Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN KESELAMATAN PASIEN

PUSKESMAS KANGKUNG I
KABUPATEN KENDAL

Jl. KH. Ibrahim no 6 Kangkung Kendal


Email : puskkangkung1@gmail.com
BAB I
DEFINISI

Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama dalam pemberian


pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan penting dalam mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat. Bahwa dalam rangka mengoptimalisasikan dan
mengintegrasikan semua upaya kesehatan di Puskesmas agar pelayanan ynag diberikan
bermutu dan komprehensif perlu adannya pedoman yang disusun sebagai Panduan
Keselamatan Pasien di Puskesmas Kangkung I.
Keselamatan pasien di Puskesmas adalah suatu sistem dimana Puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi pengurangan resiko terjadinya kecelakaan kerja
yang terjadi pada pasien selama perawatan di Puskesmas Kangkung I. Melakukan
identifikasi dan penanganan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, sistem pencatatan
dan pelaporan dan analisis insiden, sehingga memberikan pembelajaran bagi petugas dalam
penanganan insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan yang dapat mengancam nyawa pasien.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang:
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat;
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu hidup dalam lingkungan sehat;
dan
3. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
BAB II
RUANG LINGKUP

Sasaran keselamatan pasien


1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif
3. Meningkatkan keamanan obat-obat yang harus diwaspadai
4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar
5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
6. Mengurangi risiko cidera pasien akibat terjatuh
BAB III
TATA LAKSANA

A. Sasaran Keselamatan Pasien


Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di Puskesmas
Kangkung I. Maksud dari sasaran keselamatan pasien adalah mendorong perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kangkung I sasaran
keselamatan pasien meliputi:
1. Mengidentifikasi Pasien dengan Benar
Puskesmas wajib mengembangkan pendekatan untuk
memperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran I :
a. Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi dihampir
semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien
bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami
disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar atau, adanya kelainan
sensori, atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan
dua kali pengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu
yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian
pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
b. Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk
memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi
pasien ketika pemberian obat pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan
dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi
seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, lain-
lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi.
c. Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda
di lokasi yang berbeda di Puskesmas Kangkung I, seperti di pelayanan rawat jalan,
unit gawat darurat, atau ruang Rawat inap termasuk identifikasi pada pasien
koma tanpa identitas.
d. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau
prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat
diidentifikasi.

Penilaian Sasaran I :
a. Petugas meminta kartu berobat, kartu jaminan kesehatan dan Kartu Identitas.
b. Petugas menanyakan data pribadi pasien; nama pasien, nama ibu kandung, jenis
kelamin, umur, alamat, tempat tanggal lahir, agama, pekerjaan.
c. Petugas mencocokan kesamaan identitas pasien dengan rekam medis.
d. Petugas menanyakan keluhan atau keperluan pasien.
e. Petugas menentukan ruang pelayanan sesuai dengan keperluan/ kebutuhan
pasien.
f. Petugas mengisi data identitas pasien pada lembar rekam medis.
g. Petugas mengantar rekam medis ke poli tujuan.
h. Petugas mengarahkan pasien ke poli yang dituju.
i. Petugas mempersilahkan pasien untuk menunggu panggilan di ruang tunggu.
2. Meningkatkan Komunikasi yang Efektif
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan.
Maksud dan Tujuan Sasaran II :
a. Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat
perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon.
b. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali
hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito
melalui telepon ke unit pelayanan.
c. Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur
untuk perintah lisan dan telepon termasuk mencatat denagan lengkap dan jelas
dalam rekam medik pasien (atau memasukkan ke komputer) perintah yang
lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima
perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan
mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah
akurat. Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan
bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila
tidak seperti situasi gawat darurat di UGD atau kamar Bersalin.

Penilaian Sasaran II :
a. Teknik TBK (Tulis, Baca dan Konfirmasi)
1) Perintas harus di catat / di tulis secara lengkap oleh petugas kesehatan yaitu
meliputi :
a) Isi perintah.
b) Nama pemberi perintah.
c) Nama penerima perintah.
d) Tanggal dan jam.
Perintah/ Instruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan
yang disampaikan harus ditulis pada berkas rekam medis. dikonfirmasi ulang
pada saat DPJP Visite instruksi harus dicek kembali oleh DPJP kemudian
ditanda tangani pada kolom cap konfirmasi (stempel “read back”) dalam
waktu 24 jam. Apabila dokter DPJP sedang tidak ada ditempat maka
cap konfirmasi dapat ditanda tangani oleh dokter pengganti yang
ditunjuk oleh dokter DPJP.
2) Baca Perintah/ Instruksi lisan via alat komunikasi/ telepon dan laporan hasil
pemeriksaan di baca ulang/dieja, waspadai nama-nama obat yang
NORUM/LASA (Nama Obat Rupa Sama/Look Like Sound Like) seperti :
a) Aminophilin 200 mg – Amitriptyline 25 mg
b) Acyclovir 200 mg – Acyclovir 400 mg
Perintah/ Instruksi lisan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan Nama-
nama obat atau tindakan yang tidak jelas akan di eja dengan ejaan alphabet
yang sudah di standarisasi :
3) Konfirmasi ulang Instruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil
pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang menyampaikan
hasil pemeriksaan.

b. Teknik SBAR
Perawat/ dokter jaga akan melaporkan kondisi pasien dengan sistem
SBAR (Situasi – Background – Assessment – Rekomendasi) :
1) Situasi yaitu : keluhan pasien atau keadaan saat ini yang menjadi
perhatian.
2) Background yaitu : tanggal masuk, diagnosa penyakit, obat-obatan
yang telah diberikan.
3) Assesment yaitu : hasil pemeriksaan terkini atau penilaian saat ini
oleh provider.
4) Rekomendasi yaitu : apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah pasien saat ini.
3. Meningkatkan Keamanan Obat-Obat yang Harus Diwaspadai
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan
obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert).
Maksud dan Tujuan Sasaran III :
a. Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus
berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang
perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan
terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat
yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look Alike Soun Alike/LASA).
b. Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah
pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida
2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari
0.9%, dan magnesium sulfat = 50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila
perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila
perawat atau Bidan baru tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau
pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau
mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-
obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit
pelayanan pasien ke farmasi.
c. Puskesamas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur
untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada
di Puskesmas. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana saja
yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di UGD atau kamar Bersalini,
serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya
di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak
sengaja/kurang hati-hati.

Penilaian Sasaran III :


a. Apoteker puskesmas membuat perencanaan obat narkotik dan psikotropik dalam 1
tahun pada form RKO (Rencana Kebutuhan Obat)
b. Apoteker membuat permintaan obat narkotik atau psikotropik pada LPLPO yang
dikirimkan ke Dinas Kesehatan
c. Pada saat Penerimaan Apoteker memeriksa obat narkotik atau psikotropik yang
datang tekait kondisi, masa kedaluwarsa dan dicocokan dengan Berita acara serah
terima barang
d. Obat narkotik dan psikotropik disimpan dalam lemari yang memiliki pintu ganda
dan kunci ganda, dilengkapi dengan kartu stok obat.
e. Kunci lemari penyimpanan obat narkotik dan psikotropik disimpan oleh Apoteker
f. Pengeluaran obat narkotik dan psikotropik didasarkan pada resep yang diterima
oleh bagian farmasi, resep tersebut harus tercantum nama dan paraf dokter yang
meresepkan
g. Penerimaan dan pengeluaran obat narkotik dan psikotropik dilaporkan ke Dinas
Kesehatan setiap bulan
h. Sediaan obat narkotik dan psikotropik yang rusak atau telah melewati masa
kedaluwarsa dikembalikan ke Dinas Kesehatan disertai dengan Berita acara serah
terima barang untuk selanjutnya dimusnahkan

4. Memastikan Lokasi Pembedahan yang Benar


Puskesmas Kangkung I mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan
tepat lokasi,tepat-prosedur, dan tepat- pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran IV :
Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-salah pada tindakan bedah minor, adalah
sesuatu yang mengkhawatirkan dan tidak mungkin dapat terjadi di Puskesmas
Kangkung I Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang
tidak akurat antara anggota tim kerja, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam
penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi bedah
minor. Di samping itu, asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan
medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota
tim, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca
(illegible handwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi
yang sering terjadi.
Puskesmas Kangkung I perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini. Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam penanganan
bedah minor di Puskesmas maka perlu di lakukan:
a. Puskesmas Kangkung I menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti
untuk identifikasi lokasi bedah minor dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
b. Puskesmas Kangkung I menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat prebedah minor tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
p asien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan
fungsional.
c. Tim yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi/time-out”
tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan bedah minor.
d. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang seragam
untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur
medis dan dental yang dilaksanakan di luar ruang tindakan.

5. Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan


Puskesmas Kangkung I mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan Sasaran V :
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan
pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi
pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai
dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi
pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan
dengan ventilasi mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan
(hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca di Standart
Operasional yang tersedia. Puskesmas Kangkung I mempunyai proses kolaboratif
untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau
mengadopsi petunjuk mencuci tangan yang benar dan wajib dilakukan semua staf.

Elemen Penilaian Sasaran V :


a. Puskesmas Kangkung I mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand
hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO
Patient Safety)
b. Puskesmas Kangkung I menerapkan program mencuci tangan yang efektif.
c. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

6. Mengurangi Risiko Cidera Pasien Akibat Terjatuh


Puskesmas Kangkung I mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
risiko pasien dari cedera karena jatuh di ruang rawat inap.
Maksud dan Tujuan Sasaran VI :
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat
inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan,
dan fasilitasnya, Puskesmas Kangkung I perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan
mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa
termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan
keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut
harus diterapkan Puskesmas Kangkung I

Elemen Penilaian Sasaran VI :


1. Perawat melakukan pengkajian pada pasien baru dan melakukan penilaian risiko
jatuh dengan Skala Jatuh Morse.
2. Perawat menetapkan tindakan apa yang harus dilaksanakan untuk mencegah
pasien jatuh, sesuai skoring penilaian risiko jatuh,
3. Perawat menjelaskan langkah-langkah pencegahan pasien jatuh
pada pasien dan keluarga.
4. Perawat melaksanakan langkah-langkah pencegahan jatuh pada
pasien sesuai tingkat risiko pasien jatuh.
5. Perawat melakukan monitoring pada pasien sesuai program.
6. Perawat mendokumentasikan tindakan yang dilakukan untuk mencegah pasien
jatuh.
BAB IV
DOKUMENTASI

Sasaran keselamatan pasien di Puskesmas Kangkung I dilaksanakan oleh tim


keselamatan pasien dan dibuat laporan setiap bulan dalam lembar laporan kegiatan ke Tim
Mutu.
Apabila terjadi kejadian yang tidak diinginkan, maka dilaporkan ke website Indikator
Nasional Mutu (INM).

Anda mungkin juga menyukai