Anda di halaman 1dari 12

Lampiran Keputusan Direktur RSPCl

Nomor : Kpts.892/P00000/2018-S0

Tanggal : 10 Oktober 2018

PANDUAN
SKRINING PASIEN
RUMAH SAKIT PERTAMINA CILACAP

RUMAH SAKIT PERTAMINA CILACAP


JL. DR. SETIABUDI NO. 1 TEGALKAMULYAN
CILACAP 53215
Telp. (0282) 509955 / 509922 Fax. (0282) 509987
Email : humasrspcilacap@gmail.com
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 1
BAB I DEFINISI ............................................................................................................... 2
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................................... 3
BAB III TATA LAKSANA ............................................................................................... 4
BAB IV DOKUMENTASI ................................................................................................. 8

1
BAB I
DEFINISI

1. Skrining adalah penapisan atau penilaian pasien baru yang datang berobat untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasien dan disesuaikan dengan misi dan sumber daya rumah
sakit.
2. Skrining dilakukan oleh petugas yang melakukan kontak pertama dengan pasien baik rawat
jalan maupun pasien rawat inap.
3. Proses skrining terdiri dari tiga kriteria, yaitu:
- triage
- penilaian secara visual atau pengamatan
- hasil dari pemeriksaan fisik, psikologis, laboratorium, pencitraan diagnostik yang sudah
pernah dilakukan sebelumnya
4. Skrining dapat terjadi di sumber perujuk, selama berada di dalam transportasi darurat, atau
ketika pasien tiba.
5. Keputusan untuk merawat, merujuk, atau pemindahan hanya ketika hasil skrining sudah ada.
6. Tujuan skrining adalah untuk menyesuaikan kebutuhan dan kondisi pasien, apakah kebutuhan
pasien bisa terpenuhi sesuai dengan misi dan sumber daya yang dimiliki RSPCl sebelum
didaftarkan sebagai pasien rawat jalan atau rawat inap.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Pelaksanaan skrining dilakukan pada setiap pasien yang datang baik di rawat inap maupun
rawat jalan.
2. Skrining hanya boleh dilakukan oleh petugas yang telah mendapatkan pelatihan skrining.
3. Skrining yang dilakukan dengan metode visual, triase dan hasil pemeriksaan.

3
BAB III
TATA LAKSANA

A. Pelaksanaan
1. Skrining dilakukan oleh petugas yang kontak pertama dengan pasien antara lain petugas
admisi, perawat, dokter, maupun petugas penunjang medis lain.
2. Pelaksanaan skrining disesuaikan dengan kompetensi petugas skrining.
3. Tenaga non medis melakukan skrining hanya secara visual, sedangkan metode skrining
lain hanya dilakukan oleh petugas medis.
4. Skrining dapat dilakukan oleh petugas rumah sakit/klinik yang merujuk, selama
transportasi, atau ketika pasien datang di RSPCl.
5. Penatalaksanaan skrining selanjutnya adalah:
a. Untuk skrining risiko jatuh dipasang stiker kuning.
b. Untuk skrining risiko tinggi sesuai dengan panduan yang ada.
c. Untuk skrining metode triase sesuai dengan panduan triase.
6. Berdasarkan hasil skrining untuk pasien yang akan dilakukan rawat inap ditetapkan
kebutuhan jenis pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitatif.

B. Tugas dan Tanggung Jawab


1. Petugas Admission atau tenaga kerja lainya.
Melakukan skrining secara visual terhadap semua pasien yang datang di RSPCl.
2. Dokter
Melaksanakan skrining secara lengkap melalui pemeriksaan fisik dan penunjang.
3. Perawat Poliklinik
Melakukan skrining baik secara visual maupun secara pemeriksaan fisik.
4. Perawat IGD
Melakukan skrining menggunakan metode triase

C. Skrining dari luar Rumah Sakit


Apabila ada pasien masih berada di luar rumah sakit dan melakukan telepon ke rumah
sakit maka petugas Tempat pendaftaran pasien yang menerima telpon harus menanyakan
kebutuhan pasien sehingga bisa menyambungkan ke bagian atau unit yang sesuai.

1. Untuk skrining dari luar Rumah Sakit yang diterima oleh petugas Tempat Pendaftaran
Pasien, maka petugas Tempat Pendaftaran Pasien menanyakan kebutuhan penelepon,
apabila kebutuhannya berkaitan dengan pelayanan medis, maka segera petugas Tempat
Pendaftaran Pasien menyambungkan telepon ke bagian IGD. Apabila kebutuhan
4
penelepon berkaitan dengan pelayanan non medis, maka dapat disambungkan ke bagian
pelayanan non medis yang sesuai dengan kebutuhannya.
2. Bagi petugas IGD yang menerima telepon dari orang awam, maka perlu ditanyakan:
a. Siapa yang menelepon,
b. Apa kebutuhannya,
c. Dimana lokasinya,
d. Berapa pasiennya,
e. Bagaimana keadaannya
Selanjutnya petugas IGD menuju ketempat kejadian dan melakukan skrining di lapangan
dengan sistem triage lapangan, petugas melakukan pertolongan pertama dan menilai apakah
kebutuhan pasien bisa di layani di RS Pertamina Cilacap atau ke unit pelayanan lain.
3. Bagi petugas IGD yang menerima telepon dari petugas kesehatan dari luar RS Pertamina
Cilacap, maka perlu ditanyakan:
a. Siapa yang menelepon
b. Asal rumah sakit rujukan
c. Diagnosa kerja di rumah sakit rujukan
d. Dokter yang merawat
e. Kondisi penderita selengkap mungkin
f. Alasan pasien di rujuk di RS Pertamina Cilacap.
g. Unit terkait sesuai kebutuhan/tujuan pasien dirujuk
Selanjutnya petugas IGD menganjurkan untuk menghubungi kembali IGD RS Pertamina
Cilacap untuk menentukan dapat tidaknya pasien di terima di RS Pertamina Cilacap.

D. Skrining di dalam Rumah Sakit


Petugas Instalasi Gawat Darurat harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan kondisi
kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien sesuai dengan
ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang berlaku dan tidak berdasarkan
urutan kedatangan pasien untuk kemudian memilah pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan
sumber daya yang tersedia.
Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat berdasarkan kondisi
kegawatdaruratannya meliputi :
1. Pasien dengan kasus emergency, yaitu pasien yang berada dalam kondisi
sebagai berikut :
 Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan bisa menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan yang tepat secepatnya.
 Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.

5
 Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya.
2. Pasien dengan kasus false emergency, yaitu pasien yang tidak memerlukan pertolongan segera.
Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, perlu dipahami bahwa kematian dapat
terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu sistem atau organ di
bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat.
2. Pernafasan.
3. Kardiovaskuler.
4. Hati.
5. Ginjal.
6. Pankreas.

Kegagalan dari salah satu sistem atau organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma/cedera.
2. Infeksi.
3. Keracunan.
4. Degenerasi (failure).
5. Asfiksia.
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss of water and
electrolit).
7. Lain-lain.

Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk di dalam daftar tersebut di
atas, penentuan kasus gawat atau tidak gawat ditentukan oleh dokter yang menangani pasien.
Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan, dan hipoglikemia dapat
meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Sedangkan kegagalan sistem organ yang
lain dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang relatif lebih lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam
mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
a. Di tempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit

6
Beberapa kriteria kasus yang tidak dapat ditangani di Rumah Sakit Pertamina Cilacap adalah
sebagai berikut :
a. Pasien dengan diagnosis
1. Gaduh Gelisah ec Psikiatri.
2. CVA Hemorraghic yang memerlukan tindakan
3. Kanker yang perlu konsultan hematologi dan onkologi medis.
4. Kasus Urologi yang memerlukan perawatan/konsultasi spesialis urologi
5. Flu burung (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
6. Flu babi (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
7. SARS (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
8. Pasien kasus saraf dan KLL indikasi bedah syaraf
9. Pasien perlu kemoterapi
10. Pasien TB Paru aktif
b. Tidak ada DPJP yang bertugas kecuali pasien menghendaki atau menyetujui dirawat dokter
lain atau asisten DPJP.
c. Tidak tersedia bed, peralatan dan pemeriksaan yang sangat diperlukan oleh pasien tidak
ditunda pengadaannya

7
BAB IV

DOKUMENTASI

Dokumentasi yang dilakukan berkaitan dengan skrining adalah;


1. Dokter dan perawat mendokumentasikan hasil skrining/hasil pemeriksaan pada rekam medis
pasien.
2. Skrining di IGD didokumentasikan pada formulir triase.
3. Skrining visual tidak perlu didokumentasikan.

8
LAMPIRAN

Alur Triase

9
LAMPIRAN

FORMULIR TRIASE

JALAN SUMBAT BEBAS BEBA Pernafas ................. x/mnt


NAFAS AN S an ..

Pernafas Henti 24-32 12-24 Henti Nadi ................. x/mnt


an Nafas x/mnt x/mnt Nafas ..

<10 x/mnt TD ................. mmHg


..

>32 x/mnt Suhu ................. o


C
..

Sirkulasi Henti Nadi 60- Henti SpO2 ................. %


Jantung 120-150 100 Jantun ..
x/mnt x/mnt g

Nadi E M V TOTA
teraba L
lemah GCS

Nadi <50 ... ... ... ..........


x/mnt

Nadi >150 EKG


x/mnt Flat

Akral
dingin

CRT >2 CRT CRT


detik <2 detik <2
detik

Kesadara GCS <12 GCS GCS GCS


PERAWAT TRIASE
n >12 15

Kejang Nyeri
dada ...............................................

TRIASE MERAH KUNIN HIJA HITA

10
G U M

11

Anda mungkin juga menyukai