Anda di halaman 1dari 18

PEDOMAN

PELAYANAN KLINIS
POLI UMUM
UPTD PUSKESMAS PEKKAE

PEMERINTAH KABUPATEN BARRU


DINAS KESEHATAN
UPTD KESEHATAN PUSKESMAS PEKKAE
Jl. Abd.Muis No. 52 Pekkae, Kec. Tanete Rilau Kab. Barru. Telp. 0427-2323431

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Ruang Lingkup
1.3 Landasan Hukum

BAB II. PENGORGANISASIAN

BAB III STANDART KETENAGAAN

BAB IV STANDART FASILITAS

BAB V TATA LAKSANA PELAYANAN


A. Tata Laksana Pelayanan di poli Umum
5.1 Petugas Penanggung Jawab
5.2 Perangkat Kerja
5.3 Tata laksana Pelayanan di Poli Umum
5.4 Jenis Pelayanan Yang Dilakukan di Poli Umum

BAB VI LOGISTIK
A. Standart Obat di Poli Umum
6.1 Obat Live Saving

BAB VII KESELAMATAN PASIEN

BAB VIII KESELAMATAN KERJA

BAB IX PENGENDALIAN MUTU

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi


untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
pelayanan profesi yang telah ditetapkan.dan prefentif untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi – tingginya di wilayah kerjanya.
Pusat Kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
Upaya kesehatan perseorangan yang selanjutnya disebut UKP adalah suatu
kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita rawat jalan, maka diperlukan
peningkatan pelayanan rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan / Puskesmas.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Poli Umum perlu dibuat standar
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan
pelayanan yang diberikan ke pasien rawat jalan UPTD Puskesmas Pekkae.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan rawat
jalan di Poli Umum UPTD Puskesmas Pekkae harus berdasarkan standar pelayanan Poli
Umum UPTD Puskesmas Pekkae

Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan di Poli Umum meliputi :


- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
kelompok dan masyarakat

3
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerjasama inter dan antar profesi
- Melaksanakan rekam medis
- Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap mutu dan akses
pelayanan kesehatan
- Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
- Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di wilayah kerjanya
- Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan
- Sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.

B. Landasan Hukum
1. Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang – undang No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
3. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Peraturan Pemerintah No 46 tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Kesehatan
6. Peraturan Presiden No 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
7. Peraturan Menteri Kesehatan No 75 Tahun 2004 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.

4
BAB II
PENGORGANISASIAN

Puskesmas merupakan unit pelaksanan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten /


Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan perorangan tingkat pertama secara terintegrasi dan
berkesinambungan.
Organisasi puskesmas disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
berdasarkan kategori, upaya kesehatan dan beban kerja puskesmas.
Organisasi puskesmas paling sedikit terdiri atas :
a. Kepala Puskesmas
b. Kepala sub bagian tata usaha
c. Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
d. Penanggung jawab UKP, Kefarmasian dan laboratorium
e. Penanggunag jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk :
a. Pelayanan rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Pelayanan satu hari ( one day care )
d. Rawat Inap
e. Home care
Di Pelayanan rawat jalan yang melakukan pemeriksaan, pengobatan, konseling,
maupun rujukan adalah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter dan tenaga
paramedis.

5
BAB III
STANDAR KETENAGAAN

Kualifikasi SDM ( Sumber Daya manusia )

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Poli Umum adalah :

Nomor Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan


Formal
1 Penanggung jawab Dokter Bersertifikat
Pelayanan Poli Umum Umum ACLS/ATLS

2 Dokter Poli Umum Dokter Bersertifikat


Umum ACLS/ATLS

3 Perawat Pelaksana S1/D III Bersertifikat


Poli Umum Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD

BAB IV
STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas

6
I. Jenis Peralatan

Peralatan yang tersedia di Poli Umum untuk penunjang kegiatan pelayanan


terhadap pasien rawat jalan :
a. Meubelair, terdiri dari :
1. Meja kerja : 2 buah
2. Kursi kerja : 4 buah
3. Tempat tidur pemeriksaan : 1 buah
4. Lemari arsip : 1 buah
5. Lemari tempat peralatan : 2 buah
b. Perlengkapan, terdiri dari :
1. Komputer desk : 1 buah
2. Laptop : 1 buah
3. Printer : 1 buah
4. Bantal :1 buah
5. Sarung bantal : 1 buah
6. Sprei :1 buah
7. Taplak meja : 2 buah
8. Wastafel cuci tangan : 1 buah
9. Perlak : 1 buah
10. Tempat sampah tertutup yang dilengkapi dengan injakan pembuka
penutup : sampah organik, sampah anorganik
c. Set pemeriksaan umum, terdiri dari ;
1. Buku tes ishihara
2. Snellen chart ( alphabet chart )
3. Senter untuk periksa
4. Tensimeter
5. Stop watch
6. Stetoskop
7. Termometer
8. Metline ( pengukur lingkar pinggang )
9. Timbangan injak dewasa dan pengukur tinggi badan
d. Bahan Habis Pakai, teridir dari :
1. Masker wajah
2. Sarung tangan non steril
3. Sabun tangan atau antiseptic
e. Pencatatan dan Pelaporan, terdiri dari :
1. Buku Register Harian Pelayanan Poli umum
2. Buku Register Rujukan Internal
3. Buku Register Rujukan Eksternal
4. Kertas Resep : putih, biru, pink
5. Formulir Permintaan Rujukan Internal

7
6. Formulir Rujukan Eksternal
7. Formulir Surat Keterangan Dokter ( surat keterangan sehat )
8. Formulir Surat Keterangan Sakit
9. Formulir Informed consent

BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA PELAYANAN DI POLI UMUM

I. Petugas Penanggung Jawab

 Dokter

 Tenaga paramedis / perawat

II. Perangkat Kerja

1. Buku Register Harian Pelayanan Poli umum

2. Buku Register Rujukan Internal

3. Buku Register Rujukan Eksternal

4. Kertas Resep : putih, biru, pink

5. Formulir Permintaan Rujukan Internal

6. Formulir Rujukan Eksternal

7. Formulir Surat Keterangan Dokter ( surat keterangan sehat )

8. Formulir Surat Keterangan Sakit

8
9. Formulir Informed consent

10. Rekam medis

III. Tata Laksana Pelayanan di Poli Umum

1. Pendaftaran pasien yang datang ke Poli Umum dilakukan oleh

pasien / keluarga dibagian admission

2. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan

memberikan status/ rekam medis untuk diisi oleh dokter / tenaga paramedis

yang bertugas

3. Petugas admission memberikan rekam medis ke Poli Umum

4. Paramedis memanggil pasien, kemudian mencocokkan identitas

pasien dengan rekam medisnya

5. Paramedis melakukan anamnesa untuk mengetahui kondisi yang

dialami pasien

6. Paramedis melakukan pemeriksaan vital sign

7. Dokter melakukan pemeriksaan fisik

8. Bila diperlukan, akan dilakukan rujukan internal ke laboratorium

untuk kejelasan diagnosa dan ke poli gizi bila memerlukan konseling gizi.

9. Dokter menegakkan diagnosa, bila pasien memerlukan tindakan

dilakukan di Ruang Tindakan / UGD, dan bila memerlukan rujukan

paramedis membuatkan surat rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih

tinggi.

10. Dokter memberikan terapi, mengedukasi, menulis resep dan

menyerahkan ke pasien / keluarga,

11. Dokter mencatat hasil pemeriksaan, tindakan, terapi ke dalam

rekam medis.

12. Paramedis menulis hasil pemeriksaan ke dalam buku register

harian.

13. Paramedis melakukan entry data ke dalam komputer ( SIK /

P.CARE )

14. Paramedis mengembalikan rekam medis pasien ke bagian

admission.

9
IV. Jenis Pelayanan Yang Dilakukan Di Poli Umum

1. Kajian awal klinis meliputi :

Anamnesis
adalah wawancara terhadap pasien atau keluarganya tentang
penyakit / keluhan, lamanya sakit dan pengobatan yang sudah
didapatkan
Sebelum anamnesis dilakukan sebaiknya konfirmasi dahulu identifas
pasien.

Keluhan utama
Adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat sehingga
mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis.

Riwayat Penyakit Sekarang


Adalah perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali pasien merasakan
munculnya keluhan atau gejala penyakitnya atau dengan kata lain mulai
dari akhir masa sehat. Setelah itu ditanyakan bagaimana perkembangan
penyakitnya apakah cenderung menetap, berfluktuasi atau bertambah
lama bertambah berat sampai akhirnya datang mencari pertolongan medis.

Riwayat Penyakit Dahulu


Merupakan informasi tentang riwayat penyakit dahulu ini secara lengkap,
karena seringkali atau penyakit riwayat pengobatan yang pernah
diterimanya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Merupakan penyakit yang berhubungan dengan faktor keturunan seperti
misalnya diabetes melitus, hipertensi. Menanyakan riwayat penyakit
orangtua, kakek nenek dan lain lain.

Riwayat kebiasaan/sosial
Kebiasaan yang biasa dilakukan oleh pasien yang bisa mempengaruhi
kondisi kesehatannya. Seperti kebiasaan merokok, atau minum alkohol,
dan lain lain

Kesadaran

10
Penentuan tingkat kesadaran dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Secara kualitatif : compos mentis, apatis, somnolen, stupor, koma.
Sedangkan secara kuantitatif dengan glasgow coma scale (GCS)

Tanda tanda vital


Pemeriksaan tanda tanda vital meliputi pemeriksaan tekanan darah,
nadi, suhu, dan respirasi.

Pemeriksaan fisik
adalah pemeriksaan yang mencakup :
a. Inspeksi : Keadaan umum pasien secara visual
b.Palpasi : Pemeriksaan raba(perabaan benjolan,konsistensi
hepar/ lien)
c. Perkusi : Pemeriksaan ketuk (batas jantung, paru , hepar ,
asites)
d.Auskultasi : Periksa dengan menggunakan stetoskop

Pemeriksaan penunjang sederhana


Adalah pemeriksaan yang diperlukan untuk membantu menegakkan
diagnosa penyakit yaitu Laboratorium, Rontgen, EKG

Penegakan diagnosis (assesment)


adalah menetapkan jenis penyakit yang diderita oleh pasien
berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang dilakukan oleh dokter atau oleh paramedik apabila
dokter tidak ada

Rencana penatalaksanaan komprehensif (plan)


Bagian ini berisi rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
1. Pengobatan / terapi

Pengobatan diberikan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan


berdasarkan hasil pemeriksaan dan penunjang.
Pengobatan juga memberikan kesempatan kepada pasien untuk
memilih menerima atau pun menolak akan tindak lanjut terapi yang
akan diberikan kepada pasien.
2. Rujukan internal
adalah rujukan yang ditujukan atau berasal dari sub unit lain
dalam lingkungan Puskesmas meliputi KIA - KB, Gigi, UGD/
Rawat Inap, Kesling, Gizi, Poli Umum, MTBS, Laboratorium.
3. Rujukan Eksternal

11
adalah rujukan ke fasilitas kesehatan di luar Puskesmas ( Rumah
Sakit, Laboratorium swasta )
Kriteria rujukan
 Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yaitu diluar diagnosa
144 penyakit yang tidak boleh dirujuk.
 Berdasarkan persetujuan dari pasien
4. Pengisian rekam medis
Harus diisi secara lengkap oleh petugas yang melaksanakan layanan
klinis mulai dari anamnesa, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat alergi, konseling pasien, diagnosa pasien,
serta terapi yang akan diberikan ( S/ subjektif,O/ objektif,A/
assesment,P/ planning )

BAB VI
LOGISTIK

STANDART OBAT DI POLI UMUM

I. OBAT LIVE SAVING

a. Injeksi

No Nama Obat Satuan Jumlah

1. Aminophilin Ampul 1
2. Diazepam Ampul 1

3. Adrenalin Ampul 2
4 Vit k Ampul 2

5. Dexametason Ampul 2

12
6 Mgso4 Ampul 1
7 Deladryl Flacon 2

b. CairanInfus

No Nama Obat Satuan Jumlah

1. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 1

2. Ringer Lactat Kolf 1

c. Alat

No Nama Alat Satuan Jumlah

1. Spuit 1 cc buah 1
2. Spuit 3 cc buah 1
3. Spuit 5 cc buah 1
4. Infusion set buah 2
5. Abocat no 18 buah 1
6. Abocat no 22 buah 1
7. Abocat no 24 buah 1

Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui Instalasi Farmasi.
Pengadaan obat dan alat kesehatan dilakukan oleh panitia pengadaan setelah
mendapat persetujuan dari kepala Puskesmas.

13
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan Pasien ( Patient Safety )

Adalah suatu sistem dimana Puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
 Asesment resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :


 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas
 Meningkatnya akuntabilitas Puskesmasterhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Puskesmas
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

14
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )
ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat
diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah


Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )


Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima,
seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.

15
C. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga puskesmas
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”

BAB VIII
KESELAMATAN KERJA

I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari
ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49
tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di negara - negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan
yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan
kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya
kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi
penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa
pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya
kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit :
tato, tindik, dll).

16
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut
data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08%
pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan
WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis
karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi
semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi
dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai
sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas
Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.

II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai


resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya,
untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan
prinsip “Universal Precaution”.

III. Tindakan yang beresiko terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

IV. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang

17
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di UPTD Puskesmas Pekkae dalam memberikan


pelayanan di poli Umum adalah pemberi pelayanan adalah dokter dengan target 100%,
kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan di Poli Umum dengan target >
90%
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format
tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan Kepala
UPTD Puskesmas Pekkae.

18

Anda mungkin juga menyukai