Anda di halaman 1dari 42

PEDOMAN UNIT KESEHATAN PERSEORANGAN

KLINIK FATMAWATI PRATAMA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas


berkat dan rahmat-Nya Buku Pedoman Unit Kesehatan
Perseorangan dapat terselesaikan. Pedoman ini disusun untuk
bertujuan menjadi pegangan atau acuan bagi seluruh petugas klinik
fatmawati pratama dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
Diharapkan dengan adanya Pedoman Unit Kesehatan
Perseorangan ini maka dapat menjadi acuan bagi penyelenggara
pelayanan dalam penyusunan, penetapan dan penerapan standar
pelayanan. Pembuatan buku Pedoman Unit Kesehatan
Perseorangan ini tentunya masih jauh dari sempurna, untuk itu
kami membuka diri untuk menerima saran dan kritik demi perbaikan
kedepan.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
banyak memberikan kontribusi dalam penyusunan Pedoman Unit
Kesehatan Perseorangan, semoga Allah SWT membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Pedoman
Unit Kesehatan Perseorangan ini membawa manfaat bagi
peningkatan pelayanan yang bermutu di klinik fatmawati pratama.

Palembang, November 20
Penanggung Jawab

dr. Linda Tedja

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Klinik merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang
menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan
dipimpin oleh seorang tenaga medis.
Unit Kesehatan Perseorangan merupakan upaya klinik dalam
memberdayakan pengunjung dan masyarakat yang datang berobat
ke klinik dan mendapatkan pelayanan menyeluruh secara
paripurna. Sarana Prasarana serta tenaga medis yang kompeten di
bidangnya telah siap melayani seluruh pasien di Klinik Fatmawati
Pratama dengan memperhatikan dasar-dasar hukum yang berlaku
tentang Permenkes 09 tahun 2014 tentang Klinik.
Pelayanan klinis di Klinik merupakan salah satu tempat
pelayanan pertama, dimana pasien dan keluarga pasien mendapat
informasi yang jelas sebelum pasien mendapatkan tindakan
pelayanan berikutnya.
Agar bisa memberikan pelayanan yang bermutu sesuai
harapan pasien dan keluarganya, tenaga klinis di Klinik berupaya
terus menerus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan
berusaha memenuhi segala indikator mutu layanan.
Untuk itu perlu disusun Pedoman Penyelenggaraan Upaya
Kesehatan Perorangan yang berlaku di lingkungan Klinik Fatmawati
Pratama. Pedoman ini diharapkan bisa menjadi dasar bagi tenaga
klinis di setiap ruang pelayanan untuk membuat Panduan Pelayaan
di ruang masing – masing, sesuai spesifikasi pelayanan di ruang
pelayanan tersebut.

3
B. Tujuan Pedoman
A. Tujuan Umum
Pedoman UKP ini bertujuan untuk menjadi acuan bagi seluruh
aktifitas pelayanan klinis yang dilaksanakan di Klinik Fatmawati
Pratama, sehingga pada akhirnya pelayanan klinis dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan yang pada akhirnya dapat
mendukung pencapaian standar pelayanan minimal (SPM)
b. Tujuan khusus
1. Terciptanya pemberian pelayanan kesehatan perorangan yang
berjalan dengan baik berdasarkan SOP sehingga mutu layanan
dan keselamatan pasien dapat dimaksimalkan,
2. Terciptanya pemberian pelayanan kesehatan perorangan yang
nyaman dengan lingkungan yang aman,
3. Mendorong tenaga klinis bekerja secara profesional dengan penuh
disiplin, bertanggung jawab, dan terpadu,
4. Meningkatnya kepuasan dan harapan pasien terhadap pelayanan
kesehatan perorangan di Klinik Fatmawati Pratama.

C. Sasaran Pedoman
Sasaran dari pedoman ini adalah :
1. Semua penyelenggara pelayanan klinis; mulai dari petugas
pendaftaran, rekam medis, tenaga medis (dokter/dokter gigi),
paramedis (perawat, bidan).
2. Pasien dan keluarga yang terkait untuk bekerjasama dalam
pelaksanaan pelayanan klinis di Klinik Fatmawati Pratama.

D. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan klinis di Dalam Gedung Klinik Fatmawati
Pratama adalah pelayanan klinis yang dilaksanakan di lingkungan dan
Gedung Klinik Fatmawati Pratama seperti di tempat pendaftaran,
rekam medis, ruang pemeriksaan umum, ruang pemeriksaan gigi,
ruang tindakan, ruang KIA (Konsultasi Ibu dan Anak) serta KB

4
(Keluarga Berencana), dan pelayanan rujukan baik rujukan internal
maupun eksternal.
E. Fasilitas Rujukan
Dalam memberikan pelayanan klinis pada pasien. Pada kasus-
kasus diluar 144 penyakit yang bisa diselesaikan pada fasilitas primer,
klinik dapat melakukan rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjut (FKRTL). Fasilitas rujukan yang bisa dituju oleh pasien
diantaranya ialah Rumah Sakit tipe C dan B yang tertera di program
Pcare.

F. Batasan Operasional Pelayanan Klinis


1. Pendaftaran pasien
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi
kesehatan, pasien terlebih dahulu di skrining visual rawat jalan di
bagian meja informasi, adapun beberapa indikator warna yang harus di
identifikasi, warna merah artinya pasien tidak sadar diri atau pingsan,
pasien kesulitan bernafas dan atau kejang, warna pink artinya pasien
risiko infeksius dan harus diarahkan ke ruang ISPA, warna kuning
artinya pasien prioritas yang harus dibimbing ke ruang tunggu prioritas,
pasien prioritas adalah ibu hamil, anak-anak, lansia, nyeri hebat
berdasarkan skala nyeri, warna hijau adalah pasien stabil, warna biru
adalah pasien disabilitas, pasien yang menggunakan alat bantu jalan,
pasien yang mengalami gangguan pola berjalan dan pasien yang
menggunakan penutup setidaknya satu mata. Kemudian petugas
skrining memberikan informasi berupa 8 jenis informasi di meja
informasi berupa jenis pelayanan, hak dan kewajiban, tarif pelayanan,
fasilitas rujukan, tata tertib, jadwal praktek dokter, alur pelayanan,
syarat pendaftaran, kemudian pasien yang stabil atau warna hijau
diarahkan untuk mendaftarkan diri di bagian pendaftaran untuk
dicatatkan data sosialnya dan dibuatkan rekam mediknya, sedangkan
pasien yang berwarna lain dibantu petugas meja informasi untuk

5
proses pendaftaran. Selanjutnya pasien akan diarahkan ke ruang
pemeriksaan yang dituju.

2. Rekam Medis
Pengelolaan rekam medis adalah proses mempersiapkan formulir
rekam medis dan melakukan penomoran rekam medis yang
diperlukan untuk pelayanan kepada pasien baru atau pasien lama.
Penomoran rekam medis di Klinik Fatmawati Pratama dilakukan
secara family folder, sebagai contoh saat ini jumlah pasien di Klinik
Fatmawati Pratama adalah 1450, maka jika ada pasien yang berobat
selanjutnya adalah 1451.

3. Pemeriksaan pasien Rawat Jalan


Pemeriksaan pasien dilakukan di ruang pemeriksaan sesuai
dengan keluhan dan kondisi pasien. Pemeriksaan dilakukan di Ruang
pemeriksaan umum, Ruang pemeriksaan gigi,Ruang KIA dan KB,
Ruang Tindakan.
A. Pelayanan di Ruang Pemeriksaan Umum
Unit pelayanan yang melayani pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan umum dewasa dan anak usia dengan rentang usia 0 –
70 tahun.
B. Pelayanan di Ruang KIA dan KB
Unit pelayanan yang melayani pemeriksaan kesehatan ibu
hamil, ibu nifas dan ibu menyusui, serta melayani pemberian
kontrasepsi. Jenis-jenis kontrasepsi antara lain suntik 3 bulan,
suntik 1 bulan, pil KB, dan kondom. Serta dilakukan konseling
mengenai alat kontrasepsi yang digunakan.
C. Pelayanan di Ruang Gigi
Unit pelayanan yang melayani pemeriksaan gigi dan mulut dan
pengobatan gigi dan mulut.

6
D. Pelayanan di Ruang Tindakan
Unit pelayanan ini selain tertuju pada pasien gawat darurat,
merupakan unit yang dituju berdasarkan hasil pemeriksaan yang
dilakukan dokter yang memeriksa kondisi pasien dipoli umum dapat
merujuk pasien ke ruang tindakan untuk mendapatkan
pemeriksaan yang sesuai demi mendapatkan informasi lebih
lengkap mengenai kondisi pasien. Adapun macam-macam
pemeriksaan dan pengobatan di ruang tindakan ini yang sering
digunakan adalah penyuntikan vitamin, rehidrasi cairan seperti
pemasangan IV Line. pemeriksaan gula darah, pemeriksaan asam
urat, pemeriksaan kolesterol dan pemeriksaan lainnya.
E. Pelayanan Rujukan
Unit pelayanan rujukan adalah unit yang memfasilitasi pasien
dalam berpindah tempat dalam melakukan pelayanan kesehatan.
Adapaun rujukan internal dan rujukan eksternal. Rujukan internal
adalah rujukan yang dilakukan antar unit di Klinik Fatmwati
Pratama, misalnya dari ruang pemeriksaan umum ke ruang gigi.
Sedangkan rujukan eksternal adalah rujukan dari klinik ke Rumah
Sakit lain, rujukan dengan kondisi pasien stabil biasanya dilakukan
di ruang pemeriksaan umum, KIA/KB ataupun gigi, rujukan
eksternal dengan pasien gawat darurat dilakukan dari ruang
Tindakan untuk diarahkan ke RS terdekat.
G. Landasan Hukum
1. Permenkes 09 tahun 2014 tentang Klinik.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46
tahun 2015, tentang Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama;

7
8
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan klinis


Semua karyawan Klinik Fatmawati Pratama wajib berpartisipasi
dalam pelayanan klinis mulai dari dokter, perawat, bidan, dan
petugas administrasi.
Berikut ini tenaga kesehatan pada pelayanan klinis yang ada di Klinik
Fatmawati Pratama :

No Jenis Pelayanan Kualifikasi Sumber Kompetensi


Daya

1 Pelayanan Tenaga S1 lulusan


Pendaftaran dan Administrasi Publik
Rekam Medis
Lulusan SMA

2 Pelayanan Dokter Punya sertifikat


Pemeriksaan ATLS, GELS,
Umum Hiperkes

Perawat lulusan D3

3 Pelayanan ibu dan Bidan minimal lulusan Punya sertifikat


KB D3 pelatihan APN

4 Pelayanan anak Bidan minimal lulusan


dan imunisasi D3

5 Pelayanan Dokter gigi Punya sertifikat


kesehatan gigi dan AMED (dokter gigi),
mulut dan Pelatihan PPI

6 Pelayanan Dokter, perawat lulusan Punya sertifikat


tindakan medis dan D3 pelatihan ATLS
gawat darurat (dokter) dan BTCLS
(perawat)

9
B. Distribusi Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan
Distribusi dan jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di
ruang – ruang pelayanan klinis dikoordinir oleh Penanggung Jawab
Klinik bersama Penanggung Jawab Upaya Kesehataan Perorangan
(PJ UKP) sesuai dengan analisis Beban Kerja, dan atau sesuai
dengan kesepakatan. Keadaan tenaga medis di Klinik Fatmawati
Pratama :

NO JENIS RUANGAN JENIS TENAGA JUMLAH


1 Ruang Pemeriksaan Umum Dokter Umum 1 orang

DIII Keperawatan 1 orang

2 Ruang Pemeriksaan Gigi Dokter Gigi 1 orang

S1 Keperawatan 1 orang

7 Ruang KIA dan KB DIII Kebidanan 2 orang

9 Ruang Pendaftaran S1 Administrasi Publik 1 orang

SMA/Sederajat 1 orang

10 Ruang Tindakan S1 Keperawatan 1 orang

DIII Keperawatan 1 orang

Dilihat dari tabel diatas jumlah ketenagaan di Klinik


Fatmawati Pratama berjumlah 10 orang yang di dominasi oleh
perempuan berjumlah 8 orang dan laki-laki berjumlah 2 orang yang
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tupoksi dan SOP. Bekerja

10
sesuai dengan visi,misi,motto dan tata nilai yang dijadikan dasar
untuk melayani dan meningkatkan manajemen Klinik Fatmawati.

C. Jadwal Pelayanan
Klinik Fatmawati Pratama melakukan pelayanan setiap hari
Senin sampai dengan Sabtu. Jam buka pendaftaran dan
pelayanan yaitu :
Senin - Sabtu : 14.30 - 20.30 WIB

11
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang UKP


Denah Klinik Fatmawati Pratama mengikuti aturan di
Permenkes Nomor 09 tahun 2014 dengan keterbatasan bangunan
yang terakhir kali direnovasi pada tanggal 01 Oktober 2021. Berikut
gambaran denah saat ini:

Pintu masuk
R. Gigi
Mej
a
Info Ruang Sterilisasi
rma
R. RM
si B
R. Pendaftaran
R. Tunggu Pasien
R. Pelayanan Umum

R. Tindakan R. KIA/KB Toilet

Toilet

B. Standar Fasilitas
Standar Fasilitas Klinik Fatmawati Pratama mengikuti aturan di
Permenkes Nomor 09 tahun 2014 dengan.
No Nama Ruangan Fasilitas Jumlah

12
1 Ruang pendaftaran Meja pendaftaran 1 buah
Kursi 4 buah
Komputer 1 buah
2 Ruang tunggu Kursi tunggu panjang 3 buah
Alat peraga -
Poster Informasi 7 buah
3 Ruang pemeriksaan Meja petugas 1 buah
umum Bed Dewasa 1 buah
Lemari 3 buah
Wastafel 1 buah
Peralatan Pemeriksaan 1 set
Set
4 Ruang pelayanan KIA Meja petugas 1 buah
dan KB Bed Dewasa 1 buah
Bed Ginekologi 1 buah
Lemari 2 buah
Alat Medis 1 set
6 Ruang pelayanan Meja petugas 1 buah
kesehatan gigi dan mulut Kursi gigi 1 buah
Sterilisator alat 1 buah
Peralatan medis gigi 1 set
7 Ruang tindakan Bed pasien 4 bed
Nakas 2 buah
Lemari 1 buah
Alat medis emergensi set 1 buah
Sterilisator alat 1 buah
Wastafel 1 buah
8 Ruang rekam medis Formulir rekam medis, 1 buah
Rak arsip rekam medis
Rak arsip rekam medis 1 buah

13
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan Pelayanan


Kegiatan pelayanan Klinik mencakup pelayanan terhadap
pasien umum dan pasien peserta JKN, yang meliputi layanan rawat
jalan. Dibawah ini merupakan Kegiatan didalam Gedung Klinik
Fatmawati Pratama.
N Pelayanan Klinis Kegiatan
O
1 Kegiatan dalam 1. Pelayanan skrining visual di meja
gedung informasi
2. Pelayanan informasi di meja informasi
3. Pelayanan pasien Prioritas dan pasien
Risiko Jatuh
4. Pelayanan pendaftaran pasien BPJS
5. Pelayanan pendaftaran pasien Umum
6. Pelayanan Rujukan Internal
7. Pelayanan Rujukan Eksternal
8. Pelayanan Pemeriksaan di Ruang
Umum
9. Pelayanan Pemeriksaan di Ruang
KIA/KB
10. Pelayanan Pemeriksaan di Ruang Gigi

B. Langkah Kegiatan
a. Meja Pemberian Informasi
Pasien datang dengan memenuhi protokol kesehatan. Petugas
informasi melakukan identifikasi kepada pasien (nama, umur, alamat).
Kemudian petugas informasi menanyakan kebutuhan pasien.

14
Pasien adalah pengujung yang datang dengan kebutuhan
yang
mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan di Klinik Fatmawati
Pratama. Selanjutnya petugas informasi menjelaskan informasi Klinik
Fatmawati Pratama yang tertulis di dalam Buku menu Klinik yang
berisi 8 jenis pelayanan antara lain Penyampaian Hak dan Kewajiban,
alur pelayanan, jadwal pelayanan, tarif pelayanan, fasilitas rujukan,
jenis pelayanan, tata tertib, syarat pendaftaran Klinik Fatmawati
Pratama.
Setelah pasien mendapatkan informasi maka pasien diminta untuk
menandatangani buku penyampaian informasi yang artinya pasien
sudah mengetahui jenis-jenis pelayanan yang ada di Klinik Fatmawati
Pratama. Kemudian pasien di skrining visual rawat jalan. Skrining
visual rawat jalan dibagi menjadi 5 warna, antara lain

1) Merah :
Pasien yang tidak sadakan diri atau pingsan, pasien yang tidak
bernafas atau kesulitan bernafas, pasien dengan nadi tidak
teraba atau henti jantung, pasien dengan kejang. Pasien yang
teridentifikasi warna merah langsung dilakukan bantuan hidup
dasar (BHD)
2) Pink :
Pasien dengan batuk, riwayat TB atau masa pengobatan TB,
pasien yang dicurigai Covid-19. Pasien dengan label Pink
diarahkan keruang khusus oleh petugas
3) Kuning :
Pasien prioritas yang seperti ibu hamil, anak-anak, lansia serta
nyeri hebat berdasarkan skala nyeri. Kemudian petugas
informasi memberikan kalung berwana KUNING yang bertuliskan
pasien prioritas. Petugas informasi mengantarkan pasien
Prioritas keruang tunggu kemudian pasien dipersilahkan untuk
duduk di kursi yang sudah ditempel label pasien prioritas.

15
Kemudian petugas pendaftaran menindaklanjuti kebutuhan
pasien.
4) Hijau :
Pasien dengan kondisi stabil yang dinilai dengan kesadaran
Compos Mentis
5) Biru :
Pasien yang beresiko jatuh yaitu pasien yang menggunakan alat
bantu jalan, pasien yang mengalami gangguan pola berjalan,
pasien yang menggunakan penutup setidaknya satu mata,
lansia, anak-anak. Pasien tersebut diberikan kalung warna BIRU.
Kemudian petugas informasi memberikan kartu antrian pada
pasien lalu mengarahkan pasien ke ruang pendaftaran, berikut
lembar skrining visual rawat jalan:

16
SKRINING VISUAL RAWAT JALAN

Nama :
Tanggal :

TANDA DAN GEJALA


MERAH PINK KUNING HIJAU BIRU
Pasien tidak Pasien Risiko Pasien prioritas - Kondisi Pasien
sadarkan diri infeksius - Ibu Hamil Stabil Disabilitas
atau pingsan - Batuk - Anak-anak (Sensorium: - Pasien yang
- Tidak - Riwayat TB atau - Lansia Compos menggunakan
bernafas atau sedang masa - Nyeri Hebat Mentis) alat bantu
kesulitan pengobatan TB Berdasarkan skala jalan
bernafas - Curiga COVID-19, berikut: - Pasien yang
- Kejang jika curiga covid isi mengalami
form skrining covid gangguan pola
berjalan
- Pasien yang
menggunakan
penutup
setidaknya
satu mata
LAKUKAN Arahkan ke Ruang PASIEN PRIORITAS. Arahkan ke PASIEN RISIKO
BANTUAN HIDUP ISPA Pakaikan kalung Ruang JATUH.
DASAR. berwarna kuning dan Pendaftaran Pakaikan
duduk di kursi prioritas. dan Antri kalung
Pasien Prioritas tidak Seperti berwarna biru
perlu antri. Biasa dan duduk di
kursi Pasien
Risiko Jatuh.
Pasien Risiko
Jatuh tidak
perlu antri.

b. Pendaftaran

17
Petugas pendaftaran menanyakan kartu identitas pasien dan
memberikan no antrian dari petugas pemberian informasi setelah
itu petugas pendaftaran menanyakan kepada pasien apakah
pasien pernah berobat atau belum. Terdapat 2 jenis pasien yaitu
pasien baru dan pasien lama.

c. Rujukan
Rujukan terhadap pasien dilakukan dalam hal fasilitas
pelayanan kesehatan memastikan tidak mampu memberikan
pelayanan yang dibutuhkan hasil pemeriksaan awal secara fisik
atau berdasarkan pemeriksaan penunjang medis setelah
memperoleh pelayanan keperawatan dan pengobatan ternyata
pasien memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

d. Rekam Medis
Rekam medis merupakan keterangan baik yang tertulis
maupun terekam tentang identitas, anamnesa, diagnosa, tindakan
medik dan pengobatan yang telah di berikan pada pasien.
Petugas rekam medis menerima general consent, form
pengkajian awal, form informed consent dari petugas pendaftaran
kemudian petugas rekam medis mencari riwayat rekam medis
pasien tersebut kemudian petugas rekam medis mengisi buku
kelengkapan rekam medis dan setelah itu petugas rekam medis
mengatarkan rekam medis keruang yang dituju.
a. Sistem penomoran
Rekam medis Klinik Fatmawati Pratama menggunakan unit
numberring system yang artinya sistem ini memberikan satu unit
rekam medis baik pasien berobat jalan maupun pasien gawat
darurat
1) RM-01 = Form General Consent
2) RM-02 = Form Pengkajian Awal

18
3) RM-03 = Form Informed Consent
4) RM-04 = Form Skrining Visual Rawat Jalan (penilaian
Difable, Ibu Hamil, Anak, Resiko Jatuh, Resiko Nyeri)
5) RM-05 = Form CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi)
6) RM-06 = Form Assesment Gigi
7) RM-07 = Form Assesment KB
8) RM-08 = Form Rujukan Internal
9) RM-09 = Form Rujukan BPJS
10)RM-10 = Form Rujukan Umum
11)RM-11 = Form Pemantauan Anestesi
b. Pengkodean penomoran rekam medis di Klinik Fatmawati
Pratama dilakukan secara family folder, sebagai contoh saat ini
jumlah pasien di Klinik Fatmawati Pratama adalah 1450, maka
jika ada pasien yang berobat selanjutnya adalah 1451.
c. Penyimpanan Rekam Medis
Penyimpanan rekam medis di Klinik Fatmawati Pratama di
simpan di ruang medis dalam rak. Pengambilan rekam medis pada
rak status penyimpanan rekam medis pengambilan harus sesuai
dengan nomor rekam medis pasien berobat. Tahapan pencarian
rekam medis pada rak penyimpanan yaitu:
 Temukan rekam medis pasien berdasarkan nomor rekam
medis pasien yang telah diberikan
 Periksa nama kepala keluarga dari rekam medis yang
ditemukan pada rak, apakah sama dengan nama kepala
keluarga yang ada di kartu berobat pasien
 Lihat kembali nama pasien yang mau berobat.
 Apabila kartu rekam medis pasien tidak ditemukan, ambil
satu kartu rekam medis untuk contoh pembuatan kartu
rekam medis pasien yang berobat
 Susun dan taruh kartu rekam medis yang sudah ditemukan
di meja

19
d. Penyusutan dan pemusnahan rekam medis
Rekam medis di klinik mempunyai ruangan penyimpanan
rekam medis yang kecil, sehingga timbul masalah mengenai
kurangnya ruang penyimpanan, perencanaan tentang pengelolaan
rekam medis yang tidak aktif harus ditetapkan sehingga selalu
tersedia tempat penyimpanan untuk rekam medis yang baru. Pada
umumnya rekam medis dinyatakan tidak aktif apabila selama 2
tahun terakhir dihitung sejak tanggal terakhir berobat berkas rekam
medis aktif dan tidak aktif. Berkas rekam medis tidak aktif
dimusnahkan. Tujuan penyusutan rekam medis adalah:
 Menghindari double data dan double Rekam Medis
 Mengurangi jumlah berkas rekam medis yang semakin
bertambah
 Menyiapkan fasilitas yang cukup untuk tersedianya tempat
penyimpanan berkas rekam medis yang baru.
 Tetap menjaga kualitas pelayanan dengan mempercepat
penyiapan rekam medis jika sewaktu-waktu diperlukan
 Menyelamatkan rekam medis yang bernilai guna tinggi serta
mengurangi yang tidak bernilai guna
Pemusnahan rekam medis adalah suatu proses kegiatan
penghancuran secara fisik arsip rekam medis yang telah berakhir
fungsi dan nilai gunanya, penghancuran harus dilakukan secara
total dengan cara membakar habis,mencacah atau daur ulang
sehingga tidak dapat lagi dikenal isi maupun bentuknya.

e. Ruang Pelayanan Umum


Adapun Jenis-jenis pelayanan yang ada di ruang pemeriksaan
umum hingga saat ini ada beberapa jenis pelayanan, antara lain
pelayanan pemeriksaan pasien usia 0 – 70 tahun, pelayanan Surat
Keterangan Sehat, pelayanan Surat Keterangan Sakit, pelayanan
Surat Keterangan Hasil Pemeriksaan, rujukan internal dalam

20
lingkungan klinik, serta pelayanan rujukan eksternal ke rumah sakit
berdasarkan diagnosis dan kriteria yang telah di tetapkan dokter.
Ada dua macam metode yang digunakan dalam pemeriksaan
pasien, yaitu pengkajian awal klinis untuk pasien baru, dan
pengkajian ulang untuk pasien kunjungan ulang. Secara umum
metodenya sama, yaitu dengan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, penegakkan diagnosis, dan membuat
rencana layanan klinis. Bedanya adalah, di kajian awal klinis,
penggalian atau assessment terhadap kondisi kesehatan pasien
dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan banyak profesi,
sedangkan kajian klinis pada pasien kunjungan ulang dilakukan
sebagai kelanjutan dari rekam jejak riwayat kesehatan pasien dan
kondisi terkini.

f. Ruang Pemeriksaan Gigi


Pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan kegiatan
pencegahan dan pengobatan penyakit serta pemulihan dan
peningkatan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan atas
dasar hubungan antara dokter gigi atau tenaga kesehatan gigi
lainnya dengan individu masyarakat yang membutuhkan

g. Ruang Pemeriksaan KIA dan KB


Upaya pelayanan kesehatan ibu adalah upaya pemerintah
dalam rangka meningkatkan kesehatan wanita yang berkaitan
dengan fungsi keibuannya untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, dan akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI), yang dimulai sejak periode usia subur, kehamilan,
persalinan, nifas dan menyusui.
Upaya pelayanan Keluarga Berencana (KB) adalah upaya
Pemerintah dalam mengendalikan laju pertambahan penduduk
dengan menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak
kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi dan akselerasi

21
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) melalui pencegahan
Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) dengan menggunakan
kontrasepsi, termasuk penanganan komplikasi, efek samping dan
kegagalan.

h. Ruang Tindakan
Unit pelayanan ini selain tertuju pada pasien gawat darurat,
merupakan unit yang dituju berdasarkan hasil pemeriksaan yang
dilakukan dokter yang memeriksa kondisi pasien dipoli umum dapat
merujuk pasien ke ruang tindakan untuk mendapatkan
pemeriksaan yang sesuai demi mendapatkan informasi lebih
lengkap mengenai kondisi pasien. Adapun macam-macam
pemeriksaan dan pengobatan di ruang tindakan ini yang sering
digunakan adalah penyuntikan vitamin, rehidrasi cairan seperti
pemasangan IV Line. pemeriksaan gula darah, pemeriksaan asam
urat, pemeriksaan kolesterol dan pemeriksaan lainnya.
Pasien yang datang juga diberikan penilaian berdasarkan
triase. Triase adalah sistem seleksi pasien untuk pengelompokkan
korban dalam menentukan tingkat kegawatan serta prioritas dan
kecepatan penanganan serta pemindahan. Pasien diseleksi
berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya dengan kategori :
a. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya serta
anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya.
b. Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat, misalnya penyakit kanker
stadium lanjut.
c. Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak

22
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya
luka sayat dangkal.
d. Pasien tidak gawat tidak darurat: Misalnya pasien
dengan ulcus tropium, TBC kulit, dll

Kartu kode warna triase dapat digunakan sebagai cara


pengklasifikasian dalam triase setelah diperoleh informasi akurat
tentang keadaan pasien. Kartu warna yang digunakan adalah :
1) MERAH
Korban yang membutuhkan stabilisasi, misalnya :
– Syok oleh berbagai kausa
– Gangguan pernafasan
– Trauma kepala dengan pupil anisokor
–Perdarahan eksternal masif
– Gangguan jantung yang mengancam
– Luka bakar >50% atau luka bakar di daerah terbakar Semua
pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang resusitasi
2) KUNING
Korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan
dapat ditunda sementara, misalnya :
– Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan
jantung, trauma abdomen berat)
– Fraktur multiple
– Fraktur femur/pelvis
– Luka bakar luas
– Gangguan kesadaran/ trauma kepala
– Korban dengan status tidak jelas
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang tindakan
bedah.
3) HIJAU
Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau
pemberian pengobatan dapat ditunda, misalnya :

23
- Fraktur minor
- Luka minor, luka bakar minor, atau tanpa luka
4) HITAM
DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat
pasien sampai di Klinik Fatmawati
. Pasien yang datang dalam keadaan DOA langsung disalurkan
ke RS terdekat jika memerlukan surat keterangan kematian.

24
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
5. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Klinik Fatmawati Pratama.
6. Tidak Terjadinya pasien jatuh
Upaya Klinik untuk mencapai enam sasaran keselamatan
pasien tersebut adalah :
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti
nama pasien dan tanggal lahir pasien.
b. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan tindakan.
c. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau
prosedur lainnya.
Prosedur dalam identifikasi pasien :
1. Petugas Klinik Fatmawati Pratama mengidentifikasi pasien
dilakukan mulai saat pasien mendaftar, memperoleh pelayanan
sampai pasien pulang terutama pasien anak dan bayi,
2. Petugas Klinik Fatmawati Pratama mengawali dengan
memperkenalkan diri pada pasien,
3. Petugas Klinik Fatmawati Pratama menanyakan data pasien
meliputi: nama lengkap pasien, umur/tanggal lahir dan pernah di

25
rawat di Klinik Fatmawati Pratama untuk pencarian nomor rekam
medis yang lama (Jangan menyebutkan nama atau menanyakan
apakah nama pasien sudah benar, Sebaliknya, minta
pasien untuk menyebutkan namanya),
4. Petugas Klinik Fatmawati Pratama menggunakan komunikasi
aktif (berupa pertanyaan terbuka) dalam mengidentifikasi pasien,
5. Petugas memberikan pertanyaan terbuka menanyakan nama
lengkap pasien; “Siapa nama lengkap Bapak / Ibu?”
6. Saat pasien menyebutkan nama lengkapnya, petugas
mencocokkan dengan identitas pasien di rekam medis.
7. Petugas Klinik Fatmawati Pratama memberikan pertanyaan
terbuka menanyakan tanggal lahir pasien/ umur ; “Kapan tanggal
lahir/ umur Bapak / Ibu?”
8. Saat pasien menyebutkan tanggal lahirnya, Petugas Klinik
Fatmawati Pratama mencocokkan dengan rekam medis pasien.
9. Petugas Klinik Fatmawati Pratama dapat melanjutkan pelayanan
medis yang akan diberikannya bila kedua identitas yang
disebutkan pasien telah sesuai dengan rekam medis pasien.
10. Petugas Klinik Fatmawati Pratama melakukan konfirmasi dengan
keluarga bila salah satu identitas yang disebutkan pasien tidak
sesuai dengan yang tercantum dalam rekam medis
11. Petugas Klinik Fatmawati Pratama menjelaskan kepada pasien
mengenai pelayanan medis yang akan diberikannya.
12. Pada kondisi pasien yang tidak dapat berkomunikasi misalnya
pada pasien tidak sadar , tidak dapat berkomunikasi karena
terhalang masalah bahasa dan tidak ada penterjemah, karena
usia (bayi), gangguan kognitif (dementia atau kelainan mental),
Identifikasi dilakukan dengan memeriksa Nama lengkap pasien
dan Identitas lain (seperti tanggal lahir, KTP) pada identitas
pasien dalam rekam medis, dicocokan dengan informasi yang
telah dimiliki ruang rawat jalan (rekam medis dan resep).

26
13. Petugas Klinik Fatmawati Pratama dalam mengidentifikasi
pasien terlantar/ tidak ada keluarga (Mr X1, Mr X2 dst) dengan
mencocokkan identitas pasien yang meliputi nama pasien,
tanggal dan jam masuk Klinik Fatmawati Pratama dan nomor
rekam medis,

2. Meningkatkan komunikasi effektif


Prosedurnya adalah :
Metode Komunikasi Verbal
1. Petugas rawat jalan melaporkan kondisi pasien/ hasil test
laboratorium yang kritis kepada Dokter penaggungjawab
menggunakan teknik Komunikasi SBAR (Situation -
Background – Assessment – Recommendation),
2. Dokter memberi instruksi verbal kepada maka Petugas rawat
jalan
3. Petugas menerapkan write down read back/ TBaK  Tulis Baca
Kembali,
4. Petugas yang menerima instruksi secara verbal / lisan
bertanggung jawab untuk mencatat instruksi tersebut pada
lembar catatan terintegrasi di status rekam medis pasien meliputi
:
a. Tanggal dan jam pesan diterima.
b. Dosis yang akan diberikan dan waktu pemberian harus
spesifik untuk menghindarikesalahan penafsiran.
5. Petugas membacakan kembali /BaK (read back) kepada
pengirim pesan per telepon/ lisan untuk konfirmasi kebenaran
pesan yang dituliskan, termasuk nama pasien, tanggal lahir dan
diagnosis.setelah dituliskan,
6. Petugas menulis nama dokter yang memberikan pesan,
7. Petugas menulis nama dan tanda tangan sebagai tanda yang
menerima pesan,

27
8. Petugas memverifikasi dokter pengirim pesan dengan
menandatangani catatan pesan yang ditulis penerima pesan
sebagai tanda persetujuan dalam waktu 1 x 24 jam.
Metode Komunikasi Tertulis:
9. Dokter menuliskan instruksi harus dilakukan secara lengkap
dapat terbaca dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak
bila diperlukan verifikasi,
10. Dokter menuliskan harus menuliskan nama lengkap dan tanda
tangan penulis, serta tanggal dan waktu penulisan instruksi
setiap penulisan instruksi,
11. Dalam menuliskan instruksi dokter hendaknya menghindari
penggunaan singkatan, akronim, dan simbol yang berpotensi
menimbulkan masalah dalam penulisan instruksi dan
dokumentasi medis (misalnya catatan lanjutan keperawatan,
anamnesis, pemeriksaan fisis, pengkajian awal keperawatan,),
12. Koordinator melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
komunikasi effektif di tiap-tiap unit masing-masing,
13. Koordinator merencanakan tindak lanjut jika pelaksanaan tidak
sesuai dengan tujuan.

3. Penerapan 7 benar dalam menunjang medication safety

Prosedur

a. Benar Pasien:
1. Petugas menggunakan minimal 2 identitas pasien dalam
mengidentifikasi pasien,
2. Petugas menganamnesis riwayat alergi pasien,
3. Petugas menganamnesis kehamilan/ menyusui,
4. Petugas menganamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan
obat

b. Benar Obat

28
1. Petugas menuliskan pada label nama obat, kekuatan,
jumlah, kuantitas, pengenceran dan volume, tanggal
persiapan, tanggal kadaluarsa jika tidak digunakan dalam 24
jam dan tanggal kadaluarsa jika kurang dari 24 jam.

c. Benar Dosis
1. Dua orang yang berkompeten mengecek dan menghitung
(double cek) jika ada untuk dosis/ volume obat, terutama yang
memerlukan kewaspadaan tinggi,
2. Petugas mengkonsultasikan dengan dokter yang menuliskan
resep jika ragu,.
3. Petugas saat menyiapkan obat berkonsentrasi penuh untuk
menghindari gangguan.
d. Benar Waktu
1. Petugas memberikan resep obat dan menginformasikan
sesuai
waktu yang ditentukan:
 sebelum makan, setelah makan, saat makan.
 Perhatikan waktu pemberian:
 3 x sehari  tiap 8 jam.
 2 x sehari  tiap 12 jam. Sehari sekali  tiap 24 jam.
Selang sehari  tiap 48 jam
2. Petugas memberikan obat dengan segera setelah
diinstruksikan oleh dokter,
3. Petugas meneliti dengan benar bahwa obat belum memasuki
masa kadaluarsa.
e. Benar Cara/ Route Pemberian
1. Petugas memberikan resep obat sesuai dengan cara
pemberian obat, bentuk dan jenis obat :
 Slow-Release tidak boleh digerus
 Enteric coated tidak boleh digerus.

29
 Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah
obat cair/ sirup,
2. Petugas dalam memberikan obat obat sedapat mungkin
berjarak dan jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
f. Benar Dokumentasi
1. Petugas mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi
pada pasien setelah mendapat obat,
2. Petugas langsung menuliskan bukti nama dan tanda tangan/
paraf setelah memberikan obat pada dokumen rekam medik,
3. Petugas/ dokter menuliskan nama dan paraf jika ada
perubahan jenis/ dosis/ jadwal/ cara pemberian obat
4. Dokter memberikan coretan dan terakhir garis( ujungnya)
diberi paraf jika penulisan resep salah,
Contoh:
Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd  Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
5. Petugas mendokumentasikan respon pasien terhadap
pengobatan: Efek Samping Obat (ESO) dicatat dalam rekam
medik & Form Pelaporan Insiden + Formulir Pelaporan Efek
Samping Obat
6. Petugas mendokumentasikan KNC terkait pengobatan, :
 Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
 Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan
 Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
g. Benar Informasi
 Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan/
pengobatan harus dikomunikasikan pada pasien & atau
keluarganya,
 Petugas menjelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat
yang benar,
 Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.
 Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada
pasien,

30
4. Pengkajian resep obat
Prosedur :
A. Pengkajian resep dari aspek administratif dan farmasetik :
 Petugas memeriksa identitas pasien: nama pasien, nomor rekam
medis, penjamin, ruang rawat,berat badan (terutama pada pasien
pediatri),
 Petugas memeriksa kelengkapan resep: diagnosis, nama dokter
yang merawat, nama obat, bentuksediaan obat, jumlah obat, dan
aturan pakai,
 Jika tertera pada aturan pakai “p.r.n” (“pro re nata” atau jika perlu),
maka petugas mengkonfirmasi kedokter yang bersangkutan untuk
mengetahui dosis maksimal seharisehingga etiket bisa dilengkapi
dan diketahui jumlah obat yang dibutuhkan,
 Petugas memeriksa adanya masalah lain seperti masalah
keuangan atau kelengkapan persyaratanresep jaminan,
 Petugas memeriksa adanya kesesuaian dengan pedoman
pelayanan/peraturan yang berlaku,

B. Pengkajian dari aspek klinik


 Petugas memeriksa ketepatan indikasi, dosis dan waktu
penggunaan obat, terutama untuk pasienpediatri dan geriatric,
 Petugas memeriksa adanya duplikasi obat,
 Petugas memeriksa adanya alergi pada pasien disesuaikan dengan
rekam medic,
 Petugas memeriksa adanya interaksi obat,
 Petugas memeriksa adanya kontraindikasi,
 Petugas mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan
resep/ instruksi pengobatan,
C. Penanganan Resep yang Bermasalah

31
 Apoteker/ asisten apoteker di Apotek menghubungi dokter penulis
resep/ perawat sesuai dengan instruksi Kerja Penanganan Resep
Tidak Jelas ,
 Dokter / perawat mencoret tulisan yang tidak jelas tersebut dan
menulis perbaikan di atas coretan kemudian membubuhkan
parafdan tidak boleh menindih dengan tulisan yang baru,
 Jika dokter tidak dapat datang untuk memperbaiki resep
apoteker/asisten apoteker/ perawat dapat mengubah resep dokter
dengan memberi catatan nama dokter dan waktu (tanggal dan jam)
dilakukannya konfirmasi,
 Jika dalam menulis resep dokter/ perawat terdapat lebih dari 2
(dua) coretan maka harus diganti dengan lembar resep baru,
 Jika dokter / perawat dalam menulis tanggal pada resep harus
diganti dengan resep baru.

5. Melakukan tindakan skin test sebelum memberikan obat injeksi


Prosedur :
 Dokter mencatat terapi obat injeksi di dalam rekam medis
 Petugas selalu melakukan skin test dengan memasukkan obat
yang akan diberikan secara intra kutan
 Petugas mengecek hasil test setelah 3-5 menit
 Jika terdapat tanda – tanda alergi misal durasi membesar,
kemerahan dan pasien merasakan gatal disekeliling tempat
suntikan, maka dinyatakan hasil skin test positif
 Jika tanda-tanda di atas tidak ada, maka dinyatakan negatif
dan obat bisa diberikan melalui intra vena.

6. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Klinik Fatmawati Pratama


Penerapan cuci tangan dengan benar di setiap sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien

32
Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan
kebersihan tangan pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Alat Pelindung Diri


Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah,
cairan tubuh, ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung
tangan, masker, tutup kepala, kacamata pelindung, apron/ jas, dan
sepatu pelindung.
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :

1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik


2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30
detik

Prosedur cuci tangan :


 Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan sebelum
kontak dengan pasien,
 Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan sebelum
melakukan tindakan aseptik,
 Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan pasien,
 Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan setelah
terpajan dengan cairan tubuh pasien,

33
 Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan area sekitar pasien,
 Keluarga, pegunjung, relawan dan individu yang berkunjung
harus melakukan kebersihan tangan sebelum makan, setelah
makan, setelah dari kamar mandi, setelah kontak dengan
pasien, setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien,
 Koordinator rawat inap mengecek ketersediaan adanya handrub
, poster tentang kebersihan tangan didinding setiap ruangan
pasien,
 Semua petugas melepaskan perhiasan atau jam tangan saat
mencuci tangan,
 Semua petugas harus memotong kuku jika kuku panjang,
 Semua petugas Mencuci tangan dengan air yang mengalir
dibutuhkan waktu 40-60 detik dengan handrub cukup 20-30
detik,
 Semua petugas dan mahasiswa melakukan kebersihan tangan
dengan enam langkah sesuai dengan langkah yang sudah
ditetapkan.

34
7. Penilaian pasien jatuh pada anak, dewasa dan geriatri
Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang
jika diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau
pengobatan, dan lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat
risiko jatuh pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak
terduga lain

35
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan


oleh masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja
di Klinik Fatmawati Pratama semakin tinggi, karena Sumber Daya
Manusia (SDM) Klinik Fatmawati Pratama, pengunjung/pengantar pasien,
pasien dan masyarakat sekitar klinik ingin mendapatkan perlindungan dari
gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses
kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan
prasarana yang ada di Klinik Fatmawati Pratama yang tidak memenuhi
standar.
Klinik Fatmawati Pratama sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh

36
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
khususnya pasal 165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala
bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”. Berdasarkan pasal di atas
maka pengelola tempat kerja di Klinik Fatmawati Pratama mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya
adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Klinik
harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien,
penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai
potensi bahaya di klinik.
Program keselamatan kerja di Klinik Fatmawati Pratama merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan klinik, khususnya
dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM klinik, pasien,
pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekitar.

Alat Keselamatan Kerja


1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. Jas
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya
untuk memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
b. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja

37
c. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam
kebakaran.
d. Buanglah sampah pada tempatnya.
e. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
f. Dilarang merokok

38
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen


mutu merupakan suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin
yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk atau
jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada
pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga
kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
A. Perencanaan
Petugas Merencanakan kegiatan di wilayah kerja Klinik
Fatmawati Pratama dengan cara :
1. Menentukan prioritas masalah
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan mengatasi
masalah secara sekaligus, ketidaktersediaan teknologi atau
adanya keterkaitan satu masalah dengan masalah lainya, maka
perlu dipilih masalah prioritas dengan jalan kesepakatan Tim.
Bila tidak dicapai kesepakatan dapat ditempuh dengan
menggunakan kriteria lain.
2. Menentukan tujuan
Setelah menentukan prioritas masalah, selanjutnya petugas
menentukan tujuan. Tujuan merupakan keinginan yang akan
dicapai sebagai jawaban untuk mengatasi masalah yang ditemukan
di Klinik Fatmawati Pratama. Tujuan sejalan dengan visi, misi dan
tata nilai Klinik Fatmawati Pratama.
3. Menentukan Kegiatan
Setelah menentukan tujuan, selanjutnya ditentukan kegiatan
yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Penentuan
kegiatan berdasarkan pencapaian kegiatan tahun sebelumnya.
4. Menyusun jadwal kegiatan
Setelah ditentukan kegiatan ,maka di buat jadwal kegiatan
selama satu tahun. Jadwal kegiatan dibahas pada pertemuan

39
dengan berbagai pihak dan pemegang program yang terlibat dalam
kegiatan promosi kesehatan di Klinik Fatmawati Pratama.

B. Penggerakan dan Pelaksanaan


Mekanisme penggerakan dan pelaksanaan dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu :
1. Menggerakkan keluarga pasien seperti suami,istri, anak atau
saudaranya yg lain. Hal tersebut dapat dilakukan melalui
penyuluhan perorangan, penyuluhan kelompok, dan membuat
gerakan peduli kesehatan agar kelompok sasaran mempunyai
pengetahuan yang benar tentang kegiatan yang dilaksanakan
2. Peningkatan pengetahuan pasien dan keluarganya melalui
berbagai edukasi
3. Memberdayakan dukungan tokoh masyarakat (seperti kepala desa)
dan kelompok potensial dalam bentuk komitmen, sumber dana dan
tenaga.
4. Memberdayakan masyarakat dalam bidang kesehatan dengan
prinsip kesukarelaan, otonom, keswadayaan, partisipatif,
demokratis dan keterbukaan serta keterbukaan.

C. Pemantauan
Pemantauan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana pencapaian dan pelaksanaan pelayanan kesehatan di
Klinik Fatmawati Pratama. Pemantauan dapat dilakukan pada
pelaksanaan program aksi baik di klinik maupun di lapangan dan juga
pembinaan serta membantu memecahkan masalah-masalah yang
ada.pemantauan biasanya dilakukan bersama-sama tim audit UKP
dan PJ UKP.
Mekanisme Pemantauan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu :

40
1. Pelaporan pencapaian target indikator pelayanan di Klinik
Fatmawati Pratama dari setiap unit ke kepala Klinik Fatmawati
Pratama
2. Kunjungan / pemantauan ke setiap unit untuk menanyakan
permasalahan setiap minggu
3. Hasil pemantauan biasanya disampaikan dalam rapat internal
masing-masing unit UKP.

D. Evaluasi
Evaluasi dilakukan disetiap tahapan manajerial mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan hasil.

41
BAB IX
PENUTUP

Dengan adanya buku pedoman ini diharapkan kegiatan Pelayanan


kesehatan di Klinik Fatmawati Pratama dapat berjalan dengan baik dan
kinerjanya dapat ditingkatkan sehingga dapat melayani pasien secara
paripurna.
Bagi para staf pelayanan kesehatan Klinik Fatmawati Pratama
diharapkan buku pedoman ini dapat membantu memberi gambaran
kegiatan, hal-hal apa saja yang dilaksanakan dan upaya-upaya
peningkatan kinerja sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
Buku ini masih akan terus dievaluasi, sehingga kami harapkan
saran dan masukan yang berharga bagi penyempurnaan buku pedoman
ini dimasa mendatang selalu dinantikan

42

Anda mungkin juga menyukai