Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIJUNJUNG
Nomor : 445 /17.7/ KPTS - DIR/I/2019
TENTANG
Direktur,
Penata/ III c
BAB I
DEFINISI
Pasien yang diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk
pelayanan gawat darurat, berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan,
identifikasi yang sesuai dengan misi serta sumber daya rumah sakit yang ada.
Proses skrining saat pasien masuk dilakukan pada pasien rawat darurat
1. Pada saat menerima pasien pindahan/ rujukan dari Puskesmas atau RS lain
diperlukan pemeriksaan laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
2. Skrining dapat terjadi disumber rujukan,
3. Setelah pasien dirawatpun proses skrining tetap dilakukan oleh petugas untuk
meminimalkan resiko yang mungkin muncul pada pasien
4. Skrining dilakukan untuk menentukan kriteria masuk ke ruangan intensif dan
atau pelayanan khusus termasuk penelitian sesuai dengan kebutuhan
spesifik pasien
5. Proses skrining dilakukan dengan melakukan identifikasi pasien dengan
kesulitan terkait hambatan pelayanan yang meliputi:
a. Pasien tua
b. Pasien cacat fisik
c. Pasien gangguan bicara ,bahasa atau dialek
6. Proses skrining dilakukan pada pasien dengan resiko tinggi meliputi:
a. Pasien dengan penggunaan produk darah
b. Pasien koma
c. Pasien menggunakan alat bantu hidup
d. Pasien penyakit menular
e. Pasien immunosupresi
f. Pasien dengan penggunaan restrain
g. Pasien lansia dengan ketergantungan bantuan
h. Pasien anak anak dengan ketergantungan
i. Pasien dengan resiko kekerasan
j. Pasien dengan resiko malnutrisi
k. Pasien nyeri
l. Pasien terminal
m. Pasien hemodialisa
7. Skrining lain yang dibutuhkan:
a. Skrining risiko jatuh
b. Skrining awal: Dapat menggunakan kriteria triase, evaluasi visual,
pemeriksaan fisik, psikologi, laboratorium dan radiologi sebelumnya.
Proses triase untuk memprioritaskan pasien berdasarkan kebutuhan yang
mendesak.
c. Skrining status nutrisi
d. Skrining nyeri
e. Asesmen risiko jatuh
f. Asesmen nyeri
g. Asesmen awal rawat jalan dan rawat inap
h. Asesmen psikologis awal
i. Asesmen awal medis dan keperawatan
j. Asesmen pra bedah
k. Asesmen awal individu untuk populasi khusus
l. Asesmen pasien akhir kehidupan
m. Asesmen awal termasuk kebutuhan untuk bidang spesialisasi lain
n. Asesmen awal termasuk kebutuhan akan rencana pemulangan
o. Asesmen sebelum sedasi/ anestesi
p. Asesmen kebutuhan edukasi pasien / keluarga
q. Asesmen risiko infeksi nosokomial
BAB III
TATA LAKSANA
A. Triase
Triase adalah seleksi pasien sesuai tingkat kegawat daruratan sehingga
pasien mendapatkan pertolongan sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya.
Triase di RSUD Sijunjung menggunakan Skala Triase (ST) Instalasi Gawat Darurat
( sehari-hari, non massal ).
Terjadi pada :
1. Henti jantung.
2. Henti nafas.
3. Risiko segera jalan nafas, ancaman terjadi henti nafas.
4. Frekuensi nafas <10 x/menit.
5. Distress nafas ekstrim.
6. TD < 80mmHg (dewasa) atau anak/bayi syok berat.
7. Tidak respons / hanya respons atas nyeri (GCS ≤8).
8. Overdosis IV dan tidak respons atau hipoventilasi.
9. Gangguan tingkah-laku berat dengan ancaman amukan
berbahaya.
Kategori ST 2 Waktu tunggu untuk melakukan assesmen dan tindakan
maksimal adalah 10 menit (terkadang simultan).
a. Kehidupan terancam :Serius atau memburuk dengan cepat,
potensi ancam hidup / gagal organ, bila tidak ditindak 10
menit sejak kedatangan, atau
b. Kebutuhan segera tindakan kritis-waktu :Trombolisis, antidot
dampak nyata pada outcome klinis tindakan yang dimulai
dalam beberapa menit, atau
c. Nyeri sangat hebat: Mengurangi nyeri berat atau distress
harus dalam 10 menit
Terjadi pada:
1. Risiko jalan nafas, stridor berat / banyak lendir dengan
distress.
2. Distress pernafasan berat.
Gangguan sirkulatori
1) Kulit lembab / berbercak karena perfusi buruk.
2) DJ <50 kali permenit atau >150 kali permenit (dewasa)
3) Hipotensi dengan dampak hemodinamik.
4) Kehilangan darah hebat.
5) Nyeri dada seperti penyakit jantung.
3. Nyeri sangat hebat oleh sebab apapun.
4. Mengantuk, penurunan tingkat respons sebab apapun
(GCS ≤12).
5. Hemiparesis/disfasia akut.
6. Demam disertai tanda-tanda letargi.
7. Percikan asam / basa pada mata yang perlu irigasi.
8. Trauma multipel mayor (perlu respons cepat tim).
9. Trauma terbatas lokal: fraktur mayor, amputasi.
10. Riwayat adanya risiko tinggi.
11. Menelan sedatif / zat racun jumlah bermakna.
12. Sengatan/gigitan binatang bermakna/berbahaya
13. Nyeri hebat mengarah Emboli Paru (EP), Aneurisma
Aortik Abdominal (AAA), kehamilan ektopik.
14. Tingkah laku/psikiatrik:
1) Merusak atau agresif.
2) Ancaman segera diri sendiri / orang lain.
3) Memerlukan / telah dilakukan pengikatan.
4) Agitasi atau agresi berat.
Terjadi pada:
1. Perdarahan ringan.
2. Aspirasi benda asing, tanpa distress pernafasan.
3. Cedera dada tanpa nyeri iga / distress pernafasan.
4. Kesulitan menelan, tanpa distress pernafasan
5. Cedera kepala ringan tanpa hilang kesadaran.
6. Nyeri moderat, dengan tampilan berisiko.
7. Muntah dan mencret tanpa dehidrasi.
8. Inflamasi / benda asing mata, penglihatan normal.
9. Trauma anggota minor, sprain ankle, mungkin fraktura,
laserasi tanpa komplikasi yang perlu investigasi / intervensi
dengan TTV normal, nyeri ringan/sedang.
10. Cast/gibs ketat tanpa gangguan neurovaskuler.
11. Sendi bengkak dan panas.
12. Nyeri perut tidak spesifik.
13. Tingkah laku/psikiatrik:
1) Masalah kesehatan mental semi-urgent.
2) Dalam observasi &/ tidak ada risiko segera atas diri/
orang lain.
D. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi,
termasuk juga pemeriksaan psikologik.
F. Persyaratan
1. Skrining dilakukan pada kontak pertama didalam dan diluar rumah sakit.
Pasien yang membawa surat pengantar berobat dari pelayanan kesehatan
dianggap telah diskrining.
2. Dokter yang melakukan skrining adalah dokter yang telah ditetapkan dalam
tim skrining.
G. Ketentuan Skrining
1. Skrining dilakukan pada saat kontak pertama didalam RS oleh petugas RSUD
Sijunjung atau diluar rumah sakit
2. Berdasarkan hasil skrining ditentukan apakah kebutuhan pasien sesuai
dengan misi dan sumber daya rumah sakit
3. Pasien diterima hanya apabila rumah sakit dapat menyediakan kebutuhan
pelayanan rawat inap dan rawat jalan yang tepat
4. Ada cara untuk melengkapi hasil tes diagnostik berkenaan dengan tanggung
jawab untuk menetapkan apakah pasien diterima, dipindahkan atau dirujuk.
5. Ada kebijakan yang menetapkan tentang skrining dan tes diagnosa mana
yang merupakan standar sebelum penerimaan yaitu:
a. Pemeriksaan Vital Sign: TD, HR, RR,T, Pemeriksaan Fisik
b. Skrining Test Diagnostik Standar yang harus dilakukan sebelum pasien
didaftarkan/dirawat di RSUD Sijunjung
Dokumen skrining terkait: pedoman, panduan dan SPO tersedia disetiap unit
pelayanan. Kepala Instalasi membuat pengaturan jaga tim skrining IGD, melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan skrining, serta melaporkannya setiap bulan
kepada Kabid Pelayanan
Direktur,
Penata/ III c