Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Secara umum Puskesmas merupakan satuan organisasi yang
memberikan kewenangan kemandirian oleh dinas kesehatan untuk
melaksanakan satuan tugas operasional pembangunan di wilayah kerja.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, pada Pasal 4 disebutkan
bahwasanya puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Adapun fungsi puskesmas sebagaimana tertuang pada Pasal 5
Permenkes RI No 75/2014 meliputi:
1. Penyelenggaraan UKM (upaya kesehatan masyarakat) tingkat pertama
di wilayah kerjanya
2. Penyelenggaraan UKP (upaya kesehatan perorangan) tingkat pertama di
wilayah kerjanya
Selain dua fungsi yang terdapat pada pasal 5, selanjutnya pasal 8
menyebutkan bahwa puskesmas juga dapat berfungsi sebagai wahana
pendidikan tenaga kesehatan.
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional,
khususnya subsistem upaya kesehatan. Untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan berbagai upaya
kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama di Puskesmas Cluwak meliputi:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Rawat inap

B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan klinis bertujuan untuk menjadi acuan bagi
seluruh aktifitas pelayanan klinis yang dilaksanakan di Puskesmas Medokan
Ayu , sehingga pada akhirnya pelayanan klinis dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan yang pada akhirnya dapat mendukung pencapaian
standar pelayanan minimal (SPM).

125
C. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman pelayanan klinis adalah seluruh pelayanan klinis
yang ada di Puskesmas Medokan Ayu mulai dari pendaftaran pasien,
pemeriksaan pasien (poli umum,poli lansia, poli gigi, poli KIA,poli MTBS,poli
Kestrad,Poli Psikologi, UGD), pemeriksaan penunjang, pelayanan farmasi,
konsultasi dan rawat inap (Bersalin dan Umum)

D. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang lingkup pelayanan klinis di Puskesmas Medokan Ayu meliputi:
1. Pendaftaran pasien
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi
kesehatan, pasien terlebih dahulu mendaftarkan diri di bagian
pendafaran untuk dicatatkan data sosialnya dan dibuatkan rekam
mediknya. Selanjutnya pasien akan diarahkan ke poli yang dituju.
2. Pemeriksaan pasien
Pemeriksaan pasien dilakukan di poliklinik sesuai dengan keluhan dan
kondisi pasien. poli umum,poli lansia, poli gigi, poli KIA,poli MTBS,poli
Kestrad,Poli Psikologi, UGD .
3. Pemeriksaan penunjang
Apabila dianggap perlu maka dokter yang memeriksa kondisi pasien
dapat merujuk pasien ke unit penunjang (laboratorium) untuk
mendapatkan pemeriksaan penunjang yang sesuai demi
mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai kondisi pasien.
4. Pelayanan kefarmasian
Apabila pasien sudah selesai diperiksa dan membutuhkan obat, maka
pasien akan diberi resep yang akan dibawa ke bagian farmasi untuk
mendapatkan obat sesuai dengan yang tertera dalam resep.
5. Konsultasi pasien
Pasien yang membutuhkan penjelasan mengenai kondisi kesehatan
yang lebih rinci akan dirujuk ke unit terkait, misalnya konsultasi Gizi,
konsultasi sanitasi,Kestrad,dan Psikologi.

6. Rawat inap
Apabila dari hasil pemeriksaan dokter menyatakan pasien
memerlukan perawatan lebih lanjut maka pasien akan dirujuk ke unit
rawat inap.

E. Batasan Operasional
1. Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien
untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan
pelayanan kesehatan lainnya tanpa mengharuskan rawat inap.
2. Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus
diberikan secepatnya untuk mencegah terjadinya kematian,
keparahan dan kecacatan sesuai dengan kemampuan puskesmas.

124
3. Pasien rawat jalan
Pasien puskesmas yang setelah mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kondisinya dapat pulang ke rumah.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan dokter untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan
ketepatan terapi terhadap pasien.
5. Konsultasi
Upaya memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien
mengenai hal hal yang harus diketahui berhubungan dengan kondisi
kesehatannya.
6. Pelayanan rawat inap adalah pelayanan yang diberikan pada pasien
yang tidak memungkinkan untuk dilakukan perawatan dirumah karena
memerlukan pengawasan, pengobatan dan perawatan lebih lanjut
sesuai kewenangan dan kemampuan puskesmas.

BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berikut ini tenaga kesehatan pada pelayanan klinis yang ada di
Puskesmas Medokan Ayu
NO JABATAN KUALIFIKASI
1 Dokter S1 Kedokteran dengan profesi
2 Dokter Gigi S1 Kedokteran Gigi
3 Perawat S1 Keperawatan Ners
DIII Keperawatan
4 Bidan DIII Kebidanan
5 Perawat Gigi Lulusan SPRG
6 Petugas Laboratorium DIII Analis Kesehatan
7 Petugas Farmasi S1 Farmasi
8 Dietisien DIII Gizi
9 Sanitarian DIII/ DIV Kesehatan Lingkungan
10 Perekam medis DIII Rekam Medis

B. Distribusi Ketenagaan
Puskesmas Medokan Ayu memiliki 2 puskesmas pembantu,1 Balai
Pengobatan Rusun, sedangkan kegiatan Puskesmas Keliling dijadwalkan

125
setiap hari Rabu.Dokter setiap hari bertugas di poli umum,poli lansia,poli
MTBS, puskesmas pembantu,balai pengobatan Rusun,Sedangkan untuk
pelayanan di rawat inap, seperti visite dan konsulen diatur dengan jadwal
visite dan jadwal konsulen. Jumlah dokter ada 3 (tiga) yang masing-masing
tugasnya diatur dengan jadwal. Bila ada pertemuan yang menyangkut upaya
klinis yang menjadi tugas keseharian dokter atau yang berkaitan dengan
tugas integrasinya, maka tugas di pelayanan akan digantikan sementara olah
dokter yang lain.
 Dokter gigi bertugas setiap hari di poli gigi. Jumlah dokter gigi ada
2(dua) yang menempati ruangan dental unit.
 Bidan setiap hari melakukan pelayanan diruangan KIA. Jumlah
bidan di ruang KIA 9 dan Bidan Kelurahan di setiap wilayah ada 3 .
Masing-masing bidan mempunyai spesifikasi ketugasan yang
berbeda, misalnya sebagai koordinator KIA, penanggung jawab
kesehatan anak atau penanggung jawab pelayanan KB (Keluarga
Berencana). Sedangkan untuk persalinan ada 2 (dua) bidan
penanggung jawab yang bertugas setiap shift nya .Jika ada
undangan pertemuan untuk bidan maka yang ditugasi adalah
disesuaikan dengan ketugasannya. Untuk melakukan kegiatan luar
gedung, misalnya kunjungan ibu hamil risiko tinggi, maka bidan
kelurahan yang melakukannya.
 Perawat bertugas setiap hari di poli umum,poli Lansia, Pustu
Medokan Ayu,Pustu Penjaringan Sari, Balai Pengobatan
Rusun,Pusling (Dijadwalkan setiap Rabu) dan rawat inap yang
dijadwalkan Pagi,Sore,Malam setiap shifnya. Jumlah perawat yang
bertugas di poli umum ada 2 (dua) orang, di Poli Lansia ada 1
(satu) orang, Puskesmas Pembantu masing-masing 1 (satu)
orang,Balai Pengobatam Rusun 1 (satu) orang dan ada 1 (satu)
orang di ruang perawatan setiap hari di setiap shif nya. Sedangkan
untuk pelayanan di luar jam kerja (UGD dan ruang perawatan)
diatur dengan jadwal. Setiap perawat mempunyai tugas integrasi
atau tugas lain yang diberikan kepala puskesmas, misalnya
penanggung jawab TB,Promkes,UKS,Program Lansia, penanggung
jawab Perkesmas dan Paliatif dll. Sehingga jika ada undangan
yang menyangkut ketugasanya perawat yang bersangkutan akan
didisposisi mengikuti kegiatan tersebut. Untuk kegiatan puskesmas
keliling ada 1 (satu) perawat yang bertugas.
 Perawat gigi setiap hari bertugas di poli gigi bersama dokter gigi.
Jumlah perawat gigi ada 1 (satu) yang memiliki tugas integrasi atau

124
tugas lain, seperti penanggung jawab UKS dan penanggung jawab
aset puskesmas.
 Nutrisionis setiap hari bertugas di poli gizi. Jumlah nutrisionis ada 1
(satu) dengan spesifikasi gizi klinik dan gizi masyarakat.
 Petugas laboratorium setiap hari bertugas di ruang laboratorium.
Jumlah petugas laboratorium ada 1 (satu) dibantu 1 (satu) orang
petugas adminitrasi laborat.
 Petugas farmasi setiap hari bertugas di pelayanan farmasi. Jumlah
petugas farmasi ada 1 (satu) yang memiliki tugas integrasi. jika
petugas farmasi ada undangan pertemuan maka pelayanan farmasi
dilayani oleh perawat atau Bidan.
 Sanitarian bertugas setiap hari. Jumlah sanitarian ada 1 (satu)
orang.
 Petugas pendaftaran setiap hari bertugas di ruang pendaftaran.
Jumlah petugas pendaftaran ada 4 orang, 1 orang Rekam Medis
sebagai koordinator dan 3 petugas yang sudah dilatih.

C. JADWAL KEGIATAN
Pelayanan dilaksanakan setiap hari sesuai jam kerja kecuali pelayanan.
Sedangkan untuk pelayanan di UGD, PONEK dan Rawat Inap, puskesmas
membuka pelayanan 24 jam.

125
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Terlampir

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan pasien pada umumnya berlokasi di lantai satu
gedung puskesmas (lantai bawah) sehingga memudahkan bagi pasien untuk
mengakses. Ruang pendaftaran berada paling depan di sebelah pintu masuk
puskesmas berupa ruangan dengan loket pendaftaran. Ruang pendaftaran
dilengkapi AC, 1 meja administrasi, 2 meja kerja dengan seperangkat
komputer, pengeras suara dan rak penyimpanan family folder.
Poli umum merupakan ruangan dengan 1 ruang pemeriksaan dokter,
termasuk didalamnya terdapat bed/tempat tidur pasien. Ruangan ini ber-AC.
Di bagian depan ruangan ini/di sisi pintu masuk terdapat meja anamnesa
pasien sekaligus pemeriksaan awal oleh perawat. Ruangan ini memiliki
wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi petugas. Selain itu ruangan ini
memiliki seperangkat komputer sebagai bagian dari sistem informasi
puskesmas yang terhubung dengan server untuk memasukkan data pasien
pada sistem informasi puskesmas.
Ruang UGD terdiri dari 1 ruangan dengan 3 (tiga) bed/tempat tidur
yang dibedakan berdasarkan triase dengan 1 ruang tindakan. Ruang UGD
dilengkapi dengan AC, troli tindakan, sterilisator, wastafel, almari obat, lampu
tindakan, dan meja administrasi dengan seperangkat komputer.
Disebelah ruang UGD terdapat ruangan PONEK. Ruangan PONEK
terdiri dari 2 ruang, 1 ruang persalinan dengan 2 bed dan 1 ruang post
partum dengan 3 bed dan 3 bok bayi. Ruangan PONEK dilengkapi AC, troli
tindakan, sterilisator, dan almari obat.
Ruang KIA terhubung langsung dengan ruang KB/Imunisasi, sisi
depan ruang KIA adalah ruang laktasi. Ketiganya saling terkait, sehingga
memudahkan pemberian pelayanan KIA, seperti pemeriksaan ibu hamil,
pelayanan KB, pemeriksaan calon pengantin serta pemberian imunisasi
pada balita. Ruangan KIA juga ber-AC, dilengkapi dengan meja administrasi,

124
bed pemeriksaan, bed ginekologi, wastafel, lemari peralatan dan perangkat
komputer pendukung sistem informasi puskesmas.
Ruang pelayanan Gigi terdiri dari 1 ruang pemeriksaan oleh 1 dokter
gigi dan 1 perawat gigi. Ruangan ini ber-AC, dilengkapi peralatan yang
sudah memadai seperti dental unit, almari alat dan meja administrasi,
termasuk seperangkat komputer yang terhubung dengan server.
Ruang Konsultasi Gizi memiliki ruang tersendiri sehingga memberikan
privasi kepada pasien untuk dapat berkonsultasi kepada petugas dengan
nyaman.Selain itu tersedia juga Pojok Laktasi. Selain itu petugas juga lebih
mudah dan nyaman ketika menyusun program maupun menyusun laporan
karena memiliki ruangan tersendiri yang akan menunjang kinerjanya. Ruang
ini terdiri dari meja kerja untuk konsultasi, timbangan dan seperangkat alat
bantu peraga.
Ruang laboratorium terdiri dari 1 ruangan, ber-AC. Dilengkapi dengan
meja kerja, almari, lemari es, wastafel, peralatan dan mesin pemeriksaan
laboratorium.
Ruang farmasi terdiri dari 2 ruangan, yaitu ruang untuk pelayanan
obat dan ruang tempat penyimpanan obat. Ruang pelayanan, dilengkapi
dengan almari obat, meja peracikan obat dan meja administrasi dengan
seperangkat komputer, sedangkan ruang penyimpanan obat tdilengkapi
dengan lemari obat dan rak-rak penyimpanan obat, lemari es.
Ruang Perawatan terdiri dari 3 ruangan, yaitu 1 ruangan untuk ruang
Nifas , 1 ruangan perawatan untuk pasien laki-laki, 1 ruangan untuk pasien
perempuan dan 1 ruangan untuk anak-anak . Nurse Station terletak di antara
Ranap perempuan dan Ranap anak dilengkapi dengan meja kerja, almari
obat dan almari linen, troli tindakan. Ruangan untuk pasien laki-laki berisi 2
tempat tidur, ruangan untuk pasien perempuan berisi 3 tempat tidur dan
ruangan rawat inap anak dengan 2 tempat tidur.dan Ruang Nifas 3 tempat
tidur.

2. Peralatan
Ruang Alat

125
Poli Umum  Tensimeter
 stetoskop
 termometer
 hammer
 senter
 diagnostik set
 timbangan
 pengukur tinggi badan

UGD
 tensimeter
 stetoskop
 termometer
 hammer
 senter
 diagnostik set
 timbangan
 pengukur tinggi badan

PONEK  tensimeter
 stetoskop
 stetoskop laennec
 termometer
 doppler
 KB set
 Partus set
 Kulkas vaksin
 Spuit
 Pita pengukur

Poli Gigi  Tensimeter


 stetoskop
 tang rahang dewasa
 tang rahang anak
 bor gigi
 scaling set
 spuit
Ruang KIA  tensimeter
 stetoskop
 stetoskop laennec
 termometer
 doppler
 KB set
 Partus set
 Kulkas vaksin
 Spuit
 Pita pengukur
Ruang laboratorium  Centrifuge
 Mesin pemeriksaan hematologi
 Box fiksasi
 Lampu spiritus
 Objek glass
 Deck galass
 Tabung
 Mikroskop

124
 Spuit
Ruang farmasi  Timbangan obat
 Blender
 Laminator
 Kalkulator
 Plastik obat
 Mesin puyer
 Kertas puyer
 Label obat
 Sendok obat

Ruang Perawatan  Tensimeter


 stetoskop
 termometer
 hammer
 senter
Pendaftaran  alat tulis
 buku register
 rak status
 komputer
 nomor antrian
 pengeras suara

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Poli Umum
A. Petugas Penanggung jawab
 Dokter
B. Perangkat Kerja
 Tensimeter
 Stetoskop
 Termometer
C. Tatalaksana
 Petugas melakukan pemanggilan pasien.
 Petugas melakukan anamnese untuk mengetahui keluhan dan
kondisi pasien lebih lanjut dan memeriksa tanda vital pasien,

125
kemudian mencatatkannya di rekam medis. Pasien dipersilakan
menuju meja dokter.
 Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Bila dokter merasa pasien
perlu mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut, maka dokter akan
membuat surat rujukan baik internal atau eksternal dan
memberikannya kepada pasien. Bila tidak, maka pasien
mendapatkan resep sesuai kondisi penyakitnya.
D. Alur Pelayanan
Terlampir

B. Poli Gigi
A. Petugas Penanggung jawab
 Dokter gigi
 Perawat gigi
B. Perangkat kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Kursi gigi set
C. Tatalaksana
 Petugas melakukan pemanggilan pasien
 Petugas melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital pasien
dan mencatatkannya di rekam medis. Pasien disiapkan di kursi gigi
untuk diperiksa dokter.
 Dokter memeriksa kondisi kesehatan mulut pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Bila pasien memerlukan tindakan
perawatan gigi, maka dokter gigi akan melakukan tindakan. Bila
tidak dan pasien membutuhan obat, maka dokter akan menuliskan
resep untuk pengambilan obat di farmasi.
D. Alur Pelayanan
Terlampir

E. KIA
A. Petugas Penanggung jawab
 Bidan
B. Perangkat Kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Doppler
 Spuit
C. Tatalaksana
 Petugas menekan tombol panggilan poli
 Petugas akan melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital
serta mencatatakannya di rekam medis.
 Pasien ibu hamil yang akan memeriksakan kehamilannya akan
dipersilakan naik ke bed periksa untuk dilakukan pemeriksaan
kondisi kehamilannya. Hasil pemeriksaan akan dicatat di rekam
medis.
 Bila memerlukan pemeriksaan penunjang yang lain, ibu hamil akan
dirujuk internal. Bila memerlukan imunisasi akan diberi immunisasi.

124
 Bila sudah selesai ibu hamil diberi resep untuk pengambilan vitamin
atau obat lainnya.
 Pasien bayi yang akan immunisasi akan diperiksa dulu apakah
cukup sehat untuk mendapatkan immunisasi hari ini.
 Bila kondisi bayi sehat, maka bayi akan diberi jenis immunisasi
sesuai jadwalnya. Untuk jenis immunisasi yang dapat menimbulkan
demam, kepada orang tua bayi akan deberi resep pengambilan
obat penurun panas.
 Pasien peserta KB akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi,
kemudian akan diberikan pelayanan KB sesuai keinginan pasien.
 Pasien calon pengantin akan dilakukan pemeriksaan dan
konsultasi. Bila memerlukan immunisasi, maka calon pengantin
akan diberi immunisasi.
D. Alur Pelayanan
Terlampir

E. Laboratorium

1. Petugas Penanggung jawab


 Petugas laboratorium
2. Perangkat Kerja
 Alat pelindung Diri
 Microscope
 Centrifuge
 Accucheck
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urutnya dan
menerima surat permintaan laboratorium yang dibawa dari
perujuk.
 Petugas menyiapkan peralatan dan bahan reagen yang sesuai
dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.
 Petugas menerima spesimen yang akan diperiksa, atau
petugas sendiri yang melakukan pengambilan spesimen dari
pasien.
 Petugas mempersilakan pasien menunggu diluar sementara
petugas melakukan pemeriksaan terhadap spesimen.
 Bila hasil pemeriksaan sudah keluar, petugas memanggil
pasien dan menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk
diserahkan ke unit perujuk.
C. Alur Pelayanan
Terlampir

F. Farmasi
A. Petugas Penanggung jawab
 Petugas Farmasi
B. Perangkat Kerja
 Alat tulis
 Blender obat
 Kertas pembungkus obat
 Plastik pembungkus obat

125
C. Tatalaksana
 Pasien meletakkan lembar resep di kerangjang yang telah
disediakan dan menunggu obat disiapkan.
 Petugas mengambil lembar resep dan membacanya untuk
memastikan resep dapat dibaca dengan jelas dan obat-obat
yang tertulis di dalam lembar resep tersedia.
 Apabila ada keraguan atau kekurangjelasan, maka petugas
akan menanyakan kepada petugas yang menulis resep.
 Petugas kemudian menyiapkan obat yang tertera di resep dan
memasukkannya ke dalam bungkus plastik, menuliskan
informasi penggunaan obat di bungkusnya dan kemudian
menyerahkannya kepada pasien.
 Sambil menyerahkan obat, petugas juga menyampaikan
informasi yang perlu diketahui pasien atau keluarganya
sehubungan dengan penggunaan obat.
D. Alur Pelayanan
Terlampir

124
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu,


maka perlu didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal,
melalui perencanaan yang baik dan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan
usulan pemegang program yang sudah berdasarkan hasil pemetaan
masalah. Ketersediaan logistik harus dijamin kecukupannya dan
pemeliharaan yang sudah dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan alat dan
bahan dalam pelaksanaan upaya klinis Puskesmas diselenggarakan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

125
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1. IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama
pasien dan alamat, tidak termasuk nomor dan lokasi kamar.
b. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan pemberian obat atau produk
lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur
lainnya.

Prosedur dalam Identifikasi Pasien


Ada 2 identitas yaitu menggunakan NAMA dan ALAMAT yang
disesuaikan dengan tanda pengenal resmi. Pengecualian prosedur
identifikasi dapat dilakukan pada kondisi kegawatdaruratan pasien di UGD.
Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas adalah:
 Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir
sebelum melakukan prosedur, dengan pertanyaan terbuka, contoh :”
Nama bapak siapa?” “Tolong sebutkan tanggal lahir Bapak”.
 Bila pasien tidak dapat menyebutkan nama, identitas pasien dapat
ditanyakan kepada penunggu/ pengantar pasien.

2. MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF


Cara komunikasi yang efektif di puskesmas:
a. Menggunakan teknik SBAR (Situation – Background – Assessment –
Recomendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar pemberi layanan.
 Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
 Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan
kondisi pasien terkini.
 Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
 Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah pasien saat ini.

124
b. Komunikasi Verbal (Write down/tulis, Read back/baca kembali
 Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh
penerima instruksi/ laporan.
 Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali
oleh penerima instruksi/ laporan.
 Instruksi/ laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasikan oleh
individu pemberi instruksi/ laporan.
 Untuk istilah yang sulit atau obat – obatan kategori LASA (Look Alike
Sound Alike) diminta penerima pesan mengeja kata tersebut perhurup
misalnya : UBRETID
S Situasi
Saya menelepon tentang (nama pasien,
umur, dan lokasi)………….
Masalah yang ingin disampaikan…..
Tanda- tanda vital :
B Background/ latar belakang
Status mental pasien :
Kulit:…
Alat Bantu…
A Assesment/ Penilaian
Sampaikan masalah yang sedang terjadi dan
katakan penilaian anda.
R Rekomendasi
Apakah (katakan apa yang ingin disarankan)
Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan?
Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan…

3. MENINGKATKAN KESELAMATAN PENGGUNAAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT)
Obat- obatan yang perlu diwaspadai adalah :
1. Elektrolit pekat : KCl, MgSO4, Natrium Bikarbonat, NaCl 0,3%
2. NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) / LASA (Look Alike Sound
Alike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip.
Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai:
 Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi
penandaan yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High
Alert”
 NaCl 0,3% dan KCl tidak boleh disimpan di ruang perawatan kecuali
diUnit Perawatan Intensif (ICU).

125
 Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus
memastikan bahwa elektrolit pekat disimpan di lokasi dengan akses
terbatas bagi petugas yang diberi wewenang.
 Obat diberi penandaan yang jelas berupa stiker berwarna merah
bertuliskan “High Alert” dan khusus untuk elektrolit pekat, harus
ditempelkan stiker yang dituliskan “Elektrolit pekat, harus diencerkan
sebelum diberikan”
 Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA.
 Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat
pasien tanpa pengawasan.
 Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat menerima /
memberi instruksi
Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi:
a. Elektrolit Pekat
- KCL 7,46%
- Meylon 8,4%
- MgSO4 20%
- NaCl 3 %
b. Golongan Opioid
- Fentanil
- Kodein HCL
- Morfin HCl
- Morfin Sulfat
- Petidin HCl
- Sufentanil
c. Antikoagulan
- Heparin Natrium
- Enoksaparin Natrium
d. Trombolitik
- Streptokinase

e. Antiaritmia
- Lidokain
- Amiodaron
f. Insulin
g. Obat Hipoglikemia Oral
h. Obat Agonis Adrenergik
- Efinefrin
- Norefineprin

124
i. Anestetik Umum
- Propofol
- Ketamin
j. Kemoterapi
k. Obat Kontras
l. Pelemas Otot
- Suksinilkolin
- Rokuronium
- Vekuronium
m. Larutan Kardioplegia
n. Sound Alike Look Alike Drugs

4. KEPASTIAN KETEPATAN: TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, TEPAT


PASIEN OPERASI
Indikator Keselamatan Operasi:
a. menggunakan tanda yang mudah di kenali untuk identifikasi lokasi
operasi dan mengikutsertakan pasien dalam proses penandaan.
b. Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yg tepat,
dan pasien yang tepat sebelum operasi, serta seluruh peralatan yang
dibutuhkan tersedia benar dan berfungsi.
c. Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time out
sesaat sebelum prosedur tim out sesaat sebelum prosedur operasi
dimulai.

Prosedur penandaan lokasi yang akan dioperasI :


a. Orang yang bertanggung jawab untuk membuat tanda pada pasien
adalah Operator/orang yang akan melakukan tindakan.
b. Operator yang membuat tanda itu harus hadir pada operasi tersebut
c. Penandaan titik yang akan dioperasi adalah sebelum pasien
dipindahkan ke ruang di mana operasi akan dilakukan. Pasien ikut
dilibatkan, terjaga dan sadar; sebaiknya dilakukan sebelum pemberian
obat pre-medikasi.
d. Tanda berupa “X” dititik yang akan dioperasi.
e. Tanda itu harus dibuat dengan pena atau spidol permanen berwarna
hitam dan jika memungkinkan, harus terlihat sampai pasien disiapkan
dan diselimuti.
f. Lokasi untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan, tusukan
perkutan, atau penyisipan instrumen harus ditandai.

125
g. Semua penandaan harus dilakukan bersamaan saat pengecekkan hasil
pencitraan pasien diagnosis misalnya sinar-X, scan, pencitraan
elektronik atau hasil test lainnya dan pastikan dengan catatan medis
pasien dan gelang identitas pasien.
h. Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi (laterality),
struktur multipel (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multiple level (tulang
belakang).

Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan:


 Kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi caesar)
 Kasus intervensi seperti kateter jantung
 Kasus yang melibatkan gigi
 Prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana penandaan akan
menyebabkan tato permanen

Dalam kasus-kasus di mana tidak dilakukan penandaan, alasan harus


dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan. Untuk pasien dengan warna
kulit gelap, boleh digunakan warna selain hitam atau biru gelap (biru tua)
agar penandaan jelas terlihat, misalnya warna merah.
Check list keselamatan pasien operasi
Proses check list ini merupakan standar operasi yang meliputi
pembacaan dan pengisian formulir sign in yang dilakukan sebelum pasien
dianestesi di holding area, time out yang dilakukan di ruang operasi sesaat
sebelum incise pasien operasi dan sign out setelah operasi selesai (dapat
dilakukan di recovery room). Proses sign in, time out dan sign out ini dipandu
oleh perawat sirkuler dan diikuti oleh operator, dokter anestesi, perawat.

5. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN


Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan
tangan pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

124
Ada 6 Langkah Cuci Tangan Menurut WHO
1. Basahkantangandengan air
dansabunlalugosokankekeduatelapaktangan.
2. Gosokbagianpunggungtangandansela-selajari,
lakukanpadakeduatangan.
3. Gosokkedua telapak tangan dan sela-sela jari
4. Gosok punggung tangan dua tangan dengan posisi saling menguncia
atau interlocking
5. Gosok ibu jari dengan arahd iputar oleh tangan yang berlawanan.
Ulangil angkah yang sama untuk ibu jari satunya.
6. Gosok ujung kuku tangan pada lengan yang berlawanan lalu ulangi
untuk kuku tangan satunya. Bilasdengan air lalu tutup keran memakai
siku atau menggunakan tissue.

Alat Pelindung Diri


Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan
tubuh, ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker,
tutup kepala, kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.

6. PENGURANGAN RISIKO CEDERA AKIBAT PASIEN JATUH


Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai rIsiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan
lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat rIsiko jatuh
pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh


masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di
puskesmas semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM)

125
puskesmas, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar
puskesmas ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan
kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian
pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di
puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
khususnya pasal 165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala
bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”. Berdasarkan pasal di atas
maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai kewajiban untuk
menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya
kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas harus menjamin
kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau
pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di
puskesmas.
Program keselamatan kerja di puskesmas merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal
kesehatan dan keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien,
pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekita.

Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
puskesmas, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas
berjalan baik dan lancar.

2. Tujuan khusus

124
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat
Kerja) dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.

Alat Keselamatan Kerja


1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. Jas
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya
untuk memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
b. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja
c. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam
kebakaran, eye shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang
lainnya.
d. Buanglah sampah pada tempatnya.
e. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
f. Dilarang merokok

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan


suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada

125
pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan klinis diperlukan agar
produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat
sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan
langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya
berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang
direncanakan dapat tercapai dan terjamin. Dalam pengertian Ishikawa
tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi pada
kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan kesehatan keseluruhan proses
yang diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada pemenuhan
kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.

BAB IX
PENUTUP

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya


pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan

124
kabupaten/ kota. Sedangkan Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya. Tujuan
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

125
124
125
124
125
124
125
125
# keterangan :
A : Almari tempat
penyimpanan
alat dan bahan
B : Meja anamnesa
C : Kursi pemeriksa
C1 & C2 : Kursi pasien
D : Tempat tidur tindakan
E : Kamar mandi
F : Tempat cuci tangan

124
125
124
125
124

Anda mungkin juga menyukai