Anda di halaman 1dari 15

PEMERINTAH KABUPATEN SIJUNJUNG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIJUNJUNG


Jl. Lintas Sumatera Km. 110 Tanah Badantuang.Kabupaten Sijunjung
Email : rsudsijunjung1@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIJUNJUNG
Nomor : 445 /17.7/ KPTS - DIR/I/2019

TENTANG

PANDUAN SKRINING PASIEN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIJUNJUNG

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIJUNJUNG

Menimbang : a. bahwa RSUD Sijunjung merupakan Rumah Sakit tipe C milik


Pemerintah yang diwajibkan untuk melaksanakan Akreditasi
b. bahwa RSUD Sijunjung menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang komprehensif berfokus kepada kebutuhan
pasien sesuai standar.
c. bahwa peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien rumah sakit merupakan gerakan universal maka
diperlukan upaya standarisasi pelayanan melalui penetapan
kebijakan, prosedur, dan risiko manajemen.
d. bahwa seluruh satuan kerja di RSUD Sijunjung memerlukan
kebijakan sebagai dasar penyelenggaraan pelayanan,
sehingga tercipta budaya pelayanan yang berfokus pasien di
rumah sakit;
e. bahwa sehubungan hal tersebut di atas maka perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur RSUD Sijunjung
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072)
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116,
tambahan Lembaran Negara nomor 4431)
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1173/MENKES.PER/X/2004 tentang Standar Akreditasi RS.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/MENKES/PER
/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah
Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691 tahun 2011
tentang Keselamatan Pasien.

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD SIJUNJUNG TENTANG


PANDUAN SKRINING PASIEN
KESATU : Panduan Skrining Pasien sebagaimana tercantum dalam
Lampiran peraturan ini.

KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan skrining pasien di


RSUD Sijunjung dilaksanakan oleh Kepala Bidang Pelayanan

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila


dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Tanah Badantuang

Pada Tanggal 07 Januari 2019

Direktur,

dr. Diana Oktavia, Sp.PD

Penata/ III c

NIP. 19771013 201001 2 007

Tembusan : Kepada Yth :


1. Kepala Bidang RSUD Sijunjung
2. Kepala Seksi RSUD Sijunjung
3. Tim Medik RSUD Sijunjung
4. Tim SPI RSUD Sijunjung
5. Tim Mutu RSUD Sijunjung
6. KSM dilingkungan RSUD Sijunjung
7. Kepala Instalasi dan Kepala Ruangan di Lingkungan RSUD Sijunjung
LAMPIRAN I : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
SIJUNJUNG
NOMOR : 445/ 17.7 /KPTS-DIR/I/ 2019
TENTANG : PANDUAN SKRINING PASIEN
TANGGAL : 07 JANUARI 2019

PANDUAN SKRINING PASIEN

BAB I
DEFINISI

Pemberian pelayanan di RSUD Sijunjung merupakan bagian dari suatu


sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional dibidang pelayanan
kesehatan dan tingkat pelayanan, yang akan membangun suatu kontinuitas
pelayanan. Bertujuan menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan
kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan
pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya.

Hasilnya adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien dan efisiensi


penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit. Informasi diperlukan untuk
membuat keputusan yang benar dalam asuhan pelayanan pasien. Pasien diterima
sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk pelayanan rawat jalan, sesuai
kebutuhan pelayanan kesehatan pasien, identifikasi dan misi serta sumber daya
RSUD Sijunjung, berdasarkan skrining kontak pertama. Informasi dari pasien
diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang kebutuhan pasien mana
yang dapat dilayani rumah sakit, sesuai dengan misi dan sumber daya rumah sakit.
Keterangan didapat dari pasien pada kontak pertama melalui skrining di rumah sakit
. Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi atau
apabila pasien tiba di rumah sakit. Adapun pengertian skrining adalah:
1. Skrining merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan
orang yang sehat dari orang memiliki keadaan patologis yang tidak
terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi.
2. Skrining berarti penyaringan, sehingga skrining pasien berarti menyaring
pasien untuk dimasukkan dalam kriteria tertentu, contoh: skrining nutrisi
berarti menyaring status nutrisi pasien ke dalam kriteria tertentu.
3. Skrining untuk pengendalian penyakit adalah pemeriksaan orang-orang
asimptomatik untuk mengklasifikasikan mereka ke dalam kategori yang
diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit (as likely or unlikely to
have the disease).
4. Skrining merupakan suatu upaya mengidentifikasi penyakit atau kelainan
pasien sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien
saat kontak pertama. Hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan
menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan atau merujuk ke
pelayanan lain serta menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan
sumber daya rumah sakit.
5. Skrining dilakukan bila pasien tiba di rumah sakit, saat pasien ditransportasi
emergency atau di sumber rujukan
6. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau
pengamatan, hasil pemeriksaan fisik, pisikologis, laboratorium klinik atau
diagnostik imaging sebelumnya.
7. Triase sebenarnya adalah skrining, triase mengkhususkan skrining untuk
menentukan prioritas penanganan. Oleh karena itu, istilah triase banyak kita
temukan di area-area yang membutuhkan urutan prioritas segera. Contoh:
triase pasien di Unit Gawat Darurat, triase korban bencana, dan lain-lain.
8. Asesmen berarti pengkajian. Asesmen adalah tindak lanjut dari hasil skrining
untuk lebih mendalami kebutuhan pasien di bidang tertentu, contoh:
asesmen nyeri adalah tindak lanjut dari skrining nyeri; asesmen nutrisi
adalah tindak lanjut dari skrining nutrisi.
BAB II
RUANG LINGKUP

Skrining di RSUD Sijunjung dilakukan saat pasien datang ke RSUD Sijunjung.


Skrining dilakukan pada area:
a. Pintu masuk rumah sakit (IRJ dan IGD)
b. Customer Service (Admision)

Skrining dilakukan melalui:


a. Kriteria triase
b. Evaluasi visual atau pengamatan
c. Pemeriksaan fisik, psikologik
d. Pemeriksaan laboratorium klinik, atau
e. Pemeriksaan diagnostik imajing sebelumnya

Pasien yang diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk
pelayanan gawat darurat, berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan,
identifikasi yang sesuai dengan misi serta sumber daya rumah sakit yang ada.
Proses skrining saat pasien masuk dilakukan pada pasien rawat darurat
1. Pada saat menerima pasien pindahan/ rujukan dari Puskesmas atau RS lain
diperlukan pemeriksaan laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
2. Skrining dapat terjadi disumber rujukan,
3. Setelah pasien dirawatpun proses skrining tetap dilakukan oleh petugas untuk
meminimalkan resiko yang mungkin muncul pada pasien
4. Skrining dilakukan untuk menentukan kriteria masuk ke ruangan intensif dan
atau pelayanan khusus termasuk penelitian sesuai dengan kebutuhan
spesifik pasien
5. Proses skrining dilakukan dengan melakukan identifikasi pasien dengan
kesulitan terkait hambatan pelayanan yang meliputi:
a. Pasien tua
b. Pasien cacat fisik
c. Pasien gangguan bicara ,bahasa atau dialek
6. Proses skrining dilakukan pada pasien dengan resiko tinggi meliputi:
a. Pasien dengan penggunaan produk darah
b. Pasien koma
c. Pasien menggunakan alat bantu hidup
d. Pasien penyakit menular
e. Pasien immunosupresi
f. Pasien dengan penggunaan restrain
g. Pasien lansia dengan ketergantungan bantuan
h. Pasien anak anak dengan ketergantungan
i. Pasien dengan resiko kekerasan
j. Pasien dengan resiko malnutrisi
k. Pasien nyeri
l. Pasien terminal
m. Pasien hemodialisa
7. Skrining lain yang dibutuhkan:
a. Skrining risiko jatuh
b. Skrining awal: Dapat menggunakan kriteria triase, evaluasi visual,
pemeriksaan fisik, psikologi, laboratorium dan radiologi sebelumnya.
Proses triase untuk memprioritaskan pasien berdasarkan kebutuhan yang
mendesak.
c. Skrining status nutrisi
d. Skrining nyeri
e. Asesmen risiko jatuh
f. Asesmen nyeri
g. Asesmen awal rawat jalan dan rawat inap
h. Asesmen psikologis awal
i. Asesmen awal medis dan keperawatan
j. Asesmen pra bedah
k. Asesmen awal individu untuk populasi khusus
l. Asesmen pasien akhir kehidupan
m. Asesmen awal termasuk kebutuhan untuk bidang spesialisasi lain
n. Asesmen awal termasuk kebutuhan akan rencana pemulangan
o. Asesmen sebelum sedasi/ anestesi
p. Asesmen kebutuhan edukasi pasien / keluarga
q. Asesmen risiko infeksi nosokomial
BAB III
TATA LAKSANA

A. Triase
Triase adalah seleksi pasien sesuai tingkat kegawat daruratan sehingga
pasien mendapatkan pertolongan sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya.
Triase di RSUD Sijunjung menggunakan Skala Triase (ST) Instalasi Gawat Darurat
( sehari-hari, non massal ).

Skala / kategori ST yang ditentukan oleh tampilan klinis paling mendesak


yang ditemukan, apabila sekali tampilan risiko tinggi ditemukan, reaksi sesuai
dengan tingkat kesegeraan tampilan tersebut harus segera dimulai.

Skala Triase (ST) Instalasi Gawat Darurat RSUD Sijunjung

Kategori Waktu Tunggu Maksimum Ambang Indikator Keterangan


ST Pelaksanaan Label
ST 1 0 menit/Seketika 100 % Label merah
(Immediate)
ST 2 10 menit (Very Urgent) 80 % Label merah
ST 3 30 menit (Urgent) 75 % Label kuning
ST 4 60 menit (Emergent) 70 % Label kuning
ST 5 120 menit (Tidak 70 % Label hijau
Darurat)

Kategori ST 1 a. Penilaian dan tindakan inisial dilakukan simultan.


b. Ancaman Hidup Segera (Immediately).
c. Keadaan dimana ada ancaman hidup (atau kemungkinan
berisiko perburukan) dan memerlukan intervensi agresif
segera.

Terjadi pada :
1. Henti jantung.
2. Henti nafas.
3. Risiko segera jalan nafas, ancaman terjadi henti nafas.
4. Frekuensi nafas <10 x/menit.
5. Distress nafas ekstrim.
6. TD < 80mmHg (dewasa) atau anak/bayi syok berat.
7. Tidak respons / hanya respons atas nyeri (GCS ≤8).
8. Overdosis IV dan tidak respons atau hipoventilasi.
9. Gangguan tingkah-laku berat dengan ancaman amukan
berbahaya.
Kategori ST 2 Waktu tunggu untuk melakukan assesmen dan tindakan
maksimal adalah 10 menit (terkadang simultan).
a. Kehidupan terancam :Serius atau memburuk dengan cepat,
potensi ancam hidup / gagal organ, bila tidak ditindak 10
menit sejak kedatangan, atau
b. Kebutuhan segera tindakan kritis-waktu :Trombolisis, antidot
dampak nyata pada outcome klinis tindakan yang dimulai
dalam beberapa menit, atau
c. Nyeri sangat hebat: Mengurangi nyeri berat atau distress
harus dalam 10 menit

Terjadi pada:
1. Risiko jalan nafas, stridor berat / banyak lendir dengan
distress.
2. Distress pernafasan berat.
Gangguan sirkulatori
1) Kulit lembab / berbercak karena perfusi buruk.
2) DJ <50 kali permenit atau >150 kali permenit (dewasa)
3) Hipotensi dengan dampak hemodinamik.
4) Kehilangan darah hebat.
5) Nyeri dada seperti penyakit jantung.
3. Nyeri sangat hebat oleh sebab apapun.
4. Mengantuk, penurunan tingkat respons sebab apapun
(GCS ≤12).
5. Hemiparesis/disfasia akut.
6. Demam disertai tanda-tanda letargi.
7. Percikan asam / basa pada mata yang perlu irigasi.
8. Trauma multipel mayor (perlu respons cepat tim).
9. Trauma terbatas lokal: fraktur mayor, amputasi.
10. Riwayat adanya risiko tinggi.
11. Menelan sedatif / zat racun jumlah bermakna.
12. Sengatan/gigitan binatang bermakna/berbahaya
13. Nyeri hebat mengarah Emboli Paru (EP), Aneurisma
Aortik Abdominal (AAA), kehamilan ektopik.
14. Tingkah laku/psikiatrik:
1) Merusak atau agresif.
2) Ancaman segera diri sendiri / orang lain.
3) Memerlukan / telah dilakukan pengikatan.
4) Agitasi atau agresi berat.

Kategori ST 3 Waktu tunggu untuk melakukan assesmen dan tindakan


maksimal adalah 30 menit
a. Berpotensi mengancam hidup: Mungkin kearah ancaman
hidup / anggota gerak, menuju morbiditas, bila penilaian &
tindakan tidak dimulai dalam 30 menit
b. Tingkat kesegeraan situasional: Berpotensi outcome buruk
bila tindakan tidak dimulai dalam 30 menit
c. Keadaan mengharuskan mengurangi ketidak-nyamanan atau
distress berat dalam 30 menit
Terjadi pada:
1. Hipertensi berat.
2. Kehilangan darah berat ,moderat sebab apapun.
3. Sesak nafas moderat.
4. Saturasi O2 90-95%.
5. Kejang (sadar).
6. Semua demam dalam immunodepresan (pasien
onkologi,steroid).
7. Muntah persisten.
8. Dehidrasi.
9. Cedera kepala dengan hilang kesadaran singkat (sadar).
10. Nyeri berat moderat sebab apapun butuh analgesia.
11. Nyeri dada kemungkinan non kardiak dengan tingkat nyeri
sedang.
12. Nyeri abdominal tanpa tampilan risiko tinggi, tingkat nyeri
sedang atau usia > 65 tahun.
13. Cedera anggota gerak moderat: deformitas, laserasi berat,
crush.
14. Sensasi anggota gerak berubah, denyut nadi hilang akut.
15. Trauma dengan riwayat risiko tinggi dengan tanpa tampilan
lain yang berisiko tinggi.
16. Neonatus stabil.
17. Anak dengan risiko.
18. Tingkah laku/psikiatrik:
1) Distres berat, risiko merusak diri.
2) Psikotik akut atau gangguan berpikir.
3) Krisis situasional, merusak diri dengan sadar.
4) Agitasi, menarik diri, berpotensi agresif.

Kategori ST 4 Waktu tunggu untuk melakukan assesmen dan tindakan


maksimal adalah 60 menit
a. Berpotensi mengancam hidup: Mungkin menuju ancaman
hidup / anggota gerak, atau menuju morbiditas bermakna,
bila penilaian dan tindakan tidak dimulai dalam 60 menit
b. Tingkat kesegeraan situasional: Potensi outcome buruk bila
tindakan tidak dimulai dalam 60 menit
c. Kelayakan harus mengurangi ketidak-nyamanan / distress
berat dalam 60 menit berpotensi menjadi serius: Mungkin
memburuk, atau berakibat pada outcome bila penilaian dan
tindakan tidak dimulai dalam 1 jam. Gejala moderat atau
menetap, atau kompleksitas atau beratnya kelainan
bermakna: Mungkin perlu tindakan & konsultasi kompleks & /
rawat inap,

Terjadi pada:
1. Perdarahan ringan.
2. Aspirasi benda asing, tanpa distress pernafasan.
3. Cedera dada tanpa nyeri iga / distress pernafasan.
4. Kesulitan menelan, tanpa distress pernafasan
5. Cedera kepala ringan tanpa hilang kesadaran.
6. Nyeri moderat, dengan tampilan berisiko.
7. Muntah dan mencret tanpa dehidrasi.
8. Inflamasi / benda asing mata, penglihatan normal.
9. Trauma anggota minor, sprain ankle, mungkin fraktura,
laserasi tanpa komplikasi yang perlu investigasi / intervensi
dengan TTV normal, nyeri ringan/sedang.
10. Cast/gibs ketat tanpa gangguan neurovaskuler.
11. Sendi bengkak dan panas.
12. Nyeri perut tidak spesifik.
13. Tingkah laku/psikiatrik:
1) Masalah kesehatan mental semi-urgent.
2) Dalam observasi &/ tidak ada risiko segera atas diri/
orang lain.

Kategori ST 5 Waktu tunggu untuk melakukan assesmen dan tindakan


maksimal adalah 120 menit
a. Tingkat kesegeraan tidak mendesak: Keadaan pasien adalah
kronik atau minor dimana gejala atau luaran (outcome) klinis
tidak akan berpengaruh nyata bila penilaian dan tindakan
ditunda dalam hingga 2 jam sejak kedatangan
b. Masalah administratif klinis atau peninjauan hasil, sertifikat
medis, hanya resep

B. Initial Assesmen (Penilaian Awal)


Pasien yang masuk melalui IGD memerlukan penilain dan pengelolaan yang
cepat dan tepat. Waktu berperan sangat penting, oleh karena itu diperlukan cara
yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal Initial assesment (Penilaian
awal). Untuk Triase IGD petugas melakukan penilaian kesadaran dengan
menggunakan kriteria :
A : Alert
P : Respon to pain
V : Verbal
U : Unrespon
1. Penilaian awal ini intinya adalah:
a. Primary Survey yaitu penanganan ABCDE dan resusitasi, dicari keadaan
yang mengancam nyawa dan apabila menemukan harus dilakukan
resusitasi. Penanganan ABCDE yang dimaksud adalah :
A : Airway dengan Control Cervical
B : Breathing dan Ventilasi
C : Circulation dengan kontrol perdarahan
D : Disability, status neurologis dan nilai GCS
E : Eksposure ,buka baju penderita tapi cegah hipotermi
Langkah selanjutnya harus dipertimbangkan pemakaian kateter urine(Folley
Catheter), kateter lambung (NGT), pemasangan heart monitor dan
pemeriksaan laboratorium atau rontgen.
b. Secondary Survey
Pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
a) Anamnesis melalui pasien, keluarga atau petugas pra hospital yang
meliputi :
A : Alergi
M : Medikasi atau obat-obatan
P : Past Ilness/Penyakit sebelumnya yang menyertai
L : Last meal/ terakhir makan jam berapa bukan makan apa
E : Event/ hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera

b) Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi .


Periksa dengan teliti apakah ada perubahan bentuk, tumor, luka dan
sakit. Pemeriksaan punggung dilakukan dengan log roll (memiringkan
penderita dengan menjaga kesegarisan tubuh). Cek tanda-tanda vital

C. Evaluasi Visual atau pengamatan


1. Pasien yang secara pengamatan visual dalam keadaan gawat dan
memerlukan pertolongan segera ,langsung diarahkan ke IGD
2. Pasien yang secara pengamatan visual tidak memerlukan pertolongan
segera, akan diarahkan ke poliklinik

D. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi,
termasuk juga pemeriksaan psikologik.

E. Laboratorium atau pemeriksaan imaging (penunjang)


Pasien yang sudah membawa hasil laboratorium atau pemeriksaan imaging akan
tetap diperiksa, kemudian jika memerlukan penanganan lebih lanjut akan
dikonsulkan ke dokter spesialis sesuai penyakit. Konsultasi bisa dilakukan
melalui IGD atau diarahkan ke poliklinik.

F. Persyaratan
1. Skrining dilakukan pada kontak pertama didalam dan diluar rumah sakit.
Pasien yang membawa surat pengantar berobat dari pelayanan kesehatan
dianggap telah diskrining.
2. Dokter yang melakukan skrining adalah dokter yang telah ditetapkan dalam
tim skrining.

G. Ketentuan Skrining
1. Skrining dilakukan pada saat kontak pertama didalam RS oleh petugas RSUD
Sijunjung atau diluar rumah sakit
2. Berdasarkan hasil skrining ditentukan apakah kebutuhan pasien sesuai
dengan misi dan sumber daya rumah sakit
3. Pasien diterima hanya apabila rumah sakit dapat menyediakan kebutuhan
pelayanan rawat inap dan rawat jalan yang tepat
4. Ada cara untuk melengkapi hasil tes diagnostik berkenaan dengan tanggung
jawab untuk menetapkan apakah pasien diterima, dipindahkan atau dirujuk.
5. Ada kebijakan yang menetapkan tentang skrining dan tes diagnosa mana
yang merupakan standar sebelum penerimaan yaitu:
a. Pemeriksaan Vital Sign: TD, HR, RR,T, Pemeriksaan Fisik
b. Skrining Test Diagnostik Standar yang harus dilakukan sebelum pasien
didaftarkan/dirawat di RSUD Sijunjung

NO RUANGAN SKRINING DIAGNOSTIK TEST PASIEN


1 Umum/ 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin,
Penyakit Leukosit, Eritrosit, Trombosit, Hitung Jenis)
Dalam 2. Kimia Klinik Standar
3. Hasil EKG (Pasien Jantung dan Pasien Dewasa > 40
tahun)
2 Bedah 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin,
Leukosit, Eritrosit, Trombosit, Hitung Jenis,PTT,APTT)
2. Kimia Klinik Standar
3. Pemeriksaan Foto Thorax/Rongent Foto
4. Hasil EKG (Pasien Jantung dan Pasien Dewasa > 40
tahun)
5. Hasil Konsul Pre Operatif (Penyakit Dalam)
5 HCU 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin,
Leukosit, Eritrosit, Trombosit, Hitung Jenis)
2. Pemeriksaan Foto Thorax/Rontgen Foto
3. Hasil EKG (Pasien Jantung dan Pasien Dewasa > 40
tahun)
7 Obstetri dan 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin,
Gynekologi Leukosit, Eritrosit, Trombosit, Hitung Jenis)
2. Urin Lengkap
8 Anak 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin,
Leukosit, Eritrosit, Trombosit, Hitung Jenis)
2. Kimia Klinik Standar (Ureum, Kreatinin, SGOT/SGPT)
9 Perinatologi 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin,
Leukosit, Eritrosit, Trombosit, Hitung Jenis), Bilirubin total
dan direk.
10 Paru 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin,
Leukosit, Eritrosit, Trombosit, Hitung Jenis)
2. EKG
3. Thorax Foto
4. BTA

Ketentuan dalam pelaksanaan skrining di RSUD Sijunjung dilakukan pada


pasien yang masuk melalui Instalasi Gawat Darurat meliputi:
1. Skrining dilakukan pada kontak pertama didalam RS: gawat darurat atau di
luar rumah sakit.
2. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium
klinik atau diagnostik imajing sebelumnya. Skrining dapat terjadi disumber
rujukan, pada saat pasien ditransportasi emergensi atau apabila pasien tiba di
rumah sakit. Hal ini sangat penting bahwa keputusan untuk mengobati,
mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah ada hasil skrining dan evaluasi.
3. RSUD Sijunjung dapat mempertimbangkan untuk menerima pasien rawat
inap atau pasien rawat jalan apabila adanya ketersediaan pelayanan dan
fasilitas yang mendukung sesuai kebutuhan pelayanan pasien.
4. Sebelum penerimaan dan pendaftaran pasien diperlukan data tes skrining
atau evaluasi
5. Berdasarkan hasil skrining dapat diperoleh informasi yang diperlukan untuk
membuat keputusan yang benar tentang: keputusan pasien yang mana yang
dapat dilayani di RSUD Sijunjung, pemberian pelayanan yang efisien kepada
pasien, transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau
pelayanan lain
6. Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk pelayan rawat
jalan berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan pasien yang telah
diidentifikasi sesuai misi serta sumber daya di RSUD Sijunjung
7. Skrining dapat terjadi di sumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi
emergensi atau apabila pasien tiba di RSUD Sijunjung
8. Di RSUD Sijunjung diperlukan data tes skrining atau evaluasi sebelum
penerimaan dan pendaftaran yang merupakan standar sebelum penerimaan
pasien.
9. Skrining dan tes penunjang diagnosa merupakan standar penerimaan pasien.
Pasien tidak dirawat, dipindahkan atau dirujuk sebelum diperoleh hasil tes
yang dibutuhkan sebagai dasar pengambilan keputusan.
10. Pasien dengan kondisi emergensi atau membutuhkan pelayanan segera,
diidentifikasi dengan proses triase berdasarkan kriteria fisiologik
11. Berdasarkan hasil skrining ditetapkan kriteria masuk ke ruangan intensif dan
atau pelayanan khusus sesuai dengan kebutuhan spesifik pasien
12. RSUD Sijunjung mengidentifikasi pasien dengan kesulitan terkait hambatan
pelayanan yang meliputi : pasien tua, cacat fisik, gangguan bicara, bahasa
atau dialek
13. RSUD Sijunjung mengidentifikasi pasien dengan resiko tinggi meliputi: pasien
dengan penggunaan produk darah, koma, menggunakan alat bantu hidup,
penyakit menular, immunosupresi, pasien dengan penggunaan restrain,
lansia dengan ketergantungan bantuan, anak anak dengan ketergantungan,
pasien dengan resiko kekerasan, pasien dengan resiko malnutrisi, pasien
nyeri, pasien terminal.
14. Petugas melakukan skrining dan mendokumentasikan pada rekam medis
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumen skrining terkait: pedoman, panduan dan SPO tersedia disetiap unit
pelayanan. Kepala Instalasi membuat pengaturan jaga tim skrining IGD, melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan skrining, serta melaporkannya setiap bulan
kepada Kabid Pelayanan

Ditetapkan di Tanah Badantuang

Pada Tanggal 07Januari 2019

Direktur,

dr. Diana Oktavia, Sp.PD

Penata/ III c

NIP. 19771013 201001 2 007

Anda mungkin juga menyukai