Anda di halaman 1dari 96

GAMBARAN

GAMBARANPENYAKIT
PENYAKITFRAMBUSIA
FRAMBUSIA

PETUNJUK TEKNIS
SERTIFIKASI BEBAS FRAMBUSIA
BAGI KABUPATEN/KOTA
DI INDONESIA

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia
2022 i
Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga Buku Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia dapat
diselesaikan.
Penyakit frambusia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian. Indonesia adalah Negara di Wilayah
Asia Tenggara yang melaporkan adanya kasus frambusia selain Timor Leste. Pada
tahun 2017, tercatat 79 kabupaten/kota endemis frambusia yang berada di 18
provinsi. Berdasarkan data nasional, ditemukan sejumlah 169 kasus frambusia pada
tahun 2021 dengan fokus penyebaran berada di wilayah timur Indonesia yaitu provinsi
Papua dan Papua Barat.
WHO melalui Roadmap Neglected Tropical Diseases (NTDs) Tahun 2021 –
2030 menetapkan target eradikasi frambusia di dunia tahun 2030. Sedangkan di
Indonesia, sejumlah 514 kabupaten/kota ditargetkan memperoleh status bebas
frambusia pada tahun 2024. Guna mewujudkan eradikasi frambusia di Indonesia,
telah diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2017 tentang Eradikasi
Frambusia dan dilakukan berbagai tahapan kegiatan pencegahan dan pengendalian
penyakit melalui pelaksanaan surveilans adekuat (zero reporting) bagi kabupaten/kota
endemis dan non endemis, Pemberian Obat Pencegahan Masal (POPM) Frambusia
total penduduk pada desa endemis frambusia dan Survei Serologi Frambusia selama
tiga tahun berturut-turut pada kabupaten/kota endemis frambusia untuk pembuktian
bahwa sudah tidak terjadi transmisi penyakit di daerah tersebut.
Sertifikasi bebas frambusia merupakan salah satu upaya yang
diselenggarakan untuk menilai apakah suatu kabupaten/kota terbukti tidak ditemukan
kasus frambusia baru berdasarkan surveilans yang berkinerja baik. Kabupaten/kota
endemis dapat mengajukan sertifikasi bebas frambusia apabila telah melakukan
surveilans berkinerja baik, mampu menghentikan penularan melalui kegiatan POPM
Frambusia yang berkualitas dengan cakupan ≥ 90%, serta melakukan kegiatan Survei
Serologi Frambusia selama 3 tahun berturut-turut dan tidak ditemukan kasus
konfirmasi baru. Sedangkan bagi kabupaten/kota bebas frambusia dapat mengajukan
sertifikasi bebas frambusia apabila melakukan surveilans berkinerja baik, tidak
ditemukan kasus konfirmasi baru selama minimal 6 bulan berturut – turut dan

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


iii
setidaknya 90% dari laporan surveilans termasuk zero reporting dilaporkan setiap
bulan. Unsur yang dinilai pada sertifikasi bebas frambusia meliputi kegiatan promosi
kesehatan, pengendalian faktor risiko dan surveilans frambusia yang dilakukan oleh
kabupaten/kota. Sertifikat bebas frambusia kabupaten/kota akan dikeluarkan oleh
Menteri Kesehatan berdasarkan rekomendasi Tim Penilai Bebas Frambusia Pusat
setelah melalui proses penilaian.
Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia merupakan acuan dan referensi
bagi Tim penilai pusat, tim penilai provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota,
puskesmas/pelayanan kesehatan dan pihak-pihak terkait dalam penyelenggaraan
sertifikasi bebas frambusia. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada tim
penyusun, narasumber, dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan
dan penyelesaian petunjuk teknis ini. Semoga Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas
Frambusia dapat menghantarkan seluruh kabupaten/kota mencapai status bebas
frambusia.

Jakarta, Desember 2022


Direktur P2PM

dr. Imran Pambudi, MPHM

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


iv
Tim Penyusun

Pengarah : dr IMRAN PAMBUDI, MPHM : Direktur P2PM


Koordinator : dr. REGINA TIOLINA S, M.Epid : Katimja NTD
Editor : Dr. dr. HARIADI WABISONO, MPH : Ketua PAEI
: dr SOLAH IMARI, M.Sc : Ketua I PAEI
: dr. ERDINA HD PUSPONEGORO, Sp.KK (K) : Senior Perdoski
: RIDWAN MAWARDI., SKM., M.AP : Epidkes Muda

Tim Penulis
Tim kerja NTD :
: MEDITA ERVIANTI, SKM : Epidkes Muda
: YATINAWATI, SKM., M.Epid : Epidkes Muda
: dr. TRIJOKO YUDOPUSPITO, M.Sc.PH : Epidkes Madya
: YETY INTARTI., SKM., M.Kes : Epidkes Madya
: dr EKA SULISTIANY., M.Kes : Epidkes Madya
: SUBAHAGIO, SKM, M.Kes : Epidkes Muda
: dr ENY SETIYAWATI : Epidkes Muda
: LITA RENATA SIANIPAR, SKM, M.Epid : Epidkes Madya
: dr. LUCY LEVINA : Epidkes Muda
: SUNARDI, SKM,M.Kes : Epidkes Madya
: DWI MARTANTI, SKM,., M.Kes : Epidkes Muda
: dr. DAURIES ARIYANTI M, M.Epid : Epidkes Muda
: YAYUK AGUSTIN HAPSARI, SKM : Epidkes Muda
: FEMMY IMELIA PICAL, SKM : Epidkes Muda
: NICHOLAS AVORANDI KARO KARO : Entomolog
: DICKY DARMADI, AMKL : Pengelola Data

Tim Komli Perdoski :


: dr YUDO IRAWAN, Sp.KK : anggota Perdoski
: dr. PRIMA KARTIKA ESTI, Sp.KK, M.Epid : anggota Perdoski
: dr. ZUNARSIH, Sp.KK : anggota Perdoski
: dr. EKA KOMARASARI, Sp.KK : anggota Perdoski

Tim Komi PAEI :


: Dr. dr. TRI YUNIS MIKO, MSc : Ketua II PAEI
: ABDUL ROCHIM, SKM, M.Kes : Sekjen PAEI
: Dr. MINSARNAWATI, SKM, M.Kes : Anggota PAEI
: Dr. AJENG TIAS E, SKM, M.CommHealth : Anggota PAEI

Tim Daerah : SUMARSONO, SKM : Provinsi Jatim


: BASUDIN, SKM : Kab Indramayu
: SULISTHEO WIBOWO, SKM : Provinsi Jatim
: INDRAJAYA, SKM : Prov Sulteng
: SOEDRAJAT, SKM : Kab Kuningan

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


v
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Dasar Hukum 2
D. Sasaran 4
E. Ruang Lingkup 4

BAB II Eradikasi Frambusia 5


A. Pengertian Eradikasi Frambusia 5
B. Endemitas frambusia kabupaten/ kota dan Desa 6
C. Sertifikat Bebas Frambusia 8
D. Strategi Penanggulangan 9

BAB III Penyakit Frambusia 14


A. Penyakit Frambusia 14
B. Kasus Frambusia 19

BAB IV Surveilans Frambusia 20


A. Pengertian 20
B. Tujuan Surveilans frambusia 20
C. Pelaksanaan Kegiatan Surveilans 21
D. Kinerja Surveilans Frambusia 31
E. Indikator kinerja surveilans berkualitas 31

BAB V Persiapan sertifikasi bebas frambusia 33


A. Perencanaan 33
B. Pengorganisasian 33

BAB VI Kriteria Kabupaten/kota mendapatkan sertifikat bebas frambusia 39


Kriteria Kabupaten/Kota yang Dapat Mengajukan Sertifikasi Bebas Frambusia 39

BAB VII tahapan penilaian sertifikasi kabupaten/kota, tim penilai provinsi 42


dan tim penilai pusat
A. Verifikasi Kab/kota 42
B. Penilaian Tim Penilai Provinsi 42
C. Penilaian Tim Pusat 66

BAB VIII Kegiatan Pasca Sertifikasi Bebas Frambusia 71


A. Promosi Kesehatan 71
B. Pengendalian Faktor Risiko 72
C. Surveilans Frambusia 72
D. Kegiatan yang Dilakukan Jika Ditemukan Kasus Baru 73

BAB IX Penutup 74

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


vi
DAFTAR SINGKATAN

PCR : Polymerase chain reaction


WHO : World Health Organization
PMK : Peraturan Menteri Kesehatan
POPM : Pemberian Obat Pencegahan Massal
Perdoski : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
PAEI : Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia
LKP : Lembar Kerja Penilaian
PWS : Pemantauan Wilayah Setempat
SSF : Survey Serologi Frambusia
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
KIE : Komunikasi, informasi dan edukasi
NTD : Neglected Tropical Disease
RDT : Rapid Diagnostic Test
RPR : Rapid Plasma Reagen
VDRL : Venereal Disease Research Laboratory
DPP : Dual Path Platform
TPHA : Treponemal Pallidum Hemagglutination
Sp KK : dokter Spesialis kulit dan kelamin
Sp DV : dokter spesialis dermato dan venerologi
PK : Puskesmas Keliling
KR : Kunjungan Rumah
UKS :

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema eradikasi frambusia


Gambar 2. Skenario POPM total penduduk
Gambar 3. Gambaran klinis stadium I
Gambar 4. Algoritma penetapan kasus konfirmasi
Gambar 5. Gambaran klinis diagnose banding frambusia
Gambar 6. Alur pelaporan frambusia
Gambar 7. Penemuan, Pengelohan, dan Analisis kasus frambusia
Gambar 8. tahapan sertifikasi bebas frambusia

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


viii
DAFTAR TABEL

Tabel.1. kabupaten/kota endemis frambusia


Tabel 2. Gejala klinis frambusia menurut stadium
Tabel 3. Jenis dan dosis obat frambusia
Tabel 4. kegiatan surveilans frambusia
Tabel 5. Formular 6 register frambusia Puskesmas
Tabel 6. Formulir 7 laporan bulanan eradikasi frambusia puskesmas
Tabel 7. formular 17 register berobat pada kegiatan puskesmas keliling
Tabel 8. Formular 9, Monitoring kegiatan pemeriksaan frambusia puskesmas keliling
Tabel 9. Formular 18, formular pemeriksaan frambusia di sekolah
Tabel 10. formular 10, Monitoring kegiatan pemeriksaan frambusia di sekolah
Table 11. unsur penilain program frambusia
Tabel 12. kelengkapan berkas usulan sertifikasi bebas frambusia

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


ix
LAMPIRAN

1. Surat Usulan Sertifikasi Bebas Frambusia dari Kabupaten/Kota dan Ceklist


Dokumen pendukung yang telah disiapkan kabupaten/kota

2. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi tentang Tim Verifikasi Provinsi
dalam rangka Sertifikasi Bebas Frambusia Kabupaten/Kota

3. Surat Pernyataan Kesediaan menjadi Anggota Tim Verifikasi Provinsi dalam rangka
Sertifikasi Bebas Frambusia Kabupaten/Kota

4. Surat Rekomendasi

5. Resume Hasil Verifikasi Sertifikasi Bebas Frambusia Kabupaten/Kota

6. Lembar Kerja Penilaian yang telah disahkan oleh Kepala Dinas Provinsi

7. Verifikasi Sertifikasi Bebas Frambusia Kabupaten/Kota

8. Pertimbangan Tim Penilai Pusat

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Frambusia merupakan penyakit tropis yang termasuk ke dalam kelompok penyakit


tropis terabaikan (Neglected Tropical Disease). Frambusia atau dalam beberapa
bahasa daerah disebut patek, puru, buba, pian, parangi, ambalo adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum subspecies pertenue
yang hidup di daerah tropis. Penularannya melalui lalat atau melalui kontak langsung
dari cairan luka penderita ke orang yag mempunyai kulit yang luka atau tidak utuh.

Penyakit frambusia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan


Indonesia merupakan salah satu negara di regional Asia Tenggara yang melaporkan
adanya kasus frambusia selain Timor Leste. Pada tahun 2014 ditemukan 1.521 kasus
frambusia, tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu ditemukan 3.379 kasus dan
sejak 2016 hingga 2018 kasusnya mengalami penurunan yaitu 2.762 kasus tahun
pada 2016, 1.218 kasus pada tahun 2017 dan 355 kasus pada tahun 2018. Tahun
2019, terdapat 673 kasus frambusia yang ditemukan di 35 kabupaten/kota, tahun
2021 dilaporkan 169 kasus frambusia di 8 kabupaten/kota dari 3 Provinsi dan di tahun
2022 terlaporkan sebanyak 195 kasus frambusia. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan nomor 496 tahun 2017, terdapat 79 kabupaten/kota endemis frambusia
yang tersebar di 18 provinsi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 8 tahun 2017 tentang Eradikasi


Frambusia, telah dilakukan upaya diantaranya Pemberian Obat Pencegahan Masal
(POPM) menggunakan Azitromisin dengan cakupan pengobatan >90%. Setelah
dilakukan POPM, pada minggu ke 4 dan ke 8 dilakukan review terhadap cakupan
POPM kemudian dilanjutkan surveilans pasca POPM dan jika masih ditemukan kasus
maka dilakukan pengobatan kasus kontak. Kabupaten/Kota yang memenuhi syarat
(cakupan POPM >90% dan tidak ditemukan lagi kasus klinis frambusia) kemudian
memasuki fase pengawasan dengan melakukan survei serologi frambusia tiga tahun
berturut-turut. Apabila berdasarkan hasil surveilans berkinerja baik tidak ditemukan

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


1
adanya kasus baru dan hasil survei serologi selama tiga tahun bertutu-turut
menyatakan tidak terdapat penularan, maka daerah tersebut berhak mengajukan
proses sertifikasi frambusia.

Sementara itu, kabupaten/kota bebas frambusia perlu dilakukan surveilans berbasis


indikator. Apabila tidak ditemukan kasus konfirmasi dengan surveilans sesuai
indikator selama setidaknya 6 bulan berturut-turut, maka kabupaten/kota tersebut
berhak mendapat rekomendasi dari provinsi untuk mendapatkan sertifikat bebas
frambusia dari pusat.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Tersedianya acuan teknis bagi Tim penilai pusat, tim penilai Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas/pelayanan kesehatan untuk pencapaian
semua kabupaten kota tersertifikasi bebas frambusia menuju Indonesia bebas
frambusia.
Tujuan Khusus:
1. Tersedianya acuan teknis bagi Puskesmas dan kabupaten/kota mempersiapkan
persyaratan yang dilakukan dan mengusulkan sertifikat bebas frambusia
2. Tersedianya acuan teknis tim penilai provinsi dalam melakukan penilaian
sertifikasi bebas frambusia
3. Tersedianya acuan teknis tim penilai Pusat dalam melaksanakan penilaian
sertifikasi bebas frambusia

C. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


2
beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 464);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Surveilans Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
1113);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
1755);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1508);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2015 tentang Upaya
Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1755);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2017 tentang Eradikasi
Frambusia
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 496 tahun 2017 tentang Daerah
Endemis Frambusia
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 497 tahun 2017 tentang Komite Ahli
Eradikasi Frambusia

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


3
D. Sasaran
Sasaran panduan teknis ditujukan kepada :
1. Puskesmas, Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.
2. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/kota.
3. Organisasi Profesi PERDOSKI dan PAEI
4. Tim Penilain Provinsi dan tim Pusat.
5. Stakeholder dan Institusi terkait lainnya

E. Ruang Lingkup
Petunjuk Teknis ini membahas mengenai teknis penilaian sertifikasi bebas frambusia
dengan ruang lingkup pembahasan meliputi eradikasi frambusia, penyakit frambusia,
Surveilans frambusia, Persiapan sertifikasi, Kriteria Kab/kota mendapatkan sertifikat
bebas frambusia, tahapan penilaian sertifikasi, kegiatan pasca sertifikasi

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


4
BAB II
ERADIKASI FRAMBUSIA

A. Pengertian Eradikasi Frambusia


Istilah eradikasi telah didefinisikan pada tahun 2012 oleh Kelompok Penasihat
Strategis dan Teknis WHO (WHO-STAG) untuk penyakit tropis terabaikan serta
mengacu pada kerangka kerja umum WHO tahun 2016 untuk program pengendalian,
eliminasi, dan eradikasi penyakit tropis terabaikan. Eradikasi didefinisikan sebagai
penghentian semua penularan sehingga tidak ditemukan lagi kasus dari insiden suatu
penyakit infeksi di seluruh dunia yang disebabkan oleh patogen tertentu.
Berdasarkan WHO, pernyataan bebas frambusia meliputi penilaian kriteria di bawah
ini:
a) Kriteria klinis: Tidak adanya laporan kasus frambusia baru, baik klinis atau yang
telah konfirmasi secara serologis selama 3 tahun berturut-turut yang didukung oleh
cakupan surveilans aktif yang tinggi.
b) Kriteria serologis: Tidak adanya penularan yang dibuktikan dengan survei serologi
negatif selama setidaknya 3 tahun berturut-turut di antara sampel anak usia 1 – 5
tahun tanpa gejala klinis.
c) Kriteria molekuler: Tidak adanya kasus positif secara molekuler (pemeriksaan
PCR) pada kasus klinis yang ditemukan setelah selesai melakukan survei serologi
3 tahun berturut-turut dan surveilans aktif berkinerja baik. Kriteria molekuler tidak
digunakan secara rutin untuk menetapkan suatu kabupaten/kota bebas frambusia
dan mendapatkan sertifikat. Kriteria ini digunakan untuk konfirmasi kasus yang
dianggap perlu oleh Komite Ahli dan atau Tenaga Ahli.
Eradikasi frambusia adalah upaya pembasmian yang dilakukan secara
berkelanjutan untuk menghilangkan frambusia secara permanen sehingga tidak
menjadi masalah Kesehatan masyarakat secara nasional (PMK no.8 tahun 2017).
Dalam rangka penyelenggaraan eradikasi frambusia ditetapkan kabupaten/kota
endemis dan bebas frambusia dimana terdapat 79 kabapaten/kota dari 18 Provinsi
yang ditetapkan sebagai daerah endemis frambusia berdasarkan Kepmenkes nomor
HK.01.07/Menkes/496/2017 tentang daerah endemis, ditampilakan dalam tabel
sebagai berikut :

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


5
Tabel.1. kabupaten/kota endemis frambusia

NO PROVINSI KABUPATEN
1 Sumatera Utara Deli Serdang, Labuhan Batu, Humbang Hasundutan,
Samosir, Serdang Badagai, Tapanuli selatan
2 Sumatera Barat Padang Pariaman
3 Riau Indra Giri Hilir
4 Jambi Tanjung Jabung Timur
5 Bengkulu Seluma, Bengkulu Selatan
6 Lampung Lampung Utara
7 Banten Lebak
8 Jawa Timur Sampang, Sumenep
9 Kalimantan Tengah Kotawaringin Timur, Pulang Pisau
10 Kalimantan Barat Kayong Utara
11 Sulawesi Tengah Perigi Moutong, Donggala
12 Sulawesi Tenggara Buton Selatan, Muna, Konawe Kepulauan, Buton Tengah
13 Gorontalo Pohuwato
14 Maluku Seram Bagian Barat, Buru, Maluku Tengah, Maluku
Tenggara, Seram Bagian Timur
15 Maluku Utara Halmahera Selatan, Halmahera Utara, Halmahera Tengah,
Halmahera Barat
16 NTT Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Alor,
Flores Timur, Sikka, Nagekeo, Rote Ndao, Sumba Barat,
Sumba Tengah, Sumba Timur, Kupang, Lembata, Sumba
Barat Daya, Ende, Ngada, Malaka
17 Papua Keerom, Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Merauke,
Nabire, Kepulauan Yapen/Serui, Biak Numfor, Paniai,
Timika, Boven Digoel, Mappi, Asmat, Yahukimo, Sarmi,
Waropen, Lanny Jaya, Intan Jaya, Supiori
18 Papua Barat Kabupaten Sorong, Sorong Selatan, Raja Ampat,
Manokwari, Manokwari Selatan, Tambrau, Fak- Fak,
Kaimana, Teluk Wondama, Maybrat

B. Endemitas frambusia kabupaten/ kota dan Desa


Penetapan endemisitas kabupaten/kota dibuat dalam 2 tahap, yaitu penetapan
endemisitas frambusia kabupaten/kota pertama kali dan perubahan status
endemisitas kabupaten/kota dan desa
Endemitas Kabupaten/Kota di Indonesia dibagi menjadi 3 kelompok yaitu
1. Kabupaten/kota endemis frambusia
2. Kabupeten/kota bebas frambusia
3. Kabupaten/kota tersertifikasi bebas frambusia.

Penetapan kabupaten/kota endemis berdasarkan pertimbangan Komite ahli dan


usulan kepala dinas kesehatan provinsi yaitu

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


6
1. Kabupaten/Kota Endemis Frambusia
Kabupaten /kota endemis frambusia ditetapkan dengan kriteria apabila ditemukan
paling sedikit 1 (satu) kasus indigenous frambusia pada wilayah kabupaten/kota
yang bersangkutan.
Pada kabupaten/kota endemis frambusia, wajib ditetapkan tingkat endemitas
setiap desa/ kelurahannya :
• Desa/Kelurahan endemis frambusia
Ditemukan kasus frambusia konfirmasi setidaknya dalam 6 bulan terakhir.
• Desa/kelurahan non endemis frambusia
Tidak ditemukan adanya kasus frambusia dalam 6 bulan terakhir atau lebih
berdasarkan surveilans berkualitas.
Kabupaten/kota endemis dapat berubah menjadi kabupaten/kota bebas frambusia
setelah memenuhi seluruh kriteria :
1) Telah melaksanakan POPM (pemberian obat pencegahan secara massal)
frambusia di semua desa sesuai status endemisitasnya, sampai rantai penularan
berhenti dan atau dengan pemberian obat pada kasus dan kontaknya
2) Telah melaksanakan kegiatan intensifikasi penemuan kasus frambusia di desa-
desa endemis, baik sebelum dan setelah pelaksanaan POPM (surveilans kasus
Frambusia). Intensifikasi penemuan kasus frambusia dengan menerapkan
pemeriksaan frambusia murid sekolah dan pemeriksaan frambusia dengan
melaksanakan puskesmas keliling di semua desa/kelurahan
3) Telah melaksanakan survei serologi Frambusia pada anak 1-5 tahun di seluruh
wilayah Kabupaten/Kota tersebut.
4) Terbukti tidak ditemukan adanya kasus baru frambusia berdasarkan surveilans
kasus Frambusia berkualitas tinggi dan berdasarkan Survei Serologi setiap tahun
selama minimal 3 tahun berturut-turut.
Kabupaten/kota endemis yang telah memenuhi kriteria diatas berhak mendapatkan
rekomendasi dari provinsi untuk mendapatkan sertifikat bebas frambusia dari pu

2. Kabupaten/kota bebas frambusia


Kabupaten/kota yang tidak sesuai dengan kriteria kabupaten/kota endemis
frambusia dinyatakan sebagai kabupaten/kota bebas frambusia. Pada
Kabupaten/kota bebas frambusia dilakukan surveilans frambusia berbasis

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


7
indikator, apabila tidak ditemukan kasus konfirmasi frambusia dengan surveilans
sesuai indikator selama > 6 bulan, maka kabupaten/kota tersebut berhak
mendapatkan rekomendasi dari provinsi untuk mendapatkan sertifikasi bebas
frambusia dari pusat.
Kabupaten/kota bebas frambusia dapat berubah menjadi kabupaten/kota endemis
frambusia apabila ditemukan kasus konfirmasi frambusia baru dan masih
ditemukan kasus frambusia setelah lebih dari 6 bulan sejak kasus terakhir dengan
berdasarkan surveilans kasus frambusia berkualitas tinggi.
3. Kabupaten/kota tersertifikasi bebas frambusia
Kabupaten/kota endemis frambusia dan Kabupaten/kota bebas frambusia yang
telah diberikan sertifikat bebas frambusia oleh Menteri kesehatan berdasarkan
hasil penilaian dan rekomendasi provinsi serta pertimbangan tim penilai pusat
setelah kabupaten/kota tersebut terbukti tidak terdapat kasus baru frambusia.
4. Kabupaten/kota “hitam”
Kabupaten/kota endemis frambusia, bebas frambusia dan bersertifikat bebas
frambusia dapat menjadi tidak jelas statusnya karena tidak adanya sistem
surveilans yang berkinerja baik dalam periode waktu cukup panjang (lebih dari 6
bulan, sesuai indikator kinerja surveilans berkualitas tinggi) 1, ini disebut sebagai
wilayah Puskesmas atau Kabupaten/Kota “hitam” atau tidak jelas statusnya.

C. Sertifikat Bebas Frambusia

Sertifikat kabupaten/kota bebas frambusia adalah sertifikat yang diberikan oleh


Menteri Kesehatan kepada kabupaten/kota yang telah terbukti tidak ditemukan
kasus frambusia baru berdasarkan surveilans yang berkinerja baik. Penetapan
sertifikasi bebas frambusia antara kabupaten/kota endemis dan kabupaten/kota
bebas frambusia memiliki tata cara penilaian yang berbeda. Kabupaten kota bebas
frambusia diharuskan mengajukan usulan verifikasi untuk mendapatkan sertifikat
selambat lambatnya 6 bulan sesudah pelaporan bulanan zero report terakhir. Bila
dalam waktu 6 bulan kabupaten/kota tersebut tidak melakukan usulan untuk
verifikasi maka provinsi melakukan konfirmasi untuk mengetahui kendala dari
pengajuan sertifikasi tersebut.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


8
Bagi kabupaten/kota endemis yang telah menyelesaikan kegiatan POPM dan SSF
selama 3 tahun berturut-turut, dapat mengajukan usulan sertifikasi 6 bulan setelah
pelaporan bulanan zero report terakhir.
Kabupaten/Kota akan mendapatkan sertifikat bebas frambusia setelah dilakukan
penilaian program dan surveilans oleh tim penilai bebas frambusia tingkat Provinsi
dan Tim Penilai Bebas Frambusia Pusat.

D. Strategi Penanggulangan
Kegiatan Penanggulangan Frambusia merupakan upaya Kesehatan yang
ditujukan untuk memutuskan mata rantai penularan serta menghilangkan angka
kesakitan dan kecacatan, semua daerah baik endemis, non endemis maupun yang
sudah tersertifikasi bebas frambusia harus menyelenggarakan kegiatan sebagai
berikut :

Kabupaten/kota endemis frambusia harus melaksanakan kegiatan penanggulangan


frambusia meliputi :
1. Promosi Kesehatan
2. Penaggulangan faktor risiko
3. POPM frambusia dan
4. Surveilans Frambusia
Kabupaten/kota non endemis frambusia maupun kabupaten/kota tersertifikasi bebas
tetap menyelenggarakan kegiatan penanggulangan frambusia meliputi :
1. Promosi Kesehatan
2. Pengendalian faktor risiko
3. Surveilans frambusia.
Indikator keberhasilan program eradikasi frambusia adalah menghentikan penularan
frambusia di seluru kabupaten/kota di wilayah Indonesia dimana semua
kabupaten/kota telah tersertifikasi bebas frambusia dengan rencana aksi eradikasi
frambusia sebagai berikut :

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


9
Gambar 1. Skema eradikasi frambusia

Kegiatan penaggulangan frambusia dapat dijelasan sebagai berikut :


1. Promosi Kesehatan
Kegiatan promosi Kesehatan dilaksanakan dengan strategi advokasi,
pemberdayaan masyarakat dan kemitraan yang ditujukan untuk :
a) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tanda dan gejala penyakit
serta cara penularannya.
b) Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat guna memelihara
Kesehatan dengan cara mandi dengan air bersih dan sabun dan
c) Meningkatkan koordinasi institusi dan Lembaga serta sumber daya untuk
terselenggaranya eradikasi frambusia
Sasaran utama dalam kegiatan promosi Kesehatan yaitu
a) Kelompok anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun
b) Kelompok orang tua yang memiliki anak balita,
c) Guru/pengajar
d) Toko masyarakat/ toko agama
e) Kader
Kegiatan promosi Kesehatan yang menjadi penilaian kinerja program /
sertifikasi frambusia yaitu
a) Advokasi terhadap komitmen kabupaten/kota
b) Kampanye program frambusia yang dilakukan oleh semua puskesmas dan
Kabupaten/kota pada masyarakat
c) Kampanye program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan
Kesehatan lingkungan pada masyarakat

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


10
d) Memberikan dukungan anggaran dari kabupaten/kota, Provinsi mupun
pusat secara anggaran mandiri atau terintegrasi.
e) Membangun Kerjasama lintas program/lintas sektoral/ organisasi
masyarakat dalam pelaksanaan eradikasi frambusia.
f) Mengadakan media KIE, peraturan frambusia, buku saku dan lainnya
sebagai bahan rujukan dalam pelaksanaan semua puskesmas dan Rumah
Sakit.
2. Pengendalian faktor risiko
Pengendalian faktor risiko dilakukan melalui pencegahan penularan melalui
peningkatan kesadaran memeriksakan diri bagi kontak kasus, penemuan kasus
dan kontak secara dini, dan/atau penggunaan air bersih dan sabun. Penemuan
kasus secara dini dapat memutuskan mata rantai penularan Frambusia di suatu
daerah.
Pengendalian faktor risiko dilakukan melalui :
a) Pencegahan penularan melalui peningkatan kesadaran untuk
memeriksakan diri bagi kontak kasus.
b) Peneluam kasus dan kontak secara dini.
c) Penggunaan air bersih dan sabun
Kegiatan pengendalian faktor risiko menjadi penilaian kinerja program/
sertifikasi bebas frambusia yaitu
a) Menyelenggarakan kegiatan pencarian suspek (koreng) dan segera
dilakukan pemeriksaan penunjang RDT/ RPR pada semua puskesmas.
b) Menyelenggarakan kegiatan peningkatan kompetensi penyakit frambusia
bagi semua nakes puskesmas dan Rumah Sakit.
c) Semua nakes puskesmas memiliki kompetensi dasar Program frambusia
minimal kompetensi dasar etiologi frambusia dan surveilans frambusia.
d) Meningkatkan Kesadaran masyarakat akan pengetahuan penyakit
frambusia dan memeriksan diri kasus koreng dan kontak.
e) Menyediakan seluruh daerah akses air bersih.

3. Intervensi POPM
Pemberian Obat Pencegahan secara Massal Frambusia (POPM) adalah
pemberian obat yang dilakukan untuk mematikan bakteri Treponema Pertenue dan

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


11
memutuskan mata rantai penularan secara serentak kepada penduduk sasaran di
daerah endemis frambusia.
Daerah endemis wajib dilakukan POPM dengan menggunakan obat azitromisin
sesuai dosis pada seluruh penduduk sasaran dengan usia 2 sampai dengan 69
tahun termasuk kasus kontak dengan cakupan ≥ 90%. Untuk daerah endemis yang
telah melaksanakan POPM total penduduk dilanjutkan POPM kasus kontak dan
daerah dengan riwayat frambusia dimana tidak terdapat kasus lagi lebih dari 3
tahun dapat dibuktikan dengan surveilens berkualitas, maka kabupaten/kota
tersebut dapat melakukan survei serologi selama tiga tahun berturut-turut diikuti
surveilans kasus yang memenuhi indikator yang ditetapkan. Apabila berdasarkan
hasil surveilans tidak ditemukan adanya kasus baru dan hasil survei serologi
selama tiga tahun berturutturut menyatakan tidak terdapat penularan, maka
daerah tersebut dapat mengusulkan sertifikasi bebas frambusia.
Gambar 2. Skenario POPM total penduduk

Dokumen yang perlu dilengkapain dalam proses usulan sertifikasi bebas


frambusia yaitu
1. Formulir 4 (laporan cakupan POPM penduduk Puskesmas.
2. Formulir 5 (laporan cakupan POPM Kab/kota)
3. Laporan kegiatan POPM

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


12
4. Surveilans Frambusia
Surveilans frambusia berkinerja baik menjadi indikator dalam sertifikasi bebas
frambusia bagi kabupaten/kota endemis maupun non endemis frambusia menjadi
kabupaten/kota tersertifikasi bebas frambusia..
Surveilans Frambusia pada daerah endemis terdiri dari 5 kegiatan pokok yaitu:
a) Penemuan, pengolahan, analisis dan pelaporan kasus Frambusia
(surveilans kasus Frambusia puskesmas dan rumah sakit)
b) Upaya penemuan dini semua kasus Frambusia (kasus suspek yang
terkonfirmasi)
c) Pemetaan endemisitas dan risiko penularan Frambusia
d) Penetapan endemisitas Frambusia kabupaten/kota
e) Penetapan endemisitas dan risiko penularan di desa
f) Monitoring dan evaluasi kegiatan POPM Frambusia
g) Survei serologi
h) Penetapan kabupaten/kota bebas Frambusia
Surveilans Frambusia pada daerah bebas Frambusia terdiri dari 3 kegiatan
pokok, yaitu:
a) Penemuan, pengolahan, analisis dan pelaporan kasus Frambusia
(surveilans kasus Frambusia puskesmas dan rumah sakit)
b) Upaya penemuan dini semua kasus Frambusia (kasus suspek yang
terkonfirmasi)
c) Penetapan kabupaten/kota bebas Frambusia Intensitas kegiatan surveilans
tersebut diatas, pembahasan lebih lanjut pada bab III

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


13
BAB III
PENYAKIT FRAMBUSIA

A. Penyakit Frambusia
Frambusia merupakan penyakit tropis yang termasuk ke dalam kelompok penyakit
NTD (Neglected Tropical Diseases) Penanganan yang kurang tepat pada penyakit ini,
dapat menyebabkan deformitas yang menetap pada tulang kaki dan hidung.
1. Penyebab Penyakit
Penyakit Frambusia disebabkan oleh kuman Treponema pallidum subspesies
pertenue.
2. Sumber dan Cara Penularan
Manusia satu-satunya sumber penularan dengan kontak langsung luka terbuka
dengan lesi frambusia. Cairan (getah, eksudat) yang keluar dari lesi frambusia
stadium 1 mengandung banyak bakteri frambusia yang sangat menular. Bakteri
frambusia tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi masuk melalui luka lecet,
goresan atau luka infeksi kulit lainnya. Lesi frambusia yang sudah lama sudah tidak
menular.
3. Masa Inkubasi dan Masa Penularan
Masa inkubasi frambusia antara 9-90 hari, rata-rata 21 hari. Masa penularan
bervariasi dan dapat berlangsung lama. Lesi frambusia muncul pada kulit
penderita secara intermiten selama beberapa tahun. Pada lesi destruktif stadium
akhir, bakteri frambusia sebagai penyebab infeksi awal biasanya sudah tidak
ditemukan.
4. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penularan Frambusia antara
lain:
a. Lingkungan kumuh, hangat dan lembab. Penularan tinggi pada
b. musim penghujan
c. Jarang mandi
d. Bergantian menggunakan pakaian yang sama dengan orang lain atau
jarang berganti pakaian
e. Luka terbuka atau adanya penyakit kulit seperti kudis, bisul, dapat menjadi
tempat masuk bakteri Frambusia

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


14
5. Klinis frambusia
klinis Frambusia terbagi dalam beberapa stadium perkembangan, yang
ditunjukkan dalam perubahan bentuk lesi yaitu lesi primer, lesi sekunder, dan lesi
tersier. Antara lesi primer dengan lesi sekunder terdapat periode laten 1 (2-5
tahun), sedangkan antara lesi sekunder dengan lesi tersier terdapat periode 2 (5-
10 tahun). Stadium Laten merupakan fase tanpa gejala klinis, tetapi bakteri
Frambusia masih aktif dan hasil uji serologi positif. Stadium ini terjadi ketika
penderita dengan lesi Frambusia dapat sembuh tanpa pengobatan.

Tabel 2. Gejala klinis frambusia menurut stadium

Gambar 3. Gambaran klinis stadium I

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


15
6. Diagnosa, Diagnosa banding dan tatalaksana pengobatan frambusia
B. Penetapan diagnose dapat dilakukan melalui dua acara yaitu
a. Pemeriksaan klinis
Diagnosis di lapangan terutama berdasarkan pemeriksaan klinis sesuai
dengan bentuk dan sifat kelainan yang ada. Pemeriksaan dilakukan di
tempat dengan pencahayaan yang baik dan terang, dengan
memperhatikan etika di mana pemeriksaan laki-laki dan perempuan
dilakukan terpisah. Beberapa kondisi di bawah ini dapat membantu
menetapkan diagnosis klinis Frambusia:
1. Umur penderita frambusia banyak terjadi pada anak berumur <15
tahun.
2. Gejala klinis berupa lesi pada kulit/tulang sesuai dengan stadium
perkembangan frambusia.
3. Ciri dan lokasi lesi terjadi di tungkai, kaki, pergelangan kaki, bisa juga
terjadi di lengan dan muka.
Berdasarkan pemeriksaan klinis dapat ditetapkan kasus suspek, probabel,
atau bukan kasus Frambusia. dalam pencarian kasus suspek/probabel
frambusia dimulai dengan kegiatan pencarian lesi/koreng pada anak dan
kasus kontak.
b. Pemeriksaan penunjang
Setiap kasus suspek atau kasus probabel sebaiknya dilakukan
pemeriksaan serologi dan/atau pengujian lain di laboratorium, terutama
kasus suspek di desa yang sudah lama tidak terdapat kasus konfirmasi.
Ini penting, karena penyakit kulit lain banyak yang serupa dengan lesi pada
Frambusia (lihat bahasan Diagnosis Banding). Pemeriksaan serologis
pada Frambusia menggunakan cara pemeriksaan yang sama dengan
pemeriksaan pada penyakit sifilis yaitu dengan TPHA-RDT dan dievaluasi
dengan RPR/VDRL. Pemeriksaan serologi dapat bermanfaat untuk
mengkonfirmasi kasus Frambusia yang meragukan (suspek dan probabel)
dan menemukan penderita-penderita dalam masa laten yang tidak
menunjukkan gejala klinis tetapi ternyata seropositif. Penderita seperti ini
adalah sumber penularan Frambusia tersembunyi.
Sampai sekarang, belum ada pemeriksaan serologi spesifik untuk
Frambusia. Pemeriksaan serologi yang ada, biasanya digunakan untuk

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


16
pemeriksaan serologi sifilis, hasil pemeriksaan ini tidak bisa membedakan
T.pallidum (sifilis) dan T.pertenue (Frambusia). Terdapat 2 metode
pemeriksaan yang umumnya dilakukan, Rapid Treponemal Test dan Non
Treponemal Test (RPR atau VDRL).
Gambar 4. Algoritma penetapan kasus konfirmasi

KONFIRMASI
KASUS SUSPEK/ PROBEBLE

PEMERIKSAAN RDT

RDT (+) RDT (-)

Pemeriksaan RPR Bukan frambusia

RPR (+) RPR (-)

diobati Tidak aktif lagi

C. Diagnosa Banding

- Impetigo - Ulkus tropikum


- Plantar warts - Scabies
- Leprosy (kusta) - Psoriasis
- Moluscum contagiosum - TBC Kutis
- Ektima - Pioderma
- Coccidioidomycosis - Tinea Versicolor

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


17
Gambar 5. gambaran klinis diagnose banding frambusia

Ulkus tropikum Moluscum Contagiosum EKTIMA TINA VERSICOLOR

Impetigo Scabies
PIODERMA

TBC Kutis COCCIDIOIDOMYCOSIS PSORIASIS KUSTA

D. Pengobatan Frambusia
Obat yang digunakan dalam pengobatan frambusia yaitu azitromisin dosis
tunggal per oral, apabila terjadi reaksi alergi terhadap azitromisin, maka obat
alternatif lain dapat diberikan. Obat harus diminum di depan petugas.

Tabel 3. Jenis dan dosis obat frambusia


Umur Cara Lama
Nama Obat Dosis
(tahun) Pemberian Pemberian
500 mg
2-5 th oral dosis tunggal
(1 tablet)
Azitromisin tablet 1000 mg
6-9 th oral dosis tunggal
(2 tablet)
30 mg/KgBB 1500 mg
10-15 th oral dosis tunggal
(maks 2000mg) (3 tablet)
2000 mg
16-69 th oral dosis tunggal
(4 tablet)

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


18
B. Kasus Frambusia
Definisi dari setiap istilah berikut ini disusun berdasarkan strategi global eradikasi
frambusia yang telah diluncurkan oleh WHO dan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2017 Tentang Eradikasi Frambusia.
Kasus frambusia meliputi :
1. Kasus frambusia suspek yang kemudian disebut kasus suspek adalah seseorang
yang menunjukkan satu atau lebih gejala/tanda klinis (> 2 minggu) sebagai berikut:
a. Papul atau papilloma
b. Ulkus frambusia (terdapat krusta dan tidak sakit)
c. Makula Papula
d. Hiperkeratosis di telapak tangan dan telapak kaki (early)
e. Perubahan pada tulang dan sendi (early)
2. Kasus frambusia probable yang kemudian disebut kasus probable adalah suspek
yang tinggal di desa/kelurahan endemis frambusia atau kontak erat dengan
penderita frambusi dengan kriteria:
a. Kontak lebih dari 20 jam per minggu di desa yang terdapat kasus frambusia
dalam setahun terakhir
b. Waktu kontak tersebut antara 9 – 90 hari sebelum munculnya lesi frambusia
3. Kasus Frambusia Konfirmasi yang kemudian disebut kasus konfirmasi adalah
kasus suspek/probable frambusia yang positif uji serologi RDT (Rapid Diagnostic
Test). Jika hasil tes tersebut meragukan, dapat dilakukan tes Rapid Plasma
Reagen (RPR).
4. Kasus Suspek/Probable RDT (-) yang kemudian disebut kasus RDT (-) adalah
kasus suspek atau probable dengan pengujian RDT (-)
5. Kasus laten non klinis RPR (+) adalah kasus yang tidak memiliki gejala klinis
frambusia namun jika dilakukan uji RDT dan RPR hasilnya reaktif atau DPP reaktif
serta telah dikonfirmasi oleh ahli (SpKK/SpDV atau dokter terlatih).

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


19
BAB IV
SURVEILANS FRAMBUSIA

Surveilans frambusia merupakan salah satu strategi eradikasi frambusia untuk


mendeteksi adanya penularan frambusia, memetakan daerah-daerah endemis
frambusia dan daerah-daerah bebas frambusia, serta menjadi dasar sertifikasi
kabupaten/kota bebas frambusia.
Surveilans frambusia terdiri atas surveilans frambusia di daerah endemis
frambusia, surveilans frambusia di daerah bebas frambusia, surveilans frambusia
pada daerah yang telah tersertifikasi frambusia, survei serologi, surveilans
berdasarkan data penyelidikan dan penanggulangan
Sertifikat bebas frambusia diberikan kepada kabupaten/kota yang telah membuktikan
bebas dari penularan frambusia di wilayahnya yang didukung dengan penerapan
surveilans berkualitas. Surveilans frambusia perlu diselenggarakan dengan dukungan
pengorganisasian dan manajemen yang baik agar memenuhi indikator-indikator
kinerja sistem yang telah ditetapkan
A. Pengertian
Surveilans frambusia adalah kegiatan pengamatan pada daerah tertentu yang
dilaksanakan secara sistematis dan terus-menerus terhadap data dan informasi
kejadian penyakit frambusia dan atau masalah kesehatan/kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit frambusia untuk
memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan
penanggulangan frambusia secara efektif dan efisien
Yang dimaksud daerah tertentu pada pengertian surveilans frambusia dibedakan
penerapannya antara daerah kabupaten/kota bebas frambusia (termasuk
kabupaten/kota sertifikat bebas frambusia) dan kabupaten/kota endemis
frambusia
B. Tujuan Surveilans frambusia
Secara umum tujuan dilaksanakannya surveilans frambusia adalah mendukung
upaya eradikasi frambusia
1. Deteksi dini kasus dan kejadian (cluster) frambusia
2. Dapat terlaksanakannya penyelidikan dan penanggulangan kejadian
frambusia

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


20
3. Pemetaan endemisitas kabupaten/kota dan desa
4. Sertifikasi kabupaten/kota bebas frambusia

C. Pelaksanaan Kegiatan Surveilans


Agar tujuan-tujuan surveilans frambusia dapat terealisasi, maka dilakukan
kegiatan surveilans frambusia sebagai berikut :
Tabel 4. kegiatan surveilans frambusia
Kab/Kota Kab/Kota Kab/kota
No Jenis Kegiatan
Endemis Non endemis tersertifikasi
Penemuan, pencatatan dan pelaporan
1 kasus framusia di puskesmas dan RS √ √ √
Pengolahan dan analisa data frambusia
2 √ √ √
Pemetaan endemisitas Kab/Kota dan
3
desa √ √ √
Penyelidikan dan penanggulangan
4
kejadian frambusia. √
5 Survei serologi √
Sertifikasi Kab/kota bebas frambusia
6 √ √
Skematis peran surveilans dalam upaya eradikasi frambusia dibedakan antara
kabupaten/kota bebas frambusia, kabupaten/kota sertifikasi bebas frambusia
dan kabupaten/kota endemis frambusia.
1. Penemuan, Pencatatan dan Pelaporan kasus Frambusia di Puskesmas
dan Rumah sakit.
Upaya penemuan kasus frambusia melalui berbagai kegiatan yaitu
a. Surveilans Berbasis Indikator
Kasus frambusia ditemukan melalui kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya baik yang dilakukan secara aktif maupun pasif, antara lain:
1) Kasus frambusia yang berobat ke poliklinik Puskesmas
2) Kasus frambusia berdasarkan laporan Puskesmas Pembantu
3) Kasus frambusia yang ditemukan pada kegiatan Puskesmas
Keliling
4) Kasus frambusia ditemukan dalam kegiatan pemeriksaan anak
sekolah
5) Kasus frambusia ditemukan dalam kegiatan POPM
Kasus-kasus yang ditemukan tersebut direkam oleh petugas dimana
kegiatan tersebut dilaksanakan dan datanya digabung bersama kasus
frambusia lainnya dalam Register Frambusia Puskesmas. Khusus untuk

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


21
kasus frambusia yang datang berobat ke Rumah Sakit, direkam dalam
Register Frambusia Rumah Sakit.

b. Surveilans berbasis kejadian


Masyarakat yang telah mendapat kampanye eradikasi frambusia dapat
berperan secara aktif menemukan dan melaporkan adanya kasus-kasus
frambusia yang berada di sekitar tempat tinggalnya.
Adanya laporan kasus frambusia oleh masyarakat atau berkembangnya
rumor adanya kasus frambusia di tengah-tengah masyarakat perlu
dikonfirmasi kebenarannya. Adanya kasus frambusia berdasarkan
laporan masyarakat ini, wajib direkam dan datanya digabung bersama
kasus frambusia lainnya dalam Register Frambusia Puskesmas. Untuk
mendorong warga yang menderita frambusia untuk berobat ke fasilitas
pelayanan kesehatan.

a) Penemuan Kasus Frambusia


1. Jenis kasus yang bisa ditemukan
Upaya pencarian kasus berbasis indikator dan berbasis kejadian yang
ditemukan oleh petugas puskesmas yaitu dimulai dengan pencarian
koreng, pemeriksaan gejala klinis frambusia untuk mencari kasus
suspek selanjutnya dengan pemeriksaan antibodi (RDT), jika positif
lanjutkan, pemeriksaan RPR.
Percarian kasus frambusia (diagnose banding dan gejala klinis) yang
dipersyaratkan dalam penilaian sertifikasi bebas frambusia yaitu semua
puskesmas menemukan minimal 10 kasus pada kegiatan pencarian
anak sekolah dan minimal 5 kasus pada kegiatan pencarian kasus
puskesmas keliling.

2. Tempat penemuan kasus frambusia


Kasus frambusia dengan gejala lesi frambusia (suspek) dapat
ditemukan dengan melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
a) Penemuan kasus frambusia pada saat pelayanan kesehatan
(berobat) di Puskesmas dan rumah sakit serta fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


22
b) Pemeriksaan frambusia diantara anak murid sekolah dasar,
terutama kelas 4,5,6
c) Penemuan kasus frambusia pada kegiatan Puskesmas keliling
d) Penemuan kasus frambusia tambahan saat penyelidikan
e) Penemuan kasus frambusia melalui survei masyarakat
f) Laporan adanya kasus frambusia oleh masyarakat.

3. Kompetensi petugas Kesehatan dalam penemuan kasus


frambusia.
Agar penemuan kasus frambusia dapat dilaksanakan petugas dengan
benar, petugas pelaksana frambusia dan petugas pelaksana pelayanan
kesehatan wajib memiliki kompetensi sebagai berikut :
• Dapat menjelaskan konsep eradikasi frambusia
• Dapat menjelaskan gambaran klinis frambusia,
• Mampu mendiagnosa dan mengobati kasus frambusia
• Mampu melaksanakan pencatatan dan pelaporan kasus
frambusia
Agar petugas selalu ingat dan perhatian, maka di ruang pelayanan
kesehatan di pasang gambar contoh gambaran klinis frambusia
(gambar lesi frambusia), cara diagnosa dan cara pengobatan,

b) Pencatatan
Setiap kasus frambusia ditemukan dicatat dalam register frambusia
Puskesmas, disamping dicatat pada formulir pencatatan & monitoring
pemeriksaan frambusia di sekolah, atau pencatatan & monitoring
pemeriksaan frambusia di desa/kelurahan.
Formulir Pencatatan menggunakan formular di lampiran permenkes no.8
tahun 2019.
1. Register dan Laporan bulanan Frambusia Puskesmas
Setiap kasus suspek frambusia yang ditemukan dan hasil
pemeriksaannya SEGERA dicatat dalam Register Frambusia, baik
kasus frambusia yang ditemukan pada kegiatan pelayanan kesehatan
Puskesmas/RS, kegiatan pemeriksaan frambusia di sekolah, dan
kegiatan puskesmas keliling (desa/kelurahan)

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


23
Tabel 5. formular 6 register frambusia Puskesmas

Data kasus frambusia pada Register Frambusia Puskesmas ini menjadi


bahan Laporan Kasus Frambusia (segera) dan Laporan Bulanan
Eradikasi Frambusia (setiap bulan).

Tabel 6. Formulir 7 laporan bulanan eradikasi frambusia puskesmas

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


24
2. Monitoring Kegiatan Pemeriksaan Frambusia Puskesmas Keliling
Setiap desa/kelurahan yang dilaksanakan kegiatan pemeriksaan
frambusia (Puskesmas Keliling) SEGERA dicatat dalam tabel
Monitoring Kegiatan Pemeriksaan Frambusia Puskesmas Keliling.
Jumlah desa/kelurahan yang dilakukan pemeriksaan Puskesmasn
keliling dilaporkan pada formular 17.

Tabel 7. Formular 17 Register Berobat Pada Kegiatan Puskesmas


Keliling

Untuk daerah endemis dalam monitoring kegiatan pemeriksaan


frambusia puskesmas keliling di tambah pencatatan pada formular 9
dimana semua desa telah dilakukan pemeriksaan puskesmas keliling.
Untuk memastikan benar- benar semua desa tidak terdapat kasus
frambusia.
Tabel 8. Formular 9, Monitoring kegiatan pemeriksaan frambusia
puskesmas keliling

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


25
3. Monitoring Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah
Setiap sekolah yang dilaksanakan kegiatan pemeriksaan frambusia
(Pemeriksaan Frambusia di Sekolah) SEGERA dicatat dalam tabel
Monitoring Kegiatan Pemeriksaan frambusia di sekolah. Jumlah
sekolah dasar dan murid diperiksa yang dilakukan pemeriksaan
frambusia dilaporkan setelah melaksanakan kegiatan dengan
menggunakan formular 18.
Tabel 9. Formular 18, formular pemeriksaan frambusia di sekolah

Untuk daerah endemis dalam monitoring kegiatan pemeriksaan


frambusia di sekolah di tambah pencatatan pada formular 10 dimana
semua sekolah telah dilakukan pemeriksaan untuk memastikan benar-
benar semua sekolah tidak terdapat kasus frambusia.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


26
Tabel 10. Formular 10, Monitoring kegiatan pemeriksaan frambusia di
sekolah

c) Pelaporan
Data kegiatan penemuan frambusia yang telah tercatat dalam formulir
pencatatan yang tersimpan di Puskesmas, dilaporkan melalui aplikasi
Laporan Frambusia. Saat ini, pada aplikasi Laporan Frambusia terdapat 2
pelaporan : laporan bulanan (eradikasi) frambusia, dan laporan register
frambusia
Lihat aplikasi Laporan Frambusia – https://s.id/laporframbusia
Secara umum skema pelaporan kasus frambusia dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 6. Alur pelaporan frambusia

1. Pengelola dan Analisa Data Frambusia


a) Analisa Kasus Frambusia (Register Frambusia)
Data kasus frambusia (individu) yang dicatat dalam Register Frambusia
Puskesmas (baik direkam manual atau online) diolah sedemikian rupa

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


27
sehingga dapat menjadi tampilan grafik dan tabel pemantauan wilayah
setempat (PWS) kejadian frambusia secara harian/mingguan. Analisa ini
wajib diterapkan pada kabupaten/kota endemis frambusia, dan masing-
masing Puskesmas.
Gambar 7. Penemuan, Pengelohan, dan Analisis kasus frambusia

1) Penyajian data PWS Frambusia di Puskesmas


Penyajian data PWS frambusia di Puskesmas dibuat dalam bentuk
grafik PWS Frambusia dan Tabel PWS Frambusia dengan periode
waktu harian dan mingguan.
2) Manfaat PWS Frambusia
Pemantauan Wilayah Setempat Frambusia ini digunakan untuk :
1) Mendeteksi dini adanya kasus frambusia dan adanya kejadian
frambusia (cluster)
2) Menilai perkembangan kasus frambusia menurut desa, harian dan
mingguan
3) Menilai keberhasilan tindakan penanggulangan frambusia,
4) Mengarahkan tindakan penanggulangan frambusia lebih lanjut.
Adanya satu kasus frambusia, wajib diikuti dengan tindakan
penanggulangan kasus kontak, dan penguatan sistem deteksi dini
kasus frambusia di desa/kelurahan tersebut dan sekitarnya.
5) Menentukan tingginya endemisitas desa/kelurahan berdasarkan
keberadaan kasus frambusia setahun terakhir, dan menentukan

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


28
apakah tindakan penanggulangan dengan pengobatan
pencegahan secara massal perlu dilakukan di desa tersebut (lihat
bahasan penanggulangan frambusia)

b) Analisa Perkembangan Kasus Frambusia


Data frambusia yang dilaporkan setiap bulan (Laporan Bulanan Eradikasi
Frambusia) diolah sedemikian rupa sehingga dapat menjadi tampilan grafik
dan tabel Perkembangan Kasus Frambusia dan Zero Reporting Laporan
Bulanan Frambusia
1) Perkembangan kasus frambusia dan kelengkapan laporan.
2) Perkembangan kasus frambusia menurut kabupaten/kota
3) Pemanfaatan pemeriksaan suspek (Analisa indikator kinerja
surveilans).
4) Pemantauan kelengkapan laporan bulanan frambusia (analisa
indikator kinerja surveilans).
Data frambusia yang dilaporkan
1) Jenis Data diolah dan ditampilkan untuk anaisa perkembangan kasus
frambusia.
Penyajian Data Perkembangan Kasus Frambusia dan Zero Reporting
selalu menyajikan 2 data sebagai berikut :
a. Data jumlah kasus frambusia yang dilaporkan setiap bulan (analisa
perkembangan kasus frambusia), termasuk jika tidak ada kasus
yang dilaporkan (laporan nihil). Dianalisa menurut satuan
Puskesmas, kabupaten/kota dan provinsi
b. Data % kelengkapan Laporan Bulanan Frambusia Puskesmas per
wilayah per bulan laporan. Data % kelengkapan laporan merupakan
indikator kinerja surveilans yang dapat menunjukkan kualitas atau
kepekaan sistem surveilans dalam mendeteksi adanya kasus
frambusia.
c. Data jumlah suspek frambusia diperiksa RDT dan jumlah suspek
frambusia dengan RDT (-) per bulan per wilayah. Data jumlah
suspek frambusia RDT (-) juga merupakan indikator kinerja
surveilans. Semakin banyak jumlah suspek frambusia RDT (-)

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


29
semakin baik kualitas dan tingkat kepekaan sistem surveilans
mendeteksi adanya kasus frambusia.
2) Manfaat Penyajian data PWS frambusia di Puskesmas
Penyajian data Perkembangan Kasus Frambusia dan Zero Reporting
dimanfaatkan untuk analisa sebagai berikut :
a. Menilai kualitas sistem surveilans berdasarkan zero reporting dan
jumlah kasus suspek diperiksa.
b. Menilai perkembangan kasus frambusia menurut wilayah dan
bulanan
c. Menetapkan tidak adanya penularan frambusia pada suatu wilayah
d. Merupakan salah satu prasyarat dalam penetapan sertifikasi bebas
frambusia kabupaten/kota :
- Kabupaten/kota yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
sebagai daerah bebas frambusia, dapat ditetapkan lagi
sebagai kabupaten/kota dengan sertifikat bebas frambusia,
jika dapat membuktikan tidak adanya kasus frambusia selama
minimal 6 bulan berturut-turut berdasarkan data pada laporan
bulanan frambusia Puskesmas yang berkualitas tinggi.
- Kabupaten/kota yang ditetapkan sebagai kabupaten/kota
endemis frambusia, dapat ditetapkan sebagai kabupaten/kota
dengan sertifikat bebas frambusia, jika dapat membuktikan
tidak adanya kasus frambusia selama minimal 36 bulan
berturut-turut (3 tahun) berdasarkan data pada Laporan
Bulanan Frambusia Puskesmas yang berkualitas tinggi
- Frambusia itu mudah menular, dan dewasa ini, dengan
perpindahan penduduk sangat mudah, maka Kabupaten/kota
yang telah ditetapkan sebagai kabupaten/kota dengan
sertifikat bebas frambusia, dapat saja berjangkit frambusia
kembali. Oleh karena itu, kabupaten/kota yang telah ditetapkan
sebagai kabupaten/kota dengan sertifikat bebas frambusia,
tetapi kemudian menunjukkan kelengkapan laporan rendah
(kualitas dan kepekaan sistem deteksi frambusia yang lemah),
maka dapat ditetapkan sebagai wilayah “hitam” alias tidak
jelas kembali statusnya dalam tahapan eradikasi frambusia.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


30
c) Penyelidikan dan Respon Penanggulangan Kejadian Frambusia
Ketika ditemukan adanya satu kasus frambusia, maka segera dilakukan
penyeldiikan dan penanggulangan agar penularan dapat dihentikan.
Berdasarkan penyelidikan dapat ditemukan adanya kasus-kasus frambusia
yang lain, termasuk kemungkinan adanya kasus frambusia yang dilaporkan
dari masyarakat
Setiap kasus frambusia yang ditemukan, baik pemeriksaan suspek, kasus
frambusia konfirmasi RDT (+), atau kasus frambusia probable, dicatat
dalam register frambusia Puskesmas, yang nantinya juga segera dilaporkan
melalui aplikasi laporan frambusia. Penyelidikan dan penanggulangannya
sendiri juga wajib dilaporkan secara khusus.
Penyelidikan dan penanggulangan frambusia, bisa dianggap sebagai
bagian dari kegiatan surveilans frambusia, tetapi bahasan penyelidikan dan

D. Kinerja Surveilans Frambusia


Surveilans frambusia harus dilaksanakan dengan kualitas yang baik yaitu harus
bisa menyediakan data yang dimanfaatkan sesuai tujuannya, objektif, terukur,
dapat dibandingkan antara waktu, antar wilayah dan antar kelompok penduduk
serta dapat dipertanggung jawabkan.
Upaya Penguaran kinerja surveilans frambusia dengan :
a. Advokasi dan sosialisasi, serta dukungan peraturan perundang-undangan
b. Pengembangan Surveilans Frambusia sesuai dengan kebutuhan program
Eradikasi Frambusia dan kondisi daerah
c. Peningkatan mutu data dan informasi yang bertujuan untuk menjamin
validitas data
d. Peningkatan kompetensi tenaga pelaksana Surveilans Frambusia
e. Pengembangan unit pelaksana Surveilans Frambusia
f. Penguatan jejaring Surveilans Frambusia
g. Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi

E. Indikator kinerja surveilans berkualitas


A. Kinerja Surveilans adalah kinerja kualitas sistem surveilans yang sekaligus juga
menjadi target pencapaian program penguatan kinerja surveilans.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


31
a) Kelengkapan laporan bulanan frambusia di Puskesmas dan rumah sakit
(90% puskesmas per Kabupaten/kota per bulan)
b) Puskesmas Keliling < 3 bulan per Desa (100%)
c) Pemeriksaan sekolah < 1 tahun (100%)
d) Tinggi kasus koreng di temukan
e) Tingginya kasus frambusia dengan RDT negative (suspek dengan RDT
negative) dalam rangka penegakan diagnose.

B. Terget
a) Semua sekolah Dasar (SD)/ sederajat dilaksanakan kegiatan pemeriksaan
frambusia (100 % per tahun)
b) Pemeriksaan frambusia difokuskan pada anak murid kelas 3, 4 dan 5 (90%
murid kelas ini).
c) Ditemukan koreng sebesar 10 % dari yang diperiksa.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


32
BAB V
PERSIAPAN SERTIFIKASI BEBAS FRAMBUSIA

A. Perencanaan
Perencaan kabupaten/kota bebas frambusia adalah suatu rangkaian kegiatan
persiapan dalam mencapai semua kabupaten/kota dapat membuktikan tidak
terdapat kasus frambusia baru dengan tersertifikasi bebas frambusia pada semua
kabupaten/kota.
Perencanaan kegiatan yang dilakukan untuk mensukseskan kabupaten/kota
endemis dan bebas frambusia menjadi kabupaten/kota tersertifikasi bebas
frambusia yaitu dimulai dengan :
1. Menyiapkan regulasi/kebijakan, anggaran, tenaga kesehatan yang terlatih dan
tersedia sarana dan prasarana.
2. Pencanangan kabupaten/kota bebas frambusia yaitu
deklerasi/pernyataan/komitmen dari pimpinan Kabupaten/Kota bahwa
kabupaten/kota telah siap mendapatkan status sebagai kabupaten/kota
tersertifikasi bebas frambusia dan mengusulkan ke Provinsi untuk dapat
diberikan rekomendasi mendapatkan sertifikat bebas frambusia ke
kementerian kesehatan.
Pencanangan dapat dilaksanakan dalam kegiatan deklarasi
pimpinan/komitmen bersama dengan unsur Kesehatan dan pihak terkait untuk
mensukseskan kabupaten/kota bebas frambusia.

B. Pengorganisasian
Pengorganiasaian sertifikasi bebas frambusia yaitu rangkaian proses pembagian
kerja mulai dari Puskesmas/ pelayana Kesehatan, Kabupaten/kota, Provinsi
sampai kementerian kesehatan untuk mencapai target semua kabupaten/kota
tersertifikasi bebas frambusia dan Indonesia eradikasi frambusia/bebas frambusia
di tahun 2025. Adapun peran masing-masing sebagai berikut:

A. Puskesmas dan Rumah Sakit


1. Puskesmas

a. Uraian Tugas:

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


33
1) Melaksanakan upaya penemuan kasus frambusia dari kegiatan:
1. Pemantauan kasus di Pelayanan kesehatan
2. Kegiatan Puskesmas Keliling
3. Kegiatan pemeriksaan Frambusia di Sekolah
4. Menelusurin dan memastikan rumor kasus frambusia di
masyarakat
2) Melakukan kampanye/sosialisasi program frambusia ke lintas
sektor/aparat desa, tokoh masyarakat dan tokoh agama serta
masyarakat melalui pertemuan langsung/media cetak/media
digital/media sosial dan lainnya.
3) Memastikan ketersediaan dan distribusi media KIE kepada
masyarakat
4) Mengintensifikasi penemuan kasus frambusia di semua
desa/kelurahan, puskesmas keliling, pemeriksaan anak sekolah dan
laporan masyarakat.
5) Segera melakukan pemeriksaan RDT frambusia terhadap kasus
suspek, jika terdapat RDT positif segera koordinasi dengan
kabupaten/kota untuk dilakukan pemeriksaan RPR.
6) Melakukan kegiatan penemuan, penyelidikan dan pemberian obat
pencegahan kasus kontak.
7) Melaksanakan teknis pemberian obat pencegahan massal (POPM)
Total Penduduk serta melakukan review minggu ke-4 dan minggu ke-
8
8) Melaksanakan teknis survei serologi frambusia.
9) Menetapkan pernyataan tidak terdapat kasus baru frambusia minimal
6 bulan terakhir
10)Melaporkan hasil kerja ke Dinas Kabupaten/Kota

b. Hasil kinerja: terdapatnya dokumen :

1) Laporan kegiatan detiksi dini, kampanye frambusia dan PHBS.


2) Register frambusia puskesmas (Formulir 6)
3) Laporan bulanan eradikasi frambusia (Formulir 7)
4) Register berobat pada kegiatan pusling (Formulir 17)

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


34
5) Monitoring kegiatan pemeriksaan frambusia Pusling (Formulir 9)
6) Pemeriksaan frambusia di sekolah (Formulir 18)
7) Monitoring kegiatan pemeriksaan frambusia di sekolah (Formulir 10)
8) Laporan POPM dan SSF 3 tahun berturut-turut. (endemis).
9) Foto keberadaan Media KIE dan permenkes no.8 tahun 2017/buku
panduan frambusia.
10) Surat Pernyataan tidak terdapat kasus frambusia yang di tanda
tangani kepala puskesmas.
2. Rumah Sakit

a. Uraian Tugas :

1) Melaksanakan Surveilans frambusia


2) Membuat Laporan bulanan dan register frambusia
3) Melaporkan hasil kerja ke Dinas Kabupaten/Kota
4) Rujukan kejadian ikutan pasca POPM Frambusia.

b. Hasil Kerja :

1) Laporan bulanan Rumah Sakit (jika ada kasus)


2) Register Rumah Sakit (jika ada kasus)

B. Kabupaten/Kota

1. Uraian Tugas:

1) Melakukan pencanangan kesuksesan sertifikasi bebas frambusia


2) Meningkatkan kemampuan tenaga Puskesmas dengan
mensosialisasikan program frambusia.
3) Melakukan memetaan penyakit kulit dan kasus suspek frambusia
4) Memastikan ketersediaan permenkes nomor 8 tahun 2017 dan
petunjuk teknis sertifikasi bebas frambusia kabupaten/kota.
5) Memastikan ketersediaan dan distribusi media KIE kepada
puskesmas dan Rumah Sakit.
6) Mengintensifikasi penemuan kasus frambusia di semua
desa/kelurahan.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


35
7) Melaksanakan pemberian obat pencegahan massal (POPM)
frambusia.
8) Melaksanakan penyelidikan dan pemberian obat pencegahan
kasus kontak.
9) Melaksanakan kegiatan survei serologi frambusia.
10) Membuat skema pendanaan program frambusia.
11) Menyediakan logistik dan distribusi RDT, RPR dan Obat Azitromisin
ke puskesmas
12) Membuat laporan bulanan, register frambusia, distribusi kasus
frambusia Kabupaten/Kota.
13) Menyiapkan dokumen dalam rangka sertifikasi frambusia
14) Melakukan verifikasi dokumen puskesmas dan Rumah Sakit.
15) Melaporkan hasil kerja ke provinsi dalam rangka usulan kesiapan
sertifikasi frambusia.
16) Mengajukan surat usulan sertifikasi bebas frambusia.

2. Hasil Kerja :

1) Laporan bulanan Kabupaten/kota


2) Register Kabupaten/Kota
3) Laporan kegiatan penemuan kasus di sekolah
4) Laporan kegiatan penemuan kasus di desa
5) Laporan kegiatan SSF
6) Laporan Stok RDT, RPR dan Azitromisin

C. Provinsi

1. Uraian Tugas :

1) Melaksanakan kebijakan, peraturan dan pedoman terkait sertifikasi


frambusia.
2) Memastikan ketersediaan permenkes nomor 8 tahun 2017 dan
petunjuk teknis sertifikasi bebas frambusia kabupaten/kota di
kabupaten/kota.
3) Memastikan ketersediaan dan distribusi media KIE kepada
kabupaten/kota.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


36
4) Merencanakan kabupaten/kota untuk mendapatkan sertifikasi
frambusia.
5) Menetapkan endemitas dan risiko penularan fambusia semua
kabupaten/kota.
6) Membuat laporan bulanan, register frambusia, distribusi kasus
frambusia provinsi.
7) Menyediakan logistik dan distribusi RDT, RPR dan Obat Azitromisin
ke Puskesmas
8) Melakukan penilaian dalam rangka sertifikasi frambusia yang
diusulkan Kabupaten/Kota minimal 2 orang tim
9) Melakukan umpan balik kepada kabupaten/kota terkait usulan
sertifikasi kabupaten/kota bebas frambusia.
10) Melakukan sidang penetapan kabupaten/kota yang dihadiri minimal
2 orang tim provinsi untuk memberikan usulan rekomendasi
kabupaten/kota penerima sertifiksit bebas frambusia
11) Membuat rekomendasi kabupaten/kota untuk mendapatkan
sertifikasi kabupaten/kota bebas frambusia jika hasil penilaian
bernilai baik.
12) Menyiapkan SK Tim penilai Provinsi dalam rangka sertifikasi bebas
frambusia.

2. Hasil Kerja :

1) Laporan bulanan Kabupaten/kota


2) Register Kabupaten/Kota
3) Laporan kegiatan penemuan kasus di sekolah
4) Laporan kegiatan penemuan kasus di Desa
5) Laporan kegiatan SSF
6) Laporan Stok RDT, RPR dan Azitromisin
7) Laporan hasil penilaian sertifikasi bebas frambusia
8) Rekomendasi kabupaten/kota bebas frambusia tiap kabupaten/kota
9) Berita acara penetapan usulan kabupaten/kota bebas frambusia
10) SK Tim penilai Provinsi

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


37
D. Kementerian Kesehatan

1. Uraian Tugas:

1) Merumuskan kebijakan dan juknis sertifikasi frambusia.


2) Menetapkan tim penilai pusat sertifikasi frambusia
3) Menetapkan target Kabupaten/kota bebas frambusia
4) Melakukan advokasi dan sosialisasi kebijakan dan juknis sertifikasi
kabupaten/kota bebas frambusia.
5) Melakukan penilai terhadap rekomendasi kabupaten/kota bebas
frambusia.
6) Memberikan pertimbangan terhadap rekomendasi provinsi
7) Menyiapkan usulan penetapan sertifikat kabupaten/kota bebas
frambusia yang ditandatangani Menteri Kesehatan.

2. Hasil Kerja:

1) Petunjuk Teknis sertifikasi kabupaten/kota bebas frambusia.


2) Dokumen target daerah kabupaten/kota bebas frambusia
3) Pertimbangan atas rekomendasi provinsi
4) Sertifikat kabupaten/kota bebas frambusia

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


38
BAB VI
KRITERIA KABUPATEN/KOTA
MENDAPATKAN SERTIFIKAT BEBAS FRAMBUSIA

A. Kriteria Kabupaten/Kota yang Dapat Mengajukan Sertifikasi Bebas


Frambusia
Kriteria kabupaten/kota yang dapat mengajukan sertifikasi bebas frambusia terdiri
dari:
1. Kabupaten/Kota Bebas Frambusia
a. Melakukan Surveilans berkinerja baik dengan kriteria sebagai berikut:
1) Laporan surveilans rutin (termasuk laporan nol kasus/zero report) harus
dilaporkan setiap bulan (termasuk formulir program surveilans penyakit
terintegrasi, jika ada)
2) Upaya penemuan kasus frambusia di fasilitas pelayanan kesehatan
(basis indikator) dan laporan masyarakat (basis kejadian) sesuai dengan
pedoman Penyelengaraan Eradikasi Frambusia pada lampiran
Permenkes no 8 Tahun 2017. Semua kasus yang dilaporkan harus
diselidiki atau dilakukan investigasi kasus dalam waktu 7 hari setelah
laporan awal.
3) Peningkatan kewaspadaan petugas dan masyarakat yang lebih intensif
tentang frambusia harus dipertahankan dengan menggunakan semua
metode komunikasi yang sesuai sampai Indonesia dinyatakan eradikasi
frambusia oleh WHO. Kegiatan ini dapat dilakukan secara khusus atau
terintegrasi dengan program lain misalnya kegiatan UKS, Imunisasi,
Posyandu dan sosialisasi penyakit infeksi lain serta penyebaran media
KIE
b. Tidak ditemukan kasus konfirmasi baru selama minimal 6 bulan berturut –
turut
c. Setidaknya 90% dari laporan surveilans rutin yang diharapkan, termasuk
laporan nol kasus (zero reporting), harus dilaporkan setiap bulan selama
setidak-tidaknya enam bulan berturut-turut secara manual maupun online.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


39
2. Kabupaten/Kota Endemis Frambusia
a. Melakukan surveilans berkinerja baik dengan kriteria sebagai berikut:
1) Setidaknya 90% dari laporan surveilans rutin (termasuk laporan nol
kasus/zero report) harus dilaporkan setiap bulan (termasuk formulir
program surveilans penyakit terintegrasi, jika ada)
2) Upaya penemuan kasus frambusia di fasilitas pelayanan kesehatan
(basis indikator) dan laporan masyarakat (basis kejadian) sesuai dengan
pedoman Penyelengaraan Eradikasi Frambusia pada lampiran
Permenkes no 8 Tahun 2017. Upaya tersebut dinilai dengan:
- Minimal 10% dari anak usia < 15 tahun yang diperiksa memiliki koreng
- Tingginya suspek dengan RDT negatif, terutama dalam rangka
penegakan diagnosis frambusia di Puskesmas
Semua kasus yang dilaporkan harus diselidiki atau dilakukan investigasi
kasus dalam waktu 7 hari setelah laporan awal.
3) 100% kasus frambusia yang dikonfirmasi secara serologis harus segera
ditangani serta kontak dekatnya.
4) Kasus suspek dengan RDT positif dilanjutkan dengan pemeriksaan RPR
5) Investigasi kasus klinis, epidemiologi, dan hasil laboratorium (molekuler
jika diperlukan) yang rinci harus dicatat dan dilaporkan dengan
menggunakan formulir Investigasi kasus selama periode pasca POPM.
6) Peningkatan kewaspadaan petugas dan masyarakat yang lebih intensif
tentang frambusia harus dipertahankan dengan menggunakan semua
metode komunikasi yang sesuai sampai Indonesia dinyatakan eradikasi
frambusia oleh WHO. Kegiatan ini dapat dilakukan secara khusus atau
terintegrasi dengan program lain misalnya kegiatan UKS, Imunisasi, Pos
Yandu dan sosialisasi penyakit infeksi lain serta penyebaran media KIE
7) Mengumpulkan dan menyimpan semua data dari kegiatan yang telah di
lakukan.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


40
b. Upaya POPM frambusia yang berkualitas dengan cakupan ≥ 90%. Dalam
hal mana bila hasil POPM tidak sesuai dengan cakupan yang diharapkan
tetapi tidak ditemukan kasus dibuktikan dengan hasil surveilans maka bisa
mengajukan untuk sertifikasi dengan pertimbangan pusat.
c. Survei Serologi dilakukan sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan yang
dikeluarkan Kementerian Kesehatan selama 3 tahun berturut-turut dan tidak
ditemukan kasus konfirmasi baru

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


41
BAB VII
TAHAPAN PENILAIAN SERTIFIKASI
KABUPATEN/KOTA, TIM PENILAI PROVINSI DAN TIM PENILAI PUSAT

A. VERIFIKASI KABUPATEN/KOTA
Tahapan yang dilakukan Kabupaten/kota yaitu
1. Mengumpulkan dokumen dari puskesmas, Rumah Sakit dan Klinik
kesehatan.
2. Melakukan verifikasi terhadap dukumen yang dikumpulkan
3. Mengelompokkan hasil verifikasi dokumen untuk mempermuda proses
penilaian dari tim Provinsi dan tim Pusat.
4. Melakukan pembinaan dan feedback terhadap hasil verifikasi dokumen
5. Menyiapkan dokumen yang dipersyaratkan dalam penilain sertifikasi.
6. Menyiapkan tim puskesmas yang kompeten bidang frambusia untuk
mengikuti penilaian wawancara terdiri dari kepala puskesmas, dokter,
pengelola program frambusia dan lainnya yang di pelayanan dan program.
7. Kabupaten/kota membuat paparan terkait situasi dan hasil kegiatan
verifikasi.
8. Memfasilitas proses penilain tim provinsi dan tim pusat.

B. PENILAIAN TIM PENILAI PROVINSI


Provinsi setelah menerima surat usulan penerima sertifikat bebas
frambusia dari kabupaten/kota wajib memberikan rekomendas kepada
kementerian kesehatan setelah melaksanakan penilaian kinerja program
frambusia di kabupaten/kota tersebut. Penilaian provinsi untuk menilai seberapa
besar kinerja program dan surveilans frambusia dan memastikan benar-benar
tidak terdapat kasus frambusia dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Persiapan Penilaian
Hasil penilain tim provinsi berupa usulan rekomendasi kepada dinas
Kesehatan provinsi terhadap kabupaten/kota yang memberikan surat usulan
mendapatkan sertifikat bebas frambusia dengan persiapan sebagai berikut :
a. Membentuk Tim Penilai Provinsi yang ditetapkan oleh kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dengan kriteria :

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


42
• Anggota Tim Penilai Provinsi tidak boleh berasal dari kabupaten/kota
yang sedang dipertimbangkan menerima sertifikat eradikasi frambusia
atau mereka yang telah terlibat dalam kegiatan eradikasi frambusia di
kabupaten/kota tersebut. Para ahli dari provinsi terkait yang independen
terhadap program dapat menjadi bagian dari Tim Provinsi.
• Susunan tim penilai Provinsi terdiri dari:
1. Tim ahli memiliki kompetensi bidang : dokter spesialis kulit dan
kelamin/ dokter umum yang memiliki pengalaman minimal 1 tahun
program frambusia, kesehatan masyarakat, epidemiologi.
2. Tim sekretariat : Dinas Kesehatan Provinsi.
• Anggota tim penilain provinsi harus menandatangani formulir
Pernyataan Kesediaan menjadi anggota Tim Verifikasi Provinsi serta
terbebas dari Conflict of Interest dalam proses penilaian yang dilakukan.
b. Menyiapkan rencana kerja penilaian
Sebelum pelaksanaan penilain perlu mempersipkan rencana kerja penilain
seperti waktu pelaksanaan, anggaran, tim pelaksana, dokumen pendukung
dan sarana prasarana penilain.
c. Menyiapkan instrument penilaian
Intrumen penilaian minimal menggunakan LKP yang telah ditetapkan oleh
pusat dan dapat menggunakan instrument tambahan yang lebih
membuktikan tidak terdapat kasus frambusia, intrumen wawancara
kompetensi nakes dan pengetahuan masyarakat.
d. Koordinasi sebelum proses penilaian
Sebelum pelaksanaan penilaian perluh dilakukan koordinasi agar proses
pelaksanaan penilaian dapat efektif dan efisien seperti
• Memastikan semua Puskesmas telah melaksanakan surveilans
frambusia dengan kinerja baik
• dokumen yang diberikan puskesmas tersusun dengan baik dan telah
terverifikasi oleh kabupaten/kota.
• pimpinan dan fungsioanl/staf puskesmas telah mengetahui proses
penilaian.
• Tenaga Kesehatan puskesmas telah tersosialisasi program frambusia
dengan baik sebelum penilaian.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


43
2. Metode pelaksanaan penilaian
Terdapat 3 Metode penilaian tim provinsi yaitu
1) Kunjungan langsung ke lapangan.
2) wawancara dan
3) verifikasi dokumen surveilans.
3. Feedback hasil penilaian
Setelah melaksanakan penilaian provinsi wajib melakukan feedback terhadap
hasil penilaian dan melakukan usulan perbaikan yang belum terlaksana
sesuai ketentuan terutama kelengkapan dokumen surveilans sebelum
verifikasi dari tim pusat.
4. tim Provinsi membuat resume dan paparan hasil penilaian yang akan
sampaikan ke tim penilai pusat dalam proses penilain pusat.
5. Lembar Kinerja Penilaian (LKP)
Penilaian kinerja program frambusia minimal menggunakan tool Lembar
Kinerja Penilaian (LKP) yang merupakan salah satu komponen penentu
penilaian sertifikasi bebas frambusia yang diharapkan dapat memberi gambaran
capaian kinerja program frambusia. terdapat 3 unsur penilaian yaitu promosi
Kesehatan, pengendalian faktor risiko dan surveilans frambusia. dibawa ini
adalah tebel rincian bobot unsur penilain kinerja program frambusia yaitu
Table 11. unsur penilain program frambusia
No UNSUR PROGRAM FRAMBUSIA BOBOT PENILAIAN
1 Promosi Kesehatan 25 %
2 Pengendalian faktor risiko 25 %
3 Surveilans 50 %

Hasil penilain kinerja program frambusia melalui LKP menjadi salah satu
dasar provinsi dalam memberikan rekomendasi bebas frambusia ke kementerian
Kesehatan jika mendapatkan hasil nilai baik atau sangat baik.
Penilaian dilaksanakan dalam bentuk kunjungan langsung ke Puskesmas,
kabupaten/kota dan tempat-tempat risiko terjadi penularan (daerah kumuh atau
daerah sulit air bersih dengan PHBS rendah) dan verifikasi dokumen dan
wawancara tenaga Kesehatan dan masyarakat. Sebelum dilakukan penilaian
kinerja Tim penilaian provinsi memastikan kabupaten/kota yang mengusulkan

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


44
sertifikasi bebas frambusia benar-benar tidak ditemukan kasus konfirmasi
frambusia berdasarkan laporan rutin manual, laporan online framusia atau rumor
dimasyarakat yang terkonfirmasi dengan RDT. Jika tidak ditemukan dapat
melanjutkan penilaian.

Rincian table penilaian di LKP seperti berikut :


1. Identitas daerah yang dinilai yaitu Nama provinsi, Kabupaten/kota dan tahun
evaluasi.
2. Pertanyaan (koloml 1)
Kolom Pertanyaan berisi kalimat pertanyaan sebagai panduan dalam
mendapatkan informasi dan dokumen yang dibutuhkan dalam menggalih
kinerja tiap-tiap point penilaian.
3. Perintah tugas (kolom 2)
Kolom perintah tugas merupakan arahan atau petunjuk untuk mendapatkan
informasi atau dokumen yang dibutuhkan untuk menjadi bahan penilaian.
Perintah dapat berupah melakukan kajian, wawancara, observasi dan
mendapatkan dokumen.
4. Dokumen yang dinilai (kolom 3)
Merupakan kolom yang harus diisi oleh tim penilain provinsi setelah
mengumpulkan dokumen atau bukti fisik yang didapatkan disaat penilaian,
dokumen tersebut menjadi dasar dalam menentukan pilihan hurup dikolom 4
(standar penilaian)
5. Standar Penilaian (kolom 4)
Merupakan kriteria pilihan yang telah ditetapkan, masing2 kriteria mempunyai
nilai sebagai bahan pengalih terhadapa bobot nilai, pilihan kriteria didasarkan
terhadap dokumen yang didapatkan di kolom dokumen yang dinilai (kolom
3). Nilai yang telah ditetapkan setiap kriteria standar penilaian (kolom 4) yaitu
minimal 0 sampai dengan maksimal 1, hasil nilai di cantumkan di kolom
jawaban (Kolom 7), contoh : kegiatan kampanya setelah dikumpulkan
dokumen kampanya didapatkan 15 dokumen (dari jumlah 20 puskesmas)
kegiatan kampanye frambusia 1 tahun terakhir yang dilakukan oleh
puskesmas sehingga pilihan angka yaitu B (Sebahagian besar (≥50%)
Puskesmas melaksanakan kampanye pada masyarakat terkait frambusia 1

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


45
setahun terakhir dengan nilai pengalih terhadap bobot yaitu 0,67. (bobot 4 X
0,67 : 2,68).
6. Bobot Nilai (kolom 5)
Bobot nilai merupakan nilai yang telah ditetapkan setiap pertanyaan sebagai
pengalih terhadap pilihan nilai di standar penilaian.
7. Pilihan Jawaban (kolom 6)
Pilihan jawaban merupakan pilihan dalam bentuk hurup merupakan hasil
pilihan di standar penilaian yang telah ditetapkan
8. Jawaban (kolom 7)
Kolom 7 yang harus diisi oleh tim Penilai provinsi atas pilihan jawaban dari
pilihan standar penilaian dalam bentuk huruf misalnya A, B, C atau D sebagai
penegasan atas pilihan tim penilai.
9. Nilai (kolom 8)
Kolom nilai harus diisi oleh tim penilai provinsi atas pilihan jawaban dari
standar penilaian dalam bentuk angka di kriteria yang di pilih. Misalnya angka
0, 0,5, 0,67, 0,33 atau maksimal 1.
10. Total nilai (kolom 9)
Kolom Total nilai merupakan pengalih dari bobot nilai dari setiap pertanyaan
yang telah ditetap dengan nilai (kolom 8) contoh pertanyaan 2 di unsur
promosi kesehatan bobot nilai 4 X 0,67 (pilihan B) dengan hasil 2,68 jadi nilai
kinerja terhadap pertanyaan point 1 adalah 2,68.
11. Penilaian bukti (kolom 10)
Merupakan panduan dalam memilih kriteri pertanyaan di standar penilaian
(kolom 4) yang berisi keterangan dalam pilihan bobot penilaian dan standar
bukti fisik yang harus didapatkan oleh tim penilai provinsi.
12. Verifikasi Tim Pusat (kolom 11)
Merupakan kolom verifikasi yang diisi oleh tim pusat setelah melakukan
verifikasi dokumen untuk melihat apakah bukti fisik yang dikumpulkan
memang ada dan sesuai dengan standar penilaian. Dan menjadi kolom
catatan jika tidak sesuai dan harus diparaf oleh tim penilai Pusat.
13. Total bobot
Total nilai merupakan penjumlah seluruh nilai dari setiap nilai pertanyaan
yang didapatkan total penilain kolom 9.
14. Hasil penilaian

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


46
Hasil penilain komulatip LKP yang dapat diusulkan mendapatkan
rekomendasi yaitu baik atau sangat baik dengan kriteria penilain sebagai
berikut :
1. 01 – 50 : buruk
2. 51 – 60 : kurang
3. 61 – 70 : cukup
4. 71 – 90 : baik (dapat direkomendasikan)
5. 91 – 100 : sangat baik (dapat direkomendasikan)

15. Tim pelaksana penilaian


Merupakan tim provinsi yang telah melaksanakan penilaian LKP terhadap
kabupaten/kota berisi nama dan status keanggotaan Tim Provinsi yang telah
ditetapkan oleh minimal kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Seperti :
Nama-nama Penilai provinsi :
1. Hj Ece Salmiati, AMd, Keb (wakil anggota tim penilai provinsi)
2. Rayati, SKM, M.Kes (anggota tim penilai provinsi)

16. Unsur dan butir-butir penilain promosi Kesehatan, pengendalian faktor risiko
dan surveilans frambusia. dengan rincian sebagai berikut :
A. Promosi Kesehatan (total bobot nilai 25)
1. Butir penilaian :
Komitmen dari pimpinan Kabupaten/kota dalam pelaksanaan
program frambusia
1) Perintah tugas :
dapatkan dan kaji dokumen rencana kerja, kegiatan dan
wawancara pengolah program terkait komitmen piminan terhadap
frambusia.
2) Standar Penilaian :
A. jika terdapat dukungan penuh rencana kerja dan arah
kebijakan terkait program frambusia.(1)
B. jika kurang dapat dukungan rencana kerja dan kebijakan
terkait program frambusia.(0,5)
C. jika tidak ada dukungan.(0)
3) Bobot nilai : 5

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


47
4) Pilihan jawaban : A/B/C
5) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1). Dokumen kebijakan/aturan, anggaran, SDM terlatih dan
Sarana prasarana semua terpenuhi.
- (0,5). tidak semua dokumen pendukung/bukti fisik terpenuhi.
bukti fisik :
a. Kabijakan : Peraturan/ Surat Edaran terkait eradikasi
frambusia/ sertifikasi dll
b. Anggaran : RKAK/L yang terdapat rincian kegiatan frambusia
atau terintegrasi dll
c. SDM : Pengelola Program frambusia telah dilatih.
d. Sarana/prasarana : Jumlah RDT/Azitromisin.

2. Butir Penilaian :
Kampaye dari puskesmas terkait penyakit frambusia pada
sekolah/masyarakat
1) Perintah tugas :
dapatkan dan kaji dokumen kegiatan kampanya frambusia.
2) Standar Penilaian :
A. jika Semua Puskesmas melaksanakan kampanye pada
masyarakat terkait frambusia 1 setahun terakhir. (1).
B. jika Sebahagian besar (≥50%) Puskesmas
melaksanakan kampanye pada masyarakat terkait
frambusia 1 setahun terakhir(0,67).
C. jika sebahagian Kecil (<50%) Puskesmas melaksanakan
kampanye pada masyarakat terkait frambusia 1 setahun
terakhir. (0,33).
D. jika Puskesmas tidak melaksanakan kampanye pada
masyarakat terkait frambusia 1 setahun terakhir. (0).
3) Bobot nilai : 4
4) Pilihan jawaban : A/B/C/D
5) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


48
- (1) : Laporan kegiatan kampanye penyakit frambusia kepada
masyarakat melalui media massa/media digital/ pertemuan
langsung dilaksanakan dan diberikan oleh semua puskesmas.
- (0,67) : ≥ 50% Puskesmas melaksanakan dan memberikan
laporan kegiatan kampanyeprogram frambusia.
- (0,33) : < 50% Puskesmas melaksanakan dan memberikan
laporan kegiatan kampanye program frambusia.
bukti fisik :
Laporan Kegitan Kampanye program/penyakit frambusia 1 tahun
terakhir
3. Butir Penilaian :
Kampanye Perilaku Hidup Bersi dan Sehat (PHBS) atau kesehatan
lingkungan kepada masyarakat
1) Perintah tugas :
dapatkan dokumen dan wawancara kepada pengelola program
nakes di Puskesmas dan masyarakat.
2) Standar Penilaian :
A. jika Semua Puskesmas melaksanakan kampanye PHBS
pada masyarakat 1 setahun terakhir. (1).
B. jika Sebahagian besar (≥50%) Puskesmas
melaksanakan kampanye PHBS pada masyarakat 1
setahun terakhir.
(0,67).
jika sebahagian Kecil (<50%) Puskesmas melaksanakan
kampanye PHBS pada masyarakat 1 setahun terakhir.
(0,33).
C. jika Puskesmas tidak melaksanakan kampanye PHBS
pada masyarakat 1 setahun terakhir. (0).
3) Bobot nilai : 4
4) Pilihan jawaban : A/B/C/D
5) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1) : Laporan kegiatan kampanye PHBS kepada masyarakat
melalui media massa/media digital/ pertemuan langsung
dilaksanakan dan diberikan oleh semua puskesmas.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


49
- (0,67) : ≥ 50% Puskesmas melaksanakan dan memberikan
laporan kegiatan kampanye PHBS/ kesehatan Lingkungan.
- (0,33) : < 50% Puskesmas melaksanakan dan memberikan
laporan kegiatan kampanye PHBS/ kesehatan Lingkungan.
bukti fisik :
Laporan Kegitan Kampanye PHBS/ kesehatan lingkungan 1
tahun terakhir

4. Butir Penilaian :
Dukungan anggaran dari Kabupaten/kota terkait program frambusia
pada tahun berjalan
1) Perintah tugas :
dapatkan dan teliti anggaran yang terkait program frambusia pada
APBD II di tahun berjalan atau anggaran lainnya
2) Standar Penilaian :
A. jika terdapat anggaran daerah khusus program frambusia
pada tahun berjalan . (1)
B. jika terdapat anggaran daerah namun melekat di program
kesehatan lain / terintegrasi pada tahun berjalan . (0,5)
C. jika tidak ada. Anggaran terkait program frambusia (0)
3) Bobot nilai : 4
4) Pilihan jawaban :A/B/C
5) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1). Dokumen anggaran daerah/ APBD II yang tertulis khusus
progam frambusia
- (0,5) Dokumen anggaran daerah/APBD II tidak tertulis khusus
program frambusia namun ada kegiatan terintegrasi atau
melekat di program lain mis : kegiatan kusta frambusia, ICF
kusta frambusia, kegiatan program P2PML, dll.
bukti Fisik :
dokumen anggaran dari APBD 2 atau dokumen anggaran lainnya
terdapat rincian kegiatan program frambusia

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


50
5. Butir Penilaian :
Kerjasama Lintas Program/Lintas Sektoral/organisasi Masyarakat
dalam pelaksanaan program frambusia
1) Perintah tugas :
dapatkan dokumen kerjasama/kegiatan kabuapten/ puskesmas
dengan lintas program/sektoral/organisasi masyarakat dan
wawancara pihak terkait.
2) Standar Penilaian :
A. jika terdapat kerjasama Lintas program/ sektorat/
organisasi masyarakat pada 1 tahun terakhir .(1)
B. Jika terdapat kerjasama Lintas
program/sektorat/organisasi masyarakat pada beberapa
tahun terakhir (0.5)
C. jika tidak ada.(0)
3) Bobot nilai : 4
4) Pilihan jawaban : A/B/C
5) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1). Dokumen/ Laporan kegiatan Kerjasama kebupaten/kota
dengan satuan kerja lainnya, organisasi
sosial/budaya/kemasyarakatan dan lain lain dalam rangkah
eradikasi frambusia 1 tahun terakhir
- (0,5) Dokumen/ Laporan Kegiatan kerjasama Lintas
Program/sektor lebih dari 1 tahun terakhir.
bukti Fisik :
dokumen/ laporan/undangan/notulen/ komitmen kerjasama
Kabupaten/kota.

6. Butir Penilaian :
Media KIE yang dapat dilihat penerima layanan kesehatan dan
Permenkes no.8 tahun 2017 atau buku saku frambusia di puskesmas
1) Perintah tugas :
observasi dan wawancara pengelola kabupaten/kota dan nakes
puskesmas terkait ketersedian media KIE dan Permenkes no.8
tahun 2017 atau buku saku frambusia

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


51
2) Standar Penilaian :
A. jika Semua Puskesmas terdapat media KIE Frambusia
dan Permenkes no 8 tahun 2017/buku saku.(1)
B. Jika sebagian besar (>50%) Puskesmas terdapat media
KIE Frambusia dan Permenkes no 8 tahun 2017 atau
buku saku .(0,67)
C. Jika sebagian kecil (<50%) Puskesmas terdapat media
KIE Frambusia dan Permenkes no 8 tahun 2017/buku
saku frambusia.(0,67)
D. Jika tidak ada Puskesmas terdapat media KIE Frambusia
dan Permenkes no 8 tahun 2017/buku saku frambusia. (0)
3) Bobot nilai : 4
4) Pilihan jawaban : A/B/C/D
5) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1). Media KIE, Permenkes No.8 tahun 2017/ buku saku
frambusia terdapat di semua Puskesmas
- (0,67). Lebih dari 50 % Puskesmas Terdapat media KIE dan
Permenkes No.8 tahun 2017/buku saku frambusia.
- (0,33). Kurang dari 50% Puskesmas Terdapat media KIE dan
Permenkes No.8 tahun 2017/buku saku frambusia.
bukti Fisik :
Foto-foto Media KIE dan Permenkes no.8 tahun 2017/buku saku
frambusia di Puskesmas

B. Pengendalian faktor risiko (total bobot nilai : 25 )


1. Butir Penilaian :
Pemeriksaan penunjang RDT terhadap kasus suspek yang ditemukan
semua puskesmas
1) Perintah tugas :
Dapatkan dan kaji dokumen kasus suspek yang telah dilakukan
pengujian RDT
2) Standar Penilaian :
A. jika semua puskesmas menemukan Kasus suspek dan
segera dilakukan pengujian RDT (1)

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


52
B. jika hanya sebagian besar (≥ 50%) puskesmas
menemukan kasus suspek segera dilakukan pengujian
RDT (0,67)
C. jika hanya sebagian kecil(< 50%) puskesmas
menemukan kasus suspek segera dilakukan pengujian
RDT (0,33)
D. jika puskesmas tidak menemukan kasus suspek 0)
3) Bobot nilai : 5
4) Pilihan jawaban : A/B/C/D
5) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1). semua Formulir 6 dan 7 dan juga formulir penunjang (min
6 bulan terakhir/endemis : 12 bulan terakhir) terdapat
pemeriksaan RDT terhadap kasus suspek
- (0,67) ≥ 50% Puskesmas melakukan pemeriksaan RDT.
- (0,33) hanya beberapa puskesmas melakukan pemeriksaan
RDT terhadap kasusu suspek.
bukti Fisik :
formulir 6, 7 dan formulir penunjang (formulir pemeriksaan anak
sekolah).

2. Butir Penilaian :
Kegiatan peningkatan kompetensi penyakit frambusia bagi pengelola
program dan nakes puskesmas
1) Perintah tugas :
Dapatkan laporan kegiatan peningkatan kompetensi tenaga
pengelola program kabupaten/kota dan petugas kesehatan di
Puskesmas.
2) Standar Penilaian :
A. jika terdapat kegiatan peningkatan kompetensi penyakit
frambusia 1 tahun terakhir. (1)
B. jika terdapat kegiatan peningkatan kompetensi penyakit
frambusia lebih dari 1 tahun terakhir. (0,5)
C. jika tidak terdapat peningkatan kompetensi penyakit
frambusia 1 tahun terakhir . (0).

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


53
3) Bobot nilai : 5
4) Pilihan jawaban : A/B/C
5) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1). Kabupaten/kota/melakukan kegiatan sosialisasi/
kegiatan peningkatan kompetensi program frambusia secara
daring atau luring bagi seluruh puskesmas 12 bulan terakhir.
- (0,5) Kegiatan peningkatan kompetensi program frambusia
secara daring atau luring lebih dari 12 bulan.
bukti Fisik :
laporan kegiatan peningkatan Kompetensi (sosialisasi/ pelatihan/
ojt/ dll)

3. Butir Penilaian :
Petugas Puskesmas mampu menjelaskan tanda-tanda klinis
frambusia, tatalaksana pencegahan dan dosis pemberian obat
1) Perintah tugas :
Wawancara dan beri pertanyaan kepada dokter, perawat,
petugas laboratorium, tenaga kesehatan, pengelola program P2
Frambusia di Puskesmas melalui ceklist pertanyaan.
2) Standar Penilaian :
A. jika semua audien yang ditanya dapat menjawab dengan
tepat. (1)
B. jika sebagian besar (≥ 50%) audien yang ditanya dapat
menjawab dengan tepat (0,67).
C. jika sebagian kecil (< 50%) audien yang di tanya dapat
menjawab dengan tepat (0,33).
D. jika tidak ada audien yang di tanya menjawab dengan tepat
(0).
3) Bobot nilai : 5
4) Pilihan jawaban : A/B/C/D
5) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1). Laporan hasil wawancara oleh tim verifikasai Provinsi
kepada nakes min 3 Puskesmas semua dapat menjelaskan

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


54
tanda-tanda klinis, tatalaksana frambusia dll baik secara
daring atau langsung.
- (0,67) sebabagian besar (≥ 50%) nakes dapat menjawab.
- (0,33) hanya beberapa nakes yang mampu menjawab.
bukti Fisik :
laporan hasil wawancara yang dilakukan oleh tim Provinsi
terhadap nakes puskesmas secara daring maupun luring

4. Butir Penilaian :
Toko masyarakat di desa (yang dikunjungi) mengenal ciri-ciri penyakit
frambusia/ patek/puru/buba/ nama lainnya
1) Perintah tugas :
Wawancara langsung maupun tidak langsung dengan
menunjukkan beberapa gambar klinis frambusia kepada wakil
dari 5 kelompok tokoh masyarakat yaitu tokoh Kepala
Desa/dusun/kampung, Kader, tokoh adat/budaya, tokoh agama
dan guru sekolah di desa yang dikunjungi.
2) Standar Penilaian :
A. jika semua wakil tokoh masyarakat yg di wawancara
mengenal penyakit Frambusia (Sesuai nama daerah
masing-masing). (1)
B. jika Sebagian besar (> 2) wakil kelompok tokoh
Masyarakat yg di wawancara mengenal Frambusia
(Sesuai nama daerah masing-masing).(0,67).
C. jika Sebagian kecil (<2) wakil kelompok tokoh masyarakat
yg di wawancara mengenal Frambusia (Sesuai nama
daerah masing-masing).(0,33)
D. jika tidak ada wakil kelompok tokoh masyarakat yg di
wawancara mengenal penyakit Frambusia (Sesuai nama
daerah masing-masing). (0).
3) Bobot nilai : 5
4) Pilihan jawaban : A/B/C/D
5) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


55
- (1). dokumen hasil wawancara dengan wakil kelompok
masyarakat semuanya dapat mengenal frambusia (sesuai
bahasa daerah masing), (tokoh Kepala
Desa/dusun/kampung, Kader, tokoh adat/budaya, tokoh
agama dan guru sekolah di desa yang dikunjungi).
- (0,67). ≥ 3 perwakilan tokoh masyarakat yang diwawancarai
dapat menjawab frambusia.
- (0,33). < 3 perwakilan dari tokoh masyarakat yang
diwawancara dapat menjawab frambusia.
bukti Fisik :
dokumen + foto hasil wawancara kepada wakil tokoh masyarakat

5. Butir Penilaian :
Terdapat daerah-daerah kesulitan air bersih
1) Perintah tugas :
Diskusi dengan pengelola Kesehatan Lingkungan
Kabupaten/Kota dan kaji data akses air bersih dan sanitasi.
2) Standar Penilaian :
A. jika semua daerah yang dinilai tersedia akses air bersih
dan sanitasi (jamban dll). (1)
B. jika terdapat daerah yang dinilai tidak tersedia akses air
bersih dan sanitasi (jamban dll) dan tidak terdapat kasus
suspek frambusia. (0,5)
C. jika terdapat daerah yang dinilai tidak tersedia akses air
bersih dan sanitasi (jamban dll) dan banyak terdapat kasus
suspek frambusia. (0).
3) Bobot nilai : 5
4) Pilihan jawaban : A/B/C
5) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1). Data akses air bersih dan sanitasi menunjukkan semua
daerah tersedia air bersih dan sanitasi.
- (0,5) Data akses air bersih dan sanitari menunjukan terdapat
daerah tidak tersedia air bersih dan sanitasi namun tidak
terdapat kasus suspek.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


56
bukti Fisik :
data akses air bersih dan sanitasi kabupaten/kota

C. Surveilans frambusia (bobot nilai : 50)


Terdiri dari dua subunsur penilaian yaitu pencatatan dan pelaporan
dengan bobot nilai 20 dan subunsur Upaya penemuan kasus (bobot nilai
30)
a) Pencatatan dan Pelaporan puskesmas dan kabupaten.
1. Butir Penilaian : Puskesmas
Puskesmas memberikan register dan laporan bulanan frambusia
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota setiap bulan (Manual)
1) Perintah tugas :
Kaji formulir register dan laporan bulanan frambusia.
2) Standar Penilaian :
A. jika semua puskesmas rutin melaporkan form 6 dan form
7 setiap bulan ke Kab/kota lengkap dan tepat waktu (1)
B. jika sebagian besar (≥ 50%) puskesmas rutin
melaporkan form 6 dan form 7 setiap bulan ke Kab/kota
lengkap dan tepat waktu (0,67)
C. jika sebagian kecil (< 50%) puskesmas melaporkan form
6 dan form 7 setiap bulan ke Kab/kota lengkap dan tepat
waktu. (0,33)
D. jika register tidak dilaporkan.(0)
3) Bobot nilai : 5
4) Pilihan jawaban : A/B/C/D
5) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1). Kabupaten/Kota setiap bulan menerima Formulir 6 dan 7
dari semua puskesmas (min 6 bulan terakhir : endemis, min
12 bulan terakhir) secara rutin lengkap dan tepat waktu.
- (0,67). (≥ 50%) Puskesmas melaporkan Formulir 6 dan 7
sebagian besar rutin lapor tiap bulan lengkap dan tepat waktu
- (0,33). (< 50%) Puskesmas melaporkan Formulir 6 dan 7
sebagian kecil rutin lapor tiap bulan lengkap dan tepat waktu

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


57
bukti Fisik :
Formulir 6 (register Frambusia) dan Formulir 7 (laporan bulanan)
Puskesmas.

2. Butir Penilaian Puskesmas


Puskesmas menginput laporan online setiap bulan
6) Perintah tugas :
Analisa laporan online frambusia melalui website :
https://s.id/laporframbusia
7) Standar Penilaian :
A. jika absensi laporan bulanan frambusia Puskesmas > 80
% (hijau) terlaporkan setiap bulan di 12 bulan terakhir (1)
B. jika absensi laporan bulanan frambusia Puskesmas > 60
% - 80% (kuning) terlaporkan setiap bulan di 12 bulan
terakhir. (0,5)
C. jika absensi laporan bulanan frambusia Puskesmas < 60
% (merah) terlaporkan setiap bulan di 12 bulan terakhir. (0)
8) Bobot nilai : 5
9) Pilihan jawaban : A/B/C
10) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1) hasil screen shot absensi laporan frambusia menunjukan
hasil berwarna hijau di 12 bulan terakhir, terinput dengan baik
dan tidak ada kasus konfirmasi.
- (0,5) hasil screen shot absensi laporan frambusia
menunjukan hasil berwarna kuning di 12 bulan terakhir,
terinput dengan baik dan tidak ada kasus konfirmasi.
bukti Fisik :
Screen shot penyajian data kabupaten/kota

3. Butir Penilaian : Kabupaten


Pemetaan kasus Suspek frambusia Kabupaten/kota
1) Perintah tugas :

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


58
Dapatkan dan teliti pemetaan kasus suspek frambusia di seluruh
wilayah kabupaten/kota.
2) Standar Penilaian :
A. jika terdapat peta kasus suspek frambusia 6 bulan
terakhir di seluruh desa/kelurahan. (1)
B. jika terdapat peta kasus suspek frambusia > 6 bulan
terakhir di seluruh desa/kelurahan. (0,5).
C. jika tidak ada. (0).
3) Bobot nilai : 5
4) Pilihan jawaban : A/B/C
5) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1) Peta kasus suspek frambusia di seluruh desa/kelurahan
dari data pencarian kasus 6 bulan terakhir.
- (0,5) Peta kasus suspek frambusia di seluruh desa/kelurahan
dari data pencarian kasus > 6 bulan terakhir
bukti Fisik :
Peta daerah kasus suspek frambusia

4. Butir Penilaian : Kabupaten


Kabupaten/Kota membuat dan memberikan laporan kepada provinsi
setiap bulan
1) Perintah tugas :
Dapatkan laporan bulanan pastikan kelengkapan laporan sesuai
ketentuan
2) Standar Penilaian :
A. jika kabupaten/kota rutin dan lengkap melaporkan formulir
11 (laporan bulanan kab/kota) ke Provinsi setiap bulan.
(1)
B. jika kabupaten/kota kurang rutin dan kurang lengkap
melaporkan formulir 11 (laporan bulanan kab/kota) ke
Provinsi setiap bulan. (0,5)
C. jika tidak melapor formulir 11. (0)
3) Bobot nilai : 5
4) Pilihan jawaban : A/B/C

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


59
5) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1) Formulir 11 dilaporkan rutin setiap bulan dan lengkap oleh
Kabupaten/kota ke Provinsi
- (0,5) Formulir 11 dilaporkan kurang rutin setiap bulan dan
kurang lengkap oleh Kabupaten/kota ke Provinsi
bukti Fisik :
Formulir 11 (laporan bulanan eradikasi frambusia Dinkes
Kabupaten/Kota).

b) Upaya Penemuan dini kasus frambusia (bobot nilai 30)


1. Butir Penilaian : Penemuan Kasus Frambusia
Kegiatan deteksi dini frambusia
1) Perintah tugas :
dapatkan laporan kegiatan deteksi dini frambusia secara mandiri
atau terintegrasi dengan program lainnya (misalnya dengan
program P2 Kusta/ pemeriksaan anak sekolah dan lain-lain).
2) Standar Penilaian :
A. jika semua Puskesmas terdapat kegiatan deteksi dini
frambusia dalam 1 setahun terakhir.(1)
B. jika sebagian besar (≥ 50%) Puskesmas terdapat
kegiatan deteksi dini frambusia dalam 1 tahun terakhir.
(0,67)
C. Jika sebagian kecil (< 50%) Puskesmas terdapat kegiatan
deteksi dini frambusia dalam 1 tahun terakhir. (0,33)
D. Jika kegiatan pencarian koreng tidak ada (0)
3) Bobot nilai : 5
4) Pilihan jawaban : A/B/C/D
5) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1) Laporan kegiatan deteksi dini frambusia dilaporakan oleh
semua Puskesmas dalam bentuk kegiatan pencarian koreng
secara mandiri atau terintegrasi dalam 12 bulan terakhir.
- (0,67) ≥ 50 % laporan kegiatan deteksi dini dilaporkan oleh
puskesmas.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


60
- (0,33) < 50 % laporan kegiatan deteksi dini dilaporkan oleh
puskesmas.
bukti Fisik :
laporan kegiatan deteksi dini frambusia

1. Butir Penilaian : Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, Rumah


Sakit)
Terdapat pasien yang berobat dengan diagnosa frambusia di
Puskesmas 6 bulan terakhir
1) Perintah tugas :
Wawancara dan kaji dokumen puskesmas pastikan keberadaan
pasien frambusia.
2) Standar Penilaian :
A. jika semua puskesmas menyatakan tidak perdapat kasus
terkonfirmasi frambusia (1)
B. jika tidak semua puskesmas menyatakan tidak perdapat
kasus terkonfirmasi frambusia (0)
3) Bobot nilai : 5
4) Pilihan jawaban : A/B
5) Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1) Surat penyataan kepala Puskesmas menyatakan tidak
ada yang berobat dengan diagnosa frambusia (6 bulan
terakhir : non endemis, 12 bulan terakhir : endemis).
bukti Fisik :
Surat penyataan kepala Puskesmas.

2. Butir Penilaian :
Terdapat pasien yang berobat dengan diagnosa frambusia di Rumah
Sakit 6 bulan terakhir
1. Perintah tugas :
Wawancara dan kaji dokumen Rumah sakit pastikan keberadaan
pasien frambusia
2. Standar Penilaian :

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


61
A. jika semua puskesmas menyatakan tidak perdapat kasus
terkonfirmasi frambusia (1)
B. jika tidak semua puskesmas menyatakan tidak perdapat
kasus terkonfirmasi frambusia (0)
3. Bobot nilai : 5
4. Pilihan jawaban : A/B
5. Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1) Surat penyataan direktur RS menyatakan tidak ada yang
berobat dengan diagnosa frambusia (6 bulan terakhir : non
endemis, 12 bulan terakhir : endemis)
bukti Fisik :
Surat penyataan Direktur RS

3. Butir Penilaian :
Terdapat pasien yang berobat dengan diagnosa frambusia di klinik/
praktek dokter 6 bulan terakhir
1. Perintah tugas :
Wawancara dan kaji dokumen klinik/praktek dokter pastikan
keberadaan pasien frambusia
2. Standar Penilaian :
A. jika semua klinik/dokter praktek menyatakan tidak
perdapat kasus terkonfirmasi frambusia minimal 6 bulan
terakhir (1)
B. jika tidak semuaklinik/dokter praktek menyatakan tidak
perdapat kasus terkonfirmasi frambusia minimal 6 bulan
terakhir (0)
3. Bobot nilai : 5
4. Pilihan jawaban : A/B
5. Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
- (1) Surat penyataan klinik/dokter praktek menyatakan tidak
ada yang berobat dengan diagnosa frambusia (6 bulan
terakhir : non endemis, 12 bulan terakhir : endemis)
bukti Fisik :
Surat penyataan Direktur klinik/dokter praktek

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


62
4. Butir Penilaian : Kegiatan Puskesmas Keliling
Kegiatan Puskesmas Keliling
1. Perintah tugas :
Dapatkan dan kaji laporan kegiatan puskesmas keliling dalam 1
tahun terakhir
2. Standar Penilaian :
daerah Non Endemis :
A. jika semua Puskesmas melaksanakan kegiatan
puskesmas keliling ≥ 1 kali dalam 1 tahun terakhir (1).
B. jika sebagian besar (≥ 50%) Puskesmas melaksanakan
kegiatan puskesmas keliling ≥ 1 kali dalam 1 tahun
terakhir (0,67).
C. jika sebagian kecil (< 50%) Puskesmas melaksanakan
kegiatan puskesmas keliling ≥ 1 kali dalam 1 tahun
terakhir (0,33).
D. jika kegiatan puskesmas keliling tidak ada.(0).

daerah Endemis :
A. jika semua Desa/Dusun/Kelurahan telah dilakukan
pencarian kasus suspek melalui Puskesmas keliling
dalam 1 tahun terakhir (1).
B. jika sebagian besar (≥ 50%) Desa/Dusun/Kelurahan
telah dilakukan pencarian kasus suspek melalui
Puskesmas keliling dalam 1 tahun terakhir (0,67).
C. jika sebagian kecil (< 50%) Desa/Dusun/Kelurahan telah
dilakukan pencarian kasus suspek melalui Puskesmas
keliling dalam 1 tahun terakhir (0,33).
D. jika kegiatan puskesmas keliling tidak ada.(0)
3. Bobot nilai : 5
4. Pilihan jawaban : A/B/C/D
5. Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
daerah Non Endemis :

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


63
- (1) Formulir 9 dilaporkan semua puskesmas yg
melaksanakan kegiatan puskesmas keliling lebih dari 1 kali
12 bulan terakhir dilaksanakan secara mandiri atau
terintegrasi.
- (0,67) Formulir 9 dilaporkan ≥ 50% puskesmas
melaksanakan kegiatan puskesmas keliling.
- (0,33) Formulir 9 dilaporkan < 50% puskesmas
melaksanakan kegiatan puskesmas keliling.
bukti Fisik :
Formulir 9 (monitor kegiatan pemeriksaan frambusia puskesmas
keliling)
daerah Endemis :
- (1) Formulir 8 yang menunjukkan Semua
desa/dusun/kelurahan telah dilakukan pemeriksaan lesi
(koreng) frambusia.
- (0,67) Formulir 8 menunjukkan sebagian besar (≥ 50%)
desa/dusun/kelurahan telah dilakukan pemeriksaan lesi
(koreng) frambusia.
- (0,33) Formulir 8 menunjukkan sebagian kecil (< 50%)
desa/dusun/kelurahan telah dilakukan pemeriksaan lesi
(koreng) frambusia.

bukti Fisik :
Formulir 17 (Register berobat pada kegiatan pusling) dan
Formulir 9 (Monitoring kegiatan pemeriksaan frambusia Pusling)

5. Butir Penilaian : Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah


Kegiatan pemeriksaan frambusia di sekolah
1. Perintah tugas :
Dapatkan dan kaji laporan kegiatan pemeriksaan anak sekolah
dalam 1 tahun terakhir
2. Standar Penilaian :
daerah Non Endemis :

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


64
A. jika semua Puskesmas telah melaksanakan kegiatan
pemeriksaan anak sekolah (1).
B. jika sebagian besar (≥ 50%) Puskesmas telah
melaksanakan kegiatan pemeriksaan anak sekolah (0,67).
C. jika sebagian kecil (< 50%) Puskesmas telah
melaksanakan kegiatan pemeriksaan anak sekolah (0,33).
D. jika kegiatan pemeriksaan anak sekolah tidak ada.(0)
daerah Endemis :
A. jika semua sekolah dasar telah dilaksanakan kegiatan
pencarian koreng/kasus suspek (1).
B. jika sebagian besar (≥ 50%) sekolah dasar telah
dilaksanakan kegiatan pencarian koreng/kasus
suspek(0,67).
C. jika sebagian kecil (< 50%) sekolah dasar telah
dilaksanakan kegiatan pencarian koreng/kasus
suspek(0,33).
D. jika kegiatan pencarian koreng/kasus suspek di sekolah
dasar tidak ada.(0)"
3. Bobot nilai : 5
4. Pilihan jawaban : A/B/C/D
5. Penilaian terhadap bukti yang didapatkan :
daerah Non Endemis :
- (1) Formulir 18 dilaporkan semua puskesmas yang
melaksanakan kegiatan pemeriksaan anak sekolah
- (0,67) Formulir 18 dilaporkan ≥ 50% puskesmas
melaksanakan kegiatan pemeriksaan anak sekolah
- (0,33) Formulir 18 dilaporkan < 50% puskesmas
melaksanakan kegiatan pemeriksaan anak sekolah
bukti Fisik :
Formulir 18 (formulir pemeriksaan frambusia di sekolah)
daerah Endemis :
- (1) Formulir 10 yang menunjukkan Semua sekolah telah
dilakukan pemeriksaan lesi (koreng) frambusia.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


65
- (0,67) Formulir 10 menunjukkan sebagian besar (≥ 50%)
sekolah telah dilakukan pemeriksaan lesi (koreng) frambusia.
- (0,33) Formulir 10 menunjukkan sebagian kecil (< 50%)
sekolah telah dilakukan pemeriksaan lesi (koreng) frambusia
bukti Fisik :
Formulir 18 (formulir pemeriksaan frambusia di sekolah) dan
Formulir 10 (monitor kegiatan pemeriksaan frambusia di sekolah)

C. PENILAIAN TIM PUSAT

Tim Penilai sertifikasi bebas frambusia tingkat pusat atau disebut tim penilai
pusat bebas frambusia merupakan tim penilai yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P), Kementerian
Kesehatan yang di ketuai oleh Ketua Tim Kerja NTD dan memiliki tugas
memberikan usulan pertimbangan atas rekomendari provinsi.

A. Pengorganisasian tim penilai pusat


a) Tim Penilain Pusat sertifikasi bebas frambusia terdiri dari bidang program
frambusia dan profesi yang independen yaitu
1. Unsur Program Frambusia, Kementerian Kesehatan
2. Unsur Profesi terdiri dari :
1) Bidang Spesialis Kulit dan Kelamin yaitu Persatuan dokter
spesialis Kulit Kelamin (PERDOSKI)
2) Bidang profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia
(PAEI).
b) Tim penilain pusat melaksanakan tugas :
1. Membantu Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
menetapkan pertimbangan atas rekomendasi provinsi mendapatkan
sertifikat bebas frambusia bagi kabupaten/kota.
2. Melaksanakan penilain hasil kinerja program, kompetensi klinis
frambusia dan surveilans berkinerja baik.
3. Membantu merumuskan juknis/ panduan sertifikasi bebas frambusia.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


66
4. Menetapkan kompetensi dokter, nakes lainnya dan pengelola program
frambusia.
5. Membantu mempersiapkan usulan Indonesia sebagai negara bebas
frambusia.
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan direktur pencegahan dan
pengendalian penyakit menular.

B. Pelaksanaan penilaian
Tim penilai pusat dalam melaksanakan penilain melalui 3 metode yaitu
1. Kunjungan lapangan
2. Focus Group Discussion (FGD)/ Pertemuan langsung dengan
Puskesmas, kabupaten/kota, Provinsi dan lainnya
3. Wawancara daring.

Pembagian tugas Penilaian

1. Tim Kerja NTD :


1) Penilaian terhadap kinerja program frambusia dan kinerja Surveilans
frambusia melalui LKP.
2) Verifikasi kelengkapan dokumen surveilans yang dipersyaratkan.
2. Komite Ahli Perdoski :
1) Penilaian kompetensi penyakit frambusia
2) Menilai kelayakan untuk diberi rekomendasi dari unsur klinis
frambusia.
3. Komli dari PAEI :
1) Penilaian kompetensi Surveilans frambusia
2) Menilai kelayakan untuk diberikan rekomendasi dari unsur
surveilans.
C. Pertimbangan tim penilai pusat setelah melaksanakan penilaian terhadap
kabupaten/kota diputuskan dalam sidang bersama.
D. Hasil semua unsur penilaian Kabupaten/kota dapat diberi pertimbangan
mendapatkan sertifikat bebas frambusia jika benar-benar mampu
membuktikan tidak terdapat kasus frambusia baru dan hasil penilaian

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


67
verifikasi domkumen, kompetensi dasar penyakit frambusia dan surveilans
frambusia semua bernilain minimal baik.
E. Pelaksanaan verifikasi dilakukan dengan pemeriksaan berkas dan dokumen
LKP pemeriksaan langsung atau penilaian secara daring dengan softcopy
oleh tim Kerja NTD, Kelengkapan berkas dan hasil verifikasi dokumen LKP
menjadi syarat mengikuti penilaian kompetensi.

Tabel 12. kelengkapan berkas usulan sertifikasi bebas frambusia


Lengkap
No Dokumen yang dinilai Definisi Operasional ENDEMITAS
(sesuai DO)

1 Laporan POPM Framusia Melakukan verifikasi terhadap formulir hasil kegiatan


(endemis) POPM total penduduk yang terisi sesuai ketentuan.

1 Formulir 4 (Laporan cakupan POPM penduduk


Puskesmas) ENDEMIS
2 Formulir 5 (Laporan cakupan POPM Kab/kota)

3 Laporan capaian POPM

2 Laporan Survey Serologi Formulir hasil kegiatan SSF yang terisi sesuai
frambusia 3 tahun ketentuan :
(endemis) 1 Formulir 22 (SSF pendataan anak 1-5 tahun) ENDEMIS
2 Formulir 23 (SSF kompilasi pendataan anak 1-5
tahun) kegiatan SSF 3 tahun
3 Laporan
3 Usulan dari kepala dinas Usulan sertifikasi frambusia yang ditandatangani
Kesehatan Kabupaten/kota minimal Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota :
(terdapat pernyataan sudah dilakukan surveilans
frambusia berkinerja baik oleh semua Puskesmas dan ENDEMIS DAN NON
tidak ditemuakan kasus konfirmasi frambusia), contoh ENDEMIS
terlampir).

4 Lembar Kerja Penilaian Tim pusat melaksanakan verifikasi melalui instrumen


LKP :
(Pengisian kolom Jawaban (kolom 6) sesuai dengan
kriteria pilihan jawaban(kolom 5).
Pengisian kolom nilai( kolom7) sesuai dengan kriterian ENDEMIS DAN NON
penilaian. ENDEMIS
Terisi dokumen yang didapatkan (kolom 9) yang
menjadi dasar pengisian kolom 6 dan 7).
Penilaian sesuai bukti fisik yang
dikumpulkan/didapatkan oleh tim Provinsi)

5 Laporan hasil kegiatan Laporan hasil kegiatan penilaian sertifikasi frambusia ENDEMIS DAN NON
penilaian Provinsi ke kabupaten/kota bebas frambusia maks 5 lembar. ENDEMIS
6 Rekomendasi dari Kepala Surat Rekomendasi yang ditandatangani minimal
Dinas Kesehatan Provinsi kepala Dinas Kesehatan Provinsi (terdapat pernyataan
ENDEMIS DAN NON
telah dilakukan penilaian dengan hasil kinerja
ENDEMIS
baik/sangat baik).

7 SK TIM Provinsi SK TIM Provinsi yang ditetapkan minimal Kepala Dinas


Kesehatan Provinsi ( timnya memiliki
kompetensi/pendidikan : Dokter, Kesehatan
Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Nakes Lainnya ENDEMIS DAN NON
dan atau pendidikan lainnya yang memiliki pengalaman ENDEMIS
dibidang Program Frambusia minimal 3 tahun).

F. Penilaian Kompetensi program frambusia


Kompetensi program frambusia yang terdiri dari kompetensi konsep penyakit
frambusia dan surveilans frambusia merupakan kemampuan yang harus
dimiliki oleh dokter, tenaga Kesehatan lainnya dan pengelola program
frambusia dalam melaksanakan program frambusia di Puskesmas.
Dalam rangka sertifikasi frambusia semua dokter/tenaga Kesehatan lainnya
yang memberikan pelayanan wajib memiliki kemampuan dasar penyakit

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


68
frambusia sehingga dapat menetapkan kasus suspek frambusia, menegakan
diagnosa frambusia juga pengobatan dan pengelola program frambusia di
puskesmas dan rumah sakit wajib memiliki kemampuan melaksanakan
kegiatan pencarian kasus berbasis indikator maupun berbasis masyarakat
dan pencatatan dan pelaporan.

1. Kompetensi tenaga kesehatan program frambusia


Kompetensi program frambusia terdiri dari kompetensi penyakit frambusia
dan surveilans frambusia yaitu
1) Kompetensi tatalaksana penyakit frambusia yaitu
a. Mampu menjelaskan klinis dan perjalanan penyakit frambusia
b. Mampu menegakkan diagnosa frambusia
c. Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang frambusia
d. Mampu menetapkan pengobatan/Pemberian Obat
Pencegahan Massal. (POPM) dan Kejadian ikutan pasca
pemberian obat (KIPO).
e. Mampu membedakan diagnosa banding dengan frambusia.
2) Kompetensi surveilans frambusia :
a. Mampu menjelaskan konsep eradikasi frambusia
b. Mampu menjelaskan konsep surveilans frambusia
c. Mempu menjelaskan upaya-upaya pencarian kasus frambusia
d. Mampu melaksanakan pencatatan dan pelaporan frambusia
e. Mampu menjelaskan sertifikasi kabupaten/kota frambusia
2. Sasaran penilaian kompetensi
Penilaian kompetensi penyakit frambusia sasaran penilaiannya yaitu
dokter, tenaga Kesehatan lainnya (perawat, bidan dll) dan penilaian
kompetensi surveilans frambusia sasaran penilaiannya yaitu kepala
puskesmas dan pengelola program frambusia.
3. Wewenang penilai kompetensi
Penilaian terhadap kompetensi penyakit frambusia dinilai oleh profesi
persatuan dokter spesialis kulit dan kelamin (Perdoski) dan Penilaian
terhadap kompetensi Surveilans frambusia dinilai oleh profesi
Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) yang nama-namanya
telah ditetapkan dalam surat keputusan sebagai Tim Penilai Pusat.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


69
4. Pelaksanaan penilaian kompetensi
Penilaian kompetensi dilaksanakan dalam bentuk wawancara dan atau
kunjungan lapangan,
5. Hasil penilain kompetensi dituangkan dalam format instrument penilaian
penyakit frambusia dan format instrument penilaian surveilans frambusia
sebagai bagian lampiran Pertimbangan Tim Penilain Pusat yang
ditetapkan oleh Ketua Tim Kerja NTD dengan narasi dapat/ belum dapat
dipertimbangkan untuk ditetapkan sebagai Kabupaten/kota bebas
frambusia dan menerima sertifikat kabuapten/kota bebas frambusia.
Standar penilaian :
1. 01 – 50 : buruk
2. 51 – 60 : kurang
3. 61 – 70 : cukup
4. 71 – 90 : baik (dapat direkomendasikan)
5. 91 – 100 : sangat baik (dapat direkomendasikan)
Nilai kompetensi yang dapat dipertimbangkan dari unsur penilaian
kompetensi yaitu minimal nilai baik.

B. Tahapan Penilaian Sertifikasi Bebas Frambusia

Gambar 8. tahapan sertifikasi bebas frambusia

1. Kabupaten/Kota 2. Kabupaten/Kota 3. Tim Penilai Provinsi


menyiapkan dokumen mengajukan usulan melakukan penilaian.
yang diperlukan sertifikasi bebas
frambusia ke provinsi

4. Tim penilai 5. Tim penilai Provinsi mengirimkan 6. Tim Penilai Pusat membahas
Provinsi membuat Surat Rekomendasi dan Laporan
Surat Rekomendasi,
Laporan Hasil Hasil Verifikasi untuk Sertifikasi
Verifikasi Bebas Frambusia ke Tim Penilai melaksanakan penilaian dan
Bebas Frambusia Pusat memberikan perimbangan

7. Pemberian sertifikat bebas frambusia ke kabupaten/kota

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


70
BAB VIII
KEGIATAN PASCA SERTIFIKASI BEBAS FRAMBUSIA

Kegiatan yang Harus Terus dilakukan Kabupaten/Kota Setelah Proses Sertifikasi


Kabupaten/Kota yang telah mendapatkan sertifikasi bebas frambusia tetap
melaksanakan kegiatan penanggulangan frambusia meliputi promosi kesehatan,
pengendalian faktor risiko dan surveilans frambusia. Kegiatan tersebut dapat
diselenggarakan secara bersinergi dengan lintas program melalui pendekatan
keluarga dan mengedepankan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
Kegiatan program untuk kabupaten/kota yang telah tersertifikasi bebas frambusia.
yaitu :

A. Promosi Kesehatan
Kegiatan promosi dapat dilaksanakan melalui strategi advokasi, pemberdayaan
masyarakat dan kemitraan. Advokasi dilakukan untuk mendapatkan komitmen kuat
dari pimpinan pusat, daerah serta pemangku kepentingan terkait untuk tetap
memberikan dukungan terhadap program frambusia sehingga program tetap
berjalan berkesinambungan sampai penularan frambusia dihentikan secara
permanen di seluruh wilayah Indonesia. Tenaga kesehatan seperti dokter, bidan,
perawat serta petugas pelayanan kesehatan lainnya tetap memperhatikan
kemungkinan adanya penularan frambusia kembali di wilayah kerjanya dengan
cara meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi frambusia.
Promosi perilaku hidup bersih dan sehat serta keterlibatan kader dan masyarakat
dalam memberikan penyuluhan tentang kesehatan perorangan juga diperlukan
untuk mencegah timbulnya kembali kasus frambusia di daerah yang sudah
mendapatkan sertifikasi bebas frambusia.
Tujuan promosi kesehatan yaitu:
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tanda dan gejala penyakit
serta cara penularannya
b. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat guna memelihara kesehatan
dengan cara mandi dengan air bersih dan sabun.
c. Meningkatkan koordinasi institusi dan lembaga serta sumber daya untuk
terselenggaranya eradikasi frambusia.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


71
Sasaran kegiatan promosi kesehatan diutamakan kepada:
a. Kelompok anak-anak dengan usia <15 tahun
b. Kelompok orang tua yang memiliki anak dan balita
c. Guru atau pengajar
d. Kader, tokoh agama, tokoh masyarakat

B. Pengendalian Faktor Risiko


Pengendalian faktor risiko dilakukan melalui pencegahan penularan melalui
peningkatan kemauan untuk berobat bagi kontak kasus, penemuan kasus dan
kontak secara dini dan atau penggunaan air bersih dan sabun. Penemuan kasus
secara dini dapat memutuskan mata rantai penularan dengan cara semua kasus
koreng yang bukan diakibatkan oleh cedera atau trauma dapat diduga sebagai
suspek frambusia kemudian dikonfirmasi dengan melakukan pengujian serologi.

C. Surveilans Frambusia
Daerah yang telah mendapatkan sertifikat bebas frambusia tetap melakukan
kegiatan surveilans frambusia berkinerja baik.
1) Laporan surveilans rutin (termasuk laporan nol kasus/zero report) harus
dilaporkan setiap bulan (termasuk formulir program surveilans penyakit
terintegrasi, jika ada)
2) Upaya penemuan kasus frambusia di fasilitas pelayanan kesehatan (basis
indikator) dan laporan masyarakat (basis kejadian) sesuai dengan pedoman
Penyelengaraan Eradikasi Frambusia pada lampiran Permenkes no 8 Tahun
2017. Semua kasus yang dilaporkan harus diselidiki atau dilakukan investigasi
kasus dalam waktu 7 hari setelah laporan awal.
3) Peningkatan kewaspadaan petugas dan masyarakat yang lebih intensif tentang
frambusia harus dipertahankan dengan menggunakan semua metode
komunikasi yang sesuai sampai Indonesia dinyatakan eradikasi frambusia oleh
WHO. Kegiatan ini dapat dilakukan secara khusus atau terintegrasi dengan
program lain misalnya kegiatan UKS, Imunisasi, Pos Yandu dan sosialisasi
penyakit infeksi lain serta penyebaran media KIE

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


72
D. Kegiatan yang Dilakukan Jika Ditemukan Kasus Baru

Kabupaten/Kota yang telah mendapatkan sertifikat bebas frambusia dapat


berubah menjadi kabupaten/kota endemis frambusia apabila ditemukan kasus
frambusia konfirmasi baru dan gagal menghentikan penularan. Dikatakan gagal
apabila masih ditemukan kasus frambusia lebih dari 6 bulan sejak kasus pertama
(kasus indigenous) ditemukan berdasarkan hasil surveilans frambusia berkinerja
baik. Selain itu, sertifikat bebas frambusia menjadi batal dan kabupaten/kota
tersebut dinyatakan sebagai Kabupaten/Kota Endemis Frambusia. Untuk
memperolehnya kembali, kabupaten/kota tersebut harus melaksanakan tahapan
tahapan berikut:
1. Melaksanakan kegiatan Intensifikasi Penemuan Kasus Frambusia di seluruh
desa di kabupaten/kota untuk penetapan desa endemis yang akan dilakukan
Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) frambusia
2. Melaksanakan Pemberian Obat Pencegahan Massal di semua desa endemis
dengan cakupan > 90% dan sampai penularan berhenti
3. Melaksanakan survei serologi frambusia selama 3 tahun berturut-turut pada
anak usia 1-5 tahun di seluruh wilayah kabupaten/kota tersebut
Apabila telah dilakukan tahapan-tahapan tersebut dan tidak ditemukan lagi kasus
frambusia berdasarkan hasil surveilans berkinerja baik dan hasil survei serologi
selama 3 tahun berturut-turut, kabupaten/kota dapat mengajukan kembali
sertifikasi bebas frambusia.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


73
BAB IX
PENUTUP

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


merupakan upaya dalam mengakomodasi tercapainya target eradikasi frambusia di
Indonesia. Kebijakan dan berbagai strategi telah dilaksanakan untuk mencapai
eradikasi frambusia di Indonesia melalui upaya pemutusan rantai penularan, namun
hingga saat ini masih terjadi penyebaran kasus frambusia terutama di wilayah
Indonesia Timur terutama di NTT, Papua dan Papua Barat.
Pemberian sertifikat bebas frambusia bagi kabupaten/kota merupakan bukti bahwa
sudah tidak ada penularan frambusia di kabupaten/kota yang merupakan daerah
endemis frambusia maupun kabupaten/kota yang merupakan daerah bebas
frambusia yang akan menjadi pembuktian selanjutnya bahwa di setiap kabupaten/kota
di seluruh wilayah Indonesia sudah tidak ada penularan frambusia dan Indonesia
berhak mendapat sertifikat eradikasi frambusia dari Badan Kesehatan Dunia (World
Health Organization/ WHO).

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


74
Lampiran 1:

Nomor : …… 2022
Lampiran :
Hal : Usulan Sertifikasi Bebas Frambusia Kabupaten/Kota

Yth. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi…….


di
…………

Sebagai upaya mendapatkan status Kabupaten/Kota Bebas Frambusia dan


telah dilakukan pencarian kasus selama 6 bulan terakhir dengan hasil Nihil kasus
konfirmasi frambusia. berdasarkan hasil tersebut kami mengajukan usulan sertifikasi
bebas frambusia dan melampirkan dokumen pendukung sebagai persyaratan (sesuai
daftar terlampir).

Sehubungan dengan hal dimaksud, mohon kesediaan Saudara untuk


memfasilitasi agar dapat dilakukan proses selanjutnya dan merekomedasikan
kabupaten/kota…….. sebagai Kabupate/Kota Bebas Frambusia.

Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota………….,

……………………………
NIP. …………………….

Tembusan:
1. Direktur P2PML
2. Tim Penilai Bebas Frambusia Pusat

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


75
Lampiran 2:

SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS PROVINSI ……………


NOMOR …………………….
TENTANG
TIM PENILAI PROVINSI
DALAM RANGKA SERTIFIKASI BEBAS FRAMBUSIA KABUPATEN/KOTA

Menimbang : a. bahwa frambusia merupakan penyakit menular yang masih menjadi


masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang memerlukan
perhatian dari semua pihak dengan target eradikasi frambusia tahun
2019;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2) Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2017 tentang Eradikasi
Frambusia, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang
Komite Ahli Eradikasi Frambusia;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


76
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan


Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3447);

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang


Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1113);

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang


Penanggulangan Penyakit Menular (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1755);

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508);

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2015 tentang Upaya


Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1755);

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2017 tentang Eradikasi


Frambusia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
351);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI TENTANG


TIM PENILAI PROVINSI DALAM RANGKA SERTIFIKASI
BEBAS FRAMBUSIA KABUPATEN/KOTA.

KESATU : Membentuk Tim Penilai dalam rangka Sertifikasi Bebas Frambusia


Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Tim Penilai Provinsi, dengan
susunan keanggotaan sebagai mana tercantum dalam Lampiran yang

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


77
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi ini.

KEDUA : Tim Penilai Provinsi bertugas:


1. melakukan bimbingan dan menerima konsultasi dari
kabupaten/kota dalam rangka sertifikasi bebas frambusia
2. memastikan seluruh kabupaten/kota merencanakan dan
mengusulkan sertifikasi bebas frambusia
3. melakukan verifikasi kelengkapan dokumen yang disampaikan
kabupaten/kota bersama dengan usulan Sertifikasi Bebas
Frambusia
4. merencanakan metode dan waktu penilaian lapangan ke
kabupaten/kota
5. melakukan penilaian dokumen surveilans, wawancara dan
lapangan dengan instrumen Lembar Kinerja Penilaian (LKP).
6. melaksanakan sidang tin Penilai Provinsi dalam penetapan usulan
kabupaten/kota penerima sertifikat bebas frambusia.
7. membuat draft surat rekomendasi dan resume hasil penilaian
kepada Pimpinan terkait
8. memberikan umpan balik apabila hasil verifikasi kabupaten/kota
dinyatakan kurang/cukup
9. melaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi mengenai
rekomendasi dan hasil penilaian Provinsi.
10. memberikan masukan dan rekomendasi terkait strategi percepatan
sertifikasi bebas frambusia kabupaten/kota di wilayah Provinsi dan
mengatasi permasalahan yang terjadi;
11. memastikan kabupaten/kota yang telah mendapatkan sertifikat
bebas frambusia dapat mempertahankan statusnya sebagai
kabupaten/kota bebas frambusia

KETIGA : Tim Peniaian Provinsi dalam melaksanakan tugasnya dapat


bekerjasama dengan berbagai pihak sesuai kebutuhan.
KEEMPAT : Tim Peniaian Provinsi memiliki masa tugas selama 3 (tiga) tahun.

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


78
KELIMA : Tim Peniaian Provinsi bertanggung jawab dan wajib menyampaikan
laporan kegiatan secara berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
KEENAM : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi ini dibebankan pada Anggaran Belanja Dinas
Kesehatan Provinsi ….. serta sumber dana lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
KETUJUH : Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di ………
pada tanggal ……..
KEPALA DINAS KESEHATAN
PROVINSI…
ttd
NAMA

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


79
Lampiran 3:

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI ANGGOTA TIM PENILAI


PROVINSI
DALAM RANGKA SERTIFIKASI BEBAS FRAMBUSIA KABUPATEN/KOTA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Tempat Tanggal Lahir :
Jabatan/Instansi :
Alamat :
Telp/Hp :
Email :

dengan ini menyatakan bahwa:


1. Bersedia menjadi anggota Tim Penilai Provinsi dalam rangka Sertifikasi Bebas
Frambusia Kabupaten/Kota.
2. Bersedia untuk menjaga kerahasiaan informasi dan dokumen yang saya terima.
3. Tidak terdapat conflict of interest dalam menjalankan tugas saya sebagai Tim
Penilai Provinsi (keikutsertaannya tidak bertentangan dengan kepentingan
tugasnya)
Surat pernyataan ini dibuat dengan benar dalam keadaan sadar serta penuh
tanggung jawab
dan tidak di bawah ancaman atau paksaan dari pihak manapun.

Tempat, tanggal-bulan-tahun
Yang Membuat Pernyataan,

Nama

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


80
Lampiran 4:
SURAT REKOMENDASI
Nomor ……………………

Kepada Yth. Tim Penilai Bebas Frambusia Pusat


di
Jakarta

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan :
Jabatan/Instansi :

merekomendasikan Kabupaten/Kota ……. untuk mendapatkan Sertifikat Bebas


Frambusia berdasarkan penilaian Tim Penilai Provinsi dengan hasil baik/sangat
baik*)
Demikian surat rekomendasi ini disampaikan dengan sebenar-benarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Atas perhatian dan Kerjasama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Tempat, tanggal-bulan-tahun
Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi ……

Nama
NIP

Tembusan:

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


81
Lampiran 5:
Resume Hasil Verifikasi Sertifikasi Bebas Frambusia Kabupaten/Kota

RESUME
HASIL PENILAIAN KABUPATEN/KOTA
Provinsi :
Kabupaten/Kota :
Tanggal Penilaian :

PENILAIAN
RESUME HASIL PENILAIAN
I PROMOSI KESEHATAN
kasus Frambusia minimal 6 bulan terakhir a. ada Jelaskan….......................
b. tidak ada
1) Komitment Pimpinan Kab/Kota dan Puskesmas
2) Kampanye Frambusia
3) Kampanye PHBS
4) dukungan Anggaran
5) Kerjasama Lintas Sektoral/Lintas Program
6) Media KIE dan Permenkes no.8 tahun 2017

II PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO


1) Pemeriksaan penunjang RDT terhadap kasus
suspek?
2) Kegiatan peningkatan kompetensi penyakit
frambusia bagi pengelola program dan nakes
puskesmas Nakes terhadap program
3) Kompetensi
frambusia
4) Masyarakat di desa (yang dikunjungi)
mengenal ciri-ciri penyakit frambusia/
patek/puru/buba/
5) Daerah-daerah nama lainnya
kesulitan air bersih

III SURVEILANS FRAMBUSIA


1 Register dan Laporan bulanan manual

2 Pelaporan online

3 pemetaan kasus Suspek frambusia


Kabupaten/kota ?
4 Laporan kepada provinsi setiap bulan ?

1 Kegiatan deteksi dini frambusia

2 pasien yang berobat dengan diagnosa


frambusia di Puskesmas 6 bulan terakhir
3 pasien yang berobat dengan diagnosa
frambusia di Rumah Sakit 6 bulan terakhir
4 pasien yang berobat dengan diagnosa
frambusia di klinik/ praktek dokter 6 bulan
5 terakhir
kegiatan puskesmas keliling

6 kegiatan pemeriksaan frambusia di sekolah

HASIL PENILAIAN :

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


82
Lampiran 6: Lembar Kerja Penilaian yang telah disahkan oleh Kepala Dinas
Provinsi
LEMBAR KERJA PENILAIAN (LKP)
KABUPATEN/KOTA BEBAS FRAMBUSIA
Provinsi : Jumlah Puskesmas :
Kabupaten/Kota : Jumlah Sekolah Dasar :
Status endemitas : Jumlah Desa/Kampung :

Apakah ditemukan kasus knfirmasi frambusia baru dalam 6 bulan terakhir ? ada/ tidak ada
Jika tidak ditemukan, lanjutkan dengan mengisi penilaian di bawah ini
Jika ditemukan kasus, maka penilaian tidak dapat dilanjutkan karena kabupaten/kota belum memenuhi kriteria mengajukan sertifikasi bebas frambusia

BOBOT PILIHAN TOTAL NILAI verifikasi TIM Pusat


PERTANYAAN PERINTAH TUGAS DOKUMEN YANG DINILAI STANDAR PENILAIAN JAWABAN NILAI PENILAIAN BUKTI FISIK
NILAI JAWABAN (5 X 8) (catatan/paraf)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
I PROMOSI KESEHATAN ( bobot 25)
1 adakah komitmen dari dapatkan dan kaji dokumen rencana kerja, A. jika terdapat dukungan penuh rencana kerja dan arah (1). Dokumen kebijakan/aturan, anggaran, SDM terlatih dan Sarana
pimpinan Kabupaten/kota kegiatan dan wawancara pengolah program kebijakan terkait program frambusia.(1) prasarana semua terpenuhi.
dalam pelaksanaan program terkait komitmen piminan terhadap frambusia. B. jika kurang dapat dukungan rencana kerja dan kebijakan (0,5). tidak semua dokumen pendukung/bukti fisik terpenuhi.
frambusia ? terkait program frambusia.(0,5) bukti fisik :
C. jika tidak ada dukungan.(0) 1. Kabijakan : Peraturan/ Surat Edaran terkait eradikasi frambusia/
5 A/B/C 0 sertifikasi dll
2. Anggaran : RKAK/L yang terdapat rincian kegiatan frambusia atau
terintegrasi dll
3. SDM : Pengelola Program frambusia telah dilatih.
4. Sarana/prasarana : Jumlah RDT/Azitromisin.

2 apakah ada Kampaye dari dapatkan dan kaji dokumen kegiatan kampanya A. jika Semua Puskesmas melaksanakan kampanye pada (1) : Laporan kegiatan kampanye penyakit frambusia kepada
kabupaten/kota atau frambusia. masyarakat terkait frambusia 1 setahun terakhir. (1). masyarakat melalui media massa/media digital/ pertemuan
puskesmas terkait penyakit B. jika Sebahagian besar (≥50%) Puskesmas melaksanakan langsung dilaksanakan dan diberikan oleh semua puskesmas.
frambusia pada kampanye pada masyarakat terkait frambusia 1 setahun (0,67) : ≥ 50% Puskesmas melaksanakan dan memberikan laporan
sekolah/masyarakat ? terakhir. (0,67). kegiatan kampanyeprogram frambusia.
C. jika sebahagian Kecil (<50%) Puskesmas melaksanakan 4 A/B/C/D 0 (0,33) : < 50% Puskesmas melaksanakan dan memberikan laporan
kampanye pada masyarakat terkait frambusia 1 setahun kegiatan kampanye program frambusia.
terakhir. (0,33). bukti fisik :
D. jika Puskesmas tidak melaksanakan kampanye pada Laporan Kegitan Kampanye program/penyakit frambusia 1 tahun
masyarakat terkait frambusia 1 setahun terakhir. (0). terakhir

3 apakah ada kampanye Perilaku dapatkan dokumen dan wawancara kepada A. jika Semua Puskesmas melaksanakan kampanye PHBS (1) : Laporan kegiatan kampanye PHBS kepada masyarakat melalui
Hidup Bersi dan Sehat (PHBS) pengelola program nakes di Puskesmas dan pada masyarakat 1 setahun terakhir. (1). media massa/media digital/ pertemuan langsung dilaksanakan dan
atau kesehatan lingkungan masyarakat. B. jika Sebahagian besar (≥50%) Puskesmas melaksanakan diberikan oleh semua puskesmas.
kepada masyarakat ? kampanye PHBS pada masyarakat 1 setahun terakhir. (0,67) : ≥ 50% Puskesmas melaksanakan dan memberikan laporan
(0,67). kegiatan kampanye PHBS/ kesehatan Lingkungan.
C. jika sebahagian Kecil (<50%) Puskesmas melaksanakan 4 A/B/C/D 0 (0,33) : < 50% Puskesmas melaksanakan dan memberikan laporan
kampanye PHBS pada masyarakat 1 setahun terakhir. kegiatan kampanye PHBS/ kesehatan Lingkungan.
(0,33). bukti fisik :
D. jika Puskesmas tidak melaksanakan kampanye PHBS pada Laporan Kegitan Kampanye PHBS/ kesehatan lingkungan 1 tahun
masyarakat 1 setahun terakhir. (0). terakhir

4 Adakah dukungan anggaran dari dapatkan dan teliti anggaran yang terkait A. jika terdapat anggaran khusus program frambusia pada (1). Dokumen anggaran yang tertulis khusus progam frambusia
Kabupaten/kota terkait program program frambusia pada APBD II di tahun tahun berjalan . (1) (0,5) Dokumen anggaran tidak tertulis khusus program frambusia
frambusia pada tahun berjalan berjalan atau anggaran lainnya B. jika terdapat anggaran namun melekat di program namun ada kegiatan terintegrasi atau melekat di program lain mis :
? kesehatan lain / terintegrasi pada tahun berjalan . (0,5) kegiatan kusta frambusia, ICF kusta frambusia, kegiatan program
C. jika tidak ada. Anggaran terkait program frambusia (0) 4 A/B/C 0 P2PML, dll.
bukti Fisik :
dokumen anggaran dari APBD 2 atau dokumen anggaran lainnya
terdapat rincian kegiatan program frambusia

5 adakah kerjasama Lintas dapatkan dokumen kerjasama/kegiatan dengan A. jika terdapat kerjasama Lintas program/ sektorat/ (1). Dokumen/ Laporan kegiatan Kerjasama kebupaten/kota dengan
Program/Lintas lintas program/sektoral/organisasi masyarakat organisasi masyarakat pada 1 tahun terakhir .(1) satuan kerja lainnya, organisasi sosial/budaya/kemasyarakatan dan
Sektoral/organisasi Masyarakat dan wawancara pihak terkait. B. Jika terdapat kerjasama Lintas lain lain dalam rangkah eradikasi frambusia 1 tahun terakhir
dalam pelaksanaan program program/sektorat/organisasi masyarakat pada beberapa 4 A/B/C 0 (0,5) Dokumen/ Laporan Kegiatan kerjasama Lintas Program/sektor
frambusia ? C. tahun terakhir (0.5) lebih dari 1 tahun terakhir.
jika tidak ada.(0) bukti Fisik :
dokumen/ laporan/undangan/notulen/ komitmen kerjasama

6 Apakah terdapat media KIE observasi dan wawancara pengelola A. jika Semua Puskesmas terdapat media KIE Frambusia dan (1). Media KIE, Permenkes No.8 tahun 2017/ buku saku frambusia
yang dapat dilihat penerima kabupaten/kota dan nakes puskesmas terkait Permenkes no 8 tahun 2017/buku saku.(1) terdapat di semua Puskesmas
layanan kesehatan dan ketersedian media KIE dan Permenkes no.8 B. Jika sebagian besar (>50%) Puskesmas terdapat media KIE (0,67). Lebih dari 50 % Puskesmas Terdapat media KIE dan
Permenkes no.8 tahun 2017 tahun 2017 atau buku saku frambusia Frambusia dan Permenkes no 8 tahun 2017 atau buku saku Permenkes No.8 tahun 2017/buku saku frambusia.
atau buku saku frambusia di .(0,67) (0,33). Kurang dari 50% Puskesmas Terdapat media KIE dan
puskesmas? C. Jika sebagian kecil (<50%) Puskesmas terdapat media KIE 4 A/B/C/D 0 Permenkes No.8 tahun 2017/buku saku frambusia.
Frambusia dan Permenkes no 8 tahun 2017/buku saku bukti Fisik :
frambusia.(0,67) Foto-foto Media KIE dan Permenkes no.8 tahun 2017/buku saku
D. Jika tidak ada Puskesmas terdapat media KIE Frambusia frambusia di Puskesmas.
dan Permenkes no 8 tahun 2017/buku saku frambusia. (0)

BOBOT PENILAIAN PROMOSI KESEHATAN 25 0 0


II PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO ( bobot 25)
1 Apakah segera dilakukan dapatkan dan kaji dokumen kasus suspek yang A. jika semua Kasus suspek dilakukan pengujian RDT (1) (1). semua Formulir 6 dan 7 dan juga formulir penunjang (min 6
pemeriksaan penunjang RDT telah dilakukan pengujian RDT B. jika hanya sebagian besar (≥ 50%) kasus suspek dilakukan bulan terakhir/endemis : 12 bulan terakhir) terdapat pemeriksaan
terhadap kasus suspek? pengujian RDT (0,67) RDT terhadap kasus suspek
C. jika hanya sebagian kecil(< 50%) kasus suspek dilakukan (0,67) ≥ 50% Puskesmas melakukan pemeriksaan RDT.
pengujian RDT (0,33) 5 A/B/C/D 0 (0,33) hanya beberapa puskesmas melakukan pemeriksaan RDT
D. jika kasus suspek tidak dilakukan pengujian RDT.(0) terhadap kasusu suspek.
bukti Fisik :
formulir 6, 7 dan formulir penunjang (formulir pemeriksaan anak
sekolah).
2 adakah kegiatan peningkatan dapatkan laporan kegiatan peningkatan A. jika terdapat kegiatan peningkatan kompetensi penyakit (1). Kabupaten/kota/melakukan kegiatan sosialisasi/ kegiatan
kompetensi penyakit frambusia kompetensi tenaga pengelola program frambusia 1 tahun terakhir. (1) peningkatan kompetensi program frambusia secara daring atau
bagi pengelola program dan kabupaten/kota dan petugas kesehatan di B. jika terdapat kegiatan peningkatan kompetensi penyakit luring bagi seluruh puskesmas 12 bulan terakhir.
nakes puskesmas ? Puskesmas. frambusia lebih dari 1 tahun terakhir. (0,5) (0,5) Kegiatan peningkatan kompetensi program frambusia secara
C. jika tidak terdapat peningkatan kompetensi penyakit 5 A/B/C 0 daring atau luring lebih dari 12 bulan.
frambusia 1 tahun terakhir . (0). bukti Fisik :
laporan kegiatan peningkatan Kompetensi (sosialisasi/ pelatihan/
ojt/ dll)

3 apakah petugas Puskesmas Wawancara dan beri pertanyaan kepada dokter, A. jika semua audien yang ditanya dapat menjawab dengan (1). Laporan hasil wawancara oleh tim verifikasai Provinsi kepada
mampu menjelaskan tanda- perawat, petugas laboratorium, tenaga tepat. (1) nakes min 3 Puskesmas semua dapat menjelaskan tanda-tanda
tanda klinis frambusia, kesehatan, pengelola program P2 Frambusia di B. jika sebagian besar (≥ 50%) audien yang ditanya dapat klinis, tatalaksana frambusia dll baik secara daring atau langsung.
tatalaksana pencegahan dan Puskesmas melalui ceklist pertanyaan. menjawab dengan tepat (0,67). (0,67) sebabagian besar (≥ 50%) nakes dapat menjawab.
5 A/B/C/D 0
dosis pemberian obat ? C. jika sebagian kecil (< 50%) audien yang di tanya dapat (0,33) hanya beberapa nakes yang mampu menjawab.
menjawab dengan tepat (0,33). bukti Fisik :
D. jika tidak ada audien yang di tanya menjawab dengan laporan hasil wawancara yang dilakukan oleh tim Provinsi terhadap
tepat (0). nakes puskesmas secara daring maupun luring.
4 apakah toko masyarakat di desa wawancara langsung maupun tidak langsung A. jika semua wakil tokoh masyarakat yg di wawancara (1). dokumen hasil wawancara dengan wakil kelompok masyarakat
(yang dikunjungi) mengenal ciri- dengan menunjukkan beberapa gambar klinis mengenal penyakit Frambusia (Sesuai nama daerah semuanya dapat mengenal frambusia (sesuai bahasa daerah
ciri penyakit frambusia/ frambusia kepada wakil dari 5 kelompok tokoh masing-masing). (1) masing), (tokoh Kepala Desa/dusun/kampung, Kader, tokoh
patek/puru/buba/ nama lainnya masyarakat yaitu tokoh Kepala B. jika Sebagian besar (> 2) wakil kelompok tokoh Masyarakat adat/budaya, tokoh agama dan guru sekolah di desa yang
? Desa/dusun/kampung, Kader, tokoh yg di wawancara mengenal Frambusia (Sesuai nama dikunjungi).
adat/budaya, tokoh agama dan guru sekolah di daerah masing-masing).(0,67). (0,67). ≥ 3 perwakilan tokoh masyarakat yang diwawancarai dapat
desa yang dikunjungi. C. jika Sebagian kecil (<2) wakil kelompok tokoh masyarakat 5 A/B/C/D 0 menjawab frambusia.
yg di wawancara mengenal Frambusia (Sesuai nama (0,33). < 3 perwakilan dari tokoh masyarakat yang diwawancara
daerah masing-masing).(0,33) dapat menjawab frambusia.
D jika tidak ada wakil kelompok tokoh masyarakat yg di bukti Fisik :
wawancara mengenal penyakit Frambusia (Sesuai nama dokumen + foto hasil wawancara kepada wakil tokoh masyarakat
daerah masing-masing). (0).

5 apakah terdapat daerah-daerah Diskusi dengan pengelola Kesehatan Lingkungan A. jika semua daerah yang dinilai tersedia akses air bersih (1). Data akses air bersih dan sanitasi menunjukkan semua daerah
kesulitan air bersih ? Kabupaten/Kota dan kaji data akses air bersih dan sanitasi (jamban dll). (1) tersedia air bersih dan sanitasi.
dan sanitasi. B. jika terdapat daerah yang dinilai tidak tersedia akses air (0,5) Data akses air bersih dan sanitari menunjukan terdapat daerah
bersih dan sanitasi (jamban dll) dan tidak terdapat kasus tidak tersedia air bersih dan sanitasi namun tidak terdapat kasus
5 A/B/C 0
suspek frambusia. (0,5) suspek.
C. jika terdapat daerah yang dinilai tidak tersedia akses air bukti Fisik :
bersih dan sanitasi (jamban dll) dan banyak terdapat kasus data akses air bersih dan sanitasi kabupaten/kota
suspek frambusia. (0).
BOBOT PENILAIAN PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO 25 0 0
III SURVEILANS FRAMBUSIA 50
A PENEMUAN, PENGOLAHAN, ANALISIS DAN PELAPORAN KASUS FRAMBUSIA (bobot 20)

a PUSKESMAS
1) Apakah Puskesmas kaji formulir register dan laporan bulanan A. jika semua puskesmas rutin melaporkan form 6 dan form 7 (1). Kabupaten/Kota setiap bulan menerima Formulir 6 dan 7 dari
memberikan register dan frambusia. setiap bulan ke Kab/kota lengkap dan tepat waktu (1) semua puskesmas (min 6 bulan terakhir : endemis, min 12 bulan
laporan bulanan B. jika sebagian besar (≥ 50%) puskesmas rutin melaporkan terakhir) secara rutin lengkap dan tepat waktu.
frambusia kepada dinas form 6 dan form 7 setiap bulan ke Kab/kota lengkap dan (0,67). (≥ 50%) Puskesmas melaporkan Formulir 6 dan 7 sebagian
kesehatan tepat waktu (0,67) besar rutin lapor tiap bulan lengkap dan tepat waktu
kabupaten/kota setiap C. jika sebagian kecil (< 50%) puskesmas melaporkan form 6 5 A/B/C/D 0 (0,33). (< 50%) Puskesmas melaporkan Formulir 6 dan 7 sebagian
bulan (Manual) ? dan form 7 setiap bulan ke Kab/kota lengkap dan tepat kecil rutin lapor tiap bulan lengkap dan tepat waktu
waktu. (0,33) bukti Fisik :
D. jika register tidak dilaporkan.(0) Formulir 6 (register Frambusia) dan Formulir 7 (laporan bulanan)
Puskesmas.
2) Apakah Puskesmas analisa laporan online frambusia melalui A. jika absensi laporan bulanan frambusia Puskesmas > 80 % (1) hasil screen shot absensi laporan frambusia menunjukan hasil
menginput laporan website : https://s.id/laporframbusia (hijau) terlaporkan setiap bulan di 12 bulan terakhir (1) berwarna hijau di 12 bulan terakhir, terinput dengan baik dan tidak
online setiap bulan ? B. jika absensi laporan bulanan frambusia Puskesmas > 60 % - ada kasus konfirmasi.
80% (kuning) terlaporkan setiap bulan di 12 bulan terakhir. (0,5) hasil screen shot absensi laporan frambusia menunjukan hasil
5 A/B/C 0
(0,5) berwarna kuning di 12 bulan terakhir, terinput dengan baik dan tidak
C. jika absensi laporan bulanan frambusia Puskesmas < 60 % ada kasus konfirmasi.
(merah) terlaporkan setiap bulan di 12 bulan terakhir. (0) bukti Fisik :
screen shot penyajian data kabupaten/kota
b KABUPATEN/KOTA
3) apakah terdapat dapatkan dan teliti pemetaan kasus suspek A. jika terdapat peta kasus suspek frambusia 6 bulan terakhir (1) Peta kasus suspek frambusia di seluruh desa/kelurahan dari data
pemetaan kasus Suspek frambusia di seluruh wilayah kabupaten/kota. di seluruh desa/kelurahan. (1) pencarian kasus 6 bulan terakhir.
frambusia B. jika terdapat peta kasus suspek frambusia > 6 bulan (0,5) Peta kasus suspek frambusia di seluruh desa/kelurahan dari
Kabupaten/kota ? terakhir di seluruh desa/kelurahan. (0,5). 5 A/B/C 0 data pencarian kasus > 6 bulan terakhir
C. jika tidak ada. (0). bukti Fisik :
Peta daerah kasus suspek frambusia

4) Apakah Kabupaten/Kota dapatkan laporan bulanan pastikan kelengkapan A. jika kabupaten/kota rutin dan lengkap melaporkan formulir (1) Formulir 11 dilaporkan rutin setiap bulan dan lengkap oleh
membuat dan laporan sesuai ketentuan 11 (laporan bulanan kab/kota) ke Provinsi setiap bulan. (1) Kabupaten/kota ke Provinsi
memberikan laporan jika kabupaten/kota kurang rutin dan kurang lengkap (0,5) Formulir 11 dilaporkan kurang rutin setiap bulan dan kurang
kepada provinsi setiap B. melaporkan formulir 11 (laporan bulanan kab/kota) ke 5 A/B/C 0 lengkap oleh Kabupaten/kota ke Provinsi
bulan ? Provinsi setiap bulan. (0,5) bukti Fisik :
jika tidak melapor formulir 11. (0) Formulir 11 (laporan bulanan eradikasi frambusia Dinkes
C. Kabupaten/Kota)

20 0 0
B UPAYA PENEMUAN DINI KASUS FRAMBUSIA (bobot 30)
a) Penemuan Kasus Frambusia
adakah kegiatan deteksi dini dapatkan laporan kegiatan deteksi dini A. jika semua Puskesmas terdapat kegiatan deteksi dini (1) Laporan kegiatan deteksi dini frambusia dilaporakan oleh semua
frambusia ? frambusia secara mandiri atau terintegrasi frambusia dalam 1 setahun terakhir.(1) Puskesmas dalam bentuk kegiatan pencarian koreng secara mandiri
dengan program lainnya (misalnya dengan B. jika sebagian besar (≥ 50%) Puskesmas terdapat kegiatan atau terintegrasi dalam 12 bulan terakhir.
program P2 Kusta/ pemeriksaan anak sekolah deteksi dini frambusia dalam 1 tahun terakhir. (0,67) (0,67) ≥ 50 % laporan kegiatan deteksi dini dilaporkan oleh
dan lain-lain). C. Jika sebagian kecil (< 50%) Puskesmas terdapat kegiatan 5 A/B/C/D 0 puskesmas.
deteksi dini frambusia dalam 1 tahun terakhir. (0,33) (0,33) < 50 % laporan kegiatan deteksi dini dilaporkan oleh
D. Jika kegiatan pencarian koreng tidak ada (0) puskesmas.
bukti Fisik :
laporan kegiatan deteksi dini frambusia

b) Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit)


1) Apakah terdapat pasien wawancara dan kaji dokumen puskesmas A jika semua puskesmas menyatakan tidak perdapat kasus (1) Surat penyataan kepala Puskesmas menyatakan tidak ada yang
yang berobat dengan pastikan keberadaan pasien frambusia. terkonfirmasi frambusia (1) berobat dengan diagnosa frambusia (6 bulan terakhir : non endemis,
diagnosa frambusia di B jika tidak semua puskesmas menyatakan tidak perdapat 5 A/B 0 12 bulan terakhir : endemis).
Puskesmas 6 bulan kasus terkonfirmasi frambusia (0) bukti Fisik :
terakhir ? Surat penyataan kepala Puskesmas.
2) Apakah terdapat pasien wawancara dan kaji dokumen Rumah sakit A jika semua RS menyatakan tidak perdapat kasus (1) Surat penyataan direktur RS menyatakan tidak ada yang berobat
yang berobat dengan pastikan keberadaan pasien frambusia terkonfirmasi frambusia minimal 6 bulan terakhir (1) dengan diagnosa frambusia (6 bulan terakhir : non endemis, 12
diagnosa frambusia di B jika tidak semua RS menyatakan tidak perdapat kasus 5 A/B 0 bulan terakhir : endemis).
Rumah Sakit 6 bulan terkonfirmasi frambusia minimal 6 bulan terakhir (0) bukti Fisik :
terakhir ? Surat penyataan Direktur RS
3) Apakah terdapat pasien wawancara dan kaji dokumen klinik/praktek A jika semua klinik/dokter praktek menyatakan tidak (1) Surat penyataan klinik/dokter praktek menyatakan tidak ada yang
yang berobat dengan dokter pastikan keberadaan pasien frambusia perdapat kasus terkonfirmasi frambusia minimal 6 bulan berobat dengan diagnosa frambusia (6 bulan terakhir : non endemis,
diagnosa frambusia di terakhir (1) 12 bulan terakhir : endemis).
5 A/B 0
klinik/ praktek dokter 6 B jika tidak semuaklinik/dokter praktek menyatakan tidak bukti Fisik :
bulan terakhir ? perdapat kasus terkonfirmasi frambusia minimal 6 bulan Surat penyataan Direktur klinik/dokter praktek
terakhir (0)
c) Kegiatan Puskesmas Keliling
4) apakah terdapat kegiatan dapatkan dan kaji laporan kegiatan puskesmas daerah Non Endemis : daerah Non Endemis :
puskesmas keliling ? keliling dalam 1 tahun terakhir A. jika semua Puskesmas melaksanakan kegiatan puskesmas (1) Formulir 9 dilaporkan semua puskesmas yg melaksanakan
keliling ≥ 1 kali dalam 1 tahun terakhir (1). kegiatan puskesmas keliling lebih dari 1 kali 12 bulan terakhir
B. jika sebagian besar (≥ 50%) Puskesmas melaksanakan dilaksanakan secara mandiri atau terintegrasi.
kegiatan puskesmas keliling ≥ 1 kali dalam 1 tahun (0,67) Formulir 9 dilaporkan ≥ 50% puskesmas melaksanakan
terakhir (0,67). kegiatan puskesmas keliling.
C. jika sebagian kecil (< 50%) Puskesmas melaksanakan (0,33) Formulir 9 dilaporkan < 50% puskesmas melaksanakan
kegiatan puskesmas keliling ≥ 1 kali dalam 1 tahun kegiatan puskesmas keliling.
terakhir (0,33). bukti Fisik :
D. jika kegiatan puskesmas keliling tidak ada.(0) Formulir 9 (monitor kegiatan pemeriksaan frambusia puskesmas
keliling)
daerah Endemis : 5 A/B/C/D 0 daerah Endemis :
A. jika semua Desa/Dusun/Kelurahan telah dilakukan (1) Formulir 8 yang menunjukkan Semua desa/dusun/kelurahan
pencarian kasus suspek melalui Puskesmas keliling dalam telah dilakukan pemeriksaan lesi (koreng) frambusia.
1 tahun terakhir (1). (0,67) Formulir 8 menunjukkan sebagian besar (≥ 50%)
B. jika sebagian besar (≥ 50%) Desa/Dusun/Kelurahan telah desa/dusun/kelurahan telah dilakukan pemeriksaan lesi (koreng)
dilakukan pencarian kasus suspek melalui Puskesmas frambusia.
keliling dalam 1 tahun terakhir (0,67). (0,33) Formulir 8 menunjukkan sebagian kecil (< 50%)
C. jika sebagian kecil (< 50%) Desa/Dusun/Kelurahan telah desa/dusun/kelurahan telah dilakukan pemeriksaan lesi (koreng)
dilakukan pencarian kasus suspek melalui Puskesmas frambusia
keliling dalam 1 tahun terakhir (0,33). bukti Fisik :
D. jika kegiatan puskesmas keliling tidak ada.(0) Formulir 8 (distribusi kasus frambusia menurut desa )

d) Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah


5) apakah dilaksanakan dapatkan dan kaji laporan kegiatan pemeriksaan daerah Non Endemis : daerah Non Endemis :
kegiatan pemeriksaan anak sekolah dalam 1 tahun terakhir A. jika semua Puskesmas telah melaksanakan kegiatan (1) Formulir 18 dilaporkan semua puskesmas yang melaksanakan
frambusia di sekolah ? pemeriksaan anak sekolah (1). kegiatan pemeriksaan anak sekolah
B. jika sebagian besar (≥ 50%) Puskesmas telah (0,67) Formulir 18 dilaporkan ≥ 50% puskesmas melaksanakan
melaksanakan kegiatan pemeriksaan anak sekolah (0,67). kegiatan pemeriksaan anak sekolah
C. jika sebagian kecil (< 50%) Puskesmas telah melaksanakan (0,33) Formulir 18 dilaporkan < 50% puskesmas melaksanakan
kegiatan pemeriksaan anak sekolah (0,33). kegiatan pemeriksaan anak sekolah
D. jika kegiatan pemeriksaan anak sekolah tidak ada.(0) bukti Fisik :
Formulir 18 (formulir pemeriksaan frambusia di sekolah)
daerah Endemis : daerah Endemis :
5 A/B/C/D 0
A. jika semua sekolah dasar telah dilaksanakan kegiatan (1) Formulir 10 yang menunjukkan Semua sekolah telah dilakukan
pencarian koreng/kasus suspek (1). pemeriksaan lesi (koreng) frambusia.
B. jika sebagian besar (≥ 50%) sekolah dasar telah (0,67) Formulir 10 menunjukkan sebagian besar (≥ 50%) sekolah
dilaksanakan kegiatan pencarian koreng/kasus telah dilakukan pemeriksaan lesi (koreng) frambusia.
suspek(0,67). (0,33) Formulir 10 menunjukkan sebagian kecil (< 50%) sekolah telah
C. jika sebagian kecil (< 50%) sekolah dasar telah dilakukan pemeriksaan lesi (koreng) frambusia
dilaksanakan kegiatan pencarian koreng/kasus bukti Fisik :
suspek(0,33). Formulir 10 (monitor kegiatan pemeriksaan frambusia di sekolah)
D. jika kegiatan pencarian koreng/kasus suspek di sekolah
dasar tidak ada.(0)"
BOBOT NILAI SURVEILANS 30 0 0

TOTAL BOBOT 100 0 0

Kriteria penilaian :
01 - 50 : buruk Mengetahui,
51 - 60 : kurang
61 - 70 : cukup NAMA-NAMA PENILAI PROVINSI
71 - 90 : baik (dapar direkomendasikan) 1 …...............
91 - 100 : Sangat baik (dapat direkomendasikan) Nama 2 …................
NIP

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


83
Lampiran 7 :
Verifikasi sertifikat bebas frambusia Kab/Kota
(diperiksa oleh Tim Kerja NTD)
1 Kabupaten/ Kota :
2 Provinsi :
3 Tanggal Verifikasi :
4 Jumlah Puskesmas :

Lengkap
No Dokumen yang dinilai Definisi Operasional ENDEMITAS
(sesuai DO)

1 Laporan POPM Framusia Melakukan verifikasi terhadap formulir hasil kegiatan


(endemis) POPM total penduduk yang terisi sesuai ketentuan.

1 Formulir 4 (Laporan cakupan POPM penduduk


Puskesmas) ENDEMIS
2 Formulir 5 (Laporan cakupan POPM Kab/kota)

3 Laporan capaian POPM

2 Laporan Survey Serologi Formulir hasil kegiatan SSF yang terisi sesuai
frambusia 3 tahun ketentuan :
(endemis) 1 Formulir 22 (SSF pendataan anak 1-5 tahun) ENDEMIS
2 Formulir 23 (SSF kompilasi pendataan anak 1-5
tahun) kegiatan SSF 3 tahun
3 Laporan
3 Usulan dari kepala dinas Usulan sertifikasi frambusia yang ditandatangani
Kesehatan Kabupaten/kota minimal Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota :
(terdapat pernyataan sudah dilakukan surveilans
frambusia berkinerja baik oleh semua Puskesmas dan ENDEMIS DAN NON
tidak ditemuakan kasus konfirmasi frambusia), contoh ENDEMIS
terlampir).

4 Lembar Kerja Penilaian Tim pusat melaksanakan verifikasi melalui instrumen


LKP :
(Pengisian kolom Jawaban (kolom 6) sesuai dengan
kriteria pilihan jawaban(kolom 5).
Pengisian kolom nilai( kolom7) sesuai dengan kriterian ENDEMIS DAN NON
penilaian. ENDEMIS
Terisi dokumen yang didapatkan (kolom 9) yang
menjadi dasar pengisian kolom 6 dan 7).
Penilaian sesuai bukti fisik yang
dikumpulkan/didapatkan oleh tim Provinsi)

5 Laporan hasil kegiatan Laporan hasil kegiatan penilaian sertifikasi frambusia ENDEMIS DAN NON
penilaian Provinsi ke kabupaten/kota bebas frambusia maks 5 lembar. ENDEMIS
6 Rekomendasi dari Kepala Surat Rekomendasi yang ditandatangani minimal
Dinas Kesehatan Provinsi kepala Dinas Kesehatan Provinsi (terdapat pernyataan
ENDEMIS DAN NON
telah dilakukan penilaian dengan hasil kinerja
ENDEMIS
baik/sangat baik).

7 SK TIM Provinsi SK TIM Provinsi yang ditetapkan minimal Kepala Dinas


Kesehatan Provinsi ( timnya memiliki
kompetensi/pendidikan : Dokter, Kesehatan
Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Nakes Lainnya ENDEMIS DAN NON
dan atau pendidikan lainnya yang memiliki pengalaman ENDEMIS
dibidang Program Frambusia minimal 3 tahun).

Berdasarkan hasil verifikasi dokumen usulan sertifikasi pada Kabupaten/Kota ….............................., Provinsi…............................ Tahun...........
dengan hasil : LENGKAP/ TIDAK LENGKAP dan DAPAT/BELUM DAPAT dipertimbangkan menerima sertifikat kabupaten/kota bebas frambusia.

Tim Verifikasi : (tim kerja NTD)


1 YATINAWATI, SKM, M.Epid 1. ….........................

2 RITA YULIHANE, SKM, M.Epid 2. ….........................

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


84
Lampiran 8 :
PERTIMBANGAN TIM PENILAI PUSAT
TANGGAL PENILAIAN :

I KETERANGAN SATUAN KERJA


1 KABUPATEN/KOTA
2 PROVINSI
3 STATUS ENDEMITAS
4 JUMLAH PUSKESMAS
II PENILAIAN SERTIFIKASI
NO UNSUR Catatan Anggota
PENILAIAN NILAI PERTIMBANGAN
YANG DINILAI Tim Penilai
A. KASUS FRAMBUSIA
Kasus Frambusia terkonfirmasi atau 1 tidak ada kasus
rumor (wajib tidak ada) tidak ada kasus Setuju/Tidak Setuju
2 ada kasus
B. KELENGKAPAN DOKUMEN
1 ada usulan
1 Usulan Kabupaten/Kota Setuju/Tidak Setuju
2 tidak ada usulan
2 Penilaian Kelengkapan Dokumen 1 Lengkap
Setuju/Tidak Setuju
Sertifikasi Frambusia 2 Tidak Lengkap
1 Sangat baik
2 baik
3 Penilaian Provinsi (LKP) 3 cukup Setuju/Tidak Setuju
4 kurang
5 buruk
1 ada rekomendasi
4 Rekomendasi Provinsi tidak ada Setuju/Tidak Setuju
2
rekomendasi
C. KOMPETENSI FRAMBUSIA
1 Penilaian Kompetensi penyakit 1 Sangat baik
frambusia 2 baik
3 cukup Setuju/Tidak Setuju
4 kurang
5 buruk
2 Penilaian Kompetensi Surveilans 1 Sangat baik
frambusia 2 baik
3 cukup Setuju/Tidak Setuju
4 kurang
5 buruk
III PERTIMBANGAN
KABUPATEN/ KOTA …............................, PROVINSI :….........................., tahun….... (dapat/ belum dapat) dipertimbangkan
untuk ditetapkan sebagai KABUPATEN/ KOTA BEBAS FRAMBUSIA dan menerima Sertifikat Kabupaten/kota bebas frabusia.

J a k a t a ,
Ketua Tim Kerja NTD

dr. Regina Tiolina Sidjabat. M.Epid


NIP. 196604142001122002

Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia Bagi Kabupaten/Kota di Indonesia


85

Anda mungkin juga menyukai