PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele
berbagaiorgan tubuh, dan bila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan
kematian.Dengan demikian menjadi penting bagi perawat untuk mengetahui lebih lanjut
dan elektrolit,sebenarnya masih ada diagnosa keperawatan yang mungkin muncul. Tetapi
pada kasusini difokuskan pada kasus diare, sehingga tindakan keperawatan lebih banyak
diarahkanpada rehidrasi pasien, dan ternyata banyak sekali yang harus dipertimbangkan
dandiperhatikan.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan diare dengan diagnosa yang
b. Tujuan Khusus
D. Manfaat
Dapat mengetahui dan mempelajari lebih rinci tentang penyakit diare dan mampu
Sebagai salah satu sumber literatur dalam perkembangan dibidang profesi keperawatan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medis
a. Defenisi
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (>3
(Brunner & Suddarth, 2002).Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah
yinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja
berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut
WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari
b. Etiologi
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
terutama canalida.
3
2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
Menurut Ngastiyah (2005) penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor:
Faktor Infeksi
1) Infeksi enterial
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab diare pada anak.
(candida albicanas)
2) Infeksi pareteral
Keadaan terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
4
Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar)
c. Manifestasi Klinik
d) Feses cair biasa disertai lendir atau darah, warna tinja mungkin berubah hijau
e) Anus mungkin lecet karena tinja makin asam akibat asam laktat dari laktosa yang
d. Patofisisologi
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang
bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak
yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi
e. Pemeriksaan Penunjang
a. Feses
pH dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
parasit.
f. Komplikasi
2. Renjatan hipovolemik.
7
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
4. Hipoglikemia.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
g. Penatalaksanaan Medis
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan
yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan
disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
Cairan parentral
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
b) Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.
c) Obat-obatan
a. Pengkajian
1) Aktivitas/Istirahat
2) Sirkulasi
(dehidrasi/malnutrisi).
3) Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, mis. Perasaan tidak berdaya/tidak ada
4) Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair.
Episode diare berdarah tidak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering tidak dapat
Tanda : Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau adanya peristaltik yang
5) Makanan/Cairan
Tanda : Penurunan lemak subkutan/massa otot. Kelemahan, tonus otot dan turgor
6) Higiene
7) Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri/nyeri tekan pada kuadran kanan bawah (mungkin hilang dengan
8) Keamanan
9) Interaksi Sosial
b. Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau
c. Intervensi Keperawatan
1) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output
Tujuan : Klien akan mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat
untuk mepertahankan berat badan dalam rangka pertumbuhan dengan kriteria hasil
INTERVENSI RASIONAL
1. Buat jadwal masukan tiap jam, 1. Pemberian makanan dan
anjurkan mengukur cairan atau minuman yang teratur dapat
11
makanan dan minuman sedikit demi membantu mempertahankan
sedikit. keseimbangan nutrisi klien
2. Timbang berat badan setiap hari atau 2. Merupakan indikator terhadap
sesuai dengan indikasi. asupan makanan yang adekuat
3. Auskultasi bising usus, catat adanya 3. Gangguan keseimbangaan cairan
nyeri abdomen elektrolit dapat menurunkan
motilitas/fungsi lambung
4. Berikan makanan cair yang 4. Pemberian makanan melalui oral
mengandung zat makanan dan lebih baik jika klien sadar dan
elektrolit dengan segera jika klien fungsi ganstrointestinalnya baik.
dapat mentoleransinya melalui
pemberian cairan oral.
5. Libatkan keluarga (ibu klien) pada 5. Meningkatkan rasa keterlibatan
perencanaan makanan sesuai indikasi keluarga dalam perawatan klien
dan memberikan informasi untuk
memahami kebutuhan nutrisi
pasien
keseimbangan input dan out put serta bebas dari tanda dehidrasi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi TTV, takikardia dan 1. Merupakan indikator adanya
demam. Kaji turgor kulit dan dehidrasi/hipovolemia dan untuk
kelembabab membran mukosa menentukan intervensi selanjutnya
2. Pantau input dan out put cairan, 2. Untuk mengidentifikasi tingkat
catat/ukur diare dan kehilangan dehidrasi dan pedoman untuk
cairan melalui oral penggantian cairan
3. Anjurkan klien untuk banyak minum 3. Pemberian cairan yang teratur dapat
membantu mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
klien
12
4. Penatalaksanaan pemberian obat 4. Mempercepat proses penyembuhan dan
sesuai instruksi berguna untuk meminimalkan
kehilangan cairan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau suhu tubuh klien setiap 1 1. Untuk memantau peningkatan suhu
jam, perhatikan apakah klien tiba-tiba. Suhu 38,9˚ C – 41,1˚ C
menggigil menunjukan proses infeksi. Menggigil
sering mendahului puncak peningkatan
suhu
2. Beri kompres hangat dan hindari 2. Membantu mengurangi demam.
penggunaan alkohol/es Alkohol / air es dapat menyebabkan
kedinginan dan mengeringkan kulit
3. Kolaborasi untuk memberikan 3. Mengurangi demam dengan aksi sentral
antipiretik (asetaminofen, pada hipotalamus
ibuprofen) sesuai indikasi
D. Evaluasi
2. Volume cairan yang adekuat dengan keseimbangan input dan out put serta bebas
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. Biodata
A. Identitas Klien
4. Agama : Islam
5. Alamat : Pancana
9. No. RM : F-605
a. Nama : Tn “B”
b. Usia : 36 Tahun
c. Pekerjaan : PNS
d. Agama : Islam
e. Alamat : Pancana
A. Riwayat Kesehatan
14
Riwayat Keluhan Utama : Ibu klien mengatakan anaknya BAB encer 4x,
muntah 4x, dan Demam dialami sejak 1 hari yang lalu sebelum di bawa
ke Puskesmas
Keluhan Pada saat Pengkajian :Ibu klien mengatakan anaknya BAB encer
Ibu klien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit
keturunan.
I. Pemeriksaan Fisik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Suhu : 37,8 oC
Respirasi : 24 x/i
teraba benjolan
8. Telinga : Simetris kiri dan kanan, Bersih tidak ada serumen, Tidak
15
ada nyeri tekan
10. Tenggorokan : Warna mukosa normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
12. Thorax dan pernapasan : simetris kiri dan kana, teraba adanya massa dan
14. Genetalia dan Anus :tidak ada haemoroid, tidak tampak kemerahan
II. Terapi
1. IVFD RL 16 tts
16
DATA FOKUS
- TTV: N : 100x/i
P : 24x/i
S : 37,8°C
- Teraphy:
IVFD RL 16 tts
Zink 1x1
ANALISA DATA
17
Nama : An.”M” No. RM : F-605
Umur : 5 Tahun Ruangan : Madising 3
18 Nutrisi kurang
dari kebutuhan
elektrolit
DO :
- Klien tampak lemah
- Turgor kulit jelek
- TTV :
N : 100 x/mnt
S : 37,8 ºC
P : 24x/mnt
- Tampak terpasang infus
RL 16 tetes / menit
Ketidakseimbangan
cairanKecemasan
elektrolit
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
19
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
20
elektrolit b/d output yang cairan terpenuhi setelah servasi TTV dehidrasi / hipovolemia dan
berlebihan, yang ditandai dengan dilakukan tindakan untuk menentukan intervensi
: keperawatan selama 3 x selanjutnya.
DS : 24 jam dengan kriteria 2. Merupakan indikator adanya
- Ibu klien mengatakan hasil : 2. Kaji turgor kulit dan dehidrasi / hipovolemia dan
anaknya BAB encer 4x - BAB cair berkurang kelembaban membran untuk menentukan intervensi
sampai dengan mukosa. selanjutnya
DO : normal (bab lunak 1- 3. Pantau input dan out put 3. Untuk mengidentifi-kasi
- Klien tampak lemah 2 x sehari), cairan, catat/ukur diare dan tingkat dehi-drasi dan
- Turgor kulit jelek - Kulit elastis kehilangan cairan melalui pedoman untuk penggantian
- TTV : oral. cairan.
N : 100 x/mnt 4. Memungkinkan penghentian
4. Anjurkan klien untuk ninum tindakan dukungan cairan
S : 37,8 ºC
sedikit sedikit tapi sering invasif dan membantu
P : 24x/mnt
mengembalikan fungsi usus
Tampak terpasang infus RL 5. Kolaborasi pemberian cairan normal.
16 tetes / menit. tambahan infus sesuai 5. Menggantikan kehilangan
indikasi. cairan dan memperbaiki
keseimbangan cairan
C. CATATAN PERKEMBANGAN
21
Nama : An.”M” No. RM : F-605
Umur : 5 Tahun Ruangan : Madising 3
NO EVALUASI
HARI/ TGL JAM IMPLEMENTASI
DX (SOAP)
1. Rabu / 09.00 1. Mengkaji pola makan klien Jam 14.00
10-05-2017 Hasil : Hanya menghabiskan ¼ porsi S: Ibu klien mengatakan anaknya malas makan
memberikan makan sedikit demi sedikit tapi sering A : Masalah nutrisi kurang dari kebutuhan
10-05-2017 Hasil : N ; 100 x/mnt, P; 24 x/mnt, S; 37,3 ºC. S: Ibu klien mengatakan anaknya masih
22
2. Mengkaji turgor kulit dan kelembaban membran BAB encer 2x
mukosa. O : KU Lemah
encer 4x
23
24
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, 2008, Kapita Salekta Kedoktern, Edisi 3 Jilid 2, EGC, Jakarta.
Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2, EGC,
Jakarta.
25