Anda di halaman 1dari 31

PANDUAN KESELAMATAN PASIEN

PUSKESMAS KALIBARU KULON

(Patient Safety)

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS KALIBARU KULON

Alamat : Jl. Jember No. 39 Kalibaru Telp. ( 0333)


8581192/897118
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional, masyarakat dapat memilih


fasilitas kesehatan tingkat pertama yang sesuai dengan kebutuhan dan
kepuasan mereka. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan masyarakat dan gate keeper pada pelayanan kesehatan
formal dan penapis rujukan, harus dapat memberikan pelayanan
bermutu sesuai dengan standar pelayanan maupun standar kompetensi
sehingga dapat menjamin keselamatan pasien. Keselamatan tersebut
sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap puskesmas. Namun
harus diakui kegiatan institusi puskesmas dapat berjalan apabila ada
pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama
untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra
puskesmas. Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem
dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. Agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara
optimal perlu dikelola dengan baik, baik kinerja pelayanan, proses
pelayanan, maupun sumber daya yang digunakan. Masyarakat
menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, serta
dapat menjawab kebutuhan mereka, oleh karena itu upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam
pengelolaan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif kepada masyarakat.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Sebagai pedoman bagi Puskesmas Kalibaru Kulon untuk dapat


melaksanakan program keselamatan pasien dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas Kalibaru


Kulon.
2. Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan
pengunjung Puskesmas Kalibaru Kulon.
3. Sebagai acuan yang jelas bagi Puskesmas Kalibaru Kulon dalam
mengambil keputusan terhadap keputusan pasien.
4. Sebagai acuan bagi tenaga klinis dalam meningkatkan
keselamatan pasien.
5. Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis dan
terarah.
1.3 Manfaat

1. Budaya safety meningkat dan berkembang.


2. Resiko klinis dan keluhan berkurang.
3. Mutu pelayanan puskesmas meningkat.
4. Menurunkan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) di Puskesmas
Kalibaru Kulon.
BAB II

KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS KALIBARU KULON

Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana


puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Keselamatan pasien sebagai suatu sistem di dalam puskesmas
diharapkan memberikan asuhan kepada pasien dengan lebih aman dan
mencegah cedera akibat melakukan atau tidak melakukan tindakan.
Dalam pelaksanaannya keselamatan pasien akan banyak
menggunakan prinsip dan metode manajemen risiko mulai dan
identifikasi, asesmen dan pengolahan risiko. Pelaporan dan analisis
insiden keselamatan pasien akan meningkatkan kemampuan belajar
dari insiden yang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian yang
sama dikemudian hari. Puskesmas sebagai tempat pelayanan
kesehatan modern adalah suatu organisasi yang sangat komplek
karena padat modal, padat tehnologi, padat karya, padat profesi, padat
sistem, dan padat mutu serta padat resiko sehingga tidak mengejutkan
bila Kejadian Tidak Diinginkan/KTD akan sering terjadi dan akan
berakibat pada terjadinya injuri atau kematian pada pasien. Dalam
proses pemberian layanan kesehatan dapat terjadi kesalahan berupa
kesalahan diagnosis, pengobatan, pencegahan, serta kesalahan sistem
lainnya. Berbagai kesalahan tersebut pada akhirnya berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien. Hal ini berarti bahwa kesalahan
dapat mengakibatkan cedera dan dapat pula tidak mengakibatkan
cedera terhadap pasien. Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya
disebut insiden adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan
kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera
yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan
Kejadian Potensial Cedera.

WHO resmi menerbitkan sembilan solusi keselamatan pasien


yaitu:

1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip.


2. Pastikan identifikasi pasien.
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pengoperasian pasien.
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat.
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan layanan.
7. Hindari salah kateter dan salah sambung tube.
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai.
9. Tingkatkan kebersihan tangan.
BAB III

STANDAR KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS


KALIBARU KULON

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang


perlu ditangani segera maka diperlukan standar keselamatan pasien di
Puskesmas Kalibaru Kulon yang dijadikan acuan. Adapun standar
keselamatan pasien terdiri dari tujuh standar :

1. Hak pasien.
2. Mendididik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
1. Hak pasien

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan


informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

Kriteria :

1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.


2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat
rencanapelayanan.
3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya
tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur
untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan.

2. Mendidik pasien dan keluarga

Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang


kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien

Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan.
Karena itu, di Puskesmas Kalibaru Kulon harus ada sistem dan
mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan
tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :

1) Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.


2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak
dimengerti.
4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan Puskesmas.
6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin


koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriteria :

1) Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat


pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,
tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari
Puskesmas.
2) Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara
berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan
transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3) Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan
keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
4) Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi
kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa
hambatan,aman dan efektif.

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk


melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien.

Puskesmas harus mendesign proses baru atau memperbaiki


proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak
Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
serta keselamatan pasien.

Kriteria :

1) Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (design)


yang baik, mengacu pada visi, misi, dan sakit tujuan puskesmas,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis
terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang
berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan tujuan Keselamatan
Pasien Puskesmas Kalibaru Kulon.
2) Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja
yang antara lain terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi,
manajemenrisiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
3) Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait
dengan semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif
melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4) Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi
hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang
diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan


pasien
1) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi
melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien PuskesmasTanggul”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan
atau mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan.
3) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan
koordinasiantar unit dan individu berkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja Puskesmas
serta meningkatkan keselamatan pasien.
5) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya
dalam meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria :
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatanpasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
dan program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis
Kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian
Nyaris Cedera”(Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak
Diharapkan’ ( Adverse event)
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari Puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam
program keselamatan pasien.
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko
pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas
untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan
jelas tentang Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris
Cedera”(Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program
keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,
misalnya menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau
kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk
mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan
“Kejadian Sentinel”.
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela
antar unit dan antar pengelola pelayanan di dalam Puskesmas
dengan pendekatan antar disiplin.
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
dalam kegiatan perbaikan kinerja Puskesmas dan perbaikan
keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap
kecukupan sumber daya tersebut.
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi
efektivitas perbaikan kinerja Puskesmas dan keselamatan
pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standar :

1) Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan


orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan
dengan keselamatan pasien secara jelas.
2) Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara
kompetensi staf serta mendukung pendekatan inter disiplin
dalam pelayanan pasien.

Kriteria :

1) Setiap puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan


dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
2) Setiap puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan
pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi
pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3) Setiap puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang
kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan
interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai


keselamatan pasien.
1) Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan
informasi internal dan eksternal.
2) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria :

1) Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain


proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang
hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

Indikator keselamatan di Puskesmas Kalibaru Kulon meliputi :

1. Tidak Terjadinya Kesalahan Identifikasi Pasien


Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki atau meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
Kekeliruan mengidentifikasi pasien terjadi hampir di semua
aspek diagnosis dan pengobatan .
Tujuan :
1. Mengidentifikasi dengan benar.
2. Mencocokkan layanan dengan pasien tersebut.
3. Petugas harus melakukan identifikasi pada saat :
 Pemberian obat.
 Pemberian darah / produk darah.
 Pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis.
 Sebelum memberikan pengobatan.
 Sebelum memberikan tindakan.
2. Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
Maksud dan tujuan :
 Mengurangi kesalahan
 Menghasilkan peningkatan Keselamatan Pasien
Komunikasi Efektif :
 Komunikasi Verbal (Write Down/ Tulis, Read Back/
BacaKembali, Confirmation/ Konfirmasi) Komunikasi verbal
menerapkan TBK (Tulis–Baca-Konfirmasi kembali). Dilakukan
saat menerima Instruksi verbal / Lisan dan saat menerima
informasi hasil tes kritis secara verbal / lisan
 SBAR (Situation–Background–Assessment -Recommendation)
Pendekatan sistematik untuk memperbaiki komunikasi antara
tenaga kesehatan. Berlaku untuk semua petugas saat melakukan
pelaporan
 Singkatan terstandar
Gunakan singkatan yang sudah terstandar. Tulis kata dengan
lengkap bila tidak ada dalam daftar singkatan.
3. Tidak Terjadinya Kesalahan Pemberian Obat Kepada Pasien

Obat yg Perlu diwaspadai :

 Elektrolit konsentrat
 NORUM (Nama Obat dan Rupa Ucapan Mirip) atau
LASA(Look Alike Sound Alike)

Obat yang berkatagori tersebut diatas, merupakan obat yang sering


menyebabkan Kecelakaan Tak Disengaja ( KTD) dan atau kejadian
Sentinel.
Macam kesalahan bisa terjadi :

 Secara tidak sengaja


 Bila petugas tidak mendapatkan orientasi sebelum ditugaskan
 Pada keadaan gawat darurat

4. Tidak Terjadinya Kesalahan Prosedur Tindakan Medis dan


Keperawatan.
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki atau meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
Penandaan yang jelas dan dapat dimengerti untuk identifikasi
lokasi operasi dan melibatkan pasien didalam proses penandaan
Checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat preoperasi
tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien dan semua dokumen
serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat dan fungsional.
Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat
prosedur"sebelum insisi/time out" tepat sebelum dimulainya
suatu prosedur/tindakan pembedahan. Kebijakan dan prosedur
dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses untuk
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat
pasien,Termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan
gigi/dental.
5. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Puskesmas
 Tantangan terbesar dalam pelayanan kesehatan
 Peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan
 Keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional
pelayanan kesehatan.
 Pokok pokok eliminasi : memakai Pedoman Hand Hygiene
dari WHO.
6. Tidak Terjadinya Pasien Jatuh

Definisi : Adalah jatuhnya pasien dari tempat tidur ke lantai dan/ atau
tempat lainnya yang lebih rendah pada saat istirahat maupun saat
pasien terjaga yang tidak disebabkan oleh penyakit stroke, epilepsi,
dll atau bahaya karena terlalu banyak aktifitas. Langkah Pencegahan
Pasien Risiko Jatuh :

 Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan.


 Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip.
 Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat tidur
pasien.
 Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan dan
terang.
 Pastikan lorong bebas hambatan.
 Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam jangkauan
pasien.
 Pasang Bedside rel.
 Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur.
BAB IV
TAHAPAN MENUJU KESELAMATAN PASIEN
PUSKESMAS KALIBARU KULON

Mengacu pada standar keselamatan pasien, maka Puskesmas Kalibaru


Kulon harus merancang proses untuk memperbaiki, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisa secara
intensif dan melakukan perubahan untuk meningkatkan keselamatan
pasien.
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

Bagi Puskesmas

 Puskesmas harus memiliki kebijakan yang menjabarkan apa


yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi
insiden,bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus
dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf,
pasien dan keluarga.
 Puskesmas menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari
insiden yang terjadi di puskesmas.
 Puskesmas melakukan asesment dengan menggunakan survei
penilaian keselamatan pasien.
Bagi Tim

 Tim memastikan rekan kerjanya mampu berbicara mengenai


kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
 Tim mendemonstrasikan kepada tim ukuran-ukuran yang dipakai
untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan
terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan solusi yang tepat.

2. Memimpin dan mendukung staf untuk memiliki komitmen


dan fokus pada keselamatan pasien di Puskesmas Kalibaru
Kulon

Bagi Puskesmas

 Puskesmas memastikan ada tim yang bertanggungjawabatas


keselamatan pasien.
 Puskesmas mengidentifikasikan orang-orang yang dapat
diandalkan menjadi penggerak dalam gerakan keselamatan
pasien.
 Puskesmas memprioritaskan keselamatan pasien dalam agenda
rapat.
 Puskesmas memasukkan tema keselamatan pasien dalam semua
program latihan staf dan memastikan pelatihan ini diikuti dan
diukur efektivitas nya.
Bagi Tim

 Menominasikan penggerak dalam tim untuk memimpin gerakan


keselamatan pasien.
 Menjelaskan kepada tim relevansi dan pentingnya gerakan
keselamatan pasien.
 Menumbuhkan sikap yang menghargai pelaporan insiden

3. Mengintegrasikan manajemen resiko

Bagi Puskesmas

 Puskesmas mengkaji kembali struktur dan proses yang ada


dalam manajemen resiko klinis dan non klinis, serta memastikan
hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan keselamatan
pasien dan staf.
 Puskesmas mengembangkan indikator kinerja pengelolaan
resiko yang dapat dimonitor oleh kepala puskesmas.
 Puskesmas menggunakan informasi yang benar dan jelas yang
diperoleh dari sistem pelaporan insiden dan assesmen resiko
untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian kepada
pasien.
Bagi Tim

 Membentuk forum-forum di puskesmas untuk mendiskusikan


issu issu keselamatan pasien guna memberikan umpan balik
kepada manajemen terkait.
 Memastikan ada penilaian resiko kepada individu pasien dalam
proses asessment puskesmas.
 Melakukan proses asessmen resiko secara teratur dan mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil resiko tersebut.
 Memastikan assesmen resiko tersebut disampaikan sebagai
masukan ke proses asessmen dan pencatatan resiko puskesmas.
4. Mengembangkan sistem pelaporan di puskesmas

Bagi Puskesmas

 Melengkapi rencana implementasi sistem pelaporan


insidenkedalam maupun keluar.

Bagi Tim

 Mendukung kepada rekan sekerja untuk secara aktifmelaporkan


setiap insiden yang terjadi
5. Mengembangkan komunikasi terbuka dengan pasien

Bagi Puskesmas

 Memastikan puskesmas memiliki kebijakan yang jelas dalam


menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan
tentang insiden kepada pasien dan keluarga.
 Memastikan pasien dan keluarga mendapatkan informasi yang
jelas dan benar bila terjadi insiden.
 Memberikan dukungan dan pelatihan kepada staf agarselalu
terbuka pada pasien dan keluarganya.

Bagi Tim

 Memastikan tim menghargai dan mendukung keterlibatan pasien


dan keluarga bila terjadi insiden.
 Memprioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga jika
terjadi insiden dan segera beritahukan kepada mereka informasi
yang jelas dan benar.
 Memastikan segera setelah kejadian tim menunjukkan empati
kepada pasien dan keluarganya.
6. Mempelajari dan membagi pengalaman tentang keselamatan
pasien

Bagi Puskesmas
 Memastikan staf yang terkait telah terlatih untuk
melakukankajian insiden secara tepat.

Bagi Tim

 Mendiskusikan dalam tim pengalaman dan hasil analisis insiden.


 Mengidentifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena
dampak dimasa depan dan membagi pengalaman tersebut secara
luas.
7. Mencegah cedera melalui implementasi keselamatan pasien

Bagi Puskesmas

 Menggunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari


sistem pelaporan, assesmen resiko, kajian insiden dan audit serta
analisis untuk menentukan solusi.
 Memberikan umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan
yang diambil atas insiden yang dilaporkan.

Bagi Tim

 Melibatkan tim dalam mengembangkan berbagai cara untuk


membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
 Menelaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat timdan
memastikan pelaksanaannya.
 Memastikan tim menerima umpan balik atas setiap
tindakantindak lanjut atas setiap tindakan yang dilaporkan.
Tujuh langkah keselamatan pasien Puskesmas Kalibaru Kulon
merupakan panduan yang komprehensif untuk menuju keselamatan
pasien, sehingga ketujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus
dilaksanakan oleh setiap unit layanan yang memberikan pelayanan
kepada pasien. Dalam pelaksanaannya tujuh langkah tersebut tidak
harus berurutan dan serentak, namun dapat dipilih langkah-langkah
yang paling strategis dan mudah dilaksanakan.
BAB VI

INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang


dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien yang tidak seharusnya terjadi, yang terdiri dari :

a. Kejadian Tidak diharapkan (KTD) : suatu insiden yang


mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat
diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis.

b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) : suatu insiden yang tidak


menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan
(comission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), dapat terjadi karena keberuntungan (misalnya pasien
menerima suatu obat kontraindikasi tetapi tidak timbul reaksi obat),
karena pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum
obat diberikan), atau peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal
diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya.
c. Kejadian tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terjadi
kepasien tapi tidak timbul cedera. Kejadian Potensial Cedera (KPC)
adalah kondisi yang berpotensi untuk menimbulkan cedera tetapi
tidak timbul cedera

BAB VI

PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

Pelaporan secara tertulis setiap kejadian nyaris cedera (KNC)


ataukejadian tidak diharapkan (KTD) yang menimpa pasien selama
menjalani proses pengobatan oleh petugas kesehatan di Puskesmas.

1. Prinsip Pelaporan Insiden


 Fungsi utama pelaporan insiden adalah untuk meningkatkan
keselamatan pasien melalui pembelajaran dari kegagalan atau
kesalahan.
 Pelaporan insiden harus aman. Staf tidak boleh dihukum
karena melapor.
 Pelaporan insiden hanya akan bermanfaat kalau
menghasilkan respon yang konstruktif, minimal memberi
umpan balik tentang data KTD dan analisisnya. Idealnya
juga menghasilkan rekomendasi untuk perubahan proses dan
sistem.
 Analisis yang baik dan proses pembelajaran yang berharga
memerlukan keahlian atau keterampilan. Tim harus
menyebarkan informasi, pengembangan solusi dan
rekomendasi perubahan.
2. Kebijakan Pelaporan Insiden
 Kecelakaan yang dilaporkan adalah KTD, KTC, KNC dan
KPC

 Laporan insiden dibuat oleh staf unit layanan yang pertama


menemukan kejadian dan yang terlibat dalam kejadian.
 Pelaporan menggunakan forrmulir dan alur pelaporan yang sama.
 Tim keselamatan mengkoordinir pelaporan insiden yang terkait
dengan keselamatan pasien.
 Unit pelayanan mencatat setiap insiden yang terjadi di unit kerja
masing-masing.
3. Prosedur Pelaporan Insiden
 Petugas yang terlibat atau pertama menemukan insiden
keselamatan pasien wajib segera ditindak lanjuti penanganannya
untuk mengurangi dampak.
 Setelah ditindak lanjuti, petugas tersebut membuat laporan
insidennya dengan mengisi formulir laporan insiden dan
meneruskannya kepada koordinator sebelum akhir jam kerja yang
bersangkutan (maksimal 2x24 jam setelah kejadian)
 Form laporan insiden yang telah dilengkapi diserahkan kepada
Tim Mutu.
 Tim mutu memeriksa laporan, memonitor hasil investigasi dan
menindak lanjuti hasil investigasi.
BAB VII
MONITORING DAN EVALUASI

1. Tim mutu dan keselamatan Puskesmas Kalibaru Kulon secara


berkala melakukan monitoring dan evaluasi program
keselamatan pasien di Puskesmas Kalibaru kulon.
2. Tim mutu dan keselamatan Puskesmas Kalibaru Kulon secara
berkala (paling lama 2 tahun) melakukan evaluasi pedoman,
kebijakan dan prosedur keselamatan pasien yang dipergunakan
di Puskesmas Kalibaru Kulon.
3. Tim mutu dan keselamatan Puskesmas Kalibaru Kulon
melakukan evaluasi kegiatan setiap empat bulan dan membuat
tindak lanjutnya.
LAMPIRAN

Lampiran 1

INDIKATOR KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS


KALIBARU KULON

NO INDIKATOR SASARAN TARGET


KESELAMATAN PASIEN
1 Identifikasi pasien dengan benar 100%
2 Komunikasi efektif dalam pelayanan 100%
3 Keamanan obat yang perlu 100%
diwaspadai
4 Memastikan lokasi pembedahan yang 100%
benar,prosedur yang
benar,pembedahan pada pasien yang
benar
5 Mengurangi risiko infeksi akibat 100%
perawatan kesehatan
6 Mengurangi risiko cedera pada pasien 100%
jatuh

Anda mungkin juga menyukai