Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN KESELAMATAN PASIEN

No. Dokumen :

Tanggal Terbit :

No. Revisi :

Halaman :

Ditetapkan,
Kepala UPT Puskesmas Buana Pemaca

ARIA FARATAMA K, SST, M.Kes


NIP. 198604152009042001

UPT PUSKESMAS BUANA PEMACA


OKU SELATAN
TAHUN 2023
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional masyarakat dapat memilih fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan mereka. Puskesmas sebagai ujung tombak
pelayanan kesehatan masyarakat harus dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar
pelayanan maupun standar kompetensi sehingga dapat menjamin keselamatan pasien.
Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat yang dikategorikan tidak aman, cedera
mungkin saja dialami oleh pasien atau pengunjung pelayanan kesehatan baik akibat kondisi sarana,
prasarana dan peralatan yang ada serta akibat pelayanan yang diberikan. Terjadinya cidera atau kejadian
yang tidak diinginkan bisa akibat dari sumber daya manusia yang kurang kompeten, kondisi fasilitas yang
tidak memadai maupun ketersediaan obat dan peralatan kesehatan yang belum memenuhi standar.
Agar puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu dikelolah dengan baik, baik
kinerja pelayanan, proses pelayanan maupun sumber daya yang digunakan. Terkait dengan hal tersebut
maka Kementrian Kesehatan telah menertibkan Permenkes tentang Keselamatan Pasien yang dituangkan
dalam Permenkes nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien dan untuk mengimplementasikan
Permenkes tersebut maka perlu disusun Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Pasien di UPT Puskesmas
Buana Pemaca.
Keselamatan pasien puskesmas UPT Puskesmas Buana Pemaca adalah suatu sistem dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi identifikasi pasien, komunikasi efektif,
pengelolaan obat dengan kewaspadaan tinggi, upaya untuk memastikan benar pasien, benar prosedur,
dan benar sisi pada pasien yang menjalani tindakan medis, kebersihan tangan, dan proses mengurangi
resiko jatuh.

B. Tujuan
Sebagai Pedoman bagi UPT Puskesmas Buana Pemaca untuk dapat melaksanakan upaya
keselamatan pasien dalam meningkatkan mutu pelayanan puskesmas.
C.Ruang lingkup pelayanan
Sasaran dari keselamatan pasien adalah
1. Puskesmas
2. Polindes
3. Posyandu

D.Landasan Hukum
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang No 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
3. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan
4. Permenkes No 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis
5. Permenkes No 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
6. Permenkes No 37 Tahun 2913 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan
Masyarakat
7. Permenkes No.13 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkunga di
Puskesmas
8. Permenkes No 46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi Klinik Pratama,Tempat Praktek Mandiri Dokter
dan Dokter Gigi
9. Permenkes No 54 Tahun 2015 Tentang Pengujian Dan Kalibrasi Kesehatan
10. Permenkes No 67 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat
Kesehatan Masyarakat
11. Permenkes No 71 Tahun 2015 Tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
12. Permenkes No 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
13. Permenkes No 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Puskesmas
14. Permenkes No 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
15. Permenkes No 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
BAB II
KESELAMATAN PASIEN PENYELENGGARAAN PELAYANAN

A. Konsep Keselamatan Pasien


Keselamatan pasien puskesmas UPT Puskesmas Buana Pemaca adalah suatu sistem dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi identifikasi pasien, komunikasi efektif,
pengelolaan obat dengan kewaspadaan tinggi, upaya untuk memastikan benar pasien, benar prosedur,
dan benar sisi pada pasien yang menjalani tindakan medis, kebersihan tangan, dan proses mengurangi
resiko jatuh.
Dalam proses pemberian pelayanan kesehatan dapat terjadi kesalahan berupa kesalahan
identifikasi pasien, diagnostik, pengobatan, pencegahan serta kesalahan sistem lainnya.berbagai
kesalahan tersebut pada akhirnya berpotensi mengakibatkan cidera pada pasien. Hal ini bearti bahwa
kesalahan dapat mengakibatkan cidera yang terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris
Cidera, Kejadian Tidak Cidera, dan Kejadian Potensial Cidera
Keselamatan pasien puskesmas sebagai suatu sistem di dalam puskesmas yang diharapkan
dapat memberikan asuhan kepada pasien dengan lebih aman dan mencegah cidera akibat melakukan
atau tidak melakukan tindakan. Dalam pelaksanaannya keselamatan pasien akan banyak menggunakan
prinsip dan metode menejemen resiko mulai dari identifikasi, asesment, dan pengelolaan resiko. Laporan
dan analisis insiden keselamatan pasien akan meningkatkan kemampuan belajar dari insiden yang terjadi
untuk mencegah terulang nya kejadian yang sama di kemudian hari.
Penyelenggaraan keselamatan pasien di UPT Puskesmas Buana Pemaca di lakukan dengan
pembentukan sistem pelayanan yang menerapkan standar keselamatan pasien dan tujuh langkah menuju
keselamatan pasien.
BAB III
PENYELENGGARAAN KESELAMATAN PASIEN

A. Standar Keselamatan Pasien


Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu di tangani segera maka di
perlukan standar keselamatan pasien di UPT Puskesmas Buana Pemaca yang di jadikan acuan.
Adapun standar keselamatan pasien terdiri dari tujuh standar:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Pengguanaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamtan pasien
7. Komuniaksi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamtan pasien

Dalam pencapaian tujuh standar keselamatan pasien di perlukan penerapan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1. Prinsip Keterbukaan
Seluruh petugas puskesmas di dorong untuk melaporkan jika terjadi kesalahan tanpa rasa
takut untuk disalahkan pasien dan keluhan di informasikan terhadap kejadian yang terjadi dan
mengapa kejadian tersebut terjadi.
2. Prinsip Pembelajaran
Pembelajaran dari setiap proses atau kejadian di lakukan untuk meningkatkan metode dan
upaya mencegah terjadinya kesalahan
3. Prinsip Kejelasan Kewenangan
Kejelasan kewenangan di perlukan dalam pemberdayaan praktik klinis untuk mengambil
tindakan dalam mengatasi masalah
4. Prinsip Akuntabilitas
Kejelasan siapa saja yang bertanggung jawab (Akuntabilitas) terhadap suatu kejadian atau
tindakan yang dilakukan
5. Prinsip Budaya Adil
Perlakuaan yang adil dan tidak persalahkan jika terjadi kegagalan

B. Tujuh Langkah Keselamatan Pasien


Mengacu pada standar keselamatan pasien maka Puskesmas Buana Pemaca harus merancang
proses untuk memperbaiki, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisa dan melakukan perubahan untuk meningkatkan keselamatan pasien. Dengan tujuh
langkah menuju keselamatan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan dapat memperbaiki keselamatan
pasien melalui perencanaan kegiatan dan pengukuran kinerjanya. Melaksanakan tujuh langkah ini
dapat membantu memastikan bahwa asuhan yang di berikan seaman mungkin jika terjadi sesuatu hal
yang tidak benar bisa segera di ambil tindakan yang tepat. Tujuh langkah ini juga bisa membantu
fasilitas pelayanan kesehatan mencapai sasaran-sasarannya untuk tata kelola klinik, Menejemen resiko
dan pengendalian mutu
Tujuh langkah menunju keselamatan pasien :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengintegrasikan kegiatan menejemen resiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien dan masyarakat
6. Belajar dan berbagi tentang pembelajaran keselamatan
7. Implementasikan solusi-solusi untuk mencegah cidera

C. Sasaran Keselamatan pasien


Dalam upaya peningkatan mutu layanan klinis perlu di tetapkan ukuran-ukuran mutu layanan yang
kemudian di tetapkan sebagai sasaran keselamatan pasien guna untuk mendorong perbaikan spesifik
dalam keselamatan pasien. Sasaran yang menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan.
Di indonesia secara nasional untuk seluruh fasilitas pelayanan kesehatan, di berlakukan Sasaran
Keselamatan Pasien Nasional yang terdiri dari
SKP 1 : Mengidentifikasi pasien dengan benar
SKP 2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif dalam pemberian asuhan
SKP 3 : Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus di waspadai
SKP 4 : Memastikan tepat pasien,tepat prosedur,tepat sisi pada pasien yang menjalani operasi/tindakan
medis.
SKP 5 : Mengurangi resiko cidera pasien akibat terjatuh

Penjelasan dari masing-masing enam sasaran keselamatan pasien


SKP 1 : Mengidentifikasi pasien dengan benar
MAKSUD DAN TUJUAN
Kesalahan karena keliru pasien sebenarnya terjadi di semua aspek diagnosis dan pengobatan.
Keadaan yang dapat mengarahakan terjadinya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien adalah pasien
dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi atau tidak sadar sepenuhnya
Tujuan dari sasaran ini adalah untuk dengan cara yang dapat di percaya mengidentifikasi pasien
sebagai individu yang di maksudkan untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan dan untuk
mencocokan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
1. Pasien di identifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor
kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien di identifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien di identifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemerikasaan klinis
pasien di identifikasi sebelum pemeberian pengobatan dan tindakan/prosedur
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua
situasi dan lokasi.
SKP 2 : Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif dalam pemberian asuhan
MAKSUD DAN TUJUAN
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang di pahami oleh resifien
dari penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis.
KEGIATAN YANG DI LAKSANAKAN
1. Perintah lisan dan yang melalui telpon atau hasil pemeriksaan di tuliskan secara lengkap oleh
penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
2. Perintah lisan dan melaui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali oleh
penerima perintah atau hasil pemeriksaan terbsebut.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan di konfirmasi oleh individu yang memberi perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut
4. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek yang konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap
operasi dari komunikasi lisan melalui telpon.

SKP 3 : Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus di Waspadai


MAKSUD DAN TUJUAN
Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana pengobatan pasien, maka penerapan menejemen
yang benar penting/krusial untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu di waspadai
(high-alert medications) adalah obat yang persentasi nya tinggi dalam menyebabkan terjadi nya
kesalahan/eror/atau kejadian sintimel (sintimel event), obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak
yang tidak di inginkan (everst outcome) demikian pula obat-obat yang tampak mirip/ucapan mirip ( nama
obat, rupa dan ucapan mirip/NORUM, atau look-alike sound-alike/ Lasa).

KEGIATAN YANG DI LAKSANAKAN


1. Kebijakan dan/atau prosedur di kembangkan agar memuat proses identifikasi, lokasi, pemberian
label dan penyimpanan obat-obat yang perlu di waspadai
2. Kebijakan dan prosedur di implementasikan.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika di butuhkan secara klinis
dan tindakan di ambil untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja di area tersebut, bila di
perkenankan kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang di simpan di unit pelayanan pasien harus id beri label yang jelas , dan di
simpan pada area yang di batasi ketat (restricted).
SKP 4 : Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur yang benar, Pembedahan Pada Pasien
yang Benar
MAKSUD DAN TUJUAN
Salah Lokasi,salah prosedur,salah pasien operasi adalah kejadian yang mengkhawatirkan dan biasa terjadi
di fasilitas pelayanan kesehatan. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak
di buat antara anggota tim bedah,kurang atau tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi dan tidak
ada prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi.
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
1. Fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan suatu ceklist atau proses lain untuk memferivikasi
saat preoperasi tepat lokasi,tepat prosedur,dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan
yang di perlukan tersedia,tepat,dan fungsional.
2. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur : sebelum insisi/timeout “tepat
sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan.
3. Kebijakan dan prosedur dkembangkan untuk mendukung keseragaman proses untuk memastikan
tepat lokasi,tepat prosedur,dan tepat pasien,termasuk prosedur medis dan tindakan gigi/dental
yang dilaksanakan diluar kamar operasi

SKP 5 : Mengurangi resiko cidera pasien akibat terjatuh


MAKSUT DAN TUJUAN
Program ini memonitor baik kosekuensi yang dimaksutkan atau yang tidak sengaja terhadap langkah-
langkah yang dilakukan untuk mengurangi jatuh. Misalnya penggunaan yang tidak nenar dzri alat
penghalang atau pembatasan asupan cairan bisa menyebabkan cidera,sirkulasi yang terganggu,atau
integrasi kulit yang menurun.
Program tersebuat harus di terapkan di fasilitas pelayanan kesehatan.
KEGIATAN YANG DI LAKSANAKAN
1. Fasilitas pelayanan kesehatan menerapkan proses asesment awal resiko pasien jatuh dan
melakukan asesment ulang terhadap pasien bila di indikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan.
2. Langlah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesment
dianggap beresiko.

Anda mungkin juga menyukai