Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN KOMUDA

PUSKESMAS DANUREJAN 1

Disusun oleh :
Nanda Pratamastuti (20150340035)
Indah Lestari (20150340036)
Salsabila Khansa S. (20150340049)
Vianda Amalia (20150340048)
Rifal Ashadi (20150340062)
Ilham Nugraha Syaputra (20150340080)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
1
BAB I
HASIL OBSERVASI

Data Umum :
Tempat : Puskesmas Danurejan 1
Alamat : Jl. Bausasran Danurejan
Buka : 07.30 WIB
Tutup Pendaftaran : 12.00 WIB
Jumlah Pasien Per hari : ± 100 orang
Jumlah Pegawai :
 Fungsional : 22 orang
Pegawai puskesmas yang berhubungan langsung dengan pasien atau pemberi
jasa medik. Terdiri dari tenaga medis dokter umum, dokter gigi dan tenaga kesehatan
lainnya seperti perawat, perawat gigi, bidan, gizi, apoteker, dll
 Non fungsional : 20 orang
Pegawai non fungsional adalah pegawai puskesmas yang tidak terlibat secara
langsung dengan pasien, memiliki tugas membantu dan mengatur segala kebutuhan
puskesmas. Contoh dari pegawai non fungsional adalah kepala tata usaha, kepegawaian,
cleaning service, dll.

2
A. Struktur organisasi

B. Instalasi puskesmas
1. Poli umum
2. Poli gigi
3. Poli KIA/KB
4. Poli gizi
5. Farmasi
6. Laboratorium Kesehatan
7. Pendaftaran
8. Rekam Medik
9. Ruang Administrasi
10. Ruang Kepala Puskesmas

C. Alur rawat jalan


1. Alur pasien dengan BPJS
Pasien baru ataupun lama datang ke puskesmas kemudian mengambil nomor
antrian. Kemudian di panggil oleh petugas pendaftaran menuju ke loket. Setelah itu jika
pasien tersebut pasien baru maka sebelumnya harus mengisi data diri secara lengkap.
Pada pasien lama yang sudah terdaftar di puskesmas tidak perlu mendaftar ulang lagi.
Setelah itu pasien ke loket selanjutnya, dikarenakan pasien memiliki BPJS maka pasien
tidak perlu untuk membayar biaya pengobatan yang akan dilakukan. Setelah itu pasien
langsung menuju ke ruangan dokter jika ingin konsultasi kepada dokter.
3
2. Alur pasien tanpa BPJS
Pasien baru ataupun lama datang ke puskesmas kemudian mengambil nomor
antrian. Kemudian di panggil oleh petugas pendaftaran menuju ke loket. Setelah itu jika
pasien tersebut pasien baru maka sebelumnya harus mengisi data diri secara lengkap.
Pada pasien lama yang sudah terdaftar di puskesmas tidak perlu mendaftar ulang lagi.
Pada kasus ini pasien tidak memiliki BPJS, setelah itu pasien menuju loket selanjutnya
untuk membayar berapa biaya yang harus dibayarkan oleh pasien tersebut. Pasien
menunggu dipanggil sesuai dengan layanan yang diinginkan.
3. Alur pasien dengan Askes
Jika pasien tersebut memiliki askes tetapi askesnya tersebut berasal dari daerah
yang lain/luar daerah maka dalam kondisi darurat askes tersebut bisa digunakan tetapi
memiliki batas maksimal periksa ke puskesmas tersebut sebanyak 3 kali pemeriksaan.
Setelah 3 hari pasien tersebut bisa pindah ke puskesmas lain.

D. Alur rawat inap


Pada puskesmas Danurejan 1 tidak menyediakan layanan rawat inap.

E. Alur manajerial
Untuk alur manajerial sama dengan struktur organisasi.

F. Sistem pelaporan puskesmas


1) Poli Umum
- Rekam medik pasien ditulis menggunakan sistem elektronik dan manual.
- Pelaporan menggunakan SIMPUS dan PIKAR. SIMPUS merupakan sistem pelaporan
internal puskesmas dan hanya dapat diakses di puskesmas danurejan 1 kemudian setiap
1 bulan dilaporkan ke dinas kesehatan, sedangkan PIKAR merupakan sistem pelaporan
puskesmas yang langsung ke pemerintah atau bagian pengelola BPJS nasional.
2) Poli gigi
Sistem pelaporan pada poli gigi menggunakan sistem online dan pengumpulannya
langsung ke pusat yaitu dinas kesehatan. Pelaporan terdiri dari pelaporan bulanan,
semesteran, dan tahunan. Pelaporan berisi tentang jumlah kunjungan pasien, kasus-
kasus, dan cara pembayaran pasien (Menggunakan BPJS atau tidak)

3) Farmasi
Pelaporan dilakukan setiap bulan, dimana terdapat 3 macam laporam yaitu :
- LPLPO -> Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) merupakan
suatu pngelolahan terhadap obat yang pemakian, distribusi, tingkatan stok, kebutuhan
obat dibatasi dengan tujuan agar pemakaian yang ada dapat terkendali dengan baik.
POR (Penggunaan Obat Rasional) -> Penggunaan Obat Rasional adalah apabila pasien
menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai
dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang sesuai dan dengan biaya yang terjangkau
oleh dirinya dan kebanyakan masyarakat.

Mengontrol 3 penyakit untuk POR :


>Mialgia

4
>ISPA
>Diare

Laporan Ketersediaan Obat -> Masing-masing obat dihitung yang tersedia ada
berapa persen, ada yang kosong atau tidak. Laporan ini hanya untuk perantauan
ketersediaan obat karena penyebab kekosongan obat itu bermacam-macam, bisa dari
Dinkes, atau penyedia obatnya.

4) Poli gizi
Pada poli gizi terdapat rekam medis yang berbeda dengan poli umum. Surat
pertanggung jawaban diajukan ke dinas kesehatan dibuat maksimal 2 minggu setelah
kegiatan tersebut dilakukan. Terdapat pula pelaporan biasanya setiap tanggal 5/bulan
kepada dinas kesehatan . contoh pelporan ini berupa perkembangan anak.
5) Laboratorium
LPLPR (Laporan Penggunaan dan Lembar Permintaan Reagen) => Seperti LPLPO
namun yang diolah adalah reagen. LPLPR adalah suatu pengelolaan terhadap reagen
yang pemakaian , dstribusi, tingkatan stok, kebutuhan reagen, dibatasidengan tujuan
agar pemakaian yang ada dapat terkendali dengan baik.
6) Poli KIA/KB
Hal-hal yang dilaporkan yaitu pemantauan ibu hamil, ibu melahirkan dan kesehatan
bayi di wilayah setempat, accpetor KB, keberhasilan, efek samping, kegagalan dan
komplikasi program KB dan pelaporan untuk program upaya kesehatan yang dilakukan
yaitu Posyandu dan pembinaan Kader tadi. Pada poli KIA dan KB di Puskesmas
Danurejan I ini belum melayani proses persalinan, namun harapan dari ibu bidan terkait
dan juga sudah ada rencana dari pemerintah bahwa seluruh Puskesmas di Kota
Yogyakarta akan menyediakan pelayanan untuk persalinan secara normal tanpa
hambatan yang berarti.

G. Manajemen keuangan
Sumber dana :
 SPBN
Berasal dari APBN dan APBD.
 BOK (Bantuan Operasional Kesehatan)
BOK merupakan dana non gaji untuk puskesmas yang digunakan dalam kegiatan
promotif dan preventif.
 UKP
Dana yang berasal dari pasien non subsidi pemerintah, pasien yang KTPnya bukan
Jogja.

H. Program Kerja
1. Pelayanan kesehatan di dalam gedung

5
a) Poli umum
Pelayanan kesehatan dalam gedung bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat setempat. Pelayanan kesehatan ini ditujukan untuk
masyarakat yang berkunjung ke puskesmas. Contoh dari kegiatan dalam gedung ini
meliputi pemberantasan penyakit menular, pelayanan pasien rawat jalan, dll.
b) Poli gigi
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan gigi dan mulut masyarakat sekitar Puskesmas Danurejan 1. Pelayanan
yang dilakukan di dalam gedung meliputi tindakan pencabutan, penumpatan gigi
berlubang, TAF untuk anak, dll.
c) Poli KIA/KB
Pelayanan-pelayanan yang tersedia pada poli ini antara lain adalah pada hari Senin
dan Selasa melayani ANC (Antenatal Care) yaitu pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar. Kemudian pada hari Rabu melayani imunisasi pada anak-
anak, dan hari Kamis melayani program KB dimana program KB ini yang menjadi
pelayanan dengan kunjungan terbanyak. Rata-rata dari jumlah pasien di Poli ini
setiap harinya berkisar antara 15-20 orang.
d) Pelayanan konsultasi gizi
Puskesmas Danurejan memiliki sebuah poli gizi yang terletak di lantai dua. Pada
poli gigi tersebut terdapat 2 petugas dengan latar belakang menguasai ilmu gizi.
Pasien yang berkunjung ke poli gizi terdapat dua jenis. Pertama, pasien dengan
rujukan harus melalui alur pendaftaran kemudian datang ke poli umum kemudian
di rujuk ke poli gizi untuk melakukan konsultasi. Kasus rujukan contohnya pasien
penderita hipertensi, diabetes mellitus, berat badan lahir rendah. Kedua, pasien dari
luar yang sudah membawa hasil laboratorium tetap harus melalui alur pendaftaran
kemudian bisa langsung ke bagian poli gizi untuk mengkonsultasikan hasil
laboratorium pasien tersebut.

2. Pelayanan kesehatan di luar gedung atau di masyarakat


a) Promosi kesehatan mengenai :
1) Sosialisasi PHBS dan pembentukan kader
2) Kelurahan Siaga (KESI)
Kegiatan KESI merupakan kegiatan pengumpulan data penting seperti
pencacatan golongan darah. Pencatatan golongan darah dapat dimanfaatkan
ketika ada seorang yang butuh darah secara urgent, pihak puskesmas dapat segera
menghubungi pendonor yang cocok dengan melihat data golongan darah warga.
Sumber dana KESI berasal dari keluarahan itu sendiri dan puskesmas hanya
sebagai fasilitator.
3) Pendampingan UKS

6
UKS merupakan unit kesehatan yang terletak di sekolah, UKS sendiri memiliki
tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak sesuai tumbuh kembang,
usaha promotif dan preventif pencegahan penyakit, serta usaha penanaman
kesadaran diri tentang kesehatan. Pendampingan UKS di SD Tegal Panggung, SD
Lempuyangan, dan SD Widara.
4) Promosi kesehatan di tempat umum
contoh : pemutaran CD mengenai kesehatan di masjid ataupun KUA.
5) Posbindu
6) Posyandu
Untuk Posyandu sendiri meliputi kegiatan-kegiatan berupa penyuluhan,
pembinaan, pemantauan tumbuh kembang balita dan pemberian makanan
tambahan bagi balita.Diadakan setiap 1 bulan sekali di 16 RW, saat kegiatan
posyandu diadakan skreening kesehatan bagi balita dan anak-anak. Apabila ada
balita dan anak-anak yang mengalami penanganan lebih lanjut dapat dirujuk ke
puskesmas.
7) KTR (Kawasan Tanpa Rokok)
b) Pemeliharaan kesehatan lingkungan :
1) Pengawasan jamban sehat dan air minum
2) Pengawasan hotel (tempat umum) di sekitar Puskesmas
3) Pengawasan TPO (tempat pengolahan pangan)
c) UKGS (Unit Kesehatan Gigi Sekolah)
Program yang berbarengan dengan program UKS. Tim UKGS ini terdiri dari
koass, dokter gigi, perawat gigi, dokter umum, perawat, bidan, dan laboran.

Kegiatan:
- Screening
Dilakukan setiap awal ajaran baru. Kasus yang ditemukaan saat screening akan
ditindaklanjuti di puskesmas. Screening ini terdiri dari screening gigi, mata, dan
juga telinga.

- Sikat gigi bersama


Dilakukan setiap setahun 2 kali

- Penyuluhan kesehatan gigi


Dilakukan setahun 1 kali

- TAF (Topical Aplikasi Fluor)


Dilakukan setahun 1 kali

- Imunisasi

d) UKGMD (Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat Desa)

7
Kegiatan UKGMD dilkasanakan berbarengan dengan kegiatan posyandu
lansia ataupun balita, sehingga kegiatan ini bisa dilaksanakan sebulan sekali atau
selapan sekali.

Kegiatan:
- Penyuluhan kesehatan
- Pelatihan kader

e) Bagian Farmasi
Program Unggulan -> KENARI (Kenali Obat Sendiri)
- Melakukan Kaderisasi yang terdiri dari 10 org warga
- Melakukan pelatihan pada kader
- Melakukam penyuluhan kepada Warga ttg memilih dan menggunakan obat
dengam benar dan bijak
- Kader menjadi tempat pertama untuk konsultasi warga ttg obat
- Program Kenari ini sudah berjalan sejak tahun 2014 di RW 14 kel. Tegal
Panggung

f) Peningkatan gizi masyarakat setempat


Program yang dilakukan oleh petugas di poli gizi sangat banyak. Petugas yang
melakukan program terdapat tim yang meliputi dokter, perawat, ahli gizi, badan
pegawai, dan petugas tata usaha. kegiatan di dalam gedung meliputi kosultasi gizi di
dalam poli gizi. Kemudian untuk kegiatan di luar gedung meliputi :
 Posyandu : dilakukan setiap bulan sekali di 16 posyandu yang tersebar di 16
RW . kegiatan di dalam posyandu meliputi pemberian vitamin, pemberian
makanan tambahan untuk gizi yang kurang baik 7 gizi yang buruk.
 Promosi Kesehatan
 Penyuluhan
 Kadarsi : kaderisasi yaitu kader diberikan pengetahuan dan diharapkan kader
tersebut bisa menyampaikan kepada warga anggota di wilayahnya. Pertemuan
kader biasanya dilakukan setiap sebulan sekali. Kadarsi meliputi :
a. Sosialisasi gaya hidup
b. Sosialisasi anemia untuk wanita pelajar SMP/ SMA
c. Sosialisasi ibu hamil + asi eksklisif
d. Kadarsi yodium
e. Pemberian vitamin A: untuk ibu nifas & balita yang diberikan pada bulan
Februari dan Agustus
f. Motivasi KPIbu( kelompok Pendukung Ibu)
g. Kader pendamping bayi bermasalah
h. Lomba BADUTA (Bayi Dua Tahun)
i. Refresing Kader : kesiatannnya berupa perekrutan kader dan seperti
outbond
 Pertemuan Tim Pangan Gizi : membahas mengenai masalah gizi dilakukan
oleh lintas sektor dari kecamatan, polsek, koramil dll yang dilakukan setiap
setahun sekali.

I. Pengelolaan Limbah
- Limbah cair : diserahkan ke dinas kesehatan kemudian dibuang ke RS Pratama.

8
- Limbah padat : bekerjasama dengan PT Jasa Prima Perkasa, setiap 2 minggu sekali
limbah diambil oleh pihak PT Jasa Prima Perkasa.
- Limbah Farmasi : obat expired dikumpulkan dan kemudian diserahkan atau
dikembalikan ke Dinas Kesehatan.

9
BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. Landasan Teori
1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
a. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD),
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung
tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan
di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan
puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
d. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi
apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka
tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas
tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

2. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat
adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni:
a. Lingkungan sehat
b. Perilaku sehat
c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

10
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi
pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang
harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat.
3. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.
Misi tersebut adalah:
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yakni
pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-
tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui
peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan
masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan
efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
berserta
lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di
wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan
teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.

4. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat
tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

5. Fungsi
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di
samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk

11
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut
menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:
d. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private
goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap.
e. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public
goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya.

B. Analisis Puskesmas Danurejan 1


1. Profil Puskesmas
Wilayah kerja Puskesmas Danurejan I adalah hanya 1 (satu) kelurahan saja, yaitu
Kelurahan Tegal Panggung di mana dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut
 Sebelah Utara : Kelurahan Kota Baru Kcamatan Gondokusuman
 Sebelah Timur : Kelurahan Bausasran Kecamatan Danurejan
 Sebelah Selatan : Kelurahan Purwokinanti Kecamatan Pakualaman
 Sebelah Barat : Kelurahan Suryatmajan Kecamatan Danurejan
Wilayah Kelurahan Tegal Panggung dibagi menjadi 16 RW dan 66 RT dengan
kondisi geografis, sebagai berikut:
a) Ketinggalan tanah dari permukaan laut : 114 M
b) Banyaknya curah hujan : 2000-3000 mm/th
c) Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : Dataran rendah
d) Suhu udara rata-rata : 30°
Luas wilayah kerja Puskesmas Danurejan I : 30 Ha

12
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin ( tahun 2016 )
-Laki-laki : 4.843 Jiwa
-Perempuan : 4.811 Jiwa
Jumlah : 10.645 Jiwa
Kepadatan penduduk ( tahun 2016 )
Kelurahan Tegal Panggung dengan luas wilayah 30 Ha dan jumlah penduduk
jika. Jadi kepadatan penduduk kelurahan tegal panggung :
10645
= 304 Jiwa/Ha
35

a. Visi : Menjadi Puskesmas yang Mampu Memberikan Pelayanan Kesehatan


Dasar Bermutu, Merata dan Terjangkau
b. Misi
c. Motto : Mewujudkan Masyarakat Sehat yang Mandiri

2. Pembahasan
Analisis dan pembahasan mengenai menejemen Puskesmas Danurejan 1 dibandingkan
dengan Kepmenkes NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004.
a. Struktur organisasi

Struktur organisasi menurut Kepmenkes NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004 :


a. Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala Puskesmas dalam
pengelolaan:
􀂃 Data dan informasi
􀂃 Perencanaan dan penilaian
􀂃 Keuangan
􀂃 Umum dan pengawasan .
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas
􀂃 Upaya kesehatn masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
􀂃 Upaya kesehatan perorangan
13
d. Jaringan pelayanan puskesmas
􀂃 Unit puskesmas pembantu
􀂃 Unit puskesmas keliling
􀂃 Unit bidan di desa/komunitas

1. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi puskesmas disesuaikan
dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing unit puskesmas. Khusus untuk
Kepala Puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang
kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.
2. Eselon Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan kesehatan di tingkat
kecamatan. Sesuai dengan tanggungjawab tersebut dan besarnya peran Kepala
Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan,
maka jabatan Kepala Puskesmas setingkat dengan eselon III-B.

Pembahasan

Tabel di atas berisi tentang susunan organisasi Puskesmas Danurejan 1, jika


dibandingakan dengan struktur organisasi pada Kepmenkes NOMOR
128/MENKES/SK/II/2004 sudah sesuai, hanya saja pada struktur organisasi puskesmas
Danurejan 1 lebih lengkap pada Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas. Pada
Puskesmas Danurejan 1 Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas terdapat upaya
penunjang yang terdiri dari Laboratorium, farmasi, dan konsultasi.

b. Program kerja atau upaya


Kepmenkes NOMOR
Puskesmas Danurejan 1 128/MENKES/SK/II/2004
A. Upaya Kesehatan Wajib A. Upaya Kesehatan Wajib
o Upaya Promosi  Upaya Promosi Kesehatan
Kesehatan  Upaya Kesehatan Lingkungan
o Upaya P2M  Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
o Upaya PTM serta Keluarga Berencana
o Upaya Pencegahan  Upaya Perbaikan Gizi
penyakit TBC  Upaya Pencegahan dan
o Upaya Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
ISPA, DIARE  Upaya Pengobatan
o Upaya Pencegahan
DBD
o Upaya Imunisasi
o Upaya Surveilans
o Upaya Poli Gigi
o Upaya Pengobatan
Poli Umum

14
o Upaya Kesehatan
Lingkungan
o Upaya Kesehatan
KIA
o Upaya Perbaikan
Gizi

B. Upaya Kesehatan Pengembangan B. Upaya Kesehatan Pengembangan


o Upaya Kesehatan Sekolah o Upaya Kesehatan Sekolah
o Upaya Kesehatan Olah Raga o Upaya Kesehatan Olah Raga
o Upaya Kesehatan Lansia o Upaya Perawatan Kesehatan
o Upaya Kesehatan Jiwa Masyarakat
o Upaya PKPR o Upaya Kesehatan Kerja
o Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut o Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
o Upaya Kesehatan Jiwa
o Upaya Kesehatan Mata
o Upaya Kesehatan Usia Lanjut
o Upaya Pembinaan Pengobatan
Tradisional

C. Upaya Kesehatan Penunjang -


o Upaya Laboratorium
o Upaya Farmasi
o Upaya Konsultasi
(Gizi, Kesling,
Berhenti Merokok)

Pembahasan
Upaya Kesehatan dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
setempat. Tabel di atas menunjukkan upaya kesehatan Puskesmas Danurejan 1 dan
Upaya Kesehatan menurut Kepmenkes NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004,
berdasarkan tabel terdapat perbedaan upaya kesehatan Puskesmas Danurejan 1 dengan
Kepmenkes NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004. Pada Puskesmas Danurejan 1
terdapat upaya kesehatan penunjang yang terdiri dari Laboratorium, Farmasi, dan
Konsultasi, sedangkan pada Kepmenkes NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004 tidak
terdapat upaya tersebut. Selain itu, pada upaya kesehatan pengembangan menurut
Kepmenkes NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004 lebih banyak atau lengkap
dibandingkan dengan upaya kesehatan Puskesmas Danurejan 1.

c. Sumber Dana
Kepmenkes NOMOR
Puskesmas Danurejan 1 128/MENKES/SK/II/2004.
 SPBN  Pemerintah

15
Berasal dari APBN dan APBD.  Pendapatan Puskesmas
 PT ASKES yang peruntukkannya
 BOK (Bantuan
sebagai imbal jasa pelayanan
Operasional Kesehatan)
yang diberikan kepada para
BOK merupakan dana non gaji peserta ASKES. Dana tersebut
untuk puskesmas yang digunakan dibagikan kepada para pelaksana
dalam kegiatan promotif dan sesuai dengan ketentuan yang
preventif. berlaku.
 UKP  PT (Persero) Jamsostek yang
peruntukannya juga sebagai
Dana yang berasal dari pasien non imbal jasa pelayanan kesehatan
subsidi pemerintah, pasien yang yang diberikan kepada peserta
KTPnya bukan Jogja.
Jamsostek. Dana tersebut juga
dibagikan kepada para pelaksana
sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
 JPSBK/PKPSBBM Untuk
membantu masyarakat miskin,
pemerintah mengeluarkan
dana secara langsung ke
puskesmas. Pengelolaan dana ini
mengacu pada pedoman
yang telah ditetapkan.

16
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan
Puskesmas Danurejan 1 sebagai Puskesmas yang sudah berdiri cukup lama, sistem yang
digunakan kurang lebih sudah hampir sama dengan sistem yang tercantum di Kepmenkes
NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004.
Dengan system yang terkelola baik tersebut, Puskesmas Danurejan I sudah memenuhi
kebutuhan masyarakat dengan baik.

17
LAPORAN KOMUDA
PUSKESMAS DANUREJAN 2

Disusun oleh :
Latifa Wahyudi Putri (20150340021)
Dima Salsabila (20150340022)
Dewanti Larasinta (20150340081)
Dita Oka (20150340086)
Desgentias Roid Hazazi (20150340087)
Sri Dwi Mutya (20150340088)
Rianda Islami (20150340089)
Renaldi Wicaksono (20150340119)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Landasan teori
Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di
samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas
merupakan suatu unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja
(Effendi, 2009).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang
menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan),
promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitative (pemulihan kesehatan).
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis
kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia
(Effendi, 2009)
Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu : pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya
menggerakan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sector termasuk
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan
melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan
diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas bertanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab
puskesmas meliputi :
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (privat goods)
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut
adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. Pelayanan
kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan
utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat disebut
antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa
masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Sumber pembiayaan upaya pelayanan kesehatan antara lain :
1. Sepenuhnya bersumber dari Pemerintah
2. Sebagian ditanggung masyarakat
3. Sepenuhnya ditanggung oleh pihak ketiga baik itu swasta maupun bantuan luar negeri.

19
Limbah rumah sakit serta Puskesmas dianggap sebagai mata rantai penyebaran
penyakit menular. Limbah bisa menjadi tempat tertimbunnya organisme penyakit dan menjadi
sarang serangga juga tikus. Disamping itu di dalam sampah juga mengandung berbagai bahan
kimia beracun dan benda-benda tajam yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan
cidera. Partikel debu dalam limbah dapat menimbulkan pencemaran udara yang akan
menyebarkan kuman penyakit dan mengkontaminasi peralatan medis dan makanan (Depkes RI,
1997). Limbah rumah sakit serta Puskesmas dapat dibedakan menjadi limbah non medis dan
limbah medis.
Limbah non medis mempunyai karakteristik seperti limbah yang ditimbulkan oleh
lingkungan rumah tangga dan lingkungan masyarakat pada umumnya (Adikoesoemo, 1997).
Limbah non medis ini di lingkungan rumah sakit serta Puskesmas dapat berasal dari kantor/
administrasi, unit pelayanan, unit gizi/ dapur dan halaman (Depkes RI, 1997).
Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi,
farmasi atau yang sejenis, penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang
menggunakan bahan-bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau bisa membahayakan,
kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu (Adisasmito, 2007).
Pengelolaan yang tepat untuk pengelolaan limbah medis di unit-unit pelayanan
kesehatan selain tergantung pada administrasi dan organisasi yang baik, juga memerlukan
kebijakan dan pendanaan yang memadai dan sekaligus partisipasi aktif dari semua pihak yang
ada di unit pelayanan tersebut, misalnya dengan membentuk Tim Pengelolaan Limbah untuk
menyusun rencana pengelolaan limbah secara terstruktur , sistematis dan intensif

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur organisasi di Puskesmas Danurejan II?
2. Apa saja instalasi yang ada di Puskesmas Danurejan II?
3. Bagaimana alur pendaftaran dan perawatan pasien di Puskesmas Danurejan II?
4. Bagaimana manajemen keuangan di Puskesmas Danurejan II?
5. Bagaimana pembuangan limbah di Puskesmas Danurejan II?
6. Apa saja program-program yang ada Puskesmas Danurejan II?

C. Tujuan
1. Mengetahui struktur organisasi di Puskesmas Danurejan II.
2. Mengetahui instalasi yang terdapat di Puskesmas Danurejan II.
3. Mengetahui alur pendaftaran dan perawatan pasien di Puskesmas Danurejan II.
4. Mengetahui manajemen keuangan di Puskesmas Danurejan II.
5. Mengetahui cara pembuangan limbah di Puskesmas Danurejan II.
6. Mengetahui apa saja program yang ada di Puskesmas Danurejan II.

D. Profil puskesmas

20
a. Struktur Organisasi

b. Visi dan Misi:


- Visi
Terwujudnya Danurejan Sehat Melalui Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan
yang Optimal
- Misi
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan yaitu mengupayakan agar
pelaksanaan pembangunan mengacu, berorientasi dan memperhatikan faktor
kesehatan sebagai pertimbangan utama.
2. Memberdayakan serta mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga dalam
pembangunan kesehatan dengan mengupayakan agar perilaku hidup bersih dan
sehat menjadi kebutuhan masyarakat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu, merata, dan
terjangkau.

E. Wilayah kerja :
Secara administratif, wilayah kerja Puskesmas Danurejan II Yogyakarta berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Jetis dan Kecamatan Gondokusuman
b. Sebelah Selatan : Kelurahan Tegal Panggung wilayah kerja Puskesmas Danurejan I dan
Kecamatan Pakualaman

21
c. Sebelah Barat : Kecamatan Gedongtengen
d. Sebelah Timur : Kecamatan Gondokusuman
Jarak masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Danurejan II Yogyakarta untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan puskesmas ratarata 2 km, sedangkan jarak rata-rata ke Puskesmas di kota
Yogyakarta kira–kira 3 km

22
BAB II
ISI

A. ALUR PENDAFTARAN DAN KEUANGAN


Alur Rawat Jalan
Ada 2 bagian pendaftaran yaitu untuk pasien infeksius (poli umum dan poli gigi) dan
noninfeksius (KIA, KB, imunisasi, konsultasi, gizi). Pasien baru maupun lama datang ke
tempat pendaftaran, untuk mendapatkan nomor antrian pendaftaran. Setelah nomornya
antriannya dipanggil, pasien menunjukkan identitas dan kartu BPJS kemudian petugas
memasukkan data pasien . Pasien diberi nomor antrian pelayanan untuk dilakukan
pemeriksaan awal.
Untuk pasien non BPJS, pasien datang ke tempat pendaftaran untuk mendapatkan
nomor antrian pendaftaran, lalu menunjukkan identitas pasien. Petugas akan menginput
data pasien. Setelah itu pasien membayar di kasir yang ruangannya menjadi satu dengan
ruang pendaftaran. Pasien akan diberi nomor antrian pelayanan untuk dilakukan
pemeriksaan awal.
Pasien dengan pemeriksaan gigi(poli gigi), pemeriksaan awal dilakukan di dalam poli
gigi. Untuk pasien dengan pemeriksaan umum(poli umum), pemeriksaan awal dilakukan
di tempat sebelah ruang pendaftaran.
Jadi, intinya sistem pembiayaan di puskesmas Danurejan II menggunakan sistem bayar
dimuka, tapi kalau ada tambahan biaya (misal : obat), pasien dapat kembali ke loket dulu
untuk membayar, baru bisa mengambil obat yang telah diresepkan.
Untuk kendalanya sendiri, yaitu penyimpanan rekam medis di puskesmas Danurejan II
masih manual, sehingga dapat menghambat dalam mencari rekam medis, dan tidak
menutup kemungkinan rekam medis tidak ketemu. Kalau hal ini terjadi, petugas membuat
rekam medis sementara, dan akan dicari lagi sampai ketemu. Kalau sudah ketemu, rekam
medis sementara digabungkan ke dalam rekam medis yang asli. Kendala lain juga
disebabkan karena penyimpanan rekam medis yang digunakan masih manual, sehingga
apabila pasien yang datang sedang ramai-ramainya, hal ini akan membuat petugas rekam
medis keteteran pastinya.
Manajemen Keuangan
a. Pendapatan
Sumber dana Puskesmas Danurejan 2 terdiri dari :
- APBD
Dalam bentuk uang persediaan yang tujuannya untuk pembiayaan UKM (Upaya
Kesehatan Masyarakat). Sumber pendapatan dari APBD yaitu dari dinas, yaitu dari
uang pajak misalnya.
- BLUD (Badan Layanan Umum Daerah)

23
Sumber dana BLUD dari puskesmas itu sendiri. Puskesmas akan mengelola
sendiri keuangannya, tanpa memiliki ketergantungan operasional ke Pemerintah
Daerah (Pemda). Dana BLUD tujuannya untuk pembiayaan UKP (Upaya
Kesehatan Perorangan). Selain itu, dana BLUD juga digunakan untuk membeli
bahan-bahan yang diperlukan di Puskesmas
- APBN
Dalam bentuk dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan). BOK adalah
bantuan pemerintah kepada pemerintah daerah dalam melaksanakan SPM.
BOK yang diberikan untuk puskesmas Danurejan II yaitu sebanyak Rp.
300.000.000.
b. Kendala
Untuk kendala nya sendiri, kendala yang masih dirasakan oleh puskesmas Danurejan
II yaitu uang dari pemerintah yang turunnya agak lama. Sehingga sedikit menghambat
dalam membeli alat-alat kesehatan yang menggunakan dana dari pemerintah

B. KESEHATAN LINGKUNGAN
HS & RKM atau yang dikenal dengan Kesehatan Lingkungan (KesLing) memiliki tugas,
diantaranya dalam menangani limbah medis, yang cair maupun padat. Untuk limbah cair,
pertama-tama ditampung di tempat penampungan khusus yang letaknya agak jauh dari
puskesmas yang kemudian akan dibuang di penampungan sendiri. Kemudian, untuk yang
limbah padat, pertama-tama ditampung di TPS yang berada tidak jauh di puskesmas
Danurajen II, yaitu di belakangnya. Setelah itu diserahkan ke pihak ke 3 yang bertanggung
jawab dalam mengatasi limbah padat di puskesmas, karena dipuskesmas Danurajen II tidak
memiliki alat untuk memusnahkan limbah padat yaitu Insinerator. Program dari HS & RKM
yakni mengambil sample air dari mall, restoran atau tempat makan maupun rumah dan
memeriksanya apakah kandungan di air tersebut sudah sesuai. Kalau didapatkan kasus
kandungan air tidak sesuai misalnya di mall, pihak dari Puskesmas akan melaporkan kepada
pihak terkait yakni mall itu sendiri untuk mengatasi kandungan air mereka. Tetapi, apabila di
rumah warga, pihak puskesmas akan langsung terjun langsung kerumah tersebut dan
memberikan tindakan berupa penambahan kaporit. Program lainnya yakni mengkoordinir
foging di wilayah sekitar. Puskesmas akan melakukan foging jika ada laporan warga terkena
DB/malaria sebanyak 5 orang. Dari laporan tersebut puskesmas akan menangani kasus
dengan foging agar tidak bertambahnya korban akibat DB/malaria.

C. POLI UMUM

Pada Puskesmas Danurejan 2 dikelompokkan menjadi Poli umum dan Poli Lansia (>60
th). Pada Poli umum dan poli lansia terdapat 3 dokte. Di puskesmas danurejan 2 lebih banyak
dikunjungi oleh pasien lansia sehingga pelayanan lebih lama pada poli lansia dan lansia
biasanya lebih didahulukan agar lansia tidak menunggu terlalu lama. Pada bagian depan
terdapat Perawat yang melakukan pengkajian awal (vital sign) sebelum pasien masuk ke Poli.
Hambatan yang terdapat pada poli ini adalah mengenai tenaga kerja, sebagai contoh jika ada
dokter yang sedang tugas diluar, menyebabkan dokter poli umum dan lansia harus campur.
Tetapi diberi jalan keluar yakni jika dalam keadaan pasien banyak sedangkan dokter hanya
satu, akan dicarikan pengganti ketempat lain yang sudah diatur oleh kepala puskesmas.

24
Alur pelayanan pada poli umum adalah sebagai berikut -> Pasien daftar diruang
pendaftaran, kemudian mendapat nomor antrian untuk masuk dipoli dan juga mendapatkan
nomor urut memisahkan lansia atau tidak yang kemudian akan diberikan ke perawat untuk
tindakan pengkajian awal, termasuk memastikan apakah termasuk pasien emergency
sehingga perlu didahulukan atau tidak. Jika sudah selesai pengkajian awal, selanjutnya akan
masuk keruang periksa, jika perlu tindakan nanti dilakukan diruang tindakan, jika perlu
pemeriksaan lab akan dirujuk ke lab, dimana hasil pemeriksaan dibawa kembali kepoli umum,
jika perlu rujukan internal akan dibuat, jika ada stress dirujuk ke ruang psikologi. Terdapat
juga rujukan dari puskesmas ke Rumah Sakit sesuai kriteria rujukan. Sesuai SK mentri, 144
diagnosis harus selesai dipuskesmas dan ada juga kriteria rujukan ke RS. Misalnya, pasien
demam berdarah sebenenarnya harus selesai dipuskesmas, tetapi pada puskesmas ini tidak
ada rawat inap, maka bisa dirujuk ke Rumah Sakit. Di puskesmas Danurejan 2 lebih sering
rujukan karna jenis diagnosa dan penyakitnya yang bukan kompetensi puskesmas.

Dari loket pendaftaran di bagian depan sudah diketahui jenis jaminan apa yang pasien
gunakan. BPJS berlaku jika tindakan sesuai indikasi, apabila atas permintaan pasien dimana
tidak sesuai indikasi berarti terdapat biaya tersendiri. Seperti biasanya, juga terdapat sterilisasi
alat yang dilakukan diruang tindakan. Untuk alat sekali pakai dibuang pada tempat
pembuangan sampah khusus, dimana tempat sampah dibedakan -> sampah tajam dan sampah
b3. Rekam Medis pada poli umum yaitu manual yang kemudian akan dimasukkan ke simpus
sistem online.

D. POLI GIGI
Struktur organisasi:
Di dalam Poli Gigi Puskesmas Danurejan 2 terdapat 3 orang yang bertanggung jawab,
yakni 1 dokter sebagai kepala poli dan 2 orang perawat yang membantu dalam hal manajerial
poli gigi sekaligus menjadi asisten dari dokter tersebut.
Alur manajerial:
Penanggung jawab tertinggi adalah kepala puskesmas, kemudian Dokter Gigi sebagai
penanggung jawab Poli Gigi, beserta dua perawat yang membantu dokter gigi. Setiap harinya
dokter gigi yang dibantu oleh dua perawat akan mendata apa saja keluhan dan perawatan yang
diberikan kepada pasien, kemudian akan direkap secara keseluruhan dalam rentang waktu
satu tahun yang nantinya akan dilaporkan kepada pihak Puskesmas Danurejan 2.
Sumber pendanaan :
Manajemen logistik Poli Gigi Puskesmas Danurejan 2 didanai oleh dua sumber, yakni:
Biaya Operasional (BOK): Dana pemberian dari pemerintah pusat
Biaya Langsung (BLUD): Dana operasional, yang terbagi menjadi;
-BPJS dengan sistem kapitasi oleh pemerintah pusat
-Jamkesda dengan sistem klaim pada pemerintah daerah
-Pembayaran mandiri oleh pasien

25
Pengadaan alat besar seperti dental chair dan juga obat-obatan menggunakan dana dari
BOK yang harus memberikan usulan kepada Dinas Kesehatan terlebih dahulu di bagian
Farmasi Kota, sedangkan untuk bahan habis pakai tiap-tiap poli termasuk poli gigi
sebelumnya harus membuat usulan pengadaan alat atau bahan terlebih dahulu yang nantinya
akan disetujui oleh kepala Puskesmas dan memanfaatkan dana dari BLUD.
Program poli gigi:
Promosi kesehatan, yaitu berupa penyuluhan dengan narasumber tenaga kesehatan
Puskesmas
UKGS, bekerja sama dengan sekolah-sekolah yang ada di daerah Danuejan yaitu 6 TK, 2
SD dan 2 SMP

26
Alur Pelayanan Poli Gigi:

Cocokkan
Terima rekam Panggil pasien
identitas pasien
medis dan no urut sesuai no urut
dengan RM

Pasien disuruh
Ya tidak
Konfirmasi ke
Anamnesa duduk di dental Sesuai?
subunit
unit pendaftaran

tidak
Perlu Tentukan rencana
Diagnosa pemeriksaan perawatan
penunjang?

ya
ya Rujuk ke
pelayanaan yg
Perlu lebih tinggi
Laboratorium/ rujukan
Ro’foto ?
tidak
ya
Rujuk ke
Tindakan
pelayanan yang Perlu perawatan
lebih tinggi rujukan?

tidak

Nota pembayaran tidak Perlu ya


resep Pemberian resep
obat?

Catat rekam medis

27
E. LABORATORIUM
Pemeriksaan yang dapat dilakukan di laboratorium Puskesmas Danurejan II cukup
lengkap, mulai dari pemeriksaan darah, gula, dan masih banyak lagi. Pemeriksaan terbaru
yaitu pemeriksaan HIV. Petugas dilaboratorium ini terdiri dari 2 petugas, yaitu ibu Ita selaku
Penanggung Jawab lab di puskemas ini sejak 2012, dan ibu Desy yang keduanya merupakan
lulusan D3 analis kesehatan. Alur pendaftaran di lab ini yaitu pasien sudah mendapatkan surat
rujukan internal dari poli lain dan telah di cap di ruang pendaftaran dari poli tersebut untuk
lab. Kemudian menaruh surat tersebut kedalam keranjang yang ada di lab, setelah itu pasien
dapat menunggu untuk dilakukan pemeriksaan. Tetapi bisa juga, jika ada pasien yang ingin
memeriksa di lab atas kemauan sendiri. Jika seperti itu, pasien dapat langsung membayar di
lab tersebut setelah dilakukan pemeriksaan. Jam operasional laboratorium yaitu dari jam
07.30 – 12.00. Saat ditanya mengenai pemeriksaan yang paling sering dilakukan, petugas
mengatakan pemeriksaan gula. Untuk menjaga mutu pelayanan, tiap 3 tahun dilakukan
evaluasi mulai dari alat dengan kalibrasi dan juga mutu pelayanan dari petugasnya sendiri
yaitu penilaian dari orang dinkes secara langsung. Untuk kendalanya sendiri, yaitu kadang
stock reagen di pemerintah kosong, sehingga pihak lab di puskesmas tidak bisa melakukan
pemeriksaan, padahal di puskesmas sendiri selalu dituntut untuk bisa memberikan pelayanan
setiap harinya. Selain itu, reagen juga kadang membutuhkan waktu yang lama untuk sampai
ke puskesmas. Kendala lain yaitu, alat yang digunakan masih semi manual. Padahal, saat ini
rata-rata alat pemeriksaan di lab lain sudah otomatis, sehingga dapat lebih efisien.

28
F. POLI KONSULTASI
Poli konsultasi adalah poli yang menangani masalah psikologi berdasarkan rujukan internal
ataupun datang sendiri(gatau ap sebutannya)
Alur pasien:
 Datang sendiri

Biasanya masalah pergaulan bebas, seseorang yang mengalami masalah dalam keluarga.
Estimasi waktu biasanya selama 30-45 menit
 Rujukan BPU (badan poli umum) & KIA

Estimasi waktu konsultasi selama 15 menit


Tipe pasien:
 Psikotik
 Normal bermasalah

Sasaran program kerja :


 Lansia penyuluhan dan edukasi dengan keluarga lansianya,
 Remaja pelatihan ,
calon orang tua sasaran utamanya yaitu anak-anak nya melalui orang tuanya,
 calon pengantin diskusi bersama

Rujukan
 Rujukan external

Rujukan antara puskemas dengan psukesmas lain atau dengan rumah sakit. Khusus pasien
bpjs a lur rujukannya secara bertahap
 Rujukan internal

Rujuk antara poli dalam satu puskesmas

G. POLI KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA)


Struktur organisasi
Di dalam Poli KIA Puskesmas Danurejan 2 terdiri dari 4 orang. Satu orang bidan sebagai
kepala poli (Herliana Kusumawardani, S.Keb) satu orang bidan pembantu, dan 2 orang bidan
magang.
Alur Manajerial
Penanggungjawab tertinggi adalah kepala puskesmas, kemudian Bidan sebagai
penanggungjawab Poli KIA, beserta seorang bidan pembantu, dan 2 orang bidan magang

29
sebagai asisten. Tiap tindakan yang dilakukan tiap harinya berbeda, Senin adalah hari
imunisasi dan konsultasi tumbuh kembang, Selasa dan Kamis konsultasi ibu hamil dan calon
pengantin. Di hari lain, konsultasi mengenai alat kontrasepsi. Selain itu, bidan juga merekap
seluruh data Ibu hamil di wilayah kerja tersebut dan melaporkannya dalam satu tahun.

Program Poli KIA


 Tumbuh kembang anak prasekolah
 Kunjungan ibu hamil dan ibu nifas ke rumah
 Advokasi lintas sektor
 Sosialisasi KB

Sumber Pendanaan
 BOK (Dana operasional dari pemerintah pusat)
 BLUD (Biaya langsung dana operasional misal BPJS, JAMKESDA, pembayaran
mandiri.)
 Penyediaan alat dan bahan di Poli KIA disediakan dari farmasi.

30
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN


Jadi, dari hasil observasi pada kegiatan Komuda puskesmas dapat disimpulkan bahwa
Puskesmas Danurejan 2 sudah sesuai dengan teori yang ada. Hal ini dibuktikan dengan sumber
pembiayaan yang hampir sepenuhnya di tanggung pemerintah dan sebagian oleh masyarakat,
dan juga oleh pihak ketiga baik itu swasta maupun bantuan luar negeri. Menurut teori juga
dikemukakan bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan
yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan),
promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitative (pemulihan kesehatan). Hal ini juga sudah
dilaksanakan oleh Puskesmas Danurejan 2 dengan adanya Poli Umum, Poli Gigi, dan Poli
Kesehatan Ibu dan Anak sebagai pelayanan kuratif atau pengobatan, dan juga berbagai program
ke luar seperti promosi kesehatan dan penyuluhan sebagai pelayanan preventif atau
pencegahan. Secara struktural, manajemen dan alur pengobatan juga sudah sistematis dan
terencana dengan baik dibuktikan dengan adanya bagan kepemimpinan yang dijalankan
dengan baik oleh para pimpinan dan staf puskesmas, juga tidak adanya kendala pada alur pasien
saat datang berobat di Puskesmas Danurejan 2.

31
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31773/chapter%20II.pdf;jsessionid=3
225ECBFCE395E5E4F870BB4B397FCA?sequence=4

32
LAMPIRAN
FOTO KEGIATAN

33
LAPORAN KOMUDA
RUMAH SAKIT PRATAMA YOGYAKARTA

Disusun oleh :
Rifal Ashadi (20150340062)
Ilham Nugraha Saputra (20150340080)
Dewanti Larasinta (20150340081)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017

34
BAB I
HASIL OBSERVASI

A) Latar Belakang Rumah Sakit


Rumah Sakit Pratama Yogyakarta didirikan atas dasar permasalahan akses masyarakat
miskin terhadap pelayanan kesehatan tingkat lanjut, terutama rawat inap rumah sakit di
Yogyakarta. Sehingga didirikannlah RS Pratama Yogyakarta agar masyarakat miskin dapat
mengakses pelayanan kesehatan di rumah sakit, terutama rawat inap. Selain itu juga
berdasarkan komitmen Walikota Yogyakarta untuk membangun RS tanpa kelas fasilitas
pelayanan, ssehingga semua fasilitas nya di RS Pratama Yogyakarta tetap terstandar.
Di wilayah Kota Yogyakarta belum ada RS pemerintah tipe C dan D untuk memenuhi
ketentuan rujukan berjenjang pelayanan era JKN. Adanya Pergub DIY No. 59 / 2012
tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan diharapkan dapat
melaksanakan sistem rujukan berjenjang, sehingga tidak ada pasien dengan jaminan yang
datang ke RS menggunakan jaminan kesehatannya tanpa melalui PPK1.

B) Jenis Rumah Sakit


Klasifikasi berdasarkan UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit dan PMK No. 56/2014
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Rumah Sakit Pratama Yogyakarta
merupakan Rumah Sakit kelas D yang hanya memiliki bangsal kelas 3. Meskipun begitu
fasilitasnya terstandar dan pelayanan degan kualitas yang baik.

C) Struktur Organisasi

35
D) Instalasi Rumah Sakit

1) IGD 13) Instalasi Farmasi


2) Poli Umum 14) Instalasi Gizi
3) Poli Gigi Umum 15) Instalasi Sanitasi dan Pengelolaan
4) Poli Gigi Spesialis Limbah
5) Poli Spesialis Penyakit Anak 16) Instalasi Pemulasaran Jenazah
6) Poli Spesialis Penyakit Dalam 17) Instalasi Administrasi dan
7) Poli Spesialis Kandungan dan Keuangan
Kebidanan 18) Instalasi Pemeliharaan Sarana dan
8) Instalasi Persalinan dan Prasarana
Perinatologi 19) Instalasi Sterilisasi Sentral dan
9) HCU Laundry
10) Rekam Medik 20) Instalasi pencegahan dan
11) Instalasi Radiologi pengendalian Infeksi
12) Instalasi Laboratorium Patologi
Klinik

E) Alur Rawat Jalan


1) Pendaftaran

36
2) Rawat jalan

F) Alur Rawat Inap

37
G) Alur Manejerial
Berdasarkan struktur organisasi
1) Alur managarial horizontal
Tiap bidang ada koordinator sehingga untuk pelaporan bisa dilakukan dalam
bentuk rapat bersama dengan petinggi rumah sakit setiap tiga bulan. Jika ada sesuatu
yang urgent maka koordinator instalasi dapat dipanggil sewaktu-waktu.
2) Alur managerial vertikal
Management badan hukum bekerjasama dengan UPT dinas kesehatan kota
Yogyakarta dan untuk management keuangan dengan Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD).

H) Indikator-indikator Pencapaian

I) Manajemen Keuangan
1) BLUD (Badan Layanan Umum Daerah)
Jadi blud itu semacam kas rumah sakit perputaran uang secara flexibel rumah sakit
mempunyai kewenangan penuh atas kas tersebut. Dimana pendapatan rumah sakit
didapatkan dari kapitasi, kunjungan pasien, klaim/jkn. Dana ini digunakan untuk
mendanai seluruh program rumah sakit termasuk pembelian barang dan jasa. Jika ada
keperluan terkait biaya untuk program ataupun hal hal yag di perlukan RS maka dapat
diajukan perencanaan anggaran kebagian keuangan RS.

2) BPJS
3) APBD kota Yogyakarta
Tahun Sumber Biaya/Belanja (Rp) Peruntukan
Anggaran Dana
2015 APBD Kota 64 M Fisik Gedung
Yogyakarta

2015 APBD Kota 17.384.853.654 Sarana/ Alat Keseatan dan Non


Yogyakarta Kasehatan

38
(DBGAD&
Dinkes)

2016 APBD Kota 19.819.259.840 Belanja Pegawai (Tenaga


Yogyakarta Kesehatan), Obat, Bahan Medis
(Dinkes) Habis Pakai, Sarana/Alat
Kesehatan dan Non Kesehatan,
Makan-Minum Pasien Ranap,
Pemeliharaan
Gedung/Ambulance

2017 APBD Kota 33.042.100.483 Belanja Pegawai (Tenaga


Yogyakarta Kesehatan), Obat, Bahan Medis
(Dinkes) Habis Pakai, Sarana/Alat
Kesehatan dan Non Kesehatan,
Makan-Minum Pasien Ranap,
Pemeliharaan
Gedung/Ambulance

39
BAB II

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. Dasar Teori

1.Pengertian Rumah Sakit


Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa rumah sakit merupakan pusat pelayanan
yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan medik spesialistik, pelayanan
penunjang medis, pelayanan perawatan, baik rawat jalan, rawat inap maupun pelayanan
instalasi. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan dapat diselenggarakan oleh
pemerintah, dan atau masyarakat. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit merupakan salah satu
dari sarana kesehatan yang juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan
yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan.

2. Fungsi Rumah Sakit


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah
sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Untuk menjalankan tugas sebagaimana yang
dimaksud, rumah sakit mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan

40
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

3. Klasifikasi RS

- UU No. 44 tahun2009 tentang Rumah Sakit


Pasal 24
1) Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi
rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.

2) Klasifikasi Rumah Sakit umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Rumah Sakit umum kelas A;
b. Rumah Sakit umum kelas B
c. Rumah Sakit umum kelas C;
d. Rumah Sakit umum kelas D.

- PERMENKES No. 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah


Sakit

 Rumah Sakit Umum Kelas A


Pasal 14
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas A paling sedikit meliputi:
a. pelayanan medik;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan dan kebidanan;
d. pelayanan penunjang klinik;
e. pelayanan penunjang nonklinik; dan
f. pelayanan rawat inap.

Pasal 15
(1) Pelayanan medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a, paling sedikit
terdiri dari:
a. pelayanan gawat darurat;
b. pelayanan medik spesialis dasar;
c. pelayanan medik spesialis penunjang;
d. pelayanan medik spesialis lain;
e. pelayanan medik subspesialis; dan
f. pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.
(2) Pelayanan gawat darurat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, harus
diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus menerus.

41
(3) Pelayanan medik spesialis dasar, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan
ginekologi.
(4) Pelayanan medik spesialis penunjang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi,
dan rehabilitasi medik.

(5) Pelayanan medik spesialis lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
meliputi pelayanan mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan
pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi,
bedah syaraf, bedah plastik, dan kedokteran forensik.
(6) Pelayanan medik subspesialis, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e,
meliputi pelayanan subspesialis di bidang spesialisasi bedah, penyakit dalam,
kesehatan anak, obstetri dan ginekologi, mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf,
jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi,
urologi, bedah syaraf, bedah plastik, dan gigi mulut.
(7) Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f, meliputi pelayanan bedah mulut, konservasi/endodonsi, periodonti,
orthodonti, prosthodonti, pedodonsi, dan penyakit mulut.

Pasal 16
Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b meliputi
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan
pelayanan farmasi klinik.

Pasal 17
Pelayanan keperawatan dan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf c meliputi asuhan keperawatan generalis dan spesialis serta asuhan kebidanan.

Pasal 18
Pelayanan penunjang klinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d
meliputi pelayanan bank darah, perawatan intensif untuk semua golongan umur dan
jenis penyakit, gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik.

Pasal 19
Pelayanan penunjang nonklinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf e
meliputi pelayanan laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas,
pengelolaan limbah, gudang, ambulans, sistem informasi dan komunikasi,
pemulasaraan jenazah, sistem penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik,
dan pengelolaan air bersih.

Pasal 20
Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf f harus
dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:
a. jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh persen)
dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah;
b. jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 20% (dua puluh persen)
dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta;
c. jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari seluruh
tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.

42
Pasal 21
(1) Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas A terdiri atas:
a. tenaga medis;
b. tenaga kefarmasian;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kesehatan lain;
e. tenaga nonkesehatan.

(2) Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit terdiri
atas:
a. 18 (delapan belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b. 4 (empat) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
c. 6 (enam) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar;
d. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang;
e. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain;
f. 2 (dua) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
subspesialis; dan
g. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis gigi mulut.
(3) Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
paling sedikit terdiri atas:
a. 1 (satu) apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
b. 5 (lima) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 10
(sepuluh) tenaga teknis kefarmasian;
c. 5 (lima) apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 10 (sepuluh)
tenaga teknis kefarmasian;
d. 1 (satu) apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2 (dua)
tenaga teknis kefarmasian;
e. 1 (satu) apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) tenaga
teknis kefarmasian;
f. 1 (satu) apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban
kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit; dan
g. 1 (satu) apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga
teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan
kefarmasian Rumah Sakit.

Pasal 22
(1) Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(1) huruf c sama dengan jumlah tempat tidur pada instalasi rawat inap.
(2) Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

Pasal 23
Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf d dan huruf e disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

43
Pasal 24
(1) Peralatan Rumah Sakit Umum kelas A harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari peralatan
medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat
operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi
medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.
(3) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

 Rumah Sakit Umum Kelas B

Pasal 25
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas B paling sedikit
meliputi:
a. pelayanan medik;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan dan kebidanan;
d. pelayanan penunjang klinik;
e. pelayanan penunjang nonklinik; dan
f. pelayanan rawat inap.

Pasal 26
(1) Pelayanan medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a,
paling sedikit terdiri dari:
a. pelayanan gawat darurat;
b. pelayanan medik spesialis dasar;
c. pelayanan medik spesialis penunjang;
d. pelayanan medik spesialis lain;
e. pelayanan medik subspesialis; dan
f. pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.
(2) Pelayanan gawat darurat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, harus
diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus menerus.
(3) Pelayanan medik spesialis dasar, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi.
(4) Pelayanan medik spesialis penunjang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, dan
rehabilitasi medik.
(5) Pelayanan medik spesialis lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, paling
sedikit berjumlah 8 (delapan) pelayanan dari 13 (tiga belas) pelayanan yang meliputi
pelayanan mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit
dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik, dan
kedokteran forensik.
(6) Pelayanan medik subspesialis, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, paling
sedikit berjumlah 2 (dua) pelayanan subspesialis dari 4 (empat) subspesialis dasar yang
meliputi pelayanan subspesialis di bidang spesialisasi bedah, penyakit dalam, kesehatan
anak, dan obstetri dan ginekologi.

44
(7) Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
f, paling sedikit berjumlah 3 (tiga) pelayanan yang meliputi pelayanan bedah mulut,
konservasi/endodonsi, dan orthodonti.

Pasal 27
Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b meliputi
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan
farmasi klinik.

Pasal 28
Pelayanan keperawatan dan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf c
meliputi asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.

Pasal 29
Pelayanan penunjang klinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf d meliputi
pelayanan bank darah, perawatan intensif untuk semua golongan umur dan jenis
penyakit, gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik.

Pasal 30
Pelayanan penunjang nonklinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf e
meliputi pelayanan laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas,
pengelolaan limbah, gudang, ambulans, sistem informasi dan komunikasi, pemulasaraan
jenazah, sistem penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik, dan pengelolaan air
bersih.

Pasal 31
Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf f harus dilengkapi
dengan fasilitas sebagai berikut:
a. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah;
b. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta;
c. jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari seluruh
tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.

Pasal 32
(1) Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas B terdiri atas:
a. tenaga medis;
b. tenaga kefarmasian;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kesehatan lain;
e. tenaga nonkesehatan.
(2) Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit terdiri atas:
a. 12 (dua belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b. 3 (tiga) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
c. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar;
d. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang;
e. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain;
f. 1 (satu) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik subspesialis; dan
g. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut.

45
(3) Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri
atas:
a. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
b. 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 8
(delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;
c. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan)
orang tenaga teknis kefarmasian;
d. 1 (satu) orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2 (dua)
orang tenaga teknis kefarmasian;
e. 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) orang
tenaga teknis kefarmasian;
f. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban
kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit; dan
g. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh
tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

Pasal 33
(1) Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1)
huruf c sama dengan jumlah tempat tidur pada instalasi rawat inap.
(2) Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

Pasal 34
Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d dan e disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
Rumah Sakit.

Pasal 35
(1) Peralatan Rumah Sakit Umum kelas B harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari peralatan
medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat
operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik,
farmasi,
instalasi gizi, dan kamar jenazah.
(3) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

 Rumah Sakit Umum Kelas C

Pasal 36
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas C paling sedikit
meliputi:
a. pelayanan medik;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan dan kebidanan;

46
d. pelayanan penunjang klinik;
e. pelayanan penunjang nonklinik; dan
f. pelayanan rawat inap.

Pasal 37
(1) Pelayanan medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf a, paling sedikit terdiri
dari:
a. pelayanan gawat darurat;
b. pelayanan medik umum;
c. pelayanan medik spesialis dasar;
d. pelayanan medik spesialis penunjang;
e. pelayanan medik spesialis lain;
f. pelayanan medik subspesialis; dan
g. pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.
(2) Pelayanan gawat darurat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, harus
diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus menerus.
(3) Pelayanan medik umum, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi
pelayanan medik dasar, medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana.
(4) Pelayanan medik spesialis dasar, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi
pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi.
(5) Pelayanan medik spesialis penunjang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, dan patologi klinik.
(6) Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
g, paling sedikit berjumlah 1 (satu) pelayanan.

Pasal 38
Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf b meliputi
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan
farmasi klinik.

Pasal 39
Pelayanan keperawatan dan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf c
meliputi asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.

Pasal 40
Pelayanan penunjang klinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf d meliputi
pelayanan bank darah, perawatan intensif untuk semua golongan umur dan jenis
penyakit, gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik.

Pasal 41
Pelayanan penunjang nonklinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf e
meliputi pelayanan laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas,
pengelolaan limbah, gudang, ambulans, sistem informasi dan komunikasi, pemulasaraan
jenazah, sistem penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik, dan pengelolaan air
bersih.

Pasal 42
Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf f harus dilengkapi
dengan fasilitas sebagai berikut:

47
a. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah;
b. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta;
c. jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari seluruh tempat
tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.

Pasal 43
(1) Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas C terdiri atas:
a. tenaga medis;
b. tenaga kefarmasian;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kesehatan lain;
e. tenaga nonkesehatan.
(2) Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit terdiri atas:
a. 9 (sembilan) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b. 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
c. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medic spesialis dasar;
d. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medic spesialis penunjang; dan
e. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medic spesialis gigi mulut.
(3) Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri
atas:
a. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
b. 2 (dua) apoteker yang bertugas di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 4 (empat)
orang tenaga teknis kefarmasian;
c. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan)
orang tenaga teknis kefarmasian;
d. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan produksi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan
dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban
kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

Pasal 44
(1) Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1)
huruf c dihitung dengan perbandingan 2 (dua) perawat untuk 3 (tiga) tempat tidur.
(2) Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

Pasal 45
Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf d dan huruf e disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan Rumah Sakit.

Pasal 46
(1) Peralatan Rumah Sakit Umum kelas C harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari peralatan
medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat
operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi
medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.

48
(3) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

 Rumah Sakit Umum Kelas D

Pasal 47
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas D paling sedikit
meliputi:
a. pelayanan medik;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan dan kebidanan;
d. pelayanan penunjang klinik;
e. pelayanan penunjang nonklinik; dan
f. pelayanan rawat inap.

Pasal 48
(1) Pelayanan Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf a, paling sedikit terdiri
dari:
a. pelayanan gawat darurat;
b. pelayanan medik umum;
c. pelayanan medik spesialis dasar; dan
d. pelayanan medik spesialis penunjang.
(2) Pelayanan gawat darurat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, harus
diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus menerus.
(3) Pelayanan medik umum, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi
pelayanan medik dasar, medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga
berencana.
(4) Pelayanan medik spesialis dasar, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, paling
sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar yang meliputi
pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan/atau obstetri dan ginekologi.
(5) Pelayanan medik spesialis penunjang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
meliputi pelayanan radiologi dan laboratorium.

Pasal 49
Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf b meliputi
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan
farmasi klinik.

Pasal 50
Pelayanan keperawatan dan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf c
meliputi asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.

Pasal 51
Pelayanan penunjang klinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf d meliputi
pelayanan darah, perawatan high care unit untuk semua golongan umur dan jenis penyakit,
gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik.

Pasal 52
Pelayanan penunjang nonklinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf e meliputi
pelayanan laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan

49
limbah, gudang, ambulans, sistem informasi dan komunikasi, pemulasaraan jenazah,
sistem penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik, dan pengelolaan air bersih.

Pasal 53
Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf f harus dilengkapi
dengan fasilitas sebagai berikut:
a. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah;
b. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta;
c. jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari seluruh tempat
tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.

Pasal 54
(1) Sumber daya manusia rumah sakit umum kelas D terdiri atas:
a. tenaga medis;
b. tenaga kefarmasian;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kesehatan lain;
e. tenaga nonkesehatan.
(2) Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit terdiri atas:
a. 4 (empat) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b. 1 (satu) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
c. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar.
(3) Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri
atas:
a. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
b. 1 (satu) apoteker yang bertugas di rawat inap dan rawat jalan yang dibantu oleh paling
sedikit 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian;
c. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan produksi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan
dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban
kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

Pasal 55
(1) Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1)
huruf c dihitung dengan perbandingan 2 (dua) perawat untuk 3 (tiga) tempat tidur.
(2) Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit.

Pasal 56
Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) huruf d dan huruf e disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan Rumah Sakit.

Pasal 57
(1) Peralatan Rumah Sakit Umum kelas D harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari peralatan
medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat

50
operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi
medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.
(3) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

 Rumah Sakit Umum Kelas D Pratama

Pasal 58
(1) Rumah Sakit Umum kelas D pratama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 2
huruf b, didirikan dan diselenggarakan untuk menjamin ketersediaan dan
meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tingkat kedua.
(2) Rumah Sakit Umum kelas D pratama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
didirikan dan diselenggarakan di daerah tertinggal, perbatasan, atau kepulauan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Selain pada daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Rumah Sakit Umum kelas D
pratama dapat juga didirikan di kabupaten/kota, apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. belum tersedia Rumah Sakit di kabupaten/kota yang
bersangkutan;
b. Rumah Sakit yang telah beroperasi di kabupaten/kota yang
bersangkutan kapasitasnya belum mencukupi; atau
c. lokasi Rumah Sakit yang telah beroperasi sulit dijangkau secara
geografis oleh sebagian penduduk di kabupaten/kota yang bersangkutan.
(4) Ketentuan mengenai Rumah Sakit Umum kelas D pratama diatur dalam Peraturan
Menteri.

- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010 TENTANG KLASIFIKASI RUMAH SAKIT

Pasal 18
(1) Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.
(2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan
Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak/Keluarga Berencana.
(4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (duan
puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.
(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat) jenis
pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak,
Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
(6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan Radiologi.
(7) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.
(8) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan High Care Unit, Pelayanan Darah,
Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik (9) Pelayanan Penunjang Non

51
Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan
Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi,
Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air
Bersih.

4. Pengorganisasian

- UU No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit


Pasal 33
(1) Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel.
(2) Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur
Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis,
komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.

Pasal 34
(1) Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan
keahlian di bidang perumahsakitan.
(2) Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus
berkewarganegaraan Indonesia.
(3) Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah Sakit.

Pasal 35
Pedoman organisasi Rumah Sakit ditetapkan dengan Peraturan Presiden.

- PERATURAN MENTRI KESEHATAN NOMOR 1045/MENKES/PER/XI/2006


tentang Program Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan

(1) RSU Kelas D dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur


(2) Direktur membawahi dua seksi dan tiga sub bagian

5. Instalasi

- UU No.44 Tahun 2006 Tentang Rumah Sakit


Pasal 10
(1) Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 harus dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan dan
pelatihan, serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
(2) Bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
ruang:
a. rawat jalan; i. ruang farmasi;
b. ruang rawat inap; j. ruang pendidikan dan latihan;
c. ruang gawat darurat; k. ruang kantor dan administrasi;
d. ruang operasi; l. ruang ibadah, ruang tunggu;
e. ruang tenaga kesehatan; m. ruang penyuluhan kesehatan
f. ruang radiologi; masyarakat rumah sakit;
g. ruang laboratorium; n. ruang menyusui;
h. ruang sterilisasi; o. ruang mekanik;

52
p. ruang dapur; s. taman;
q. laundry; t. pengolahan sampah; dan
r. kamar jenazah; u. pelataran parkir yang mencukupi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 11
(1) Prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dapat meliputi:
a. instalasi air; g. petunjuk, standar dan sarana evakuasi
b. instalasi mekanikal dan elektrikal; saat terjadi keadaan darurat;
c. instalasi gas medik; h. instalasi tata udara;
d. instalasi uap; i. sistem informasi dan komunikasi; dan
e. instalasi pengelolaan limbah; j. ambulan.
f. pencegahan dan penanggulangan
kebakaran;
(2) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar pelayanan,
keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit
(3) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dalam keadaan terpelihara dan
berfungsi dengan baik.
(4) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya.
(5) Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

- PERMENKES No. 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
Pasal 47
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas D paling sedikit meliputi:
a. pelayanan medik;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan dan kebidanan;
d. pelayanan penunjang klinik;
e. pelayanan penunjang nonklinik; dan
f.pelayanan rawat inap.

Pasal 48
1) Pelayanan Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf a, paling sedikit terdiri
dari:
a. pelayanan gawat darurat;
b. pelayanan medik umum;
c. pelayanan medik spesialis dasar; dan
d. pelayanan medik spesialis penunjang.
2) Pelayanan gawat darurat, sebagaimana dimaksud pada ayat 1) huruf a, harus
diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus menerus.
3) Pelayanan medik umum, sebagaimana dimaksud pada ayat 1) huruf b, meliputi
pelayanan medik dasar, medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana.
4) Pelayanan medik spesialis dasar, sebagaimana dimaksud pada ayat 1) huruf c, paling
sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar yang meliputi pelayanan
penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan/atau obstetri dan ginekologi.

53
5) Pelayanan medik spesialis penunjang, sebagaimana dimaksud pada ayat 1) huruf d,
meliputi pelayanan radiologi dan laboratorium.

Pasal 49
Pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf b meliputi pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik.

Pasal 50
Pelayanan keperawatan dan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf c
meliputi asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.

Pasal 51
Pelayanan penunjang klinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf d meliputi
pelayanan darah, perawatan high care unit untuk semua golongan umur dan jenis penyakit,
gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik.

Pasal 57
(1)Peralatan Rumah Sakit Umum kelas D harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2)Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari peralatan medis
untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat operasi,
persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik, farmasi,
instalasi gizi, dan kamar jenazah.

6. Indikator Pencapaian RS

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat


pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut
bersumber dari sensus harian rawat inap. Yaitu dari data indikator BOR, LOS, TOI , BTO,
GDR, NDR dari rumah sakit Pratama.
a) BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah ―the ratio of patient service days to inpatient
bed count days in a period under consideration‖. Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah
prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. BOR sering
disebut juga; Percent of Occupancy, Occupancy Percent, Occupancy Ratio. Periode
penghitungan BOR ditentukan berdasarkan kebijakan internal RS, bisa bulanan, tribulan,
semester, atau bahkan tahunan. Lingkup penghitungan BOR juga ditentukan berdasarkan
kebijakan internal rumah sakit, misalnya BOR per bangsal atau BOR untuk lingkup
rumah sakit (seluruh bangsal).
Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80 – 90 % . Standar BOR yang ideal
menurut Depkes RI (2005) adalah antara 60-85%. Nilai ideal untuk BOR yang
disarankan adalah 75% -85%. Angka ini sebenarnya tidak bisa langsung digunakan
begitu saja untuk semua jenis Rumah Sakit, misalnya rumah sakit penyakit khusus tentu
beda polanya dengan Rumah sakit umum. Begitu pula Rumah sakit disuatu daerah tentu
beda penilaian tingkat ―kesuksesan BOR-nya dengan daerah lain. Hal ini bisa

54
dimungkinkan karena perbedaan sosial budaya dan ekonomi setempat. Sebagai catatan
bahwa semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur
yang ada untuk perawatan pasien. Disisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin
sedikit tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang
telah disediakan. Jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan
ekonomi bagi pihak RS. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka perlu
adanya suatu nilai ideal yang menyeimbangkan kualitas medis, kepuasan pasien,
keselamatan pasien, dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak Rumah Sakit.
b) ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
ALOS menurut Huffman (1994) adalah ―The average hospitalization stay of
inpatient discharged during the period under consideration‖. ALOS menurut Depkes RI
(2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan
gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih
lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
c) TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada
kisaran 1-3 hari.
d) BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah ―…the net effect of changed in occupancy rate
and length of stay. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat
tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
e) GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar rumah sakit
f) NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk
tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di
rumah sakit.
Dari hasil rata-rata dari setiap indikator Rumah Sakit Pratama antara dari bulan
Januari - Mei sebagai berikut:

BOR 20,542 %
(%)
LOS ( 3.126 hari
hari)

55
TOI 12.214 hari
(hari)
BTO 1.964 kali
(Kali)
GDR (%) 7.968 %
NDR (%) 3.884
%

7. Sumber Keuangan

- UU RUMAH SAKIT NO. 44 TAHUN 2009 PASAL 7 AYAT 3


Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas
di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan
Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

- PERMENKES NO 12 TAHUN 2013 Pasal 26


Pengelolaan pendapatan BLU rumah sakit dikatakan bahwa pendapatan rumah sakit
dikelola langsung untuk membiayai belanja BLU rumah sakit sesuai dengan rencana
anggaran dan bisnis. Pasal 27 Tata cara pengelolaan seluruh pendapatan instansi BLU
rumah sakit meliputi pemungutan, pembukuan ,penyetoran, penyaluran ,penggunaan dan
pelaporan. Dilakukan sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.Pasal 28 (1)
Pendapatan BLU rumah sakit digunakan secara langsung untuk membiayai pengeluaran
rumah sakit yang terdiri atas biaya pegawai, biaya operasional, dan biaya investasi

- PERMENKES NO 82 TAHUN 2015 Tentang Petunjuk Khusus Penggunaan Dana


Alokasi /APBN

(1)Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan, serta Sarana dan Prasarana Penunjang Sub
bidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016 diberikan kepada daerah untuk
membantu mendanai kegiatan bidang kesehatan yang merupakan urusan daerah sesuai
dengan prioritas pembangunan kesehatan nasional tahun 2016.
(2)Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan, serta Sarana dan Prasarana Penunjang
Subbidang viii Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan,
serta Sarana dan Prasarana Penunjang Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran
2016 Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016.
(3)Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan, serta Sarana dan Prasarana Penunjang
Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar, pelayanan
kesehatan rujukan, dan pelayanan kefarmasian dalam rangka mendukung pelaksanaan
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016.

56
Tujuan Umum berdasarkan PERMENKES NO. 82 TAHUN 2015 pengadaan Dana Alokasi
untuk mendukung daerah dalam penyediaan dana pembangunan bidang kesehatan untuk
mencapai target prioritas nasional bidang kesehatan.
Sasaran menurut PERMENKES NO 82 TAHUN 2015
- Dinas Kesehatan provinsi/kabupaten/kota beserta seluruh UPT nya
- RSUD rujukan regional/provinsi/nasional
- Rumah Sakit Daerah
- Rumah Sakit kelas D Pratama

B. Profil dan Analisis Rumah Sakit


1. Profil

a. Visi dan Misi


VISI:
Menjadi rumah sakit yang bermutu, terjangkau, berbudaya dan menjadi
kebanggaan masyarakat Kota Yogyakarta.
MISI:
a. Mengedepankan keamanan dan keselamatan pasien dan petugas dalam
memberikan pelayanan
b. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan sesuai standar
c. Memenuhi kebutuhan tenaga rumah sakit sesuai standar
d. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan sumber daya manusia
rumah sakit secara berkesinambungan
e. Membangun dan mengembangkan sistem informasi manajemen rumah sakit dalam
rangka mendukung pelayanan yang cepat, akurat, dan dapat
dipertanggungjawabkan
f. Meningkatkan komitmen bersama antar unit pelayanan untuk mewujudkan
pelayanan prima dan komprehensif
g. Memberikan pelayanan kesehatan yang terstandar dan berorientasi kepada
kebutuhan pelanggan
h. Mewujudkan manajemen rumah sakit yang unggul dan berbudaya

b. Cakupan Wilayah
• Luas Wilayah Kota Yogyakarata: 32.5 km2 (1% dari luas wilayah DIY)

57
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 32,5 km2. Terbagi menjadi 14 wilayah
kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya regosol dengan
formasi geologi batuan sedimen old andesit.
Secara administratif, Kota Yogyakarta berbatasan dengan :
- Sebelah utara : Kabupaten Sleman
• terbagi menjadi 14 Kecamatan,
- Sebelah timur salah satunya adalah
: Kabupaten Kecamatan
Bantul Mergangsan (lokasi
dan Sleman
bangunan UPT RS Pratama)
- Sebelah selatan : Kabupaten Bantul
- Sebelah barat : Kabupaten Bantul dan Sleman

Mlati
Sleman
Gamp ing
Sleman Depok
PEMERINTAH
Tega lre jo Sleman
KOTA YOGYAKARTA
DINAS KESEHATAN
Jetis
Go ndokusuman TAHUN 2013

Gedongtengen
Danurejan
U
Nga mpilan Pa ku alaman
Gondomanan
Wirobrajan

Kraton Umbul har jo


KETERANGAN :
Kasihan Mergangsan

Bantul Mantrijer on Kotagede


_____
Batas Wilayah Kec amatan

Wilayah Kota Yogyakarta

Wilayah Kabupaten Sleman

Sewon Banguntap an
Wilayah Kabupaten Bantul
Bantul Bantul
Terdapat 3 buah sungai yang mengalir dari utara ke selatan, yaitu :
- Sungai Gajah Wong yang mengalir di bagian timur kota

- Sungai Code yang mengalir di bagian tengah kota


2. Analisis RS-Pratama Yogyakarta
Sungai Winongo yang mengalir di bagian barat kota
a. Klasifikasi RS
Sesuai dengan Klasifikasi yang tertuang dalam - PERMENKES No. 56 Tahun
2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit Pasal 47 sampai dengan Pasal
57 dan dapat dilihat dari permenkes nomor 340 tahun 2010.bahwa Rumah Sakit
Pratama Yogyakarta adalah kelas D.
5
b. Pengorganisasian
Struktur Organisasi pada RS Pratama sudah sesuai dengan permenkes nomor 1045
tahun 2006 ini bias dilihat dengan hanya satu direktur kemudian membawahi 2 seksi
yaitu seksi pelayanan medis dan keperawatan, seksi pelayanan penunjang dan
kefarmasian. dan
c. Instalasi RS
Dari hasil observasi diketahui bahwa instalasi yang ada telah sesuai dengan
Permenkes nomor 56 tahun 2014 sesuai dengan kelas Rumah Sakit yaitu kelas tiga.
d. Indikator Pencapaian RS Pratama Yogyakarta
Dilihat dari hasil rata-rata dari setiap indikator Rumah sakit Pratama menunjukkan
bahwa Rumah Sakit Pratama belum mencapai indikator pencapaian rumah sakit
yang baik atau ideal , karena Rumah Sakit Pratama baru saja beroperasi 1 tahun.
e. Managemen Keuangan RS Pratama Yogyakarta
RS Pratama Yogyakarta sudah sesuai dengan peraturan UU Rumah Sakit N0. 44
TAHUN 2009 Pasal 7 Ayat 3 terkait manajemen keuangan sudah menggunakan unit
BLUD dan APBN sesuai dengan Permenkes NO. 82 tahun 2015.

58
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil komuda ini, kami dapat simpulkan bahwa RS Pratama Yogyakarta
mempunyai sistem manajemen yang cukup baik, tetapi karena baru 1 tahun RS Pratama ini
berjalan jadi banyak hal yang perlu ditingkatkan terkait segala aspek yang berkaitan dengan
manajemen RS. Selain itu dilihat dari indikator pencapaian RS Pratama sendiri, masih
belum tercukupi dan untuk manajemen keuangan RS Pratama menggunakan sistem BLUD.
Untuk alur paisen baik IGD, Rawat Inap dan Rawat jalan sudah berjalan dengan baik dan
secara garis besar terkait Sarana dan Prasarana dari RS Pratama ini dikategorikan berkualitas
baik untuk tingkat RS tipe D.

B. Saran
Mungkin pihak rumah sakit lebih digencarkan lagi promosi dan sosialisasi kepada
masyarakat agar masyarakat tahu fungsi dari rumah sakit tipe D dan sebaiknya lebih
memperhatikan tentang fasilitas contohnya area parkir yang masih sangat terbatas untuk
pasien yang ingin berobat.

59
LAPORAN KOMUDA
RUMAH SAKIT PKU YOGYAKARTA

Disusun oleh :
Nanda Pratamastuti (20150340035)
Indah Lestari (20150340036)
Salsabila Khansa S. (20150340049)
Vianda Amalia (20150340048)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017

60
BAB I
HASIL OBSERVASI

1. LATAR BELAKANG RUMAH SAKIT


Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini berdiri sejak 15 February 1923.
Rumah sakit ini tepatnya berada di Jl. KH. Ahmad Dahlan Yogyakarta. Pada awalnya RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta hanya berupa klinik rawat jalan yang sangat sederhana
dengan nama ‘’PKO’’ (Penolong Kesengsaraan Oemoem) yang diselenggarakan oleh
Persyarikatan Muhammadiyah atas inisiatif KH. Sujak yang didukung oleh pendiri
Muhammadiyah yaitu KH Ahmad Dahlan dalam rangka menolong kaum duafa, khususnya
yang sedang sakit dan tidak mampu berobat. Direktur Utama di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta saat ini adalah dr. H. Joko Murdiyanto, Sp.An. RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta ini termasuk klasifikasi rumah sakit tipe B.
Adapun visi dan misi dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini. Visinya adalah
menjadi Rumah Sakit Islam rujukan terpercaya dengan kwalitas pelayanan dan pendidikan
kesehatan yang Islami, aman profesional, cepat, nyaman dan bermutu. Sedangkan misinya
adalah (1) mewujudkan derajad kesehatan yang optimal bagi semua lapisan masyarakat
melalui pendekatan pemeliharaan, pencegahan, pengobatan, pemulihan kesehatan secara
menyeluruh sesuai dengan peraturan/ketentuan perundang-undangan, (2) mewujudkan
peningkatan mutu bagi tenaga kesehatan melalui sarana pelatihan dan pendidikan yang
diselenggarakan secara profesional dan sesuai tuntunan ajaran Islam, (3) mewujudkan
da’wah Islam, amar ma’ruf nahi munkar di bidang kesehatan dengan senantiasa menjaga
tali silaturrahim, sebagai bagian dari da’wah Muhammadiyah.
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta memiliki tenaga medis, staf dan karyawan yang
banyak, dimana Tenaga Medis tersebut diantaranya adalah Dokter Spesialis, Dokter Gigi
Spesialis, Dokter Umum, Dokter Gigi, Keperawatan, Farmasis, Ahli Gizi, Fisioterapi, dll.
Sekarang RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagai rujukan di wilayah DIY maupun
Jawa Tengah bagian selatan. Di Rumah Sakit ini memiliki berbagai fasilitas medis seperti
laparaskopi, Haemodialisa, Endoskopi, Bronkhoskopi, CT Scan, Radiologi, dll. Selain itu
rumah sakit ini juga memberikan pelayanan Home Care bagi para pasien pasca rawat inap.
Dan setiap tahunnya, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta mengirimkan perwakilan dari
tenaga medis ke luar negeri untuk mengikuti program kemitraan dengan Taiwan Int’l
Medical Training Center-Taipei Hospital (TIMTC) – Taiwan ROC. Selain itu RS PKU

61
Muhammadiyah Yogyakarta juga mengadakan kegiatan sosial seperti Program Operasi
Bibir Sumbing gratis, pengiriman relawan ke daerah yang terkena bencana alam,
membebaskan segala biaya pelayanan medis bagi masyarakat yang benar-benar tidak
mampu, misi kemanusiaan di GAZA, dll. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta memiliki
beberapa sistem diantaranya adalah Sistem Keuangan, Pelaporan, Sanitasi, Farmasis RS,
dan Pengelolaan Rekam Medis.

2. KLASIFIKASI RUMAH SAKIT


Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta termasuk rumah sakit Tipe B swasta
yaitu rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteranmedik spesialis luas dan
subspesialis terbatas.

3. STRUKTUR ORGANISASI

Direktur Utama : dr. H. Joko Murdiyanto, Sp.An.


Direktur AIK : H.Muhammad Isnawan, SE
Direktur Operasional PKU unit II : dr. H. Ahmad Faesol, Sp.Rad, M.Kes.
Direktur Penunjang Medis : dr. H. Adnan Abdullah, Sp. THT. KL,
M.Kes.
Direktur Pendidikan dan Penelitian : dr. Hj. Eko Rini Listyowati, MMR
Direktur Pelayanan Medis : dr. H. Muhammad Komarudin, Sp. A
Direktur umum kepegawaian dan keuangan : drg. Hj. Pipiet Setyaningsih, Sp. Ort,
MPH

62
63
4. INSTALANSI RUMAH SAKIT
• Klinik Umum
• Klinik Penyakit Dalam
• Klinik Penyakit Jantung
• Klinik Penyakit Syaraf
• Klinik Penyakit Jiwa
• Klinik Penyakit Mata
• Klinik Penyakit THT
• Klinik Penyakit Gigi
• Klinik Penyakit Kulit & Kelamin
• Klinik Penyakit Paru
• Klinik Rematologi
• Klinik Penyakit Anak
• Klinik Bedah Umum
• Klinik Bedah Tulang
• Klinik Bedah Urologi
• Klinik Bedah Syaraf
• Klinik Bedah Plastik/Thorax
• Klinik Bedah Gigi & Mulut
• Klinik Bedah Anak
• Klinik Bedah Digestif
• Klinik Obsgyn
• Klinik VCT HIV / AIDS

5. ALUR PASIEN RAWAT JALAN

64
6. ALUR PASIEN RAWAT INAP

7. ALUR PASIEN IGD

65
8. INDIKATOR PENCAPAIAN RUMAH SAKIT
Indikator merupakan variabel yang digunakan untuk menilai suatu perubahan, terutama
jika perubahan itu tidak dapat diukur. Bila memilih indikator , harus dipertimbangkan sejauh
mana indikator tersebut sah, bisa dipercaya, sensitive dan spesifik .
Indikator yang ideal menurut WHO mempunyai4 kriteria :
• Valid (sahih) yaitu indikator benar-benar dapat dipakai untuk mengukur hal-hal yang
akan diukur
• Reliable (dapat dipercaya) yaitu mampu menunjukan hasil yang sama meskipun
penilaian dilakukan secara berulang kali dan oleh orang yang berbeda
• Sensitif, yaitu peka untuk digunakan sebagai bahan pengukur
• Spesifik, yaitu indikator tersebut menunjukkan perubahan-perubahan hanya mengenai
keadaan atau fenomena yang dikhususkan baginya
Fungsi Indikator :
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit.
Macam-macam indikator
a. BOR (Bed Occupancy Ratio)
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase penggunaan tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit.
BOR menurut Huffman (1994) adalah the ratio of patient service days to inpatient bed
count days in a period under consideration•. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR
adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).

66
b. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)

AVLOS menurut Huffman (1994) adalah the average hospitalization stay of inpatient
discharged during the period under consideration•. AVLOS menurut Depkes RI (2005)
adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan
pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)

TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran

67
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada
kisaran 1-3 hari.
d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)

BTO menurut Huffman (1994) adalah …the net effect of changed in occupancy rate
and length of stay•. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat
tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

e. NDR (Net Death Rate)

f. GDR (Gross Death Rate)

68
9. MANAJEMEN KEUANGAN

Direktur Diklat,
Umum, dan
Keuangan(DDUK)

Manager
Keuangan

Akuntansi Akuntansi
Bendahara Hutang Piutang
Manajemen Pembukuan

Alur Manajemen Keuangan

Penetapan Laporan Hutang Akutansi Akuntansi


Bendahara
Biaya Harian Piutang Manajemen Pembukuan

Tugas
Manager Keuangan
- Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan supervisi dibawahnya

Penetapan Biaya
- Unit yang menerima dan memproses dari proses akhir sebuah pelayanan
- Sebagai pintu pertama pendapatan, dimana keuntungan terbesar dari rumah sakit
adalah penjualan obat

Laporan Harian
- Prodak dari penetapan biaya

Hutang Piutang
- Lanjutan dari laporan harian penetapan biaya
- Piutang
Pendapatan yang belum didapatkan atau belum tertagih (tidak cash)
Contoh: Dana Claim BPJS
- Hutang
Kewajiban yang harus ditunaikan Rumah Sakit untuk menjaga keberlangsungan
Rumah Sakit
Contoh: obat, belanja dapur, sarana prasarana Rumah Sakit
Akuntansi Manajemen

69
- Membuat anggaran awal tahun untuk seluruh unit Rumah Sakit
- Mengelola anggaran yang sudah dirancangkan
- Memeriksa pengeluaran Rumah Sakit sudah sesuai dengan anggaran atau belum

Bendahara
- Membayarkan seluruh tagihan Rumah Sakit
- Memberitahukan kekayaan Rumah Sakit
- Melaporkan aliran kas

Akuntansi Pembukuan
- Menjadi fungsi terakhir untuk laporan keungan
- Mencatat/menjurnal seluruh laporan Keuangan
- Membuat laporan neraca untuk menggambarkan kondisi Rumah Sakit sebenarnya dari
sisi keungan

Laporan Akhir
- Terdiri dari laporan anggaran dan laporan keungan
- Dilaporkan setiap 3 bulan sekali

70
BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISA
C. Dasar Teori

Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa rumah sakit merupakan pusat pelayanan


yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan medik spesialistik, pelayanan penunjang
medis, pelayanan perawatan, baik rawat jalan, rawat inap maupun pelayanan instalasi. Rumah
sakit sebagai salah satu sarana kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah, dan atau
masyarakat. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan yang
juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta
berkesinambungan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,
rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud, rumah sakit
mempunyai fungsi : a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis. c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan d.
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.

71
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil KOMUDA Blok 12 ini, kami dapat menyimpulkan bahwa sebagai Rumah
Sakit PKU tertua di Indonesia, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini memang
sudah sepantasnya memiliki fasilitas yang memadai, program-program yang inovatif
dan alur manajerial yang terstruktur dan terkelola dengan baik. Dengan sistem yang
terkelola baik tersebut, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta patut menjadi contoh
bagi Rumah Sakit PKU bahkan Rumah Sakit yang lain.

72
LAPORAN KOMUDA
KLINIK MEDICO DENTAL CENTER

Disusun oleh :
Dita Oka (20150340086)
Sri Dwi Mutya (20150340088)
Rianda Islami (20150340089)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
73
BAB I
Dasar Teori
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan atau spesialistik,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang
tenaga medis. Klinik Gigi adalah sarana atau tempat yang dibangun untuk melakukan
perawatan gigi pada seluruh masyarakat yang meliputi usaha-usaha pencegahan,
pengobatan, dan pemulihan. Fungsi didirakannya klinik gigi adalah untuk menangani
pasien yang mengalami gangguan pada gigi ataupun untuk melakukan perawatan rutin.
Berdasarkan jenis pelayanan, klinik dpat dibagi menjadi dua (2), yaitu :
a. Jenis Klinik Pratama

Klinik Pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik


dasar baik umum maupun khusus.
b. Jenis Klinik Utama

Klinik Utama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik


spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik.
Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa
pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Ability to
Pay adalah besar dana sebenarnya yang dapat dialokasikan untuk membiayai kesehatan
yang bersangkutan, atau besar dana yang dimiliki dan sanggup dibayarkan untuk
memperoleh jasa pelayanan yang dapat dinilai dengan uang.
Willingness To Pay (WTS) adalah besar dana yang mau dibayar oleh keluarga
untuk kesehatan. Indikator yang dipakai adalah selalu ramainya pembeli di toko-toko
yang menyediakan kebutuhan tersier. Dapat dilihat dari kunjungan masyarakat ke
praktek dokter gigi.
Analisa SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi
yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan
program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (strength)
dan kelemahan (weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang
(opportunity) dan tantangan/ancaman (threat).

74
BAB II
Pembahasan

1. Rencana Pembuatan Klinik


Pemilik dari Medico Dental Center yaitu Prof. Dr. drg. Sudibyo, Sp. Perio,. SU.
Beliau pada tahun 2004 pergi ke Amerika dan bertemu dengan pemilik perusahaan
dental unit. Pemilik perusahaan tersebut berbicara dengan Prof. Sudibyo jika di
Yogyakarta belum ada klinik dokter gigi bersama dan menyarankan Prof. Sudibyo
untuk mewadahi dokter gigi spesialisasi untuk praktek bersama di suatu tempat (team
work). Perintis klinik ini yaitu Prof. Sudibyo, drg. Masykur, dan drg. Endra. Kekuatan
hukumnya yaitu drg.Suryono. Awal berdiri pada 17 Agustus 2005. Klinik ini awalnya
akan diberi nama Sudibyo Dental Center (SDC). Tetapi karena ada komplain tidak
boleh memakai nama orang yang masih ada / masih hidup, maka diubah menjadi Dental
Center (DC). Karena klinik ini ingin memberikan pelayanan yang menyeluruh atau
holistik, maka nama Dental Center diubah menjadi Medico Dental Center setelah
menambahkan Dokter Umum di klinik tersebut.

2. Perizinan Pembukaan Klinik


Registrasi dilakukan di Dinas Kesehatan dan para dokter gigi dan dokter telah
memiliki SIP dan STR yang masih berlaku. Dahulu harus harus memiliki surat ijin HO,
tetapi sekarang telah dihapus.

3. Analisa Lingkungan dan Segmen (ATP, WTP, SWOT)


Ability to Pay dari klinik tersebut ternilai tinggi, dilihat dari adanya bioskop,
tempat makan, pusat pembelanjaan di sekitar klinik tersebut, sedangkan Willingness to
Pay dari klinik tersebut ternilai tinggi juga, dilihat dari kemauan pasien yang datang ke
klinik.
Analisa SWOT
a. Strength (S) :
1. Tempat yang strategis, karena banyaknya bioskop, tempat pembelanjaan,
tempat makan di sekitar klinik.
2. Memiliki dokter gigi spesialis yang handal dan lengkap.
b. Weakness (W) :
1. Lahan parkir yang kurang
2. Kelanggengan SDM dikarenakan banyak dokter gigi spesialis yang ingin
melanjutkan sekolah kejenjang lebih tinggi.
3. Jalan 1 arah.
4. Perawat yang kerjanya tidak hanya di satu tempat.
c. Opportunity (O)
1. Kerjasama dengan Jerman dan Jepang
2. Mengikuti perkembangan jaman dengan membuat website.
d. Threat (T)
1. Budaya tempat waktu pasien

75
2. Status kepemilikan tanah (bukan milik pribadi)

4. Organizing dan Staffing


Di Medico Dental Center dibagi menjadi 2 bagian besar staf, yakni Staf Klinik
dan Staf PT. Staf klinik membawahi tenaga medis, misalnya dokter gigi dan dokter,
dan juga mebawahi tenaga non medis misalnya EO, pegawai, dan juga koki. Sedangkan
Staf PT membawahi Owner, Direktur dan juga tenaga IT.

5. Pembiayaan
Pembiayaan di Medico Dental Center digunakan untuk modal dental unit, gaji
awal, alat bahan, dan sarana prasarana. BEP (Break Even Point) Medico Dental Center
yaitu selama 1 tahun karena banyaknya dokter gigi spesialis.
Standar gaji non medis antara lain diatas UMR wilayah setempat, biaya
transport.
Untuk pembagian jasa medis tergantung dari tindakan yang dilakukan atau Fee
For Service, contohnya bahan medis yang dibutuhkan lebih besar (orthodonsi,
Endodontik) maka pembagiannya yaitu 60% untuk alat dan bahan, dan 40% untuk jasa
medis.

6. Perhitungan Tarif Layanan


Medico Dental Center merupakan klinik utama swasta yang menggunakan sistem
bruto. Terdapat biaya operasional, biaya sarana prasarana, biaya jasa medis, biaya
tenaga kerja. Pajak profesi medis (Pph) yaitu 5% dari bruto. Misal pasien membayar
dua ratus ribu rupiah kemudian dipotong untuk Pph, untuk alat dan bahan, kemudian
dibagi sama perusahaan dan tenaga medis.

7. Resiko Manajemen dan Keselamatan Pasien


a. Alur Pembuangan Limbah
Medico Dental Center bekerja sama dengan PT.ARAH. Limbah medis dan limbah
non medis terpisah di tempat yang berbeda. Di dalam klinik ini terdapat tempat
penyimpanan khusus. Setiap bulan limbah akan diangkut oleh PT.ARAH dan setelah
beberapa bulan akan dimusnahkan/dihancurkan oleh PT tersebut.

b. Alur Pasien
Untuk pasien awalnya, pasien dapat datang langsung ke klinik untuk mendaftar,
kemudian mengisi data RM di Front Office. Setelah pasien tersebut dapat menunggu
hingga perawat memanggil pasien tersebut. Kemudian pasien menuju ruang
pemeriksaan yang diarahkan oleh perawat. Setelah dilakukan tindakan, pasien dapat
membayar di Front Office. Apabila ada pasien emergency, pasien tersebut dapat
didahulukan daripada pasien yang telah membuat janji sebelumnya.

c. Resiko Keselamatan Pasien


Para dokter gigi dan dokter selalu menggunakan APD dalam melakukan tindakan
dan menggunakan alat yang steril dalam melakukan perawatan. Contoh nya pada kasus
penderita HIV/AIDS, dokter gigi dapat menggunakan Alat Diagnostic Set yang

76
Disposable atau alat yang sekali pakai, menggunakan Double Handscoon, Clemek
untuk pasien dan apabila kurang dapat ditambah dengan handuk.

8. Manajemen Kunjungan
Kunjungan pada pasien pada Klinik Medico Dental Center dapat melalui beberapa
media, yakni melalui Website, Email, WhatsApp Messenger, dan juga Via Front Office.
Media-media ini digunakan untuk membuat janji kunjungan / Appointment.

77
BAB III
Kesimpulan dan Saran

Klinik Medico Dental Center merupakan klinik swasta yang mengedepankan


kesehatan, kekeluargaan, dan kemanusiaan. Di klinik ini terdapat dokter gigi spesialis
dan dokter umum untuk membantu kinerja klinik.
Secara keseluruhan klinik ini sudah sangat baik tetapi seperti berdasarkan analisa
SWOT, bahwa terdapat kelemahan internal yang mungkin bisa diperbaiki seperti luas
lahan diperbesar sehingga pasien bisa parkir dengan rapi (karena pasien cukup banyak)
dan kelebihan yang dapat dipertahankan.

78

Anda mungkin juga menyukai