Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1.LATARBELAKANG.
Pada saat pasien berkunjung ke sebuah pelayanan kesehatan, harapan pasien adalah mendapatkan pelayanan
kesehatan yang sebaik - baiknya dan dengan waktu sesingkat-singkatnya. Selain mendapatkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas, pasien dan
keluarga juga mengharapkan kenyamanan dan keamanan, baik dari petugas yang profesional,ke
nyamanan ruang tunggu, antrian yang tidak terlalu lama, kebersihan toilet dan lain-lain.Pelayanan klinis
merupakan salah satu tempat pelayanan pertama, dimana pasien dankeluarga pasien mendapat informasi yang
jelas sebelum pasien mendapatkan tindakanpelayanan berikutnya. Agar bisa memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai harapan pasiendan keluarganya, tenaga klinis di Klinik ABCD berupaya terus menerus
meningkatkan kualitaspelayanan kesehatan dan berusaha memenuhi segala indikator mutu layanan.Untuk itu
perlu disusun Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Perseorangan yang berlakudi lingkungan Klinik ABCD.
Pedoman ini diharapkan bisa menjadi dasar bagi tenaga klinis disetiap ruang pelayanan untuk membuat
Panduan Pelayaan di ruang masing masing, sesuaispesifikasi pelayanan di ruang pelayanan tersebut

1.2. TUJUAN
a. Tujuan umum
Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan kesehatan perseorangan di Klinik Pratama Sibroh Malisi yang
profesional dan bermutu dengan mengutamakan keselamatan pasien.
b. Tujuan khusus
1. Terciptanya pemberian pelayanan kesehatan perseorangan yang berjalan dengan baik
berdasarkan SPO sehingga mutu layanan dan keselamatan pasien dapat dimaksimalkan,
2. Terciptanya pemberian pelayanan kesehatan perseorangan yang nyaman denganlingkungan yang aman
,3. Mendorong tenaga klinis bekerja secara professional dengan penuh disiplin,bertanggung jawab, dan terpadu
,4. Meningkatnya kepuasan dan harapan pasien terhadap pelayanan kesehatanperorangan di Klinik Pratama
Sibroh Malisi
1.3. SASARAN
Sasaran dari pedoman ini adalah

1. Semua penyelenggara pelayanan klinis; mulai dari petugas pendaftaran, rekam medis,tenaga medis
(dokter/dokter gigi), paramedis (perawat, bidan), ahli gizi, tenaga tekhnis kefarmasian.
2. Pasien dan keluarga yang terkait untuk bekerjasama dalam pelaksanaan pelayanan klinis di Klinik Pratama
Sibroh Malisi
.
1.4. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman pelayanan kesehatan perseorangan ini adalah pelayanankesehatan tingkat pertama
yang meliputi pelayanan rawat jalan, pelayanan ,pelayanan tindakan medis, dan pelayanan penunjang yang
diselenggarakan di ruang pelayanan antara lain :
ruang pelayanan, antara lain 1. Pelayanan Pendaftaran
2. Pelayanan Pemeriksaan Umum,
3. Pelayanan Ibu, Anak, dan Keluarga Berencana
,4. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut,
5. Pelayanan Kefarmasian,
6. Pengelolaan Rekam Medis,
1.5. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan pendaftaran adalah unit pelayanan yang melayani pendaftaran pasien baru,pasien lama, dan
pemberian berbagai informasi terkait dengan pelayanan Klinik.
2. Pelayanan pemeriksaan umum adalah unit pelayanan yang melayani pemeriksaankesehatan dan
pengobatan umum dewasa dan anak usia diatas 5 tahun,
3. Pelayanan Ibu dan adalah unit yang melayani pemeriksaan kesehatan ibu hamil, ibunifas , ibu menyusui,
dan melayani pemberian kontrasepsi (pil KB, suntik, implant, IUD)serta pemeriksaan IVA,
4. Pelayanan Anak dan imunisasi adalah unit yang melayani pemeriksaan kesehatananak dibawah 5 tahun
dengan menggunakan algoritma MTBS dan MTBM, deteksi dinitumbuh kembang anak dan pemberian
imunisasi,
5. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah unit yang melayani pemeriksaan danpengobatan gigi dan mulut,
6. Pelayanan konsultasi adalah unit yang memberikan pelayanan berupa konsultasi gizidan sanitasi,
7. Pelayanan tindakan medis dan gawat darurat adalah unit pelayanan yang menanganipasien yang
memerlukan tindakan medis dan pasien yang memerlukan pertolongansegera dan melakukkan rujukan
emergensi ke Rumah sakit bila diperlukan,
8. Pelayanan kefarmasian adalah unit yang melayani pemberian obat berdasarkan resepdari
dokter dan bidan atau perawat yang mendapat pendelegasian wewenang daridokter, serta melakukan
pelayanan informasi obat,
9 Pengelolaan rekam medis adalah proses mempersiapkan formulir rekam medis danmelakukan penomoran
rekam medis yang diperlukan untuk pelayanan kepada pasien baru atau pasien lama,
BAB II STANDAR KETENAGAAN, FASILITAS, DAN PERALATAN2.1. STANDAR KETENAGAAN
Semua karyawan Klinik Pratama Sibroh Malisi wajib berpartisipasi dalam penyelenggaraan
kesehatanperseorangan ; mulai dokter, perawat, bidan, nutrisionist, analis kesehatan, asisten apoteker,dan
petugas administrasi.Kualifikasi sumber daya manusia yang ada di penyelenggaraan kesehatan
perseorangan Klinik Pratama Sibroh Malisi adalah sebagai berikut :

No Jenis Pelayanan Kualifikasi Sumber Daya Kompetensi Tambahan


1 Pelayanan Pendaftaran Tenaga D3 Rekam Medis,Punya sertifikat pelatihan
“Service Excellence”
2.PelayananPemeriksaan UmumDokterPerawat lulusan D33Pelayanan ibu, anak,dan KB Dokter Bidan
atau perawat minimal lulusan D 3 Punya sertifikat pelatihan MTBS dan MTBM,
3. Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut Dokter gigi,Terapis gigi minimal lulusan D3
6 Pelayanan konsultasi Ahli gizi minimal lulusan D3gizi dan sanitarian lulusan D3 Punya sertifikat
pelatihan
“Tekhnik Konsultasi”
7. Pelayanan Tindakan medis dan gawat darurat Dokter, perawat lulusan D3,bidan lulusan D3Punya
sertifikat pelatihan ATCLS (dokter) danBTCLS (perawat), APN(bidan)
8 Pelayanan rawat inapDokter,Perawat S1 Ners atau minimallulusan
10 Pelayanan Kefarmasian Apoteker atau D3 Farmasi Sertifikat pelatihanPemberian Informasi Obat
11.Pengelolaan RekamMedisPenata rekam medis minimallulusan D3 rekam medisSertifikat
pelatihanpengelolaan rekam medisatau surat keteranganmagang di Rumah Sakit

2.2. STANDAR FASILITAS


Fasilitas yang dimaksud di sini adalah peralatan non medis dan fasilitas pendukung layanan. Fasilitas pelayanan
di Klinik Pratama Sibroh Malisi adalah sebagai berikut :

2.3. STANDAR PERALATANNo Jenis Pelayanan JenisPeralatan Jumlah


1 Pelayanan Pendaftaran
2 Pelayanan Pemeriksaan Umum
3 Pelayanan ibu, anak, dan
4 Pelayanan kesehatan gigi danmulut
5 Pelayanan konsultasi6Pelayanan tindakan medis
BAB IIITATALAKSANA PELAYANAN3.1. LINGKUP KEGIATAN PELAYANAN
Kegiatan pelayanan klinis di Klinik Pratama Sibroh Malisi mencakup pelayanan terhadap pasien umum
danpasien peserta JKN KIS (PBI, BPJS kes ASN/TNI/Polri, JKN Mandiri), yang meliputi
layananrawat jalan, layanan rawat inap non spesialis, dan layanan gawat darurat.Kegiatan layanan
klinis terhadap pasien ini terdiri dari :
1. Pelayanan Pendaftaran Pasien,
2. Pengkajian awal untuk pasien baru dan anamnesis untuk pasien ulangan,
3. Pemesiksaan fisik dan penunjang,
4. Keputusan Klinis,
5. Rencana layanan klinis.

3.2. TATA LAKSANA

a. Pendaftaran Pasien
1. Metode yang dilakukan pada pendaftaran pasien menggunakan metode antrian,
2. Pasien lanjut usia atau berumur di atas 60 tahun diberikan nomor antrian khususkarena pasien lansia
diberikan prioritas untuk dilayani terlebih dahulu,
3. Untuk pasien yang baru pertama kali datang ke klinik, petugas pendaftaran memintaKTP dan KK untuk
identifikasi serta menanyakan apakah pasien memakai Kartu JKNatau tidak,
4. Untuk pasien lama, petugas meminta kartu kunjungan klinik,5. Petugas meregistrasi pasien
ke buku register berdasarkan wilayah tempat tinggal danmemberikan nomor rekam medis,6. Untuk
pengkodean rekam medis menggunakan system family folder dengan format 00 -00 - 00. (kode Desa
- kode Dusun/RT - kode KK).7. Selain mendaftarkan pasien, petugas pendaftaran juga
memberikan informasi kepadapasien berupa hak dan kewajiban pasien, jenis-jenis pelayanan di Klinik
ABCD, jadwalpelayanan, dokter yang bertugas, tarif pelayanan, rumah sakit rujukan, dan lain-
lain.

6
Alur Pelayanan Pendaftaran
Hak dan kewajiban pasien harus diinformasikan pada keseluruhan proses pelayanan yangdimulai dari
pendaftaran.1. Hak-hak pasien meliputi
:a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasienc. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil,
jujur, dan tanpa diskriminasid. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga terhindar dari kerugian
fisik danmaterie. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkanf. Meminta konsultasi
tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yangmempunyai Surat Izin Praktek
(SIP)g. Mendapatkan privasi dan kerahasian penyakit yang diderita termasuk data-
datamedisnyah. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnose dan tata cara tindakan medis,
alternativetindakkan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakanyang dilakuan
serta perkiraan biaya pengobatanak/tindakan medis yang akan dilakukanterhadap dirinya
7
i. Memberikan persetujuan atau menolak sebagian atau seluruh tindakan yang akandiberikan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya setelah menerimadan memahami informasi mengenai tindakkan
tersebut secara lengkap denganpengecualian yang diatur dalam ketentuan perundang-
undangan j. Didampingi keluarganya atau penasehatnya dalam keadaan kritisk. Memperoleh
keamanan dan keselamatan dirinya selama berobat di puskesmas.l. Mengajukan usul, saran,
perbaikan atas perlakuan puskesmas terhadap dirinya2. Kewajiban pasien meliputi :a. Mentaati
segala peraturan dan tata tertib di puskesmas.b. Mematuhi segala instruksi Dokter dan tenaga
paramedis (perawat, bidan, gizi dankesling) dalam pengobatannyac. Memberikan informasi dengan jujur dan
selengkapnya tentang penyakit yang dideritakepada dokter yang merawatd. Membayar restribusi sesuai
perda atas jasa pelayanan puskesmase. Mematuhi hal-hal yang telah disepakati/diperjanjikan.
b. Pengkajian awal, rencana layanan klinis, pelaksanaan layanan, serta rencana
rujukanpada pasien meliputi :1) Pengkajian awal
Kajian awal dilakukan oleh tenaga yang kompeten. Dalam hal ini dilakukan oleh perawat,bidan dan dokter.
Kajian awal yang paripurna meliputi kajian keperawatan,kajian kebidanan dankajian medis atau kajian lain oleh
tenaga profesi kesehatan sesuai dengan kebutuhan.Informasi yang harus didapatkan pada kajian awal adalah
keluhan utama pasien, riwayatpenyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan riwayat alergi.
Pengkajian awal juga mengakseskondisi biologis, sosial ekonomi, nilai - nilai budaya, kondisi spiritual,
makanan kegemaran,hobby, dan lain

lain. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik secara menyeluruhberupa ; antropometri (tinggi badan
dan berat badan) dan tanda-tanda vital seperti frekuensinadi, frekuensi nafas, suhu, tekanan darah. Khusus
pasien anak dibawah lima tahun dilakukanpengkajian dengan memakai algoritma MTBS dan MTBM.Proses
pengkajian awal selanjutnya adalah pengkajian medis. Dokter melakukananamnesis secara terstruktur dan
melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh atau pemeriksaanfisik khusus meliputi pemeriksaan mata,
leher, THT, thoraks, abdomen, ekstremitas, dangenitalia. Jika diperlukan, dilakukan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan laboratoriumdarah, urin atau feses. Semua informasi yang didapat dicatat dalam
rekam medis khusus untukkajian awal.
2) Rencana layanan

8
Rencana layanan diputuskan oleh dokter atau petugas yang kompeten yang diberipendelegasian wewenang
oleh dokter. Rencana layanan bisa berupa pengobatan, tindakanmedis, rawat inap, atau rujukan ke
fasilitas kesehatan tingkat lanjut. Jika dibutuhkan, dilakukanpelayanan secara tim atau terpadu
untuk kasus

kasus tertentu seperti Hipertensi, Diabetes,Diare, Gizi buruk, dan lain - lain. Untuk itu perlu
dibentuk tim kesehatan interprofesi.Rencana layanan dipandu oleh prosedur yang sudah dibakukan dan
melibatkan pasien dankeluarga pasien. Rencana layanan harus memperhatikan kebutuhan biologis,
fisik, psikososialdan memperhatikan tata nilai budaya. Rencana layanan disusun dengan hasil dan waktu
yang jelas serta mempertimbangkan efisiensi sumber daya yang ada. Efek samping dan risikopel
ayanan harus diinformasikan kepada pasien. Semua rencana layanan harus dicatat dalamrekam medis,
ditandatangani oleh pemberi layanan setelah disetujui oleh pasien atau keluargapasien sebagai tanda mereka
dilibatkan dalam rencana layanan.Pada pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus diprioritaskan dalam
pelayananberdasarkan skrining visual atau triase. Pada situasi dan kondisi tertentu,
pendelegasianwewenang pada layanan klinis diperlukan agar terjaga kesinambungan pelayanan,
sehinggapenanganan pasien dapat dilakukan dengan baik. Dalam pelaksanannya, dokter atau doktergigi
membuat surat pendelegasian wewenang kepada perawat yang sudah dilatih danmempunyai kompetensi
dalam menangai pasien tertentu.
3) Pelaksanaan layanan
Pelaksanaan layanan dilakukan di ruang

ruang pelayanan. Agar proses pelayananberlangsung secara sistimais, maka masing

masing ruang pelayanan sebaiknya membuat
“Panduan Pelayanan” sesuai dengan spesifikasi layanan yang diberikan di ruangan itu.
Panduan yang perlu dibuat antara lain
adalah :1. Panduan Pelayanan Pendaftaran,2. Panduan Pelayanan Pemeriksaan Umum,3. Panduan Pelayana
n Ibu dan Keluarga Berencana,4. Panduan Pelayanan Anak dan Imunisasi,5. Panduan Pelayanan Kesehatan
Gigi dan Mulut,6. Panduan Pelayanan Konsultasi (Gizi dan Sanitasi),7. Panduan Pelayanan Tindakan Medis d
an Gawat Darurat,8. Panduan Pelayanan Rawat Inap,9. Panduan Pelayanan Laboratorium,10. Panduan Pela
yanan Kefarmasian,11. Panduan Pengelolaan Rekam Medis,12. dan Panduan lain sesuai perkembangan atau
pertumbuhan pelayanan Klinik.
9
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam Pelaksanaan Layanan adalah :1. Bila
terjadi perubahan rencana layanan harus tercatat dalam rekam medis oleh tenagamedis dan
profesi kesehatan lainya,2. Pelaksanaan layanan ini dilaksanakan secara tepat, terencana, dan
ada pembagiantugas yang jelas antara perawat dan tenaga medis untuk menghindari pengulanganyang tidak
perlu,3. Dalam pelaksanaan layanan klinis ini, pasien dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjut .4. Bila dalam
pelaksanaan layanan dilakukan tindakan medis/pengobatan yang beresiko(anestesi, pembedahan dan
tindakan lainya) maka dilakukan pemberian informasikepada pasien dan adanya persetujuan pasien (pasien
mengisi form informed consent)serta didokumentasikan pada rekam medis,5. Pasien berhak untuk
menolak pengobatan, berhak untuk menolak jika dirujuk kesarana kesehatan lain,6. Jika pasien
menolak untuk pengobatan atau rujukan, maka pasien tersebut diberikaninformasi tentang hak
pasien untuk membuat keputusan, akibat dari keputusan, dantanggung jawab mereka berkenaan
dengan keputusan tersebut,7. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan
sesuai prosedurpelayanan pasien gawat darurat dan kasus-kasus berisiko tinggi harus ditanganisesuai dengan
prosedur pelayanan kasus berisiko tinggi,8. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap
terjadinya infeksi harusditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan infeksi
(kewaspadaanuniversal),9. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur
pemberianobat/cairan intravena yang baku dan mengikuti prosedur aseptic,10. Untuk pelayanan anestesi lokal
dan pembedahan harus dipandu dengan SOP Anestesilocal dan pembedahan serta dilaksanakan oleh dokter
atau dokter gigi,11. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi dan pembedahan,12. Dalam
pelaksanan pelayanan ini tenaga medis, perawat, dan tenaga kesehatan lainyaharus memperhatikan hak dan
kewajiban pasien serta mengidentifikasi keluhan pasiendan tindak lanjutnya.
4) Rencana Rujukan dan Pemulangan
Beberapa ketentuan dasar untuk Rujukan dan Pemulangan pasien adalah sebagaiberikut :1. Dokter
yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan proses pemulanganpasien dari rawat jalan dan
rawat inap di klinik, atau melakukan proses rujukan,

10
2. Dokter wajib menindak lanjuti umpan balik atau rujukan balik sesuai rekomendasi darifasilitas
rujukan,3. Pada rujukan pasien ditulis resume klinis,4. Resume klinis meliputi : nama pasien, kondisi klinis,
prosedur/tindakan yang telahdilakukan, dan kebutuhan akan tindak lanjut,5. Pasien dan keluarga
pasien diberi informasi pilihan tempat rujukan untuk pasien umumatau BPJS (berdasarkan ketentuan
yang berlaku untuk tempat rujukan BPJS).Kriteria merujuk pasien meliputi :1. Dari
hasil pemeriksaan, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak dapat diatasi diklinik,2. Dari
hasil pemeriksaan fisik dengan hasil pemeriksaan penunjang medis, ternyata diklinik tidak
mampu diatasi,3. Pasien memerlukaan pelayanaan medis spesialis /subspesialis di Rumah Sakitberdasarkan
keadaan penyakit yang diderita pasien,4. Pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih
lengkap yang tidaktersedia di fasilitas pelayanan klinik,5. Apabila telah diobati berulang kali di klinik
ternyata pasien memerlukan pemeriksaandan pengobatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.6. Pada
saat pemulangan( rawat jalan), pasien/keluarga pasien diberi informasi tentangtindak lanjut
layanan.
c. Logistik
Kebutuhan logistik untuk pelaksanaan pelayanan klinis dilaksanakan berdasarkanpermintaan tiap unit di ruang

ruang pelayanan dan dimasukkan ke dalam PerencanaanTahunan Klinik. Secara umum kebutuhan
logistik ini dibagi dua ; Kebutuhan logistik untukadministrasi, dan kebutuhan logistik untuk bahan habis
pakai.Kebutuhan logistik untuk administrasi disediakan oleh Penanggung Jawab Administrsi danManajemen.
Kebutuhan itu
berupa ;1. Form Rekam Medis Untuk Kajian Awal,2. Form Rekam Media Untuk Pasien Ulangan,3. For
m Informed,4. Form Rujukan BPJS,5. Form Rujukan Umum,6. Kertas Resep,7. Form Permintaan L
aboratorium,8. Form Permintaan Konsultasi,

11
9. Ballpoint,10. Kertas A4,11. Catridge Print,12. Tinta Stempel,13. Bantalan Stampel,14. Buku
Register,15. Buku Untuk Rujukan Dan Buku Tindakan,16. Map,17. Type X.18. Peralatan
Untuk Kebersihan,19. Serta Sabun Handwash (Handscrub),20. Bayclin,21. Plastik,22. Dll .Untuk kebutuhan
logistik bahan habis pakai medis, setiap penanggung jawab ruangpelayanan meminta kebutuhan tersebut
sesuai dengan keperluan kepada penanggung jawablogistik. Logistik bahan habis pakai medis di ruang layanan
klinis berupa :1. Kasa Kotak Steril,2. Kasa Gulung,3.
Kapas,4. Jarum jahit (nald hecting),5. Spuit 3 cc, 5 cc, 10cc,6. Benang berbagai jenis dan ukuran,7.
Povidene Iodine (Betadine),8. Alkohol,9. Plester,10. Cairan Infus (Nacl 0,9%, Rl, Dextrose 5%)11.
Infuse Set,12. Obat-Obat Emergency,13. Oksigen,14. Dll.

12
BAB VMANAJEMEN RISIKO DAN KESELAMATAN PASIEN5.1. DAFTAR ISTILAH
1.
Keselamatan pasien
adalah upaya untuk menurunkan risiko cedera yang sebenarnyatidak perlu terjadi dalam pelayanan kesehatan
sampai pada batas minimum yang dapatditerima (WHO - ICPS, 2009)2.
Keselamatan pasien di sarana pelayanan kesehatan
adalah upaya yang dirancanguntuk mencegah trjadinya outcome yang tidak diharapkan sebagai akibat
tindakan yangtidak aman atau kondisi laten di sarana pelayanan kesehatan3.
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
: Cedera yang diakibatkan oleh tatkelola klinisbukan karena latar belakang kondisi pasien4.
Kejadian Tidak Cedera (KTC)
: Terjadi penanganan klinis yang tidak sesuai padapasien, tetapi tidak terjadi cedera.5.
Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
: Kejadian atau situasi yang sebenarnya dapatmenimbulkan cedera, tetapi belum terjadi karena secara
kebetulan diketahun atauupaya pencegahan segera dilakukan6.
Kondisi berpotensi Cedera (KPC)
: suatu keadaan yang mempunyai potensimenimbulkan cederan7.
Kejadian Sentinel
adalah kejadian tidak diharapkan yang berakibat kematian ataucedera fisik atau psikologis yang serius.8.
Root Cause Analysis
(RCA)
: suatu proses untuk mengekplorasi semua factor yangmungkin berhubungan dengan suatu kejadian
dengan menanyakan apa kejadian yangterjadi, mengapa kejadian tersebut terjadi, dan apa yang dapat
dilakukan untukmencegah kejadiatan tersebut terjadi lagi di masa mendatang.9.
Failure Modes and Effects Analysis
(FMEA)
: suatu pendekatan untuk mengenali danmenemukan kemungkina terjadinya kegagalan pada system
dan strategi untukmencegah terjadinya kegagalan tersebut10.
Kesalahan (
error
)
: deviasi antara apa yang dikerjakan dengan apa yang seharusnyadikerjakan, kegagalan dari tindakan yang
direncanakan dalam mencapai hasil yangdiharapkan (James Reason)11.
Risiko
: probabilitas terjadinya insiden12.
Hazard
: suatu keadaan, agen atau tindakan yang berpotensi menyebabkan cedera

13
5.2. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO
Manajemen risiko adalah suatu proses mengenal, mengevaluasi, mengendalikan, danmeminimalkan risiko
dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Lingkup manajemen risikodalam pelayanan kesehatan :1. Risiko
yang terkait dengan pelayanan pasien, adalah risiko yang mungkin dialami olehpasien akibat pelayanan yang
disediakan oleh klinik, misalnya: risiko yang dialamipasien ketika terjadi kesalahan pemberian
obat.2. Risiko yang terkait dengan petugas klinis yang memberikan pelayanan, adalah
risikoyang mungkin dialami oleh petugas klinis ketika memberikan pelayanan, misalnyaperawat tertusuk
jarum suntik sehabis melakukan penyuntikan.3. Risiko yang terkait dengan petugas non klinis yang
memberikan pelayanan, adalahrisiko yang mungkin dialami petugas non klinis, seperti petugas laundry,
petugaskebersihan, dan lain

lain.4. Risiko yang terkait dengan sarana tempat pelayanan: adalah risiko yang mungkindialami oleh petugas,
pasien, sasaran kegiatan pelayanan, masyarakat, maupunlingkungan akibat fasilitas pelayanan.5. Risiko
finansial: adalah risiko kerugian finansial yang mungkin dialami oleh FKTP akibatpelayanan yang
disediakan.6. Risiko lain diluar lima risiko di atas: adalah risiko-risiko lain yang tidak termasuk padalingkup risiko
1 sampai dengan 5, misalnya kecelakaan ambulans.
5.3. LANGKAH

LANGKAH MANAJEMEN RISIKO
1. Membentuk tim mutu klinis dan keselamatan pasien dengan program kerja yang jelas,2. Menetapkan area
prioritas dalam pelayanan yang menjadi fokus untuk upayapeningkatan mutu dan keselamatan
pasien,3. Mengembangkan tata nilai dan budaya keselamatan pasien,4. Melakukan
perbaikan berkesinambungan terhadap mutu pelayanan klinis dan perilakudalam pemberian pelayanan
klinis,5. Melaksanakan pelayanan klinis sesuai dengan prosedur dan panduan praktik klinis,6. Menerapkan
manajemen risiko dalam pelayanan klinis,7. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan mutu klinis
dan keselamatan pasien.Pembelajaran melalui penerapan manajemen risiko klinis pada area
prioritas,8. Mengupayakan tercapainya enam sasaran keselamatan pasien,9. Pelaporan insiden keselamatan
pasien.

14
5.4.UPAYAKESELAMATANPASIEN
Sesuai dengan standar akreditasi FKTP, maka upaya-upaya keselamatan pasien yangperlu dilakukan di klinik
antara lain
adalah :1. Mengupayakan tercapainya sasaran keselamatan pasien,2. Penanganan dan tindak lanjut jika terj
adi insiden keselamatan
pasien,3. Penerapan manajemen risiko klinis dalam pelayanan pasien,4. Meningkatkan mutu dan keselamat
an pasien dalam pelayanan kefarmasian,5. Pelayanan laboratorium dan pelayanan penunjang yang lain,6. S
erta pengendalian infeksi dalam pelayanan klinis.
5.5. SASARAN KESELAMATAN PASIEN
Upaya pencegahan risiko terhadap pasien harus dilakukan untuk tiap-tiap unit layananklinis. Keselamatan pasien
adalah suatu sistem dimana klinik membuat asuhan pasien lebihaman. Didalam pelayanan klinis ada beberapa
sasaran keselamatan pasien yang harusdilaksanakan, yaitu :a. Ketepatan identitas, dalam hal ini target yang
harus terpenuhi adalah 100%. Labelidentitas tidak tepat apabila salah penulisan nama, salah jenis kelamin dan
salahalamat.b. Ketepatan penyampaian informasi, baik informasi sesama petugas maupun antarapetugas
dengan pasien atau keluarga pasien. Misalnya ketepatan penyampaian hasilpemeriksaan penunjang harus
100 %. Yang dimaksud tidak tepat apabila salah ketik,salah memasukkan diberkas pasien / list pasien
lain.c. Ketepatan pemberian obat yang meliputi tepat identitas/pasien, tepat obat, tepat dosis,tepat cara/rute
(oral, parental, topikal, rektal, inhalasi), tepat waktu dan tepatdokumentasi.d. Ketepatan
dan keamanan tindakan yang meliputi ketepatan lokasi, tepat prosedur, tepatoperasi, dan
pemakaian inform concent.e. Pencegahan dan penanggulangan infeksi. Menerapkan CTPS sebelum
memberikanpelayanan atau di lima momen, Membiasakan memakai APD, proses sterilisasi
alat,ruang tindakan, linen, tempat tidur, dan lain

lain, tempat pasien mengambil sputum,pemisahan ruang pelayanan anak dengan pasien umum, dan
seterusnya.f. Pengurangan risiko pasien jatuh. Misalnya kursi roda dilengkapi dengan sabukpengaman, pasien
dilarang mengendarai motor setelah minum obat dengan efeksamping ngantuk, dan lain

lain. Agar ke-enam sasaran keselamatan pasien tersebut dapat dicapai maka perlu dilakukankeg
iatan - kegiatan yang nyata untuk mencapai sasaran - sasaran tersebut, untuk
selanjutnyadimonitor secara periodik dengan menggunakan indikator - indikator yang jelas dan terukur.

15
Indikator - indikator tersebut perlu disusun dan disesuaikan dengan kondisi sarana danprasarana
yang ada.

16
BAB VIKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Keselamatan kerja di klinik mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 tahun2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di klinik adalah segala kegiatan untuk menjamin danmelindungi sumber daya manusia klinik, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupunmasyarakat di sekitar lingkungan klinik agar sehat, selamat, dan
bebas dari gangguankesehatan dan pengaruh buruk yang diakibatkan dari pekerjaan, lingkungan, dan aktivitas
kerja.Untuk itu perlu dikembangkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) diklinik.
SMK3 di klinik adalah bagian dari sistem manajemen klinik secara keseluruhan dalamrangka pengendalian risiko
yang berkaitan dengan aktivitas proses kerja di klinik gunaterciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat,
aman dan nyaman.
6.1. PENYELENGGARAAN K3 DI KLINIK

Penyelenggaraan K3 di klinik
meliputi :a. Membentu
k dan/atau mengembangkan Sistim Manajemen K3,b. dan menerapkan standar K3 di Fasyankes.Sed
angkan Sistim Manajemen K3 di klinik
meliputi :a. Penetapan kebijakan K3,b. Perencanaan K3,c. Pelaksanaan rencana K3,d. Pemantauan da
n evaluasi kinerja K3,e. dan peninjauan dan peningkatan kinerja K3.
6.2. STANDAR K3 DI KLINIK
Standar K3 di klinik meliputi :a. Pengenalan potensi bahaya dan pengendalian
risiko K3,b. Penerapan kewaspadaan standar;c. Penerapan prinsip ergonomi;d. Pemeriksaan kesehat
an berkala;e. Pemberian imunisasi;f. Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat,

17
g. Pengelolaan sarana dan prasarana dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja;h. Pengelolaan
peralatan medis dari
aspek keselamatan dan kesehatan kerja;i. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termas
uk kebakaran; j. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan
beracun;dan
k.

Pengelolaan limbah domestik.

18
BAB VIIPENGENDALIAN MUTU7.1. MASALAH MUTU
Pengendalian mutu pelayanan klinik tidak bisa berdiri sendiri. Pengendalian Mutu harusterintegrasi dengan
bidang administrsi dan manajemen klinik. Secara umum masalah mutu dankinerja antara
lain :1. Proses tidak diukur dg baik,2. Proses tidak dimonitor dg baik,3. Proses tidak dikendalikan d
g baik,4. Proses tidak dipelihara dg baik,5. Proses tidak disempurnakan,6. Proses tidak didokum
entasi dg baik.Untuk mengatasi penyebab masalah mutu dan kinerja yang rendah, perlu dibuat
indikatormutu yang ingin dicapai. Ciri

ciri indikator mutu adalah sebagai
berikut :1. Bisa diukur dg baik,2. Bisa dimonitor dg baik,3. Bisa dikendalikan dg baik,4. Bisa dip
elihara dg baik,5. Bisa disempurnakan,6. Bisa didokumentasi dg baik.Untuk mengoptimalkan
kinerja pengendalian mutu, perlu dibentuk Tim Manajemen Mutu.Secara umum pekerjaan Tim Mutu
ini adalah menjawab dua pertanyaan berikut :1. Kapan pelayanan sebuah klinik dikatakan bermutu ?
2. Bagaimana cara meningkatkan mutu pelayanan..?
7.2. KAPAN PELAYANAN SEBUAH PUSKESMAS DIKATAKAN BERMUTU ?
1. Bila petugasnya bekerja dengan bermutu, sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur(SOP),2. Bila semua peralatan yang diperlukan untuk melayani tersedia sesuai standar,3. Bila
setiap ruang pelayanan ditata nyaman dan enak bagi klien dan bagi petugas,4. Bila tingkat
kepuasan kliennya tinggi terhadap layanan yang diberikan.5. Bila keselamatan pasien dan
semua orang yang ada di lingkungan klinik
terjamin,6. Bila semua area klinik bebas dari kemungkinan terjadinya penularan infeksi.
19
7.3. UPAYA PENINGKATAN MUTU
Upaya Peningkatan mutu pelayanan klinik bisa dilihat dari dua sisi ; dari sisi internalklinik sebagai pemberi
layanan dan dari sisi penerima
layanan.1. Dari sisi internal klinik, dilakukan ;a) Audit internalb) dan kaji banding,2. Dari sisi peneri
ma layanan, dilakukan ;a) Penanganan keluhan pelanggan,b) Survei kepuasan pelangganc) dan
survei Indeks Kepuasan Masyarakat.3. Khusus untuk pelayanan kesehatan perseorangan,
dilakukan kajian Keselamatanpasien dengan dua pendekatan yaitu ;a) Pendekatan FMEA untuk SOP
yang berisiko, agar kemungkinan risiko bisadiminimalkan,b) dan pendekatan Penanganan insiden melalui
Investigasi Sederhana dan RootCause Analysis (RCA).4. Untuk keseluruhan area pelayanan, dilakukan upaya

upaya pencegahan danpemberantasan Infeksi.
7.4. PEKERJAAN SPESIFIK TIM MANAJEMEN MUTU
Pekerjaan Spesifik Tim Manajemen Mutu adalah :1. Mengidentifikasi semua Indikator Mutu di setiap
ruang pelayanan,2. Merancang Sistim Penanganan Keluhan Pelanggan,3. Merancang Sistim Survei
Kepuasan Pelanggan (admen dan UKP),4. Merancang Sistem Kaji Banding,
7.5. RANCANGAN SISTIMATIKA PENANGANAN KELUHAN PELANGGAN
1. Menentukan penanggungjawab penanganan keluhan pelanggan,2. Membuat sistim pengaduan pelanggan
; kotak saran, SMS, WA, dan lain - lain,3. Menentukan jadwal membuka kotak saran, merekap SMS,
WA, dan lain - lain,4. Mengidentifikasi keluhan pelanggan dan mengelompokkan keluhan yang
sama ataurelatif sama,5. Melakukan analisis keluhan pelanggan untuk menentukan
prioritas penanganan,6. Mengadakan Rapat Tinjauan Manajemen (bila diperlukan) untuk perbaikan kinerja.
7.6. RANCANGAN SURVEI KEPUASAN PELANGGAN
1. Penentuan pelaksana survei,

20
2. Menentukan penanggung jawab,3. Membuat instrumen survei,4. Menentukan jadwal,5. Pelaksan
aan survei,6. Laporan hasil survei,7. Analisis hasil survei,8. Melaksanakan Rapat Tinjauan
Manajemen (bila diperlukan) untuk perbaikan kinerja.
7.7. RANCANGAN SISTIMATIKA KAJI BANDING
1. Pembentukan tim kaji banding,2. Menentukan penanggung jawab,3. Membuat instrumen kaji ba
nding ,4. Menentukan jadwal,5. Pelaksanaan kaji banding,6. Laporan kaji banding,7. Analisis hasil kaji b
anding,8. Mengadakan Rapat Tinjauan Manajemen (bila diperlukan) untuk perbaikan kinerja.

21
BAB VIIIPENUTUP
Pada prinsipnya pelayanan kesehatan di klini adalah pelayanan yang mengedepankantanggung jawab
profesional, disiplin, kebersamaan dan mengutamakan keselamatan pasien.Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Perseorangan merupakan dasar bagi ruang

ruangpelayanan untuk membuat Panduan pelayanan sesuai dengan spesifikasi dan pola pelayanandi ruangan
masing

masing.Semoga dengan adanya Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Perseorangan ini,pelayanan di klinik
ABCD dapat berjalan dengan baik dan bermutu, dan semakin mendapatkepercayaan dari masyarakat.
Diharapkan, untuk jangka panjang terjadi penghematan yangsignifikasn dalam pembiayaan kesehatan, karena
akan semakin sedikit pasien yang dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan.

Reward Your Curiosity

Everything you want to read.


Anytime. Anywhere. Any device.
Read free for 30 days
No Commitment. Cancel anytime.

Share this document

Share or Embed Document


Sharing Options

 Share on Facebook, opens a new window


 Share on Twitter, opens a new window
 Share on LinkedIn, opens a new window
 Share with Email, opens mail client
 Copy Link

You might also like


 4. Isi Pedoman Penyelenggaraan UKP
Document24 pages
4. Isi Pedoman Penyelenggaraan UKP
Mul Sambas
No ratings yet

 A.a1.1. pedoman ukp bergas

Document21 pages
A.a1.1. pedoman ukp bergas
Nisyar Choboy
No ratings yet

 Untitled

Document21 pages
Untitled
Sely Anggraini
No ratings yet

Anda mungkin juga menyukai