Anda di halaman 1dari 8

Kisi-kisi pertanyaan saat wawancara Sertifikasi frambusia

Dari KOMLI (perdoski)


A. Penyakit Frambusia
1. Bakteri penyebab penyakit frambusia
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 21 dan paparan
Frambusia disebabkan oleh kuman Frambusia Treponema pallidum subspesies
pertenue dengan manusia sebagai satu-satunya sumber penularan.

2. Frambusia menyerang/merusak
Jawaban : kulit dan tulang

3. Masa inkubasi
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 21 dan paparan
Masa inkubasi antara 10-90 hari (rata-rata 21 hari).

4. Cara penularan frambusia dan sumber penularannya


Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 21 dan 22 dan paparan
Masa penularan Frambusia bervariasi dan dapat berlangsung lama, dimana lesi
Frambusia dapat muncul pada kulit penderita secara intermiten selama beberapa
tahun. lesi Frambusia stadium 1 (primer) merupakan lesi yang sangat menular
karena cairan (getah, eksudat) yang keluar dari lesi Frambusia stadium 1 (papula,
papilomata, makula dan papiloma ulkus) mengandung banyak bakteri Frambusia.
Bakteri Frambusia tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi masuk melalui luka lecet,
goresan atau luka infeksi kulit lainnya. Bakteri Frambusia yang telah masuk ke dalam
tubuh akan berkembang biak dan menyebar dalam sistem peredaran darah. Lesi
awal akan menghilang, tetapi kemudian muncul lesi-lesi baru. Apabila lesi tidak
mendapat perawatan, dapat menimbulkan kerusakan jaringan kulit lebih luas,
bahkan dapat menimbulkan kerusakan pada tulang
Pasien dengan Stadium Laten merupakan sumber penularan baru.
5. Faktor-faktor yang menyebabkan penularan
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 22 dan paparan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penularan Frambusia antara
lain:
1. Lingkungan kumuh, hangat dan lembab. Penularan tinggi pada musim penghujan
2. Jarang mandi
3. Bergantian menggunakan pakaian yang sama dengan orang lain atau jarang
berganti pakaian
4. Luka terbuka atau adanya penyakit kulit seperti kudis, bisul, dapat menjadi
tempat masuk bakteri Frambusia
B. Diagnosis klinis
1. Perjalanan penyakit frambusia
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 22 – 25 dan paparan
Manifestasi klinis Frambusia terbagi dalam beberapa stadium perkembangan, yang
ditunjukkan dalam perubahan bentuk lesi yaitu lesi primer, lesi sekunder, dan lesi
tersier. Antara lesi primer dengan lesi sekunder terdapat periode laten 1 (2-5 tahun),
sedangkan antara lesi sekunder dengan lesi tersier terdapat periode 2 (5-10 tahun).
1. Stadium Primer
65%-85% lesi primer pada penderita Frambusia timbul pada tungkai dan kaki,
diawali dengan timbulnya papul. Papul dalam bentuk nodul kecil eritematosa
(berwarna kemerahan), tidak nyeri (tidak mengeluh sakit ketika ditekan), kadang
gatal. Papul timbul antara 9-90 hari (rata-rata 3 minggu) sejak terinfeksi bakteri
Frambusia. Setelah 3-6 bulan sejak timbulnya lesi, semua lesi dapat sembuh sendiri.
2. Stadium Sekunder
Lesi sekunder adalah munculnya kembali lesi Frambusia baru karena adanya
penyebaran bakteri ke dalam peredaran darah dan jaringan getah bening. Lesi ini
muncul setelah 2 tahun sejak lesi Frambusia primer, terutama di muka, lengan,
tungkai dan pantat, getah bening mengalami peradangan, membesar dan sakit.
permukaan kaki mengalami penebalan (hiperkeratosis), pecah-pecah (fisurasi) dan
nyeri, sehingga penderita berjalan dengan posisi aneh (terpaksa), ini disebut “crab
yaws”. Lesi dapat juga mengenai tulang muka, rahang dan tungkai bagian bawah
berupa peradangan tulang (osteoperiostatis).
3. Stadium Tersier
Tulang, sendi dan jaringan yang terserang Frambusia dapat mengalami kerusakan
(destruktif) menjadi cacat, dan dapat terbentuk gumma, gangosa, gondou, juxta
articular nodes dan hiperkeratosis pada telapak tangan dan telapak kaki. Gumma
adalah benjolan menahun, mengalami perlunakan, ulserasi, destruktif terhadap
jaringan di bawahnya. Dapat timbul di kulit maupun tulang dan sendi.
4. Stadium Laten (Latent yaws)
Stadium Laten merupakan fase tanpa gejala klinis, tetapi bakteri Frambusia masih
aktif dan hasil uji serologi positif. Stadium Laten inilah yang akan menyulitkan upaya
memutus mata rantai penularan Frambusia, karena penderita akan terus menjadi
sumber penularan baru.

2. Tanda-tanda dan gejala lesi primer


Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 21 – 25 dan paparan
65%-85% lesi primer pada penderita Frambusia timbul pada tungkai dan kaki,
diawali dengan timbulnya papul. Papul dalam bentuk nodul kecil eritematosa
(berwarna kemerahan), tidak nyeri (tidak mengeluh sakit ketika ditekan), kadang
gatal. Papul timbul antara 9-90 hari (rata-rata 3 minggu) sejak terinfeksi bakteri
Frambusia. Setelah 3-6 bulan sejak timbulnya lesi, semua lesi dapat sembuh sendiri.
3. Tanda-tanda dan gejala stadium 2
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 21 – 25 dan paparan
Lesi sekunder (Stadium 2) adalah munculnya kembali lesi Frambusia baru karena
adanya penyebaran bakteri ke dalam peredaran darah dan jaringan getah bening.
Lesi ini muncul setelah 2 tahun sejak lesi Frambusia primer, terutama di muka,
lengan, tungkai dan pantat, getah bening mengalami peradangan, membesar dan
sakit. permukaan kaki mengalami penebalan (hiperkeratosis), pecah-pecah (fisurasi)
dan nyeri, sehingga penderita berjalan dengan posisi aneh (terpaksa), ini disebut
“crab yaws”. Lesi dapat juga mengenai tulang muka, rahang dan tungkai bagian
bawah berupa peradangan tulang (osteoperiostatis).

4. Tanda-tanda dan gejala stadium 3


Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 21 – 25 dan paparan
Tulang, sendi dan jaringan yang terserang Frambusia dapat mengalami kerusakan
(destruktif) menjadi cacat, dan dapat terbentuk gumma, gangosa, gondou, juxta
articular nodes dan hiperkeratosis pada telapak tangan dan telapak kaki. Gumma
adalah benjolan menahun, mengalami perlunakan, ulserasi, destruktif terhadap
jaringan di bawahnya. Dapat timbul di kulit maupun tulang dan sendi.

5. Cara mendiagnosis penyakit frambusia


Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 26 dan paparan
Penetapan diagnosis dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a. Pemeriksaan klinis
1) Umur penderita (Frambusia banyak terjadi pada anak berumur kurang dari 15
tahun).
2) Gejala klinis berupa lesi pada kulit/tulang sesuai dengan stadium
perkembangan Frambusia.
3) Ciri dan lokasi lesi terjadi di tungkai, kaki, pergelangan kaki, bisa juga terjadi di
lengan dan muk
Kasus suspek dan probabel perlu dilakukan pengujian serologi (Rapid Diagnostic
Test/RDT) untuk kepastian diagnosis.
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan serologis pada Frambusia menggunakan cara pemeriksaan yang
sama dengan pemeriksaan pada penyakit sifilis yaitu dengan TPHA-RDT dan
dievaluasi dengan RPR/VDRL.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan penunjang frambusia/labaoratorium
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 26 dan paparan
Pemeriksaan serologis pada Frambusia menggunakan cara pemeriksaan yang sama
dengan pemeriksaan pada penyakit sifilis yaitu dengan TPHA-RDT dan dievaluasi
dengan RPR/VDRL. Sensitivitas pemeriksaan RDT ini mencapai 85-98% dan
spesifisitasnya mencapai 93-98%. Namun untuk survei serologi, apabila didapatkan
hasil RDT positif, sebaiknya diuji kembali dengan pemeriksaan non treponemal Rapid
Plasma Reagen (RPR) test untuk membuktikan apakah penularan masih terus
berlangsung.
2. Algoritma diagnosis frambusia
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 27 dan paparan
Kriteria Penegakkan Kasus
Kasus Suspek

Hasil RDT (+) Hasil RDT (-)

Kasus Konfirmasi/Kasus Kasus RDT (-)

3. Hasil RDT (+) bedanya nentukan apakah sifilis atau frambusia


Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 27 dan paparan
Kasus Frambusia terjadi pada usia dibawah 15 Tahun, Jadi apabila RDT (+) maka itu
dianggap bakteri T.pertenue (Frambusia) yang terdeteksi, karena usia dibawah 15
tahun dianggap belum melakukan hubungan sex, dimana bakteri T.pallidum (sifilis)
menular melalui hubungan sex.

4. RDT (+) tidak tampak klinis apa yang harus dilakukan, jelaskan
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 27 dan paparan
sebaiknya diuji kembali dengan pemeriksaan non treponemal Rapid Plasma Reagen
(RPR) test / VDRL.

5. Apakah semua kasusu RDT (+) harus dilakukan pemeriksaan RPR


Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 27 dan paparan
Iya, Karena Pemeriksaan RDT ini tidak dapat membedakan antara kasus Frambusia
dengan infeksi aktif dan yang sudah mendapat pengobatan. Oleh karena itu, kasus
Frambusia yang pernah diobati dan sembuh, bisa saja dinyatakan positif dengan
pemeriksaan RDT. Dalam kegiatan penemuan kasus, jika ditemukan tanda klinis yang
khas, cukup dilakukan pemeriksaan RDT. Namun untuk survei serologi, apabila
didapatkan hasil RDT positif, sebaiknya diuji kembali dengan pemeriksaan non
treponemal Rapid Plasma Reagen (RPR) test.
D. Pengobatan/POPM
1. Obat frambusia
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 42 dan paparan
Azitromisin tablet

2. Dosis pemberian obat azitromisin berdasarkan berdasarkan BB dan Umur


Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 42 dan paparan
Nama Obat Umur (tahun) Dosis Cara Pemberian Lama Pemberian
Azitromisin 2-5 th 500 mg 1x Oral Dosis tunggal
tablet sehari
6–9 th 1000 mg 1x Oral Dosis tunggal
sehari
10-15 th 1500 mg 1x Oral Dosis tunggal
sehari
16-69 th 2000 mg 1x Oral Dosis tunggal
sehari
3. Efek samping obat azitromisin
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 100
1. Diare
2. Mual muntah
3. Kram Perut

4. POPM total penduduk dan POPM kasus kontak


Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 40 - 62
Intensifikasi penemuan kasus Frambusia dan pelaporan setiap kasus Frambusia yang
ditemukan ke dinas kesehatan kabupaten/kota sesegera mungkin. Ditemukan kasus
Frambusia konfirmasi, maka segera dilakukan upaya penghentian penularan
Frambusia dengan metode POPM kasus dan kontak.
Memberikan obat pencegahan kepada semua penduduk di desa endemis secara
serentak (total penduduk) diikuti dengan intensifikasi surveilans serta POPM kasus
dan kontak agar mata rantai penularan Frambusia dapat dihentikan di seluruh
wilayah Kabupaten/Kota.

5. Pengobatan kejadian ikutan pemberian obat (KIPO) pasca POPM


Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 100
1. Diare dengan pemberian oralit
2. Mual muntah dengan pemberian obat anti mual (Vitamin B6)
3. Kram perut dengan pemberian Anti spasmodic

E. Diagnosa banding
1. Beberapa diagnosis banding
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 28

2. Lesi khas frambusia


Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 21 - 26

3. Beda frambusia dengan pyoderma


Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 28

4. Beda frambusia dengan ulkus tropikum


Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 28

5. Kasus penyakit yang sering dijumpai di tempat kerja anda


Jawaban :

Dari KOMLI (PAEI)


A. Eradikasi frambusia
1. Definisi eradikasi frambusia
Jawaban : (permenkes no.8/2017, Hal 3)
2. Target dan strategi nasional program penanggulangan frambusia
Jawaban : Target : Indonesia eradikasi frambusia tahun 2019 di tingkat global, dan
Strategi permenkes no.8/2017, Hal 20
3. Tujuan program eradikasi frambusia
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 20
4. Kabupaten/kota yang dinyatakan sebagai daerah bebas frambusia harus
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan frambusia yaitu
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 11
5. Permenkes tentang eradikasi frambusia
Jawaban : (permenkes no. 8 tahun 2017 tentang eradikasi frambusia)

B. Surveilans frambusia
1. Surveilans frambusia
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 3
2. Tujuan surveilans frambusia
Jawaban :
a. Deteksi dini kasus dan kejadian (cluster) frambusia
b. Dapat terlaksanakannya penyelidikan dan penanggulangan kejadian
frambusia
c. Pemetaan endemisitas kabupaten/kota dan desa
d. Sertifikasi kabupaten/kota bebas frambusia

3. 3 kegiatan pokok surveilans bagi kab/kota bebas frambusia


Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal : 111
4. Kenapa daerah yg tidak ada kasus frambusia tetap melaporkan tiap bulan
Jawaban :
5. 3 indikator kinerja surveilans frambusia bagi kab/kota bebas frambusia
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 122

C. Upaya penemuan kasus frambusia


1. pada daerah non endemis upaya penemuan kasus frambusia dilakaukan secara aktif
maupun pasif, sebutkan upaya penemuan kasus frambusia tersebut
jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 10
2. Jelaskan kasus Suspek, kasus probable dan kanfirmasi frambusia ?
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 20,
3. Apa yang harus dilakukan jika menjumpai kasus suspek
Jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 20
4. upaya penemuan kasus melalui berbagai kegiata, yaitu Surveilans berbasis indikator
dan berbasis kejadian, jelaskan surveilans berbasis indikator
jawaban : permenkes no.8/2017, hal 66 (daerah endemis), Hal 112 ( daerah non
endemis)
5. jelaskan surveilans berbasis kejadian
jawaban : permenkes no.8/2017, hal : 67 (daerah endemis), Hal 112 (daerah non
endemis)

D. Pencatatan dan pelaporan


1. semua kasus suspek frambusia yang ditemukan dan pemeriksaannya segera dicatat
dalam form apa
jawab : dilakukan uji serologi menggunakan RDT, ditetapkan diagnosis di catat di
formular bulanan
2. sebutkan alamat link online lapor bulanan frambusia
jawaban : https://s.id/laporframbusia
3. laporan bulanan dan register frambusia dilaporkan secara berjenjang, jelaskan
jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 10 dan 11
4. sebutkan formulir 6 dan formulir 7 sebagai laporan bulanan frambusi
jawaban : Formulir 6 adalah formular Register frambusia, Formulir 7 adalah formular
laporan bulanan eradikasi frambusia.
5. jika dalam pelaporan bulanan terdapat data RDT (+), ini artinya ? dan tugas
puskesmas dan kabupaten terhadap kasus tersebut
6. jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 95
E. Sertifikasi kab/kota bebas frambusia
1. apa maksud dari sertifikat kabupaten/kota bebas frambusia
jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 37
2. kriteria kabupaten/kota bebas frambusia mendapat sertifikat babas frambusia
jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 37
3. untuk mendapatkan sertifikat bebas frambusia kabupeten/kota wajib mendapatkan
rekomendasi dari mana
jawaban : rekomendasi dari Provinisi permenkes no.8/2017, Hal 32
4. sertifikat bebas frambusia ditetapkan dan diberikan oleh siapa ? Dan kepada siapa
jawaban : Menteri Kesehatan kepada kepala daerah (bupati/walikota) permenkes
no.8/2017, Hal 5
5. perubahan status kabupaten/kota bebas frambusia dapat menjadi kabupaten/kota
endemis frambusia apabila ? Jelaskan
jawaban : permenkes no.8/2017, Hal 32

Anda mungkin juga menyukai