Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN SKRINING PASIEN

DI RS PARU Dr. H. A. ROTINSULU

BANDUNG
DAFTAR ISI

Halaman Judul... ..i

Daftar isi... ii

Bab 1 PENDAHULUAN... ...1

a. Latar Belakang... 1 b. Tujuan ... .1 c. Manfaat ... 1 d. Ruang Lingkup... 1 e. Sasaran ... 1 f. Dasar Hukum... .2

Bab 2 ISI PANDUAN ... 3

a. Ketentuan Umum ... .3 b. Pelaksana Skrining... .3 c. Tata laksana Skrining Pasien di Rumah Sakit... 3 d. Tata laksana Skrining
Pasien di Luar Rumah Sakit... .4

Bab 3 PENUTUP... 6

BAB 1

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan, yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara paripurna dan
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, dan pelayanan penunjang. Untuk
memberikan pelayanan yang bermutu, rumah sakit harus mampu mendapatkan informasi yang cukup tentang kebutuhan
pasien, dan harus dapat menilai apakah kebutuhan pasien tersebut mampu dipenuhi oleh rumah sakit. Skrining bertujuan
untuk memilah pasien mana yang bisa dipenuhi kebutuhannya oleh rumah sakit untuk selanjutnya ditangani oleh rumah sakit
tersebut, dan pasien mana yang tidak bisa dipenuhi kebutuhannya oleh rumah sakit sehingga harus dirujuk ke rumah sakit lain.
Proses skrining ini merupakan proses awal dari interaksi pasien dengan rumah sakit, sehingga proses skrining mempunyai peran
dalam menetukan mutu pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Salah satu visi RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu adalah
meyelenggarakan pelayanan kesehatan dan menjadi rumah sakit Paru Rujukan Nasional Tahun 2019. Untuk mewujudkan visi ini
maka RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu harus mampu melaksanakan proses skrining yang baik.

b. Tujuan 1. Memilah pasien yang dapat dipenuhi kebutuhannya di RS Paru Dr. H. A.

Rotinsulu Bandung 2. Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan pelayanan yang ada di RS Paru Dr. H.
A. Rotinsulu Bandung 3. Mengidentifikasi dan memprioritaskan pelayanan yang dibutuhkan pasien

c. Manfaat Sebagai panduan dalam melakukan skrining kepada seluruh pasien di RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung.

d. Ruang Lingkup 1. Skrining pasien di rumah sakit 2. Skrining pasien di luar rumah sakit

e. Sasaran 1. Petugas di Instalasi Gawat Darurat 2. Petugas di Instalasi Rawat Jalan f. Dasar Hukum 1. Undang – undang
Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang – undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit 3. Undang – undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek

Kedokteran 4. Undang – undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik 5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang

berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit 6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang

Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit

BAB II

ISI PANDUAN

a. Ketentuan Umum 1. Skrining pasien adalah upaya yang dilakukan untuk menentukan apakah pasien dapat dirawat di RS Paru
Dr. H. A. Rotinsulu Bandung dengan mencocokkan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya yang tersedia di RS Paru Dr.
H. A. Rotinsulu Bandung 2. Berdasarkan misi RS Paru dr. H. A. Rotinsulu menjadi Rumah Sakit Paru Rujukan Nasional Tahun
2009, oleh karena itu proses skrining berkaitan dengan ketersediaan sumber daya dan fasilitas yang ada di RS Paru Dr. H. A.
Rotinsulu Bandung. 3. Skrining dapat dilakukan berdasarkan informasi dari institusi pelayanan kesehatan lain yang merujuk
pasien sebelum pasien tiba di RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung, ketika transportasi darurat, atau ketika pasien tiba di RS
Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung. Atau bisa juga dilakukan berdasarkan informasi dari pasien atau keluarga pasien yang
menelpon ke RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu 4. Skrining dilakukan dengan menggali informasi tentang kebutuhan klinis pasien, bisa
melalui kriteria triase, wawancara dengan pasien atau keluarga pasien yang mengetahui keadaan pasien, evaluasi visual,
pemeriksaan fisik, psikologis, atau dari hasil pemeriksaan penunjang. 5. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan bisa berupa
pemeriksaan EKG, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Jenis pemeriksaan
penunjang yang diperlukan tergantung keputusan dokter yang menangani pasien tersebut berdasarkan kebutuhan klinis pasien.
6. Keputusan untuk mengobati, merawat, atau merujuk pasien dilakukan oleh dokter atau atas persetujuan dokter hanya
dilakukan setelah proses skrining selesai dilakukan

b. Pelaksana Skrining Petugas yang melakukan skrining adalah : 1. Petugas kesehatan yang memeriksa pasien pertama kali 2.
Petugas penerima telepon saat menerima permintaan rujukan dari institusi pelayanan kesehatan lain, atau dari praktek Dokter,
atau dari pasien/keluarga pasien yang menelepon.

c. Tata Laksana Skrining di Rumah Sakit

Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang kebutuhan pasien perlu dilakukan pemeriksaan yang meliputi anamnesis,
pemeriksan fisik, dan pemeriksaan penunjang sesuai dengan kebutuhan pasien dan keadaan klinisnya. Pemeriksaan penunjang
ini bisa berupa pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi atau pemeriksaan penunjang lainnya berdasarkan keputusan
dokter yang menangani pasien tersebut sesuai dengan kondisi klinisnya. Selain harus mengetahui kebutuhan pasien
berdasarkan kondisi klinisnya, petugas skrining juga harus mengetahui pelayanan apa saja yang bisa dan yang tidak bisa
dilakukan di RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung. Sehingga petugas bisa mengetahui apakah kebutuhan klinis pasien bisa
ditangani di RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu atau tidak. Pelaksanaan skrining juga disesuaikan dengan keadaan pasien saat ditemui
pertama kali. 1. Skrining pasien gawat darurat Untuk pasien gawat darurat prioritas utama adalah memberikan pertolongan
untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan. Pasien yang menunjukkan tanda-tanda kegawatdaruratan dilakukan
skrining cepat dengan prosedur triase sesuai dengan panduan triase. Setelah kegawatdaruratannya teratasi barulah dinilai
apakah pasien tersebut bisa dilayani untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut di RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung ataukah
harus dirujuk ke rumah sakit lain. Pada keadaan-keadaan tertentu terkait dengan kondisi klinis pasien, mungkin diperlukan
observasi selama waktu tertentu sehingga baru bisa dibuat keputusan apakah pasien bisa dirawat di RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu
atau dirujuk. 2. Skrining pasien tidak gawat darurat Pasien yang tidak menunjukkan tanda-tanda kegawatdaruratan, skrining
dilakukan dengan wawancara kepada pasien atau pihak yang mengetahui keadaan pasien, evaluasi visual, pemeriksaan fisik,
atau dengan melihat hasilhasil dari pemeriksaan sebelumnya baik pemeriksaan fisik, psikologis, hasil laboratorium, dan hasil
pemeriksaaan radiologis jika ada. Untuk penilaian lebih lanjut mungkin diperlukan pemeriksaan penunjang. Dari penilaian
tersebut bisa dibuat keputusan apakah pasien bisa dilayani di RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu atau tidak. 3. Skrining pasien yang
akan di rawat inap Pasien yang diputuskan akan dirawat inap, hasil penilaian skrining harus mampu mengidentifikasi kebutuhan
pasien tersebut, apakah memerlukan pelayanan preventif, kuratif, paliatif, atau rehabilitatif.

d. Tata Laksana Skrining di Luar Rumah Sakit

Skrining pasien di luar rumah sakit bisa dilakukan pada saat pasien masih berada di lokasi asal, atau selama proses transportasi
pasien ke rumah sakit. pasien di luar rumah sakit dibagi 2 kelompok : 1. Pasien yang dirujuk oleh institusi pelayanan kesehatan (
puskesmas, klinik, balai kesehatan atau rumah sakit ) dan praktek dokter. Jika pasien berasal dari institusi pelayanan kesehatan
atau praktek dokter akan dirujuk ke RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung, berarti pasien tersebut telah dilakukan assesmen oleh
institusi atau dokter yang merujuk, dan kebutuhan spesifik pasien yang menyebabkan pasien tersebut dirujuk telah diketahui
institusi atau dokter yang merujuk. Pada saat RS Dr. H. A. Rotinsulu menerima telepon atau informasi dari perujuk yang akan
merujuk pasien tersebut, maka petugas penerima telepon akan melakukan skrining dengan cara menanyakan apakah
kebutuhan spesifik pasien tersebut yang menyebabkan pasien tersebut dirujuk. Setelah mengetahui kebutuhan spesifik pasien
tersebut, dan setelah berkoordinasi dengan petugas administrasi pasien mengenai ketersediaan ruangan rawat inap, petugas
yang menerima telepon bisa langsung menentukan apakah pasien tersebut bisa dilayani di RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu atau
tidak. Atau petugas yang menerima telepon bisa berkoordinasi dengan petugas kesehatan lainnya ( dokter atau perawat ) 2.
Orang awam yang meminta pertolongan medis Pada saat rumah sakit menerima telepon atau informasi dari orang awam yang
meminta pertolongan medis, skrining melalui telepon seperti pada poin 1 sulit dilakukan. Skrining dilakukan berdasarkan
keluhan utama pasien, kondisi pasien, riwayat pengobatan saat ini, dan riwayat penyakit pasien. Sekiranya keadaan
memungkinkan pasien bisa diminta untuk datang langsung ke RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu untuk dilakukan skrining lanjutan.
Atau skrining dilakukan pada saat tim ambulan datang menjemput pasien tersebut atau selama dalam perjalanan, dan setelah
sampai di rumah sakit proses skrining selanjutnya sesuai dengan tata laksana skrining pasien di rumah sakit

BAB III

PENUTUP

Proses skrining merupakan proses paling awal dari interaksi pasien dengan rumah sakit. Dengan adanya panduan skrining ini
diharapkan proses skrining di RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung bisa terselenggara dengan baik. Sehingga pasien dengan
kondisi klinis tertentu bisa mendapatkan pelayanan yang tepat, perawatan yang tepat, di tempat dan waktu yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai