Anda di halaman 1dari 17

KESEHATAN DAERAH MILITER IV/DIPONEGORO

KLINIK PRATAMA YONARHANUD 15/DBY

PANDUAN LAYANAN KLINIS POLI UMUM


DI KLINIK PRATAMA YONARHANUD 15/DBY

KLINIK PRATAMA YONARHANUD 15/DBY


JL. Kesatrian Jatingaleh Semarang Telp. 024-8501905
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Dunia pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan
yang sangat berat, karena dalam situasi seperti ini harus mampu memberikan
pelayanan yang baik sedangkan disisi lain harus menghadapi krisis multi dimensional
yang berkepanjangan serta selalu dikaitkan dengan keadaan gedung, personil maupun
material untuk meningkatkan mutu pelayanan maupun dukungan, sesuai dengan fungsi
Globalisasi dan krisis ekonomi dan politik, sangat menentukan perkembangan
pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini. Dalam situasi seperti ini selaku Pimpinan
tidak ada tindakan yang paling tepat, kecuali melaksanakan manajemen efisiensi,
dengan penajaman skala prioritas. Dalam rangka menindaklanjuti Undang-Undang
No.24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Permenkes No.71
tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional, serta
Permenkes No.46 tahun 2013 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat
Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi, kami Kesdam III/
Siliwangi yang memiliki servis area meliputi satuan wilayah Kodam IV/Diponegoro
berusaha memenuhi tuntutan tersebut sebagai pelaksana tugas pokok.

b. Tujuan Pedoman
Pedoman layanan klinis poli umum ini dibuat agar dapat menjadi acuan bagi
kegiatan pelayanan klinis, khususnya poli umum yang dilaksanakan di Klinik Pratama
Yonarhanud 15/DBY, sehingga pada akhirnya kepuasan pelanggan dapat ditingkatkan,
yang pada akhirnya dapat mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM).

c. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman layanan klinis poli umum ini adalah seluruh tenaga kesehatan
yang ada di Poli Umum Klinik Pratama Yonarhanud 15/DBY, yang meliputi dokter umum
dan perawat.

d. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan klinis poli umum di Klinik Pratama Yonarhanud
15/DBY meliputi:
1. Pemeriksaan awal
Pemeriksaan awal pasien dilakukan di meja perawat sesuai dengan keluhan
dan kondisi pasien.
2. Pemeriksaan lanjutan oleh dokter umum
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan singkat mengenai garis
besar keluhan pasien, serta tanda-tanda vital, pasien diarahkan ke ruang
periksa dokter umum. Bila dianggap perlu, maka dokter yang memeriksa
kondisi pasien akan melakukan tindakan lanjutan meliputi tindakan terapeutik
ataupun pemeriksaan penunjang diagnostik.
3. Unit Rujukan Pasien
Pasien yang membutuhkan penatalaksanaan lebih lanjut mengenai kondisi
kesehatannya yang lebih rinci akan dirujuk ke unit terkait, misalnya
konsultasi gizi, konsultasi psikologi, ataupun konsultasi spesialisasi.

e. Batasan Operasional
Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk tujuan
pengamatan preventif, promotif, diagnostik, terapeutik, rehabilitatif, dan pelayanan
kesehatan lainnya tanpa mengharuskan rawat inap.
Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan
secepatnya untuk mencegah terjadinya kematian, keparahan dan kecacatan sesuai
dengan kemampuan Klinik Pratama Yonarhanud 15/DBY.
Pasien FKTP yang sudah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kondisinya dapat pulang ke rumah. Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan
tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan yang dilakukan dokter untuk mendapatkan
kepastian diagnosa dan ketepatan terapi terhadap pasien. Konsultasi adalah upaya
memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien mengenai hal-hal yang harus
diketahui berhubungan dengan kondisi kesehatannya.
Adapun landasan hukum yang dijadikan dasar dalam pembuatan pedoman ini
diantaranya sebagai berikut:
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Undang Undang No 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Pelayanan Klinis


Kualifikasi sumber daya manusia yang ada di Poli Umum Klinik Pratama Yonarhanud
15/DBY antara lain sebagai berikut:
1. Dokter Umum
Dokter umum yang ada di Klinik Pratama Yonarhanud 15/DBY ada sebanyak 3
orang dokter, yang terdiri atas 2 orang dokter Militer dan 1 orang dokter KHL, yang
keseluruhannya memiliki kompetensi dan ijin praktek sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan.

2. Perawat
Perawat yang bertugas di Poli Umum Klinik Pratama Yonarhanud 15/DBY ada
sebanyak 3 orang yang ketiganya memiliki keahlian dan ijin praktek sesuai dengan
kompetensi yang diharuskan oleh kolegiumnya.

Berikut ini tenaga kesehatan pada Poli Umum yang ada di Klinik Pratama Yonarhanud
15/DBY:
PELAYANAN PROFESI PETUGAS KUALIFIKASI
PENDIDIKAN
Poli Umum Dokter Umum 2 2 orang dokter umum
Perawat 5 1 orang Amd. Kep
4 orang SPK
Poli Gigi Dokter Gigi 1 1 orang dokter gigi

B. Distribusi Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan


Dokter setiap hari bertugas di poli umum. Klinik Pratama Yonarhanud 15/DBY
memiliki 2 orang dokter umum dengan jadwal praktek bergantian sehingga Klinik
Pratama Yonarhanud 15/DBY dapat melayani secara maksimal dalam tugas pelayanan
sehari-hari. Bila ada pertemuan yang menyangkut upaya klinis yang menjadi tugas
keseharian dokter atau yang berkaitan dengan tugas integrasinya, maka akan
didisposisi untuk melaksanakan tugas tersebut, sehingga pelayanan umum masih dapat
dilayani oleh 1 orang dokter. Tugas di luar pelayanan poli umum tersebut meliputi
kegiatan Prolanis yang diadakan satu kali dalam sebulan, tugas dukungan kesehatan,
dan tugas tambahan lainnya.
Klinik Pratama Yonarhanud 15/DBY memiliki 5 orang perawat umum yang
memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, yakni satu orang perawat pendidikan
Akper, dan 4 orang lainnya adalah lulusan SPK. Perawat setiap hari melakukan
tugasnya sesuai tugasnya di poli umum. Dua orang perawat bertugas di luar melakukan
anamnesis singkat tentang garis besar keluhan pasien dan mengukur tanda-tanda vital
sebelum kemudian pasien didistribusikan ke ruang periksa dokter. Sedangkan satu
orang lainnya bertugas di dalam guna membantu kelancaran distribusi pasien ke setiap
ruangan dokter dan melakukan tindakan terhadap pasien yang telah diperiksa dokter
jika dirasa perlu.
Setelah pasien diperiksa oleh dokter, maka akan ditentukan langkah selanjutnya.
Apakah pasien membutuhkan tindakan terapeutik berupa tindakan di tempat seperti
oksigenasi, nebulisasi, injeksi obat parenteral, rawat luka, ataukah dapat langsung
mengambil obat di bagian farmasi. Jika pasien membutuhkan tindakan terapeutik di
tempat seperti yang telah disebutkan di atas, maka dokter akan menyerahkannya
kepada perawat yang bertugas di dalam.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Poli UMum

1 1
1. Ruang Periksa Dokter
2 2
2. Ruang Tindakan
3
3. Pemeriksaan Awal
4 4
4. Ruang Tunggu
3

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Poli umum terletak di antara ruang pendaftaran dan ruang KIA memiliki ruang
pemeriksaan dokter, termasuk didalamnya terdapat bed/tempat tidur pasien, meja
dokter, dan alat pemeriksaan. Di bagian depan ruangan ini/di sisi pintu masuk terdapat
meja anamnesa pasien sekaligus pemeriksaan tanda-tanda vital oleh perawat, yang
meliputi tensi, nadi, suhu, dan laju nafas pasien. Ruangan ini memiliki wastafel sebagai
sarana cuci tangan bagi petugas. Selain itu ruangan ini memiliki ruang tindakan yang
terletak tepat di sebelah ruang pemeriksaan, yang digunakan untuk menangani pasien
yang membutuhkan tindakan khusus oleh dokter dan perawat, misalnya oksigenasi,
nebulizer, injeksi obat parenteral, ekg, rawat luka, maupun jahit luka. Di ruang tindakan
sudah dilengkapi dengan sterilisator, trolly emergency, tabung oxygen, hecting set, dan
alat nebulizer.
2. Peralatan
RUANGAN ALAT
Poli Umum Tensimeter
Stetoskop
Termometer
Senter
Hammer reflex
Timbangan
Pengukur tinggi badan
Metline
Alat Nebulizer
Sterilisator
Hecting set
Oto-ophthalmoscope
Tabung oksigen
·
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

1. POLI UMUM
a Petugas Dokter umum
. penanggung jawab Perawat
b Perangkat kerja Tensimeter
. Stetoskop
Termometer
c. Tata laksana  Perawat melakukan pemanggilan pasien.
 Perawat melakukan anamnesis awal untuk
mengetahui garis besar keluhan dan kondisi pasien,
kemudian memeriksa tand-tanda vital, mencatatnya
di rekam medis, kemudian pasien dipersilakan
menuju ruang periksa dokter.
 Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan
mencatatnya di rekam medis. Setelah diperiksa,
dokter akan menentukan apakah pasien memerlukan
tindakan terapeutik di tempat ataukah hanya
memerlukan obat. Jika pasien dirasa memerlukan
tindakan terapeutik di tempat maka dokter akan
menyerahkannya ke perawat yang ada di dalam agar
dapat dibantu persiapannya. Untuk pasien yang
hanya memerlukan obat, dokter akan menuliskan
resep ke bagian farmasi. Bila dokter merasa pasien
perlu mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut, maka
dokter akan membuat surat rujukan baik internal (ke
laboratorium) atau eksternal (rujukan spesialisasi)
dan memberikannya kepada pasien. Bila tidak, maka
pasien mendapatkan resep sesuai kondisi
penyakitnya.
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka perlu


didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui perencanaan yang
baik dan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan usulan pemegang program yang sudah
berdasarkan hasil pemetaan masalah. Ketersediaan logistik harus dijamin kecukupannya
dan pemeliharaan yang sudah dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan alat dan bahan
dalam pelaksanaan upaya klinis Klinik Pratama Yonarhanud 15/DBY yang diselenggarakan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1. IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien dan
tanggal lahir pasien.
b. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan pemberian obat.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk keperluan
pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan tindakan dan prosedur lainnya.

Prosedur dalam Identifikasi Pasien adalah sebagai berikut:


Ada 2 identitas yaitu menggunakan NAMA dan TANGGAL LAHIR yang disesuaikan dengan
tanda pengenal resmi. Pengecualian prosedur identifikasi dapat dilakukan pada kondisi
khusus, yakni pasien lanjut usia.

Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas adalah:


Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir sebelum melakukan
prosedur, dengan pertanyaan terbuka, contoh :” Nama bapak siapa?” “Tolong sebutkan
tanggal lahir Bapak”. Bila pasien tidak dapat menyebutkan nama, identitas pasien dapat
ditanyakan kepada penunggu/ pengantar pasien.

2. MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF


Cara komunikasi yang efektif di puskesmas:
a. Menggunakan teknik SBAR (Situation – Background – Assessment – Recomendation)
dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar pemberi
layanan.
 Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
 Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien
terkini.
 Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini.
 Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat
ini.
b. Komunikasi Verbal (Write down/tulis, Read back/baca kembali)
 Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh penerima instruksi/
laporan.
 Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali oleh
penerima instruksi/ laporan.
 Instruksi/ laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasikan oleh individu pemberi
instruksi/ laporan.
 Untuk istilah yang sulit atau obat – obatan kategori LASA (Look Alike Sound Alike)
diminta penerima pesan mengeja kata tersebut perhurup misalnya : UBRETID.

S
Situasi
Saya menelepon tentang (nama pasien, umur, dan lokasi)………….
Masalah yang ingin disampaikan…..
Tanda- tanda vital :
B
Background/ latar belakang
Status mental pasien :
Kulit:…
Alat Bantu…
A
Assesment/ Penilaian
Sampaikan masalah yang sedang terjadi dan katakan penilaian anda.
R
Rekomendasi
Apakah (katakan apa yang ingin disarankan)
Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan?
Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan…

3. MENINGKATKAN KESELAMATAN PENGGUNAAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT)

Obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah :


1. Elektrolit pekat : KCl, MgSO4, Natrium Bikarbonat, NaCl 0,3%
2. NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) / LASA (Look Alike Sound
Alike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip.
Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai:
Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi penandaan yang
jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High Alert”.
Obat diberi penandaan yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High
Alert” dan khusus untuk elektrolit pekat, harus ditempelkan stiker yang dituliskan “Elektrolit
pekat, harus diencerkan sebelum diberikan.”
Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA. Tidak menyimpan
obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa pengawasan. Biasakan
mengeja nama obat dengan kategori LASA saat menerima/memberi instruksi.

Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi:


Elektrolit Pekat
- MgSO4 20%
Golongan Opioid
- Fentanil
- Kodein HCl
Antikoagulan
- Miniaspi
Obat Hipoglikemia Oral
Obat Agonis Adrenergik
- Epinefrin
Anestetik Lokal
- Lidocain

5. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN


Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.

Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan pada 5
MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik

Alat Pelindung Diri


Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan tubuh, ekskreta,
dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala, kacamata pelindung,
apron/ jas, dan sepatu pelindung.

6. PENGURANGAN RISIKO CEDERA AKIBAT PASIEN JATUH


Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai rIsiko jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan
oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat rIsiko jatuh pasien
guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat


maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di Klinik Pratama Yonarhanud
15/DBY semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM), pengunjung/pengantar
pasien, pasien dan masyarakat sekitar ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan
kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian
pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Klinik Pratama
Yonarhanud 15/DBY yang tidak memenuhi standar.
Klinik Pratama Yonarhanud 15/DBY sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 165:
”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”. Berdasarkan
pasal di atas, maka pengelola tempat kerja di FKTP mempunyai kewajiban untuk
menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja
disamping keselamatan kerja. FKTP harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik
terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai
potensi bahaya di FKTP.
Program keselamatan kerja di Klinik Pratama Yonarhanud 15/DBY merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan Klinik Pratama Yonarhanud 15/DBY,
khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM, pasien, pengunjung/pengantar
pasien, dan masyarakat sekitar.

Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM Poli Umum
Klinik Pratama Yonarhanud 15/DBY, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar
pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan FKTP berjalan baik
dan lancar.

Tujuan khusus
a. Terlindunginya petugas poli umum dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat
Kerja) dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Klinik Pratama Yonarhanud 15/DBY.
Alat Keselamatan Kerja:
1. Masker
2. Handscoone

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
2. Dokter memakai jas dokter saat bekerja.
3. Penerapan 7 langkah cuci tangan dan 5 momen cuci tangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk
atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan klinis
diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat
sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-
langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung
sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan
terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu dilakukan
dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan kesehatan keseluruhan
proses yang diselenggarakan oleh FKTP ditujukan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat
sebagai konsumen.
BAB IX
PENUTUP

Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan


di wilayah Kodam IV/Dip adalah Kesdam IV/Dip. Sedangkan Klinik Pratama Yonarhanud
15/DBY bertanggungjawab untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang tingkat
dasar yang dinaungi oleh Kesdam IV/Dip, sesuai dengan kemampuan dan kompetensinya.
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Klinik Pratama Yonarhanud
15/DBY tidak hanya untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan di
wilayah Kodam IV/Dip, namun juga pembangunan kesehatan berskala nasional. Yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Klinik Pratama Yonarhanud 15/DBY, agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

Anda mungkin juga menyukai