Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
UPT Puskesmas Kebonagung terletak di Jl. Kompleks l .....Xxx.
Memiliki wilayah kerja 1 desa yaitu Desa tunggal. Desa ..... terdiri atas 20
padukuhan, 297 RT dan 95 RW dengan luas wilayah adalah 889.7480
Ha.
Secara umum Puskesmas merupakan satuan organisasi yang
memberikan kewenangan kemandirian oleh dinas kesehatan untuk
melaksanakan  satuan tugas  operasional pembangunan di wilayah
kerja. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, pada Pasal
4 disebutkan bahwasanya puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan
sehat.
Adapun fungsi puskesmas sebagaimana tertuang pada Pasal 5
Permenkes RI No 75/2014 meliputi:
1. Penyelenggaraan UKM (upaya kesehatan masyarakat) tingkat
pertama di wilayah kerjanya
2. Penyelenggaraan UKP (upaya kesehatan perorangan) tingkat
pertama di wilayah kerjanya
Selain dua fungsi yang terdapat pada pasal 5, selanjutnya pasal 8
menyebutkan bahwa puskesmas juga dapat berfungsi sebagai wahana
pendidikan tenaga kesehatan.
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan
nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan; Untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan nasional  diselenggarakan berbagai upaya
kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama di UPT Puskesmas Kebonagung meliputi:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat

B.    Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan klinis bertujuan untuk menjadi acuan bagi
seluruh aktifitas pelayanan klinis yang dilaksanakan di UPT Puskesmas
Kebonagung, sehingga pada akhirnya pelayanan klinis dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan yang pada akhirnya dapat
mendukung pencapaian standar pelayanan minimal (SPM).

C.    Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan klinis di UPT Puskesmas
Kebonagung  meliputi:
1. Pendaftaran pasien
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi
kesehatan, pasien terlebih dahulu mendaftarkan diri di bagian pendafaran
untuk dicatatkan data sosialnya dan dibuatkan rekam mediknya.
Selanjutnya pasien akan diarahkan ke poli yang dituju.
2. Pemeriksaan pasien
Pemeriksaan pasien dilakukan di poliklinik sesuai dengan keluhan
dan kondisi pasien. Pemeriksaan dilakukan di BP umum, BP gigi, KIA
atau ruang tindakan terbatas
3. Pemeriksaan penunjang
Apabila dianggap perlu maka dokter yang memeriksa kondisi
pasien dapat merujuk pasien ke unit penunjang (laboratorium) untuk
mendapatkan pemeriksaan penunjang yang sesuai demi mendapatkan
informasi lebih lengkap mengenai kondisi pasien.
4. Pelayanan kefarmasian
Apabila pasien sudah selesai diperiksa dan membutuhkan obat,
maka pasien akan diberi resep yang akan dibawa ke bagian farmasi
untuk mendapatkan obat sesuai dengan yang tertera dalam resep
5. Konsultasi pasien
Pasien yang membutuhkan penjelasan mengenai kondisi
kesehatan yang lebih rinci akan dirujuk ke unit terkait, misalnya konsultasi
Gizi, konsultasi Psikologi ataupun konsultasi sanitasi.

D.     Batasan Operasional
1. Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien
untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan
pelayanan kesehatan lainnya tanpa mengharuskan rawat inap.
2. Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus
diberikan secepatnya untuk mencegah terjadinya kematian, keparahan
dan kecacatan sesuai dengan kemampuan puskesmas.
3. pasien rawat jalan
Pasien puskesmas yang setelah mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kondisinya dapat pulang ke rumah.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan dokter untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan ketepatan
terapi terhadap pasien.
5. Konsultasi
Upaya memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien
mengenai hal hal yang harus diketahui berhubungan dengan kondisi
kesehatannya.

E.  Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Peraturan menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat

  
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A.    Kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan klinis


Berikut ini tenaga kesehatan pada pelayanan klinis yang ada di UPT
Puskesmas Kebonagung:

Pelayanan Profesi Petugas

Dokter umum

Pengobatan umum Perawat


Dokter gigi

Perawat gigi
Pengobatan gigi

Kesehatan ibu dan anak Bidan


Gizi Klinis Ahli Gizi
Laboratorium Analis lab
Kefarmasian Asisten
apoteker

B.           Distribusi Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan


UPT Puskesmas Kebonagung tidak memiliki puskesmas pembantu,
sehingga pelayanan dalam gedung hanya dilakukan di Puskesmas Induk.
Sedangkan kegiatan luar gedung yang dijadwalkan secara rutin adalah
kegiatan puskesmas keliling.
Dokter setiap hari bertugas di poli umum atau balai pengobatan umum.
Jumlah dokter ada 3 (tiga) yang masing-masing menempati ruangan
tersendiri. Bila ada pertemuan yang menyangkut upaya klinis yang
menjadi tugas keseharian dokter atau yang berkaitan dengan tugas
integrasinya, maka akan didisposisi untuk melakukan pertemuan,
sehingga pelayanan umum dilayani oleh 2 (dua) dokter.
·      Dokter gigi setiap hari bertugas di BP Gigi atau poli gigi. Jumlah
dokter gigi ada 2 (dua) sehingga masing-masing menempati ruangan
tersendiri dengan masing-masing dental unit.
·      Bidan setiap hari melakukan pelayanan diruangan KIA. Jumlah bidan
ada 3 (tiga). Masing-masing bidan mempunyai spesifikasi ketugasan
yang berbeda, misalnya sebagai koordinator KIA, penanggung jawab
kesehatan anak atau penanggung jawab pelayanan KB (Keluarga
Berencana). Jika ada undangan pertemuan untuk bidan maka yang
ditugasi adalah disesuaikan dengan ketugasannya, sedangkan untuk
kegiatan puskesmas keliling dilakukan penjadwalan sesuai anggota
tim. Untuk melakukan kegiatan luar gedung, misalnya kunjungan ibu
hamil risiko tinggi, maka bidan akan menyesuaikan dengan kondisi
pelayanan yang ada di puskesmas.
·      Perawat setiap hari melakukan ketugasan sesuai jadwal yang dibuat
oleh perawat supervisor. Ada tiga jenis pelayanan dalam gedung yang
dilakukan perawat yaitu di poli umum, klinik keperawatan dan ruang
tindakan. Jumlah perawat ada 6 (enam). Setiap perawat mempunyai
tugas integrasi atau tugas lain yang diberikan kepala puskesmas,
misalnya penanggung jawab TB, penanggung jawab PHN dll. Sehingga
jika ada undangan yang menyangkut ketugasanya perawat yang
bersangkutan akan didisposisi mengikuti kegiatan tersebut. Untuk
kegiatan puskesmas keliling, jadwal perawat sesuai dengan angggota
tim.
·      Perawat gigi setiap hari bertugas di poli gigi bersama dokter gigi.
Jumlah perawat gigi ada 2 (dua) yang masing-masing memiliki tugas
integrasi yang berbeda, seperti penanggung jawab UKS dan
penanggung jawab aset puskesmas.
·      Nutrisionis setiap hari bertugas di poli gizi. Jumlah nutrisionis ada 2
(dua) dengan spesifikasi gizi klinik dan gizi masyarakat.

·      Analis laboratorium setiap hari bertugas di ruang laboratorium.


Jumlah analis ada 2 (dua) dan masing-masing memiliki tugas integrasi.
·      Asisten apoteker (AA) setiap hari bertugas di pelayanan farmasi.
Jumlah AA ada 1 (satu) yang setiap hari dibantu paramedis lain. jika
petugas AA ada undangan pertemuan maka pelayanan farmasi
dilayani oleh perawat.
BAB III
STANDAR  FASILITAS

A.           Denah Ruang

B.    Standar Fasilitas
1.   Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan pasien pada umumnya berlokasi di lantai satu gedung
puskesmas (lantai bawah) sehingga memudahkan bagi pasien untuk
mengakses. Poli umum (BP umum) merupakan ruangan
dengan 3 ruang pemeriksaan dokter, termasuk didalamnya terdapat bed/tempat
tidur pasien. Ruangan ini ber-AC. Di bagian depan ruangan ini/di sisi pintu
masuk terdapat meja anamnesa pasien sekaligus pemeriksaan awal oleh
perawat.

Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi


petugas. Selain itu ruangan ini memiliki seperangkat komputer
sebagai bagian dari sistem informasi puskesmas yang terhubung dengan server
untuk memasukkan data pasien pada sistem informasi puskesmas, sedangkan
ruang tindakan bersebelahan dengan ruang BP Umum.
Ruang KIA terhubung langsung dengan ruang KB/Imunisasi, sisi depan
ruang KIA adalah ruang laktasi. Ketiganya saling terkait, sehingga memudahkan
pemberian pelayanan KIA, seperti pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB,
pemeriksaan calon pengantin serta pemberian imunisasi pada balita. Ruangan
KIA juga ber-AC, dilengkapi dengan meja administrasi, bed pemeriksaan, bed
ginekologi, wastafel, lemari peralatan dan perangkat komputer pendukung
sistem informasi puskesmas.
Ruang pelayanan Gigi terdiri dari 2 ruang pemeriksaan oleh 2 dokter gigi
dan 2 perawat gigi. Ruangan ini ber-AC, dilengkapi peralatan yang sudah
memadai seperti dua dental unit, almari alat dan meja administrasi.
Ruang Konsultasi Gizi memiliki ruang tersendiri sehingga memberikan
privasi kepada pasien untuk dapat berkonsultasi kepada petugas dengan
nyaman. Selain itu petugas juga lebih mudah dan nyaman ketika menyusun
program maupun menyusun laporan karena memiliki ruangan tersendiri yang
akan menunjang kinerjanya. Ruang ini terdiri dari meja kerja untuk konsultasi,
timbangan dan seperangkat alat bantu peraga seperti food models.
Ruang laboratorium terdiri dari 1 ruangan, ber-AC. Dilengkapi dengan
meja kerja, almari, wastafel dan beberapa peralatan pemeriksaan laboratorium.
Ruang farmasi terdiri dari 2 ruangan, yaitu ruang untuk pelayanan obat
dan ruang tempat penyimpanan obat. Ruang pelayanan obat terletak di lantai 1,
dilengkapi dengan almari obat, meja peracikan obat dan almari es, sedangkan
ruang penyimpanan obat terletak dilantai 2, dilengkapi dengan AC dan rak-rak
penyimpanan obat.
  
2.  Peralatan
Ruang Alat
BP Umum ·      tensimeter
·      stetoskop
·      termometer
·      hammer
·      senter
·      diagnostik set
·      timbangan
·      pengukur tinggi badan
·     pita pengukur
BP Gigi ·       tensimeter
·       stetoskop
·       tang rahang dewasa
·       tang rahang anak
·       bor gigi
·       scaling set
·       spuit
Ruang KIA ·      tensimeter
·      stetoskop
·      stetoskop laennec
·      termometer
·      doppler
·      KB set
·      Partus set
·      Kulkas vaksin
·      Spuit
·      Pita pengukur
Ruang laboratorium ·     Centrifuge darah
·     Centrifuge urine
·     Box fiksasi
·     Lampu spiritus
·     Objek glass
·     Deck galass
·     Tabung
·     Mikroskop
·     Spuit
Ruang farmasi ·     Timbangan obat
·     Blender
·     Laminator
·     Kalkulator
·     Plastik obat
·     Mesin puyer
·     Kertas puyer
·     Label obat
·       Sendok obat
Pendaftaran ·       alat tulis
·       buku register
·       rak status
·       komputer
·       nomor antrian
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

1. BP Umum
A.     Petugas Penanggung jawab
· Dokter
B.    Perangkat Kerja
- Tensimeter
- Stetoskop
- Termometer
C.    Tatalaksana
·      Petugas  melakukan pemanggilan pasien.
·      Petugas melakukan anamnese untuk mengetahui keluhan dan
kondisi pasien lebih lanjut dan memeriksa tanda vital pasien,
kemudian mencatatkannya di rekam medis. Pasien dipersilakan
menuju meja dokter.
·      Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan 
mencatatkannya di rekam medis. Bila dokter merasa pasien perlu
mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut, maka dokter akan
membuat surat rujukan baik internal atau eksternal dan
memberikannya kepada pasien. Bila tidak, maka pasien
mendapatkan resep sesuai kondisi penyakitnya.

1. BP Gigi
1. Petugas Penanggung jawab
·      Dokter gigi
·      Perawat gigi
1. Perangkat kerja
·      Tensi meter
·      Stetoskop
·      Kursi gigi set
1. Tatalaksana
·      Petugas menekan tombol panggilan poli
·      Petugas melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital pasien
dan mencatatkannya di rekam medis. Pasien disiapkan di kursi gigi
untuk diperiksa dokter.
·      Dokter memeriksa kondisi kesehatan mulut pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Bila pasien memerlukan tindakan
perawatan gigi, maka dokter gigi akan melakukan tindakan. Bila tidak
dan pasien membutuhan obat, maka dokter akan menuliskan resep
untuk pengambilan obat di farmasi.

1. KIA
1. Petugas Penanggung jawab
·      Bidan
1. Perangkat Kerja
·      Tensi meter
·      Stetoskop
·      Doppler
·      Spuit
1. Tatalaksana
·      Petugas menekan tombol panggilan poli
·      Petugas akan melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital
serta mencatatakannya di rekam medis.
·      Pasien ibu hamil yang akan memeriksakan kehamilannya akan
dipersilakan naik ke bed periksa untuk dilakukan pemeriksaan kondisi
kehamilannya. Hasil pemeriksaan akan dicatat di rekam medis.
·      Bila memerlukan pemeriksaan penunjang yang lain, ibu hamil akan
dirujuk internal. Bila memerlukan imunisasi akan diberi immunisasi.
·      Bila sudah selesai ibu hamil diberi resep untuk pengambilan vitamin
atau obat lainnya.
·      Pasien bayi yang akan immunisasi akan diperiksa dulu apakah cukup
sehat untuk mendapatkan immunisasi hari ini.
·      Bila kondisi bayi sehat, maka bayi akan diberi jenis immunisasi
sesuai jadwalnya. Untuk jenis immunisasi yang dapat menimbulkan
demam, kepada orang tua bayi akan deberi resep pengambilan obat
penurun panas.
·      Pasien peserta KB akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi,
kemudian akan diberikan pelayanan KB sesuai keinginan pasien.

·      Pasien calon pengantin akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi.


Bila memerlukan immunisasi, maka calon pengantin akan diberi
immunisasi.
1. Laboratorium

1. Petugas Penanggung jawab


 Analis laboratorium
1. Perangkat Kerja
 Alat pelindung Diri
 Microscope
 Centrifuge
 Accucheck
1. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urutnya dan menerima
surat permintaan laboratorium yang dibawa dari perujuk.
 Petugas menyiapkan peralatan dan bahan reagen yang sesuai dengan
pemeriksaan yang akan dilakukan.
 Petugas menerima spesimen yang akan diperiksa, atau petugas sendiri
yang melakukan pengambilan spesimen dari pasien.
 Petugas mempersilakan pasien menunggu diluar sementara petugas
melakukan pemeriksaan terhadap spesimen.
 Bila hasil pemeriksaan sudah keluar, petugas memanggil pasien dan
menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk diserahkan ke unit
perujuk.

1. Farmasi
1. Petugas Penanggung jawab
 Apoteker
 Asisten Apoteker
1. Perangkat Kerja
 Alat tulis
 Blender obat
 Kertas pembungkus obat
 Plastik pembungkus obat

1. Tatalaksana
 Pasien meletakkan lembar resep di kerangjang yang telah disediakan dan
menunggu obat disiapkan.
 Petugas mengambil lembar resep dan membacanya untuk memastikan
resep dapat dibaca dengan jelas dan obat-obat yang tertulis di dalam
lembar resep tersedia.
 Apabila ada keraguan atau kekurangjelasan, maka petugas akan
menanyakan kepadapetugas yangmenulis resep.
 Petugas kemudian menyiapkan obat yang tertera di resep dan
memasukkannya ke dalam bungkus plastik, menuliskan informasi
penggunaan obat di bungkusnya dan kemudian menyerahkannya kepada
pasien.
 Sambil menyerahkan obat, petugas juga menyampaikan informasi yang
perlu diketahui pasien atau keluarganya sehubungan dengan penggunaan
obat.
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka


perlu didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui
perencanaan yang baik dan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan usulan
pemegang program yang sudah berdasarkan hasil pemetaan masalah.
Ketersediaan logistik harus dijamin kecukupannya dan pemeliharaan yang
sudah dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan alat dan bahan dalam
pelaksanaan upaya klinis Puskesmas diselenggarakan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1.     IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a.  Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama
pasien dan tanggal lahir pasien, tidak termasuk nomor dan lokasi kamar.
b.  Pasien diidentifikasi sebelum  melakukan pemberian obat, tranfusi darah
atau produk lainnya.
c.  Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan.
d.  Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.

Prosedur dalam Identifikasi Pasien


Ada 2 identitas yaitu menggunakan NAMA dan TANGGAL LAHIR yang
disesuaikan dengan tanda pengenal resmi. Pengecualian prosedur identifikasi
dapat dilakukan pada kondisi kegawatdaruratan pasien di UGD.
Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas adalah:
·         Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal  lahir
sebelum melakukan prosedur, dengan pertanyaan terbuka, contoh :” Nama
bapak siapa?” “Tolong sebutkan tanggal lahir Bapak”.
·         Bila pasien tidak dapat menyebutkan nama, identitas pasien dapat
ditanyakan kepada penunggu/ pengantar pasien.

2.     MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF


    Cara komunikasi yang efektif di puskesmas:
a.    Menggunakan teknik SBAR (Situation – Background – Assessment –
Recomendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar pemberi layanan.
·                   Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
·      Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan   kondisi
pasien terkini.
·                   Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
·      Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah
pasien saat ini.
b.   Komunikasi Verbal (Write down/tulis, Read back/baca kembali
·         Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh
penerima instruksi/ laporan.
·         Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali
oleh penerima instruksi/ laporan.
·         Instruksi/ laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasikan oleh individu
pemberi instruksi/ laporan.
·         Untuk istilah yang sulit atau obat – obatan kategori LASA (Look Alike
Sound Alike) diminta penerima pesan mengeja kata tersebut perhurup 
misalnya : UBRETID
S Situasi
Saya menelepon tentang (nama pasien, umur, dan lokasi)………….
Masalah yang ingin disampaikan…..
Tanda- tanda vital :
B Background/ latar belakang
Status mental pasien :
Kulit:…
Alat Bantu…
A Assesment/ Penilaian
Sampaikan masalah yang sedang terjadi dan katakan penilaian
anda.
R Rekomendasi
Apakah (katakan apa yang ingin disarankan)
Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan?
Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan…

3.     MENINGKATKAN KESELAMATAN PENGGUNAAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT)
Obat- obatan yang perlu diwaspadai adalah :
1. Elektrolit pekat : KCl, MgSO4, Natrium Bikarbonat, NaCl 0,3%
2. NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) / LASA (Look Alike Sound
     Alike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip dan  kedengarannya mirip.
Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai:
 Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi penandaan
yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High Alert”
 NaCl 0,3% dan KCl tidak boleh disimpan di ruang perawatan kecuali  diUnit
Perawatan Intensif (ICU).
 Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus memastikan
bahwa elektrolit pekat disimpan di lokasi dengan akses terbatas bagi petugas
yang diberi wewenang.
 Obat diberi penandaan yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan
“High Alert” dan khusus untuk elektrolit pekat, harus ditempelkan stiker yang
dituliskan “Elektrolit pekat, harus diencerkan sebelum diberikan”
 Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA.
 Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien
tanpa pengawasan.
 Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat menerima /
memberiinstruksi
Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi:
1. Elektrolit Pekat
-       KCL 7,46%
-       Meylon 8,4%
-       MgSO4 20%
-       NaCl 3 %
1. Golongan Opioid
-       Fentanil
-       Kodein HCL
-       Morfin HCl
-       Morfin Sulfat
-       Petidin HCl
-       Sufentanil
1. Antikoagulan
-       Heparin Natrium
-       Enoksaparin Natrium
1. Trombolitik
-       Streptokinase

1. Antiaritmia
-       Lidokain
-       Amiodaron
1. Insulin
2. Obat Hipoglikemia Oral
3. Obat Agonis Adrenergik
-   Efinefrin
-   Norefineprin
1. Anestetik Umum
-   Propofol
-   Ketamin
1. Kemoterapi
2. Obat Kontras
3. Pelemas Otot
-       Suksinilkolin
-       Rokuronium
-       Vekuronium
1. Larutan Kardioplegia
2. Sound Alike Look Alike Drugs
  

4.     KEPASTIAN KETEPATAN: TEPAT LOKASI,
TEPAT PROSEDUR, TEPAT PASIEN OPERASI
Indikator Keselamatan Operasi:
a.    menggunakan tanda yang mudah di kenali untuk identifikasi lokasi operasi
dan mengikutsertakan pasien dalam proses penandaan.
b.   Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yg tepat, dan
pasien yang tepat sebelum operasi, serta seluruh peralatan yang dibutuhkan
tersedia benar dan berfungsi.
c.    Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time out
sesaat sebelum prosedur tim out sesaat sebelum prosedur operasi dimulai.

Prosedur penandaan lokasi yang akan dioperasI :


a.    Orang yang bertanggung jawab untuk membuat tanda pada pasien adalah
Operator/orang yang akan melakukan tindakan.
b.   Operator yang membuat tanda itu harus hadir pada operasi tersebut.

c.    Penandaan titik yang akan dioperasi adalah sebelum pasien dipindahkan


ke ruang di mana operasi akan dilakukan. Pasien ikut dilibatkan, terjaga
dan sadar; sebaiknya dilakukan sebelum pemberian obat pre-medikasi.
d.   Tanda berupa “X” dititik yang akan dioperasi.
e.    Tanda itu harus dibuat dengan pena atau spidol permanen berwarna
hitam dan jika memungkinkan, harus terlihat sampai pasien disiapkan dan
diselimuti.
f.     Lokasi untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan, tusukan perkutan,
atau penyisipan instrumen harus ditandai.
g.    Semua penandaan harus dilakukan bersamaan saat pengecekkan hasil
pencitraan pasien diagnosis misalnya sinar-X, scan, pencitraan elektronik
atau hasil test lainnya dan pastikan dengan  catatan medis pasien dan
gelang identitas pasien.
h.   Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi (laterality),
struktur multipel (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multiple level (tulang
belakang).

Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan:


·         Kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi caesar)
·         Kasus intervensi seperti kateter jantung
·         Kasus yang melibatkan gigi
·         Prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana penandaan akan
menyebabkan tato permanen

Dalam kasus-kasus di mana tidak dilakukan penandaan, alasan harus dapat


dijelaskan dan dipertanggungjawabkan. Untuk pasien dengan warna kulit gelap,
boleh digunakan warna selain hitam atau biru gelap (biru tua) agar penandaan
jelas terlihat, misalnya warna merah.
Check list keselamatan pasien operasi
Proses check list ini merupakan standar operasi yang meliputi
pembacaan dan pengisian formulir sign in yang dilakukan sebelum pasien
dianestesi di holding area, time out yang dilakukan di ruang operasi sesaat
sebelum incise pasien operasi dan sign out setelah operasi selesai (dapat
dilakukan di recovery room). Proses sign in, time out dan sign out ini dipandu
oleh perawat sirkuler dan diikuti oleh operator, dokter anestesi, perawat.

5.     PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN


Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a.  Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b.  Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan
pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
·         Sebelum kontak dengan pasien
·         Sesudah kontak dengan pasien
·         Sebelum tindakan asepsis
·         Sesudah terkena cairan tubuh pasien
·         Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Ada 2 cara cuci tangan yaitu :


1.     HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2.     HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik

Alat Pelindung Diri


Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan tubuh,
ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala,
kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.

6.  PENGURANGAN RISIKO CEDERA AKIBAT PASIEN JATUH


Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1.   Semua pasien baru dinilai rIsiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
2.   Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat rIsiko jatuh
pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

  
BAB VII 
KESELAMATAN KERJA

        Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh


masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di
puskesmas semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas,
pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar puskesmas ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja,
baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena
kondisi sarana dan prasarana yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi
standar.
        Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
        Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya
pasal 165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan
bagi tenaga kerja”. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di
puskesmas mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya.
Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan
kerja. Puskesmas harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap
pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari
berbagai potensi bahaya di puskesmas.
        Program keselamatan kerja di puskesmas merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal
kesehatan dan keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien,
pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekita.

Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
puskesmas, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas
berjalan baik dan lancar.
2. Tujuan khusus
a.  Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja)
dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b.  Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.

Alat Keselamatan Kerja


1.     Pemadam kebakaran (hidrant)
2.     Jas
3.     Peralatan pembersih
4.     Obat-obatan
5.     Kapas
6.     Plaster pembalut

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
2. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja
3. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam
kebakaran, eye shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
4. Buanglah sampah pada tempatnya.
5. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
6. Dilarang merokok
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu   (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu


sistem kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur dan
menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.  Pengendalian
mutu pada pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga
kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan
langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya
berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan
dapat tercapai dan terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa
pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen.
Dalam bahasa layanan kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan
oleh puskesmas ditujukan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai
konsumen.
BAB IX
PENUTUP

          Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan


kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/ kota.
Sedangkan Puskesmas bertanggungjawab         hanya untuk sebagian upaya
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya. Tujuan pembangunan
kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.

Anda mungkin juga menyukai