Anda di halaman 1dari 14

Kisi-kisi pertanyaan saat wawancara Sertifikasi frambusia

Dari KOMLI (perdoski)


A. Penyakit Frambusia
1. Bakteri penyebab penyakit frambusia
Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 21 dan paparan
Bakteri Treponema pallidum pertenue

2. Frambusia menyerang/merusak
Jawaban: kulit dan tulang

3. Masa inkubasi
Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 21 dan paparan
Masa inkubasi antara 10-90 hari (rata-rata 21 hari).

4. Cara penularan frambusia dan sumber penularannya


Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 21 dan 22 dan paparan
Kuman berasal dari cairan eksudat/serum, dan menular melalui kontak
langsung kulit-kulit, lalat, alat rumah tangga. Sumber penularan utama: Manusia
dan Cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan ruam kulit pada
penderita frambusia. Bakteri Frambusia tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi
masuk melalui luka lecet, goresan atau luka infeksi kulit lainnya. Bakteri Frambusia
yang telah masuk ke dalam tubuh akan berkembang biak dan menyebar dalam
sistem peredaran darah.

5. Faktor-faktor yang menyebabkan penularan


Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 22 dan paparan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penularan Frambusia antara
lain:
1) Lingkungan kumuh, hangat dan lembab. Penularan tinggi pada musim
penghujan.
2) Jarang mandi.
3) Bergantian menggunakan pakaian yang sama dengan penderita, orang lain atau
jarang berganti pakaian.
4) Luka terbuka atau adanya penyakit kulit seperti kudis, bisul, dapat menjadi
tempat masuk bakteri Frambusia.
B. Diagnosis klinis
1. Perjalanan penyakit frambusia
Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 22 – 25 dan paparan
 Kronik, dan dapat menyebabkan destruksi (kerusakan) jaringan à sembuh
dengan deformitas (kelainan bentuk/cacat)
 Masa inkubasi 9 – 90 hari (rerata 21 hari)
 Bakteri tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi masuk melalui luka lecet,
goresan, atau luka infeksi kulit lain.
 Terbagi dalam 3 stadium

2. Tanda-tanda dan gejala lesi primer


Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 21 – 25 dan paparan
1. Stadium I Primer
Lesi primer pada penderita Frambusia timbul pada tungkai, kaki, sebagian
juga muncul di muka. Diawali dengan timbulnya papul pada tempat masuknya
bakteri. Papul dalam bentuk nodul kecil eritematosa (berwarna kemerahan),
tidak nyeri (tidak mengeluh sakit ketika ditekan), tetapi gatal. Papul timbul
antara 9-90 hari (rata-rata 3 minggu) sejak terinfeksi bakteri Frambusia.
Umumnya, mother yaw menghilang dengan sendirinya setelah 3−6 bulan.
Pada tahap ini, penderita juga dapat mengalami gejala lain, seperti demam,
nyeri sendi, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Gejala klinik:
a. Papul:
- Tunggal
- >1 (multipel)
b. Papiloma
c. Nodul
d. Ulkus basah (borok)
e. Krusto papiloma
Gambar 1.
Stadium Primer
3. Tanda-tanda dan gejala stadium 2
Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 21 – 25 dan paparan
Stadium II Sekunder
 Mother yaws biasanya diikuti dg periode laten selama 6 – 16 minggu
(dapat memanjang sampai 2 tahun), kmdn masuk ke stadium II.
 Timbul karena penyebaran bakteri ke peredaran darah dan jaringan
getah bening
 Lesi kulit diseminata (tersebar) dengan limfadenopati generalisata.
 Sering disertai gejala konstitusi: malaise, demam, anoreksia
 Sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut
Lesi kulit diseminata
 Papul tidak gatal, kemerahan, verukosa atau vegetasi
 Terjadi erosi dan basah, tertutup eksudat fibrin yang sangat infeksius,
mengering membentuk krusta
 Menyerupai mother yaws tapi dalam ukuran lebih kecil
 Lesi eksudatif multiple, diseminata  eksudatnya menarik lalat utk
mendekat
 Lesi kulit dapat muncul dimana saja (termasuk daerah lipatan dan
membran mukosa)
 Pada daerah aksila, lipatan kulit, dan permukaan mukosa, lebih byk ditemukan
lesi papiloma Lesi terjadi di telapak kaki, permukaan mengalami penebalan
(hiperkeratosis), pecah-pecah (fisurasi) dan nyeri.
 Karena nyeri, penderita berjalan dg posisi aneh, ini disebut crab yaws.
 Dapat mengenai tulang muka, rahang, tungkai bawah: peradangan
tulang (osteoperiotitis)
 Morfologi dan jumlah lesi dipengaruhi iklim.
 Musim kemarau: lesi sedikit dan lebih macular.
 Lesi stadium II dapat bertahan lebih dari 6 bulan dan sembuh secara
spontan Gejala klinik:
Sama seperti stadium I, tersebar,banyak. Selain itu dapat terkena:
a. Penebalan, pecah pecah pd telapak tangan/kaki
b. Kelainan tulang: osteoporosis,jari2 bengkak,nyeri
c. Kelainan kuku

4. Tanda-tanda dan gejala stadium 3


Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 21 – 25 dan paparan
Stadium Tersier
Dalam tahap ini, tulang, sendi dan jaringan yang terserang Frambusia dapat
mengalami kerusakan (destruktif) menjadi cacat, dan dapat terbentuk gumma,
gangosa, gondou, juxta articular nodes dan hiperkeratosis pada telapak tangan dan
telapak kaki (Gambar 2). Gumma adalah benjolan menahun, mengalami perlunakan,
ulserasi, destruktif terhadap jaringan di bawahnya. Dapat timbul di kulit maupun
tulang dan sendi.
Gejala klinik:
 Gumma (benjolan: perlunakan & merusak cacat)
 Ganggosa (hidung keropos)
 Juxta articular nodus (benjolan pd sendi)
 Kelainan tulang, seperti pedang
 Gondouw: benjolan di tulang
 Penebalan.pecah2, nyeri pada telapak tangan/kaki

Gambar 2.
Stadium Sekunder dan Tersier

5. Cara mendiagnosis penyakit frambusia


Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 26 dan paparan
Penetapan diagnosis dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
 Pemeriksaan klinis: Umumnya penderita anak umur <15th, gejala klinis berupa
lesi pada kulit/tulang sesuai dengan stadium perkembangan Frambusia.
Ciri dan lokasi lesi terjadi di tungkai, kaki, pergelangan kaki, bisa juga terjadi di
lengan dan muka.
Berdasarkan pemeriksaan klinis, ditetapkan kasus suspek, probabel yg perlu
dilakukan pengujian serologi (RDT) utk konfirmasi diagnosis (terutama di daerah
non endemis).
 Pemeriksaan Serologis
a. Treponemal test di antaranya:
TPHA (Treponema palidum haemagglutination test)
RDT (Rapid Diagnosis Test)
b. Non treponemal test (Reaginic antibody test) di
antaranya:
VDRL (Venereal disease research laboratory
RPR (Rapid Plasma Reagin)
Pemeriksaan serologi yg ada tidak dapat membedakan dg infeksi treponema lain.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan penunjang frambusia/labaoratorium
Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 26 dan paparan
Kebijakan program: TPHA-RDT dan dievaluasi dengan RPR/VDRL.
Pemeriksaan dilakukan pada anak < 5 th. Berguna untuk:
 Mengkonfirmasi kasus suspek/probabel
 Menemukan penderita pada masa laten (sumber penularan tersembunyi)
 Survei serologi pada anak umur < 5 tahun untuk menentukan masih atau tidak
adanya penularan

2. Algoritma diagnosis frambusia


Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 27 dan paparan
Kriteria Penegakkan Kasus Frambusia

 Pemeriksaan RDT dg
sensitivitas 85- 98% dan
spesifisitas 93-98%.
 Tidak dapat membedakan
antara infeksi aktif dan yg
sudah mendapat pengobatan.
 Apabila didapat RDT (+), diuji
kembali dg RPR utk
mengetahui apakah penyakit
masih aktif

3. Hasil RDT (+) bedanya nentukan apakah sifilis atau frambusia


Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 27 dan paparan
sifilis mengena pada dewasa muda, sedangkan frambusia mengena
<15 tahun

4. RDT (+) tidak tampak klinis apa yang harus dilakukan, jelaskan
Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 27 dan paparan
Pemeriksaan RDT ini tidak dapat membedakan antara kasus Frambusia dengan
infeksi aktif dan yang sudah mendapat pengobatan. Oleh karena itu, kasus
Frambusia yang pernah diobati dan sembuh, bisa saja dinyatakan positif dengan
pemeriksaan RDT. Dalam kegiatan penemuan kasus, jika ditemukan tanda klinis yang
khas, cukup dilakukan pemeriksaan RDT. Namun untuk survei serologi, apabila
didapatkan hasil RDT positif, sebaiknya diuji kembali dengan pemeriksaan non
treponemal Rapid Plasma Reagin (RPR) test untuk membuktikan apakah penularan
masih terus berlangsung.
5. Apakah semua kasusu RDT (+) harus dilakukan pemeriksaan RPR
Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 27 dan paparan
YA sebaiknya diuji kembali dengan pemeriksaan non treponemal Rapid Plasma
Reagin (RPR) test untuk membuktikan apakah penularan masih terus berlangsung.

D. Pengobatan/POPM
1. Obat frambusia
Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 42 dan paparan
Azitromisin

2. Dosis pemberian obat azitromisin berdasarkan berdasarkan BB dan Umur


Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 42 dan paparan
Azitromisin oral dosis 30 mg/kg yang diberikan satu kali.

3. Efek samping obat azitromisin


Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 100
DIARE, MUAL MUNTAH, KRAM PERUT

4. POPM total penduduk dan POPM kasus kontak


Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 40 - 62
Pemberian obat pencegahan massal total penduduk atau disebut POPM total
penduduk adalah memberikan obat pencegahan kepada semua penduduk di desa
endemis secara serentak (total penduduk) diikuti dengan intensifikasi surveilans
serta POPM kasus dan kontak agar mata rantai penularan Frambusia dapat
dihentikan di seluruh wilayah Kabupaten/Kota.

POPM Kasus Kontak


POPM kasus dan kontak dilaksanakan apabila ditemukan kasus setelah POPM total
penduduk, kecuali pada daerah dengan kasus banyak (≥10 kasus) dan terbatas pada
satu lokasi, POPM total penduduk wajib diulangi. POPM kasus kontak terus
dilaksanakan pada setiap kasus yang muncul hingga tidak lagi ditemukan kasus baru
5. Pengobatan kejadian ikutan pemberian obat (KIPO) pasca POPM
Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 100

E. Diagnosa banding
1. Beberapa diagnosis banding
Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 28
Diagnosa Banding Frambusia
a. Diagnosa Banding Frambusia Dengan Lesi Primer (Stadium 1)
1) Impetigo
Penyakit kulit yang disebabkan bakteri streptokokus atau stafilokokus. Dapat
terjadi pada sekujur badan, dan sering terjadi pada anak-anak dengan
kondisi lingkungan tidak sehat.
2) Ulkus tropikum
Ulkus tropikum terasa sakit dan biasanya terjadi pada tungkai bawah.
Berbeda dengan Frambusia, ulkus ini mempunyai batas tepi yang jelas/tegas,
bernanah, berbau busuk, dan terdapat reaksi jaringan nekrosis. Luka ulkus
bisa sangat dalam sampai ke daerah tendon dan tulang
b. Diagnosis Banding Frambusia Lesi Sekunder
1) Plantar warts
Jenis kutil, teraba lembut, berbentuk lesi datar pada telapak kaki yang
disebabkan oleh papovavirus. Kutil ini dapat rancu dengan plantar
papilloma.
2) Kusta (Leprosy)
Dapat dibedakan dengan Frambusia, karena pada lepra terdapat mati rasa.
3) Psoriasis
Penyakit kulit turunan (herediter) kronis. Lesi banyak terdapat pada lutut,
siku, lengan, badan, dan kepala. Lesinya berwarna keputihan sampai
keperak- perakan pada bagian tepi.
4) Moluscum contagiosum
Penyakit kulit yang ditandai dengan papul/nodul dengan delle (lekukan) di
tengahnya, berisi massa seperti nasi. Pada anak-anak biasanya terjadi di
muka, badan, tangan, dan kaki, sedang pada orang dewasa terdapat di
sekitar kemaluan (pubis dan genitalia eksternal).

2. Lesi khas frambusia


Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 21 - 26
Ulkus fambusia (terdapat krusta, dan tidak sakit) kadang gatal

3. Beda frambusia dengan pyoderma


Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 28
Pyoderma berupa papil gatal berisi cairan sampai nanah, kalau meluas bisa
sebabkan bengkak dan nyeri, bila pecah menjadi koreng (krusta) yang kering, keras
dan lengket. Frambusia berupa papil, papul hingga krusta, bisa terkelupas dasar
merah yang tidak nyeri dan tidak gatal (kadang gatal)

4. Beda frambusia dengan ulkus tropikum


Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 28
Ulkus tropikum terasa sakit dan biasanya terjadi pada tungkai bawah. Berbeda
dengan Frambusia, ulkus ini mempunyai batas tepi yang jelas/tegas, bernanah,
berbau busuk, dan terdapat reaksi jaringan nekrosis. Luka ulkus bisa sangat dalam
sampai ke daerah tendon dan tulang

5. Kasus penyakit yang sering dijumpai di tempat kerja anda


Jawaban:
Atopic Dermatitis, terdapat papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi,
dan krusta pada lokasi predileksi
Dari KOMLI (PAEI)
A. Eradikasi frambusia
1. Definisi eradikasi frambusia
Jawaban: (permenkes no.8/2017, Hal 3)
Eradikasi Frambusia adalah upaya pembasmian yang dilakukan secara berkelanjutan
untuk menghilangkan Frambusia secara permanen sehingga tidak menjadi masalah
kesehatan masyarakat secara nasional

2. Target dan strategi nasional program penanggulangan frambusia


Jawaban: Target: Indonesia eradikasi frambusia tahun 2019 di tingkat global, dan
Strategi permenkes no.8/2017, Hal 20
Indonesia eradikasi frambusia tahun 2019 di tingkat global
Strategi nasional Eradikasi Frambusia adalah sebagai berikut:
1. Advokasi dan sosialisasi Eradikasi Frambusia.
2. Meningkatkan promosi penggunaan air dan sabun serta kesehatan
lingkungan (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
3. Memperkuat sistem Surveilans Frambusia di semua wilayah Indonesia.
4. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam Penanggulangan
Frambusia.
5. Menyelaraskan komitmen nasional dan internasional dalam Eradikasi
Frambusia.
6. Meningkatkan upaya Penanggulangan Frambusia yang bermutu
7. Meningkatkan pembiayaan Penanggulangan Frambusia.

3. Tujuan program eradikasi frambusia


Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 20
1. Umum
Indonesia bebas Frambusia pada tahun 2019.
2. Khusus
a. Terhentinya penularan Frambusia di seluruh wilayah Indonesia.
b. Sertifikasi bebas Frambusia bagi seluruh kabupaten/ kota di Indonesia

4. Kabupaten/kota yang dinyatakan sebagai daerah bebas frambusia harus


menyelenggarakan kegiatan penanggulangan frambusia yaitu
Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 11
Kegiatan penanggulangan Frambusia pada daerah bebas Frambusia meliputi promosi
kesehatan, pengendalian faktor risiko, dan Surveilans Frambusia. Seperti halnya
kegiatan Penanggulangan Frambusia pada daerah endemis, kegiatan
Penanggulangan Frambusia pada daerah bebas dapat diselenggarakan secara
bersinergi dengan lintas program melalui pendekatan keluarga (active case finding)
dan mengedepankan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
5. Permenkes tentang eradikasi frambusia
Jawaban: (permenkes no. 8 tahun 2017 tentang Eradikasi frambusia)

B. Surveilans frambusia
1. Surveilans frambusia
Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 3
Surveilans Frambusia adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus-
menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian Frambusia dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan Frambusia untuk memperoleh
dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan secara
efektif dan efisien

2. Tujuan surveilans frambusia


Jawaban:
a. Deteksi dini kasus dan kejadian (cluster) frambusia
b. Dapat terlaksanakannya penyelidikan dan penanggulangan kejadian
frambusia
c. Pemetaan endemisitas kabupaten/kota dan desa
d. Sertifikasi kabupaten/kota bebas frambusia

3. 3 kegiatan pokok surveilans bagi kab/kota bebas frambusia


Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal : 111
Surveilans Frambusia pada daerah bebas Frambusia terdiri dari 3 kegiatan pokok,
yaitu:
1. Penemuan, pengolahan, analisis dan pelaporan kasus Frambusia (surveilans
kasus Frambusia puskesmas dan rumah sakit)
2. Upaya penemuan dini semua kasus Frambusia (kasus suspek yang
terkonfirmasi)
3. Penetapan kabupaten/kota bebas Frambusia

4. Kenapa daerah yg tidak ada kasus frambusia tetap melaporkan tiap bulan
Jawaban:
Kelengkapan dan ketepatan laporan setiap Puskesmas/rumah sakit merupakan
indikator kinerja surveilans utama (zero reporting) – lihat Indikator Kinerja
Surveilans
5. 3 indikator kinerja surveilans frambusia bagi kab/kota bebas frambusia
Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 122
Indikator Kinerja Surveilans
a. Kelengkapan Laporan Bulanan Register Frambusia di Puskesmas dan RS (90 %
Puskesmas per Kabupaten/Kota)
b. Tingginya Kasus Koreng ditemukan
c. Tingginya Kasus Frambusia RDT negatif (suspek dengan RDT negatif), terutama
dalam rangka penegakan diagnosis Frambusia di Puskesmas

C. Upaya penemuan kasus frambusia pada daerah non endemis upaya penemuan kasus
frambusia dilakaukan secara aktif maupun pasif, sebutkan upaya penemuan kasus
frambusia tersebut
Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 10
Penemuan kasus Frambusia secara aktif dilaksanakan melalui pemeriksaan suspek
Frambusia pada anak usia kurang dari atau sama dengan 15 (lima belas) tahun
Penemuan kasus Frambusia secara pasif dilaksanakan melalui laporan kasus Frambusia
dari fasilitas pelayanan kesehatan serta laporan masyarakat.

1. Jelaskan kasus Suspek, kasus probable dan kanfirmasi frambusia?


Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 20,
Kasus Frambusia suspek yang selanjutnya disebut suspek adalah seseorang yang
menunjukkan satu atau lebih gejala/tanda klinis selama > 2 minggu, sebagai berikut:
a. Papul atau papilloma
b. Ulkus fambusia (terdapat krusta, dan tidak sakit)
c. Makula papula
d. Hiperkeratosis di telapak tangan atau kaki (early)
e. Perubahan pada tulang dan sendi (early)
Kasus Frambusia probable yang selanjutnya disebut kasus probable, adalah kasus
suspek yang memiliki kontak erat dengan kasus Frambusia.
Secara teknis, kontak erat dengan kasus Frambusia konfirmasi diartikan sebagai:
a. Kontak lebih dari 20 jam per minggu
b. Waktu kontak antara 9-90 hari sebelum munculnya lesi Frambusia
Kasus Frambusia konfirmasi yang selanjutnya disebut kasus adalah kasus suspek
atau kasus probable Frambusia dengan hasil positif pada uji serologi (Rapid
Diagnostic Test/RDT). Jika hasil tes tersebut meragukan, dapat dilakukan tes Rapid
Plasma Reagen (RPR) atas rekomendasi pakar.
2. Apa yang harus dilakukan jika menjumpai kasus suspek
Jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 20
Kasus suspek dan probabel perlu dilakukan pengujian serologi (Rapid Diagnostic
Test/RDT) untuk kepastian diagnosis.

3. Upaya penemuan kasus melalui berbagai kegiata, yaitu Surveilans berbasis indikator
dan berbasis kejadian, jelaskan surveilans berbasis indikator
jawaban: permenkes no.8/2017, hal 66 (daerah endemis), Hal 112 (daerah non
endemis)
A. Surveilans Berbasis Indikator Pada Daerah Endemis
Kasus Frambusia ditemukan melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya baik yang dilakukan secara
aktif maupun pasif, antara lain:
1) Kasus Frambusia yang berobat ke Puskesmas
2) Kasus Frambusia berdasarkan laporan Puskesmas Pembantu
3) Kasus Frambusia yang ditemukan pada kegiatan Puskesmas Keliling
4) Kasus Frambusia ditemukan dalam kegiatan pemeriksaan anak sekolah
5) Kasus Frambusia ditemukan dalam kegiatan POPM
Kasus-kasus yang ditemukan tersebut direkam oleh petugas dimana kegiatan
tersebut dilaksanakan dan datanya digabung bersama kasus Frambusia lainnya
dalam Register Frambusia Puskesmas (Formulir 6). Khusus untuk kasus
Frambusia yang datang berobat ke Rumah Sakit, direkam dalam Register
Frambusia Rumah Sakit

B. Surveilans Berbasis Indikator Pada Daerah Bebas (Non Endemis)


Kasus Frambusia ditemukan melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya baik yang dilakukan secara
aktif maupun pasif, antara lain:
1) Kasus Frambusia yang berobat ke Puskesmas
2) Kasus Frambusia berdasarkan laporan Puskesmas Pembantu
Kasus-kasus yang ditemukan tersebut direkam oleh petugas dimana kegiatan
tersebut dilaksanakan dan datanya digabung bersama kasus Frambusia lainnya
dalam Register Frambusia Puskesmas. Khusus untuk kasus Frambusia yang
datang berobat ke Rumah Sakit, direkam dalam Register Frambusia Rumah Sakit.
4. jelaskan surveilans berbasis kejadian
jawaban: permenkes no.8/2017, hal: 67 (daerah endemis), Hal 112 (daerah non
endemis)
Surveilans Berbasis Kejadian Pada Daerah Endemis dan Non Endemis adalah
sama. Masyarakat yang telah mendapat kampanye Eradikasi Frambusia dapat
berperan secara aktif menemukan dan melaporkan adanya kasus- kasus Frambusia
yang berada di sekitar tempat tinggalnya.
Adanya laporan kasus Frambusia oleh masyarakat atau berkembangnya rumor
adanya kasus Frambusia di tengah-tengah masyarakat perlu dikonfirmasi
kebenarannya. Adanya kasus Frambusia berdasarkan laporan masyarakat ini, wajib
direkam dan datanya digabung bersama kasus Frambusia lainnya dalam Register
Frambusia Puskesmas (Formulir 6).

D. Pencatatan dan pelaporan


1. semua kasus suspek frambusia yang ditemukan dan pemeriksaannya segera dicatat
dalam form apa
jawab : dilakukan uji serologi menggunakan RDT, ditetapkan diagnosis di catat di
formular bulanan

2. sebutkan alamat link online lapor bulanan frambusia


jawaban : https://s.id/laporframbusia

3. laporan bulanan dan register frambusia dilaporkan secara berjenjang, jelaskan


jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 10 dan 11
Pasal 16
(1) Puskesmas dan rumah sakit serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
wajib membuat laporan penemuan kasus Frambusia setiap bulan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan
provinsi, dan Direktur Jenderal secara berjenjang.

4. sebutkan formulir 6 dan formulir 7 sebagai laporan bulanan frambusi


jawaban : Formulir 6 adalah formular Register frambusia, Formulir 7 adalah formular
laporan bulanan eradikasi frambusia.
5. jika dalam pelaporan bulanan terdapat data RDT (+), ini artinya? dan tugas
puskesmas dan kabupaten terhadap kasus tersebut
jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 95
Setiap anak yang menunjukkan hasil RDT positif, segera dilakukan pengambilan
spesimen serum untuk pemeriksaan RPR dan Pengobatan Azitromisin. Catat kembali
hasil pemeriksaan dan pengobatan
RDT (+) dan kasus konfirmasi harus segera dilaksanakan POPM

E. Sertifikasi kab/kota bebas frambusia


1. apa maksud dari sertifikat kabupaten/kota bebas frambusia
jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 37
Sertifikat Kabupaten/Kota Bebas Frambusia adalah kabupaten/kota yang telah
terbukti tidak ditemukannya kasus Frambusia baru berdasarkan surveilans
berkinerja baik.

2. kriteria kabupaten/kota bebas frambusia mendapat sertifikat babas frambusia


jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 37
Kriteria Kabupaten/Kota Bebas Frambusia Mendapat Sertifikat Bebas Frambusia:
a. Surveilans berkinerja baik
b. Tidak ditemukan kasus konfirmasi baru selama minimal 6 bulan berturut-turut

3. untuk mendapatkan sertifikat bebas frambusia kabupeten/kota wajib mendapatkan


rekomendasi dari mana
jawaban : rekomendasi dari Provinisi permenkes no.8/2017, Hal 32

4. sertifikat bebas frambusia ditetapkan dan diberikan oleh siapa ? Dan kepada siapa
jawaban : Menteri Kesehatan kepada kepala daerah (bupati/walikota) permenkes
no.8/2017, Hal 5

5. perubahan status kabupaten/kota bebas frambusia dapat menjadi kabupaten/kota


endemis frambusia apabila? Jelaskan
jawaban: permenkes no.8/2017, Hal 32
Kabupaten/kota bebas Frambusia dapat berubah menjadi kabupaten/kota endemis
Frambusia apabila ditemukan kasus Frambusia konfirmasi baru dan penanggulangan
gagal menghentikan penularan. Gagal melaksanakan upaya penanggulangan
adalah masih ditemukannya kasus Frambusia lebih dari 6 bulan sejak kasus pertama
(kasus indeks) ditemukan berdasarkan surveilans kasus Frambusia berkinerja baik.

Anda mungkin juga menyukai