Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele

penanganannya. Pada kenyataanya diare dapat menyebabkan gangguan sistem

ataupunkomplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa di antaranya

adalahgangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock hipovolemia, gangguan

berbagaiorgan tubuh, dan bila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan

kematian.Dengan demikian menjadi penting bagi perawat untuk mengetahui lebih lanjut

tentangdiare, dampak negative yang ditibulkan, serta upaya penanganan dan

pencegahankomplikasinya.Pada kasus pemenuhan gangguan keseimbangan cairan

dan elektrolit,sebenarnya masih ada diagnosa keperawatan yang mungkin muncul. Tetapi

pada kasusini difokuskan pada kasus diare, sehingga tindakan keperawatan lebih banyak

diarahkanpada rehidrasi pasien, dan ternyata banyak sekali yang harus dipertimbangkan

dandiperhatikan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tinjauan teoritis diare

2. Bagaimana Pengkajian pada anak dengan diare

3. Bagaimana menentukan diagnosa keperawatan pada anak dengan diare

4. Bagaimana menetapkan intervensi keperawatan pada anak dengan diare

5. Implementasi keperawatan pada anak dengan diare

6. Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare

1
C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan diare dengan diagnosa yang

muncul  pada saat itu.

b. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare

2) Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare

3) Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare

4) Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare

5) Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare

6) Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare

D. Manfaat

 Dapat mengetahui dan mempelajari lebih rinci tentang penyakit diare dan mampu

menerapkan teori – teori yang di dapat di dalam instisusi pendidikan.

 Sebagai salah satu sumber literatur dalam perkembangan dibidang profesi keperawatan.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis

a. Defenisi

Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana

terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena

frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (>3

kali/hari ), serta perubahan isi/volume ( >200gr/hari) dan konsistensi feces cair

(Brunner & Suddarth, 2002).Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah

yinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja

berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut

WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari

b. Etiologi

Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut

patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:

1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:

a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela,

E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus

aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan

(misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan

psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.

b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang

mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur

terutama canalida.

3
2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:

a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.

b) Kurang kalori protein.

c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

Menurut Ngastiyah (2005) penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor:

Faktor Infeksi

1) Infeksi enterial

Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab diare pada anak.

Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:

a. Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),

Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.

b. Infeksi bakteri: vibrio, Ecoli, salmonella, shigella.

c. Infeksi parasit: Cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides), protozoa

(entamoeba hystolytica, giardia lambilia, trichomonas hominis), jamur

(candida albicanas)

2) Infeksi pareteral

Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut,

tonsilitis/tonsilofaringitis, bronchopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

Keadaan terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

Faktor Malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat

Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi

glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan

tersering intoleransi laktosa.

2) Malabsorbsi lemak

3) Malabsorbsi protein
4
Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang

lebih besar)

c. Manifestasi Klinik

a) Mula-mula bayi cengeng, rewel, gelisah

b) Suhu tubuh biasanya meningkat

c) Nafsu makan berkurang atau tidak ada

d) Feses cair biasa disertai lendir atau darah, warna tinja mungkin berubah hijau

karena bercampur dengan empedu.

e) Anus mungkin lecet karena tinja makin asam akibat asam laktat dari laktosa yang

tidak diabsorbsi usus dan sering defikasi.

f) Muntah disebabkan lambung yang turut meradang atau gangguan keseimbangan

asam basa dan elektrolit.

d. Patofisisologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan

osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini

akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare

timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga

timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri

timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.


5
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme

hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,

mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan

akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan

diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan

(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak

tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya

penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang

bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi

oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam

cairan intraseluler.

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak

yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan

penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi

glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga

40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

4. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:

 Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah

yang    bertambah hebat.


6
 Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang

encer ini diberikan terlalu lama.

 Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik

karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi

jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat

mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi

klien akan meninggal.

e. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium pada diare adalah:

a. Feses

 Makroskopis dan Mikroskopis

 pH dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila

diduga terdapat intoleransi gula.

 Biakan dan uji resisten bakteri

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan

pH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.

a) Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

b) Elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfat.

c) Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau

parasit.

f. Komplikasi

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

2. Renjatan hipovolemik.

7
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,

perubahan pada elektro kardiagram).

4. Hipoglikemia.

5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena

kerusakan vili mukosa, usus halus.

6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga

mengalami kelaparan.

g. Penatalaksanaan Medis

Dasar pengobatan diare adalah:

a) Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.

 Cairan per oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan

yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada

anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan

dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap

disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak

lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.

 Cairan parentral

Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat

 Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg

- 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran

1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).

 Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg

- 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau

10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).


8
 Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg

- 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7

tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

b) Pengobatan dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang

dari 7 kg, jenis makanan:

 Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak

jenuh

 Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)

 Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu

yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak

jenuh.

c) Obat-obatan

Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang

mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Aktivitas/Istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak tidur

semalaman karena diare.Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja

s/d efek proses penyakit.

2) Sirkulasi

Tanda : Takhikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses imflamasi dan

nyeri). Kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K).Hipotensi termasuk


9
postural. Kulit/membran mukosa : turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah

(dehidrasi/malnutrisi).

3) Integritas Ego

Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, mis. Perasaan tidak berdaya/tidak ada

harapan.Faktor stress akut/kronis mis.Hubungan dengan keluarga/pekerjaan,

pengobatan yang mahal.Faktor budaya – peningkatan prevalensi.

Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.

4) Eliminasi

Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair.

Episode diare berdarah tidak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering tidak dapat

dikontrol, perasaan dorongan/kram (tenesmus).Defakasi berdarah/pus/mukosa

dengan atau tanpa keluar feces.Peradarahan perektal.

Tanda : Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau adanya peristaltik yang

dapat dilihat. Haemoroid, oliguria.

5) Makanan/Cairan

Gejala : Anoreksia, mual/muntah. Penurunan BB. Tidak toleran terhadap

diet/sensitive mis. Buah segar/sayur, produk susu, makanan berlemak.

Tanda : Penurunan lemak subkutan/massa otot. Kelemahan, tonus otot dan turgor

kulit buruk.Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut.

6) Higiene

Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri. Stomatitis

menunjukkan kekurangan vitamin.Bau badan.

7) Nyeri/Kenyamanan

Gejala :Nyeri/nyeri tekan pada kuadran kanan bawah (mungkin hilang dengan

defakasi). Titik nyeri berpindah, nyeri tekan, nyeri mata, foofobia.


10
Tanda : Nyeri tekan abdomen/distensi.

8) Keamanan

Gejala :Anemia hemolitik, vaskulitis, arthritis, peningkatan suhu (eksaserbasi

akut), penglihatan kabur. Alergi terhadap makanan/produk susu.

Tanda :Lesi kulit mungkin ada, ankilosa spondilitis, uveitis, konjungtivitis/iritis.

9) Interaksi Sosial

Gejala :Masalah hubungan/peran s/d kondisi, ketidakmampuan aktif dalam sosial.

10) Penyuluhan Pembelajaran

Gejala :Riwayat keluarga berpenyakit Diare.

b. Diagnosa Keperawatan

1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau

output berlebihan dan intake yang kurang.

2) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan

skunder terhadap diare.

3) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare.

c. Intervensi Keperawatan

1) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output

berlebihan dan intake yang kurang.

Tujuan : Klien akan mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat

untuk mepertahankan berat badan dalam rangka pertumbuhan dengan kriteria hasil

porsi makan dihabiskan, BB meningkat atau dipertahankan.

INTERVENSI RASIONAL
1. Buat jadwal masukan tiap jam, 1. Pemberian makanan dan
anjurkan mengukur cairan atau minuman yang teratur dapat

11
makanan dan minuman sedikit demi membantu mempertahankan
sedikit. keseimbangan nutrisi klien
2. Timbang berat badan setiap hari atau 2. Merupakan indikator terhadap
sesuai dengan indikasi. asupan makanan yang adekuat
3. Auskultasi bising usus, catat adanya 3. Gangguan keseimbangaan cairan
nyeri abdomen elektrolit dapat menurunkan
motilitas/fungsi lambung
4. Berikan makanan cair yang 4. Pemberian makanan melalui oral
mengandung zat makanan dan lebih baik jika klien sadar dan
elektrolit dengan segera jika klien fungsi ganstrointestinalnya baik.
dapat mentoleransinya melalui
pemberian cairan oral.
5. Libatkan keluarga (ibu klien) pada 5. Meningkatkan rasa keterlibatan
perencanaan makanan sesuai indikasi keluarga dalam perawatan klien
dan memberikan informasi untuk
memahami kebutuhan nutrisi
pasien

2) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan

skunder terhadap diare.

Tujuan : Klien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat dengan

keseimbangan input dan out put serta bebas dari tanda dehidrasi.

INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi TTV, takikardia dan 1. Merupakan indikator adanya
demam. Kaji turgor kulit dan dehidrasi/hipovolemia dan untuk
kelembabab membran mukosa menentukan intervensi selanjutnya
2. Pantau input dan out put cairan, 2. Untuk mengidentifikasi tingkat
catat/ukur diare dan kehilangan dehidrasi dan pedoman untuk
cairan melalui oral penggantian cairan
3. Anjurkan klien untuk banyak minum 3. Pemberian cairan yang teratur dapat
membantu mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
klien
12
4. Penatalaksanaan pemberian obat 4. Mempercepat proses penyembuhan dan
sesuai instruksi berguna untuk meminimalkan
kehilangan cairan.

3) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare.

Tujuan : Anak menunjukan suhu tubuh dalam batas normal (36-37˚C)

INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau suhu tubuh klien setiap 1 1. Untuk memantau peningkatan suhu
jam, perhatikan apakah klien tiba-tiba. Suhu 38,9˚ C – 41,1˚ C
menggigil menunjukan proses infeksi. Menggigil
sering mendahului puncak peningkatan
suhu
2. Beri kompres hangat dan hindari 2. Membantu mengurangi demam.
penggunaan alkohol/es Alkohol / air es dapat menyebabkan
kedinginan dan mengeringkan kulit
3. Kolaborasi untuk memberikan 3. Mengurangi demam dengan aksi sentral
antipiretik (asetaminofen, pada hipotalamus
ibuprofen) sesuai indikasi

D. Evaluasi

1. Kebutuhan nutrisi terpenuhi

2. Volume cairan yang adekuat dengan keseimbangan input dan out put serta bebas

dari tanda dehidrasi

3. Suhu tubuh dalam batas normal (36-37˚C)

13
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

I. Biodata

A. Identitas Klien

1. Nama / Nama Panggilan : An”M”

2. Tempat Tgl lahir / Usia : 5 Tahun

3. Jenis kelamin : Laki- Laki

4. Agama : Islam

5. Alamat : Pancana

6. Tgl masuk : 09 Mei 2017 Jam : 10.00 wita

7. Tgl pengkajian : 09 Mei 2017 Jam : 10.00 wita

8. Diagnosa medik : GEA Dehidrasi Sedang

9. No. RM : F-605

B. Identitas Penanggung Jawab

a. Nama : Tn “B”

b. Usia : 36 Tahun

c. Pekerjaan : PNS

d. Agama : Islam

e. Alamat : Pancana

II. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama : BAB encer 4x, Muntah 4x

14
Riwayat Keluhan Utama : Ibu klien mengatakan anaknya BAB encer 4x,

muntah 4x, dan Demam dialami sejak 1 hari yang lalu sebelum di bawa

ke Puskesmas

Keluhan Pada saat Pengkajian :Ibu klien mengatakan anaknya BAB encer

4x, disertai muntah 4x, dan Demam

B. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu klien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit

keturunan.

I. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum klien : Lemah

2. Kesadaran : Composmentis

3. Tanda-tanda vital

 Suhu : 37,8 oC

 Nadi : 100 x/i

 Respirasi : 24 x/i

4. Kepala : Rambut berwarna hitam, tidak ada nyeri tekan, tidak

teraba benjolan

5. Muka : Simetris kiri dan kanan, ekspresi wajah namapak lemah,

tidak ada nyeri tekan

6. Mata : Simetris kiri dan kanan, Scelera tidak ikterus, tidak

anemis, tidak ada nyeri tekan

7. Hidung : simetris kiri dan kanan, tidak ada secret

8. Telinga : Simetris kiri dan kanan, Bersih tidak ada serumen, Tidak

15
ada nyeri tekan

9. Mulut : Keadaan gigi normal, bibir nampak kering

10. Tenggorokan : Warna mukosa normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada

kesulitan saat menelan

11. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

12. Thorax dan pernapasan : simetris kiri dan kana, teraba adanya massa dan

tidak ada nyeri tekan

13. Abdomen : Peristaltik 14x/i, tidak ada nyeri tekan

14. Genetalia dan Anus :tidak ada haemoroid, tidak tampak kemerahan

15. Ekstremitas : Tidak ada kelainan

II. Terapi

1. IVFD RL 16 tts

2. Paracetamol syr. 3x1½ sdk

3. Zink 1x1 Tab

4. Cotrimokazole syr 2x 1½ sdk

5. Domperidone syr. 3x1 sdk

16
DATA FOKUS

Nama : An.”M” No. RM : F-605


Umur : 5 Tahun Ruangan : Madising 3
Data Fokus
- Ibu klien mengatakan anaknya BAB encer 4x

- Ibu klien mengatakan anaknya muntah 4x

- Ibu klien mengatakan anaknya demam

- Ibu klien mengatakan hanya menghabiskan ¼ porsi makannya

- Klien tampak lemah

- Turgor kulit jelek

- Nafsu makan berkurang

- TTV: N : 100x/i

P : 24x/i

S : 37,8°C

- Teraphy:

IVFD RL 16 tts

Paracetamol 3x1/2 Tab

Zink 1x1

Cotrimokazole syr 2x 1½ sdk

Domperidone 3x1 sdk

ANALISA DATA

17
Nama : An.”M” No. RM : F-605
Umur : 5 Tahun Ruangan : Madising 3

Data Etiologi Masalah


DS : Invasi bakteri kedalam saluran Nutrisi kurang
intestinal
- Ibu klien mengatakan dari kebutuhan
Fungsi intestinal terganggu
anaknya muntah 4x
tubuh
- Ibu klien mengatakan
Mempengaruhi rangsangan
anaknya hanya nervus vagus dlm
menyampaikan refleks lokal ke
menghabiskan ¼ porsi
nasovagal
makannya
Merangsang talamus bagian
distal segai pusat yg
DO :
menimbulkan mual dan muntah
- Turgor kulit jelek
Nafsu makan menurun
- Nafsu makan berkurang
- Domperidone syr. 3x1 Intake nutrisi tidak adekuat
sdk Nutrisi kurang
dari kebutuhan

Invasi bakteri kedalam saluran


intestinal
Mengiritasi usus
Peristaltik usus ↑

Trancit chyme untuk absorbsi


terganggu

Sari-sari makanan sulit diserap

Air &garam mineral terbawa


kedalam usus

Cairan dan elektrolit terbuang


DS :
melalui feces
- Ibu klien mengatakan Ketidakseimbanga
anaknya BAB encer 4x Diare
ncairan dan

18 Nutrisi kurang
dari kebutuhan
elektrolit
DO :
- Klien tampak lemah
- Turgor kulit jelek
- TTV :
N : 100 x/mnt
S : 37,8 ºC
P : 24x/mnt
- Tampak terpasang infus
RL 16 tetes / menit

Ketidakseimbangan
cairanKecemasan
elektrolit

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare, muntah,

dan intake yang kurang

2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b/d output yang berlebihan

19
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : An.”M” No. RM : F-605


Umur : 5 Tahun Ruangan : Madising 3
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Nutrisi kurang dari kebutuhan Nutrisi terpenuhi setelah 1. Kaji pola makan klien 1. Mengetahui kebiasaan makan
tubuh b/d diare, muntah, dan dilakukan tindakan dan frekuensi makan klien
intake yang kurangyang ditandai keperawatan selama 3 x 2. Sajikan makanan yang 2. Agar klien tidak merasa
dengan : 24 jam dengan kriteria bervariasi yang selalu hangat bosan dengan menu makanan
DS : hasil : 3. Anjurkan kepada keluarga yang diberikan
- Ibu klien mengatakan - Klien sudah tidak klien untuk memberikan 3. Makan sedikit demi sedikit
anaknya muntah 4x muntah makan sedikit demi sedikit dapat memberikan
- Ibu klien mengatakan - Nafsu makan tapi sering kenyamanan pada usus
anaknya hanya pasien kembali 4. Kolaborasi dengan tim medis 4. Menghentikan muntah
menghabiskan ¼ porsi normal tentang pemberian obat
makannya - Klien menghabiskan sesuai dengan program yaitu
DO : porsi makannya obat anti muntah
- Turgor kulit jelek
- Nafsu makan berkurang

2 Ketidakseimbangancairan dan Kebutuhan volume 1. Ob 1. Merupakan indikator adanya

20
elektrolit b/d output yang cairan terpenuhi setelah servasi TTV dehidrasi / hipovolemia dan
berlebihan, yang ditandai dengan dilakukan tindakan untuk menentukan intervensi
: keperawatan selama 3 x selanjutnya.
DS : 24 jam dengan kriteria 2. Merupakan indikator adanya
- Ibu klien mengatakan hasil : 2. Kaji turgor kulit dan dehidrasi / hipovolemia dan
anaknya BAB encer 4x - BAB cair berkurang kelembaban membran untuk menentukan intervensi
sampai dengan mukosa. selanjutnya
DO : normal (bab lunak 1- 3. Pantau input dan out put 3. Untuk mengidentifi-kasi
- Klien tampak lemah 2 x sehari), cairan, catat/ukur diare dan tingkat dehi-drasi dan
- Turgor kulit jelek - Kulit elastis kehilangan cairan melalui pedoman untuk penggantian
- TTV : oral. cairan.
N : 100 x/mnt 4. Memungkinkan penghentian
4. Anjurkan klien untuk ninum tindakan dukungan cairan
S : 37,8 ºC
sedikit sedikit tapi sering invasif dan membantu
P : 24x/mnt
mengembalikan fungsi usus
Tampak terpasang infus RL 5. Kolaborasi pemberian cairan normal.
16 tetes / menit. tambahan infus sesuai 5. Menggantikan kehilangan
indikasi. cairan dan memperbaiki
keseimbangan cairan

C. CATATAN PERKEMBANGAN

21
Nama : An.”M” No. RM : F-605
Umur : 5 Tahun Ruangan : Madising 3
NO EVALUASI
HARI/ TGL JAM IMPLEMENTASI
DX (SOAP)
1. Rabu / 09.00 1. Mengkaji pola makan klien Jam 14.00

10-05-2017 Hasil : Hanya menghabiskan ¼ porsi S: Ibu klien mengatakan anaknya malas makan

2. Menganjurkan keluarga menyajikan makanan yang dan masih muntah 2x

bervariasi yang selalu hangat O : Porsi makan yang diberikan tidak

Hasil : klien diberi bubur oleh keluarga dihabiskan

3. Menganjurkan kepada keluarga klien untuk Klien nampak lemah

memberikan makan sedikit demi sedikit tapi sering A : Masalah nutrisi kurang dari kebutuhan

Hasil : Ibu klien memberi makan setiap 30 menit tubuh

4. Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian belum teratasi

obat muntah P : Lanjutkan Intervensi

Hasil : Domperidone syr. 3x1 sdk

2. Rabu / 1. Mengobservsi TTV Jam 14.15

10-05-2017 Hasil : N ; 100 x/mnt, P; 24 x/mnt, S; 37,3 ºC. S: Ibu klien mengatakan anaknya masih

22
2. Mengkaji turgor kulit dan kelembaban membran BAB encer 2x

mukosa. O : KU Lemah

Hasil : membran mukosa tampak kering, Turgor A : Masalah ketidakseimbangancairan dan

kulit jelek Elektrolit belum teratasi

3. Memantau input dan out put cairan, mencatat / P : Lanjutkan Intervensi

mengukur diare dan kehilangan cairan melalui oral

Hasil : Klien minum air putih ½ gelas sehari,BAB

encer 4x

4. Menganjurkan klien untuk ninum sedikit sedikit


tapi sering
Hasil : Klien minum rata-rata ½ gelas air putih/hr
5. Penatalaksanaan pemberian cairan tambahan infus
sesuai indikasi.
Hasil : Terpasang IVFD RL 16 tetes / menit

23
24
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, 2008, Kapita Salekta Kedoktern, Edisi 3 Jilid 2, EGC, Jakarta.

Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2, EGC,
Jakarta.

Doenges, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman untuk


Perencanaan & Pendokumentasian Perawatan pasien .EGC: Jakarta

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai