PUSKESMAS DANUREJAN 1
Disusun oleh :
Nanda Pratamastuti (20150340035)
Indah Lestari (20150340036)
Salsabila Khansa S. (20150340049)
Vianda Amalia (20150340048)
Rifal Ashadi (20150340062)
Ilham Nugraha Syaputra (20150340080)
Data Umum :
Tempat : Puskesmas Danurejan 1
Alamat : Jl. Bausasran Danurejan
Buka : 07.30 WIB
Tutup Pendaftaran : 12.00 WIB
Jumlah Pasien Per hari : ± 100 orang
Jumlah Pegawai :
Fungsional : 22 orang
Pegawai puskesmas yang berhubungan langsung dengan pasien atau pemberi
jasa medik. Terdiri dari tenaga medis dokter umum, dokter gigi dan tenaga kesehatan
lainnya seperti perawat, perawat gigi, bidan, gizi, apoteker, dll
Non fungsional : 20 orang
Pegawai non fungsional adalah pegawai puskesmas yang tidak terlibat secara
langsung dengan pasien, memiliki tugas membantu dan mengatur segala kebutuhan
puskesmas. Contoh dari pegawai non fungsional adalah kepala tata usaha, kepegawaian,
cleaning service, dll.
2
A. Struktur organisasi
B. Instalasi puskesmas
1. Poli umum
2. Poli gigi
3. Poli KIA/KB
4. Poli gizi
5. Farmasi
6. Laboratorium Kesehatan
7. Pendaftaran
8. Rekam Medik
9. Ruang Administrasi
10. Ruang Kepala Puskesmas
E. Alur manajerial
Untuk alur manajerial sama dengan struktur organisasi.
3) Farmasi
Pelaporan dilakukan setiap bulan, dimana terdapat 3 macam laporam yaitu :
- LPLPO -> Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) merupakan
suatu pngelolahan terhadap obat yang pemakian, distribusi, tingkatan stok, kebutuhan
obat dibatasi dengan tujuan agar pemakaian yang ada dapat terkendali dengan baik.
POR (Penggunaan Obat Rasional) -> Penggunaan Obat Rasional adalah apabila pasien
menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai
dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang sesuai dan dengan biaya yang terjangkau
oleh dirinya dan kebanyakan masyarakat.
4
>ISPA
>Diare
Laporan Ketersediaan Obat -> Masing-masing obat dihitung yang tersedia ada
berapa persen, ada yang kosong atau tidak. Laporan ini hanya untuk perantauan
ketersediaan obat karena penyebab kekosongan obat itu bermacam-macam, bisa dari
Dinkes, atau penyedia obatnya.
4) Poli gizi
Pada poli gizi terdapat rekam medis yang berbeda dengan poli umum. Surat
pertanggung jawaban diajukan ke dinas kesehatan dibuat maksimal 2 minggu setelah
kegiatan tersebut dilakukan. Terdapat pula pelaporan biasanya setiap tanggal 5/bulan
kepada dinas kesehatan . contoh pelporan ini berupa perkembangan anak.
5) Laboratorium
LPLPR (Laporan Penggunaan dan Lembar Permintaan Reagen) => Seperti LPLPO
namun yang diolah adalah reagen. LPLPR adalah suatu pengelolaan terhadap reagen
yang pemakaian , dstribusi, tingkatan stok, kebutuhan reagen, dibatasidengan tujuan
agar pemakaian yang ada dapat terkendali dengan baik.
6) Poli KIA/KB
Hal-hal yang dilaporkan yaitu pemantauan ibu hamil, ibu melahirkan dan kesehatan
bayi di wilayah setempat, accpetor KB, keberhasilan, efek samping, kegagalan dan
komplikasi program KB dan pelaporan untuk program upaya kesehatan yang dilakukan
yaitu Posyandu dan pembinaan Kader tadi. Pada poli KIA dan KB di Puskesmas
Danurejan I ini belum melayani proses persalinan, namun harapan dari ibu bidan terkait
dan juga sudah ada rencana dari pemerintah bahwa seluruh Puskesmas di Kota
Yogyakarta akan menyediakan pelayanan untuk persalinan secara normal tanpa
hambatan yang berarti.
G. Manajemen keuangan
Sumber dana :
SPBN
Berasal dari APBN dan APBD.
BOK (Bantuan Operasional Kesehatan)
BOK merupakan dana non gaji untuk puskesmas yang digunakan dalam kegiatan
promotif dan preventif.
UKP
Dana yang berasal dari pasien non subsidi pemerintah, pasien yang KTPnya bukan
Jogja.
H. Program Kerja
1. Pelayanan kesehatan di dalam gedung
5
a) Poli umum
Pelayanan kesehatan dalam gedung bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat setempat. Pelayanan kesehatan ini ditujukan untuk
masyarakat yang berkunjung ke puskesmas. Contoh dari kegiatan dalam gedung ini
meliputi pemberantasan penyakit menular, pelayanan pasien rawat jalan, dll.
b) Poli gigi
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan gigi dan mulut masyarakat sekitar Puskesmas Danurejan 1. Pelayanan
yang dilakukan di dalam gedung meliputi tindakan pencabutan, penumpatan gigi
berlubang, TAF untuk anak, dll.
c) Poli KIA/KB
Pelayanan-pelayanan yang tersedia pada poli ini antara lain adalah pada hari Senin
dan Selasa melayani ANC (Antenatal Care) yaitu pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar. Kemudian pada hari Rabu melayani imunisasi pada anak-
anak, dan hari Kamis melayani program KB dimana program KB ini yang menjadi
pelayanan dengan kunjungan terbanyak. Rata-rata dari jumlah pasien di Poli ini
setiap harinya berkisar antara 15-20 orang.
d) Pelayanan konsultasi gizi
Puskesmas Danurejan memiliki sebuah poli gizi yang terletak di lantai dua. Pada
poli gigi tersebut terdapat 2 petugas dengan latar belakang menguasai ilmu gizi.
Pasien yang berkunjung ke poli gizi terdapat dua jenis. Pertama, pasien dengan
rujukan harus melalui alur pendaftaran kemudian datang ke poli umum kemudian
di rujuk ke poli gizi untuk melakukan konsultasi. Kasus rujukan contohnya pasien
penderita hipertensi, diabetes mellitus, berat badan lahir rendah. Kedua, pasien dari
luar yang sudah membawa hasil laboratorium tetap harus melalui alur pendaftaran
kemudian bisa langsung ke bagian poli gizi untuk mengkonsultasikan hasil
laboratorium pasien tersebut.
6
UKS merupakan unit kesehatan yang terletak di sekolah, UKS sendiri memiliki
tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak sesuai tumbuh kembang,
usaha promotif dan preventif pencegahan penyakit, serta usaha penanaman
kesadaran diri tentang kesehatan. Pendampingan UKS di SD Tegal Panggung, SD
Lempuyangan, dan SD Widara.
4) Promosi kesehatan di tempat umum
contoh : pemutaran CD mengenai kesehatan di masjid ataupun KUA.
5) Posbindu
6) Posyandu
Untuk Posyandu sendiri meliputi kegiatan-kegiatan berupa penyuluhan,
pembinaan, pemantauan tumbuh kembang balita dan pemberian makanan
tambahan bagi balita.Diadakan setiap 1 bulan sekali di 16 RW, saat kegiatan
posyandu diadakan skreening kesehatan bagi balita dan anak-anak. Apabila ada
balita dan anak-anak yang mengalami penanganan lebih lanjut dapat dirujuk ke
puskesmas.
7) KTR (Kawasan Tanpa Rokok)
b) Pemeliharaan kesehatan lingkungan :
1) Pengawasan jamban sehat dan air minum
2) Pengawasan hotel (tempat umum) di sekitar Puskesmas
3) Pengawasan TPO (tempat pengolahan pangan)
c) UKGS (Unit Kesehatan Gigi Sekolah)
Program yang berbarengan dengan program UKS. Tim UKGS ini terdiri dari
koass, dokter gigi, perawat gigi, dokter umum, perawat, bidan, dan laboran.
Kegiatan:
- Screening
Dilakukan setiap awal ajaran baru. Kasus yang ditemukaan saat screening akan
ditindaklanjuti di puskesmas. Screening ini terdiri dari screening gigi, mata, dan
juga telinga.
- Imunisasi
7
Kegiatan UKGMD dilkasanakan berbarengan dengan kegiatan posyandu
lansia ataupun balita, sehingga kegiatan ini bisa dilaksanakan sebulan sekali atau
selapan sekali.
Kegiatan:
- Penyuluhan kesehatan
- Pelatihan kader
e) Bagian Farmasi
Program Unggulan -> KENARI (Kenali Obat Sendiri)
- Melakukan Kaderisasi yang terdiri dari 10 org warga
- Melakukan pelatihan pada kader
- Melakukam penyuluhan kepada Warga ttg memilih dan menggunakan obat
dengam benar dan bijak
- Kader menjadi tempat pertama untuk konsultasi warga ttg obat
- Program Kenari ini sudah berjalan sejak tahun 2014 di RW 14 kel. Tegal
Panggung
I. Pengelolaan Limbah
- Limbah cair : diserahkan ke dinas kesehatan kemudian dibuang ke RS Pratama.
8
- Limbah padat : bekerjasama dengan PT Jasa Prima Perkasa, setiap 2 minggu sekali
limbah diambil oleh pihak PT Jasa Prima Perkasa.
- Limbah Farmasi : obat expired dikumpulkan dan kemudian diserahkan atau
dikembalikan ke Dinas Kesehatan.
9
BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A. Landasan Teori
1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
a. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD),
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung
tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan
di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan
puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
d. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi
apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka
tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas
tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
2. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat
adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni:
a. Lingkungan sehat
b. Perilaku sehat
c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan
10
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi
pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang
harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat.
3. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.
Misi tersebut adalah:
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yakni
pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-
tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui
peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan
masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan
efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
berserta
lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di
wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan
teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.
4. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat
tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
5. Fungsi
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di
samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk
11
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut
menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:
d. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private
goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap.
e. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public
goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya.
12
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin ( tahun 2016 )
-Laki-laki : 4.843 Jiwa
-Perempuan : 4.811 Jiwa
Jumlah : 10.645 Jiwa
Kepadatan penduduk ( tahun 2016 )
Kelurahan Tegal Panggung dengan luas wilayah 30 Ha dan jumlah penduduk
jika. Jadi kepadatan penduduk kelurahan tegal panggung :
10645
= 304 Jiwa/Ha
35
2. Pembahasan
Analisis dan pembahasan mengenai menejemen Puskesmas Danurejan 1 dibandingkan
dengan Kepmenkes NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004.
a. Struktur organisasi
1. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi puskesmas disesuaikan
dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing unit puskesmas. Khusus untuk
Kepala Puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang
kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.
2. Eselon Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan kesehatan di tingkat
kecamatan. Sesuai dengan tanggungjawab tersebut dan besarnya peran Kepala
Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan,
maka jabatan Kepala Puskesmas setingkat dengan eselon III-B.
Pembahasan
14
o Upaya Kesehatan
Lingkungan
o Upaya Kesehatan
KIA
o Upaya Perbaikan
Gizi
Pembahasan
Upaya Kesehatan dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
setempat. Tabel di atas menunjukkan upaya kesehatan Puskesmas Danurejan 1 dan
Upaya Kesehatan menurut Kepmenkes NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004,
berdasarkan tabel terdapat perbedaan upaya kesehatan Puskesmas Danurejan 1 dengan
Kepmenkes NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004. Pada Puskesmas Danurejan 1
terdapat upaya kesehatan penunjang yang terdiri dari Laboratorium, Farmasi, dan
Konsultasi, sedangkan pada Kepmenkes NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004 tidak
terdapat upaya tersebut. Selain itu, pada upaya kesehatan pengembangan menurut
Kepmenkes NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004 lebih banyak atau lengkap
dibandingkan dengan upaya kesehatan Puskesmas Danurejan 1.
c. Sumber Dana
Kepmenkes NOMOR
Puskesmas Danurejan 1 128/MENKES/SK/II/2004.
SPBN Pemerintah
15
Berasal dari APBN dan APBD. Pendapatan Puskesmas
PT ASKES yang peruntukkannya
BOK (Bantuan
sebagai imbal jasa pelayanan
Operasional Kesehatan)
yang diberikan kepada para
BOK merupakan dana non gaji peserta ASKES. Dana tersebut
untuk puskesmas yang digunakan dibagikan kepada para pelaksana
dalam kegiatan promotif dan sesuai dengan ketentuan yang
preventif. berlaku.
UKP PT (Persero) Jamsostek yang
peruntukannya juga sebagai
Dana yang berasal dari pasien non imbal jasa pelayanan kesehatan
subsidi pemerintah, pasien yang yang diberikan kepada peserta
KTPnya bukan Jogja.
Jamsostek. Dana tersebut juga
dibagikan kepada para pelaksana
sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
JPSBK/PKPSBBM Untuk
membantu masyarakat miskin,
pemerintah mengeluarkan
dana secara langsung ke
puskesmas. Pengelolaan dana ini
mengacu pada pedoman
yang telah ditetapkan.
16
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Puskesmas Danurejan 1 sebagai Puskesmas yang sudah berdiri cukup lama, sistem yang
digunakan kurang lebih sudah hampir sama dengan sistem yang tercantum di Kepmenkes
NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004.
Dengan system yang terkelola baik tersebut, Puskesmas Danurejan I sudah memenuhi
kebutuhan masyarakat dengan baik.
17
LAPORAN KOMUDA
PUSKESMAS DANUREJAN 2
Disusun oleh :
Latifa Wahyudi Putri (20150340021)
Dima Salsabila (20150340022)
Dewanti Larasinta (20150340081)
Dita Oka (20150340086)
Desgentias Roid Hazazi (20150340087)
Sri Dwi Mutya (20150340088)
Rianda Islami (20150340089)
Renaldi Wicaksono (20150340119)
A. Landasan teori
Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di
samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas
merupakan suatu unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja
(Effendi, 2009).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang
menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan),
promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitative (pemulihan kesehatan).
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis
kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia
(Effendi, 2009)
Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu : pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya
menggerakan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sector termasuk
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan
melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan
diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas bertanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab
puskesmas meliputi :
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (privat goods)
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut
adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. Pelayanan
kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan
utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat disebut
antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa
masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Sumber pembiayaan upaya pelayanan kesehatan antara lain :
1. Sepenuhnya bersumber dari Pemerintah
2. Sebagian ditanggung masyarakat
3. Sepenuhnya ditanggung oleh pihak ketiga baik itu swasta maupun bantuan luar negeri.
19
Limbah rumah sakit serta Puskesmas dianggap sebagai mata rantai penyebaran
penyakit menular. Limbah bisa menjadi tempat tertimbunnya organisme penyakit dan menjadi
sarang serangga juga tikus. Disamping itu di dalam sampah juga mengandung berbagai bahan
kimia beracun dan benda-benda tajam yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan
cidera. Partikel debu dalam limbah dapat menimbulkan pencemaran udara yang akan
menyebarkan kuman penyakit dan mengkontaminasi peralatan medis dan makanan (Depkes RI,
1997). Limbah rumah sakit serta Puskesmas dapat dibedakan menjadi limbah non medis dan
limbah medis.
Limbah non medis mempunyai karakteristik seperti limbah yang ditimbulkan oleh
lingkungan rumah tangga dan lingkungan masyarakat pada umumnya (Adikoesoemo, 1997).
Limbah non medis ini di lingkungan rumah sakit serta Puskesmas dapat berasal dari kantor/
administrasi, unit pelayanan, unit gizi/ dapur dan halaman (Depkes RI, 1997).
Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi,
farmasi atau yang sejenis, penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang
menggunakan bahan-bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau bisa membahayakan,
kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu (Adisasmito, 2007).
Pengelolaan yang tepat untuk pengelolaan limbah medis di unit-unit pelayanan
kesehatan selain tergantung pada administrasi dan organisasi yang baik, juga memerlukan
kebijakan dan pendanaan yang memadai dan sekaligus partisipasi aktif dari semua pihak yang
ada di unit pelayanan tersebut, misalnya dengan membentuk Tim Pengelolaan Limbah untuk
menyusun rencana pengelolaan limbah secara terstruktur , sistematis dan intensif
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur organisasi di Puskesmas Danurejan II?
2. Apa saja instalasi yang ada di Puskesmas Danurejan II?
3. Bagaimana alur pendaftaran dan perawatan pasien di Puskesmas Danurejan II?
4. Bagaimana manajemen keuangan di Puskesmas Danurejan II?
5. Bagaimana pembuangan limbah di Puskesmas Danurejan II?
6. Apa saja program-program yang ada Puskesmas Danurejan II?
C. Tujuan
1. Mengetahui struktur organisasi di Puskesmas Danurejan II.
2. Mengetahui instalasi yang terdapat di Puskesmas Danurejan II.
3. Mengetahui alur pendaftaran dan perawatan pasien di Puskesmas Danurejan II.
4. Mengetahui manajemen keuangan di Puskesmas Danurejan II.
5. Mengetahui cara pembuangan limbah di Puskesmas Danurejan II.
6. Mengetahui apa saja program yang ada di Puskesmas Danurejan II.
D. Profil puskesmas
20
a. Struktur Organisasi
E. Wilayah kerja :
Secara administratif, wilayah kerja Puskesmas Danurejan II Yogyakarta berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Jetis dan Kecamatan Gondokusuman
b. Sebelah Selatan : Kelurahan Tegal Panggung wilayah kerja Puskesmas Danurejan I dan
Kecamatan Pakualaman
21
c. Sebelah Barat : Kecamatan Gedongtengen
d. Sebelah Timur : Kecamatan Gondokusuman
Jarak masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Danurejan II Yogyakarta untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan puskesmas ratarata 2 km, sedangkan jarak rata-rata ke Puskesmas di kota
Yogyakarta kira–kira 3 km
22
BAB II
ISI
23
Sumber dana BLUD dari puskesmas itu sendiri. Puskesmas akan mengelola
sendiri keuangannya, tanpa memiliki ketergantungan operasional ke Pemerintah
Daerah (Pemda). Dana BLUD tujuannya untuk pembiayaan UKP (Upaya
Kesehatan Perorangan). Selain itu, dana BLUD juga digunakan untuk membeli
bahan-bahan yang diperlukan di Puskesmas
- APBN
Dalam bentuk dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan). BOK adalah
bantuan pemerintah kepada pemerintah daerah dalam melaksanakan SPM.
BOK yang diberikan untuk puskesmas Danurejan II yaitu sebanyak Rp.
300.000.000.
b. Kendala
Untuk kendala nya sendiri, kendala yang masih dirasakan oleh puskesmas Danurejan
II yaitu uang dari pemerintah yang turunnya agak lama. Sehingga sedikit menghambat
dalam membeli alat-alat kesehatan yang menggunakan dana dari pemerintah
B. KESEHATAN LINGKUNGAN
HS & RKM atau yang dikenal dengan Kesehatan Lingkungan (KesLing) memiliki tugas,
diantaranya dalam menangani limbah medis, yang cair maupun padat. Untuk limbah cair,
pertama-tama ditampung di tempat penampungan khusus yang letaknya agak jauh dari
puskesmas yang kemudian akan dibuang di penampungan sendiri. Kemudian, untuk yang
limbah padat, pertama-tama ditampung di TPS yang berada tidak jauh di puskesmas
Danurajen II, yaitu di belakangnya. Setelah itu diserahkan ke pihak ke 3 yang bertanggung
jawab dalam mengatasi limbah padat di puskesmas, karena dipuskesmas Danurajen II tidak
memiliki alat untuk memusnahkan limbah padat yaitu Insinerator. Program dari HS & RKM
yakni mengambil sample air dari mall, restoran atau tempat makan maupun rumah dan
memeriksanya apakah kandungan di air tersebut sudah sesuai. Kalau didapatkan kasus
kandungan air tidak sesuai misalnya di mall, pihak dari Puskesmas akan melaporkan kepada
pihak terkait yakni mall itu sendiri untuk mengatasi kandungan air mereka. Tetapi, apabila di
rumah warga, pihak puskesmas akan langsung terjun langsung kerumah tersebut dan
memberikan tindakan berupa penambahan kaporit. Program lainnya yakni mengkoordinir
foging di wilayah sekitar. Puskesmas akan melakukan foging jika ada laporan warga terkena
DB/malaria sebanyak 5 orang. Dari laporan tersebut puskesmas akan menangani kasus
dengan foging agar tidak bertambahnya korban akibat DB/malaria.
C. POLI UMUM
Pada Puskesmas Danurejan 2 dikelompokkan menjadi Poli umum dan Poli Lansia (>60
th). Pada Poli umum dan poli lansia terdapat 3 dokte. Di puskesmas danurejan 2 lebih banyak
dikunjungi oleh pasien lansia sehingga pelayanan lebih lama pada poli lansia dan lansia
biasanya lebih didahulukan agar lansia tidak menunggu terlalu lama. Pada bagian depan
terdapat Perawat yang melakukan pengkajian awal (vital sign) sebelum pasien masuk ke Poli.
Hambatan yang terdapat pada poli ini adalah mengenai tenaga kerja, sebagai contoh jika ada
dokter yang sedang tugas diluar, menyebabkan dokter poli umum dan lansia harus campur.
Tetapi diberi jalan keluar yakni jika dalam keadaan pasien banyak sedangkan dokter hanya
satu, akan dicarikan pengganti ketempat lain yang sudah diatur oleh kepala puskesmas.
24
Alur pelayanan pada poli umum adalah sebagai berikut -> Pasien daftar diruang
pendaftaran, kemudian mendapat nomor antrian untuk masuk dipoli dan juga mendapatkan
nomor urut memisahkan lansia atau tidak yang kemudian akan diberikan ke perawat untuk
tindakan pengkajian awal, termasuk memastikan apakah termasuk pasien emergency
sehingga perlu didahulukan atau tidak. Jika sudah selesai pengkajian awal, selanjutnya akan
masuk keruang periksa, jika perlu tindakan nanti dilakukan diruang tindakan, jika perlu
pemeriksaan lab akan dirujuk ke lab, dimana hasil pemeriksaan dibawa kembali kepoli umum,
jika perlu rujukan internal akan dibuat, jika ada stress dirujuk ke ruang psikologi. Terdapat
juga rujukan dari puskesmas ke Rumah Sakit sesuai kriteria rujukan. Sesuai SK mentri, 144
diagnosis harus selesai dipuskesmas dan ada juga kriteria rujukan ke RS. Misalnya, pasien
demam berdarah sebenenarnya harus selesai dipuskesmas, tetapi pada puskesmas ini tidak
ada rawat inap, maka bisa dirujuk ke Rumah Sakit. Di puskesmas Danurejan 2 lebih sering
rujukan karna jenis diagnosa dan penyakitnya yang bukan kompetensi puskesmas.
Dari loket pendaftaran di bagian depan sudah diketahui jenis jaminan apa yang pasien
gunakan. BPJS berlaku jika tindakan sesuai indikasi, apabila atas permintaan pasien dimana
tidak sesuai indikasi berarti terdapat biaya tersendiri. Seperti biasanya, juga terdapat sterilisasi
alat yang dilakukan diruang tindakan. Untuk alat sekali pakai dibuang pada tempat
pembuangan sampah khusus, dimana tempat sampah dibedakan -> sampah tajam dan sampah
b3. Rekam Medis pada poli umum yaitu manual yang kemudian akan dimasukkan ke simpus
sistem online.
D. POLI GIGI
Struktur organisasi:
Di dalam Poli Gigi Puskesmas Danurejan 2 terdapat 3 orang yang bertanggung jawab,
yakni 1 dokter sebagai kepala poli dan 2 orang perawat yang membantu dalam hal manajerial
poli gigi sekaligus menjadi asisten dari dokter tersebut.
Alur manajerial:
Penanggung jawab tertinggi adalah kepala puskesmas, kemudian Dokter Gigi sebagai
penanggung jawab Poli Gigi, beserta dua perawat yang membantu dokter gigi. Setiap harinya
dokter gigi yang dibantu oleh dua perawat akan mendata apa saja keluhan dan perawatan yang
diberikan kepada pasien, kemudian akan direkap secara keseluruhan dalam rentang waktu
satu tahun yang nantinya akan dilaporkan kepada pihak Puskesmas Danurejan 2.
Sumber pendanaan :
Manajemen logistik Poli Gigi Puskesmas Danurejan 2 didanai oleh dua sumber, yakni:
Biaya Operasional (BOK): Dana pemberian dari pemerintah pusat
Biaya Langsung (BLUD): Dana operasional, yang terbagi menjadi;
-BPJS dengan sistem kapitasi oleh pemerintah pusat
-Jamkesda dengan sistem klaim pada pemerintah daerah
-Pembayaran mandiri oleh pasien
25
Pengadaan alat besar seperti dental chair dan juga obat-obatan menggunakan dana dari
BOK yang harus memberikan usulan kepada Dinas Kesehatan terlebih dahulu di bagian
Farmasi Kota, sedangkan untuk bahan habis pakai tiap-tiap poli termasuk poli gigi
sebelumnya harus membuat usulan pengadaan alat atau bahan terlebih dahulu yang nantinya
akan disetujui oleh kepala Puskesmas dan memanfaatkan dana dari BLUD.
Program poli gigi:
Promosi kesehatan, yaitu berupa penyuluhan dengan narasumber tenaga kesehatan
Puskesmas
UKGS, bekerja sama dengan sekolah-sekolah yang ada di daerah Danuejan yaitu 6 TK, 2
SD dan 2 SMP
26
Alur Pelayanan Poli Gigi:
Cocokkan
Terima rekam Panggil pasien
identitas pasien
medis dan no urut sesuai no urut
dengan RM
Pasien disuruh
Ya tidak
Konfirmasi ke
Anamnesa duduk di dental Sesuai?
subunit
unit pendaftaran
tidak
Perlu Tentukan rencana
Diagnosa pemeriksaan perawatan
penunjang?
ya
ya Rujuk ke
pelayanaan yg
Perlu lebih tinggi
Laboratorium/ rujukan
Ro’foto ?
tidak
ya
Rujuk ke
Tindakan
pelayanan yang Perlu perawatan
lebih tinggi rujukan?
tidak
27
E. LABORATORIUM
Pemeriksaan yang dapat dilakukan di laboratorium Puskesmas Danurejan II cukup
lengkap, mulai dari pemeriksaan darah, gula, dan masih banyak lagi. Pemeriksaan terbaru
yaitu pemeriksaan HIV. Petugas dilaboratorium ini terdiri dari 2 petugas, yaitu ibu Ita selaku
Penanggung Jawab lab di puskemas ini sejak 2012, dan ibu Desy yang keduanya merupakan
lulusan D3 analis kesehatan. Alur pendaftaran di lab ini yaitu pasien sudah mendapatkan surat
rujukan internal dari poli lain dan telah di cap di ruang pendaftaran dari poli tersebut untuk
lab. Kemudian menaruh surat tersebut kedalam keranjang yang ada di lab, setelah itu pasien
dapat menunggu untuk dilakukan pemeriksaan. Tetapi bisa juga, jika ada pasien yang ingin
memeriksa di lab atas kemauan sendiri. Jika seperti itu, pasien dapat langsung membayar di
lab tersebut setelah dilakukan pemeriksaan. Jam operasional laboratorium yaitu dari jam
07.30 – 12.00. Saat ditanya mengenai pemeriksaan yang paling sering dilakukan, petugas
mengatakan pemeriksaan gula. Untuk menjaga mutu pelayanan, tiap 3 tahun dilakukan
evaluasi mulai dari alat dengan kalibrasi dan juga mutu pelayanan dari petugasnya sendiri
yaitu penilaian dari orang dinkes secara langsung. Untuk kendalanya sendiri, yaitu kadang
stock reagen di pemerintah kosong, sehingga pihak lab di puskesmas tidak bisa melakukan
pemeriksaan, padahal di puskesmas sendiri selalu dituntut untuk bisa memberikan pelayanan
setiap harinya. Selain itu, reagen juga kadang membutuhkan waktu yang lama untuk sampai
ke puskesmas. Kendala lain yaitu, alat yang digunakan masih semi manual. Padahal, saat ini
rata-rata alat pemeriksaan di lab lain sudah otomatis, sehingga dapat lebih efisien.
28
F. POLI KONSULTASI
Poli konsultasi adalah poli yang menangani masalah psikologi berdasarkan rujukan internal
ataupun datang sendiri(gatau ap sebutannya)
Alur pasien:
Datang sendiri
Biasanya masalah pergaulan bebas, seseorang yang mengalami masalah dalam keluarga.
Estimasi waktu biasanya selama 30-45 menit
Rujukan BPU (badan poli umum) & KIA
Rujukan
Rujukan external
Rujukan antara puskemas dengan psukesmas lain atau dengan rumah sakit. Khusus pasien
bpjs a lur rujukannya secara bertahap
Rujukan internal
29
sebagai asisten. Tiap tindakan yang dilakukan tiap harinya berbeda, Senin adalah hari
imunisasi dan konsultasi tumbuh kembang, Selasa dan Kamis konsultasi ibu hamil dan calon
pengantin. Di hari lain, konsultasi mengenai alat kontrasepsi. Selain itu, bidan juga merekap
seluruh data Ibu hamil di wilayah kerja tersebut dan melaporkannya dalam satu tahun.
Sumber Pendanaan
BOK (Dana operasional dari pemerintah pusat)
BLUD (Biaya langsung dana operasional misal BPJS, JAMKESDA, pembayaran
mandiri.)
Penyediaan alat dan bahan di Poli KIA disediakan dari farmasi.
30
BAB III
PENUTUP
31
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31773/chapter%20II.pdf;jsessionid=3
225ECBFCE395E5E4F870BB4B397FCA?sequence=4
32
LAMPIRAN
FOTO KEGIATAN
33
LAPORAN KOMUDA
RUMAH SAKIT PRATAMA YOGYAKARTA
Disusun oleh :
Rifal Ashadi (20150340062)
Ilham Nugraha Saputra (20150340080)
Dewanti Larasinta (20150340081)
34
BAB I
HASIL OBSERVASI
C) Struktur Organisasi
35
D) Instalasi Rumah Sakit
36
2) Rawat jalan
37
G) Alur Manejerial
Berdasarkan struktur organisasi
1) Alur managarial horizontal
Tiap bidang ada koordinator sehingga untuk pelaporan bisa dilakukan dalam
bentuk rapat bersama dengan petinggi rumah sakit setiap tiga bulan. Jika ada sesuatu
yang urgent maka koordinator instalasi dapat dipanggil sewaktu-waktu.
2) Alur managerial vertikal
Management badan hukum bekerjasama dengan UPT dinas kesehatan kota
Yogyakarta dan untuk management keuangan dengan Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD).
H) Indikator-indikator Pencapaian
I) Manajemen Keuangan
1) BLUD (Badan Layanan Umum Daerah)
Jadi blud itu semacam kas rumah sakit perputaran uang secara flexibel rumah sakit
mempunyai kewenangan penuh atas kas tersebut. Dimana pendapatan rumah sakit
didapatkan dari kapitasi, kunjungan pasien, klaim/jkn. Dana ini digunakan untuk
mendanai seluruh program rumah sakit termasuk pembelian barang dan jasa. Jika ada
keperluan terkait biaya untuk program ataupun hal hal yag di perlukan RS maka dapat
diajukan perencanaan anggaran kebagian keuangan RS.
2) BPJS
3) APBD kota Yogyakarta
Tahun Sumber Biaya/Belanja (Rp) Peruntukan
Anggaran Dana
2015 APBD Kota 64 M Fisik Gedung
Yogyakarta
38
(DBGAD&
Dinkes)
39
BAB II
A. Dasar Teori
40
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
3. Klasifikasi RS
2) Klasifikasi Rumah Sakit umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Rumah Sakit umum kelas A;
b. Rumah Sakit umum kelas B
c. Rumah Sakit umum kelas C;
d. Rumah Sakit umum kelas D.
Pasal 15
(1) Pelayanan medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a, paling sedikit
terdiri dari:
a. pelayanan gawat darurat;
b. pelayanan medik spesialis dasar;
c. pelayanan medik spesialis penunjang;
d. pelayanan medik spesialis lain;
e. pelayanan medik subspesialis; dan
f. pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.
(2) Pelayanan gawat darurat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, harus
diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus menerus.
41
(3) Pelayanan medik spesialis dasar, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan
ginekologi.
(4) Pelayanan medik spesialis penunjang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi,
dan rehabilitasi medik.
(5) Pelayanan medik spesialis lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
meliputi pelayanan mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan
pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi,
bedah syaraf, bedah plastik, dan kedokteran forensik.
(6) Pelayanan medik subspesialis, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e,
meliputi pelayanan subspesialis di bidang spesialisasi bedah, penyakit dalam,
kesehatan anak, obstetri dan ginekologi, mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf,
jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi,
urologi, bedah syaraf, bedah plastik, dan gigi mulut.
(7) Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f, meliputi pelayanan bedah mulut, konservasi/endodonsi, periodonti,
orthodonti, prosthodonti, pedodonsi, dan penyakit mulut.
Pasal 16
Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b meliputi
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan
pelayanan farmasi klinik.
Pasal 17
Pelayanan keperawatan dan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf c meliputi asuhan keperawatan generalis dan spesialis serta asuhan kebidanan.
Pasal 18
Pelayanan penunjang klinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d
meliputi pelayanan bank darah, perawatan intensif untuk semua golongan umur dan
jenis penyakit, gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik.
Pasal 19
Pelayanan penunjang nonklinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf e
meliputi pelayanan laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas,
pengelolaan limbah, gudang, ambulans, sistem informasi dan komunikasi,
pemulasaraan jenazah, sistem penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik,
dan pengelolaan air bersih.
Pasal 20
Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf f harus
dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:
a. jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh persen)
dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah;
b. jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 20% (dua puluh persen)
dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta;
c. jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari seluruh
tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.
42
Pasal 21
(1) Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas A terdiri atas:
a. tenaga medis;
b. tenaga kefarmasian;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kesehatan lain;
e. tenaga nonkesehatan.
(2) Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit terdiri
atas:
a. 18 (delapan belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b. 4 (empat) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
c. 6 (enam) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar;
d. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang;
e. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain;
f. 2 (dua) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
subspesialis; dan
g. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis gigi mulut.
(3) Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
paling sedikit terdiri atas:
a. 1 (satu) apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
b. 5 (lima) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 10
(sepuluh) tenaga teknis kefarmasian;
c. 5 (lima) apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 10 (sepuluh)
tenaga teknis kefarmasian;
d. 1 (satu) apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2 (dua)
tenaga teknis kefarmasian;
e. 1 (satu) apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) tenaga
teknis kefarmasian;
f. 1 (satu) apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban
kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit; dan
g. 1 (satu) apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga
teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan
kefarmasian Rumah Sakit.
Pasal 22
(1) Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(1) huruf c sama dengan jumlah tempat tidur pada instalasi rawat inap.
(2) Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
Pasal 23
Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf d dan huruf e disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
43
Pasal 24
(1) Peralatan Rumah Sakit Umum kelas A harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari peralatan
medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat
operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi
medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.
(3) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 25
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas B paling sedikit
meliputi:
a. pelayanan medik;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan dan kebidanan;
d. pelayanan penunjang klinik;
e. pelayanan penunjang nonklinik; dan
f. pelayanan rawat inap.
Pasal 26
(1) Pelayanan medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a,
paling sedikit terdiri dari:
a. pelayanan gawat darurat;
b. pelayanan medik spesialis dasar;
c. pelayanan medik spesialis penunjang;
d. pelayanan medik spesialis lain;
e. pelayanan medik subspesialis; dan
f. pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.
(2) Pelayanan gawat darurat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, harus
diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus menerus.
(3) Pelayanan medik spesialis dasar, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi.
(4) Pelayanan medik spesialis penunjang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, dan
rehabilitasi medik.
(5) Pelayanan medik spesialis lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, paling
sedikit berjumlah 8 (delapan) pelayanan dari 13 (tiga belas) pelayanan yang meliputi
pelayanan mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit
dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik, dan
kedokteran forensik.
(6) Pelayanan medik subspesialis, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, paling
sedikit berjumlah 2 (dua) pelayanan subspesialis dari 4 (empat) subspesialis dasar yang
meliputi pelayanan subspesialis di bidang spesialisasi bedah, penyakit dalam, kesehatan
anak, dan obstetri dan ginekologi.
44
(7) Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
f, paling sedikit berjumlah 3 (tiga) pelayanan yang meliputi pelayanan bedah mulut,
konservasi/endodonsi, dan orthodonti.
Pasal 27
Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b meliputi
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan
farmasi klinik.
Pasal 28
Pelayanan keperawatan dan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf c
meliputi asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.
Pasal 29
Pelayanan penunjang klinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf d meliputi
pelayanan bank darah, perawatan intensif untuk semua golongan umur dan jenis
penyakit, gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik.
Pasal 30
Pelayanan penunjang nonklinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf e
meliputi pelayanan laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas,
pengelolaan limbah, gudang, ambulans, sistem informasi dan komunikasi, pemulasaraan
jenazah, sistem penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik, dan pengelolaan air
bersih.
Pasal 31
Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf f harus dilengkapi
dengan fasilitas sebagai berikut:
a. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah;
b. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta;
c. jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari seluruh
tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.
Pasal 32
(1) Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas B terdiri atas:
a. tenaga medis;
b. tenaga kefarmasian;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kesehatan lain;
e. tenaga nonkesehatan.
(2) Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit terdiri atas:
a. 12 (dua belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b. 3 (tiga) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
c. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar;
d. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang;
e. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain;
f. 1 (satu) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik subspesialis; dan
g. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut.
45
(3) Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri
atas:
a. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
b. 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 8
(delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;
c. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan)
orang tenaga teknis kefarmasian;
d. 1 (satu) orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2 (dua)
orang tenaga teknis kefarmasian;
e. 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) orang
tenaga teknis kefarmasian;
f. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban
kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit; dan
g. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh
tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
Pasal 33
(1) Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1)
huruf c sama dengan jumlah tempat tidur pada instalasi rawat inap.
(2) Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
Pasal 34
Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d dan e disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
Rumah Sakit.
Pasal 35
(1) Peralatan Rumah Sakit Umum kelas B harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari peralatan
medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat
operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik,
farmasi,
instalasi gizi, dan kamar jenazah.
(3) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 36
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas C paling sedikit
meliputi:
a. pelayanan medik;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan dan kebidanan;
46
d. pelayanan penunjang klinik;
e. pelayanan penunjang nonklinik; dan
f. pelayanan rawat inap.
Pasal 37
(1) Pelayanan medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf a, paling sedikit terdiri
dari:
a. pelayanan gawat darurat;
b. pelayanan medik umum;
c. pelayanan medik spesialis dasar;
d. pelayanan medik spesialis penunjang;
e. pelayanan medik spesialis lain;
f. pelayanan medik subspesialis; dan
g. pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.
(2) Pelayanan gawat darurat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, harus
diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus menerus.
(3) Pelayanan medik umum, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi
pelayanan medik dasar, medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana.
(4) Pelayanan medik spesialis dasar, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi
pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi.
(5) Pelayanan medik spesialis penunjang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, dan patologi klinik.
(6) Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
g, paling sedikit berjumlah 1 (satu) pelayanan.
Pasal 38
Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf b meliputi
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan
farmasi klinik.
Pasal 39
Pelayanan keperawatan dan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf c
meliputi asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.
Pasal 40
Pelayanan penunjang klinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf d meliputi
pelayanan bank darah, perawatan intensif untuk semua golongan umur dan jenis
penyakit, gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik.
Pasal 41
Pelayanan penunjang nonklinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf e
meliputi pelayanan laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas,
pengelolaan limbah, gudang, ambulans, sistem informasi dan komunikasi, pemulasaraan
jenazah, sistem penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik, dan pengelolaan air
bersih.
Pasal 42
Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf f harus dilengkapi
dengan fasilitas sebagai berikut:
47
a. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah;
b. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta;
c. jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari seluruh tempat
tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.
Pasal 43
(1) Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas C terdiri atas:
a. tenaga medis;
b. tenaga kefarmasian;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kesehatan lain;
e. tenaga nonkesehatan.
(2) Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit terdiri atas:
a. 9 (sembilan) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b. 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
c. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medic spesialis dasar;
d. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medic spesialis penunjang; dan
e. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medic spesialis gigi mulut.
(3) Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri
atas:
a. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
b. 2 (dua) apoteker yang bertugas di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 4 (empat)
orang tenaga teknis kefarmasian;
c. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan)
orang tenaga teknis kefarmasian;
d. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan produksi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan
dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban
kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
Pasal 44
(1) Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1)
huruf c dihitung dengan perbandingan 2 (dua) perawat untuk 3 (tiga) tempat tidur.
(2) Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
Pasal 45
Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf d dan huruf e disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan Rumah Sakit.
Pasal 46
(1) Peralatan Rumah Sakit Umum kelas C harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari peralatan
medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat
operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi
medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.
48
(3) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 47
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas D paling sedikit
meliputi:
a. pelayanan medik;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan dan kebidanan;
d. pelayanan penunjang klinik;
e. pelayanan penunjang nonklinik; dan
f. pelayanan rawat inap.
Pasal 48
(1) Pelayanan Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf a, paling sedikit terdiri
dari:
a. pelayanan gawat darurat;
b. pelayanan medik umum;
c. pelayanan medik spesialis dasar; dan
d. pelayanan medik spesialis penunjang.
(2) Pelayanan gawat darurat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, harus
diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus menerus.
(3) Pelayanan medik umum, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi
pelayanan medik dasar, medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga
berencana.
(4) Pelayanan medik spesialis dasar, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, paling
sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar yang meliputi
pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan/atau obstetri dan ginekologi.
(5) Pelayanan medik spesialis penunjang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
meliputi pelayanan radiologi dan laboratorium.
Pasal 49
Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf b meliputi
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan
farmasi klinik.
Pasal 50
Pelayanan keperawatan dan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf c
meliputi asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.
Pasal 51
Pelayanan penunjang klinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf d meliputi
pelayanan darah, perawatan high care unit untuk semua golongan umur dan jenis penyakit,
gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik.
Pasal 52
Pelayanan penunjang nonklinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf e meliputi
pelayanan laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan
49
limbah, gudang, ambulans, sistem informasi dan komunikasi, pemulasaraan jenazah,
sistem penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik, dan pengelolaan air bersih.
Pasal 53
Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf f harus dilengkapi
dengan fasilitas sebagai berikut:
a. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah;
b. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta;
c. jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari seluruh tempat
tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.
Pasal 54
(1) Sumber daya manusia rumah sakit umum kelas D terdiri atas:
a. tenaga medis;
b. tenaga kefarmasian;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kesehatan lain;
e. tenaga nonkesehatan.
(2) Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit terdiri atas:
a. 4 (empat) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b. 1 (satu) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
c. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar.
(3) Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri
atas:
a. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
b. 1 (satu) apoteker yang bertugas di rawat inap dan rawat jalan yang dibantu oleh paling
sedikit 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian;
c. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan produksi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan
dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban
kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
Pasal 55
(1) Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1)
huruf c dihitung dengan perbandingan 2 (dua) perawat untuk 3 (tiga) tempat tidur.
(2) Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit.
Pasal 56
Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) huruf d dan huruf e disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan Rumah Sakit.
Pasal 57
(1) Peralatan Rumah Sakit Umum kelas D harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari peralatan
medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat
50
operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi
medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.
(3) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 58
(1) Rumah Sakit Umum kelas D pratama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 2
huruf b, didirikan dan diselenggarakan untuk menjamin ketersediaan dan
meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tingkat kedua.
(2) Rumah Sakit Umum kelas D pratama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
didirikan dan diselenggarakan di daerah tertinggal, perbatasan, atau kepulauan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Selain pada daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Rumah Sakit Umum kelas D
pratama dapat juga didirikan di kabupaten/kota, apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. belum tersedia Rumah Sakit di kabupaten/kota yang
bersangkutan;
b. Rumah Sakit yang telah beroperasi di kabupaten/kota yang
bersangkutan kapasitasnya belum mencukupi; atau
c. lokasi Rumah Sakit yang telah beroperasi sulit dijangkau secara
geografis oleh sebagian penduduk di kabupaten/kota yang bersangkutan.
(4) Ketentuan mengenai Rumah Sakit Umum kelas D pratama diatur dalam Peraturan
Menteri.
Pasal 18
(1) Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.
(2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan
Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak/Keluarga Berencana.
(4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (duan
puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.
(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat) jenis
pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak,
Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
(6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan Radiologi.
(7) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.
(8) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan High Care Unit, Pelayanan Darah,
Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik (9) Pelayanan Penunjang Non
51
Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan
Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi,
Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air
Bersih.
4. Pengorganisasian
Pasal 34
(1) Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan
keahlian di bidang perumahsakitan.
(2) Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus
berkewarganegaraan Indonesia.
(3) Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah Sakit.
Pasal 35
Pedoman organisasi Rumah Sakit ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
5. Instalasi
52
p. ruang dapur; s. taman;
q. laundry; t. pengolahan sampah; dan
r. kamar jenazah; u. pelataran parkir yang mencukupi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 11
(1) Prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dapat meliputi:
a. instalasi air; g. petunjuk, standar dan sarana evakuasi
b. instalasi mekanikal dan elektrikal; saat terjadi keadaan darurat;
c. instalasi gas medik; h. instalasi tata udara;
d. instalasi uap; i. sistem informasi dan komunikasi; dan
e. instalasi pengelolaan limbah; j. ambulan.
f. pencegahan dan penanggulangan
kebakaran;
(2) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar pelayanan,
keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit
(3) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dalam keadaan terpelihara dan
berfungsi dengan baik.
(4) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya.
(5) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.
- PERMENKES No. 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
Pasal 47
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas D paling sedikit meliputi:
a. pelayanan medik;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan dan kebidanan;
d. pelayanan penunjang klinik;
e. pelayanan penunjang nonklinik; dan
f.pelayanan rawat inap.
Pasal 48
1) Pelayanan Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf a, paling sedikit terdiri
dari:
a. pelayanan gawat darurat;
b. pelayanan medik umum;
c. pelayanan medik spesialis dasar; dan
d. pelayanan medik spesialis penunjang.
2) Pelayanan gawat darurat, sebagaimana dimaksud pada ayat 1) huruf a, harus
diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus menerus.
3) Pelayanan medik umum, sebagaimana dimaksud pada ayat 1) huruf b, meliputi
pelayanan medik dasar, medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana.
4) Pelayanan medik spesialis dasar, sebagaimana dimaksud pada ayat 1) huruf c, paling
sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar yang meliputi pelayanan
penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan/atau obstetri dan ginekologi.
53
5) Pelayanan medik spesialis penunjang, sebagaimana dimaksud pada ayat 1) huruf d,
meliputi pelayanan radiologi dan laboratorium.
Pasal 49
Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf b meliputi pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik.
Pasal 50
Pelayanan keperawatan dan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf c
meliputi asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.
Pasal 51
Pelayanan penunjang klinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf d meliputi
pelayanan darah, perawatan high care unit untuk semua golongan umur dan jenis penyakit,
gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik.
Pasal 57
(1)Peralatan Rumah Sakit Umum kelas D harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2)Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari peralatan medis
untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat operasi,
persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik, farmasi,
instalasi gizi, dan kamar jenazah.
6. Indikator Pencapaian RS
54
dimungkinkan karena perbedaan sosial budaya dan ekonomi setempat. Sebagai catatan
bahwa semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur
yang ada untuk perawatan pasien. Disisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin
sedikit tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang
telah disediakan. Jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan
ekonomi bagi pihak RS. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka perlu
adanya suatu nilai ideal yang menyeimbangkan kualitas medis, kepuasan pasien,
keselamatan pasien, dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak Rumah Sakit.
b) ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
ALOS menurut Huffman (1994) adalah ―The average hospitalization stay of
inpatient discharged during the period under consideration‖. ALOS menurut Depkes RI
(2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan
gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih
lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
c) TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada
kisaran 1-3 hari.
d) BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah ―…the net effect of changed in occupancy rate
and length of stay. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat
tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
e) GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar rumah sakit
f) NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk
tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di
rumah sakit.
Dari hasil rata-rata dari setiap indikator Rumah Sakit Pratama antara dari bulan
Januari - Mei sebagai berikut:
BOR 20,542 %
(%)
LOS ( 3.126 hari
hari)
55
TOI 12.214 hari
(hari)
BTO 1.964 kali
(Kali)
GDR (%) 7.968 %
NDR (%) 3.884
%
7. Sumber Keuangan
(1)Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan, serta Sarana dan Prasarana Penunjang Sub
bidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016 diberikan kepada daerah untuk
membantu mendanai kegiatan bidang kesehatan yang merupakan urusan daerah sesuai
dengan prioritas pembangunan kesehatan nasional tahun 2016.
(2)Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan, serta Sarana dan Prasarana Penunjang
Subbidang viii Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan,
serta Sarana dan Prasarana Penunjang Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran
2016 Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016.
(3)Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan, serta Sarana dan Prasarana Penunjang
Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar, pelayanan
kesehatan rujukan, dan pelayanan kefarmasian dalam rangka mendukung pelaksanaan
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016.
56
Tujuan Umum berdasarkan PERMENKES NO. 82 TAHUN 2015 pengadaan Dana Alokasi
untuk mendukung daerah dalam penyediaan dana pembangunan bidang kesehatan untuk
mencapai target prioritas nasional bidang kesehatan.
Sasaran menurut PERMENKES NO 82 TAHUN 2015
- Dinas Kesehatan provinsi/kabupaten/kota beserta seluruh UPT nya
- RSUD rujukan regional/provinsi/nasional
- Rumah Sakit Daerah
- Rumah Sakit kelas D Pratama
b. Cakupan Wilayah
• Luas Wilayah Kota Yogyakarata: 32.5 km2 (1% dari luas wilayah DIY)
57
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 32,5 km2. Terbagi menjadi 14 wilayah
kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya regosol dengan
formasi geologi batuan sedimen old andesit.
Secara administratif, Kota Yogyakarta berbatasan dengan :
- Sebelah utara : Kabupaten Sleman
• terbagi menjadi 14 Kecamatan,
- Sebelah timur salah satunya adalah
: Kabupaten Kecamatan
Bantul Mergangsan (lokasi
dan Sleman
bangunan UPT RS Pratama)
- Sebelah selatan : Kabupaten Bantul
- Sebelah barat : Kabupaten Bantul dan Sleman
Mlati
Sleman
Gamp ing
Sleman Depok
PEMERINTAH
Tega lre jo Sleman
KOTA YOGYAKARTA
DINAS KESEHATAN
Jetis
Go ndokusuman TAHUN 2013
Gedongtengen
Danurejan
U
Nga mpilan Pa ku alaman
Gondomanan
Wirobrajan
Sewon Banguntap an
Wilayah Kabupaten Bantul
Bantul Bantul
Terdapat 3 buah sungai yang mengalir dari utara ke selatan, yaitu :
- Sungai Gajah Wong yang mengalir di bagian timur kota
58
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil komuda ini, kami dapat simpulkan bahwa RS Pratama Yogyakarta
mempunyai sistem manajemen yang cukup baik, tetapi karena baru 1 tahun RS Pratama ini
berjalan jadi banyak hal yang perlu ditingkatkan terkait segala aspek yang berkaitan dengan
manajemen RS. Selain itu dilihat dari indikator pencapaian RS Pratama sendiri, masih
belum tercukupi dan untuk manajemen keuangan RS Pratama menggunakan sistem BLUD.
Untuk alur paisen baik IGD, Rawat Inap dan Rawat jalan sudah berjalan dengan baik dan
secara garis besar terkait Sarana dan Prasarana dari RS Pratama ini dikategorikan berkualitas
baik untuk tingkat RS tipe D.
B. Saran
Mungkin pihak rumah sakit lebih digencarkan lagi promosi dan sosialisasi kepada
masyarakat agar masyarakat tahu fungsi dari rumah sakit tipe D dan sebaiknya lebih
memperhatikan tentang fasilitas contohnya area parkir yang masih sangat terbatas untuk
pasien yang ingin berobat.
59
LAPORAN KOMUDA
RUMAH SAKIT PKU YOGYAKARTA
Disusun oleh :
Nanda Pratamastuti (20150340035)
Indah Lestari (20150340036)
Salsabila Khansa S. (20150340049)
Vianda Amalia (20150340048)
60
BAB I
HASIL OBSERVASI
61
Muhammadiyah Yogyakarta juga mengadakan kegiatan sosial seperti Program Operasi
Bibir Sumbing gratis, pengiriman relawan ke daerah yang terkena bencana alam,
membebaskan segala biaya pelayanan medis bagi masyarakat yang benar-benar tidak
mampu, misi kemanusiaan di GAZA, dll. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta memiliki
beberapa sistem diantaranya adalah Sistem Keuangan, Pelaporan, Sanitasi, Farmasis RS,
dan Pengelolaan Rekam Medis.
3. STRUKTUR ORGANISASI
62
63
4. INSTALANSI RUMAH SAKIT
• Klinik Umum
• Klinik Penyakit Dalam
• Klinik Penyakit Jantung
• Klinik Penyakit Syaraf
• Klinik Penyakit Jiwa
• Klinik Penyakit Mata
• Klinik Penyakit THT
• Klinik Penyakit Gigi
• Klinik Penyakit Kulit & Kelamin
• Klinik Penyakit Paru
• Klinik Rematologi
• Klinik Penyakit Anak
• Klinik Bedah Umum
• Klinik Bedah Tulang
• Klinik Bedah Urologi
• Klinik Bedah Syaraf
• Klinik Bedah Plastik/Thorax
• Klinik Bedah Gigi & Mulut
• Klinik Bedah Anak
• Klinik Bedah Digestif
• Klinik Obsgyn
• Klinik VCT HIV / AIDS
64
6. ALUR PASIEN RAWAT INAP
65
8. INDIKATOR PENCAPAIAN RUMAH SAKIT
Indikator merupakan variabel yang digunakan untuk menilai suatu perubahan, terutama
jika perubahan itu tidak dapat diukur. Bila memilih indikator , harus dipertimbangkan sejauh
mana indikator tersebut sah, bisa dipercaya, sensitive dan spesifik .
Indikator yang ideal menurut WHO mempunyai4 kriteria :
• Valid (sahih) yaitu indikator benar-benar dapat dipakai untuk mengukur hal-hal yang
akan diukur
• Reliable (dapat dipercaya) yaitu mampu menunjukan hasil yang sama meskipun
penilaian dilakukan secara berulang kali dan oleh orang yang berbeda
• Sensitif, yaitu peka untuk digunakan sebagai bahan pengukur
• Spesifik, yaitu indikator tersebut menunjukkan perubahan-perubahan hanya mengenai
keadaan atau fenomena yang dikhususkan baginya
Fungsi Indikator :
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit.
Macam-macam indikator
a. BOR (Bed Occupancy Ratio)
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase penggunaan tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit.
BOR menurut Huffman (1994) adalah the ratio of patient service days to inpatient bed
count days in a period under consideration•. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR
adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
66
b. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
AVLOS menurut Huffman (1994) adalah the average hospitalization stay of inpatient
discharged during the period under consideration•. AVLOS menurut Depkes RI (2005)
adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan
pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran
67
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada
kisaran 1-3 hari.
d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah …the net effect of changed in occupancy rate
and length of stay•. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat
tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
68
9. MANAJEMEN KEUANGAN
Direktur Diklat,
Umum, dan
Keuangan(DDUK)
Manager
Keuangan
Akuntansi Akuntansi
Bendahara Hutang Piutang
Manajemen Pembukuan
Tugas
Manager Keuangan
- Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan supervisi dibawahnya
Penetapan Biaya
- Unit yang menerima dan memproses dari proses akhir sebuah pelayanan
- Sebagai pintu pertama pendapatan, dimana keuntungan terbesar dari rumah sakit
adalah penjualan obat
Laporan Harian
- Prodak dari penetapan biaya
Hutang Piutang
- Lanjutan dari laporan harian penetapan biaya
- Piutang
Pendapatan yang belum didapatkan atau belum tertagih (tidak cash)
Contoh: Dana Claim BPJS
- Hutang
Kewajiban yang harus ditunaikan Rumah Sakit untuk menjaga keberlangsungan
Rumah Sakit
Contoh: obat, belanja dapur, sarana prasarana Rumah Sakit
Akuntansi Manajemen
69
- Membuat anggaran awal tahun untuk seluruh unit Rumah Sakit
- Mengelola anggaran yang sudah dirancangkan
- Memeriksa pengeluaran Rumah Sakit sudah sesuai dengan anggaran atau belum
Bendahara
- Membayarkan seluruh tagihan Rumah Sakit
- Memberitahukan kekayaan Rumah Sakit
- Melaporkan aliran kas
Akuntansi Pembukuan
- Menjadi fungsi terakhir untuk laporan keungan
- Mencatat/menjurnal seluruh laporan Keuangan
- Membuat laporan neraca untuk menggambarkan kondisi Rumah Sakit sebenarnya dari
sisi keungan
Laporan Akhir
- Terdiri dari laporan anggaran dan laporan keungan
- Dilaporkan setiap 3 bulan sekali
70
BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISA
C. Dasar Teori
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,
rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud, rumah sakit
mempunyai fungsi : a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis. c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan d.
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.
71
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil KOMUDA Blok 12 ini, kami dapat menyimpulkan bahwa sebagai Rumah
Sakit PKU tertua di Indonesia, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini memang
sudah sepantasnya memiliki fasilitas yang memadai, program-program yang inovatif
dan alur manajerial yang terstruktur dan terkelola dengan baik. Dengan sistem yang
terkelola baik tersebut, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta patut menjadi contoh
bagi Rumah Sakit PKU bahkan Rumah Sakit yang lain.
72
LAPORAN KOMUDA
KLINIK MEDICO DENTAL CENTER
Disusun oleh :
Dita Oka (20150340086)
Sri Dwi Mutya (20150340088)
Rianda Islami (20150340089)
74
BAB II
Pembahasan
75
2. Status kepemilikan tanah (bukan milik pribadi)
5. Pembiayaan
Pembiayaan di Medico Dental Center digunakan untuk modal dental unit, gaji
awal, alat bahan, dan sarana prasarana. BEP (Break Even Point) Medico Dental Center
yaitu selama 1 tahun karena banyaknya dokter gigi spesialis.
Standar gaji non medis antara lain diatas UMR wilayah setempat, biaya
transport.
Untuk pembagian jasa medis tergantung dari tindakan yang dilakukan atau Fee
For Service, contohnya bahan medis yang dibutuhkan lebih besar (orthodonsi,
Endodontik) maka pembagiannya yaitu 60% untuk alat dan bahan, dan 40% untuk jasa
medis.
b. Alur Pasien
Untuk pasien awalnya, pasien dapat datang langsung ke klinik untuk mendaftar,
kemudian mengisi data RM di Front Office. Setelah pasien tersebut dapat menunggu
hingga perawat memanggil pasien tersebut. Kemudian pasien menuju ruang
pemeriksaan yang diarahkan oleh perawat. Setelah dilakukan tindakan, pasien dapat
membayar di Front Office. Apabila ada pasien emergency, pasien tersebut dapat
didahulukan daripada pasien yang telah membuat janji sebelumnya.
76
Disposable atau alat yang sekali pakai, menggunakan Double Handscoon, Clemek
untuk pasien dan apabila kurang dapat ditambah dengan handuk.
8. Manajemen Kunjungan
Kunjungan pada pasien pada Klinik Medico Dental Center dapat melalui beberapa
media, yakni melalui Website, Email, WhatsApp Messenger, dan juga Via Front Office.
Media-media ini digunakan untuk membuat janji kunjungan / Appointment.
77
BAB III
Kesimpulan dan Saran
78