Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN

PELAYANAN KESEHATAN UMUM


PUSKESMAS BANYUANYAR

Nomor : PDM.BA.UKPP.PJ.001

PUSKESMAS BANYUANYAR
DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA

1
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BANYUANYAR
Jln. Bone Utama No. 38 Telp. (0271) 711244
Email : puskesmasbanyuanyar@gmail.com
SURAKARTA 57137

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat akan kesehatan semakin hari semakin meningkat,
sehingga kesadaran masyarakat akan kesehatan juga meningkat. Ini dapat
dibuktikan dengan kunjungan di Puskesmas Banyuanyar yang dari tahun ketahun
selalu meningkat. Setidaknya bisa dilihat Pada tahun 2020 jumlah pasien 32652
, tahun 2021 jumlah pasien modok 28772 dan tahun 2022 40770
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan
pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang
dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi
pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi
pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional.
Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang sesuai indikasi,
diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan
harga terjangkau.
Tujuan pengobatan adalah mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien
secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat
dipertanggungjawabkan.

B. Tujuan Pedoman
Pedoman Pelayanan Pemeriksaan Umum Puskesmas Banyuanyar bertujuan
untuk menjadi acuan dalam memberi pelayanan kepada pasien poli umum baik
pasien anak maupun dewasa sehingga pada akhirnya pelayanan yang diberikan
dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.

C. Sasaran Pedoman
1. Petugas medis dan paramedis pelayanan pemeriksaan umum serta petugas
kesehatan lainnya yang terkait Puskesmas Banyuanyar
2
2. Mahasiswa yang melakukan kuliah kerja lapangan di pelayanan pemeriksaan
umum Puskesmas Banyuanyar

D. Ruang Lingkup pedoman


Ruang lingkup Pedoman Pelayanan Kesehatan Umum meliputi :
1. Pelayanan pemeriksaan umum induk
2. Pelayanan pemeriksaan Umum sore
3. Pelayanan pemerikasaan umum pustu
4. Pelayanan pemeriksaan umum Puskesmas keliling
E. Batasan Operasional
1. Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk
tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan
kesehatan lainnya tanpa mengharuskan rawat inap.
2. Pasien rawat jalan adalah pasien puskesmas yang setelah mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kondisinya dapat pulang ke rumah
ataupun dilakukan Tindakan rujukan.

F. Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1186/2022
tentangPanduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama
5.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan klinis


Berikut ini tenaga kesehatan yang bertugas pada Pelayanan Kesehatan umum
yang ada di Puskesmas Banyuanyar:
Tenaga Dokter 6 orang
Tenaga Perawat 6 orang

B. Distribusi Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan


1. Dokter setiap hari bertugas di Pelayanan kesehatan umum Induk ,
Pelayanan Kesehatan Umum Pustu, Gawat Darurat dan Rawat Inap. Jumlah
dokter ada 6 (Empat) yang masing-masing mempunyai tugasnya sesuai
jadwal. Bila ada pertemuan yang menyangkut upaya klinis yang menjadi
tugas keseharian dokter atau yang berkaitan dengan tugas integrasinya,
maka tugas pelayanan kesehatan umum akan didisposisi kepada dokter lain
atau kepada perawat yang diberi tugas sesuai sdengan SK pelimpahan
wewenang.
2. Perawat setiap hari melakukan tugas sesuai jadwal yang dibuat oleh
Koordinator perawat . Setiap perawat mempunyai tugas integrasi atau tugas
lain yang diberikan Kepala Puskesmas, misalnya penanggung jawab TB,
Bendahara barang dll. Sehingga jika ada undangan yang menyangkut tugas
tambahannya, perawat yang bersangkutan akan didisposisi mengikuti
kegiatan tersebut.
3. Untuk kegiatan puskesmas keliling, petugas didisposisikan kepada satu
orang penanggung jawab dan dilakukan supervise oleh dokter secara
berkala

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Poli Umum

U
Jendela Almari Jendela
Bed Pasien Bed tindakan

MEJA PERIKSA I MEJA PERIKSA 2

Wastafel Timbangan

MEJA
KOMPUTER pintu
S
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas Sarana
Ruangan Pelayanan pemeriksaan Umum memiliki fasilitas antara lain
ruang pemeriksaan dokter, termasuk didalamnya terdapat 2 bed/tempat
tidur pasien dan 2 meja untuk pemeriksaan dokter serta 1 meja untuk
pelayanan administrasi
Di bagian depan ruang pelayanan pemeriksaan Terdapat 1 (satu) meja
nurses station yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital dan anamnesa pada pasien .
Ruangan juga memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi petugas.
Selain itu ruangan memiliki seperangkat komputer sebagai bagian dari
sistem informasi puskesmas yang terhubung dengan server untuk
memasukkan data pasien pada sistem informasi puskesmas.
2. Peralatan
 Tempat tidur periksa
 Timbangan
 Tensimeter dan stetoscope
 Termometer
 Head lamp
 Set rawat luka
 Set otoscope

5
 Snellen
 Trial lens
 Oksigen
 Computer
 almari
 ATK
 dll

BAB IV

6
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup kegiatan
a. Pelayanan pemeriksaan umum rawat jalan dan rujukan oleh dokter umum
b. Pembuatan surat keterangan sehat
c. Pembuatan surat keterangan kematian
d. Pemeriksaan Kesehatan haji
e. Konsultasi penyakit menular khusus
f. Visum et repertum luar jenazah
g. Imunisasi haji
h. Pendidikan dan Penyuluhan
i. VCT dan PDP

B. Metode
Dalam upaya memberikan pelayanan di Pelayanan Pemeriksaan Umum
dilakukan tahapan sebagai:
1. indentifikasi
2. Wawancara/anamnesa
3. Pemeriksaan Kesehatan umum
4. Penetapan masalah
5. Penatalaksanaan kasus
6. Pendidikan dan penyuluhan
7. Evalusi dan tindak lanjut
8. Pencatatan dan pelaporan

C. Langkah kegiatan
a. Persiapan ruangan
- Persiapan alat – alat pemeriksaan
b. Penatalaksanaan pasien
- Memanggil pasien berdasarkan nomor urut
- Melakukan identifikasi
- Melakukan Kajian awal klinis , bagi pasien baru dan pasien yang belum
pernah dilakukan kajian awal
- Melakukan anamnesa, pemeriksaan
- Meberikan Pengobatan dan tindakan medik dasar di Puskesmas sesuai
pedoman
- Memberikan Penyuluhan tentang penyakit dan pola hidup sehat

7
- Memberikan Konseling sesuai kebutuhan
- Menerima rujukan internal
- Melakukan rujukan kasus spesialistik
- Menerbitkan surat keterangan sakit/sehat yang ditandatangani dokter, bila
diperlukan
- Memberikan surat KIR dokter
- Melakukan pencatatan rekam medik pasien
-
c. Dokumentasi
a. Rekam medis
b. Ditulis dalam Buku Register
c. di-input dalam Simpus Puskesmas melalui Komputer
d. Selesai pelayanan
- Mencuci ,membersihkan dan mensterilkan alat yang perlu disterilkan
sesuai prosedur
- Membersihkan dan mendesinfeksikan peralatan non kritikal
- Merapikan dan membersihkan ruang pelayanan

BAB V
LOGISTIK

8
Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis pemeriksaan umum yang
bermutu, maka perlu didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal,
melalui perencanaan yang baik dan berdasarkan kebutuhan pasien demi kelancaran
dari pelayanan di Pelayanan Pemeriksaan Umum Puskesmas Banyuanyar.
Ketersediaan logistik harus dijamin kecukupannya dan sudah dianggarkan serta
dijadualkan pengadaannya sesuai usulan. Pengadaan alat dan bahan dalam
pelaksanaan upaya klinis di Puskesmas Banyuanyar diselenggarakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Dalam pengadaan logistik petugas pelayanan Kesehatan umum melakukan usulan
kepada bagian pengadaan barang dan kusus obat serta bahan medis habis pakai
kepada pengelola farmasi untuk dapat disampaikan kepada kepala Puskesmas
Banyuanyar dalam rangka mendapatkan persetujuan. Sumber dana untuk pembelian
logistik berasal dari APBD dan BLUD Puskesmas.
Kebutuhan logistik rutin dipenuhi dengan prosedur

1. Koordinator pelayanan menulis kebutuhan barang / obat dibuku permintaan


barang dan obat disampaikan kepada pengurus barang / pengurus farmasi
2. Pengurus barang / obat memverifikasi ketersediaan barang/obat
3. Pengurus barang /obat mengeluarkan barang / obatsesuai kebutuhan yang
diajukan koordinator pelayanan
4. Koordinator pelayanan memeriksa kondisi barang / obat dan menandatangani
bukti penerimaan barang /obat

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Di dalam memberikan pelayanan Puskesmas Banyuanyar Menerapkan Standart


keselamatan pasien dan sasaran keselamatan pasien
A. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:

9
1. Hak pasien.
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
STANDAR I. Hak Pasien
Pasien dan keluarganya mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
1. Ada dokter penanggung jawab pelayanan.
2. Dokter penanggung jawab pelayanan membuat rencana pelayanan.
3. Dokter penanggung jawab pelayanan memberikan penjelasan secara jelas dan
benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya
insiden.

STANDAR II. Mendidik Pasien dan Keluarga


Mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien.
Keselamatan dalam pemberian pelayanan ditingkatkan dengan melibatkan pasien
yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Ada sistem dan mekanisme
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien.

STANDAR III. Keselamatan Pasien Dalam Kesinambungan Pelayanan


Menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan melakukan
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
1) Melaksanakan koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan,
rujukan dan saat pasien keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Melakukan koordinasi pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan berjalan baik dan lancar.

10
3) Melakukan peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga,
pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
4) Melakukan komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

STANDAR IV. Pengunaan Metode Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan


Evaluasi Dan Program Peningkatan Keselamatan Pasien
Mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif
insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien.
1) Melakukan proses perancangan (desain) yang baik, mengacu pada visi, misi, dan
tujuan fasilitas pelayanan kesehatan, kebutuhan pasien, petugas pelayanan
kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain
yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien”.
2) Melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan: pelaporan
insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
3) Melakukan evaluasi semua insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu
proses kasus risiko tinggi.
4) Menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk menentukan
perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien
terjamin.

STANDAR V. Peran Kepimmimpinan Dalam Meningkatan Keselamatan Pasien


1) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien“.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
3) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit
dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pasien.
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan serta
meningkatkan keselamatan pasien.

11
5) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien.
Beberapa kegiatan yang mencerminkan peran pimpinan dalam upaya meningkatan
keselamatan pasien antara lain
a) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
b) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden. Insiden meliputi Kondisi Potensial Cedera (KPC),
Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD).
c) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari fasilitas
pelayanan kesehatan terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan
pasien.
d) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
e) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar
Masalah “Kejadian Nyaris Cedera” (KNC/Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada
saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
f) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan
dengan “Kejadian Sentinel”.
g) Melakukan kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan di dalam fasilitas pelayanan kesehatan dengan
pendekatan antar disiplin.
h) Menyediakan sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan perbaikan
keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber
daya tersebut.
i) Terdapat sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja fasilitas pelayanan
kesehatan dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
STANDAR VI. MENDIDIK STAF TENTANG KESELAMATAN PASIEN:
1) Dilakukan proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien.

12
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisipliner dalam pelayanan pasien.
3) Memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang memuat
topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
4) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in-service
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
5) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisipliner dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.

STANDAR VII. Komunikasi Sebagai Kunci Bagi Staff Untuk Mencapai Keselamatan
Pasien:
1) Merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
2) Melaksanakan kegiatan Transmisi data dan informasi yang tepat waktu dan
akurat.
3) Menyediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien.
4) Melakukan mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada

B. Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. Meningkatkan Komunikasi yang efektif
3. Meningkatan keamanan obat obatan yang harus diwaspadai
4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar.
5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
6. Pengurangan risoko cidera pasien akibat jatuh

Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien tersebut


adalah :
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama
pasien dan tanggal lahir pasien, tidak termasuk nomor
13
b. Pasien diidentifikasi sebelum  melakukan pemberian obat atau tindakan
lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.
Prosedur dalam identifikasi pasien :
1. Petugas mengidentifikasi pasien dilakukan mulai saat pasien mendaftar,
memperoleh pelayanan sampai pasien pulang
2. Petugas mengawali dengan memperkenalkan diri pada pasien ( petugas
pakai ID Card ),
3. menyebutkan nama atau menanyakan apakah nama pasien sudah
benar, Sebaliknya, minta pasien untuk menyebutkan namanya),
4. Setiap sebelum memberikan pelayanan pasien, petugas poli umum
harus melakukan identifikasi pasien,
5. Petugas menggunakan komunikasi aktif (berupa pertanyaan terbuka)
dalam mengidentifikasi pasien ,
6. Petugas memberikan pertanyaan terbuka menanyakan nama lengkap
pasien; “Siapa nama lengkap Bapak / Ibu?”
7. Saat pasien menyebutkan nama lengkapnya, petugas poli umum
mencocokkan dengan identitas di rekam medis
8. Petugas memberikan pertanyaan terbuka menanyakan tanggal lahir pasien/
umur ; “Kapan tanggal lahir/ umur Bapak / Ibu?”
9. Saat pasien menyebutkan tanggal lahirnya, Petugas poli umum
mencocokkan dengan identitas di rekam medis
10. Petugas dapat melanjutkan pelayanan medis yang akan diberikannya bila
kedua identitas yang disebutkan pasien telah sesuai dengan yang
tercantum dalam identitas di rekam medis,
11. Petugas melakukan konfirmasi dengan keluarga bila salah satu identitas
yang disebutkan pasien tidak sesuai dengan yang tercantum dalam rekam
medis,
12. Petugas menjelaskan kepada pasien mengenai pelayanan medis yang
akan diberikannya.

2. Meningkatkan komunikasi efektif


Cara komunikasi yang efektif di puskesmas:
a. Metode Komunikasi Verbal
1. Petugas menggunakan teknik Komunikasi SBAR (Situation -
Background – Assessment – Recommendation), dalam melaporkan
14
kondisi pasien untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar pemberi
layanan.
 Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
 Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan   kondisi
pasien terkini.
 Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
 Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah
pasien saat ini.
2. Dokter memberi instruksi verbal kepada Petugas poli umum,
3. Petugas menerapkan write down read back/ TBaK  Tulis Baca Kembali,
b. Metode Komunikasi Tertulis
1. Dokter/perawat menuliskan instruksi harus dilakukan secara lengkap
dapat terbaca dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila
diperlukan verifikasi,
2. Dokter /perawat harus menuliskan nama lengkap dan tanda tangan
penulis, serta tanggal dan waktu penulisan instruksi setiap penulisan
instruksi,
3. Dalam menuliskan instruksi dokter / perawat hendaknya menghindari
penggunaan singkatan, akronim, dan simbol yang berpotensi
menimbulkan masalah dalam penulisan instruksi dan dokumentasi medis
(misalnya catatan lanjutan keperawatan, anamnesis, pemeriksaan fisis,
pengkajian awal keperawatan,),

3. Penerapan 7 benar dalam menunjang medication safety


a. Benar Pasien:
1. Petugas menggunakan minimal 2 identitas pasien dalam mengidentifikasi
pasien,
2. Petugas mencocokkan obat sesuai dengan intruksi yang tertulis di rekam
medis,
b. Benar Obat
1. Petugas memberi label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir
obat, baskom obat), dan larutan lain.
2. Petugas melakukan verifikasi semua obat dan larutan minimal 2 orang
secara verbal dan visual jika orang yang menyiapkan obat bukan yang
memberikannya ke pasien,
3. Petugas memberi label pada syringes setelah obat disiapkan / diisi
( jangan pada saat syringe masih kosong)

15
4. Petugas membuang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada
labelnya,
5. Petugas mengubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat,
c. Benar Dosis
1. Dokter / perawat meresepkan obat dengan dosis yang sesuai dengan
kebutuhan berpedoman pada panduan pelayanan medis yang
ditetapkan,
2. Petugas mengkonsultasikan dengan dokter / perawat yang menuliskan
resep jika ragu,.
d. Benar Waktu
1. Petugas menginformasikan waktu minum obat sesuai dengan ketentuan
yang berlaku:
 sebelum makan, saat makan, setelah makan.
 Perhatikan waktu pemberian:
 3 x sehari  tiap 8 jam.
 2 x sehari  tiap 12 jam. Sehari sekali  tiap 24 jam. Selang sehari 
tiap 48 jam
e. Benar Cara/ Route Pemberian
1. Petugas dalam memberikan obat sesuai dengan cara pemberian obat,
bentuk dan jenis obat :
 K Slow-Release tidak boleh digerus
 Enteric coated tidak boleh digerus
2. Petugas menginformasikan cara pemberian obat, bentuk dan jenis obat :
f. Benar Dokumentasi
1. Petugas mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi pada pasien
setelah mendapat obat,
2. Dokter / perawat menuliskan nama dan paraf jika ada perubahan jenis/
dosis/ jadwal/ cara pemberian obat
3. Dokter / perawat memberikan coretan dan terakhir garis( ujungnya) diberi
paraf jika penulisan resep salah,
Contoh:
Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd ≠  Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
4. Petugas mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek
Samping Obat (ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan
Insiden + Formulir Pelaporan Efek Samping Obat
5. Petugas melaporkan Insiden serta menyerahkan ke Tim Keselamatan
Pasien dan TIM Mutu Puskesmas Banyuanyar,

16
6. Petugas mendokumentasikan KTD KTC KNC KPC terkait pengobatan, :
 Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
 Format Pelaporan Kejadian Tidak Diharapkan
g. Benar Informasi
1. Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan/ pengobatan
harus dikomunikasikan pada pasien & atau keluarganya,
2. Petugas menjelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar,
3. Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.
4. Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada pasien,

4. Pengkajian resep obat


a. Pengkajian resep dari aspek administratif dan farmasetik :
1. Petugas memeriksa identitas pasien: nama pasien, nomor rekam medis,
penjamin, ruang periksa, berat badan (terutama pada pasien pediatri),
2. Petugas memeriksa kelengkapan resep: diagnosis, nama dokter , nama
obat, bentuk sediaan obat, jumlah obat, dan aturan pakai,
3. Jika tertera pada aturan pakai “p.r.n” (“pro re nata” atau jika perlu), maka
petugas mengkonfirmasi ke dokter yang bersangkutan untuk mengetahui
dosis maksimal sehari sehingga etiket bisa dilengkapi dan diketahui
jumlah obat yang dibutuhkan,
4. Petugas memeriksa adanya kesesuaian dengan pedoman
pelayanan/peraturan yang berlaku,
b. Pengkajian dari aspek klinik
1. Petugas memeriksa ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan
obat, terutama untuk pasien pediatri dan geriatric,
2. Petugas memeriksa adanya alergi pada pasien dilihat pada catatan
rekam medik,
3. Petugas mempertimbangkan adanya interaksi obat,
4. Petugas mempertimbangkan adanya kontraindikasi,
5. Petugas memperhatikan adanya kontraindikasi,Petugas mengidentifikasi
masalah-masalah yang berkaitan dengan resep/ instruksi pengobatan,
c. Penanganan Resep yang Bermasalah
1. Apoteker/ asisten apoteker menghubungi dokter penulis resep/ perawat
sesuai dengan instruksi Kerja Penanganan Resep Tidak Jelas ,
2. Dokter / perawat mencoret tulisan yang tidak jelas tersebut dan menulis
perbaikan di atas coretan kemudian membubuhkan parafdan tidak boleh
menindih dengan tulisan yang baru,

17
3. Jika dokter/perawat tidak dapat datang untuk memperbaiki resep
apoteker/asisten apoteker/ perawat dapat mengubah resep dokter
dengan memberi catatan nama dokter/nakes lain dan waktu (tanggal dan
jam) dilakukannya konfirmasi,
4. Jika dalam menulis resep dokter/ perawat terdapat lebih dari 2 (dua)
coretan maka harus diganti dengan lembar resep baru,

5. Melakukan tindakan skin test sebelum memberikan injeksi antibiotik


a. Dokter mencatat terapi obat injeksi di dalam rekam medis
b. Petugas selalu melakukan skin test dengan memasukkan obat yang akan
diberikan secara intra kutan
c. Petugas mengecek hasil test setelah 3-5 menit
d. Jika terdapat tanda – tanda alergi misal durasi membesar, kemerahan dan
pasien merasakan gatal disekeliling tempat suntikan, maka dinyatakan hasil
skin test positif
e. Jika tanda-tanda di atas tidak ada, maka dinyatakan negatif dan obat bisa
diberikan sesuai prosedur injeksi

6.  Melakukan Prosedur tindakan medis dan keperawatan dengan benar


a. Petugas hanya melakukan prosedur tindakan sesuai dengan kewenangannya
b. Petugas dalam melakukan prosedur tindakan berpedoman pada standar
baku yang telah ditetapkan
c. Petugas dalam dalam melaksanakan prosedur tindakan invasif harus
melakukan informed concent

7. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Dalam hal pengurangan terjadinya resiko infeksi baik petugas maupun pasien di
tempat pelayanan kesehatan maka perlu diterapkan beberapa komponen
kewaspadaan standar antara lain;

a. Alat Pelindung Diri


Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan
tubuh, ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker,
tutup kepala, kacamata pelindung, apron/ jas
b. Penerapan cuci tangan dengan benar di setiap sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
1. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.

18
2. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan
pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik
Prosedur cuci tangan :
1. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan
sebelum kontak dengan pasien,
2. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan
sebelum melakukan tindakan aseptik,
3. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan pasien,
4. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
terpajan dengan cairan tubuh pasien,
5. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan area sekitar pasien,
6. Keluarga, pegunjung, relawan dan individu yang berkunjung harus
melakukan kebersihan tangan sebelum makan, setelah makan, setelah dari
kamar mandi, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien,
7. Koordinator Pelayanan umum mengecek ketersediaan adanya handrub ,
poster tentang kebersihan tangan di ruangan,
8. Semua petugas dan Mahasiswa melepaskan perhiasan atau jam tangan
saat mencuci tangan,
9. Semua petugas dan mahasiswa harus memotong kuku jika kuku panjang,
10. Semua petugas dan mahasiswa Mencuci tangan dengan air yang mengalir
dibutuhkan waktu 40-60 detik dengan handrub cukup 20-30 detik,
11. Semua petugas dan mahasiswa melakukan kebersihan tangan dengan 6
langkah sesuai dengan langkah yang sudah ditetapkan

19
3. Pengunaan instrument yang steril dan dipergunakan untuk satu pasien satu
alat
4. Menjaga kebersihan lingkungan pelayanan umum dan mengelola limnah
medis sesuai dengan prosedur yang ada
5. Pemakaian alat suntik sekali pakai dan menerapkan tehnik aseptic dalam
injeksi

8. Pengurangan risiko cidera akibat pasien jatuh pada anak, dewasa dan geriatri
Indikator usaha menurunkan risiko cidera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat rIsiko jatuh
pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

20
3. kendali fisik yang potensial menimbulkan masalah keselamatan pasien
dikurangi dengan menyediakan alat bantu keterbatasan fisik ( kursi roda,
walker )
4. Pemasangan hand railing di gedung pelayanan
Sasaran keselamatan pasien dijabarkan dalam indikator sasaran keselamatan
pasien yang diukur tiap bulan.
Insiden keselamatan pasien di Puskesmas Banyuanyar dikelola dengan
melakukan:
a. Pelaporan insiden keselamatan.
b. Analisis insiden dengan menggunakan metode Root Cause Analysis (RCA).
c. Tindak lanjut hasil analisis
Risiko keselamatan pasien yang mungkin terjadi dikelola dengan melakukan:
a. Identifikasi risiko klinis terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan.
b. Risk grading dan risk register untuk menentukan tingkat prioritas risiko yang
telah diidentifikasi dan rencana pengelolaan risiko.
c. FMEA (failure mode effect analysis) dilakukan kepada risiko yang menjadi
prioritas untuk menentukan tindak lanjut yang tepat.
d. Tindak lanjut hasil analisis.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh pasien dan


keluarga pasien maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di
Pelayanan Umum semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas,
pengunjung/pengantar pasien, pasien sekitar puskesmas ingin mendapatkan
perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak
proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana
yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.

21
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja”.
Berdasarkan permenkes RI No. 52 tahun 2018 tentang K3 di fasyankes bahwa
Pengaturan K3 di Fasyankes bertujuan untuk terselenggaranya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Fasyankes secara optimal, efektif, efisien dan
berkesinambungan. Maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Melalui upaya kesehatan dan
keselamatan kerja ( K3 ) dengan membentuk Sistem Managemant Kesehatan dan
Keselamatan kerja ( SMK3 ). Puskesmas harus menjamin kesehatan dan
keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun
masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di Pelayanan Umum merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat sekitar.

Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM Puskesmas
Banyuanyar, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung /pengantar pasien,
masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan
baik dan lancar

Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan
KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu pelayanan dan citra pelayanan Kesehatan umum Puskesmas.
Banyuanyar
Alat Keselamatan Kerja
1. Pemadam kebakaran (APAR)
2. APD (alat Pelindung Diri)
3. Peralatan pembersih
22
4. Pembersih tangan di ruangan pemeriksaan
5. Alat Sterilisasi
.
Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja,
b. Identifikasi bahan berbahaya yang ada di tiap unit pelayanan
c. Upaya kewaspadaan Standard an keawaspadaan transmisi pada seluruh
aktivitas yang dilaksanakan dipuskesmas
 Pakailah APD yang sesuai saat bekerja,
 Harus mengetahui cara mencuci tangan dengan benar,
d. Orientasi pada petugas baru,
e. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran,
f. Buanglah sampah pada tempatnya,
g. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik,
h. Pemeriksaan Kesehatan pegawai secara periodik
i. Dilarang merokok.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu   (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu


sistem kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur dan
menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.  Pengendalian
mutu pada pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya
sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan
langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya
berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan
dapat tercapai dan terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa
pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam
bahasa layanan kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh
puskesmas ditujukan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.

23
Pelayanan Pemeriksaan Umum Puskesmas Banyuanyar selalu dilakukan survey
kepuasan pelanggan untuk mengetahui tingkat kepuasan penerima layanan di
Puskesmas Banyuanyar. Hasil dari survey pelanggan di analisa sehingga dapat
merumuskan follow up dari permasalahan yang ada.
Jika ada KTD, KTC, KNC dan KPC segera melaporkan pada Ketua Tim Mutu dan
Keselamatan Pasien untuk segera di follow up bersama-sama dengan Anggota Tim
Mutu dan keselamatan pasien Puskesmas Banyuanyar.
Mutu pelayanan klinis Puskesmas Banyuanyar dikendalikan dengan cara:
 Penetapan dan pengukuran indikator mutu klinis yang diukur setiap bulan untuk
direkomendasikan menjadi sebuah tinjauan mutu kepada Kepala Puskesmas.
 Pengukuran dan analisis indikator kinerja sesuai SPM yang ditetapkan dari Dinas
Kesehatan Kota Surakarta
 Penetapan, pengukuran dan analisis indikator perilaku petugas klinis.
 Pengukuran compliance rate (angka kepatuhan) petugas kepada SOP
 Audit rekam medis
 Audit klinis

BAB IX
PENUTUP

Penanggung jawab penyelenggaraan Pelayanan Pemeriksaan Umum Puskesmas


Banyuanyar adalah penenggungjawab pelayanan UKP yang bertanggungjawab
kepada kepala PUskesmas Banyuanyar. Sedangkan penanggungjawab utama
penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan
Surakarta adalah Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Puskesmas
bertanggungjawabhanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta sesuai dengan kemampuannya.
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Hal tersebut selaras dengan Visi puskesmas yaitu “
mewujudkan Masyarakat sehat di wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar “ Karena hal
tersebut pelayanan pemeriksaan Umum diharapkan sebagai tempat pertama dalam
memberikan pelayanan kesehatan kususnya pada pasien di wilayah kerja
Puskesmas Banyuanyar dan pasien dari luar wilayah maupun luar kota

24
Kepala Puskesmas Banyuanyar
Dinas Kesehatan Kota Surakarta

dr. Aji Danarto


NIP. 19800720 200604 1 013

25

Anda mungkin juga menyukai