Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENYAKIT
FRAMBUSIA

Frambusia adalah penyakit kulit menular kronis. Penanganan yang kurang tepat pada penyakit ini, dapat menyebabkan deformitas
yang menetap pada tulang kaki dan hidung.

1. Penyebab Penyakit
Penyakit Frambusia disebabkan oleh kuman Treponema pallidum subspesies pertenue.

2. Sumber dan Cara Penularan


Manusia satu-satunya sumber penularan dengan kontak langsung luka terbuka dengan lesi frambusia. Cairan (getah, eksudat) yang keluar
dari lesi frambusia stadium 1 mengandung banyak bakteri frambusia yang sangatmenular. Bakteri frambusia tidak dapat menembus kulit
utuh, tetapi masuk melalui luka lecet, goresan atau luka infeksi kulit lainnya. Lesiframbusia yangsudah lama sudah tidak menular.

3. Masa Inkubasi dan Masa Penularan


Masa inkubasi frambusia antara 9-90 hari, rata-rata 21 hari. Masa penularan bervariasi dan dapat berlangsung lama. Lesi frambusia
muncul pada kulit penderita secara intermiten selama beberapa tahun. Pada lesi destruktif stadium akhir, bakteri frambusia sebagai
penyebab infeksi awal biasanya sudah tidak ditemukan.

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 1


FRAMBUSIA
4. Kekebalan
Tidak ada bukti adanya kekebalan alamiah.

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis frambusia terbagi dalam beberapa stadium perkembangan yang ditunjukkan dalam perubahan bentuk lesi.

Gambar 1. Sketsa Perkembangan Lesi

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 2


FRAMBUSIA
Stadium 1 (Stadium Primer)

Diawali dengan timbulnya papul pada tempat masuknya bakteri. Papul dalam bentuk nodul kecil berwarna kemerahan, tidak nyeri, kadang gatal
(Gambar 2). Papul timbul antara 9-90 hari (rata-rata 3 minggu) sejak terinfeksi bakteri frambusia. Papul berkembang menjadi papiloma
(Gambar 3). Permukaan papiloma menonjol atau bertangkai, basah (getah), mudah berdarah, kemerahan dan berbenjol-benjol kecil seperti
bunga kol atau rashberry. Getah mengandung banyak bakteri.

Lesi primer yang sering disebut mother yaws (Gambar 4), dapat tunggal atau banyak (multiple yaws). Getah dapatmengering diatas papulatau
papiloma membentuk keropeng atau krusta yang menutup papiloma. Lesi ini disebut krusta papilomata. 65%-85% lesi primer timbul pada
tungkai dan kaki, sebagian yang lain dapat juga timbul di muka.

Gambar 2. Papul Gambar 3. Papiloma

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 3


FRAMBUSIA
Gambar 4. mother yaws Gambar 5. Ulkus

Papul dan papiloma dapat pecah menjadi koreng (ulkus). Dasar koreng cukup dalam (sampai lapisan subkutaneus), berbenjol- benjol
seperti permukaan buah rashberry (granulasi) yang biasanya terkonsentrasi di tengah-tengah ulkus, dengan tepi ulkus keras. Lesi papul,
papiloma dan ulkus sedikit gatal tetapi tetap tidak terasa sakit (tidak mengeluh sakit ketika ditekan). Getah terus diproduksi, yang sebagian
akan mengering membentuk krusta yang menutup lesi.

Beberapa papul atau papiloma menjadi satu membentukgambaran dapat pecah membentuk ulkus (chancre of yaws, frambesioma). Satelit-
satelit papul juga bisa bermunculan disekitar ulkus.

Kadang-kadang pada stadium ini bisa terjadi demam atau sendi-sendi ngilu disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (lipat
ketiak, leher, lipat paha).

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 4


FRAMBUSIA
Setelah 3-6 bulan sejak timbulnya lesi, semua lesi dapat sembuh sendiri dengan sisa berupa atropi kulit (kulit menipis dan mengkilat),
hipopigmentasi (bercak keputihan seperti panu), atau seperti parut. Keadaan ini disebut stadium laten. Frambusia stadium laten dapat
berkembang dan masuk Stadium Sekunder).

Gambar 6. chancre of yaws, Gambar 7. sikatriks atrofi dengan


frambesioma hipopigmentasi sentral

Stadium 2 (Stadium Sekunder)

Lesi sekunder adalah munculnya kembali lesi baru karena adanya penyebaran bakteri ke dalam peredaran darah dan jaringan getah
bening. Lesi ini muncul setelah 2 tahun sejak lesi primer, terutama di muka, lengan, tungkai dan pantat, dengan bentuk lesi sama dengan
stadium primer. Pada stadium ini, getahbening mengalami peradangan, membesar dan sakit. Timbul rasa nyeri sendi (arthralgia) dan lesu yang
merupakan gejala tidak spesifik pada stadium sekunder.
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 5
FRAMBUSIA
Lesi dapat terjadi di telapak kaki. Permukaan kaki mengalami penebalan (hiperkeratosis), pecah-pecah (fisuri) dan nyeri sehingga penderita
berjalan dengan posisi aneh (terpaksa), ini disebut “crab yaws”. Lesi dapat juga mengenai tulang muka, rahang dan tungkai bagian bawah
berupa peradangan tulang (osteoperiostatis). Kelainan-kelainan yang terjadi dapat hilang dengan sendirinya dan sebagian penderita (10%)
masuk ke Stadium Tertier yang dapat berlangsung dalam periode waktu 5-10 tahun.

Gambar 8. Hyperkeratosis dan fisuri pada telapak kaki

Stadium 3 (Stadium Tersier)

Dalam tahap ini, tulang, sendi dan jaringan yang terserang frambusia dapat mengalami kerusakan (destruktif) menjadi cacat, dan dapat
terbentuk gumma, gangosa, gondou, juxta articular nodes dan hyperkeratosis pada telapak tangan dan telapak kaki. Gumma adalah benjolan
menahun,mengalami perlunakan, ulserasi, destruktif terhadap jaringan dibawahnya. Dapat timbul di kulit maupun tulang dan sendi.

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 6


FRAMBUSIA
Cacat ini mengakibatkan anak-anak tidak mau ke sekolah dan orang dewasa akan sulit mencari pekerjaan, frambusia dapat
mengakibatkan dampak sosial ekonomi dan masalah kemanusiaan.

Gambar 9. Cacat pada tulang, sendi dan jaringan yang terserang frambusia

Frambusia Laten (Latent yaws)


Stadium Laten merupakan fase tanpa gejala klinis, tetapi bakteri frambusia masih aktif dan hasil uji serologi positif . Stadium ini terjadi
ketika penderita dengan lesi frambusia dapat sembuh tanpa pengobatan.
Adanya Stadium Laten inilah yang akan menyulitkan upaya memutus mata rantai penularan frambusia, karena penderita akan terus
menjadi sumber penularan baru tanpa diketahui sumbernya. Bakteri frambusia dapat bertahan sampai 5 tahun dalam tubuh seseorang,
dan ditengah-tengah masyarakat, setiap terdapat satu kasus klinis frambusia, diperkirakan terdapat lebih dari 2
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 7
FRAMBUSIA
penderita yang berada pada Stadium Laten. Oleh karena itu, sejak suatu daerah dinyatakan tidak ditemukan kasus klinis frambusia setelah
dilaksanakan serangkaian upaya memutus rantai penularan frambusia, surveilans harus tetap waspada sampai waktu 3-5 tahun (Surveilans
Pasca Nol Kasus).

Secara garis besar, gejala klinik frambusia menurut stadium perjalanan penyakitnya dijelaskan pada tabel 1.

Tabel 1
Gejala Klinik Frambusia Menurut Stadium Perjalanan Penyakit
STADIUM 1 STADIUM 2 STADIUM 3
a. Papul : Lesi di kulit dalam bentuk sama - Gumma (benjolan yang mengalami
- Tunggal dengan Stadium I, tetapi tersebar di perlunakan dan merusak sehingga
(mother beberapa tempat, terutama muka, menjadi cacat)
yaws) lengan, tungkai dan pantat. - Gangosa (hidung keropos)
- Lebih dari 1 - Juxta articuiar nodes (benjolan pada
(multiple Lesi dapat terjadi pada tempat sendi) bisa menjadi bengkok,
yaws) khusus : Telapak tangan/ kelainan tulang seperti pedang
b. Papiloma telapak kaki: - Gondou: benjolan di tulang
c. Nodul - penebalan (hiperkeratotik) - Telapak tangan/ telapak kaki :
d. Ulkus - pecah-pecah (fisurasi) hiperkeratotik, fisurasi
e. Krusto - nyeri
papiloma
Lesi Stadium 1 ini kemudian menghilang,
tetapi bakteri masuk ke dalam peredaran
darah (sistemik) dan masuk Stadium 2
DINI LANJUT
Sangat menular Tidak/kurang menular
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA 8
6. Diagnosis Banding Frambusia
- Impetigo - Ulkus tropikum
- Plantar warts - Scabies
- Leprosy (kusta) - Psoriasis
- Moluscum contagiosum - TBC Kutis
- Ektima - Pioderma
- Coccidioidomycosis - Tinea
Versicolor

Ulkus tropikum Moluscum contagiosum

Gambar 10. Diagnosis Banding Frambusia

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 9


FRAMBUSIA
Impetigo Scabies TBC
Kutis

Coccidioidomycosis Ektima
Gambar 10. Diagnosis Banding Frambusia
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 10
FRAMBUSIA
Psoriasis Tinea
Versicolor

Pioderma

Kusta

Gambar 10. Diagnosis Banding Frambusia


BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 11
FRAMBUSIA
7. Klasifikasi Kasus Frambusia
Di lapangan, klasifikasi frambusia dibuat berdasarkan temuan klinis, epidemiologis, dan pengujian spesimen.
 Kasus frambusia suspek adalah seseorang yang menunjukkan satu atau lebih gejala/tanda klinis (> 2 minggu) sebagai
berikut :
o Papul atau papilloma
o Ulkus fambusia (terdapat krusta, dan tidak sakit)
o Makula papula
o Hiperkeratosis di tapak tangan atau tapak kaki (early)
o Perubahan pada tulang dan sendi (early)
 Kasus frambusia probable yang selanjutnya disebut kasus probable, adalah kasus suspek yang memiliki kontak erat
dengan kasus frambusia.
Secara teknis, kontak erat dengan kasus frambusia konfirmasi diartikan sebagai:
8. kontak lebih dari 20 jam per minggu
9. waktu kontak antara 9-90 hari sebelum munculnya lesi frambusia
 Kasus frambusia konfirmasi yang selanjutnya disebut kasus adalah kasus suspek atau kasus probable frambusia dengan
hasil positif pada uji serologi (Rapid Diagnostic Test/RDT). Jika hasil tes tersebut meragukan, dapat dilakukan tes Rapid Plasma
Reagen (RPR) atas rekomendasi pakar.
 Kasus suspek/probable RDT (-) yang kemudian disebut kasus RDT (-) adalah kasus suspek atau kasus probable dengan
hasil pengujian RDT negatif (-).
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 12
FRAMBUSIA
Secara skematis, penetapan diagnosis frambusia adalah sebagai berikut :

Gambar 11. Diagnosis Pemeriksaan Frambusia

8. Tatacara Penetapan Diagnosis Frambusia


Penetapan diagnosis dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :
a. Pemeriksaan klinik
Diagnosis klinis berdasarkan temuan lesi frambusia (lihat lampiran). Pemeriksaan dilakukan ditempat tertutup dengan
pencahayaan yang baik dan terang, dengan memperhatikan etika dimana pemeriksaan laki-laki danperempuan dilakukan terpisah.

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 13


FRAMBUSIA
Beberapa kondisi dibawah ini dapat memperkuat dugaan frambusia:
 Gejala klinis berupa lesi pada kulit/tulang sesuai dengan
 stadium perkembangan frambusiaFrambusia banyak terjadi pada anak berumur kurang dari 15 tahun
Lesi sering terdapat di tungkai, kaki, pergelangan kaki, walaupun bisa juga terjadi di lengan dan muka. Berdasarkan
pemeriksaan klinis dapat ditetapkan kasus suspek, probabel, atau bukan kasus frambusia. Kasus suspek dan probable perlu
dilakukan pengujian serologi (Rapid Diagnostic Test/RDT) untuk kepastian diagnosis.

b. Pemeriksaan penunjang
Setiap kasus suspek atau kasus probabel sebaiknya dilakukan pemeriksaan serologi dan/atau pengujian lain di laboratorium,
terutama kasus suspek di desa yang sudah lama tidak terdapat kasus konfirmasi. Ini penting, karena penyakit kulit lain
banyak yang serupa dengan lesi pada frambusia (lihat diagnosis banding).
Pemeriksaan serologis pada frambusia menggunakan cara pemeriksaan yang sama dengan pemeriksaan pada penyakit sifilis yaitu
dengan TPHA-RDT dan dievaluasi dengan RPR/VDRL. Pemeriksaan serologi dapat bermanfaat untuk mengkonfirmasi kasus
frambusia yang meragukan (suspek dan probabel) dan menemukan penderita-penderita dalam masa laten yang tidak
menunjukkan gejala klinis tetapi ternyata seropositif. Penderita seperti ini adalah sumber penularan frambusia tersembunyi.
Hingga saat ini belum ada pemeriksaan serologi spesifik untuk frambusia. Pemeriksaan serologi yang ada, biasanya digunakan
untuk pemeriksaan serologi sifilis, hasil pemeriksaan ini tidak bisa membedakan T.pallidum (sifilis) dan T.pertenue
(frambusia). Terdapat 2 metode pemeriksaan yang umumnya dilakukan, Rapid Treponemal Test dan Non Treponemal Test
(RPR atau VDRL).

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 14


FRAMBUSIA
Cara Penggunaan Rapid Treponemal Test (RDT)
Banyak RDT di pasaran dengan cara pemeriksaan berbeda, tetapi pada umumnya terdapat langkah :
1. Buka alat dari bungkusnya, letakkan ditempat datar, misal meja
2. Tuliskan terlebih dahulu pada alat : nomor dan nama orang yang diperiksa serta waktu kapan hasil dibaca. Misal darah dan
buffer diteteeskan pada jam 8.20, maka tuliskan pada alat jam 8.40 (tambahkan 20 menit yang merupajan batas waktu hasil
boleh dibaca terakhir
3. Teteskan sampel (darah, plasma,serum)ke dalam tempatnya (S). Volume darah tepat dan penetesan sekaligus satu tetes Pengambilan
darah sidik jari :
a. Sidik jari dibersihkan dan diberikan alkohol
b. Setelah kering, tusuk sidik jari dengan lanset
c. Sedikit ditekan agar darah keluar.
d. Setelah darah cukup, hisapkan darah kedalam mni-tabung sampai batas, jangan kurang dan jangan lebih Jangan
mengambil dan meneteskan darah sedikit-dikit, harus sekali ambil dan sekali tetesan.
4. Tambahkan cairan buffer ke dalam tempat tersebut (S). Volume tepat 4 tetes, karena dalam satu box RDT hanya tersedia buffer
terbatas.
5. Baca hasilnya sesuai waktu ditentukan (15-20 menit). Jangan dibaca lagi setelah 20 menit, karena hasilnya sudah tidak tepat.
Hasil dapat dilihat pada control line (C) dan test line (T)

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 15


FRAMBUSIA
Gambar 12. Pembacaan Pengujian RDT

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 16


FRAMBUSIA
BAB II
SURVEILANS
FRAMBUSIA

Surveilans Frambusia adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus-menerus terhadap data dan informasi tentang
kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah
kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan
efisien untuk melaksanakan program eradikasi frambusia.

Surveilans Frambusia merupakan titik kritis penyelenggaraan upaya eradikasi frambusia, terutama saat menentukan tidak ada lagi
penularan di suatu wilayah. Surveilans frambusia harus dilakukan di seluruh wilayah di Indonesia baik di wilayah bebas maupun di wilayah
endemis. Pada wilayah endemis, surveilans dilakukan sebelum dan setelah kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM). Skema
pelaksanaan kegiatan Surveilans Frambusia digambarkan pada Gambar 13.

Surveilans frambusia terdiri dari beberapa kegiatan pokok yang secara garis besar dijelaskan pada tabel 2.

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 17


FRAMBUSIA
Gambar 13. Skema Pelaksanaan Surveilans Frambusia

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 18


FRAMBUSIA
Tabel 2
Jenis Penyelenggaraan Surveilans dalam Upaya Eradikasi
Frambusia
Kab/ Kab/Kota Endemis (Tahap)
Jenis Surveilans
Kota Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Bebas

1. Penemuan Kasus Frambusia


a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, rumah sakit) + + + + +
b. Kegiatan Puskesmas Keliling + + + + +
c. Kegiatan Pemeriksaan Sekolah + + + + +
d. Kasus frambusia pada kegiatan POPM + + + +
2. Penetapan Endemisitas dan Risiko Penularan Frambusia
a. Kabupaten/Kota + +
b. Desa +
3. Monitoring dan Evaluasi POPM Frambusia + +
4. Survei Serologi + +
1.5.Penemuan,
Penetapanpengolahan,
Kab/Kotaanalisis dan pelaporan
Bebas Frambusiakasus frambusia (surveilans kasus frambusia
+ puskesmas dan rumah sakit). Sebagai +
upaya
mengetahui adanya kasus frambusia, maka dilakukan upaya penemuan kasus frambusia melalui berbagai kegiatan sebagai berikut:

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 19


FRAMBUSIA
a. Surveilans Berbasis Indikator
Kasus frambusia ditemukan melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya baik yang dilakukan secara aktif maupun pasif, antara lain:
1) Kasus frambusia yang berobat ke poliklinik Puskesmas
2) Kasus frambusia berdasarkan laporan Puskesmas Pembantu
3) Kasus frambusia yang ditemukan pada kegiatan Puskesmas Keliling
4) Kasus frambusia ditemukan dalam kegiatan pemeriksaan anak sekolah
5) Kasus frambusia ditemukan dalam kegiatan POPM
Kasus-kasus yang ditemukan tersebut direkam oleh petugas dimana kegiatan tersebut dilaksanakan dan datanya digabung
bersama kasus frambusia lainnya dalam Register Frambusia Puskesmas (Lampiran 2). Khusus untuk kasus frambusia yang
datang berobat ke Rumah Sakit, direkam dalam Register Frambusia Rumah Sakit.

b. Surveilans Berbasis Kejadian


Masyarakat yang telah mendapat kampanye eradikasi frambusia dapat berperan secara aktif menemukan dan melaporkan
adanya kasus-kasus frambusia yang berada di sekitar tempat tinggalnya.
Adanya laporan kasus frambusia oleh masyarakat atau berkembangnya rumor adanya kasus frambusia di tengah- tengah
masyarakat perlu dikonfirmasi kebenarannya. Adanya kasus frambusia berdasarkan laporan masyarakat ini, wajib direkam dan
datanya digabung bersama kasus frambusialainnya dalam Register Frambusia Puskesmas (Lampiran 2). Untuk mendorong
warga yang menderita frambusia untuk berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan, pos kesehatan desa
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 20
FRAMBUSIA
atau ke puskesmas keliling diperlukan kampanye frambusia kepada pemangku kepentingan, tokoh masyarakat, guru dan masyarakat
luas. Untuk memperoleh penyelenggaraan surveilans yang baik diperlukan penguatan kemampuan petugas, sarana pendukung dan
manajemen pendataan yang baik. Upaya-upaya penemuan kasus frambusia tersebut di atas dibahas pada bahasan tersendiri.

Secara teknis pelaksanaan surveilans kasus frambusia adalahmelaksanakan perekaman,pengolahan data frambusia, analisis dan pelaporan.
a. Perekaman dan Pengolahan Data Kasus Frambusia
Masing-masing sumber data kasus frambusia yang menemukan kasus frambusia akan merekam data frambusia sesuai format
masing-masing format di sumber data. Data kasus frambusia kemudian dipindahkan/digabung dalam daftar kasus frambusia dalam
hal ini adalah Register Frambusia Puskesmas (Lampiran 2).
Data dalam Register Frambusia inilah menjadi sumber data yang akan dianalisis dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan data nasional di Kementerian Kesehatan
Kasus-kasus frambusia yang ditemukan di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pos Kesehatan
Desa), ditemukan pada kegiatan Puskesmas Keliling, melalui kegiatan Pemeriksaan Sekolah, atau hasil kegiatan POPM dan
lain sebagainya, dipindahkanatau digabungke dalam Register Frambusia Puskesmas, sebagaidata individu.

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 21


FRAMBUSIA
Gambar 14. Penemuan, Pengolahan, dan Analisis Kasus Frambusia

b. Analisis
Data kasus frambusia yang telah dihimpun dalam Register Frambusia Puskesmas/Rumah Sakit dapat dilakukan analisis untuk
keperluan:
1) Pemetaan endemisitas dan risiko penularan frambusia serta merumuskan metode POPM frambusia di setiap desa
2) Monitoring dan evaluasi dampak POPM frambusia, baik penemuan maupun POPM frambusia
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 22
FRAMBUSIA
3) Penetapan bebas frambusia suatu kabupaten/kota
Bentuk analisis dapat dipelajari pada bahasan terkait.

c. Pelaporan (laporan Bulanan Register Frambusia dan


SP2TP)
1) Format Laporan
Puskesmas menghimpun data kasus frambusia Puskesmas dan dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota dalam
Format Laporan BulananFrambusia Puskesmas/Rumah Sakit (Lampiran 1) dan Format Register Frambusia Puskesmas/Rumah
Sakit (Lampiran 2) dengan lampirannya. Lampiran Laporan Bulanan dan Register Frambusia Puskesmas antara lain:
a) Distribusi Kasus Frambusia Menurut Desa di Puskesmas (Lampiran 3)
b) Monitor Kegiatan Puskesmas Keliling dalam 12 Bulan Terakhir oleh Puskesmas (Lampiran 4)
c) MonitorKegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah dalam 12 Bulan Terakhir oleh Puskesmas (Lampiran 5) Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota menghimpun kasus-kasus frambusia dari semua Laporan Bulanan Frambusia Puskesmas/Rumah
Sakit dan Register Frambusia Puskesmas/Rumah sakit tersebut kemudian dilaporkan ke
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan dalam format Laporan Bulanan Frambusia Kabupaten/ Kota
(Lampiran 6) dan Register Frambusia Kabupaten/Kota (Lampiran 7) beserta lampirannya. Lampiran Laporan Bulanan
Frambusia Kabupaten/Kota dan Register Frambusia Kabupaten/Kota antara lain:
a) Distribusi Kasus Frambusia Menurut Puskesmas (Lampiran 8)
b) Monitor Puskesmas Keliling Dalam 12 Bulan Terakhir oleh Kabupaten/Kota, khusus Kabupaten/Kota Endemis
Frambusia (Lampiran 9)
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 23
FRAMBUSIA
c) Monitor Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah dalam 12 Bulan Terakhir oleh Kabupaten/Kota, khusus
Kabupaten/Kota Endemis Frambusia (Lampiran 10)
Laporan Bulanan Frambusia Puskesmas dan Register Frambusia Puskesmas menjadi sumber data laporan bulanan frambusia dalam
SP2TP.
Laporan Bulanan Frambusia Kabupaten/Kota dan Register Frambusia Kabupaten/Kota dihimpun oleh dinas kesehatan provinsi
dan dilaporkan ke Kementerian Kesehatan dalam format Laporan BulananFrambusia Provinsi (Lampiran 11).
2) Pengiriman Laporan
a) Laporan Bulanan Frambusia Puskesmas/Rumah Sakit dan Register Frambusia Puskesmas/Rumah Sakit serta lampirannya
dikirim oleh Puskesmas/Rumah Sakitsetiap awal bulan berikutnya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
b) Laporan Bulanan Frambusia Kabupaten/Kota dan Register Frambusia Kabupaten/Kota serta lampirannya dikirim oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setiap awal bulan berikutnya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan
dalam bentuk file Excell (laporan ke Kementerian Kesehatan dengan alamat email bebasframbusia@ yahoo.com). Alur
Laporan Bulanan Frambusia dan Register Frambusia dapat dilihat pada gambar 15.
c) Ada atau tidak ada kasus pada setiap bulan, baik di Kabupaten/Kota Endemis Frambusia maupun Kabupaten/Kota Bebas
Frambusia, Laporan Bulanan Frambusia dan Register Frambusia tetap dibuat dan dilaporkan setiap bulan. Kelengkapan dan
ketepatan laporan setiap Puskesmas/RS merupakan indikator kinerja surveilans utama (zero reporting) – lihat Indikator
Kinerja Surveilans

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 24


FRAMBUSIA
d) Analisis Absensi Laporan Bulanan dan Register Frambusia

Kelengkapan laporan Laporan Bulanan Register Frambusia wajib dimonitor di setiap tingkatan pelaporan.
Tanda “X” pada laporan Distribusi Kasus Frambusia Menurut Puskesmas bulan tertentu, menunjukkan Puskesmas belum membuat
laporan. Kelengkapan laporan Register Frambusia Puskesmas dan Rumah Sakit di monitor dari banyaknya jumlah tanda “X”
tersebut (Lampiran 8)

Gambar 15. Alur Laporan Bulanan dan Register Frambusia Frambusia

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 25


FRAMBUSIA
2. Upayapenemuan dini semua kasus frambusia (kasus suspek yang terkonfirmasi) Upaya
penemuan kasus frambusia berbasis indikator terdiri atas:
a. Upayapenemuan kasus frambusia melalui kegiatan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayananKesehatan(Puskesmas, Rumah Sakit)
Fasilitas pelayanan kesehatan dimaksud adalah fasilitas pelayanan kesehatan statis yang biasanya diselenggarakan di poliklinik
Puskesmas, PuskesmasPembantudan pos-pos pelayanan kesehatan di desa. Fasilitas pelayanan kesehatan seperti ini merupakan salah
satu tempat menemukan, memeriksa, mendiagnosis, dan mengobati kasus-kasus frambusia yang berobat setiap hari. Sebaliknya,
tidak adanya kasus frambusia berobat di semua fasilitas pelayanan kesehatan, dapat menjadi salah satu indikasi bahwa
penularan frambusia di wilayah tersebut telah dapat dihentikan.
Sebagaimana dibahas sebelumnya, data kasus frambusia yang ditemukan pada kegiatan di fasilitas pelayanan kesehatan ini
merupakan salah satu sumber data Register Frambusia Puskesmas.
Langkah-langkah kegiatan:
1) Kampanye frambusia kepada masyarakat luas agar melaporkan dan berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan, terutama
pada Kepala Desa, Kader, tokoh masyarakat, dan guru.
2) Meningkatkan kemampuan petugas di pelayanan kesehatan dalam menemukan, memeriksa, mendiagnosa dan mengobati
penderita frambusia (lihat Upaya Penguatan Kinerja Surveilans Frambusia).
3) Menyiapkan kebutuhan obat, sarana pemeriksaan, kartu pasien (standar pelayanan) dan Register Frambusia.
4) Melaksanakan kegiatan pelayanan dan pengobatan kasus-kasus frambusia yang datang berobat sesuai jadwal pelayanan
kesehatan. Kegiatan ini dilaksanakan secara terus menerus sedemikian rupa sehingga tidak ada satupun kasus frambusia
terlewatkan.

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 26


FRAMBUSIA
5) Kasus Suspek, Kasus Probable dan Kasus Konfirmasi direkam dalam Register Frambusiamasing-masingpelayanan kesehatan.
6) Menggabungkan data kasus frambusia yang diperoleh di setiap fasilitas pelayanan kesehatan (direkam dalam Regiter
Frambusia di Fasilitas Pelayanan Kesehatan) ke dalam Register Frambusia Puskesmas/Rumah Sakit (lihat pada bahasan
Penemuan, Pengolahan dan Analisis Data Kasus Frambusia Puskesmas dan Rumah Sakit).
7) Setiap temuan Kasus Konfirmasi segera diikuti POPM.

b. Upaya penemuan kasus frambusia melalui kegiatan Puskesmas Keliling


Puskesmas Keliling merupakan salah satu kegiatan Puskesmas dalam upaya memperluas jangkauan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Pada Kabupaten/Kota Endemis Frambusia perlu melakukan intensifikasi kegiatan Puskesmas Keliling, baik
frekuensi kegiatannya, maupun sasaran desa terpencil, desa berisiko penularan dan desa dengan perilaku masyarakat berisiko
penularan frambusia.
Prioritas desa/dusun sasaran
Setiap desa wajibdikunjungi dalam rangka pelaksanaan kegiatan Puskesmas Keliling, kecuali yang dekat dengan fasilitas pelayanan
kesehatan, tetapi beberapa desa prioritas perlu mendapatkan kunjungan Puskesmas Keliling lebih sering. Desa prioritas antara
lain:
1) Desa yang ditemukan kasus frambusia (probable/konfirmasi) dalam setahun terakhir dan desa-desa sekitarnya (wajib
dikunjungi setiap bulan).
2) Desa dan atau dusun terisolir (warga jarang berobat ke Puskesmas).

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 27


FRAMBUSIA
3) Desa yang menurut tim eradikasi frambusia Puskesmas berisiko penularan frambusia berdasarkan kondisi lingkungan
pemukiman.
4) Desa-desa yang jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan kegiatan Puskesmas Keliling dapat menjadi sumber penularan
frambusia tanpa diketahui.
Langkah-langkah kegiatan:
5) Kampanye frambusia kepada masyarakat luas, khususnya di desa-desa yang akan dilaksanakan kegiatan Puskesmas
keliling, agar anggota masyarakat melaporkan dan atau berobat pada saat di desanya dilaksanakan kegiatan Puskesmas
Keliling. Sasaran kampanye frambusia di Kabupaten/Kota antara lain Kepala Desa, Kader, tokoh masyarakat, dan guru
sekolah.
6) Meningkatkan kemampuan petugas pelaksana Puskesmas Keliling dalam menemukan, memeriksa, mendiagnosa dan
mengobati penderita frambusia (lihat bahasan tentang Upaya Penguatan Kinerja Surveilans Frambusia).
7) Menyiapkan kebutuhan obat, sarana pemeriksaan, kartu pasien (standar pelayanan) dan Register Frambusia (isikan kolom
Tempat Pelayanan dengan Puskesmas Keliling Desa tempat kegiatan dilaksanakan).
8) Melaksanakan review distribusi kasus frambusia setahun terakhir menurut desa untuk menentukan desa-desa atau
dusun-dusun berisiko penularan frambusia (lihat bahasan Prioritas Desa/Dusun Sasaran Puskesmas Keliling).
5) Menyusun rencana kerja Puskesmas Keliling satu bulan kedepan dalam upaya menemukan secara dini kasus frambusia
di masyarakat.
6) Melaksanakan kegiatan Puskesmas Keliling sesuai jadwal.
 Setiap kasus frambusia yang ditemukandirekam dalam Register Berobat pada Kegiatan Puskesmas Keliling (Lampiran
12)
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 28
FRAMBUSIA
 Kader/relawan yang menemukan kasus frambusia, dapat dirujuk saat kegiatan Puskesmas Keliling ini.
7) Setiap awal bulan berikutnya, hasil kegiatan Puskesmas Keliling dihimpun dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Analisis
1) Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan analisis atau monitor Puskesmas Keliling setiap bulan.
2) Model analisis dimaksud yang dapat dilaksanakan Puskesmas adalah membuat tabel analisis Monitor Puskesmas Keliling
dalam 12 Bulan Terakhir oleh Puskesmas (Lampiran 4).
3) Model analisis dimaksud yang dapat dilaksanakan Dinas Kesehatan adalah membuat tabel analisis Monitor Puskesmas
Keliling dalam 12 Bulan Terakhir oleh Kabupaten/Kota (Lampiran 9).
4) Desa yang tidak ada kegiatan Puskesmas Keliling pada bulan tertentu bertanda “x” (silang).
5) Setiap Desa wajib dilaksanakan kegiatan Puskesmas Keliling selambat-lambatnya 3 bulan sekali, tetapi Desa terdapat
kasus frambusia dalam setahun terakhir, sebaiknya dilaksanakan kegiatan Puskesmas Keliling setiap bulan, agar upaya
menghentikan penularan frambusia efektif.
6) Jumlah datakorengper aktivitas Puskesmas Keliling menunjukkan tingginya minat masyarakatberobat di Puskesmas Keliling
dan menunjukkan tingkat kepekaan upaya penemuan kasus frambusia di desa tersebut.
Pelaporan
1) Puskesmas melaporkan data Monitor Puskesmas Keliling Dalam 12 Bulan Terakhir oleh Puskesmas (Lampiran 4) ke
Dinas Kesehatan kabupaten/Kota setiap bulan, sebagai lampiran Laporan Bulanan Frambusia Puskesmas dan

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 29


FRAMBUSIA
Register Frambusia Puskesmas.
2) Dinas Kesehatan membuat dan melaporkan Monitor Puskesmas Keliling dalam 12 Bulan Terakhir oleh Kabupaten/ Kota
(Lampiran 9) ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan setiap bulan (file Excell), sebagai lampiran
Laporan Bulanan Frambusia Kabupaten/Kota dan Register Frambusia Kabupaten/Kota.

c. Upaya penemuan kasus frambusia melalui kegiatan pemeriksaan frambusia di Sekolah


Risiko penularan frambusia tertinggi pada usia sekolah, terutama ada anak sekolah dasar (9-12 tahun atau kelas 4, 5, dan 6
Sekolah Dasar). Oleh karena itu, pemeriksaan anak sekolah di Kabupaten Endemis Frambusia merupakan kegiatan penting dalam
upaya menemukan kasus frambusia dan mengidentifikasi adanya penularan frambusia di Desa tempat tinggal penderita.
Pada intinya, kegiatan ini adalah melakukan pemeriksaan badan terhadap murid, guru dan semua petugas sekolah untuk
mengetahui adanya koreng dan lesi frambusia. Jika didiagnosis sebagai kasus segera mendapatpengobatan agar sembuh dan tidak
menjadi sumber penularan serta dilakukan POPM.
Langkah-langkah kampanye frambusia di sekolah:
1) Meningkatkan kemampuan petugas pelaksana Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah.
2) Menyiapkan kebutuhan obat, sarana pemeriksaan, dan Register Frambusia.
3) Menyusun rencana kerja Pemeriksaan Frambusia di Sekolah satu bulan kedepan.
4) Melaksanakan kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah sesuai jadwal.

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 30


FRAMBUSIA
Tatalaksana Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah:
1) Pemberitahuan kepada sekolah tentang rencana pemeriksaan dan pengobatan frambusia di sekolah dengan Surat Kepala
Puskesmas kepada Kepala Sekolah bersangkutan.
2) Kepala sekolah bersangkutan menginformasikan kepada orang tua murid tentang adanya pemeriksaan dan pengobatan
frambusia.
3) Petugas membawa Surat Tugas
4) Petugas membawa peralatan yang diperlukan.
Satu paket alat terdiri atas:
o Alat pemeriksaan serologi.
o Obat.
o Kain untuk membuat kamar pemeriksaan.
o Sarana perekaman data terdiri atas 2 formulir : Register Pemeriksaan Frambusia di Sekolah (Lampiran 13) dan
Register Frambusia (Lampiran 2)
Jika diperlukan, siapkan satu paket Surat Keterangan Anak Sekolah Mendapat Pengobatan.
5) Di sekolah, petugas dan guru menyiapkan satu kamar pemeriksaan.
6) Apabila jumlah murid cukup banyak, maka diperlukan beberapa orang petugas dan kamar pemeriksaan sesuai kondisi
setiap wilayah. Perhitungan kebutuhan satu tim adalah sebagai berikut:
o 2 petugas: petugas pemeriksa (dokter/perawat/bidan) dan petugas yang mencatat.
o Setiap pemeriksaan anak murid membutuhkan waktu 3 - 5 menit, sehingga satu kelas (30 murid)
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 31
FRAMBUSIA
membutuhkan 2 tim pemeriksa, agar pemeriksaan satu kelas selesai dalam waktu 60 menit, sehingga tidak
mengganggu jam belajar anak murid.
7) Sebelum pemeriksaan,Petugas Puskesmas dan atau bersama guru kelas mencatat daftar nama murid di kelas yang akan
diperiksa ke dalam Register Pemeriksaan Frambusia di Sekolah (Lampiran 13).
8) Petugas menjelaskan tentang frambusia dan proses kegiatan pemeriksaan serta pengobatannya kepada guru dan murid
masing-masing kelas.
9) Pemeriksaan terhadap murid dilaksanakan satu demi satu anak murid, tidak boleh bersamaan. Pemeriksaan antara murid
laki-laki dan perempuan terpisah.
10) Petugas mencermati adanya koreng dan lesi dengan tata cara pemeriksaan sebagai berikut: o
Pemeriksaan dari depan : dimulai dari muka sampai kaki
o Pemeriksaan dari belakang: mulai dari kepala bagian belakang sampai dengan tumit dan
telapak kaki.
o Apabila terdapat koreng atau lesi diduga frambusia(suspek) maka : berilah tanda pada kolom status sebagai “kasus”
dan ambillah formulir Register Frambusia (Lampiran 2).
o Isikan hasil pemeriksaan dalam Register Frambusia. Data kasus ke dalam Register Frambusia dalam kolom- kolom
yang sesuai. Apabila terdapat koreng, isikan temuan tersebut pada kolom yang sesuai. Apabila terdapat lesi yang
diduga lesi frambusia, maka :
 Isikan data kasus pada kolom yang sesuai terkait status frambusia (lokasi lesi, dsb)
 Kasus suspek diperiksa dengan pemeriksaan serologi (RDT). (lihat tatacara pemeriksaan RDT pada
bahasan Survei Serologi)
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 32
FRAMBUSIA
 Apabila hasil pemeriksaan tidak menemukan lesi berikan tanda (-), jika ditemukan lesi berikan tanda (+),
jika tidak diperiksa berikan tanda (o). Hasil pemeriksaan murid dipisah antar kelas
 Apabila ditemukan anak murid lesi (+) dan hasil pemeriksaan serologi (+), diberikan pengobatan standar (lihat
Pengobatan Frambusia). Jangan lupaberikanSurat Keterangan Mendapat Pengobatan kepada murid
bersangkutan untuk disampaikan pada orang tua.
11) Perekaman Data sebagai berikut :
o Setiap Pemeriksaan Frambusia di Sekolah dibuat laporan dalam bentuk Register Pemeriksaan Frambusia di
Sekolah (Lampiran 13).
o Puskesmas menghimpun Register Pemeriksaan Frambusia di Sekolah dalam Kompilasi Pemeriksaan
Frambusia di Sekolah oleh Puskesmas setiap akhir bulan.
o Berdasarkan data Kompilasi Pemeriksaan Frambusia di Sekolah, Puskesmas tersebut dibuat tabel analisis Monitor
Pemeriksaan Frambusia di Sekolah Dalam 12 Bulan Terakhir oleh Puskesmas (Lampiran 5). Sekolah yang tidak
terlaksana kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah pada bulan tertentu diberikan tanda “X” pada data kasus
koreng direkam.
o Berdasarkan data Monitor Pemeriksaan Frambusia di Sekolah oleh Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
juga membuat analisis Monitor Pemeriksaan Frambusia di Sekolah Dalam 12 Bulan Terakhir oleh Kabupaten/Kota
(Lampiran 10).
o Data kasus frambusia yang ditemukan saatkegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah direkam/digabung dalam
Register Frambusia Puskesmas.
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 33
FRAMBUSIA
12) Pada anak murid positif kasus konfirmasi, harus diikuti dengan POPM baik pada kontak di sekolah, kontak sepermainan
dan kontak serumah untuk mengidetifikasi kemungkinan adanya penularan di Desa tempat tinggal anak sekolah.
Pelaporan
Setiap akhir kegiatan, hasil kegiatan pemeriksaan frambusia di sekolah dihimpun dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sebagai berikut:
1) Puskesmas melaporkan Monitor Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah Dalam 12 Bulan Terakhir oleh Puskesmas
(Lampiran 5) ke Dinas Kesehatan kabupaten/Kota setiap bulan, sebagai lampiran Laporan Bulanan Frambusia Puskesmas
dan Register Frambusia Puskesmas.
2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat dan melaporkan Monitor Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah oleh
Kabupaten/Kota (Lampiran 10) kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan setiap bulan sebagailampiran
LaporanBulananFrambusia Kabupaten/Kota(Lampiran 6) dan Register Frambusia Kabupaten/ Kota (Lampiran 7).
3) Kasus frambusia yang tercatat dalam Register Pemeriksaan Frambusia di Sekolah (Lampiran 13) setiap bulan digabung
dalam Laporan Bulanan Frambusia Puskesmas (Lampiran 1) dan Register Frambusia Puskesmas (Lampiran 2).\
Analisis
1) Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan analisis atau monitor Pemeriksaan Frambusia di Sekolah
setiap bulan dan terhadap masing-masing sekolah.

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 34


FRAMBUSIA
2) Model analisis dimaksud yang dapat dilaksanakan di Puskesmas adalah membuat tabel Kompilasi Pemeriksaan Frambusia
di Sekolah dan tabel Monitor Pemeriksaan Frambusia di Sekolah Dalam 12 Bulan Terakhir oleh Puskesmas.
3) Jumlah data koreng per aktivitas Pemeriksaan Sekolah menunjukkan tingginya minat anak sekolah diperiksa dan
menunjukkan tingkat kepekaan penemuan kasus frambusia di sekolah tersebut.
Indikator
4) Proporsi Sekolah SD melaksanakan kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah 100% per tahun.
5) Proporsi Anak Murid kelas 3, 4, dan 5 diperiksa minimal 80 % dari total murid terdaftar di setiap sekolah yang
dilaksanakan kegiatan.

d. Upaya penemuan kasus frambusia pada kegiatan POPM

Desa-desa berisiko penularan frambusia perlu dilaksanakan POPM. POPM dilaksanakan serentak dalam satu wilayah
Kabupaten/Kota Endemis Frambusia. Pada saat dilaksanakan kegiatan POPM juga diidentifikasi adanya kasus frambusia diantara
penduduk yang mendapat obat. Kasus-kasus dimaksud direkam dalam Daftar Frambusia Pada Saat Kegiatan POPM (lihat di
Petunjuk Teknis POPM Frambusia).
Data kasus frambusia yang diperoleh pada saat kegiatan POPM ini juga digabung ke dalam Register Frambusia Puskesmas
(Lampiran 2). Perekaman data kasus frambusia yang diperoleh pada kegiatan POPM harus menghindari kemungkinan duplikasi
data.

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 35


FRAMBUSIA
3. Penetapan endemisitas dan risiko penularan frambusia
a. Penetapan endemisitas frambusia kabupaten/kota
Tingkat endemisitas frambusia Kabupaten/Kota dibagi dalam 2 wilayah yaitu kabupaten/kota endemis frambusia dan
kabupaten/kota bebas frambusia. Kabupaten/kota endemis frambusia adalah kabupaten/Kota yang mempunyai riwayat semua jenis
kasus frambusia antara tahun 2010 – 2014 atau ditemukankasus frambusia konfirmasi. Sedangkan Suatu kabupaten disebut sebagai
kabupaten bebas frambusia apabila dapat membuktikan tidak memiliki kasus frambusia konfirmasi selama 6 bulan berturut-
turut berdasarkan surveilans penyakit frambusia.
Seluruh kabupaten/kota, baik yang telah ditetapkan sebagai kabupaten/kota endemis frambusia maupun bebas frambusia harus
melaksanakan surveilans frambusia. Berdasarkan hasil dari surveilans tersebut, status endemisitas suatu kabupaten/kota dapat
berubah. Kabupaten/kota endemis frambusia dapat berubah menjadi kabupaten/kota bebas frambusia apabila memenuhi seluruh
kriteria berikut:
1) Telah melaksanakan POPM Frambusia di semua desa sesuai status endemisitasnya, sampai rantai penularan berhenti.
2) Telah melaksanakan kegiatan intensifikasi penemuan kasus frambusia di desa-desa endemis baik sebelum dan setelah
pelaksanaan POPM (surveilans kasus frambusia).
3) Telah melaksanakan survei serologi frambusia pada anak 1-5 tahun di seluruh wilayah Kabupaten/Kota tersebut.
4) Terbukti tidak ditemukan adanya kasus baru frambusia berdasarkan surveilans kasus frambusia berkualitas tinggi dan
hasil Survei Serologi setiap tahun selama minimal 3 tahun berturut-turut.
Kabupaten/kota bebas frambusia dapat berubah menjadi kabupaten/kota endemis frambusia apabila ditemukan

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 36


FRAMBUSIA
kasus frambusia konfirmasi baru dan penanggulangan gagal menghentikan penularan. Gagal melaksanakan upaya
penanggulangan adalah masih ditemukannya kasus frambusia lebih dari 6 bulan sejak kasus pertama (kasus indeks) ditemukan
berdasarkan surveilans kasus frambusia berkinerja baik.
Surveilans kasus frambusia berkinerja baik adalahmelakukan kegiatan penemuan kasus frambusia lebih intensif, sebagai berikut:
1) Melakukan kampanye frambusia bagi semua petugas pelayanan kesehatan, terutama di Puskesmas, Rumah Sakit, dokter
dan bidan praktek.
2) Meningkatkan upaya penemuan kasus frambusia di fasilitas pelayanan kesehatan (basis indikator) dan laporan
masyarakat (basis kejadian).
3) Membuat Laporan Bulanan Frambusia dan Register Frambusia. Apabila tidak ditemukan kasus frambusia, Puskesmas
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tetap membuat laporan (zero reporting).
b. Penetapan endemisitas dan risiko penularan di desa
Setiap kabupaten/kota menetapkan endemisitas desa yaitu desa endemis frambusia dan desa non endemis frambusia. Suatu
desa menjadi desa endemis frambusia apabila memenuhi kriteria:
1) Desa dengan sekurang-kurangnya 1 (satu) kasus frambusia konfirmasi dalam setahun terakhir, dan/atau
2) Desa yang jauh dari fasilitas pelayanan rutin, dan tidak pernah ada kegiatan puskesmas keliling/kunjungan rumah selama
12 bulan terakhir, dan/atau
3) Desa yang dikelilingi oleh desa endemis
Sedangkan desa non endemis frambusia bila tidak terdapat kasus frambusia di daerah tersebut.

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 37


FRAMBUSIA
Langkah – Langkah Penetapan Endemis Desa di Puskesmas
1) Pastikan bahwa setiap desa dalam wilayah Puskesmas telah melaksanakan penyuluhan, penyiapan kader atau
relawan, dan telah melaksanakan kegiatan Puskesmas Keliling di semua desa serta Pemeriksaan Frambusia di Sekolah-
Sekolah.
2) Puskesmas telah membuat Laporan Bulanan Frambusia dan Register Frambusia, setidak-tidaknya dalam 3 bulan kegiatan
(penyuluhan, kader dan penemuan kasus melalui Puskesmas Keliling telah terlaksana dengan baik).
3) Siapkan Daftar Desa dan Peta Menurut Desa Setiap Puskesmas
4) Siapkan daftar kasus frambusia (Register Frambusia di Puskesmas dan Rumah Sakit).
5) Hitunglah (melidi) jumlah kasus frambusia (probable/konfirmasi) setiap desa dan catat hasilnya dalam Tabel Distribusi Kasus
Frambusia Menurut Desa di Setiap Puskesmas.
6) Berdasarkan jumlah kasus per desa per tahun dan adanya kasus dalam 6 bulan terakhir dapat ditetapkan desa endemis
frambusia.
7) Pindahkan data desa dari Tabel Distribusi Kasus Frambusia Menurut DesaKe Peta Wilayah untuk dapat menetapkan wilayah
yang akan dilakukan POPM Frambusia.
8) Penetapan wilayah dan pelaksanaan POPM Frambusia dilakukan oleh Puskesmasdan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setiap
bulan, atauselambat-lambatnya setiap 6 bulan sekali, sesuai kondisi masing-masing daerah, agar upaya eradikasi frambusia di
kabupaten/kota tersebut segera dapat dicapai.

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 38


FRAMBUSIA
4. Monitoring dan evaluasi kegiatan POPM Frambusia
Kabupaten/Kota Endemis Frambusia melaksanakan upaya menghentikan penularan frambusia dengan melaksanakan kegiatan POPM
Frambusia. Setiap Kabupaten/Kota, terutama setelah melaksanakan POPM Frambusia, selalu diikuti dengan surveilans kasus frambusia
bersumber terhadap data kasus frambusia yang direkam dalam Register Frambusia Puskesmas:
1) Diharapkan setiap kasus frambusia yang terjadi pasca POPM Frambusia dapat terdeteksi dan diikuti dengan surveilans kasus.
2) Jumlah kasus per bulan pasca POPM menunjukkan efektifitas upaya menghentikan penularan frambusia dengan cara POPM
frambusia tersebut.
3) Dengan kombinasi kegiatan surveilans dan POPM frambusia, diharapkan risiko penularan semakin kecil dan diharapkan dalam
waktu paling lama 6 bulan sejak upaya ini dilakukan, tidak lagi ditemukan kasus frambusia di semua desa
4) Apabila kasus frambusia tidak ditemukan lagi selama lebih dari satu tahun, maka Survei Serologi di Kabupaten/Kota
tersebut dapat dimulai.
Disamping melakukan monitor dan evaluasi berdasarkan perkembangan kasus frambusia dari waktuke waktu, monitor dan evaluasi dapat
dilakukan dengan menyajikan distribusi kasus frambusia dalam Peta Spot kasus frambusia secara serial dari bulan ke bulan. Analisis
Sebaran Kasus Frambusia menurut desa, dapat mengetahui lokasi desa dan jumlah kasus yang ditemukan, sehingga kegiatan POPM
dapat segera dilakukan.

5 Survei serologi
Survei serologi adalah melakukan identifikasi adanya orang-orang terinfeksi frambusia diantara populasi anak 1-5 tahun di wilayah
Kabupaten/Kota tertentu yang dilaksanakan setelah wilayah tersebut tidak ditemukan kasus frambusia. Sasaran survei

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 39


FRAMBUSIA
serologi adalah Kabupaten/Kota Endemis Frambusia yang telah melaksanakan kegiatan POPM dan berhasil menghentikan penularan
frambusia. Bukti telah tidak ada lagi penularan frambusia adalah dengan tidak ditemukannya kasus frambusia baru selama lebih satu
tahun berdasarkan surveilans frambusia berkualitas.

6. Penetapan kabupaten/kota bebas frambusia


Sertifikat Kabupaten/Kota Bebas Frambusia adalah kabupaten/kota yang telah terbukti tidak ditemukannya kasus frambusia baru
berdasarkan surveilans berkinerja baik. Tatacara penetapannya dibedakan antara Kabupaten/Kota Endemis Frambusia dan
Kabupaten/Kota Bebas Frambusia.
Kriteria Kabupaten/Kota Bebas Frambusia Mendapat Sertifikat Bebas Frambusia:
a. Surveilans berkinerja baik
b. Tidak ditemukan kasus konfirmasi baru selama minimal 6 bulan berturut-turut Kriteria
Kabupaten/Kota Endemis Frambusia Mendapat Bebas Frambusia
a. Upaya POPM frambusia yang berkualitas (indikator)
b. Surveilans berkinerja baik (indikator)
c. Survei serologi
d. Tidak ditemukan kasus konfirmasi baru selama minimal 3 tahun berturut-turut

7. Indikator Kinerja Surveilans


a. Indikator:
1) Kelengkapan Laporan Bulanan Register Frambusia di Puskesmas dan RS
(90 % Puskesmas per Kabupaten/Kota
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 40
FRAMBUSIA
2) Puskesmas keliling < 3 bulan per Desa (100%) (kabupaten endemis)
3) Pemeriksaan sekolah < 1 tahun (100%) (kabupaten endemis)
4) Tingginya Kasus Koreng ditemukan
5) Tingginya Kasus Frambusia RDT negatif (suspek dengan RDT negatif), terutama dalam rangka penegakan diagnosis
frambusia di Puskesmas
b. Target:
1) Minimal 90% anak SD diperiksa
2) Ditemukan korengan sebesar 10% dari yang diperiksa

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 41


FRAMBUSIA
BAB III
PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN MASSAL

Pemberian obat pencegahan massal total penduduk atau disebut POPM total penduduk adalah memberikan obat pencegahan kepada semua
penduduk di desa endemis secara serentak (total penduduk) diikuti dengan intensifikasi surveilans serta POPM kasus dan kontak agar mata
rantai penularan frambusia dapat dihentikan di seluruh wilayahKabupaten/Kota. Pelaksanaan POPM bertujuan untuk menghentikan penularan
frambusia di seluruh wilayah Kabupaten/Kota secara cepat dan efisien.

POPM total penduduk adalah upaya khusus untuk mempercepat penghentian penularan frambusia di kabupaten/kota yang memiliki desa
endemis frambusia. Metode yang diterapkan adalah:
a. POPM total penduduk (menggunakan azitromisin) pada desa endemis frambusia secara serentak.
b. Intensifikasi surveilans kasus frambusia pasca POPM total penduduk di semua desa, baik desa endemis maupun desa lainnya.
c. Setiap kasus frambusia yang ditemukan di daerah yang telah melaksanakan POPM total penduduk segera dilakukan POPM kasus dan
kontak

Sasaran POPM total penduduk adalah semua penduduk di desa endemis, kecuali yang ditunda pengobatannya.Sasaran pemberian obat pada
kasus yang ditemukan setelah dilakukan POPM total penduduk adalah kasus dan semua kontak erat, kecuali yang ditunda pengobatannya.
Penduduk yang tidak diberi/ditunda pengobatannya adalah penduduk berusia 2 tahun atau kurang, atau lebih dari 69 tahun, wanita hamil,
warga sakit berat, atau alergi obat tertentu. Obat yang diberikan adalah tablet azitromisin dosis
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 42
FRAMBUSIA
tunggal (sekali minum) sebanyak 30 mg/kg berat badan atau sesuai golongan umur. Obat harus diminum di depan petugas (Lihat pada
bahasan obat). Kegiatan pada POPM :
a. Penetapan endemisitas setiap desa sekaligus penetapan metode POPM yang diterapkan pada masing-masing desa
b. Penyiapan tingkat kabupaten, mulai dari logistik, SDM, dan distribusi petunjuk teknis.
c. Penyiapan desa, khususnya desa endemis yang akan melaksanakan POPM total penduduk.
d. Pelaksanaan POPM Frambusia di desa-desa endemis.
e. Penyiapan dan pengelolaan Kejadian Ikutan Pemberian Obat Pencegahan Massal.
f. Surveilans Pasca POPM Frambusia
g. POPM Kasus dan Kontak
h. Review pada minggu ke-4 ke-8 pasca pelaksanaan POPM frambusia.
i. Pencatatan dan Pelaporan

Pada pelaksanaan di lapangan, pemberian obat Azitromisin dijelaskan pada tabel 3. Kasus < 2 tahun dan >69 tahun, wanita hamil, warga
sakit berat, atau alergi obat azitromisin, pengobatannya konsultasikan ke dokter.

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 43


FRAMBUSIA
Tabel 3
Jenis dan Dosis Obat Frambusia

Umur
Nama Obat Dosis Cara Lama Pemberian
(tahu
Pemberian
n)
Azitromisin 2-5 th 500 Oral Dosis tunggal
tablet mg 1x
sehari
6–9 th 1000 Oral Dosis tunggal
mg 1x
sehari
10-15 th 1500 Oral Dosis tunggal
mg 1x
sehari
16-69 th 2000 Oral Dosis tunggal
mg 1x
sehari

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 44


FRAMBUSIA
Lampiran 1

Laporan Bulanan Eradikasi Frambusia


Puskesmas
Nama/Kode Puskesmas
Nama Kabupaten/Kota
Tahun dan Bulan Laporan
A. Laporan Kasus
Frambusia (termasuk
kasus pd B. Dan C.)
Jumlah Kasus
Suspek Frambusia
yang
1. ditemukan
Jumlah Kasus Jml
Suspek Jml Sekolah
Kode Frambusia
Nama Jumlah Jumlah Jml Jml Kasus
2. Sekolah
diperiksa RDT RDT diperiksa
Sekolah Murid Diperiksa Kasus Suspek
Jumlah kasus Frambusia RDT (-) tahun ini
13. (+) 5 6 7 8 9 10 11 12 13
B. Pemeriksaan Semua
Frambusia di 0
Total 0 0 0 0 0 %
Sekola
Sekolah
h

1
2
3
4
5
6
C. Puskesmas Keliling dan Kunjungan Rumah (PK&KR) di
Desa Jml Jml Jml Desa
FRAMBUSIA
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT

Jml Anak<15 Kasus dilaksanakan


No Kode Nama Pdd Jml Jml
Desa Desa th Kasus Suspek RDT PK&KR
Desa berobat (-) tahun ini
1 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Semu
Total 0 0 0 0 0 0 %
a
Desa

1
2
3
4
5
6
45
Lampiran 2

Register Frambusia
Puskesmas
Kabupaten/Kota :
Puskesmas : Kode :
Tah un :

Hasil Follow Up Hari


Klinis Frambusia RDT RP R Pengobatan No. Kasus
Ke-
Hubungan
dengan (kasus
No. Nama Penderita Kepala Keluarga Desa/ Alamat Diagnosis Tgl Mulai
Kas us

Tanggal Penemuan (dd/mm/yy)


Jenis konfirmasi
Indeks Pengobatan Dosis 7 14 30

Koreng Bukan Cedera (Y/T)


Obat dan
(dd/mm/yy) probable)

Umur

Hasil

Hasil
Jens Kelamin

Periksa (Y/T)

Periksa (Y/T)
Bentuk Lesi

Lokasi Lesi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 25

Catatan
Daftar Kasus dan Kontak ini merupakan lampiran Penyelidikan dan Pengobatan Kasus Kontak
Nomor Kasus : Hanya kasus konfirmasi atau kasus probable mendapat Nomor Kasus, terdiri atas Kode Puskesmas (9 digit)-Tahun (4 digit) - nomor urut kasus (3 digit)
Hubungan dengan kasus indeks : Indeks/kasus yg pertama kali ditemukan (I), keluarga (K), tetangga (T), teman sepermainan (TS), teman kerja (TK)
Bentuk Lesi : papula (P), papiloma(PI), ulkus(U), makula(M), hiperkeratosis(K), lesi tulang(T)
Lokasi lesi : tangan(T), kaki(K), muka(M), badan(B)
Hasil Pemeriksaan : (+) / (-)
Diagnosis : Konfirmasi (K) = kasus suspek atau kasus probable frambusia dengan pengujian RDT (+)
RDT negatif (R) = kasus suspek atau kasus probable dengan pengujian RDT (-)
Probable (P) = kasus suspek yang tinggal di desa/kelurahan endemis frambusia atau kontak erat dengan penderita
frambusia konfirmasi/probable dg lokasi lesi pada tungkai, lutut atau kaki ATAU Usia <15 tahun

Pengobatan :
Suspek (S)
Benzathine penicillin (BP), Azitromisin (Azt), lainnya ditulis lengkap
= seseorang yang menunjukkan satu atau lebih gejala/tanda klinis frambusia (> 2 minggu)
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 46
Hasil Follow Up : Sembuh (S), Masih Sakit (MS)
FRAMBUSIA
Lampiran 3

Contoh pengisian:
Distribusi Kasus Frambusia Menurut Desa

Puskesmas : Distribusi Kasus Frambusia Menurut Desa


Kab/Kota :
Tahun (bulan-bulan) : Puskesmas : Raja Sehat
Kab/Kota : Atas Angin
Tahun : Juli 2013- Juni 2014
Jumlah (bulan-
Kasus Desa bulan) Jumlah
setahun Endemis Kasus
terakhir setahun Desa
Jumlah
Kasus Probable/Konfirmasi Jumlah terakhir
Nama (Bulan) Kasus Probable/Konfirmasi
Nama (Bulan)
Desa
Desa

Non Endemis
Konfirmasi
Probable

Endemis
Total

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Non Endemis
Konfirmasi
Probable

Endemis
Total
An 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 2 1 5 4 9 +
Ak 0 1 2 1 0 1 1 3 0 1 0 1 8 3 11 +
Bw 0 3 0 2 1 0 0 2 1 1 0 0 4 6 10 +
.........
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 47
Total 0 4 2 3 FRAMBUSIA
2 1 2 7 2 3 2 2 17 13 30 2 1

Total
Lampiran 4

Monitor Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Pusksmas Keliling


PUSKESMAS
Nama Puskesmas
Nama Kab/Kota
Tahun

No Urut Jumlah Jumlah Anak Berumur <15 Tahun Berobat Desa Aktif
Nama Desa Penduduk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Frekuensi Aktif
Total 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1
2
3
4
5
6

<--- semua Desa/Dusun terdaftar, jika ingin menambah baris record, lakukan insert
Catatan
Monitor ini dibuat oleh Puskesmas dan digunakan untuk monitor Desa/Dusun yang sudah atau belum melaksanakan Pemeriksaan
Frambuisa untuk memastikan ada tidaknya frambusia
Sumber data adalah Register Berobat Pada Kegiatan Puskesmas Keliling

Contoh Pengisian:

Monitor Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Pusksmas Keliling


PUSKESMAS
Nama Puskesmas Parung
Nama Kab/Kota Atas Angin
Tahun 2014

No Urut Jumlah Jumlah Anak Berumur <15 Tahun Berobat Desa Aktif
Nama Desa Penduduk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Frekuensi Aktif
Total 6 2240 0 10 0 115 40 21 140 49 0 0 0 0 11 5

1 Desa Tuo 1000 X X X 23 X X X X 1 Y


FRAMBUSIA
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT

2 Desa Dalam 500 X 0 X X 40 X X 35 3 Y


3 Desa Mudo 260 X X X X X X X X 0 T
4 Kalasan 160 X X X 80 X X 60 X 2 Y
5 Merak 200 X 10 X 12 X 21 X 14 4 Y
6 Pamulang 120 X X X X X X 80 X 1 Y

<--- semua Desa/Dusun terdaftar, jika ingin menambah baris record, lakukan insert
Catatan
Monitor ini dibuat oleh Puskesmas dan digunakan untuk monitor Desa/Dusun yang sudah atau belum melaksanakan Pemeriksaan
Frambuisa untuk memasti kan ada tidaknya frambusia
Sumber data adalah Register Berobat Pada Kegiatan Puskesmas Keliling
48
Lampiran 5

Monitor Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah


PUSKESMAS
Nama Puskesmas
Nama Kab/Kota
Tahun

No Urut Nama Sekolah Jumlah Jumlah Anak Diperiksa Frambusia Sekolah Aktif
Siswa
(Kode Sekolah) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Frekuensi Aktif
Total 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1
2
3
4
5
6

<--- semua sekolah terdaftar, jika ingin menambah baris record, lakukan insert
Catatan
Monitor ini dibuat oleh Puskesmas dan digunakan untuk monitor Sekolah yang sudah atau belum melaksanakan Pemeriksaan
Frambuisa untuk memastikan ada tidaknya frambusia
Sumber dam Monitor adalah Register Pemeriksaan Frambusia di Sekolah.

Contoh Pengisian:

Monitor Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah


PUSKESMAS
Nama Puskesmas Parung
Nama Kab/Kota Atas Angin
Tahun 2014

No Urut Nama Sekolah Jumlah Jumlah Anak Diperiksa Frambusia Sekolah Aktif
Siswa
(Kode Sekolah) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Frekuensi Aktif
FRAMBUSIA
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT

Total 6 610 0 0 0 170 110 0 140 0 0 0 0 0 5 4

1 SD Neg 10 100 X X X 90 X X X X X X X X 1 Y
2 SD Cerdas 1 120 X X X X 110 X X X X X X X 1 Y
3 SD Cerdas 2 50 X X X X X X X X X X X X 0 T
4 SD Muh 2 160 X X X 80 X X 60 X X X X X 2 Y
5 SD Neg 2 60 X X X X X X X X X X X X 0 T
6 SD 20 120 X X X X X X 80 X X X X X 1 Y

<--- semua sekolah terdaftar, jika ingin menambah baris record, lakukan insert
Catatan
Monitor ini dibuat oleh Puskesmas dan digunakan untuk monitor Sekolah yang sudah atau belum melaksanakan Pemeriksaan
Frambuisa untuk memastikan ada tidaknya frambusia
Sumber dam Monitor adalah Register Pemeriksaan Frambusia di Sekolah.
49
Lampiran 6

Kepada Yth.
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
2. Direktur Jenderal PP&PL, Kementerian Kesehatan

Laporan Bulanan Eradikasi Frambusia


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota

Periode Laporan (Tahun/Bulan) TTTT-BB

1. Kinerja Pelaporan
a. Jumlah Puskesmas Yang Ada
b. Jml Puskesmas Melapor Bulan ini
c. Jml Puskesmas telah kirim >6 laporan tahun ini *)

2. Data Kasus Frambusia


a. Jumlah Kasus Suspek Frambusia yang ditemukan
b. Jumlah Kasus Suspek Frambusia diperiksa RDT
c. Jumlah kasus Frambusia RDT (+)
3. Pemeriksaan Frambusia di Sekolah
a. Jml Sekolah Dasar dan sederajat
b. Jml SD/sederajat diperiksa frambusia bulan ini
c. Jml SD/sederajat diperiksa frambusia tahun ini *)
d. Jml Puskesmas telah memeriksa frambusia di semua SD tahun ini *)
4. Puskesmas Keliling dan Kunjungan Rumah (PK&KR) untuk
a. Jml Desa Yang Ada
b. Jml Desa dilaksanakan PK&KR bulan ini
FRAMBUSIA
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT

c. Jml Desa dilaksanakan PK&KR tahun ini *)


d. Jml Desa ditemukan kasus frambusia tahun ini *)
e. Jml Puskesmas telah melaksanakan PK&KR semua desa tahun ini
*) Januari sampai bulan laporan

Demikian laporan ini dibuat untuk dimanfaatkan sebagaimana mestinya

Mengetahui,
Kabid /
Kadinkes

…………………..
NIP
50
Lampiran 7

Register Frambusia
Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota
Tahun

Hasil Follow Up Hari


Klinis Frambusia RDT RPR Pengobatan Ke-
Hubungan
Nama Nama Penderita/Kepala dengan
No. Puskesmas/Kecamatan Desa/Alamat Keluarga Diagnosis Tgl Mulai
Kasus Jenis
Indeks Pengobatan Dosis 7 14 30
Obat
(dd/mm/yy)

Tanggal Penemuan (dd/mm/yy)

Koreng Bukan Cedera (Y/T)

Hasil

Hasil
Jens Kelamin (L/P)
Umur (dlm thn)

Periksa (Y/T)

Periksa (Y/T)
Bentuk Lesi

Lokasi Lesi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Catatan
Hubungan dengan kasus indeks : Indeks/kasus yg pertama kali ditemukan (I), keluarga (K), tetangga (T), teman sepermainan (TS), teman kerja (TK)
Bentuk Lesi : papula (P), papiloma(PI), ulkus(U), makula(M), hiperkeratosis(K), lesi tulang(T)
Lokasi lesi : tangan(T), kaki(K), muka(M), badan(B)
Hasil Pemeriksaan : (+) / (-)
Diagnosis : Konfirmasi (K) = kasus suspek atau kasus probable frambusia dengan pengujian RDT (+)
RDT negatif (R) = kasus suspek atau kasus probable dengan pengujian RDT (-)
Probable (P) = kasus suspek yang tinggal di desa/kelurahan endemis frambusia atau kontak erat dengan penderita frambusia konfirmasi/probable
dg lokasi lesi pada tungkai, lutut atau kaki ATAU Usia <15 tahun
Suspek (S) = seseorang yang menunjukkan satu atau lebih gejala/tanda klinis frambusia (> 2 minggu)
Pengobatan : Benzathine penicillin (BP), Azitromisin (Azt), lainnya ditulis lengkap
Hasil Follow Up : Sembuh (S), Masih Sakit (MS)

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 51


FRAMBUSIA
Lampiran 8

Distribusi Kasus Frambusia Menurut Puskesmas


Kab/Kota :
Tahun (bulan-bulan) :

Jumlah
Kasus Jumlah
setahun Desa
Jumlah
Nama Kasus Probable/ Konfirmasi terakhir
Puskesmas (Bulan)
/Rumah Tanda “X” berarti belum melapor
Sakit

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Non Endemis
Konfirmasi
Probable

Endemis
Catatan :

Total
Tabel ini sekaligus merupakan lampiran laporan Register Frambusia oleh
Dinkes Kab/Kota ke Dinkes Provinsi dan Kementerian Kesehatan dalam bentuk
file Excell

Contoh Pengisian:

Total Distribusi Kasus Frambusia Menurut


Puskesmas
Kab/Kota : Atas Angin
Tahun (bulan-bulan) : Juli 2013- Juni 2014

Jumlah
Jumlah
FRAMBUSIA
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT

Kasus
setahun Desa
Jumlah
Nama terakhir
Kasus Probable/ Konfirmasi
Puskesmas (Bulan)
/Rumah Tanda “X” berarti belum melapor
Sakit
Non Endemis
Konfirmasi
Probable

Endemis
Total

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Catatan :
Tabel ini sekaligus merupakan lampiran laporan Register Frambusia oleh Dinkes
52

Kab/Kota ke Dinkes Provinsi dan Kementerian Kesehatan dalam bentuk file Excell
Raja Sehat 0 4 2 3 2 1 2 7 2 3 2 2 17 13 30 2 1
Marebak 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 12
Silau 0 0 0 x 0 0 0 x 0 0 x x 0 0 0 0 11
......
Total 0 4 2 3 3 1 2 7 2 3 3 3 20 13 30 2 33
Lampiran 9

Monitor Kegiatan Puskesmas Keliling dan Kunjungan Rumah


Penemuan Frambusia dan Kelengkapan Laporan Puskesmas
KABUPATEN/KOTA
Nama Kab/Kota :
Tahun :
Jml laporan Puskesmas per bulan >>

% Laporan Puskesmas/Bulan >>

Kode Nama Jml Desa Melaksanakan Pusling dan Pemeriksaan Rumah Desa Aktif Frek Lap Diterima
Jml Desa
Puskesmas Puskesmas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jml % Kegiatan Jml %/ 12 bl
TOTAL

Catatan
* Monitor ini dibuat oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota dan digunakan untuk monitor % desa-desa yang sudah dan belum melaksakan Puskesmas Keliling dan
Kunjungan Rumah untuk memastikan ada tidaknya frambusia. Kolom warna dasar biru adalah tempat Anda memasukkan data
* "X" adalah tidak ada laporan. Kelengkapan laporan Puskesmas se Kab/Kota minimal 90 % per tahun, dan setiap Puskesmas minimal 60 % per tahun
* Sumber data Monitor adalah laporan bulanan Eradikasi Frambusia Puskesmas
* Jika ingin menambah record, buat insert kemudian copy kan formula dari kolom yang sama

Contoh Pengisian:

Monitor Kegiatan Puskesmas Keliling dan Kunjungan Rumah


Penemuan Frambusia dan Kelengkapan Laporan Puskesmas
KABUPATEN/KOTA
Nama Kab/Kota : Atas Angin
Tahun : 2014
Jml laporan Puskesmas per bulan >> 3 1 3 3 3 3 3 3 0 0 0 0

% Laporan Puskesmas/Bulan >>


100.0

100.0

100.0

100.0

100.0

100.0

100.0
33.3

0.0

0.0

0.0
0.0

Kode Nama Jml Desa Melaksanakan Pusling dan Pemeriksaan Rumah Desa Aktif Frek Lap Diterima
Puskesmas Puskesmas Jml Desa Kegiatan
FRAMBUSIA
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jml % Jml %/ 12 bl
TOTAL 3 26 3 2 1 4 0 4 6 6 0 0 0 0 9 34.6 26 22 61.1
123456789 Parung 14 2 x 0 1 0 4 4 2 4 28.6 13 7 58.3
123456788 Sawangan 8 1 x 1 2 0 0 1 3 3 37.5 8 7 58.3
123456787 Serdang 4 0 2 0 1 0 0 1 1 2 50.0 5 8 66.7

Catatan
* Monitor ini dibuat oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota dan digunakan untuk monitor % desa-desa yang sudah dan belum melaksakan Puskesmas Keliling dan
Kunjungan Rumah untuk memastikan ada tidaknya frambusia. Kolom warna dasar biru adalah tempat Anda memasukkan data

* "X" adalah tidak ada laporan. Kelengkapan laporan Puskesmas se Kab/Kota minimal 90 % per tahun, dan setiap Puskesmas minimal 60 % per tahun
* Sumber data Monitor adalah laporan bulanan Eradikasi Frambusia Puskesmas
* Jika ingin menambah record, buat insert kemudian copy kan formula dari kolom yang sama
53
Lampiran
10
Monitor Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah
Penemuan Frambusia dan Kelengkapan Laporan Puskesmas
KABUPATEN/KOTA
Nama Kab/Kota :
Tahun :
Jml laporan Puskesmas per bulan >>

% Laporan Puskesmas/Bulan >>

Kode Nama Jml Jml Sekolah Melaksanakan Pemeriksaan Frambusia Sekolah Aktif Frek Lap Diterima
Puskesmas Puskesmas Sekolah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jml % Kegiatan Jml %/ 12 bl
TOTAL

Catatan
* Monitor ini dibuat oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota dan digunakan untuk monitor % sekolah yang sudah dan belum melaksakan pemeriksaan frambusia
untuk memastikan ada tidaknya frambusia. Kolom warna dasar biru adalah tempat Anda memasukkan data
* "X" adalah tidak ada laporan. Kelengkapan laporan Puskesmas se Kab/Kota minimal 90 % per tahun, dan setiap Puskesmas minimal 60 % per tahun
* Sumber data Monitor adalah laporan bulanan Eradikasi Frambusia Puskesmas
* Jika ingin menambah record, buat insert kemudian copy kan formula dari kolom yang sama

Contoh
Pengisian:
Monitor Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah
Penemuan Frambusia dan Kelengkapan Laporan Puskesmas
KABUPATEN/KOTA
Nama Kab/Kota : Atas Angin
Tahun : 2014
Jml laporan Puskesmas per bulan >> 3 1 3 3 3 3 3 3 0 0 0 0

% Laporan Puskesmas/Bulan >>


100.0

100.0

100.0

100.0
100.0

100.0

100.0
33.3

0.0

0.0

0.0
0.0
FRAMBUSIA
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT

Kode Nama Jml Jml Sekolah Melaksanakan Pemeriksaan Frambusia Sekolah Aktif Frek Lap Diterima
Puskesmas Puskesmas Sekolah Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jml % Jml %/ 12 bl
TOTAL 3 26 3 2 1 4 0 4 6 6 0 0 0 0 9 34.6 26 22 61.1
123456789 Parung 14 2 x 0 1 0 4 4 2 4 28.6 13 7 58.3
123456788 Sawangan 8 1 x 1 2 0 0 1 3 3 37.5 8 7 58.3
123456787 Serdang 4 0 2 0 1 0 0 1 1 2 50.0 5 8 66.7
#DIV/0! 0 0 0.0
#DIV/0! 0 0 0.0
#DIV/0! 0 0 0.0
#DIV/0! 0 0 0.0

Catatan
* Monitor ini dibuat oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota dan digunakan untuk monitor % sekolah yang sudah dan belum melaksakan pemeriksaan frambusia
untuk memastikan ada tidaknya frambusia. Kolom warna dasar biru adalah tempat Anda memasukkan data

* "X" adalah tidak ada laporan. Kelengkapan laporan Puskesmas se Kab/Kota minimal 90 % per tahun, dan setiap Puskesmas minimal 60 % per tahun
* Sumber data Monitor adalah laporan bulanan Eradikasi Frambusia Puskesmas
* Jika ingin menambah record, buat insert kemudian copy kan formula dari kolom yang sama
54
Lampiran 11

Kepada Yth.
1. Direktur Jenderal PP&PL, Kementerian Kesehatan

Laporan Bulanan Eradikasi Frambusia


Dinas Kesehatan Provinsi

Provinsi

Periode Laporan (Tahun/Bulan) TTTT-BB

1. Kinerja Pelaporan
a. Jumlah Puskesmas Yang Ada
b. Jml Puskesmas Melapor Bulan ini
c. Jml Puskesmas telah kirim >6 laporan tahun ini *)

2. Data Kasus Frambusia


a. Jumlah Kasus Suspek Frambusia yang ditemukan
b. Jumlah Kasus Suspek Frambusia diperiksa RDT
c. Jumlah kasus Frambusia RDT (+)
3. Pemeriksaan Frambusia di Sekolah
a. Jml Sekolah Dasar dan sederajat
b. Jml SD/sederajat diperiksa frambusia bulan ini
c. Jml SD/sederajat diperiksa frambusia tahun ini *)
d. Jml Puskesmas telah memeriksa frambusia di semua SD tahun ini *)

4. Puskesmas Keliling dan Kunjungan Rumah (PK&KR) untuk


FRAMBUSIA
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT

a. Jml Desa Yang Ada


b. Jml Desa dilaksanakan PK&KR bulan ini
c. Jml Desa dilaksanakan PK&KR tahun ini *)
d. Jml Desa ditemukan kasus frambusia tahun ini *)
e. Jml Puskesmas telah melaksanakan PK&KR semua desa tahun ini
*) Januari sampai bulan laporan

Demikian laporan ini dibuat untuk dimanfaatkan sebagaimana mestinya

Mengetahui,
Kabid /
Kadinkes

…………………..
NIP
55
Lampiran 12

Register Berobat Pada Kegiatan Puskesmas Keliling


Desa
Nama Puskesmas
Nama Kab/Kota
Tanggal Kegiatan

No Nama Pasien Alamat Jenis Umur Gejala Diagnosis Obat Keterangan


Kelamin
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Rangkuman
1 Tahun/Bulan Kegiatan
2 Jumlah Penduduk Desa
3 Jumlah anak<15 th berobat
4 Jumlah kasus konfirmasi/probable
5 Jumlah suspek
6 Jumlah kasus RDT (-)

Contoh Pengisian:

Register Berobat Pada Kegiatan Puskesmas Keliling


Desa Antara
Nama Puskesmas Raja Sehat
Nama Kab/Kota Atas Angin
Tanggal Kegiatan 12-Sep-14

No Nama Pasien Alamat Jenis Umur Gejala Diagnosis Obat Keterangan


Kelamin
1 Sinar Ds Tuo P 22 Demam obs demam Parasetamol
2 Adil Ds Tuo L 12 Ulcus frambusia RDT (-) BP
3
FRAMBUSIA
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT

4
5
6
7
8
9
10

Rangkuman
1 Tahun/Bulan Kegiatan
2 Jumlah Penduduk Desa
3 Jumlah anak<15 th berobat
4 Jumlah kasus konfirmasi/probable
5 Jumlah suspek
6 Jumlah kasus RDT (-)
56
Lampiran 13
Register Pem eriksaan F r am b u s i a di Seko lah Contoh Pengisian:
Kabupaten/Kota :
Puskesmas : Register P em er i ks aa n F r am b u si a di S ekola h
Nama Sekolah, Kelas :
Kab up aten/Ko ta : Atas Angin
Tgl/Bulan/Tahun :
Pu sk esmas : Raja Sehat
N a m a S ek o l ah , Kelas : S D N e g e g r i 1 2 , k e l a s I VA
Klinis Frambusia *) RDT RPR
T g l / B u l a n / Ta h u n : 12/09/2014
Diagnosis

Lama Sakit (hari)


No Nama Murid
**)

Jenis Obat ***)


Kli nis F r a m b u s i a *) RDT RPR
Jenis Kelamin

Jenis Kelamin (P/L)

Pemeriksaan (Y/T)
Bentuk Lesi

Lama Sakit (hari)


Pemeriksaan

(Y/T)

Jenis Obat ***)


Lokasi Lesi
Lesi (Y/T)
Koreng Diag n os is
No Nama Murid

Periksa

Periksa

Lokasi Lesi
(Y/T)

Bentuk Lesi
**)
Umur

(Y/T)
(P/L)

Hasil

Hasil

Lesi (Y/T)
Koreng

Periksa

Periksa
1 2 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Umur

Hasil

Hasil
1 2 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 Nadia 10 P Y T Y 30 U K Y P T - k o n f i r m a si BP

2 Kaji 9 L Y Y T S eh at x

3 Dino 9 L Y T Y 30 U K Y P T - k o n f i r m a si BP

4 S airin 9 P Y T Y 20 U K T - T - su spek x

R an g k u m a n
R an g k u man
1. Ta hu n /B u la n K egi a ta n 1 . Ta h u n / B u l a n K e g i a t a n
2. Jumlah Murid 2 . Jumlah Murid
3. J u m l a h M u r i d D i p e r i k s a 3 . Ju ml ah M u r i d D ip er ik sa

4. J m l K a s u s K o n f i r m a s i / p r o b b a l e 4. Jml K a su s K on firmasi/ p rob ba le

5. J u m l a h K a s u s S u s p e k 5 . Ju ml ah K a su s S u sp ek
6 . Ju ml ah K a su s R D T (- )
6. J u m l a h K a s u s R D T ( -)

Catatan :
Catatan : Re g i s t e r d i b u a t s e t i a p k al i m e l a k s a n a k a n k e g i a t a n P e m e r i k s a a n F r a m b u s i a d i S e k o l a h
Reg i st er di b ua t se ti a p kali m e l a k sa n a k a n k eg i at an P e m e r i k s a a n F r a m b u s i a d i S ek o la h A n a k d e n g a n d i a g n o s i s f r a m b u s i a s u s p e k , p r o b a b l e , k o n f i r m a s i , R D T ( - ) w aj ib d i c a t a t
A n a k d e n g a n d i a g n o si s f r a m b u s i a s u s p e k , p ro b ab l e, k on f i rm a si, R D T ( - ) wajib di ca t at R a n g k u m a n wa ji b d ii si d e n g a n l e n g k a p d a n b e n a r
R an g k u m a n waji b diisi d e n g a n le ng k ap d a n b e n a r Re g i s t e r in i d i s i m p a n P u s k e s m a s d a n d i g u n a k a n s e b a g a i b a h a n l a p o r a n
Reg i st er in i d i s i m p a n P u s k e s m a s d a n d i g u n a k a n se b a g a i b a h a n l a po r an * ) B e n t u k L e s i : p a p u l a ( p ) , p a p i l o m a ( p i ) , u l k u s( u ) , m a k u l a ( m ) , h i p e r k e r a t o s i s ( k ) , lesi t u la n g (t )
* ) B e n t u k L e si : p ap u l a ( p ) , pa pi l o ma ( p i) , u lk u s( u ) , m aku l a( m ) , h ip e rk er ato s is( k ) , lesi tulang( t) * ) L o k as i lesi : t a n g a n ( t ) , k a k i ( k ) , m u k a ( m ) , b a d a n ( b )
* ) L o ka si lesi : ta ng a n( t ) , k ak i( k ) , m u k a ( m ) , b a d a n ( b ) * * ) S eh a t , s u s p e k , k o n f i r m a s i , p r o b a b e l , s u s p e k , R D T ( + ) / ( - ) , R P R ( + ) / ( - )
* * * ) O b a t : A z i t h r o m y c i n ( A z t ) , B e n z a t i n p e ni si l i n ( B P ) , X t i d a k di o b at i
* * ) S e ha t, s u s p e k , k o n fi r m asi , p ro b ab el , s u s p e k , R D T ( + ) / ( - ) , R P R ( + ) / ( - )
* * * ) O b a t : A z i t h r o m y c i n ( A zt ) , B e n z at i n p enisilin ( B P ) , X t i d ak d i o ba t i

BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 57


FRAMBUSIA
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT 58
FRAMBUSIA

Anda mungkin juga menyukai