PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan
bagaian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di rumah sakit
bagaian dari suatu sistem pelayanan integrasi dengan berbagai profesional di bidang
kesehatan pelayanan rumah sakit harus membangun suatu kontinuitas pelayanan.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat rumah sakitharus dapat
menyelaraskan kebutuhan pasien di bidang kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di
rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan
tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pasien dan
efesiensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit, informasi diperlukan untuk membuat
keputusan yang benar tentang kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani rumah sakit,
pemberian pelayanan yang efesien kepada pasien dan transfer serta pemulangan pasien yang
tepat ke rumah atau ke pelayanan lain.
Menyesuaikan kebutuhan pasien sesuai dengan misi dan sumber daya rumah sakit
tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat
skrining kontak pertama. Skrining dilakukan dengan pengamatan (evaluasi visual),
pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan fisik, psikologis, laboratorium klinik. Dari hasil
skrining petugas dapat mengidentivikasi kebutuhan pelayanan oleh karena penyakit atau
kelainan secara klinis yang belum jelas dengan tepat.
Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi, emergency
atau apabila pasien tiba di rumah sakit. Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan konsisten dengan misinya dapat
dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau rawat jalan dan rujukan ke
pelayanan kesehatan lainnya yang memadai sesuai kebutuhan pasien.
B. Tujuan
Skrining pasien memiliki tujuan untuk membantu petugas dalam :
1. Mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien
2. Memberikan prioritas asuhan sesuai kebutuhan
3. Mengdentifikasi hambatan pelayanan
4. Menjamin keselamatan pasien
5. Tersedianya pedoman bagi petugas terkait dalam melaksanakan kegiatan skrining di
RSUD Hadji Boejasin Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.
C. Ruang Lingkup
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
1
BAB II
TATA LAKSANA
A. SKRINNING
1. Definisi
Istilah skrining berarti penyaringan. Sehingga sekrining pasien dapat berarti
menyaring atau memilah pasien untuk dimasukan dalam kriteria tertentu. Contoh
skrining nutrisi berarti menyaring status nutrisi pasien ke dalam kriteria tertentu.
Skrining awal pasien adalah skrining yang dilakukan di dalam dan di luar rumah sakit.
2. Mekanisme Skrinning
Skrining dilakukan kepada semua pasien pada saat kontak pertama dengan baik
di dalam dan luar rumah sakit. Meliputi skrining di Instalasi Gawat Darurat , skrining
pasien rawat jalan dan rawat Inap. Skrining yang dilakukan meliputi : skrining risiko
jatuh, skrining nutrisi, skrining kebutuhan fungsional, skrining nyeri dan skrining
psikososial.
Petugas yang bertanggung jawab dalam proses skrining adalah petugas skrining
rawat jalan, petugas poliklinik, petugas pendaftaran pasien, petugas triase di instalasi
gawat darurat adalah dokter dan/atau perawat yang terlatih, sedangkan proses re-triase
dilakukan oleh dokter penanggung jawab pelayanan disetiap level.
a. Proses skrinning di dalam Rumah Sakit
a) Skrining pasien rawat jalan dilakukan oleh petugas (security) yang ditunjuk
melakukan skrining di pintu masuk pasien rawat jalan.
b) Petugas skrining melakukan pengamatan atau evaluasi verbal dan visual
kepada setiap pasien yang datang ke rawat jalan.
c) Hasil analisa petugas dalam proses skrining pasien adalah :
1) Bila didapatkan pasien dengan kebutuhan darurat, dan kondisi lainnya yang
mengancam jiwa pasien, segera diantar ke Instalasi Gawat Darurat.
2) Pasien dengan infeksi melalui udara bisa diberikan masker.
3) Pasien dengan kebutuhan rawat jalan biasa dilayani sesuai prosedur
pelayanan poliklinik.
d) Poliklinik Rawat Jalan
a. Perawat di klinik rawat jalan wajib mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
darurat atau segera bagi pasien yang membutuhkan, meliputi: saat pasien
mendaftar di poliklinik maupun melalui observasi selama pasien di ruang
tunggu.
b. Dalam melakukan proses skrining bagi pasien yang membutuhkan pelayan
Emergency , rawat inap atau rujukan keluar. Pedoman skrining selanjutnya
dikembangkan oleh kelompok staf medik terkait.
c. Perawat klinik rawat jalan melakukan skrining untk informasi dasar, nyeri,
skrining fungsional, skrining psikologis, skrining gizi dan psikososial.
b. Proses skrinning dari luar rumah sakit
a) Skrining pasien dari luar rumah sakit dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang
melakukan rujukan melalui surat rujukan.
2
b) Pasien yang mendaftar dengan membawa surat rujukan akan dilakukan
skrining ulang oleh loket pendaftaran dengan menanyakan keluhan utama dan
klinik tujuan.
c) Skrining melalui telpon dengan menggunakan nomor telepon RSUD Hadji
Boejasin Pelaihari yaitu : Telepon IGD (0512) 21083 atau HP. 0823 5050
9879. Diterima oleh petugas IGD dengan menanyakan identitas pasien, jenis
kelamin, alasan dirujuk, tindakan yang sudah dilakukan di faskes pertama.
d) Mengidentifikasi jenis pelayanan yang dibutuhkan jika pasien penelpon belum
dapat menemukan jenis pelayanan yang dibutuhkan.
e) Memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat diakses dan hari/waktu
pelayanan.
f) Dalam hal rujukan pasien dari fasilitas kesehatan lain, perujuk harus telepon
dulu melalui petugas operator untuk memastikan ketersediaan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan pasien.
3. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk skrinning
Petugas medis harus bisa membedakan penyebab jenis keluhan pasien sehingga
bisa ditentukan jenis pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Misalnya ada pasien
sesak, petugas harus memastikan penyebab sesak nafas dari penyakit paru,
cardiovaskular atau metabolisme.
Pemeriksaan penunjang yang ada di RSUD H. Boejasin Pelaihari yaitu:
a. Radiologi Konvensional
1. Rontgen
2. USG Abdomen
b. Laboratorium
1. Darah rutin
2. Kimia Darah
3. BDRS
4. EKG
4. Kebutuhan pasien sesuai dengan kemampuan rumah sakit
Jenis pelayanan yang tersedia adalah :
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Pelayanan Penyakit Dalam
c. Pelayanan Bedah
d. Pelayanan Anak
e. Pelayanan Obsgyn
f. Pelayanan Mata
g. Pelayanan Perinatologi
h. Pelayanan Syaraf
i. Intensive Care Unit
j. Instalasi Farmasi
k. Pelayanan Kamar Operasi
l. Pelayanan Kamar Jenazah
m. Instalasi Laboratorium Klinik
n. Instalasi Radiologi
3
o. Instalasi Gizi
p. Pelayanan Rekam Medik
q. Pelayanan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana (IPSRS)
r. Pelayanan Laundry/Linen
s. Pelayanan Sanitasi
5. Kebutuhan pelayanan Preventif, Paliatif, Kuratif dan Rehabilitatif
Sebelum pasien masuk rawat inap, terlebih dahulu ditentukan jenis pelayanan
yang akan diterima pasien. Meliputi pelayanan preventif, paliatif, kurativ dan
rehabilitatif.
6. TRIASE
1. Definisi
Triase adalah sebenarnya skrining, namun triase lebih mengkhususkan untuk
menentukan prioritas penanganan. Oleh karena itu istilah triase kita temukan di area yang
membutuhkan tindakan prioritas segera. Contoh triase di Instalasi Gawat Darurat, triase
korban bencana, dan lain-lain.
Triase kegawatdaruratan adalah suatu sistem deteksi dan pemilihan pasien untuk
menentukan tingkat kegawatan dan prioritas penanganan pasien. Triase merupakan suatu
proses untuk melakukan assesmen segera terhadap semua pasien yang datang ke rumah
sakit. Ini merupakan fungsi yang sangat mendasar pada pelayanan pasien gawat darurat
dimana banyak pasien harus ditangani secara bersamaan dengan kegawatan yang
berbeda-beda. Sistem Triase yang efektif bertujuan untuk menentukan pasien yang perlu
penanganan segera dan mendapatkan tindakan yang benar,ditempatkan pada lokasi yang
benar sesuai dengan kegawatan. Penanganan kegawatdaruratan dmulai sesuai dengan
kebutuhan klinis bukan hanya tergantung dari waktu kedatangan. Triase yang
dilaksanakan di RSUD H. BOEJASIN PELAIHARI adalah triase yang berbasis ESI
(Emergensi Severity Indeks).
Petugas yang bertanggung jawab dalam proses triase adalah dokter/ perawat yang
terlatih,
2. Pelaksanaan penggunaan proses triase (Prioritas triase)
Triase dilakukan pada saat pasien datang di RSUD Hadji Boejasin Pelaihari dan
merupakan awal dari penanganan pasien di rumah sakit. Triase merupakan suatu proses
yang berjalan berkelanjutan yang selalu diikuti dengan asesmen dan reasesmen.
Keputusan triase dibuat berdasarkan respon pasien, tanda dan gejala, bukan berdasarkan
diagnosis. Katagori / label dalam triase diberikan berdasarkan tingkat kegawatan dan
kebutuhan untuk mendapatkan penanganan segera. Untuk mentukan triase petugas haru
mempunyai parameter kondisi pasien dengan kegawatan.
Sistem Penangana Gawat Darurat di instalasi gawat darurat pertama kali
dilakukan dengan mengelompokan pasien sesuai derajat kegawatan (triase) yang
kemudian diberi label. Triase yang dilaksanakan di RSUD Hadji Boejasin Pelaihari
Kabupaten Tanah Laut adalah triase yang berbasis Emergency Severity Indeks (ESI)
yang tercantum dalam panduan Triase di Instalasi Gawat Darurat.
Penanganan pertama kali yang dilakukan dengan mengelompokan pasien sesuai
derajat kegawatan (triase) yang kemudian dikelompokan berdasar tingkat kegawatan.
4
Dalam triase ada 5 macam label berdasar tingkat kegawatan dan yang memerlukan
penanganan segera, yaitu :
1. BIRU/ RESUSITATION
Pasien yang dikelompokan pada katagori ini adalah pasien dengan :
1.1. Kesadaran unresponsive atau GCS < 9 atau kejang
1.2. Airway / jalan nafas ada sumbatan/obstruksi
1.3. Breathing / pernapasan sianosis, atau henti nafas
1.4. Circulation / sirkulasinya henti jantung/ nadi tidak teraba atau akral dingin.
Tindakan medis yang dilakukan adalah CPR dan lebih dari 5 tindakan medis/
kedokteran. Pasien dengan label biru akan ditangani diruangan label biru oleh tim
dokter spesialis dengan DPJP utama spesialis anastesi .
2. MERAH/ EMERGENT
Pasien yang dikelompokan kedalam label merah adalah pasien yang memiliki
kegawatdaruratan dengan kriteria :
2.1. Kesadaran : pain respon atau GCS 9-12 atau nyeri dada atau hemiparesis.
2.2. Airway / jalan nafasnya ada ancaman / bebas
2.3. Breathing / pernapasan tachipnoe / wheezing
2.4. Circulation / sirkulasi : nadi lemah atau HR < 40x/m atau HR > 120 x/m atau
pucat atau akral dingin atau CRT > 2 detik
2.5. Tindakan medis yang dilakukan adalah lebih dari atau sama dengan 5 tindakan
medis / kedokteran.
Pasien dengan label merah akan ditangani diruangan label kuning oleh DPJP
yang sesuai berdasarkan assasmen yang dilakukan oleh tim dokter. Selama
penanganan dalam label merah akan dilakukan re triase secara berkala sesuai
kondisi klinis. Bila kondisi memburuk / membutuhkan resusitasi segara dibawa
ke label biru untuk dilakukan resusitasi.
3. KUNING/ URGENT
Adalah kelompok pasien yang memerlukan pengawasan ketat tetapi tidak ada
ancaman kehidupan ( life threatening). Penanganan dapat ditunda sementara akan
tetapi dalam batas waktu yang tidak terlalu lama ( maksimal 30 menit) harus segera
ditangani. Kriterianya adalah sebagai berikut :
3.1. Kesadaran : verbal respon , GCS 13 – 15
3.2. Jalan nafas bebas
3.3. Pernafasan : RR 20 – 30 x/m
3.4. Sirkulasi : nadi teraba atau HR 40 – 60 x/m,atau 100- 120x/m
3.5. Tindakan medis lebih atau sama dengan 2 tindakan medis/ kedokteran.
Pasien dengan label kuning akan ditangani di ruangan label kuning oleh dokter
jaga UGD. Selama penanganan dalam label merah akan dilakukan re triase
secara berkala sesuai kondisi klinis. Bila kondisi memburuk / membutuhkan
resusitasi segara dibawa ke label biru untuk dilakukan resusitasi.
4. HIJAU/LESS URGENT
Pasien yang dikelompokan pada katagori ini adalah pasien dengan :
4.1. Kesadaran : composmentis GCS E4M5V6
4.2. Jalan nafas bebas
5
4.3. Pernafasan : 16 – 20 x/m
4.4. Sirkulasi : nadi teraba jelas
4.5. Tindakan medis yg diperlukan 1 tindakan atau tidak
Pasien dengan label hijau akan ditangani diruangan label biasa oleh dokter jaga
UGD. Selama penanganan dalam label hijau dilakukan re triase sesuai kondisi
klinis sebelum pasien dipulangkan.
5. PUTIH/NON URGENT
Adalah kelompok pasien tidak gawat dan penanganannya dapat ditunda dengan
kriteria sebagai berikut :
5.1. Kesadaran : composmentis GCS E4M5V6
5.2. Jalan nafas bebas
5.3. Pernafasan : 12– 16 x/m
5.4. Sirkulasi : nadi teraba kuat
5.5. Tindakan medis yg diperlukan 1 tindakan atau tidak
Pasien dengan label putih akan ditangani diruangan label biasa oleh dokter jaga
UGD. Selama penanganan dalam label hijau dilakukan re triase sesuai kondisi klinis
sebelum pasien dipulangkan.
Re-Triase dilakukan di label hijau, kuning dan merah dilaksanakan dalam waktu
tertentu sesuai kondisi pasien. Selain Triase di instalasi gawat darurat dilakukan juga
skrining risiko jatuh, skrining kebutuhan fungsional , skrining nyeri dan skrining
psikososial.
2. Kualifikasi Staf
STANDAR KETENAGAAN
1) Kualifikasi Sumber Daya Manusia
NAMA PERSYARATAN JABATAN
JUMLAH
JABATAN FORMAL DIKLAT
Kepala Minimal dokter Sertifikat pelatihan 1
Instalasi umum kegawatdaruratan :
GELS/ATLS/ACLS
Koordinator Dokter umum Sertifikat pelatihan 1
Dokter Umum kegawatdaruratan :
GELS/ATLS/ACLS
Dokter Umum Dokter umum Sertifikat pelatihan 4
kegawatdaruratan :
GELS/ATLS/ACLS
Kepala Ruang Ners Minimal Sertifikat pelatihan 1
Perawat PK II kegawatdaruratan :
PPGD/BCLS/BTLS
Sertifikat pelatihan
manajemen ruang
Wakil Kepala Minimal Perawat Sertifikat pelatihan 1
Ruang/Koordi PK II kegawatdaruratan :
nator PPGD/BCLS/BTLS
Perawat Minimal Perawat Sertifikat pelatihan 20
6
pelaksana PK I (minimal 2 kegawatdaruratan :
th dalam PK I ) PPGD/BCLS/BTLS
Koordinator Minimal Bidan Sertifikat pelatihan 1
Bidan IGD BK II APN (Asuhan
Persalinan Normal)
Bidan IGD Minimal Bidan Sertifikat pelatihan 11
BK I ( 2 tahun APN (Asuhan
dalam BK I ) Persalinan Normal) dan
BLS
2) Distrbusi Ketenagaan
1. Dokter IGD 10 orang
2. Perawat IGD 24 oran
a. Ners 6 orang
b. S.Kep 2 orang
c. D III Kep. 16 orang
3. Bidan Ponek 11 orang
4. Tenaga Administrasi 5 orang
5. Cleaning service 2 orang
7
Meningkatkan mutu asuhan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang
tersedia di rumah sakit.
Sebagai bentuk pemenuhan dari hak pasien.
3. Ruang Lingkup
Penundaan pelayanan di RSUD Hadji Boejasin, meliputi :
1. Penundaan pelayanan dokter
2. Penundaan pelayanan perawat
3. Penundaan pelayanan fisioterapi
4. Penundaan pelayanan gizi
5. Penundaan pelayanan farmasi klinis
6. Penundaan pelayanan pemeriksaan radiologi
7. Penundaan pelayanan pemeriksaan laboratorium
8. Penundaan pelayanan kamar obat
9. Penundaan pelayanan tindakan/operas
10. Penundaan pelayanan rawat inap
11. Penundaan pelayanan intensif
9
- Jika pasien tidak mau ke dokter yang lain, maka dapat disarankan untuk
bersabar menunggu.
4) Jika dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat visite, maka :
Perawat ruangan rawat inap segera menginformasikan kepada pasien dan keluarga
pasien bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat visite,
menginformasikan juga dokter pengganti, dan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan :
- Apabila pasien tersebut setuju, maka pasien akan di visite oleh dokter
pengganti.
- Apabila pasien tidak setuju, maka perawat ruangan rawat inap menawarkan di
visite dokter jaga ruangan.
b. Penundaan pelayanan dokter tanpa pemberitahuan :
Instalasi Rawat Jalan :
1) Jika dokter belum datang sesuai dengan respon time atau waktu tunggu kehadiran
dokter (kehadiran dokter sesuai dengan jadwal prakteknya, dengan toleransi 30
menit) maka perawat instalasi rawat jalan segera menghubungi dokter yang
bersangkutan.
2) Ketika menghubungi dokter yang bersangkutan, maka ditanyakan apakah dokter
tersebut dapat praktek, informasikan jumlah pasien. Jika iya, maka jam berapa dapat
melayani pasien. Jika tidak dapat praktek, maka siapa dokter penggantinya.
3) Jika dokter yang bersangkutan terlambat datang :
Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan kepada pasien
yang mendaftar melalui telepon bahwa jam praktek dokter yang bersangkutan ada
perubahan (sebutkan jam prakteknya) dan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan tersebut.
Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian pendaftaran
menginformasikan bahwa jam praktek dokter yang bersangkutan ada perubahan
(sebutkan jam prakteknya) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan :
- Jika pasien dalam kondisi lemah dan hasil evaluasi visual atau pengamatan
bahwa pasien membutuhkan perawatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
maka informasikan ke pasien dan keluarga pasien, komunikasikan ke petugas
Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan pasien segera ditransfer ke Instalasi Gawat
Darurat (IGD).
- Jika pasien waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa ke dokter
yang lain sesuai kebutuhan pasien tersebut.
- Jika pasien tidak mau ke dokter yang lain, maka dapat disarankan untuk
bersabar menunggu.
4) Jika dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat praktek, maka :
Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan kepada pasien
yang mendaftar melalui telepon bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan
sehingga tidak dapat praktek, menginformasikan juga dokter pengganti, dan
permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
10
Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian pendaftaran
menginformasikan bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan sehingga tidak
dapat praktek, menginformasikan juga dokter pengganti, dan permohonan maaf
atas ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan :
- Jika pasien dalam kondisi lemah dan hasil evaluasi visual atau pengamatan
bahwa pasien membutuhkan perawatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
maka informasikan ke pasien dan keluarga pasein, komunikasikan ke petugas
Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan pasien segera ditransfer ke Instalasi Gawat
Darurat (IGD).
- Jika pasien waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa ke dokter
pengganti.
- Jika pasien tidak mau ke dokter pengganti, maka petugas bagian pendaftaran
rawat jalan menawarkan penjadwalan ulang.
Instalasi Rawat Inap :
1) Jika dokter belum datang visite sesuai dengan respon time atau waktu tunggu
kehadiran dokter untuk visite (dokter spesialis organik jam 07.00 – 14.00 WIB,
dokter spesialis mitra jam 07.00 – 20.00 WIB) maka perawat ruangan rawat inap
segera menghubungi dokter yang bersangkutan.
2) Ketika menghubungi dokter yang bersangkutan, maka ditanyakan apakah dokter
tersebut dapat visite, jika iya : maka jam berapa dapat visite pasien. Jika tidak : maka
siapa dokter pengganti visite.
3) Jika dokter yang bersangkutan terlambat datang untuk visite :
Perawat ruangan rawat inap segera menginformasikan kepada pasien dan keluarga
pasien bahwa dokter yang bersangkutan terlambat datang untuk visite, dan
permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan :
- Jika pasien dalam kondisi menurun, maka dapat disarankan untuk di visite
dokter jaga ruangan.
- Jika pasien tidak mau ke dokter yang lain, maka dapat disarankan untuk
bersabar menunggu.
4) Jika dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat visite, maka :
Perawat ruangan rawat inap segera menginformasikan kepada pasien dan keluarga
pasien bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat visite,
menginformasikan juga dokter pengganti, dan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan :
- Apabila pasien tersebut setuju, maka pasien akan di visite oleh dokter
pengganti.
- Apabila pasien tidak setuju, maka perawat ruangan rawat inap menawarkan di
visite dokter jaga ruangan.
11
5. Penundaan Pelayanan Perawat
Penundaan pelayanan perawat ini di Instalasi Rawat Jalan, yaitu di poli laktasi, poli
rawat luka, poli keperawatan yang lain.
Tatalaksana :
1) Perawat yang bersangkutan menyampaikan informasi bahwa ada perubahan
jadwal praktek keperawatan (poli laktasi, poli rawat luka, poli keperawatan yang
lain).
2) Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan :
Untuk pasien yang mendaftar melalui telepon bahwa ada perubahan jadwal
praktek keperawatan (sebutkan jam prakteknya) dan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan tersebut.
Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian
pendaftaran menginformasikan bahwa ada perubahan jadwal praktek
keperawatan (sebutkan jam prakteknya) dan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan :
- Jika pasien waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa di hari
yang lain.
- Jika pasien tidak mau periksa di hari yang lain, maka dapat disarankan untuk
bersabar menunggu.
6. Penundaan Pelayanan Fisioterapi
Penundaan pelayanan fisioterapi meliputi penundaan pelayanan fisioterapi di Instalasi
Rawat Jalan yaitu poli fisioterapi dan Instalasi Rawat Inap yaitu layanan fisioterapi.
Tatalaksana di Instalasi Rawat Jalan :
1) Fisioterapis menyampaikan informasi bahwa ada perubahan jadwal praktek
fisioterapi.
2) Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan :
Untuk pasien yang mendaftar melalui telepon bahwa ada perubahan jadwal
praktek fisoterapi (sebutkan jam prakteknya) dan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan tersebut.
Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian pendaftaran
menginformasikan bahwa ada perubahan jadwal praktek fisioterapi (sebutkan jam
prakteknya) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan :
- Jika pasien waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa di hari yang
lain.
- Jika pasien tidak mau periksa di hari yang lain, maka dapat disarankan untuk
bersabar menunggu.
Tatalaksana di Instalasi Rawat Inap :
1) Fisioterapis menyampaikan informasi bahwa ada perubahan jadwal fisioterapi untuk
pasien rawat inap.
2) Perawat ruangan rawat inap segera menginformasikan kepada Dokter
Penanggungjawab Pelayanan (DPJP) serta pasien dan keluarga pasien tentang
12
penundaan layanan fisioterapi, menginformasikan kapan layanan fisioterapi dapat
dilaksanakan, dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
14
- Jika pemeriksaan radiologi tersebut sangat dibutuhkan oleh pasien, maka
pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan
laboratorium tersebut sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pasien dan/atau
keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan radiologi akan dirujuk ke
rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan radiologi yang dimaksud
dalam kondisi perbaikan.
- Jika pelayanan radiologi tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan
koordinasi dengan bagian/unit terkait.
Jika dikarenakan alat pemeriksaan radiologi mendadak error atau dalam kondisi
perbaikan maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas
pemeriksaan radiologi tersebut sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pasien
dan/atau keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan radiologi akan
dirujuk ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan radiologi yang
dimaksud dalam kondisi perbaikan.
Jika pelayanan radiologi tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan
koordinasi dengan bagian/unit terkait.
Jika pemeriksaan radiologi tersebut belum tersedia di RSUD Hadji Boejasin
Pelaihari, maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas
pemeriksaan radiologi tersebut sesuai prosedur yang berlaku. Pasien dan/atau
keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan radiologi akan dirujuk ke
rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan radiologi yang dimaksud
belum tersedia di RSUD Hadji Boejasin Pelaihari.
Jika pelayanan radiologi tersebut sudah tersedia di RSUD Hadji Boejasin
Pelaihari, maka dilakukan koordinasi dengan bagian/unit terkait.
10. Penundaan Pelayanan Laboratorium
Penundaan pelayanan laboratorium ini meliputi laboratorium patologi klinik dan
laboratorium patologi anatomi. Penundaan pelayanan laboratorium dapat disebabkan:
Waktu tunggu terlayani melebihi batas waktu tunggu, misal : dikarenakan antrian pasien
dalam kondisi ramai, dokter spesialis patologi klinik datang terlambat, dokter spesialis
patologi anatomi datang terlambat.
Hasil pemeriksaan laboratorium belum selesai (melebihi batas waktu tunggu), misal :
dikarenakan perlu pengulangan (adanya kesalahan pre-analitik, analitik, post-analitik),
kondisi pasien yang mendadak menurun di ruang tunggu laboratorium, dokter spesialis
patologi klinik datang terlambat, dokter spesialis patologi anatomi datang terlambat.
Pasien belum dapat terlayani, misal : dikarenakan alat laboratorium mendadak error
atau dalam kondisi perbaikan, logistik (masalah reagen), pemeriksan laboratorium
tertentu belum tersedia di RS Muhammadiyah Lamongan.
Tata laksana :
1) Jika penundaan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama, maka :
Untuk pasien yang sudah datang di Instalasi Laboratorium : petugas laboratorium
menyampaikan kepada pasien dan/atau keluarga pasien tentang penundaan
pelayanan laboratorium (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan
laboratorium tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan untuk sabar menunggu.
15
Untuk Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat : petugas laboratorium
menyampaikan perawat Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat tentang
penundaan pelayanan laboratorium (sebutkan alasan dan kapan dapat melayani
pemeriksaan laboratorium tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan
tersebut.
Sarankan untuk sabar menunggu.
Untuk pasien rawat inap : petugas laboratorium menginformasikan kepada perawat
ruangan rawat inap tentang penundaan pelayanan laboratorium (sebutkan alasan
kapan dapat melayani pemeriksaan laboratorium tersebut) dan permohonan maaf
atas ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan untuk sabar menunggu.
2) Jika penundaan tersebut membutuhkan waktu yang lama sehingga RSUD Hadji
Boejasin Pelaihari belum dapat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, maka
dilakukan koordinasi dengan bagian/unit terkait : Yanmed, Pemasaran, Rekam medis,
Rawat jalan, Rawat inap, IPI, IBS, IGD sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Jika dikarenakan masalah logistik :
- Untuk pasien yang sudah datang di Instalasi Laboratorium : petugas
laboratorium menyampaikan kepada pasien dan/atau keluarga pasien tentang
penundaan pelayanan laboratorium (sebutkan alasan kapan dapat melayani
pemeriksaan laboratorium tersebut) dan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan tersebut.
- Untuk Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat : petugas laboratorium
menyampaikan perawat Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat
tentang penundaan pelayanan laboratorium (sebutkan alasan kapan dapat
melayani pemeriksaan laboratorium tersebut) dan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan tersebut.
- Untuk pasien rawat inap : petugas laboratorium menginformasikan kepada
perawat ruangan rawat inap tentang penundaan pelayanan laboratorium
(sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan laboratorium tersebut)
dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
- Jika pemeriksaan laboratorium tersebut sangat dibutuhkan oleh pasien, maka
pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan
laboratorium tersebut sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pasien dan/atau
keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan laboratorium akan dirujuk
ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan laboratorium yang
dimaksud dalam kondisi perbaikan.
- Jika pelayanan laboratorium tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan
koordinasi dengan bagian/unit terkait.
Jika dikarenakan alat pemeriksaan laboratorium mendadak error atau dalam kondisi
perbaikan maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas
pemeriksaan laboratorium tersebut sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pasien
dan/atau keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan laboratorium akan
dirujuk ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan laboratorium yang
dimaksud dalam kondisi perbaikan.
16
Jika pelayanan laboratorium tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan
koordinasi dengan bagian/unit terkait.
Jika pemeriksaan laboratorium tersebut belum tersedia di RSUD Hadji Boejasin
Pelaihari, maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas
pemeriksaan laboratorium tersebut sesuai prosedur yang berlaku. Pasien dan/atau
keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan laboratorium akan dirujuk ke
rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan laboratorium yang dimaksud
belum tersedia di RSUD Hadji Boejaisn.
Jika pelayanan laboratorium tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan
koordinasi dengan bagian/unit terkait.
20
BAB III
PENUTUP
21