Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN KESELAMATAN PASIEN

PUSKESMAS SUNGAI KAPIH


(Patient Safety)

PEMERINTAH KOTAMADYA SAMARINDA


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SUNGAI KAPIH

Jl. Sejati Perumahan Pondok Karya Lestari Blok D RT 10


TELP. (0541) 4116990 Kelurahan Sungai Kapih
Kecamatan Sambutan ,Samarinda
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional, masyarakat dapat memilih fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan mereka.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat dan gate keeper
pada pelayanan kesehatan formal dan penapis rujukan, harus dapat memberikan
pelayanan bermutu sesuai dengan standar pelayanan maupun standar kompetensi
sehingga dapat menjamin keselamatan pasien. Keselamatan tersebut sangatlah
penting untuk dilaksanakan di setiap puskesmas. Namun harus diakui kegiatan
institusi puskesmas dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan
pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait
dengan isu mutu dan citra puskesmas.
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu dikelola
dengan baik, baik kinerja pelayanan, proses pelayanan, maupun sumber daya yang
digunakan. Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu,
serta dapat menjawab kebutuhan mereka, oleh karena itu upaya peningkatan mutu
dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan Puskesmas dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada masyarakat.

Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat


asuhan pasien lebih aman untuk mencegah cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat menjalankan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Sebagai pedoman bagi Puskesmas Tanggul untuk dapat melaksanakan


program keselamatan pasien dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
puskesmas.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas Tanggul.


2. Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung
Puskesmas Tanggul.
3. Sebagai acuan yang jelas bagi puskesmas tanggul dalam mengambil
keputusan terhadap keputusan pasien.
4. Sebagai acuan bagi tenaga klinis dalam meningkatkan keselamatan pasien.
5. Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis dan terarah.

1.3 Manfaat
1. Budaya safety meningkat dan berkembang.
2. Resiko klinis dan keluhan berkurang.
3. Mutu pelayanan puskesmas meningkat.
4. Menurunkan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) di Puskesmas Tanggul.
BAB II
KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS TANGGUL

Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas


membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Keselamatan pasien sebagai suatu sistem di dalam puskesmas diharapkan
memberikan asuhan kepada pasien dengan lebih aman dan mencegah cedera akibat
melakukan atau tidak melakukan tindakan. Dalam pelaksanaannya keselamatan
pasien akan banyak menggunakan prinsip dan metode manajemen risiko mulai dan
identifikasi, asesmen dan pengolahan risiko. Pelaporan dan analisis insiden
keselamatan pasien akan meningkatkan kemampuan belajar dari insiden yang
terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama dikemudian hari.
Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan modern adalah suatu
organisasi yang sangat komplek karena padat modal, padat tehnologi, padat karya,
padat profesi, padat sistem, dan padat mutu serta padat resiko sehingga tidak
mengejutkan bila Kejadian Tidak Diinginkan/KTD akan sering terjadi dan akan
berakibat pada terjadinya injuri atau kematian pada pasien.
Dalam proses pemberian layanan kesehatan dapat terjadi kesalahan berupa
kesalahan diagnosis, pengobatan, pencegahan, serta kesalahan sistem lainnya.
Berbagai kesalahan tersebut pada akhirnya berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien. Hal ini berarti bahwa kesalahan dapat mengakibatkan cedera dan dapat pula
tidak mengakibatkan cedera terhadap pasien.
 Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial
Cedera.

WHO resmi menerbitkan sembilan solusi keselamatan pasien yaitu :


1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip.
2. Pastikan identifikasi pasien.
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pengoperasian pasien.
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat.
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan layanan.
7. Hindari salah kateter dan salah sambung tube.
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai.
9. Tingkatkan kebersihan tangan.

BAB III
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
PUSKESMAS TANGGUL

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu


ditangani segera maka diperlukan standar keselamatan pasien di Puskesmas
Tanggul yang dijadikan acuan.
Adapun standar keselamatan pasien terdiri dari tujuh standar :
1. Hak pasien.
2. Mendididik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

1. Hak pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian
Tidak Diharapkan.
Kriteria :
1)      Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
2)      Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3)       Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara
jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

2.  Mendidik pasien dan keluarga


Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di
rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya
tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan
pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1). Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2). Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3). Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4). Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5). Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6). Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7). Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria :
1)      Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.
2)      Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien
dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh
tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3)      Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
4)      Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan


evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Puskesmas harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria :
1)      Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan sakit tujuan puskesmas, kebutuhan pasien,
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat,
dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan ”Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas Tanggul”.
2)      Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.
3)      Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses
kasus risiko tinggi.
4)      Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


1)      Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas Tanggul ”.
2)      Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak
Diharapkan.
3)      Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar
unit dan individu berkaitan
4)      Dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
5)      Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan
keselamatan pasien.
6)      Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
Kriteria :
1)      Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2)      Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang memerlukan
perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) sampai dengan
“Kejadian Tidak Diharapkan’ ( Adverse event).
3)      Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan
pasien.
4)      Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5)      Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis
Akar Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian
Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
6)      Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam
kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
7)      Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar
disiplin.
8)      Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk
evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
9)      Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standar :
1)      Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara
jelas
2)      Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Kriteria :
1)      Setiap puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi
bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya
masing-masing.
2)      Setiap puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam
setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.
3)      Setiap puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan


pasien
1)      Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
2)      Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
1)      Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien.
2)      Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada

Indikator keselamatan di Puskesmas Tanggul meliputi :

1. Tidak Terjadinya Kesalahan Identifikasi Pasien


Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki /
meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
Keliru mengidentifikasi pasien terjadi hampir di semua aspek diagnosis dan
pengobatan .

Tujuan :
1. Mengidentifikasi dengan benar.
2. Mencocokkan layanan dengan pasien tersebut.
3. Petugas harus melakukan identifikasi pada saat :
 Pemberian obat.
 Pemberian darah / produk darah.
 Pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis.
 Sebelum memberikan pengobatan.
 Sebelum memberikan tindakan.

2. Peningkatan Komunikasi Yang Efektif


Maksud dan tujuan :
• Mengurangi kesalahan
• Menghasilkan peningkatan Keselamatan Pasien
Komunikasi Efektif :
 Komunikasi Verbal (Write Down/ Tulis, Read Back/ Baca Kembali,
Confirmation/ Konfirmasi)
Komunikasi verbal menerapkan TBK (T ulis – Baca -Konfirmasi
kembali.
Dilakukan saat menerima Instruksi verbal / Lisan dan saat menerima
informasi hasil tes kritis secara verbal / lisan
 SBAR (Situation – Background – Assessment – Recommendation)
Pendekatan sistematik untuk memperbaiki komunikasi diantara
tenaga kesehatan.
Berlaku untuk semua petugas saat melakukan pelaporan
 Singkatan terstandar
Gunakan singkatan yang sudah terstandar.
Tulis kata dengan lengkap bila tidak ada dalam daftar singkatan.

3. Tidak Terjadinya Kesalahan Pemberian Obat Kepada Pasien


Obat yg Perlu diwaspadai :
 Elektrolit konsentrat
 NORUM (Nama Obat dan Rupa Ucapan Mirip) atau LASA (Look Alike
Sound Alike)
 Obat yang berkatagori tersebut diatas, merupakan obat yang sering
menyebabkan Kecelakaan Tak Disengaja ( KTD) dan/atau
kejadian Sentinel

Macam kesalahan bisa terjadi :


 Secara tidak sengaja
 Bila petugas tidak mendapatkan orientasi sebelum ditugaskan
 Pada keadaan gawat darurat

4. Tidak Terjadinya Kesalahan Prosedur Tindakan Medis dan Keperawatan


Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
Penandaan yang jelas dan dapat dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi
dan melibatkan pasien didalam proses penandaan
Checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi,
tepat prosedur dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia, tepat dan fungsional.
Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur "sebelum
insisi/time out" tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan.
Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman
proses untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien,
Termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi/dental.

5. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Puskesmas


 Tantangan terbesar dalam pelayanan kesehatan
 Peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan
 Keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan
kesehatan.
 Pokok pokok eliminasi : memakai Pedoman Hand Hygiene dari WHO

6. Tidak Terjadinya Pasien Jatuh


Definisi :
Adalah jatuhnya pasien dari tempat tidur ke lantai dan/ atau tempat lainnya
yang lebih rendah pada saat istirahat maupun saat pasien
terjaga yang tidak disebabkan oleh penyakit stroke, epilepsi, dll atau
bahaya karena terlalu banyak aktifitas.

Langkah Pencegahan Pasien Risiko Jatuh :


 Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan
 Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
 Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat tidur pasien
 Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan dan terang
 Pastikan lorong bebas hambatan
 Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam jangkauan pasien
 Pasang Bedside rel
 Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur

BAB IV
TAHAPAN MENUJU KESELAMATAN PASIEN
PUSKESMAS TANGGUL
Mengacu pada standar keselamatan pasien, maka puskesmas Tanggul harus
merancang proses untuk memperbaiki, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisa secara intensif dan melakukan perubahan
untuk meningkatkan keselamatan pasien.

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

a. Bagi Puskesmas
 Puskesmas harus memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang
harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana
langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan
apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
 Puskesmas menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari
insiden yang terjadi di puskesmas
 Puskesmas melakukan asesment dengan menggunakan survei
penilaian keselamatan pasien
b. Bagi Tim
 Tim memastikan rekan kerjanya mampu berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden
 Tim mendemonstrasikan kepada tim ukuran-ukuran yang dipakai
untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi
proses pembelajaran serta pelaksanaan solusi yang tepat
2. Memimpin dan mendukung staf untuk memiliki komitmen dan fokus pada
keselamatan pasien di puskesmas Tanggul
a. Bagi Puskesmas
 Puskesmas memastikan ada tim yang bertanggungjawab atas
keselamatan pasien
 Puskesmas mengidentifikasikan orang-orang yang dapat diandalkan
menjadi penggerak dalam gerakan keselamatan pasien
 Puskesmas memprioritaskan keselamatan pasien dalam agenda
rapat
 Puskesmas memasukkan tema keselamatan pasien dalam semua
program latihan staf dan memastikan pelatihan ini diikuti dan diukur
efektivitasnya
b. Bagi Tim
 Menominasikan penggerak dalam tim untuk memimpin gerakan
keselamatan pasien
 Menjelaskan kepada tim relevansi dan pentingnya gerakan
keselamatan pasien
 Menumbuhkan sikap yang menghargai pelaporan insiden

3. Mengintegrasikan manajemen resiko


a. Bagi Puskesmas
 Puskesmas mengkaji kembali struktur dan proses yang ada dalam
manajemen resiko klinis dan non klinis, serta memastikan hal
tersebut mencakup dan terintegrasi dengan keselamatan pasien dan
staf
 Puskesmas mengembangkan indikator kinerja pengelolaan resiko
yang dapat dimonitor oleh kepala puskesmas
 Puskesmas menggunakan informasi yang benar dan jelas yang
diperoleh dari sistem pelaporan insiden dan assesmen resiko untuk
dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian kepada pasien

b. Bagi Tim
 Membentuk forum-forum di puskesmas untuk mendiskusikan issu
issu keselamatan pasien guna memberikan umpan balik kepada
manajemen terkait
 Memastikan ada penilaian resiko kepada individu pasien dalam
proses asessment puskesmas
 Melakukan proses asessmen resiko secara teratur dan mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil resiko tersebut
 Memastikan assesmen resiko tersebut disampaikan sebagai
masukan ke proses asessmen dan pencatatan resiko puskesmas

4. Mengembangkan sistem pelaporan di puskesmas


a. Bagi Puskesmas
 Melengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden kedalam
maupun keluar
b. Bagi Tim
 Mendukung kepada rekan sekerja untuk secara aktif melaporkan
setiap insiden yang terjadi

5. Mengembangkan komunikasi terbuka dengan pasien


a. Bagi Puskesmas
 Memastikan puskesmas memiliki kebijakan yang jelas dalam
menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan
tentang insiden kepada pasien dan keluarga
 Memastikan pasien dan keluarga mendapatkan informasi yang jelas
dan benar bila terjadi insiden
 Memberikan dukungan dan pelatihan kepada staf agar selalu terbuka
pada pasien dan keluarganya.

b. Bagi Tim
 Memastikan tim menghargai dan mendukung keterlibatan pasien
dan keluarga bila terjadi insiden
 Memprioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga jika
terjadi insiden dan segera beritahukan kepada mereka informasi
yang jelas dan benar
 Memastikan segera setelah kejadian tim menunjukkan empati
kepada pasien dan keluarganya

6. Mempelajari dan membagi pengalaman tentang keselamatan pasien


a. Bagi Puskesmas
 Memastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian
insiden secara tepat
b. Bagi Tim
 Mendiskusikan dalam tim pengalaman dan hasil analisis insiden
 Mengidentifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena
dampak dimasa depan dan membagi pengalaman tersebut secara
luas

7. Mencegah cedera melalui implementasi keselamatan pasien


a. Bagi Puskesmas
 Menggunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan, assesmen resiko, kajian insiden dan audit serta
analisis untuk menentukan solusi.
 Memberikan umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang
diambil atas insiden yang dilaporkan.

b. Bagi Tim
 Melibatkan tim dalam mengembangkan berbagai cara untuk
membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman
 Menelaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim dan
memastikan pelaksanaannya
 Memastikan tim menerima umpan balik atas setiap tindakan tindak
lanjut atas setiap tindakan yang dilaporkan

Tujuh langkah keselamatan pasien puskesmas Tanggul merupakan panduan


yang komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga ketujuh langkah
tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap unit layanan yang
memberikan pelayanan kepada pasien. Dalam pelaksanaannya tujuh langkah
tersebut tidak harus berurutan dan serentak, namun dapat dipilih langkah-langkah
yang paling strategis dan mudah dilaksanakan
BAB V
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien yang tidak
seharusnya terjadi, yang terdiri dari :
a. Kejadian Tidak diharapkan (KTD) : suatu insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang sehrusnya diambil dan bukan karena penyakit
dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan
medis atau bukan kesalahan medis.
b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) : suatu insiden yang tidak menyebabkan
cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan (comission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dapat
terjadi karena keberuntungan (misalnya pasien menerima suatu obat
kontraindikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), karena pencegahan (suatu
obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan
membatalkannya sebelum obat diberikan), atau peringanan (suatu obat
dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya.
c. Kejadian tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terjadi ke pasien
tapi tidak timbul cedera
d. Kejadian Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang berpotensi untuk
menimbulkan cedera tetapi tidak timbul cedera
BAB VI
PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

Pelaporan secara tertulis setiap kejadian nyaris cedera (KNC) atau kejadian
tidak diharapkan (KTD) yang menimpa pasien selama menjalani proses pengobatan
oleh petugas kesehatan di rumah sakit.

1. Prinsip Pelaporan Insiden


 Fungsi utama pelaporan insiden adalah untuk meningkatkan keselamatan
pasien melalui pembelajaran dari kegagalan atau kesalahan
 Pelaporan insiden harus aman. Staf tidak boleh dihukum karena melapor
 Pelaporan insiden hanya akan bermanfaat kalau menghasilkan respon yang
konstruktif, minimal memberi umpan balik tentang data KTD dan
analisisnya. Idealnya juga menghasilkan rekomendasi untuk perubahan
proses dan sistem
 Analisis yang baik dan proses pembelajaran yang berharga memerlukan
keahlian atau keterampilan. Tim harus menyebarkan informasi,
pengembangan solusi dan rekomendasi perubahan.

2. Kebijakan Pelaporan Insiden


 Kecelakaan yang dilaporkan adalah KTD, KTC, KNC dan KPC
 Laporan insiden dibuat oleh staf unit layanan yang pertama menemukan
kejadian dan yang terlibat dalam kejadian
 Pelaporan menggunakan forrmulir dan alur pelaporan yang sama
 Tim keselamatan mengkoordinir pelaporan insiden yang terkait dengan
keselamatan pasien
 Unit pelayanan mencatat setiap insiden yang terjadi di unit kerja masing-
masing

3. Prosedur Pelaporan Insiden


 Petugas yang terlibat atau pertama menemukan insiden keselamatan pasien
wajib segera ditindaklanjuti penanganannya untuk mengurangi dampak
 Setelah ditindaklanjuti, petugas tersebut membuat laporan insidennya
dengan mengisi formulir laporan insiden dan meneruskannya kepada
koordinator sebelum akhir jam kerja yang bersangkutan (maksimal 1x24
jam setelah kejadian)
 Form laporan insiden yang telah dilengkapi diserahkan kepada Tim Mutu
 Tim mutu memeriksa laporan, memonitor hasil investigasi dan
menindaklanjuti hasil investigasi

BAB VII

MONITORING DAN EVALUASI


1. Tim mutu dan keselamatan Puskesmas Tanggul secara berkala melakukan
monitoring dan evaluasi program keselamatan pasien di puskesmas Tanggul
2. Tim mutu dan keselamatan puskesmas Tanggul secara berkala (paling lama 2
tahun) melakukan evaluasi pedoman,kebijakan dan prosedur keselamatan
pasien yang dipergunakan di Puskesmas Tanggul
3. Tim mutu dan keselamatan puskesmas Tanggul melakukan evaluasi kegiatan
setiap tiga bulan dan membuat tindak lanjutnya

LAMPIRAN

Lampiran 1

INDIKATOR KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS TANGGUL

NO INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN TARGET


1. Tidak Terjadinya Kesalahan Identifikasi Pasien 100%

2. Tidak Terjadinya Kesalahan Pemberian Obat Kepada Pasien 100%

3. Peningkatan Komunikasi Yang Efektif 100 %

4. Tidak Terjadinya Kesalahan Prosedur Tindakan Medis dan 100 %


Keperawatan

5. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Puskesmas ≥ 75 %

6 Tidak Terjadinya Pasien Jatuh 100 %

Anda mungkin juga menyukai