Nomor : PDM.BA.UKPP.PJ.001
PUSKESMAS BANYUANYAR
DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA
1
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BANYUANYAR
Jln. Bone Utama No. 38 Telp. (0271) 711244
Email : puskesmasbanyuanyar@gmail.com
SURAKARTA 57137
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat akan kesehatan semakin hari semakin meningkat,
sehingga kesadaran masyarakat akan kesehatan juga meningkat. Ini dapat
dibuktikan dengan kunjungan di Puskesmas Banyuanyar yang dari tahun ketahun
selalu meningkat. Setidaknya bisa dilihat Pada tahun 2020 jumlah pasien 32652
, tahun 2021 jumlah pasien modok 28772 dan tahun 2022 40770
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan
pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang
dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi
pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi
pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional.
Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang sesuai indikasi,
diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan
harga terjangkau.
Tujuan pengobatan adalah mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien
secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
B. Tujuan Pedoman
Pedoman Pelayanan Pemeriksaan Umum Puskesmas Banyuanyar bertujuan
untuk menjadi acuan dalam memberi pelayanan kepada pasien poli umum baik
pasien anak maupun dewasa sehingga pada akhirnya pelayanan yang diberikan
dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.
C. Sasaran Pedoman
1. Petugas medis dan paramedis pelayanan pemeriksaan umum serta petugas
kesehatan lainnya yang terkait Puskesmas Banyuanyar
2
2. Mahasiswa yang melakukan kuliah kerja lapangan di pelayanan pemeriksaan
umum Puskesmas Banyuanyar
F. Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1186/2022
tentangPanduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama
5.
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
4
BAB III
STANDAR FASILITAS
U
Jendela Almari Jendela
Bed Pasien Bed tindakan
Wastafel Timbangan
MEJA
KOMPUTER pintu
S
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas Sarana
Ruangan Pelayanan pemeriksaan Umum memiliki fasilitas antara lain
ruang pemeriksaan dokter, termasuk didalamnya terdapat 2 bed/tempat
tidur pasien dan 2 meja untuk pemeriksaan dokter serta 1 meja untuk
pelayanan administrasi
Di bagian depan ruang pelayanan pemeriksaan Terdapat 1 (satu) meja
nurses station yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital dan anamnesa pada pasien .
Ruangan juga memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi petugas.
Selain itu ruangan memiliki seperangkat komputer sebagai bagian dari
sistem informasi puskesmas yang terhubung dengan server untuk
memasukkan data pasien pada sistem informasi puskesmas.
2. Peralatan
Tempat tidur periksa
Timbangan
Tensimeter dan stetoscope
Termometer
Head lamp
Set rawat luka
Set otoscope
5
Snellen
Trial lens
Oksigen
Computer
almari
ATK
dll
BAB IV
6
TATALAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup kegiatan
a. Pelayanan pemeriksaan umum rawat jalan dan rujukan oleh dokter umum
b. Pembuatan surat keterangan sehat
c. Pembuatan surat keterangan kematian
d. Pemeriksaan Kesehatan haji
e. Konsultasi penyakit menular khusus
f. Visum et repertum luar jenazah
g. Imunisasi haji
h. Pendidikan dan Penyuluhan
i. VCT dan PDP
B. Metode
Dalam upaya memberikan pelayanan di Pelayanan Pemeriksaan Umum
dilakukan tahapan sebagai:
1. indentifikasi
2. Wawancara/anamnesa
3. Pemeriksaan Kesehatan umum
4. Penetapan masalah
5. Penatalaksanaan kasus
6. Pendidikan dan penyuluhan
7. Evalusi dan tindak lanjut
8. Pencatatan dan pelaporan
C. Langkah kegiatan
a. Persiapan ruangan
- Persiapan alat – alat pemeriksaan
b. Penatalaksanaan pasien
- Memanggil pasien berdasarkan nomor urut
- Melakukan identifikasi
- Melakukan Kajian awal klinis , bagi pasien baru dan pasien yang belum
pernah dilakukan kajian awal
- Melakukan anamnesa, pemeriksaan
- Meberikan Pengobatan dan tindakan medik dasar di Puskesmas sesuai
pedoman
- Memberikan Penyuluhan tentang penyakit dan pola hidup sehat
7
- Memberikan Konseling sesuai kebutuhan
- Menerima rujukan internal
- Melakukan rujukan kasus spesialistik
- Menerbitkan surat keterangan sakit/sehat yang ditandatangani dokter, bila
diperlukan
- Memberikan surat KIR dokter
- Melakukan pencatatan rekam medik pasien
-
c. Dokumentasi
a. Rekam medis
b. Ditulis dalam Buku Register
c. di-input dalam Simpus Puskesmas melalui Komputer
d. Selesai pelayanan
- Mencuci ,membersihkan dan mensterilkan alat yang perlu disterilkan
sesuai prosedur
- Membersihkan dan mendesinfeksikan peralatan non kritikal
- Merapikan dan membersihkan ruang pelayanan
BAB V
LOGISTIK
8
Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis pemeriksaan umum yang
bermutu, maka perlu didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal,
melalui perencanaan yang baik dan berdasarkan kebutuhan pasien demi kelancaran
dari pelayanan di Pelayanan Pemeriksaan Umum Puskesmas Banyuanyar.
Ketersediaan logistik harus dijamin kecukupannya dan sudah dianggarkan serta
dijadualkan pengadaannya sesuai usulan. Pengadaan alat dan bahan dalam
pelaksanaan upaya klinis di Puskesmas Banyuanyar diselenggarakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Dalam pengadaan logistik petugas pelayanan Kesehatan umum melakukan usulan
kepada bagian pengadaan barang dan kusus obat serta bahan medis habis pakai
kepada pengelola farmasi untuk dapat disampaikan kepada kepala Puskesmas
Banyuanyar dalam rangka mendapatkan persetujuan. Sumber dana untuk pembelian
logistik berasal dari APBD dan BLUD Puskesmas.
Kebutuhan logistik rutin dipenuhi dengan prosedur
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
9
1. Hak pasien.
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
STANDAR I. Hak Pasien
Pasien dan keluarganya mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
1. Ada dokter penanggung jawab pelayanan.
2. Dokter penanggung jawab pelayanan membuat rencana pelayanan.
3. Dokter penanggung jawab pelayanan memberikan penjelasan secara jelas dan
benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya
insiden.
10
3) Melakukan peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga,
pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
4) Melakukan komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
11
5) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien.
Beberapa kegiatan yang mencerminkan peran pimpinan dalam upaya meningkatan
keselamatan pasien antara lain
a) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
b) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden. Insiden meliputi Kondisi Potensial Cedera (KPC),
Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD).
c) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari fasilitas
pelayanan kesehatan terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan
pasien.
d) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
e) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar
Masalah “Kejadian Nyaris Cedera” (KNC/Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada
saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
f) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan
dengan “Kejadian Sentinel”.
g) Melakukan kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan di dalam fasilitas pelayanan kesehatan dengan
pendekatan antar disiplin.
h) Menyediakan sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan perbaikan
keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber
daya tersebut.
i) Terdapat sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja fasilitas pelayanan
kesehatan dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
STANDAR VI. MENDIDIK STAF TENTANG KESELAMATAN PASIEN:
1) Dilakukan proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien.
12
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisipliner dalam pelayanan pasien.
3) Memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang memuat
topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
4) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in-service
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
5) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisipliner dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.
STANDAR VII. Komunikasi Sebagai Kunci Bagi Staff Untuk Mencapai Keselamatan
Pasien:
1) Merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
2) Melaksanakan kegiatan Transmisi data dan informasi yang tepat waktu dan
akurat.
3) Menyediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien.
4) Melakukan mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada
15
4. Petugas membuang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada
labelnya,
5. Petugas mengubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat,
c. Benar Dosis
1. Dokter / perawat meresepkan obat dengan dosis yang sesuai dengan
kebutuhan berpedoman pada panduan pelayanan medis yang
ditetapkan,
2. Petugas mengkonsultasikan dengan dokter / perawat yang menuliskan
resep jika ragu,.
d. Benar Waktu
1. Petugas menginformasikan waktu minum obat sesuai dengan ketentuan
yang berlaku:
sebelum makan, saat makan, setelah makan.
Perhatikan waktu pemberian:
3 x sehari tiap 8 jam.
2 x sehari tiap 12 jam. Sehari sekali tiap 24 jam. Selang sehari
tiap 48 jam
e. Benar Cara/ Route Pemberian
1. Petugas dalam memberikan obat sesuai dengan cara pemberian obat,
bentuk dan jenis obat :
K Slow-Release tidak boleh digerus
Enteric coated tidak boleh digerus
2. Petugas menginformasikan cara pemberian obat, bentuk dan jenis obat :
f. Benar Dokumentasi
1. Petugas mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi pada pasien
setelah mendapat obat,
2. Dokter / perawat menuliskan nama dan paraf jika ada perubahan jenis/
dosis/ jadwal/ cara pemberian obat
3. Dokter / perawat memberikan coretan dan terakhir garis( ujungnya) diberi
paraf jika penulisan resep salah,
Contoh:
Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd ≠ Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
4. Petugas mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek
Samping Obat (ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan
Insiden + Formulir Pelaporan Efek Samping Obat
5. Petugas melaporkan Insiden serta menyerahkan ke Tim Keselamatan
Pasien dan TIM Mutu Puskesmas Banyuanyar,
16
6. Petugas mendokumentasikan KTD KTC KNC KPC terkait pengobatan, :
Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
Format Pelaporan Kejadian Tidak Diharapkan
g. Benar Informasi
1. Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan/ pengobatan
harus dikomunikasikan pada pasien & atau keluarganya,
2. Petugas menjelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar,
3. Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.
4. Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada pasien,
17
3. Jika dokter/perawat tidak dapat datang untuk memperbaiki resep
apoteker/asisten apoteker/ perawat dapat mengubah resep dokter
dengan memberi catatan nama dokter/nakes lain dan waktu (tanggal dan
jam) dilakukannya konfirmasi,
4. Jika dalam menulis resep dokter/ perawat terdapat lebih dari 2 (dua)
coretan maka harus diganti dengan lembar resep baru,
18
2. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan
pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
Sebelum kontak dengan pasien
Sesudah kontak dengan pasien
Sebelum tindakan asepsis
Sesudah terkena cairan tubuh pasien
Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik
Prosedur cuci tangan :
1. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan
sebelum kontak dengan pasien,
2. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan
sebelum melakukan tindakan aseptik,
3. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan pasien,
4. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
terpajan dengan cairan tubuh pasien,
5. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan area sekitar pasien,
6. Keluarga, pegunjung, relawan dan individu yang berkunjung harus
melakukan kebersihan tangan sebelum makan, setelah makan, setelah dari
kamar mandi, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien,
7. Koordinator Pelayanan umum mengecek ketersediaan adanya handrub ,
poster tentang kebersihan tangan di ruangan,
8. Semua petugas dan Mahasiswa melepaskan perhiasan atau jam tangan
saat mencuci tangan,
9. Semua petugas dan mahasiswa harus memotong kuku jika kuku panjang,
10. Semua petugas dan mahasiswa Mencuci tangan dengan air yang mengalir
dibutuhkan waktu 40-60 detik dengan handrub cukup 20-30 detik,
11. Semua petugas dan mahasiswa melakukan kebersihan tangan dengan 6
langkah sesuai dengan langkah yang sudah ditetapkan
19
3. Pengunaan instrument yang steril dan dipergunakan untuk satu pasien satu
alat
4. Menjaga kebersihan lingkungan pelayanan umum dan mengelola limnah
medis sesuai dengan prosedur yang ada
5. Pemakaian alat suntik sekali pakai dan menerapkan tehnik aseptic dalam
injeksi
8. Pengurangan risiko cidera akibat pasien jatuh pada anak, dewasa dan geriatri
Indikator usaha menurunkan risiko cidera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat rIsiko jatuh
pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.
20
3. kendali fisik yang potensial menimbulkan masalah keselamatan pasien
dikurangi dengan menyediakan alat bantu keterbatasan fisik ( kursi roda,
walker )
4. Pemasangan hand railing di gedung pelayanan
Sasaran keselamatan pasien dijabarkan dalam indikator sasaran keselamatan
pasien yang diukur tiap bulan.
Insiden keselamatan pasien di Puskesmas Banyuanyar dikelola dengan
melakukan:
a. Pelaporan insiden keselamatan.
b. Analisis insiden dengan menggunakan metode Root Cause Analysis (RCA).
c. Tindak lanjut hasil analisis
Risiko keselamatan pasien yang mungkin terjadi dikelola dengan melakukan:
a. Identifikasi risiko klinis terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan.
b. Risk grading dan risk register untuk menentukan tingkat prioritas risiko yang
telah diidentifikasi dan rencana pengelolaan risiko.
c. FMEA (failure mode effect analysis) dilakukan kepada risiko yang menjadi
prioritas untuk menentukan tindak lanjut yang tepat.
d. Tindak lanjut hasil analisis.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
21
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja”.
Berdasarkan permenkes RI No. 52 tahun 2018 tentang K3 di fasyankes bahwa
Pengaturan K3 di Fasyankes bertujuan untuk terselenggaranya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Fasyankes secara optimal, efektif, efisien dan
berkesinambungan. Maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Melalui upaya kesehatan dan
keselamatan kerja ( K3 ) dengan membentuk Sistem Managemant Kesehatan dan
Keselamatan kerja ( SMK3 ). Puskesmas harus menjamin kesehatan dan
keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun
masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di Pelayanan Umum merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat sekitar.
Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM Puskesmas
Banyuanyar, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung /pengantar pasien,
masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan
baik dan lancar
Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan
KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu pelayanan dan citra pelayanan Kesehatan umum Puskesmas.
Banyuanyar
Alat Keselamatan Kerja
1. Pemadam kebakaran (APAR)
2. APD (alat Pelindung Diri)
3. Peralatan pembersih
22
4. Pembersih tangan di ruangan pemeriksaan
5. Alat Sterilisasi
.
Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja,
b. Identifikasi bahan berbahaya yang ada di tiap unit pelayanan
c. Upaya kewaspadaan Standard an keawaspadaan transmisi pada seluruh
aktivitas yang dilaksanakan dipuskesmas
Pakailah APD yang sesuai saat bekerja,
Harus mengetahui cara mencuci tangan dengan benar,
d. Orientasi pada petugas baru,
e. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran,
f. Buanglah sampah pada tempatnya,
g. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik,
h. Pemeriksaan Kesehatan pegawai secara periodik
i. Dilarang merokok.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
23
Pelayanan Pemeriksaan Umum Puskesmas Banyuanyar selalu dilakukan survey
kepuasan pelanggan untuk mengetahui tingkat kepuasan penerima layanan di
Puskesmas Banyuanyar. Hasil dari survey pelanggan di analisa sehingga dapat
merumuskan follow up dari permasalahan yang ada.
Jika ada KTD, KTC, KNC dan KPC segera melaporkan pada Ketua Tim Mutu dan
Keselamatan Pasien untuk segera di follow up bersama-sama dengan Anggota Tim
Mutu dan keselamatan pasien Puskesmas Banyuanyar.
Mutu pelayanan klinis Puskesmas Banyuanyar dikendalikan dengan cara:
Penetapan dan pengukuran indikator mutu klinis yang diukur setiap bulan untuk
direkomendasikan menjadi sebuah tinjauan mutu kepada Kepala Puskesmas.
Pengukuran dan analisis indikator kinerja sesuai SPM yang ditetapkan dari Dinas
Kesehatan Kota Surakarta
Penetapan, pengukuran dan analisis indikator perilaku petugas klinis.
Pengukuran compliance rate (angka kepatuhan) petugas kepada SOP
Audit rekam medis
Audit klinis
BAB IX
PENUTUP
24
Kepala Puskesmas Banyuanyar
Dinas Kesehatan Kota Surakarta
25