Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN AKSES DAN KESINAMBUNGAN

PELAYANAN (AKP)
Lampiran : Per Direktur
RSIAMHKJ Nomor :
0005
/Per/RSIAMHKJ/XI/2022
Tanggal : 24 Agustus 2022

KESINAMBUNGAN PELAYANAN RUMAH SAKIT METRO


HOSPITALS KEBON JERUK

A. KEBIJAKAN UMUM
Bahwa Rumah Sakit Ibu dan Anak Metro Hospitals Kebon Jeruk menyelenggarakan
sistem pelayanan kesehatan yangberkelanjutan yang disesuaikan dengan asesmen
kebutuhan dari pasien.

B. KEBIJAKANKHUSUS
1. Skrining dan Triase
a. RSIAMHKJ wajib melakukan skrining pada kontak pertama terhadap semua
pasien didalam atau diluar Rumah Sakit
b. Rumah Sakit menggunakan proses triase berbasis bukti untuk
memprioritaskan pasien sesuai dengan kegawatannya
c. Kebutuhan akan pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitatif
diprioritaskan berdasarkan kondisi pada waktu proses admisi sebagai pasien
rawat inap.
d. Semua pasien yang sudah melalui skrining akan ditentukan kebutuhan pasien
sesuai dengan kemampuan Rumah Sakit
e. Skrining di IGD dilakukan oleh Dokter dibantu perawat berkompeten melalui
kriteria triase,evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologik,
laboratorium klinik atau diagnostik imaging
f. Dokter bertanggungjawab menetapkan apakah pasien diterima,dipindahkan
atau ditransfer dan dirujuk setelah hasil pemeriksaan diagnostik yang
dibutuhkan tersedia
g. Pasiendarurat dinilaidan di stabilkan sesuai kpasitas rumah sakit sebelum di
transfer ke ruang rawat atau dirujuk dan didokumentasikan dalam rekam
medik.
h. Pemilihan jenis pelayanan atau unit pelayanan sesuai kebutuhan berdasarkan
atas hasil pemeriksaan skrining

2. Penundaan Pelayanan
a. Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau
penundaan untukpelayanan diagnostik dan pengobatan.
b. Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobatan
c. Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan
informasi tentangalternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik
mereka.
d. Informasi penundaan pelayanan didokumentasikan dalam Rekam Medik
pasien padalembar informasi

3. Pendaftaran pasien rawat jalan, rawat inap, dan pasien gawat darurat
a. Pendaftaran pasien rawat jalan didaftarkan secara langsung di pendaftaran
rawat jalan atau secara online
b. Pendaftaran pasien gawat darurat dilakukan setelah pasien mendapatkan
penanganan
c. Pendaftaran pasien rawat inap dilakukan setelah pasien di nyatakan
rawat inap denganmembawa formulir perintah rawat inap dari dokter
pemeriksa

4. Alur Pasien
Untuk menciptakan pelayanan yang nyaman bagi semua pasien dan
pengunjung, maka RSIAMHKJ menetapkan alur pelayanan yang berpedoman
pada :
a. Ketersediaan tempat tidur rawat inap;
b. Perencanaan fasilitas alokasi tempat, peralatan, utilitas, teknologi medis,
dan kebutuhanlain untuk mendukung penempatan sementara pasien;
c. Perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien di beberapa
lokasi sementaradan atau pasien yang tertahan di unit darurat;
d. Alur pasien di daerah pasien menerima asuhan, tindakan, dan pelayanan
(seperti unit rawatinap, laboratorium, kamar operasi, radiologi, dan unit
pasca anestesi);
e. Efisiensi pelayanan nonklinis penunjang asuhan dan tindakan kepada
pasien (sepertikerumah tanggaan dan transportasi);
f. Pemberian pelayanan ke rawat inap sesuai dengan kebutuhan pasien;
g. Akses pelayanan yang bersifat mendukung (seperti keagamaan atau
bantuan spiritual, dan sebagainya).
h. Monitoring dan perbaikan proses alur pasien dikoordinasikan oleh
Manajer Pelayanan Pasien (MPP)
i. Dalam rangka mengatur alur pasien di IGD, maka ditetapkan kerangka waktu
pemindahan pasien ke ruang rawat inap maksimal 2 (Dua) jam setelah pasien di
putuskan rawat inap oleh dokter jaga IGD (pasien non observasi).
j. Dalam rangka mengatur alur pasien di IGD, maka ditetapkan kerangka waktu
pemindahan pasien ke ruang rawat intensiv dan/atau dirujuk ke rumah sakit lain
maksimal 8 (Delapan) jam setelah pasien di putuskan rawat inap oleh dokter
jaga IGD (pasien observasi).

5. Tata cara dan kriteria pasien masuk atau keluar HCU/ICU :


a. Tata cara pasien masuk / keluar HCU/ICU
Penanggung jawab pasien melakukan register/ pendaftaran di bagian admisi
b. Kriteria pasien masuk HCU/ICU
Pasien kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan
ventilasi, infus,obat-obat vaso aktif kontinyu dan lain-lainnya
c. Kriteria pasien keluar HCU/ICU
Bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi atau bila terapi
intensif telah gagalatau tidak bermanfaat sehingga prognosis jangka pendek
jelek

6. Pemulangan Pasien
a. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut,
harus menentukankesiapan pasien untuk dipulangkan.
b. Kriteria pemulangan pasien sesuai dengan kondisi kesehatan kebutuhan
pelayanan pasiendan tidak ditemukan kelainan pada hasil pemeriksaan
penunjang.
c. Keluarga pasien dilibatkan dan diedukasi dalam perencanaan proses
pemulangan yangterbaik atau sesuai kebutuhan pasien.
d. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan
penunjang dan kelanjutanpelayanan medis.
e. Identifikasi organisasi dan individu penyedia pelayanan kesehatan di
lingkungannyayang sangat berhubungan dengan pelayanan yang ada
di rumah sakit serta populasi pasien.
f. Pada waktu pemulangan,Pasien dan keluarga diberikan instruksi dalam
bentuk dancara yang mudah dipahami. Instruksi meliputi kapan
kembali untuk tindak lanjut dan kapan mendapatkan pelayanan yang
mendesak. Di catat pada formulir ringkasan pulangyang dibuat oleh
dpjp sebelum pasien pulang.
g. Resume pulang dibuat minimal rangkap Tiga :
1) Salinan ringkasan diberikan kepada pasien
2) Salinan ringkasan untuk Rekam Medis
3) Salinan ringkasan untuk pihak penjamin pasien
h. Manajer Pelayanan Pasien / Case manager harus mengindentifikasi
organisasi dan individu penyedia pelayanan kesehatan di
lingkungannya yang sangat berhubungandengan pelayanan yang ada di
Rumah Sakit serta populasi pasien
i. Indikasi pasien masuk dirawat, diagnosis, dan komorbiditas lain.
j. Temuan fisik penting dan temuan-temuan lain
k. Tindakan diagnostik dan prosedur terapi yang telah dikerjakan
l. Obat yang diberikan selama dirawat inap dengan potensi akibat efek
residual setelahobat tidak diteruskan dan semua obat yang harus
digunakan di rumah
m. Kondisi pasien (status present)
n. Instruksi tindak lanjut

7. Cuti Rawat
Pasien diizinkan meninggalkan rumah sakit untuk jangka waktu tertentu yang
ditentukan oleh DPJP dengan mengisi formulir Surat Izin Keluar Rumah Sakit
dan membawa kartu izin keluar rumah sakit. Pasien diperbolehkan izin keluar dari
rumah sakit paling lama 1x24 jam. Adapun kriteria pasien yang diizinkan
meninggalkan rumah sakit dalam waktu tertentu adalah sebagai berikut:
a. Tidak dalam kondisi kritis
b. Dapat mobilisasi
c. Tidak dalam perawatan ruang isolasi
d. Tidak dalam perawatan ruang intensif

8. Manajer Pelayanan Pasien


Agar kesinambungan asuhan pasien tidak terputus rumah sakit melaksanakan
proses kesinambungan dan koordinasi pelayanan di antara profesional pemberi
asuhan ( PPA), Manajer Pelayanan Pasien ( MPP ), pimpinan unit, dan staf lain
sesuai dengan peraturan rumah sakit di beberapa tempat :
a. Pelayanan darurat dan penerimaan rawat inap
b. Pelayanan diagnostik dan tindakan
c. Pelayanan bedah dan non bedah
d. Pelayanan rawat jalan
e. Organisasi lain atau bentuk pelayanan lainnya

9. Dokter Penanggungjawab Pasien


a. DPJP bertanggungjawab sebagai tim leader yang melakukan koordinasi
asuhan inter PPA dan bertugas dalam seluruh fase asuhan rawat inap pasien
serta teridentifikasi dalam rekam medis pasien
b. Bila penyakit pasien membutuhkan lebih dari 1 ( satu ) DPJP, ditetapkan DPJP
Utama yang berperan sebagai koordinator mutu dan keselamatan pasien antar
DPJP dan PPA
c. Perpindahan DPJP terjadi karena keperluan asuhan medis pasien atau atas
permintaan pasien dan keluarga

10. Transfer Internal Rumah Sakit


a. Transfer dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih
dahulu sebelum di pindahkan.
c. Formulir transfer pasien berisi
1) Indikasi pasien rawat masuk dirawat
2) Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik
3) Diagnosis
4) Prosedur yang dilakukan
5) Tindakan dan pengobatan yang dilakukan
6) Keadaan pasien pada waktu pindah
d. Bila Kebutuhan pasien tidak dapat dipenuhi sesuai misi dan sumber daya yang
ada, maka rumah sakit akan merujukatau membantu pasien ke
fasilitaspelayanan yangsesuaikebutuhannya.

11. Kriteria diagnosis penyakit yang akan diberikan Profil Ringkas Medis Rawat
Jalan ( PRMRJ ) adalah :
a. Pasien rawat jalan dengan diagnosis kompleks yaitu ≥ 3 diagnosis.
b. Diagnosis penyerta seperti diabetes melitus, hipertensi grade II, gagal ginjal
kronik, congestive heart failure, dan tuberculosis paru dalam pengobatan atau
dinyatakan sembuh, post tindakan operasi besar.
c. Pasien yang mendapatkan ≥ 3 asuhan seperti :gizi, rehabilitasi medis, dan
tindakan operasi.
d. Pasien yang memiliki alergi obat atau multi drug resistance di unit rawat jalan
e. PRMRJ ditempatkan pada urutan teratas dalam data rekam medis pasien
saat pasienberkunjung ke unit rawat jalan.
f. Proses PRMRJ mudah ditelusur dan mudah di review
g. Evaluasi formulir PRMRJ akan dilakukan oleh Manajer Pelayanan Pasien setiap
3 bulan

12. Rumah sakit menetapkan proses untuk mengelola pasien rawat jalan dan
rawat inap yangmeliputi :
a. Menolak rencana asuhan medis
b. Keluar rumah sakit atas permintaan sendiri
c. Penghentian pengobatan

13. Melarikan Diri


a. Pasien melarikan diri adalah pasien yang keluar / pulang dari rumah sakit
tanpa ijin dari rumah sakit.
b. Pasien dan atau keluarga diberi informasi bahwa pasien melarikan diri,
selanjutnya pasien atau keluarga diminta untuk datang ke rumah sakit (bagian
di mana pasien diberikan pelayanan).
d. Pasien dan atau keluarga diberi penjelasan tentang kondisi pasien dan resiko
dari penyakitnya.
e. Pelaporan kepada pihak yang berwajib jika pasien teridentifikasi
membahayakan diri sendirimaupun lingkungan

14. Rujuk
a. DPJP bisa merujuk berdasarkan atas status kesehatan dan kebutuhan
pelayananselanjutnya.
b. Perencanaan untuk merujuk dapat diproses lebih awal dan harus
mengikut sertakankeluarga / penanggungjawab pasien
c. Rujukan ke luar Rumah Sakit ditujukan kepada individu secara spesifik
dan badan darimana pasien itu berasal.
d. Pasien emergency harus distabilkan dulu sebelum dirujuk sesuai kemampuan
rumah sakit.
e. Rumah sakit harus bisa memastikan rumah sakit yang dituju bisa
menyediakan kebutuhan pelayanan yang dibutuhkan pasien
f. Informasi kondisi klinis pasien atau resume klinis pasien dikirim ke rumah
sakit rujukan bersama pasien
g. Selama proses rujukan pasien didampingi oleh petugas yang kompeten
sesuai dengan kriteria transfer serta menyediakan perbekalan dan peralatan
apa yang dibutuhkan selama transportasi.
h. Selama proses rujukan secara langsung kondisi pasien dilakukan monitoring
keadaannya.
i. Dalam proses pelaksanaan rujukan, ada proses serah terima pasien
antara staf pengantardan yang menerima.
j. Apabila dibutuhkan rujukan untuk pelayanan yang tidak tersedia di
Rumah Sakit, RumahSakit bekerjasama dengan pihak lain yang
menyediakan layanan tersebut.
k. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
l. Petugas transfer eksternal/rujuk adalah perawat atau bidan dari Instalasi
masing-masing

15. Transportasi
a. Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan
yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.
b. Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
c. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak
maupun milik rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai,
perbekalan dan medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang dibawa
dan memenuhi ketentuan keselamatan transportasi termasuk memenuhi
persyaratan PPI.
d. Bila alat transportasi yang digunakan terkontaminasi cairan tubuh pasien atau
pasien dengan penyakit menular harus dilakukan proses dekontaminasi.
e. Pengaduan keluhan selama proses rujukan dimasukan dalam kotak saran dan
kritik di masing-masing ambulance

16. Dekontaminasi Pasien


a. Rumah sakit mengatur proses dekontaminasi pasien
b. Lama proses dekontaminasi sampai petugas memakaian baju pasien tidak boleh
>1 jam
c. Ruang dekontaminasi RSIA MHKJ hanya mampu menampung 1 pasien.
Jika terdapat korban >1, maka proses dekontaminasi didahulukan
berdasarkan kegawatan pasien. Pasien yang belum masuk ke ruang
dekontaminasi tidak diturunkan dari kendaraan yang membawa pasien
tersebut
d. Pasien yang memerlukan dekontaminasi akan tetapi kondisi memerlukan
pananganan kegawatan maka dilakukan resusitasi terbih dahulu

Ditetapkan di :Jakarta
PadaTanggal : 23 November 2022

dr.Marshella Synthia, MARS


Direktur
PANDUAN SKRINING PASIEN
BAB I
DEFINISI

Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Rumah sakit seharusnya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah sakit
merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para
profesional di bidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan
membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud dan tujuannya adalah menyelaraskan
kebutuhan pasien di bidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di
rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan
tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien dan
efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit.
Informasi penting yang diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang
kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani rumah sakit, pemberian pelayanan
yang efisien kepada pasien, dan rujukan ke pelayanan lain baik di dalam maupun keluar
rumah sakit dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah. Menyesuaikan kebutuhan
pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit tergantung pada keterangan yang
didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat skrining pada kontak pertama.
Skrining yang sering kita temukan merupakan skrining atau penapisan adalah
penggunaan tes atau metode diagnosis lain untuk mengetahui apakah seseorang
memiliki penyakit atau kondisi tertentu sebelum menyebabkan gejala apapun (Kamus
Kesehatan). Skrining adalah upaya mendeteksi/mencari penderita dengan penyakit
tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan berdasarkan gejala yang
ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan yang
kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan
(dr.Suparyanto,M.Kes., 2010).
Sedangkan skrining yang dimaksud dalam pelayanan di rumah sakit tidak hanya
seperti disebut diatas, akan tetapi juga merupakan suatu proses memeriksa pasien pada
kontak pertama baik didalam rumah sakit maupun diluar rumah sakit dengan tujuan
menyesuaikan kebutuhan pasien dengan kemampuan rumah sakit. Skrining ini meliputi:

1. Pengumpulan informasi didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan


penunjang,
2. Analisis informasi, menganalisis informasi yang didapatkan sehingga menghasilkan
suatu diagnosis, kondisi, problem pada akhirnya rumah sakit dapat mengidentifikasi
kebutuhan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan pasien.
3. Menyusun rencana pelayanan dan atau pengobatan, setelah teridentifikasi
kebutuhan pasien maka rumah sakit dapat menyesuaikan dengan kemampuan rumah
sakit, sebagai contoh :
a. Pasien diterima sebagai pasien rawat jalan
b. Pasien diterima sebagai pasien rawat inap
c. Pasien dipindahkan atau dirujuk
BAB II

RUANG LINGKUP

Proses skrining/pemeriksaan dilakukan saat kontak pertama terhadap semua pasien


yang datang ke Rumah Sakit Ibu danAnak MetroHospitals kebon Jeruk , meliputi :

1. Skrining di dalam Rumah Sakit yaitu :


a. Instalasi Gawat Darurat
b. Instalasi Rawat Jalan.
2. Skrining di luar Rumah Sakit Ibu dan anak Metro Hospitals Kebon Jeruk
a. Pra rumah sakit (di tempat perujuk atau tempat kejadian)
b. Saat tranportasi (di ambulance)
BAB III

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 TentangRumahSakit


2. Undang-undang Kesehatan Nomor : 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Panduan Belajar Keperawatan Emergency tahun 2008
4. Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu dan anak Metro Metro Hospitals Kebon Jeruk
Nomor : 0001 / Perdir / RSIAMHKJ / VII/2022 Tentang Kebijakan Kesinambungan
Pelayanan
BAB IV
TATALAKSANA

1. Skrining di dalam Rumah Sakit Ibu Dan Anak MHKJ


Saat pasien datang di Instalasi Rumah Sakit Ibu dan Anaka Metro Hospitals Kebon Jeruk,
yaitu :
a. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Skrining di IGD menggunakan langkah sebagai berikut :
b. Kriteria triage ESI (Emergency saverity Index)
1) Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Metro Hospitals Kebon Jeruk, diterima oleh
petugas IGD.
2) Petugas triase minimal PK II dan mempunyai sertifikat BTCLS dan Triase.
3) Keluarga atau perujuk diarahkan untuk mendaftar di loket pendaftaran,
sementara pasien akan dibawa ke ruang triage.
4) Petugas triage memakai alat proteksi diri kemudian melakukan proses triage
sesuai dengan system triage yang digunakan, yaitu : ESI(Emergency saverity
Index) untuk menentukan derajat kegawatannya.
5) Petugas triage melakukan survey primer (primary survey) untuk menentukan
apakah terdapat ancaman jiwa atau tidak pada pasien tersebut sesuai dengan
panduan ESI
6) Apabila diketahui pasien berada dalam kondisi kritis dan memerlukan
intervensi life-saving atau resusitasi segera ( ESI Level 1), maka perawat triage
langsung mengantar pasien ke ruang resusitasi dan bersamadokter melakukan
tindakan di ruangan tersebut.
7) Apabila tidak terdapat tanda ancaman jiwa, maka perawat menerima dan
melakukan pemeriksaan terhadap pasien di ruang triage untuk menentukan
prioritas terhadap pasien tersebut yang sesuai dengan ESI
8) Setelah perawat triage menentukan tingkat kegawatan pasien, maka perawat
triage mengirim pasien ke ruang sesuai kegawatan pasien.
9) Pasien akan dimasukkan ke ESI Level 2 apabila tidak memenuhi kriteria level
1 tetapi perlu segera diperiksa oleh dokter
10) Pasien akan dimasukkan ke ESI Level 4, apabila diprediksi membutuhkan satu
sumber daya di IGD guna mencapai keputusan akhir.
11) Pasien akan dimasukkan ke ESI Level 5, apabila diprediksi tidak membutuhkan
sumberdaya di IGD guna mencapai keputusan akhir.
12) Penderita kategori triage hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah.
13) Pasien akan di masukan Ruang Dekontaminasi apabila memerlukan dekontaminasi
dan setelah proses dekontaminasi selasai pasien ditempatkan sesuai dengan level
triasenya. Apabila diketahui pasien berada dalam kondisi kritis dan memerlukan
intervensi life-saving atau resusitasi segera ( ESI Level 1),akan tetapi pasien
memerlukan proses dekontaminasi maka ditangani kegawatannya terlebih
dahulu,baru kemudian setelah pasien stabil dilakukan proses dekontaminasi.
14) Pasien yang beresiko menular melalui udara dan droplet ditempatkan di ruang
Isolasi IGD. Apabila diketahui pasien berada dalam kondisi kritis dan memerlukan
intervensi life-saving atau resusitasi segera ( ESI Level 1),akan tetapi pasien
memerlukan ruang Isolasi maka tindakan resusitasi dilakukan di ruang Isolasi.
15) Pada masa Pandemi Covid-19, pasien dengan keluhan gangguan saluran
pernafasan seperti batuk,pilek,sesak nafas diempatkan di ruang Isolasi IGD untuk
kemudian dilakukan pemeriksaan berupa Foto Thorax dan pemeriksaan laborat
Darah Lengkap dan Rapid test.
16) Penentuan prioritas oleh perawat triage adalah berdasarkan keluhan utama dan
diagnosis awal yang sesuai dengan ESI.
17) Bila jumlah penderita / korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triage dapat
dilakukan di luar ruang triase ( di depan gedung IGD ).
18) Penderita dibedakan menurut kegawatdaruratannya dengan memberi kodewarna:
a) BIRU : ESI Level 1
b) MERAH : ESI Level 2
c) KUNING : ESI Level 3
d) HIJAU :ESI Level 4
e) PUTIH : ESI Level 5
f) HITAM : Meninggal dunia
19) Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna :
biru, merah, kuning, hijau,putih, hitam.
20) Hasil pemeriksaan oleh petugas triage harus didokumentasikan dalam lembar
triase primer.
a. Test Specifik

Standar Test specifik yang dilakukan pada saat skrining :


1) Biru dan Merah (ESI Level 1dan Level 2)
a) Pemeriksaan Laboratorium : darah lengkap, SGOT/SGPT, Ureum
Creatinin, GDS, Elektrolit, Urine Lengkap
b) Pemeriksaan radiologi : Foto Thorak
c) Pemeriksaan lain: EKG

2) Kuning ( ESI Level 3)


a) Pemeriksaan Laboratorium : darah lengkap, GDS, Ureum
Creatinin
b) Pemeriksaan radiologi : Sesuai kebutuhan
c) Pemeriksaan lain: EKG bila perlu
2) Hijau (ESI Level 4)
a) Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap

b. Hasil test specifik


Hasil test specifik dapat digunakan untuk menentukan apakah pasien rawat jalan,
rawat inap, rawat intensif,dirujuk atau Rawat Isolasi Covid-19 dengan kriteria :
1) Rawat jalan
Keadaan umum pasien baik TTV dalam batas normal dan tidak ditemukan
kelainan pada hasil pemeriksaan penunjang
2) Rawat inap
Keadaan umum pasien baik atau sedang, TTV dalam batas normal atau tidak
normal dan ditemukan kelainan pada hasil pemeriksaan penunjang

3) Rawat intensif
Kriteria Fisiologis untuk masuk perawatan intensive di HCU memenuhi2
atau lebih kriteria dibawah ini :
a) Hipotensidengan KU sedang atau burukapapunpenyebabnya
b) Takipneudengan KU burukapapunpenyebabnya
c) Takiaritmia ( > 140-150 x/menit)
d) Kesadaranmenurun ( GCS < 14-15)
e) Kondisitertentu (Eklamsia, EKG AMI, dsb.)
f) Membutuhkan perawatan dan pengawasan yang ketat (Inotropic,
vasoactive agent, insulin drip, dan koreksi elektrolit).
g) RR < 8 x/mnt atau > 35 x/mnt ( adanya gangguan ventilasi :
hypoxia and hypercapnia)
h) HR < 40 x/mnt atau > 150 x/mnt (tidak stabil dengan gambaran
EKG mengancam nyawa)
i) SpO2 < 90% ( dengan udara ruangan )
j) Kelainan fungsi satu organ dengan risiko tinggi akan terjadi
komplikasi
k) MAP ≤ 60 mmHg
l) Natrium serum ≤ 120 mmol/L atau ≥ 150 mmol/L
m) Potasium Serum < 3,5 mmol/L atau> 5,5 mmol/L
n) Membutuhkan perawatan perioperative pasien operasi risiko tinggi.
4) Rujuk
SDM dan fasilitas yang dibutuhkan oleh pasien tidak ada, seperti hasil test
laboratorium yang menunjukan kegagalan ginjal yang memerlukan tindak
lanjut penanganan haemodialisa,atau pasien membutuhkan ventilator
5) Rawat Isolasi Covid -19
Hasil Foto Thorax menunjukan gambaran Pneumonia,dan atau hasil laborat
Imunologi menunjukan IgG Covid-19 dan atau IgM Covid-19 hasil
Reaktif,untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan PCR.

2. Instalasi Rawat Jalan yaitu di poliklinik rawat jalan.


Skrining di Instalasi Rawat jalan adalah menentukan kebutuhan pelayanan apakah tetap
sesuai antrian, poliklinik disegerakan atau ditransfer ke IGD.
2. Skrining di luar Rumah Sakit Ibu Dan Anak Metro Hospitals kebon Jeruk
Skrining dari luar adalah menentukan kebutuhan pasien apakah sesuai dengan fasilitas
dan sumber daya yang ada di rumah sakit. Skrining bisa terjadi dan dilakukan saat :
a. Pasien di tempat kejadian selain faskes
1) Skrining dilakukan melalui telepon
2) Skrining ini menggunakan kriteria sesuai dengan triase ESI
b. Pasien dari rumah sakit atau puskesmas atau fasilitas kesehatan yang lain
1) Skrining melalui telepon
2) Skrining ini menggunakan kriteria sesuai dengan triase ESI
BAB IV

DOKUMENTASI

Hasil skrining didokumentasikan tertulis dalam rekam medis pasien, seperti :


1. Hasil triage pasien didokumentasikan tertulis dalam rekam medis pasien.
2. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didokumentasikan tertulis dalam rekam medis
pasien.
3. Hasil pemeriksaan penunjang, baik laboratorium klinik atau diagnostik imajing
didokumentasikan tertulis dalam rekam medis.
4. Hasil skrining rawat jalan ditulis di lembar skrining rawat jalan

Ditetapkan di :Jakarta
PadaTanggal : 24 Aghustus 2022

dr.Marshella Synthia, MARS


Direktur

Anda mungkin juga menyukai