Anda di halaman 1dari 40

BAB I

DEFINISI

1. Skrining adalah suatu proses penilaian awal yang merupakan upaya untuk mengidentifikasi
penyakit atau kelainan pasien sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien
saat kontak pertama. Keterangan hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan untuk
menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya
dengan menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit.
2. Pengkajian adalah upaya tindak lanjut dari hasil skrining untuk lebih mendalami kebutuhan
pasien di bidang tertentu.
3. Skrining Admisi adalah skrining yang dilakukan pada pasien yang datang ke admisi. Skrining
dilakukan melalui pengamatan visual secara langsung kepada pasien.
4. Skrining UGD adalah skrining yang dilakukan saat pasien datang ke Unit Gawat Darurat adalah
melalui kriteria Triase.
5. Skrining Rawat Jalan adalah skrining dilakukan pada pasien yang datang ke unit rawat jalan.
Skrining dilakukan melalui pengamatan visual secara langsung kepada pasien.
6. Skrining Luar Rumah Sakit adalah skrining di luar rumah sakit Semen Padang Hospital
dilakukan melalui proses komunikasi lewat telepon. Dari komunikasi tersebut harus didapatkan
informasi mengenai pasien yang akan dirujuk dari fasilitas pelayanan tingkat pertama atau rumah
sakit lain ke Semen Padang Hospital.
7. Triase adalah kegiatan pemilah/seleksi pasien berdasarkan tingkat kegawatdaruratan,
trauma/penyakit untuk menentukan prioritas pasien dengan melakukan penilaian kondisi A
(Airway), B (Breathing), C (Circulation), D (Disability).
8. Prioritas adalah penentuan mengenai mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
9. Survey Primer adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi mengancam jiwa.
10. Survey Sekunder adalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan-perubahan
anatomi yang akan berkembang semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada
dan akhirnya bisa mengancam jiwa jika tidak diatasi segera.
11. Transfer Pasien adalah proses memindahkan pasien dari satu lokasi atau ruangan kelokasi atau
ruangan lain.
12. Pelayanan Kesehatan Preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit.
13. Pelayanan Kesehatan Kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,

1
pengendalian penyakit,atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin.
14. Pelayanan Kesehatan Rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai
anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuannya.
15. Pelayanan Kesehatan Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi yang bertujuan mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya dan juga
memberikan support kepada keluarganya.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Skrining dilakukan pada area :


1. Skrining yang dilakukan didalam Semen Padang Hospital :
a. Admisi
b. Unit Gawat Darurat (UGD)
c. Unit Rawat Jalan
2. Skrining yang dilakukan diluar Semen Padang Hospital yaitu di tempat kejadian/lokasi
bencana/lokasi kecelakaan, Balai Pengobatan/Puskesmas/Rumah Sakit yang akan merujuk
ke Semen Padang Hospital.

B. Skrining dilakukan melalui :


1. Kriteria Triase
2. Evaluasi visual atau pengamatan
3. Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik
4. Pemeriksaan laboratorium atau diagnostik imaging sebelumnya

3
BAB III
TATALAKSANA

A. Tatalaksana Skrining ini meliputi :


1. Pengumpulan informasi
Pengumpulan informasi dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
2. Analisis informasi
Informasi yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
dianalisis sehingga menghasilkan suatu diagnosis/problem/kondisi, kemudian dilakukan
identifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien.
3. Menyusun rencana pelayanan/pengobatan.
Setelah terindentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan pasien, maka
disusunlah rencana pelayanan/pengobatan berdasarkan ketersediaan asuhan dan layanan di
Semen Padang Hospital.
Setelah teridentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan pasien maka
disusunlah rencana pelayanan/pengobatan berdasarkan ketersediaan asuhan dan layanan di
Semen Padang Hospital. Rencana pelayanan/pengobatan tersebut meliputi :
a. Pasien diterima sebagai pasien rawat jalan.
b. Pasien diterima sebagai pasien rawat inap.
c. Pasien dipindahkan atau dirujuk.
4. Tatalaksana skrining di Semen Padang Hospital dilaksanakan melalui: kriteria Triase,
evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan
fisik,psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imaging sebelumnya.

B. Proses Skrining
1. Proses Skrining terdiri dari dua tahap :
a. Melakukan pemeriksaan terhadap kelompok atau individu yang dianggap mempunyai
risiko tinggi menderita penyakit dan bila hasil tes negatif maka dianggap orang tersebut
tidak menderita penyakit.
b. Bila hasil positif maka dilakukan pemeriksaan diagnostik, dan bila hasil pemeriksaan
diagnostik positif maka akan dilakukan pengobatan.
2. Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk skrining dapat berupa pengamatan visual,
pemeriksaan laboratorium atau radiologi.
Pemeriksaan tersebut harus dapat dilakukan :
a. Dengan cepat dapat memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut.
b. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan.

4
c. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa.
Prinsip deteksi dini adalah :
a. Suatu kondisi yang menjadi problem kesehatan yang penting.
b. Bila terdeteksi dapat dilanjutkan dengan pengobatan yang dapat dilakukan.
c. Fasilitas untuk diagnosis dan pengobatan harus tersedia.
d. Didasari pengetahuan untuk dapat deteksi dini.
e. Harus ada pemeriksaan dan tes yang cocok.
f. Tes yang dilakukan harus dapat diterima masyarakat.
g. Riwayat penyakit harus secara rinci diketahui.
h. Harus ada kebijakan yang disetujui terhadap siapa yang akan merawat pasien.
i. Biaya yang diperlukan baik untuk diagnosis dan pengobatan diharapkan terjangkau.
j. Penemuan kasus harus merupakan proses yang berkelanjutan.

C. Pelaksana Atau Tenaga Skrining


1. Dokter umum di unit rawat jalan atau unit gawat darurat atau dokter spesialis.
2. Tenaga keperawatan yang sudah terlatih atau telah mengikuti pelatihan skrining pasien atau
PPGD.
3. Transporter, security, cleaning service, operator/customer service, petugas admisi, petugas
rekam medis yang telah mengikuti pelatihan skrining.

D. Ketentuan Skrining
1. Skrining dilakukan pada saat kontak pertama didalam atau diluar rumah sakit.
2. Berdasarkan hasil skrining ditentukan apakah kebutuhan pasien sesuai dengan misi dan
sumber daya rumah sakit.
3. Pasien diterima hanya apabila rumah sakit dapat menyediakan kebutuhan pelayanan rawat
inap dan rawat jalan yang tepat.
4. Ada cara untuk melengkapi hasil tes diagnostik berkenaan dengan tanggung jawab untuk
menetapkan apakah pasien diterima, dipindahkan atau dirujuk.
5. Pasien tidak dirawat, dipindahkan atau dirujuk sebelum diperoleh hasil tes yang dibutuhkan.
6. Ada kebijakan yang menetapkan tentang skrining dan tes diagnosis mana yang merupakan
standar sebelum penerimaan yaitu:
a. Pemeriksaan tanda vital (Tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi nafas, suhu) dan
pemeriksaan fisik yang sesuai lainnya.
b. Skrining test diagnostik standar yang harus dilakukan sebelum pasien dirawat diSemen
Padang Hospital.
7. Setelah pasien dirawat, proses skrining tetap dilakukan oleh petugas untuk meminimalkan
resiko yang mungkin muncul pada pasien.

5
8. Skrining dilakukan untuk menentukan kriteria masuk ke ruangan intensif dan atau pelayanan
khusus sesuai dengan kebutuhan spesifik pasien
9. Proses skrining dilakukan dengan melakukan identifikasi pasien dengan kesulitan terkait
hambatan pelayanan yang meliputi: pasien tua, cacat fisik, gangguan bicara, bahasa atau
dialek.
10. Proses skrining dilakukan pada pasien dengan resiko tinggi meliputi: pasien dengan
penggunaan produk darah, koma, menggunakan alat bantu hidup, penyakit menular,
immunosupresi, pasien dengan penggunaan restrain, lansia dengan ketergantungan bantuan,
anak anak dengan ketergantungan, pasien dengan resiko kekerasan, pasien dengan pemberian
kemoterapi, pasien dengan resiko malnutrisi, pasien nyeri, pasien terminal.
11. Skrining yang dibutuhkan, antara lain :
a. Skrining risiko jatuh
b. Skrining awal; dapat menggunakan kriteria Triase, evaluasi visual, pemeriksaan fisik,
hasil evaluasi pemeriksaan fisik, psikologi, laboratorium dan radiologi sebelumnya.
c. Proses Triase untuk memprioritaskan pasien berdasarkan kebutuhan yang mendesak.
d. Skrining status nutrisi
e. Skrining kebutuhan fungsional
f. Skrining nyeri
g. Skrining kesehatan karyawan awal
h. Asesmen risiko jatuh
i. Asesmen nyeri
j. Asesmen awal rawat jalan dan rawat inap
k. Asesmen psikologis awal
l. Asesmen sosial ekonomi awal
m. Asesmen awal medis dan keperawatan
n. Asesmen pra bedah
o. Asesmen awal individu untuk populasi khusus
p. Asesmen pasien akhir kehidupan
q. Asesmen awal termasuk kebutuhan untuk bidang spesialisasi lain
r. Asesmen awal termasuk kebutuhan akan rencana pemulangan
s. Asesmen sebelum anestesi

E. Penatalaksanaan Skrining di Dalam Rumah Sakit


1. Skrining Pasien di Unit Gawat Darurat (UGD)
a. Triase
1) Skrining pasien yang datang ke UGD dilaksanakan melalui Triase oleh petugas
Triase UGD.

6
2) Triase adalah pemilahan/seleksi pasien sesuai tingkat kegawatdaruratan sehingga
pasien mendapatkan pertolongan sesuai dengan kegawatdaruratannya. Triase di
Semen Padang Hospital menggunakan Skala Triase (ST) UGD (sehari-hari, non
massal) dan sistem START dan labeling untuk Triase massal
3) Penilaian Awal
Penilaian awal ini intinya adalah :
a) Primary Survey yaitu penanganan ABCDE dan resusitasi. Disini dicari
keadaan yang mengancam nyawa dan apabila menemukan harus dilakukan
resusitasi. Penanganan ABCDE yang dimaksud adalah :
A : Airway dengan control cervical
B : Breathing dan ventilasi
C : Circulation dengan control perdarahan
D : Disability, status neurologis dan nilai GCS
Untuk di Triase UGD petugas melakukan penilaian kesadaran dengan
menggunakan nilai GCS (Glasgow Coma Scale):
E : Eye opening, buka mata, nilai 1-4
V : Verbal, respon verbal, nilai 1-5
M : Motorik, respon motorik, nilai 1-6
Nilai total adalah GCS 15
Langkah selanjutnya harus dipertimbangkan pemakaian kateter urin (folley
catheter), kateter lambung (NGT), pemasangan heart monitor dan
pemeriksaan laboratorium atau rontgen.
b) Secondary Survey
Pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki, dari
depan sampai belakang dan setiap lubang dimasukan jari (tub finger in every
orifice).
1. Anamnesis melalui pasien, keluarga atau petugas pra hospital yang
meliputi:
A : Alergi
M : Medikasi / obat-obatan
P : Past illness / penyakit sebelumnya yang menyertai
L : Last meal / terakhir makan jam berapa bukan makan apa
E : Event / hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera
2. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.
Periksa dengan teliti apakah ada perubahan bentuk, tumor, luka dan sakit
(BTLS). Pemeriksaanpunggung dilakukan dengan log roll (memiringkan

7
penderita dengan tetap menjaga kesegarisan tubuh). Cek tanda-tanda
vital.

Triase Non Massal

8
Kategori ST 1 1. Penilaian dan tindakan inisial dilakukan simultan.
2. Ancaman Hidup Segera (Immediately).
3. Keadaan dimana ada ancaman hidup (atau kemungkinan
berisikoperburukan) dan memerlukan intervensi agresif segera.
Terjadi pada :
a. Henti jantung. Ambang
KATEGORI Henti nafas.Tunggu Indikator
Waktu Keterangan Label
Risiko segera jalan nafas,
Maksimum ancaman terjadi henti nafas.
Pelaksanaan
ST 1 0menit/Seketika 100 %
Frekuensi nafas <10 x/menit. Label merah
(Immediate)
distress nafas ekstrim.
ST 2 b. 10TD menit
< 80mmHg (Very 80 %
(dewasa) atau anak/bayi Labeh Merah
syok berat.
Urgent)
Tidak respons / hanya respons atas nyeri (GCS ≤8).
ST 3 30 menit ( Urgent ) 70 % Label Kuning
overdosis IV dan tidak respons atau hipoventilasi.
ST 4 60gangguan tingkah-laku70berat
menit % dengan ancaman
Labelamukan
Kuningberbahaya.

Kategori ST 2 1. (Emergency)
Waktu tunggu untuk melakukan assesmen dan tindakan maksimal
ST 5 120 menit (tidak 70 % Label Hijau
adalah 10 menit (terkadang simultan).
darurat )
2. Kehidupan terancam :Serius atau memburuk dengan cepat, potensi
ancam hidup / gagal organ, bila tidak ditindak 10 menit sejak
kedatangan, atau
3. Kebutuhan segera tindakan kritis-waktu :Trombolisis, antidot dampak
nyata pada outcome klinis tindakan yang dimulai dalam beberapa
menit, atau
4. Nyeri sangat hebat: Mengurangi nyeri berat atau distress harus dalam
10 menit
Terjadi pada:
a. Risiko jalan nafas, stridor berat / banyak lendir dengan distress.
b. Distress pernafasan berat.
c. Gangguan sirkulatori
1) Kulit lembab / berbercak karena perfusi buruk.
2) DJ <50 kali permenit atau >150 kali permenit (dewasa)
3) Hipotensi dengan dampak hemodinamik.
4) Kehilangan darah hebat.
5) Nyeri dada seperti penyakit jantung.
6) Nyeri sangat hebat oleh sebab apapun.
7) Base Serum Laktat ( BSL )< 2mmol/l (36 mg/dl).
8) Mengantuk, penurunan tingkat respons sebab apapun (GCS
≤12).
9) Hemiparesis/disfasia akut.
10) Demam disertai tanda-tanda letargi.
11) Percikan asam / basa pada mata yang perlu irigasi.
12) Trauma multipel mayor (perlu respons cepat tim). 9
13) Trauma terbatas lokal: fraktur mayor, amputasi.
14) Riwayat adanya risiko tinggi.
Skala Triase (ST) Unit Gawat Darurat Semen Padang Hospital

Triase Massal
START (Simple Triage And Rapid Treatment) adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk
memungkinkan paramedis memilah korban dalam waktu yang singkat kira – kira 30 detik.Yang
perlu diobservasi : Respiration, Perfusion, dan Mental Status ( RPM ).
Adapun pemberian labeling warna sesuai dengan tingkat kegawatannya, sebagai berikut :
1. Prioritas I (label merah): Emergency.
Pasien gawat darurat; mengancam nyawa/ fungsi vital; penanganan dan pemindahan bersifat
segera, antara lain: syok oleh berbagai kausa; gangguan pernapasan; perdarahan eksternal
massif; gangguan jantung yang mengancam; problem kejiwaan yang serius;
2. Prioritas II (label kuning): Urgent
Pasien dalam kondisi darurat yang perlu evaluasi secara menyeluruh dan ditangani oleh
dokter untuk stabilisasi, diagnosis dan terapi definitif, potensial mengancam jiwa/fungsi vital
bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat penanganan dan pemindahan bersifat jangan
terlambat, antara lain: pasien dengan resiko syok; fraktur multiple; fraktur femur/ pelvis;
luka bakar luas; gangguan kesadaran/trauma kepala; pasien dengan status yang tidak jelas;
3. Priotas III (label hijau): Non Emergency
Pasien gawat darurat semu (false emergency) yang tidak memerlukan pemeriksaan dan
perawatan segera.
4. Prioritas IV (label hitam): Death, Pasien datang dalam keadaan sudah meninggal
a. Keputusan Triase
Dari hasil Triase yang dilakukan, didapatkan keputusan sebagai berikut ;
1) Pasien dengan kategori Merah (ST 1 dan ST 2) mendapatkan prioritas tertinggi,
dibawa langsung ke ruang resusitasi untuk segera dilakukan tindakan life-saving
dengan respon time sesuai Skala Triase.
2) Pasien kategori kuning (ST 3 dan ST 4) langsung dibawa ke ruang periksa dengan
mengikuti arah warna line Triasekuning dengan respon time sesuai Skala Triase.
3) Pasien kategori hijau (ST 5) pasien dibawa ke ruang periksa dengan mengikuti
arah warna line Triase hijau dengan respon sesuai Skala Triase.
4) Pasien kategori hitam langsung dibawa ke ruang jenazah mengikuti arah line
hitam yang terdapat pada lantai UGD.
5) Jika fasilitas dan sarana di Semen Padang Hospital tidak dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan tersebut, maka dirujuk ke rumah sakit rujukan dengan
fasilitas dan sarana yang memadai untuk memenuhi kebatuhan pelayanan pasien
tersebut.
b. Evaluasi Visual atau Pengamatan

10
1) Pasien yang secara pengamatan visual dalam keadaan gawat dan memerlukan
pertolongan segera langsung diarahkan ke UGD
2) Pasien yang secara pengamatan visual tidak memerlukan pertolongan segera di
arahkan ke Unit Rawat Jalan
3) Jika RS belum mempunyai pelayanan spesialis tertentu maka pasien disarankan
untuk di rujuk.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi,
termasuk juga pemeriksaan psikologik.
d. Laboratorium atau pemeriksaan imaging (penunjang)
Pasien yang sudah membawa hasil laboratorium atau pemeriksaan imaging sebelumnya,
bila masih dalam jangka waktu 30 hari yang lalu maka hasil tersebut akan tetap dipakai
kecuali ada perubahan kondisi medis (untuk alasan medis).
e. Kriteria Petugas Skrining di UGD
1) Pemeriksaan oleh dokter jaga Unit Gawat Darurat dengan kriteria :
a) Telah mendapat minimal pelatihan Advance Trauma Life Support (ATLS) ,
b) Minimal bekerja dalam waktu 6 bulan
2) Asuhan keperawatan dilakukan oleh tenaga keperawatan dengan kriteria :
a) Telah mendapat minimal pelatihan PPGD
b) Minimal D3 keperawatan dan bekerja di UGD selama 1 tahun

2. Skrining Pasien Rawat Jalan (di Admisi dan Unit Rawat Jalan)
a. Skrining Kebutuhan Pelayanan
Skrining kebutuhan pelayanan bertujuan untuk mengarahkan pasien mendapatkan
pelayanan sesuai kebutuhan
1) Pelayanan promotif adalah suatu pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan
kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.
Contoh :
a) Bincang sehat dengan pembicara dari dokter spesialis dan dokter/ dokter gigi
umum serta praktisi kesehatan lain di Semen Padang Hospital yang dilakukan
secara on air dan off air di radio Classy
2) Pelayanan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/ penyakit.
Contoh:
a) pelayanan imunisasi (anak dan dewasa)
b) pelayanan KB
c) scalling gigi

11
d) fisure sealant gigi
3) Pelayanan kuratif adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit,pengendalian penyakit atau pengendalian kecacatan agar kualitas
penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
Contoh :
a) Pelayanan dokter umum
b) Pelayanan dokter gigi umum
c) Pelayanan dokter spesialis penyakit dalam
d) Pelayanan dokter spesialis anak
e) Pelayanan dokter spesialis obstetri dan ginekologi
f) Pelayanan dokter spesialis bedah
g) Pelayanan dokter spesialis orthopedi
h) Pelayanan dokter spesialis bedah onkologi
i) Pelayanan dokter spesialis bedah vaskular
j) Pelayanan dokter spesialis bedah saraf
k) Pelayanan dokter spesialis bedah plastik
l) Pelayanan dokter spesialis bedah digestif
m) Pelayanan dokter spesialis urologi
n) Pelayanan dokter spesialis bedah anak
o) Pelayanan dokter spesialis paru
p) Pelayanan dokter spesialis jantung
q) Pelayanan dokter spesialis gizi klinik
r) Pelayanan dokter spesialis telinga hidung tenggorok-kepala leher
s) Pelayanan dokter spesialis kulit dan kelamin
t) Pelayanan dokter spesialis mata
u) Pelayanan dokter spesialis saraf
v) Pelayanan dokter spesialis kedokteran jiwa/ Pskiatri
w) Pelayanan dokter gigi spesialis bedah mulut
x) Pelayanan dokter gigi spesialis periodonti
y) Pelayanan dokter gigi spesialis konservasi gigi
4) Pelayanan rehabilitatif adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita kedalam masyarakat sehingga dapat berfungsi
lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya sendiri dan
masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Contoh :
a) Pembuatan atau pemasangan gigi palsu

12
b) Pelayanan fisioterapi
c) Konsultasi rohis
d) Konsultasi psikologi
5) Pelayanan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi yang bertujuan
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya dan juga memberikan support kepada keluarganya.
Pelayanan paliatif diberikan secara menyeluruh dan terpadu terhadap fisik,
psikologis, sosial dan spiritual sehingga diharapkan dapat meringankan penderitaan
pasien dan beban keluarga.
Pasien yang memerlukan layanan paliatif diantaranya adalah :
a) Pasien dengan kanker stadium lanjut
b) ODHA (Orang dengan HIV/AIDS )
c) Pasien dengan penyakit degeneratif, seperti stroke dan penyakit–penyakit pada
usia tua
d) Pasien dengan kelainan bawaan dan gangguan dalam aktivitas.
Jenis pelayanan yang dapat diperoleh :
a) Penanggulangan nyeri
b) Penanggulangan gejala fisik lain seperti gangguan saluran nafas, saluran
cerna, saluran kemih, dan beraktivitas
c) Bimbingan psikososial dan spiritual
d) Persiapan kemampuan keluarga untuk perawatan pasien dirumah
e) Layanan rehabilitasi medis untuk berbagai gangguan aktivitas.
f) Bimbingan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan luka, kateter, NGT,
colostomy, dll
g) Membantu penyediaan tenaga perawat

b. Skrining Prioritas Pelayanan


Proses skrining untuk pasien yang datang ke Unit Rawat Jalan (Poliklinik) dilaksanakan
melalui evaluasi visual dan pengamatan oleh petugas skrining dan petugas admisi. Evaluasi
visual dan pengamatan merupakan salah satu kegiatan pemilahan pasien untuk menentukan
apakah pasien ini membutuhkan penanganan segera atau tidak (prioritas penanganan
pasien). Setelah dilakukan evaluasi visual dan pengamatan, ditentukan sebagai berikut ;
1) Kesadaran
a) Sadar penuh
b) Tampak mengantuk, gelisah, bicara tidak jelas
c) Tidak sadar

13
Bila didapati pasien tampak mengantuk/gelisah bicara tidak jelas, maka petugas
skrining rawat jalan mengarahkan pasien untuk segera mendapat pelayanan UGD dan
diantar oleh transporter/security. Bila didapati pasien tidak sadar di Unit Rawat Jalan,
maka petugas skrining memberitahukan ke operator bahwa ada pasien code blue,
sembari memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Kemudian operator mengumumkan
kepetugas code blue bahwa ada pasien tidak sadar dan mengumumkan dengan jelas
dimana tempat ada kejadian pasien tidak sadar.
2) Pernapasan
a) Nafas normal
b) Tampak sesak
c) Tidak bernafas
Bila didapati pasien tampak sesak, maka petugas skrining rawat jalan mengarahkan
pasien untuk segera mendapat pelayanan UGD dan diantar oleh transporter/security.
Bila didapati pasien tidak bernapas di Unit Rawat Jalan, maka petugas skrining
memberitahukan ke operator bahwa ada pasien code blue, sembari memberikan Bantuan
Hidup Dasar (BHD). Kemudian operator mengumumkan kepetugas code blue bahwa
ada pasien tidak sadar dan mengumumkan dengan jelas dimana tempat ada kejadian
pasien tidak sadar.
3) Risiko jatuh
Skrining pasien resiko jatuh dapat dilakukan dengan evaluasi visual atau pengamatan
menggunakan metode Time Up and Go :
a) Perhatikan cara berjalan pasien. Apakah pasien tampak tidak seimbang
(sempoyongaan atau limbung)?
b) Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja lain sebagai penopang saat
bejalan?
Kriteria pengelompokan sebagai berikut:
a) Tidak berisiko : jika tidak ditemukan a dan b
b) Risiko rendah : jika ditemukan a atau b
c) Risiko tinggi : jika ditemukan a dan b
Pada pasien yang mempunyai risiko jatuh, maka security dan petugas skrining
membantu memfasilitasi pasien dengan alat bantu (kursi roda, brankar), serta
petugas memberi tanda risiko jatuh pada pasien dengan sticker berwarna kuning
yang ditempel didada kanan atas, selanjutnya petugas skrining melakukan
pencatatan didalam buku monitoring pasien risiko jatuh rawat jalan. Petugas
skrining membantu mendaftarkan pasien ke pelayanan yang dituju dan membantu
pasien untuk mendapatkan layanan poli yang disegerakan/ fast track (bagi pasien
risiko jatuh tinggi) kemudian security/transporter membantu mengantarkan pasien

14
ketempat pelayanan (bila pasien tanpa pendamping). Setelah pasien mendapatkan
pelayanan, bila diperlukan petugas di unit terkait menginformasikan ke security
untuk memfasilitasi pasien diantar menuju ke kendaraan pasien.
4) Nyeri dada
a) Tidak ada
b) Ada (tingkat sedang)
c) Nyeri dada kiri tembus punggung
Pasien yang ada keluhan nyeri dada kiri tembus ke punggung, petugas skrinning
mengarahkan pasien ke UGD dan diantar petugas transporter/security.
5) Skala Nyeri
Skala nyeri yang digunakan adalah Wong Baker Faces Pain Scale

0–1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali


2–3 = sedikit nyeri
4–5 = cukup nyeri
6–7 = lumayan nyeri
8–9 = sangat nyeri
10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)

Bila didapati pasien dengan cukup - lumayan nyeri maka pasien diarahkan untuk
mendapatkan pelayanan poli disegerakan/fast track. Bila pasien dengan lumayan nyeri
sampai dengan amat sangat nyeri, maka petugas skrining mengarahkan pasien untuk
segera mendapat pelayanan di unit gawat darurat (UGD) dengan diantar oleh
transporter.
6) Batuk
a) Tidak ada
b) Batuk > 2 minggu
Bila didapati pasien mengeluh ada batuk dan mengeluh batuk lebih 2 minggu, maka
petugas skrining rawat jalan memberikan masker dan tissue bila pasien tidak membawa
sapu tangan. Petugas skrining rawat jalan memastikan masker terpasang pada pasien
yang ada keluhan batuk pada saat proses pendaftaran. Untuk pasien dengan batuk > 2
minggu dan mempunyai kartu kontrol TB, maka petugas skrining juga mengupayakan
agar pasien mendapatkan layanan poliklinik yang disegerakan.

15
7) Hambatan/ keterbatasan/pasien beresiko
a) Usia tua.
Pasien dikategorikan usia tua bila usia > 65 th. Bila didapati pasien usia tua dengan
keterbatasan fisik, petugas skrining rawat jalan memastikan apakah pasien datang
dengan pendamping/keluarga atau tidak. Bila tidak ada pendamping, maka petugas
skrining rawat jalan berinisiatif membantu proses pendaftaran secara langsung dan
dibantu oleh petugas yang lain dalam mendapat pelayanan yang diiinginkan atau
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Pasien dengan usia >65 tahun dan
kondisi lemah, maka pasien tersebut mendapatkan pelayanan segera (fast track).
b) Anak - anak < 1 bulan
Anak - anak < 1 bulan rentan untuk terkena infeksi bila berlama-lama di rumah
sakit, oleh karena itu pasien anak - anak < 1 tahun ini perlu mendapatkan pelayanan
segera (fast track).
c) Pasien yang mengalami cacat fisik dan mental
Pasien yang mengalami cacat fisik dan mental atau pasien berkebutuhan khusus
adalah pasien dengan gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan
bicara,dan cacat fisik yang lainnya. Bila didapati pasien ada cacat fisik dan mental,
maka petugas skrining rawat jalan melakukan pendekatan dengan menciptakan
suasana yang nyaman dan privasi. Pasien dengan tipe ini dibantu oleh petugas
untuk mendapatkan pelayanan segera (fast track).
d) Pasien yang mempunyai hambatan bahasa atau dialek
Pasien yang mempunyai hambatan bahasa atau dialek adalah pasien dengan bahasa
dan dialek di luar bahasa Indonesia. Bila didapati pasien dengan bahasa atau dialek
diluar bahasa indonesia seperti bahasa inggris, sementara pasien datang tanpa
pendamping, dan petugas skrining yang menerima tidak bisa berbahasa inggris,
maka petugas skrining rawat jalan dapat memanggil petugas yang bisa berbahasa
inggris dengan melihat daftar petugas bahasa asing.

Berdasarkan hasil skrining diatas, maka dapat diambil keputusan sebagai berikut :
a. Unit Rawat Jalan/Poliklinik sesuai antrian
b. Unit Rawat Jalan/Poliklinik di segerakan atau Jalur Cepat (fast track)
Kriteria medis :
1) Pasien Batuk > 2 minggu dan kontrol rutin TB (ada kartu kontrol TB)
2) Pasien nyeri dada
3) Pasien nyeri dengan skor 5-7
4) Pasien risiko jatuh tinggi
Kriteria non medis :

16
1) Pasien berkebutuhan khusus (cacat fisik dan mental)
2) Pasien lansia > 65 tahun dengan kondisi lemah
3) Pasien anak - anak < 1 bulan
c. UGD

3. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik


a. Skrining test diagnostik standar yang harus dilakukan sebelum pasien dirawat diSemen
Padang Hospital.
b. Skrining dan tes penunjang diagnosis merupakan standar penerimaan pasien. Pasien
tidak dirawat, dipindahkan atau dirujuk sebelum diperoleh hasil tes yang dibutuhkan
sebagai dasar pengambilan keputusan.

NO BAGIAN SKRINING DIAGNOSTIK TEST PASIEN

1 Pasien Dewasa 1. Pemeriksaan Laboratorium


Non Bedah a. Darah rutin (hemoglobin, leukosit,hematokrit, trombosit)
b. Gula darah sewaktu pada pasien usia > 40 tahun
2. Hasil EKG ( Pasien Jantung dan Pasien Dewasa > 40 tahun )
3. Pemeriksaan lain sesuai dengan Panduan Praktik Klinis (PPK)

2 Bedah 1. Pemeriksaan Laboratorium


a. Darah rutin (hemoglobin, leukosit, hematokrit, trombosit)
2. Pemeriksaan lain sesuai dengan Panduan Praktik Klinis (PPK)
3. Pada pasien pre operatif
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Darah rutin
- Waktu pembekuan dan waktu perdarahan
b. Pemeriksaan diagnostik imaging sesuai indikasi penyakit,
seperti: USG mammae pada kasus tumor payudara.
Pemeriksaan rontgen cruris pada pasien rencana ORIF pada
fraktur cruris.
c. Usia > 40 tahun : GDS, EKG dan atau bila diperlukan hasi
konsul pre operatif (penyakit dalam, kardiologi)
3 Obstetri dan 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin, Leukosit,
Gynekologi Hematokrit, Trombosit, Waktu Pembekuan, Waktu Perdarahan, GDS,
Albumin)
2. Pemeriksaan lain sesuai dengan Panduan Praktik Klinis (PPK)

17
4 Anak 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin, Leukosit,
Hematokrit, Trombosit)
2. Pemeriksaan lain sesuai dengan Panduan Praktik Klinis (PPK)

5 ICU 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin, Leukosit,


Hematokrit, Trombosit, Kimia darah).
2. Analisa Gas Darah (PaCO2, PaO2, PaHCO2,PH, SO2)
3. Pemeriksaan lain sesuai dengan Panduan Praktik Klinis (PPK)

4. Skrining Pasien Rawat Inap


Indikasi Rawat Inap
Indikasi Rawat Inap didasarkan pada salah satu keadaan dibawah ini :
a. Kriteria Umum :
1) Keadaan Umum
a) Tidak sadar
b) Disorientasi
c) Delirium
d) Kehilangan fungsi motorik dari bagian tubuh manapun
e) Kehilangan sensasi dari bagian tubuh manapun
f) Restriksi sendi berat dan disfungsi somatik
g) Kejang tak terkontrol dengan obat
b. Tanda-tanda vital
1) Suhu :
Lebih dari 38,3 C
Hipotermia dengan suhu kurang 35 C
2) Nadi
a) Dewasa : Kurang dari 50 x/menit ( dengan simptom, jika irama sinus ) atau
lebih dari 120 x/menit.
b) Geriatrik : Kurang dari 50 x/menit ( dengan simptom, jika irama sinus) atau
lebih dari 100 x/menit.
c) Anak :
 Kurang dari 6 minggu : Kurang dari 80 x/menit atau lebih dari 200
x/menit.
 6 minggu sampai 1 tahun : Kurang dari 70 x/menit atau lebih dari 180
x/menit
 Lebih dari 1 tahun : Kurang dari 70 x/menit atau lebih dari 180 x/menit
3) Respirasi
a) Dewasa atau geriatrik : Kurang dari 10 x/menit atau lebih dari 30 x/menit.

18
b) Anak :
 0 hari – 12 hari : Bertahan lama lebih dari 60 x/menit atau PaO2 kurang
dari 50 mmHg pada udara kamar dengan SaO2 kurang dari 90%
 12 hari – 1 tahun : Kurang dari 25 x/menit atau lebih dari x/menit
 Lebih dari 1 tahun : Kurang dari 15 x/menit atau lebih dari 40 x/menit.

4) Tekanan Darah
Tingkat Usia Sistolik Distolik
Dewasa Kurang dari 80mmhg atau Kurang dari 80mmhg
lebih dari 200 mmhg atau lebih dari 200
mmhg
Geriatrik Kurang dari 100 mmHg atau Kurang 120 mmHg
lebih dari 180 mmhg dengan simptom
Anak – anak :
Lahir-1 tahun Kurang dari 65 mmhg atau Kurang dari 30 mmhg
lebih dari 100 mmhg atau lebih dari 65
mmhg
Lebih dari 1 tahun Kurang dari 75 mmhg atau
sampai 3 tahun lebih dari 110 mmhg Kurang dari 45 mmhg
atau lebih dari 75
Lebih dari 3 tahun Kurang dari 80 mmhg atau mmhg
sampai 6 tahun lebih dari 115 mmhg
Kurang dari 50 mmhg
Lebih dari 6 tahun Kurang dari 80 mmhg atau atau lebih dari 80
sampai 12 tahun lebih dari 130 mmhg mmhg
Lebih dari 12 tahun Kurang dari 80 mmhg atau
sampai 17 tahun lebih dari 170 mmhg Kurang dari 50 mmhg
atau lebih dari 90
mmhg
Kurang dari 50 mmhg
atau lebih dari 100
mmhg

c. Temuan fisik
1) Terdapat atau potensial depresi respirasi
2) Trauma kepala yang memerlukan observasi

19
3) Vomiting dan atau diare dengan dehidrasi
Tanda-tanda klinis dehidrasi meliputi dua atau lebih dari berikut ini :
a) Perubahan status mental, lethargy, kepala terasa ringan, sinkop, turgor kulit
turun, membran mukosa kering, takikardia, hipotensi ortostatik
b) Anak : simptom lain dehidrasi meliputi sunken eyes atau fontanela-fontanela, BB
turun lebih dari 5 persen atau urin output turun (kurang 1ml/kg/jam)
4) Syok atau potensial syok
5) Oedema seluruh tubuh
6) Curiga atau diketahui menelan substansi toxic dengan potensial efek samping yang
serius
7) Pediatrik :
a) Curiga kekerasan pada anak atau penolakan
b) Curiga atau diketahui menelan benda asing
c) Curiga apnea lebih dari 20 detik ( umur nol sampai 1 tahun )
8) Oklusi akut pembuluh darah
9) Perdarahan aktif tidak terkontrol
10) Nyeri abdomen yang sangat
11) Perdarahan dalam sendi , viskus , otak , atau retroperineum
d. Laboratorium Darah
1) Hb 10 g/dl atau kurang dengan perdarahan aktif, atau Hb turun 3 g/dl dari Hb awal
2) Hb kurang dari 9 g/dl atau lebih 2g/dl dengan tanda tanda kekurangan cairan
3) Lekosit kurang dari 3000 atau lebih dari 16000 dengan simptomatik
4) Hematokrit kurang dari 24 persen atau lebih dari 55 persen
5) 5.Trombosit kurang dari 40.000 atau lebih dari 1 juta jika pasien simptomatik
( Petechie atau Echimosis pada anak-anak )
6) PPT lebih dari 18 detik dengan perdarahan pada pasien tanpa antikoagulan
7) Serum sodium (Na) kurang dari 130 mEq/L atau lebih dari 150 mEq/L
8) Serum potasium (K) :
a) Dewasa : kurang dari 3 mEq/L atau lebih dari 6 mEq/L
b) Anak : kurang dari 2,5 mEq/L atau lebih dari 5,5 mEq/L
9) Serum Bilirubin :
a) Dewasa : lebih dari 2,5 mg/dl
b) Anak : lebih dari 15 mg/dl ( indirek / bilirubin total )
10) Kultur darah positif.
e. Lain-lain :
1) Rawat inap untuk prosedur operasi yang memerlukan rawat inap.

20
2) Rawat inap untuk prosedur operasi One Day Care ( ODC ) dan pasien memiliki gagal
jantung grade III atau grade IV, atau status fisik tidak stabil.
3) Kelainan congenital yang akan dilakukan tindakan bedah dan memerlukan rawat inap
4) Keganasan pro dilakukan tindakan terapi yang memerlukan rawat inap
f. Kardiovaskular
1) Elektrokardiografi
a) EKG menegakkan atau kemungkinan Infark Miokard Akut atau Iskemia
Miokarda Akut
b) Fibrilasi kurang dari 24 jam atau kontrol frekuensi jantung buruk
c) Flutter kurang dari 24 jam atau kontrol frekuensi jantung buruk
d) Bradikardia ( kurang dari 50 kali permenit atau kurang dari 45 kali permenit pada
pasien dengan beta bloker )
e) Takikardia ( lebih dari 120 kali permenit )
f) Dysrythmia dengan lebih dari 120 kali permenit
g) Onset baru irama jungsional , berapapun frekuensinya
2) Radiologi
a) Aneurisma pembuluh darah besar, jika simptomatik dan atau lebih dari 5 cm
b) Gambaran radiologi pembesaran jantung masif atau aneurisma atau efusi
perikardial
c) Gambaran radiologi edema pulmo atau redistribusi vaskular pulmo
3) Temuan Fisik
a) Nyeri akut yang berkaitan dengan jantung
b) Dispneu akut atau respiratory rate lebih dari 30 kali permenit
c) Tidak terabanya denyut nadi axilla , radialis , cubiti , femoralis , poplitea atau
ankle
d) Curiga emboli pulmonalis, dengan riwayat ( didokumentasi oleh dokter )
e) Oklusi pembuluh darah akut
f) Oedema pretibial
g) Stenosis arteri karotis, penyempitan, atau penyakit karotis ( mis : gangguan bicara
sementara, disarthria, gangguan berjalan, amaurosis fugax, hemiparese
sementara)
h) Oedema seluruh tubuh
i) Syncope
j) Orthopnea
4) Lain -lain
Gagal jantung kongestif akut atau eksaserbasi gagal jantung kronik, yang digambarkan
dengan salah satu dari : S3 , gallop , oedema pulmo atau efusi pleura, peregangan vena

21
jugularis, penggunaan otot-otot bantu, simptom persisten dispnea atau lemah, oedema
yang tidak respon dengan penanganan rawat jalan.
g. Sistem Saraf Pusat / Kepala
1) Radiologi
a) Patah tulang kepala yang masih baru
b) Proses desak ruang
c) Infark dan perdarahan otak yang ditegakkan dengan CT Scan atau MRI, atau
Stenosis dan oklusi pembuluh darah yang ditegakkan dalam angiogram atau USG
d) Herniasi discus intervertebralis akut dengan nyeri hebat dan gejala neurologis
e) Konfirmasi kompresi corda spinalis dengan penemuan klinis
2) Temuan Fisik
Mencurigakan peningkatan tekanan intrakranial, perdarahan, atau deformitas
struktural yang ditunjukkan oleh :
a) Discharge cairan spinal dari hidung atau telinga
b) Unequal atau fixed pupil
c) Papileedema
d) Onset kejang yang baru atau peningkatan aktifitas kejang yang mengakibatkan
kondisi tidak stabil
e) Vomiting
f) Peningkatan tekanan darah
g) Perubahan tingkat kesadaran dan perubahan kebiasaan yang akut
h) Syncope
i) Aritmia jantung
j) Disfungsi bahasa
k) Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur atau diplopia )
l) Defisit sensoris, motoris, personalitas, dan mentalitas
m) Ataxia akut ( dengan atau tanpa vertigo, nausea atau vomiting )
n) Episode kehilangan kesadaran mendadak
o) Nyeri kepala hebat yang akut dengan perubahan mental
p) Peningkatan atau penurunan tonus otot atau kelemahan fokal
q) Bulging fontanela ( fontanela cembung )
r) Kelemahan otot akut atau semi akut, dengan atau tanpa nyeri dan parestesia
(Myastenia Gravis, Guillain Barre Syndrome, Kelainan neurologis kongenital )
s) Retensi urin akut
t) Onset akut confusion dan lethargi serta progresif
3) Penderita anak
seperti dari yang disebut diatas dengan atau :

22
a) Peningkatan ukuran kepala yang cepat
b) Terdapat temuan neurologis fokal di manapun (misalnya : defisit gerakan ekstra
okular )
c) Penutupan sutura tulang kepala prematur
d) Pelebaran sutura tulang kepala
h. Telinga Hidung Dan Tenggorokan
1) Temuan Fisik
Trauma akut yang memerlukan bedah rekonsruksi
2) Telinga :
a) Vertigo berat
b) Drainage purulen dan atau post pembengkakan telinga dengan bukti gagal
penanganan rawat jalan
c) Pembengkakan ekstrim dan akut saluran telinga luar dan daun telinga yang tidak
membaik dengan terapi rawat jalan
d) Kehilangan pendengaran sensorineural akut dan mendadak
3) Hidung :
Epistaksis dengan perdarahan terus-menerus, yang tidak membaik dengan rawat jalan
4) Tenggorokan :
Trauma akut leher dan tenggorokan (meliputi luka bakar wajah), membutuhkan
observasi untuk kemungkinan gangguan saluran nafas. Obstruksi akut larynx dan
pharynx ( misal : peritonsiler abses )
5) Lain-lain
Pembengkakan jaringan lunak dengan ancaman terhadap airway (misal : selulitis
wajah dan leher, abses leher dalam, Parotiditis akut). Orbital Oedema atau
ophtalmoplegia akut.
6) Radiologi
Gambaran neurologis mastoiditis akut
i. Endokrin/Metabolik
1) Laboratorium Darah
a) Serum aseton (+) dan pH urine < 7,35
b) Serum kortisol > 3 kali laboratorium normal atau kurang dari normal
c) Gula Darah Sesaat :
a) Dewasa :
 Gula darah > 500 mg/dL dengan paling sedikit satu dari berikut ini:
a. BUN>45 mg/dL dan atau kreatinin>3,0 mg
b. Perubahan status mental, atau
 Gula darah > 250 mg/dL berkaitan dengan :

23
a. pH darah arteri < 7,35 dan HCO3 < 18 mEq/L dan
b. ketonuria, atau
 Gula darah < 50 mg/dL dengan :
a. Perubahan status mental, dan
b.Tidak respon terhadap glukosa 40% bolus dan dalam pengobatan insulin, atau
c. Dalam pengobatan dengan agen oral, tidak tergantung respon
terhadap bolus glukosa
b) Pediatrik :
 Gula darah > 250 mg/dL dengan paling sedikit satu dari berikut ini:
a. Ketonuria
b. pH arterial < 7,5
c. HCO3 < 15 mEq/L, atau
 Gula darah < 50 mg/dL dan tidak respon terhadap glukosa 40% bolus
d) HbA1C > 12% dengan bukti kegagalan terapi rawat jalan
e) T4 < 2 atau > 16 mg/dL dengan simptom yang serius dan bermakna
f) PaO2 < 60 mmHg
g) Hiper atau hipo-osmolaritas ( serum sodium/Na < 130 mEq/L atau > 150 mEq/L )
2) Temuan Fisik
1) Pendesakan trakea oleh massa tiroid
2) Krisis tiroid
3) Tetani
4) Exophtalmus maligna
5) Obesitas dengan sianosis, edema, lethargy, dan atau sleep apnea
6) Hipertensi
Usia Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Dewasa Lebih dari 200 Lebih dari 120
Pediatrik
Lahir – 1 tahun Kurang dari 65 atau lebih dari 100 Kurang dari 30 atau
lebih dari 65
Lebih dari 1 – 3 Kurang dari 75 atau lebih dari 110 Kurang dari 45 atau
tahun lebih dari 75
Lebih dari 3 – 6 Kurang dari 80 atau lebih dari 115 Kurang dari 50 atau
tahun lebih dari 80
Lebih dari 6 – 12 Kurang dari 80 atau lebih dari 130 Kurang dari 50 atau
tahun lebih dari 90
Lebih dari 12– 17 Kurang dari 80 atau lebih dari 170 Kurang dari 50 atau
tahun lebih dari 100

24
j. Mata
1) Temuan Fisik
a) Kehilangan akut lapangan pandang
b) Pendataran bilik mata anterior
c) Glaukoma sudut sempit akut dengan catatan riwayat kegagalan terapi rawat
jalam
d) Penetrasi atau laserasi bola mata
e) Ulkus kornea berat dengan catatan riwayat kegagalan terapi rawat jalan
f) Endophtalmitis
g) Nyeri okular berat
h) Ablasio Retinal atau ancaman ablasio
i) Adanya benda asing intraocular atau intraorbita
j) Gonorrheal conjunctivitis
k) Fracture orbita
l) Pembengkakan akut bola mata
m) Luka bakar kimia akut
n) Cellulitis orbita atau periorbita
2) Anak :
a) Conjunctivitis purulent berat pada anak umur nol sampai 3 bulan
b) Evaluasi tumor intraocular atau extraocular
c) Tindakan berkaitan retinopathy pada prematuritas
3) Lain – lain :
Rawat inap untuk ekstraksi katarak, operasi glaukoma, atau bedah iridectomy, dimana
salah satu dibawah ini terdokumentasi :
a) Legally blind ( kurang dari 20/200 atau lebih dari 20 derajat visual field ) pada
mata yang tidak dioperasi
b) Riwayat komplikasi post operasi ( endophtalmitis, acute glaucoma, massive
intraocular hemorrhage ) sustained in the past in the eye undergoing subsequent
intraoculer surgery
k. Reproduksi Wanita
1) Diagnosa pregnancy / kehamilan dengan salah satu dari berikut ini :
a) Kontraksi uterus setiap 3 menit atau lebih sering
b) Vaginal bleeding atau perdarahan vaginal
c) Peningkatan tekanan darah diastolik sampai lebih dari 15 mmHg dari catatan
normal atau lebih dari 140/90 mmHg
d) Protein urine positive
e) Ketegangan dan kekakuan abdomen

25
f) Cairan amnion kurang
g) Protrusion atau keluarnya bagian janin dari cervix
h) Fetal distress
i) Post maturity (lebih dari 1 minggu dari tanggal perkiraan)
j) Rawat inap untuk Sectio Cesarea
k) Vomiting tidak terkontrol dengan catatan riwayat kegagalan terapi rawat jalan
l) Kematian intrauterine
m) Kelahiran premature
n) Gula Darah Puasa lebih dari 120 mg/dL
o) Gula Darah lebih dari 200 mg/dl 2 jam dalam 3 jam tes toleransi glukosa
p) Gula Darah lebih dari 200 mg/dl satu jam setelah mendapat 50 gram glukosa
q) Diketahui diabetes atau gestational diabetes dengan insulin yang mana tidak
mampu mempertahankan kadar glukosa darah dalam range yang dapat diterima,
dengan catatan riwayat terapi rawat jalan gagal
r) Rawat inap untuk transfusi tukar intrauterine karena inkompatibilitas faktor
Rhesus
s) Rawat inap untuk induksi kelahiran karena indikasi medis
t) Dehidrasi Maternal
u) Kehamilan Aterm + Primigravida dengan letak sungsang
v) Kehamilan Aterm dengan bekas Sectio Cesaria
w) Ketuban Pecah Dini
x) Kehamilan dengan anemia
2) Temuan Fisik
a) Perdarahan vagina profuse dengan hemodinamik tidak stabil
b) Perdarahan postmenopause
c) Inflamasi pelvis persisten dengan catatan riwayat kegagalan penanganan rawat
jalan
d) Postpartum hemorrage
e) Febris postpartum atau endometritis membutuhkan antibiotika intra vena
f) Rectovaginal fistula, rawat inap untuk repair
3) Nyeri pelvis berkaitan dengan satu dari elemen berikut :
a) Massa di pelvis
b) Muntah
c) Temperature > 101 F ( 38,3 C )
d) Teraba massa ekstrauterine
e) Gangguan berkemih
f) Obstruksi saluran kencing

26
4) Lain – lain :
a) Persalinan dalam perjalanan ke rumah sakit
b) Peritonitis
c) Mastitis post partum yang tidak respon dengan terapi rawat jalan
l. Gastrointestinal/Abdomen
1) Laboratorium darah
a) Serum bilirubin lebih dari 2,5 mg/dL ( kecuali abnormal dalam waktu lama atau
kronis)
b) Serum amylase diatas nilai normal
2) Radiologi
a) Studi Imaging curiga massa, obstruksi, perforasi, abscess, atau proses akut
lainnya
b) Kegagalan passage bahan kontras
3) Temuan Fisik
a) Darah dalam muntahan atau aspirat lambung
b) Darah dalam peritoneal lavage atau aspiration
c) Teraba massa abdomen yang tidak dapat dijelaskan
d) Kekakuan dinding abdomen
e) Rebound tenderness
f) Disfagia akut atau subakut yang progresif
g) Perdarahan gastrointestinal bagian bawah dengan Hematocrit (Hct) <30% atau
penurunan tekanan darah sistolik 10 mmHg dari biasanya
h) Onset akut (dalam 24 jam) encephalopathy atau perubahan status mental
i) Hernia incarcerata
j) Ileus
k) Curiga ruptur organ
l) Obstruksi Esophagus
m) Asterixis (liver flap)
n) Ascites
o) Nyeri abdomen akut yang tak tertahankan ( hebat ) (NPO, non ambulatory)
4) Riwayat 48 jam vomiting, diarrhea, dan salah satu dari element-element di
bawah ini :
(1) Serum sodium > 150 mEq/L
(2) Hematocrit (Hct) > 55%
(3) Hemoglobin (Hb) > 20 g/dL
(4) Urine specific gravity > 1,026
(5) BUN > 30 mg/dL, kecuali pasien –pasien dengan chronic renal disease

27
(6) Creatinine > 1,5 mg/dL, kecuali pasien –pasien dengan chronic renal disease
5) Anak :
Dehidrasi dengan salah satu simptom dibawah ini : sunken eyes, sunken fontanels,
penurunan turgor kulit atau keringnya membran mukosa diikuti oleh lethargy dan atau
kehilangan berat badan > 5%, urine output<1 ml/kg/jam
m. Reproduksi Pria
1) Temuan Fisik
a) Onset akut nyeri testis berat
b) Massa testicular yang tak dapat dijelaskan
c) Painful sustained erection
d) Trauma tumpul terhadap genitalia eksterna dan kehilangan akut sebagian
genitalia eksterna
2) Pediatrik :
Torsio testis
n. Musculoskeletal/spine
1) Temuan Radiologi abnormal
a) Fraktur femur atau pelvis
b) Fraktur sternum
c) Dislokasi sendi lutut atau sendi panggul
d) Fraktur atau dislokasi yang memerlukan open reduction
e) Fraktur berkaitan dengan injuri jaringan lunak bermakna
f) Fraktur yang memerlukan obat-obat nyeri parenteral post-reduction
g) Closed reduction terhadap fraktur apapun atau dislokasi dengan catatan adanya
atau curiga neurologic atau vascular compromise.
h) Fraktur pelvis yang memerlukan enforced bed rest dan obat-obat nyeri
2) Temuan Fisik
a) Proses infeksi atau invasif akut pada tulang atau sendi (mis : tumor maligna,
osteomyelitis)
b) Cedera akut dengan adanya benda asing
c) Nyeri otot/spasme/edema yang berat
d) Pembengkakan atau nyeri sendi berat dan akut yang tak tertahankan memerlukan
obat-obat parenteral (misal : analgesia, steroids)
e) Rawat inap untuk angkat prostesis internal
f) Trauma, injuri jaringan lunak, lacerasi, crush injury, atau prosedur bedah elektif
apapun yang membutuhkan observasi terhadap neurologic atau vascular
compromise
g) Perdarahan aktif ke dalam sendi

28
3) Pediatrik :
a) Deformitas Kongenital Orthopedi memerlukan repair bedah pada anak < 12
bulan.
b) Catatan dokter harus menjabarkan perlunya monitoring, terapi, dan atau
observasi setelah tindakan > 24 jam.
o. Newborn / Premature
1) Lahir di rumah sakit
2) Unattended birth outside of hospital
3) Pemeriksaan fisik
a) Berat lahir < = 2500 gram
b) Sepsis dengan satu atau lenih simptom berikut ini : hipotensi, temperature tidak
stabil, acidosis metabolik, apnea, bradikardia, temuat laboratorium positif,
lekosit<10000 u/l atau >35000 u/l atau maternal fever>101 F ( 38,3 C)
c) Kejang atau hiperaktifitas, hipotonia, lethargy, coma
d) Distress pernafasan atau depresi nafas pada neonatal
e) Sianosis sentral persisten
f) Refleks menghisap dan minum yang buruk
g) Abnormalitas kongenital menyebabkan gangguan fungsi
h) Perfusi jaringan buruk yang ditunjukkan oleh capillary refill > 3 detik
i) Tidak mampu minum
j) Sindroma aspirasi mekonium
k) Adanya dehidrasi dengan simptom-simptom berikut ini : sunken eyes, sunken
fontanels, turgor kulit turun atau membran mukosa kering disertai dengan
lethargy dan atau penurunan berat badan lebih dari 5 persen dan atau urine output
lebih dari 1 ml/kg/jam
l) Perdarahan spontan
m) Anuria atau oliguria (<1ml/kg/jam) setelah 24 jam pertama kehidupan
4) Laboratorium
a) Total bilirubin > 15 mg/dL pada bayi (indirek atau total) pada bayi ( indirek atau
total )
b) Hipoglikemia  gula darah < 40 mg/dL
c) pH darah < 7,30 dengan PaCO2 < 40 mmHg (48 jam pertama kehidupan)
d) pH darah < 7,35 dengan PaCO2 > 45 mmHg ( umur lebih dari 48 jam )
e) PaO2 < 70 mmHg pada udara kamar
f) CO2 > 45 mmHg pada udara kamar
g) Trombositopenia < 100.000/mm3 atau jumlah trombosit > 100.000 dengan
perdarahan aktif

29
*Bayi didefinisikan sebagai awal saat lahir dan berlagsung sampai 28 hari setelah
kelahiran
p. Psychiatric
1) Baru saja ( dalam 72 jam ) mencoba bunuh diri
2) Tercatat ada ide bunuh diri yang mana memerlukan peringatan bunuh diri
3) Perubahan kebiasaan sebagai akibat gangguan psychiatri atau gangguan dementia
4) Tercatat riwayat mutilasidiri sendiri atau kebiasaan yang berbahaya secara impulsif
( mis : ketergantungan obat, kebiasaan seksual, kebut-kebutan saat menyetir secara
impulsif dan berat ) sebagai akibat gangguan psikiatri atau gangguan dementia
5) Delirium akibat withdrawal obat atau zat
a) Ancaman withdrawal obat atau zat, delirium yang menyertai penghentian obat
atau zat yang mendadak pada pasien dengan riwayat ketergantungan obat atau zat
b) Munculnya withdrawal obat atau zat, delirium ( misal : halusinasi, efek-efek
extrapyramidal, kejang ). Catatan : dapat muncul dengan segera atau sampai 7
hari setelah penghentian obat atau zat
6) Psikosis akut atau eksaserbasi akut halusinasi, delusi, illusi dengan gangguan
kebiasaan, yang mana tingkat dan beratnya mengancam kesejahteraan pasien
7) Ketidakmampuan untuk mengikuti regimen terapi psikiatrik ( misal, mengkonsumsi
obat psikotropik, kontrol untuk mendapatkan resep dan atau suntikan, dan lain-lain )
pada pasien yang mempunyai riwayat kronis dekompensasi tanpa pengobatan, dengan
dokumentasi kemungkinan harapan peningkatan kepatuhan dengan perawatan di
rumah sakit dalam periode waktu singkat ( kurang dari 14 hari )
8) Ancaman potensial terhadap kesehatan pasien yang, karena kesakitan psikiatriknya
tidak dapat mengikuti regimen pengobatan ( misalnya, diabetes tergantung insulin, dan
lain lain )
9) Onset akut ketidakmampuan merawat diri sendiri atau melakukan kegiatan hidup
sehari-hari, dan dokumentasi harapan yang dapat diterima kembalinya tanggung jawab
diri sendiri akan timbul setelah pengobatan yang sesuai
10) Bukti gejala dan atau perilaku atau verbalisasi merefleksikan resiko yang signifikan
atau bahaya potensial ( atau bahaya aktual ) terhadap diri sendiri, orang lain, atau
properti ( Harus terdokumentasi minimal tiap tujuh hari). Hal ini meliputi :
(1) Gangguan pikiran dengan ideas of reference, paranoid atau disorganized thinking
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam kehidupan
sehari-harinya
(2) Gejala atau perilaku obsesif kompusif yang tidak kompatibel dengan kemampuan
seseorang untuk berfungsi pada kehidupan sehari-harinya.

30
11) Resipien dibawah umur 21 tahun atau Freestanding Psychiatric dalam perawatan di
Rumah Sakit. Untuk indikasi rawat inap, tiga kondisi di bawah ini harus ditemukan,
dan sedikitnya satu dari kriteria angka dibawah ini ditemukan :
a) Klien harus diperiksa ( dilihat ) dan dievaluasi oleh dokter ( sebaiknya oleh
psikiater anak atau remaja )
b) Klien harus memiliki diagnosis AXIS I , DSM-III-R , atau DSM-IV yang valid
sebagai diagnosis utama
c) Terapi rawat jalan dan atau rawat inap sementara telah dicoba dan gagal, atau
alasan mengapa tempat layanan yang lebih ketat telah didokumentasikan oleh
dokter
12) Mencoba bunuh diri baru-baru ini atau ancaman bunuh diri aktif dengan rencanan
mematikan dan tidak adanya pengawasan yang memadai atau struktur untuk
mencegah bunuh diri
13) Perilaku mutilasi pada diri sendiri atau ancaman aktif yang sama dengan kemungkinan
bertindak atau ancaman, dan tidak adanya pengawasan yang memadai untuk
mencegah melukai diri sendiri ( yaitu, sengaja memotong diri atau membakar diri).
14) Halusinasi atau delusi aktif mengarahkan atau cenderung mengarah ke pembahayaan
serius terhadap diri sendiri, atau agitasi psikomotor atau retardasi mengakibatkan
ketidakmampuan signifikan untuk merawat diri
15) Ketidakmampuan signifikan untuk mematuhi rejiman atau obat yang diresepkan
karena penyakit jiwa,dan kegagalan tersebut berpotensi membahayakan kehidupan
klien. Diagnosis medis ini ( AXIS III ) harus diobati
16) Baru-baru ini melakukan tindakan yang mengancam nyawa atau ancaman dengan
rencana mematikan dan dengan kemungkinan bertindak atas ancaman
17) Perilaku menyerang atau perilaku sadis atau ancaman aktif yang sama dengan
kemungkinan bertindak atas ancaman, dan tidak adanya pengawasan yang memadai
untuk mencegah perilaku menyerang
18) Halusinasi atau delusi aktif yang cenderung atau mungkin menyebabkan bahaya serius
kepada orang lain
19) Klien menunjukkan onset akut psikosis atau disorganisasi pikiran yang parah atau ada
penurunan klinis yang signifikan dalam kondisi seseorang dengan psikosis kronik,
klien yang tidak dapat dikendalikan dan tidak mampu bekerja sama dalam pengobatan
dan klien membutuhkan penilaian dan pengobatan dalam pengaturan terapi yang aman
20) Klien makan banyak sekali atau gangguan ketergantungan obat/zat yang mana
memerlukan observasi, supervisi, dan intervensi medis 24 jam sehari
21) Diajukan penanganan atau terapi membutuhkan observasi, supervisi, dan intervensi
medis 24 jam sehari

31
22) Klien menunjukkan disorientasi berat terhadap orang, tempat, atau waktu
23) Klien yang evaluasi dan pengobatan tidak dapat dilakukan secara aman atau efektif
karena perilaku yang sangat mengganggu dan perilaku lain yang mungkin juga
mencakup kekerasan fisik, pelecehan seksual, atau psikologis
24) Klien memerlukan terapi obat atau evaluasi diagnostik yang kompleks dimana klien
menghalangi kerjasama dalam pengobatan
25) Klien yang terlibat dalam hukum, terdapat manifestasi gejala kejiwaan, dan
diperintahkan oleh pengadilan untuk menjalani penilaian yang komprehensif di rumah
sakit untuk memperjelas kebutuhan diagnosis dan pengobatan
q. Onkologi
1) Laboratorium Darah
a) Hitung granulocyte absolut kurang dari 1000 u/L atau lebih dari 50000 u/L
b) Kultur darah positif
2) Temuan Fisik
a) Kehilangan berat badan bermakna dengan serum albumin kurang dari 2,6 g/dL
b) Tercatat riwayat penanganan rawat jalan tidak berhasil dengan efek samping berat
( nausea dan atau vomiting hebat, diare, perdarahan saluran cerna, ileus paralitik,
megacolon atau stomatitis ) berkaitan dengan pemberian obat-obat kemoterapi
sebelumnya.
3) Lain-Lain
a) Tercatat riwayat keganasan dengan gejala-gejala yang memerlukan penanganan
yang hanya dapat disediakan dalam kondisi perawatan akut (mis : sindroma vena
cava superior, penekanan serabut saraf spinal, hiperkalsemia, peningkatan
tekanan intrakranial )
b) Extravasation of vascular access
c) Sumbatan vaskular
d) Tercatat riwayat malignansi dan dirawat inap untuk pengobatan yang memerlukan
rawat inap di rumah sakit
r. Respirasi / Dada
1) Radiologi
a) Pneumothorax
b) Fluidopneumothorax
c) Hemothorax  konsul Bedah
d) Udara dalam mediastinum
e) Benda asing dalam saluran respirasi  Refer RS Dokter Soetomo Surabaya
f) Oedema paru

32
Temuan Radiologis – untuk kriteria elemen 6-11, harus setidaknya terdapat satu
temuan fisik, lihat elemen temuan fisik
a) Efusi pleura
b) Abses paru
c) Infiltrat
d) Diafragma tinggi unilateral
e) Kavitasi
f) Mediastinum bergeser dan atau melebar
2) Temuan Fisik ( dalam minimal 24 jam )
a) Dyspnea dengan stridor yang bermakna
b) Penggunaan otot-otot bantu untuk bernafas, Pediatric : grunting flaring, retraksi
c) Nyeri dada, tipe pleuritic
d) RR ( frekuensi nafas ) > 30 per minute atau < 10 per minute
e) Hemoptysis
f) Restriksi gerakan costovertebral dan costochondral menurunkan kapasitas
inhalasi dan ekshalasi
g) Perubahan tingkat kesadaran pada pasien dengan COPD
h) Cyanosis
i) Wheezing berat
j) Batuk berat
k) Orthopnea
3) Pediatrik :
a) Curiga apnea ( lebih dari 20 detik pada bayi 0 – 1 tahun)
b) Cyanosis sentral
c) Hypoventilation
4) Laboratory findings
a) PaO2 < 70 - 80 mmHg
b) PaO2 < 70 mmHg on supplemental oxygen
c) SaO2 < 90 -95 %
d) SaO2 < 85 % in patients with COPD on supplemental oxygen
e) PaCO2 > 50 mmHg ( associated with a pH of < 7,3 ) atau PaCO2 < 30 mmHg
f) pH Adult < 7,30 atau > 7,55
g) Pediatrik < 7,30 atau > 7,50
5) Lain – lain
a) Catatan dokter terdapat “bertambah buruknya hypoxemia dan hypercapnia”
dengan tanda – tanda ( dyspnea, penurunan aktifitas ) dan tercatat riwayat
kegagalan pengobatan rawat jalan

33
b) 2.Penutupan pada drainage saluran pleura
c) 3.Luka bakar inhalasi dengan saturasi O2 kurang dari 93 %

s. Kulit / Jaringan Ikat


1) Temuan Fisik
a) Proses infeksi akut infasive, seperti : cellulitis atau lymphadenitis
b) Kehilangan atau kerusakan kulit lebih dari 10 persen dari permukaan tubuh
( diagnosis baru dalam 24 jam yang lalu )
c) Nekrosis kulit atau jaringan subkutan ( teridentifikasi dalam akhir 24 jam)
d) Ulcus decubitus ( a atau b )
1. Kronis – ada catatan terapi rawat jalan tidak berhasil Konsul Bedah
2. Ulcus necrotic mencakup otot bagian dalam dan tulang ( derajat 3 atau 4 )
atauulkus terinfeksi
e) Kontraktur, keterbatasan fungsi dan dirawat inap untuk pelepasan (release)
dengan bedah  Konsul Bedah
f) Luka bakar derajat 1 :
Anak : luka bakar derajat 1 mengenai 25% luas tubuh
g) Luka bakar derajat 3 :
1. Dewasa : luka bakar derajat 3 dimanapun, mengenai lebih dari 10% luas
permukaan tubuh atau luka bakar derajat 3 pada perineum, manus, hidung,
mulut, facial, atau pedis.
2. Anak : Luka bakar derajat 3 dimanapun mengenai 5 % atau lebih permukaan
tubuh, atau mengenai airway
2) Reaksi Kusta
t. Urinary / Renal System
1) Laboratorium darah
Peningkatan akut urea nitrogen darah ( BUN ) > 40 mg/dL dan kreatinin > 1,8 mg/dL
2) Temuan Fisik
a) Urinary output
1. Dewasa : < 20 ml/jam atau < 400 ml/24 jam
2. Anak : anuria atau oliguria < 1ml/kg/jam atau polyuria > 9 ml/kg/jam
b) Hematuria persisten, tak dapat dijelaskan, atau gross hematuri
c) Dicurigai atau terbukti ada batu atau obstruksi dengan satu dari gejala berikut
ini :
1. Nyeri yang nyata
2. Nausea dan atau vomiting
3. Perdarahan

34
d) Onset akut obstruksi dengan hidronefrosis
e) Ketidakmampuan akut untuk menahan kencing atau obstruksi saluran kencing
akut
f) Urine bocor ke vagina, rectum , atau colon
g) Ekstravasasi ke dalam cavitas peritoneal, pelvis, atau retroperitoneum
h) Luka tembus atau trauma lain terhadap sistem saluran kencing
i) Infeksi saluran kencing dengan gejala-gejala sistemik ( mis : vomiting,
menggigil, panas, nyeri, atau pyuria walaupun sudah terapi antibiotik selama 3
hari )
3) Radiologi
a) Bendungan ureter atau pelvis renalis
b) Baru terdiagnosa tumor atau dirawat inap untuk terapi definitif tumor yang
terdiagnosa sebelumnya
c) Massa ginjal ( kecuali kista yang asimtomatik )
d) Obstruksi atau ginjal tidak tampak
4) Lain – lain
a) Chronic renal failure dengan perdarahan ( misal : nasal, gastrointestinal )
b) Penyakit ginjal terminal, patient dirawat inap untuk rangkaian awal dialysis

5. Tatalaksana Khusus
1) Setelah proses skrining dapat dilakukan suatu pemindahan / rujuk ( sesuai SPO transfer
pasien dari unit ke RS lain )
2) Pemindahan atau Rujuk dapat dilakukan sebelum hasil pemeriksaan penunjang tersedia.
3) Proses ini berdasarkan permintaan pasien karena keterbatasan biaya atau karena jaminan
asuransi, dan keterbatasan fasilitas rumah sakit

6. Skrining Pasien Rujukan Rumah Sakit Lain


Skrining pasien rujukan rumah sakit lain adalah proses penerimaan pasien dari pelayanan
kesehatan lain yang datang ke UGD dengan ambulans tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.
Prosedur :
a. Pasien rujukan rumah sakit lain tanpa ada pemberitahuan sebelumnya
b. Perawat UGD menanyakan kepada petugas pengantar maksud dan tujuan rujukan.
c. Pasien diturunkan dari ambulans.
d. Perawat UGD memeriksa kondisi pasien dan melakukan penilaian Triase.
e. Dokter jaga melakukan pemeriksaan pada pasien.
f. Pasien diterima bila tersedia fasilitas dan sarana rumah sakit yang sesuai dengan
kebutuhan pasien.

35
g. Pasien yang diterima selanjutnya akan dilayani sesuai prosedur penerimaan pasien di
UGD.
h. Bila fasilitas dan sarana rumah sakit yang sesuai kebutuhan pasien tidak tersedia :
i. Perawat/dokter menginformasikan hal tersebut kepada petugas kesehatan, pasien dan
keluarga pasien.
j. Perawat menginformasikan rumah sakit yang mempunyai fasilitas untuk merawat
pasien kepada pasien dan keluarganya serta meminta keluarga untuk memilihnya.
k. Perawat menghubungi rumah sakit sesuai pilihan pasien dan keluarga pasien untuk
memastikan adanya tempat untuk pasien.
l. Perawat mengantar pasien kembali ke ambulans.
m. Pasien diantar ke Rumah Sakit tujuan oleh ambulans sumber rujukan.

F. Penatalaksanaan Skrining Di Luar Rumah sakit


1. Penatalaksanaan Skrining Pasien di Tempat Kejadian (Luar rumah sakit)/ Tempat
Permintaan Penjemputan Ambulan
a. Petugas di bagian operator/perawat UGD menerima telepon dari pasien/keluarga pasien
yang meminta penjemputan ambulan
b. Bila yang menerima telepon adalah petugas operator maka petugas operator
menyambungkan telepon ke UGD
c. Perawat UGD menanyakan nama, alamat lengkap dan kondisi penderita
d. Dokter jaga menetapkan petugas yang akan dikirim ke tempat penjemputan pasien
e. Perawat UGD menghubungi petugas ambulan dan mempersiapkan perlengkapan
emergency yang akan dibawa
f. Petugas ambulan mempersiapkan ambulan dan kelengkapannya
g. Perawat UGD melakukan skrining di tempat pasien diperiksa dengan pemeriksaan
secara visual tentang keadaan pasien, melakukan pemeriksaan fisik (ABCD) dan
melakukan penilaian kriteria Triase via telepon bersama Dokter Jaga UGD
h. Berdasarkan hasil skrining tersebut maka dapat diambil keputusan sebagai berikut :
1) Pasien dengan Skala Triase 1: pasien yang mengancam jiwa, harus dilakukan
tindakan SEGERA. Tindakan resusitasi dilakukan segera, ditempat kejadian.
Setelah pasien stabil, maka pasien akan ditransfer ke Semen Padang Hospital.
2) Pasien dengan Skala Triase 2 VERY URGENT: Kehidupan terancam atau
memburuk dengan cepat, potensi ancaman hidup / gagal organ, nyeri hebat yang
menyebabkan distress bila tidak ditindak 10 menit. Setelah pasien stabil, maka
pasien akan ditransfer ke Semen Padang Hospital.
3) Pasien Skala Triase 3 URGENT : Berpotensi mengancam hidup: Mungkin kearah
ancaman hidup / anggota gerak, menuju morbiditas, bila penilaian & tindakan tidak

36
dimulai dalam 30 menit. Setelah pasien stabil, maka pasien akan ditransfer ke
Semen Padang Hospital.
4) Pasien Skala Triase 4 EMERGENCY : Berpotensi mengancam hidup: Mungkin
menuju ancaman hidup/anggota gerak, atau menuju morbiditas bermakna, bila
penilaian dan tindakan tidak dimulai dalam 60 menit .Keadaan dimana pasien
masih bernapas normal,denyut jantung normal dan memerlukan tindakan observasi
ataupun tidak, maka pasien akan ditransfer ke Semen Padang Hospital.
5) Pasien Skala Triase 5 TIDAK DARURAT :Tingkat kesegeraan tidak mendesak:
Keadaan pasien adalah kronik atau minor dimana gejala atau luaran (outcome)
klinis tidak akan berpengaruh nyata bila penilaian dan tindakan ditunda dalam
hingga 2 jam. Pasien selanjutnya bisa ditransfer ke puskesmas atau klinik terdekat
menggunakan alat transportasi umum dan ambulan puskemas
i. Melakukan koordinasi dengan dokter jaga UGD
j. Menetapkan assesment keperawatan dan menetapkan apakah masalah pasien dapat
diterima di Semen Padang Hospital.
k. Jika pasien akan dirawat maka dokter atau perawat akan menentukan ruang perawatan
sesuai kebutuhan pasien (ruang rawat biasa, ruang pelayanan medik khusus atau ruang
kebidanan) dan menghubungi petugas pendaftaran rawat inap untuk menanyakan
ketersediaan ruang rawat yang dibutuhkan pasien.
l. Apabila fasilitas RS tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien, maka dokter akan
memberikan alternatif RS yang dapat memberikan pelayanan sesuai kebutuhan pasien.

2. Skrining Pasien di Luar Rumah Sakit


a. Petugas di bagian operator menerima telepon dari rumah sakit/ klinik/puskesmas
sumber rujukan
b. Petugas operator menyambungkan telepon ke UGD
c. Dokter jaga UGD menerima telepon dari rumah sakit sumber rujukan dan berbicara
langsung dengan dokter jaga UGD RS/ klinik/ puskesmas sumber rujukan
d. Dokter jaga UGD menanyakan informasi mengenai identitas pasien, anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosa dan terapi yang sudah diberikan
pada pasien yang akan dirujuk.
e. Dokter jaga UGD melakukan skrining berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.
f. Dokter jaga UGD memutuskan menerima pasien jika fasilitas dan sarana rumah sakit
tersedia sesuai kebutuhan pasien atau mengarahkan ke RS lain jika tidak tersedia.

37
BAB IV
DOKUMENTASI

Semen Padang Hospital didalam penanganan skrining pasien wajib menyiapkan dokumen
disetiap unit kerja terkait sebagai berikut :

38
A. Dokumen Regulasi :
1. Kebijakan Skrining Pasien
2. Panduan Skrining Pasien
3. SPO Skrining Pasien di UGD
4. SPO Skrining Pasien Rawat Jalan
5. SPO Skrining Pasien Rawat Inap
6. SPO Skrining Pasien Rujukan Rumah Sakit Lain
7. SPO Skrining di Tempat Kejadian
8. SPO Skrining Pasien di Luar Rumah Sakit
9. SPO Triase
10. SPO Pelayanan Jalur Cepat (Fast Track)
11. SPO Melengkapi Tes Diagnostik
B. Dokumen Implementasi
1. Rekam Medis
2. Sertifikat Pelatihan Triase

BAB V
PENUTUP

Demikianlah buku panduan ini dibuat untuk panduan skrining pasien, sehingga didalam
skrining pasien dapat berjalan dengan baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh undang-

39
undang kesehatan yang berlaku. Dengan terbitnya Buku Panduan Skrining Pasien di Semen Padang
Hospital maka segala skrining pasien wajib berlandaskan buku panduan ini terhitung setelah
ditandatangani oleh Direktur Semen Padang Hospital.

40

Anda mungkin juga menyukai