralatan listrik harus dirawat dan diperiksa secara berkala.
d. Yang berkaitan dengan limbah
1). Pengumpulan dan pembuangan limbah infeksius (sisa sampel dan barang/alat bekas
pakai) dan tidak infeksius (cair/padat) sesuai ketentuan yang berlaku.
2). Melakukan desinfeksi sisa sampel dengan cara ditampung dalam wadah berisi kaporit,
diamkan 12 jam, buang ke saluran pembuangan.
3). Melakukan naturalisasi sisa reagen dengan pengenceran, yaitu penambahan air
sampai netral (tidak bersifat asam/basa kuat)
4). Merendam alat habis pakai selama 12 jam dengan larutan desinfektan (kaporit), cuci
bersih dengan air dan sabun, keringkan.
e. Yang berkaitan dengan ruangan laboratorium
1). Bila ruangan laboratorium menggunakan AC, maka bak pencuci harus terpisah atau
mempunyai penyedot udara, terutama untuk ruang laboratorium mikrobiologi atau kimia
dengan menggunakan bahan mudah menguap.
2). Ruangan laboratorium tidak diperkenankan menggunakan kipas angin.
2. Sanitasi Lingkungan
● Semua ruangan harus bersih, kering, dan higienis
● Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong plastik dan
dberi tanda khusus;
● Tata ruang laboratorium harus baik sehingga tidak dapat dimasuki/menjadi sarang
serangga atau binatang pengerat;
● Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan dibersihkan secara teratur;
● Petugas laboratorium dilarang makan minum dalam laboratorium
● Dilarang meletakkan hiasan dalam bentuk apapun di dalam laboratorium;
96
1. Melaksanakan praktek laboratorium yang benar. Setiap petugas laboratorium harus
mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap bahaya yang mungkin
terjadi, dapat menggunakan setiap peralatan laboratorium, peralatan kesehatan, dan
keselamatan kerja dengan benar, serta mengetahui langkah-langkah yang tepat.
2. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan kerja, seperti tempat
cuci tangan dengan air yang mengalir dan alat pemadam kebakaran.
3. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas lab,masker, sarung tangan, alas kaki
tertutup) yang sesuai selama bekerja.
4. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama bekerja dalam
laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium (hati-hati dengan
jas laboratorium yang berpotensi infeksius).
5. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat ke belakang dengan rapi.
6. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum, lalu setelah
selesai melakukan aktivitas laboratorium, lepaskan baju proteksi sebelum
meninggalkan ruang laboratorium.
7. Dilarang melakukan kegiatan percobaan laboratorium tanpa izin pejabat yang
berwenang.
8. Dilarang makan, minum (termasuk minum air dari botol air), dan merokok di tempat kerja.
9. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum atau benda tajam
dan barang sisa laboratorium harus ditempatkan di bak/peti laboratorium dan diberi
keterangan.
10. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam sampah plastik kuning (limbah
medis/infeksius) yang diberi tanda khusus.
11. Semua tumpahan harus segera dibersihkan.
12. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan karet penghisap.
13. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada penanggung jawab
laboratorium.
14. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang ditentukan.
15. Pengelolaan Specimen
● Setiap spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius
● Harus mempunyai loket khusus untuk penerimaan spesimen
● Setiap petugas harus mengetahui dan melaksanakan cara pengambilan,
pengiriman dan pengolahan spesimen dengan benar.
● Semua spesimen darah dan cairan tubuh harus disimpan pada wadah yangmemiliki
konstruksi yang baik, karet pengaman untuk mencegah kebocoran ketika
dipindahkan.
● Saat mengumpulkan spesimen harus berhati-hati guna menghindari pencemaran
dari luar container atau laboratorium.
● Setiap orang yang memproses spesimen darah dan cairan tubuh (contoh:
membuka tutup tabung vakum) harus menggunakan sarung tangan dan masker.
● Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci tangan dan mengganti
sarung tangan.
97
● Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah infeksius dan
dikelola sesuai ketentuan yang berlaku.
● Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus didekontaminasi dengan
desinfektan setelah selesai melakukan kegiatan laboratorium.
Warna tempat/
Kantong Plastik
NO KATEGORI LAMBANG KETERANGAN
Pengumpulan
Sampah
Sampah
berbentuk benda
1 Radio Aktif Merah tajam ditampung
dalam wadah
yang kuat/tahan
sebelum
Infeksius/
2 Kuning dimasukkan ke
toksik/kimia
dalam kantong
98
yang sesuai
dengan
kategori/jenis
sampahnya.
3 Sitotoksik Ungu
Domestik
4 Umum Hitam
(warna putih)
B. Limbah Cair
Limbah cair terdiri dari limbah cair umum/domestik, limbah cair infeksius dan
limbah cair kimia.
Cara menangani limbah cair :
1). Limbah cair umum/domestik dialirkan masuk ke dalam septic tank.
2). Limbah cair infeksius dan kimia dikelola sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku.
99
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu ialah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur
dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan aktivitas
pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga agar
kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pengendalian mutu pelayanan klinis dilaksanakan melalui :
1. Penentuan indikator layanan klinis
2. Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) sesuai standar profesi.
3. Petugas layanan klinis sesuai standar kompetensi yang ditetapkan.
4. Pengadaan dan/atau pemeliharaan sarana dan prasarana sesuai standar.
5. Monitoring dan evaluasi kinerja secara periodik.
6. Pelaksanaan audit internal.
Pemantapan mutu (quality assurance) adalah keseluruhan proses atau semua tindakan
yang dilakukan untuk menjamin ketepatan dan ketelitian hasil pemeriksaan. Pemantapan mutu
harus dilakukan dan diselenggarakan di laboratorium. Kegiatan ini berupa pemantapan mutu
internal dan eksternal.
1). Pemantapan Mutu Internal (PMI)
Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas laboratorium
untuk menjamin mutu pemeriksaan dengan mencegah terjadinya kesalahan danmendeteksi
sedini mungkin bila terjadi kesalahan.
Berbagai tindakan pencegahan perlu dilaksanakan sejak tahap pra analitik, tahap analitik
sampai pasca analitik
1. Praanalitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien, mengambil spesimen,
menerima spesimen, memberi identitas spesimen, mengirim spesimen rujukan,
menyimpan spesimen sampai dengan menguji kualitas air/reagen/antigen-
antisera/media.
a. Persiapan pasien
Sebelum spesimen diambil harus diberikan penjelasan kepada pasien
mengenai persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan.
b. Pengambilan spesimen
Pengambilan spesimen yang berasal dari pasien harus mendapat persetujuan
dari pasien dan spesimen harus diambil secara benar dengan memperhatikan
waktu, lokasi, volume, cara, peralatan, wadah spesimen,
pengawet/antikoagulan.
c. Penerimaan spesimen
100
Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara spesimen
yang diterima dengan formulir permintaan dan mencatat kondisi spesimen
tersebut pada saat diterima antara lain volume, warna, kekeruhan dan
konsistensi.
d. Pemberian identitas
Pemberian identitas pasien dan/atau spesimen merupakan hal yang penting,
baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan,
pendaftaran, pengisian label wadah spesimen maupun pada formulir hasil
pemeriksaan.
e. Pengiriman spesimen
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan kepada bagian
pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika laboratorium
puskesmas tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka spesimen dikirim ke
laboratorium lain dan sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil.
f. Penyimpanan Spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.
Beberapa cara penyimpanan spesimen antara lain :
- Disimpan pada suhu kamar
Misalnya penyimpanan usap dubur dalam Carry dan Blair untuk
pemeriksaan vibrio cholera
- Disimpan dalam lemari es dengan suhu 0Oc – 8Oc
- Dapat diberikan bahan pengawet
- Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.
g. Uji kualitas air/reagen/antigen-antisera/media dilakukan sesuai dengan standar
yang berlaku.
2. Tahap Analitik adalah tahap mulai dari mengolah spesimen, mengkalibrasi dan
memelihara alat laboratorium dan melakukan pemeriksaan.
a. Pengolahan sampel
Beberapa jenis pemeriksaan memerlukan pengolahan terlebih dahulu.
Pengolahan spesimen antara lain sentrifuse, destruksi, homogenisasi, dsb.
Pengetahuan mengenai teknik pengolahan harus dikuasai benar, karena
pengolahan yang kurang baik akan mempengaruhi kualitas spesimen yang
selanjutnya akan mempengaruhi pula hasil pemeriksaan.
b. Kalibrasi dan Pemeliharaan Alat
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
adalah peralatan laboratorium, wadah spesimen, pengawet/antikoagulan. Harus
dilakukan kalibrasi dan pemeliharaan peralatan laboratorium secara teratur dan
terjadwal. Wadah spesimen harus bersih dan tidak terkontaminasi.
Pengawet/antikoagulan tidak kadaluarsa.
c. Pemeriksaan spesimen menurut metode dan prosedur sesuai protap masing-
masing parameter.
101
3. Tahap pasca analitik adalah tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan,
melakukan verifikasi dan validasi hasil serta memberikan interpretasi hasil sampai
dengan pelaporan.
Kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) yang harus dilakukan di puskesmas antara lain :
1. Pembuatan alur pasien, alur pemeriksaan, cara pengambilan specimen
2. Pembuatan prosedur/instruksi kerja untuk pengambilan spesimen dan setiap jenis
pemeriksaan.
102
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini dibuat dengan melibatkan petugas dari berbagai unit terkait yang terlibat
dalam pelayanan klinis dibawah bimbingan dan pengawasan Kepala Puskesmas dan Tim
Menejemen UPTD Puskesmas Cinere . Pedoman yang sudah ada agar dipelajari &
dimanfaatkan oleh petugas lain dari unit yang sama ataupun berbeda agar terjalin kesamaan
persepsi dan langkah dalam melakukan pelayanan klinis di UPTD Puskesmas Cinere.
Pedoman Pelayanan Klinis ini dibuat berdasarkan regulasi yang ada saat ini dan
disesuaikan dengan kondisi riil yang ada. Pedoman dapat ditinjau ulang setiap tahun sehingga
dapat dilakukan perbaikan dan penyesuaian secara berkala.
Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh anggota tim pelayanan klinis UPTD
Puskesmas Cinere yang telah membantu pembuatan Pedoman ini.
Semoga Pedoman ini dapat diimplementasikan dan ditindaklanjuti dengan pembuatan
prosedur yang sesuai.
103