PANDUAN PELAYANAN
DAN ASUHAN PASIEN
RUMAH SAKITPpa
RS BaliMéd KARANGASEM
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Definis..............................................................................................................................1
C. Ruang Lingkup.................................................................................................................2
A. Skrining............................................................................................................................3
B. Assement........................................................................................................................11
C. Alur pasien......................................................................................................................49
D. Penundaan pelayanan....................................................................................................61
E. Perlindungan privasi pasien...........................................................................................72
F. Perlindungan harta dan benda milik pribadi...................................................................74
G. Identifikasi populasi pasien dengan risiko kekerasan..................................................77
H. Hak mendapat informasi tentang kondisi, diagnosis pasti dan rencana asuhan...........81
I. Hak menolak atau tidak melanjutkan pengobatan.........................................................82
J. Resum Medis.................................................................................................................87
K. Perencanaan pulang (discharge planning)......................................................................
Informasi dari pasien diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang
kebutuhan pasien mana yang dapat dilayani rumah sakit, sesuai dengan misi
dan sumber daya rumah sakit. Keterangan yang didapat dari pasien pada
kontak pertama melalui skrining di rumah sakit . Skrining dapat terjadi disumber
rujukan, pada saat pasien ditransportasi atau apabila pasien tiba di rumah sakit.
B. RUANG LINGKUP
C. SASARAN
D. DEFINISI
1/95
2. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
7. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien.
8. Catatan adalah tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi tentang
segala tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pemberian
pelayanan kesehatan.
2/95
BAB II
TATA LAKSANA
A. SKRINING PASIEN
Pasien yang masuk melalui UGD maupun poliklinik memerlukan penilain dan
pengelolaan yang cepat dan tepat. Waktu berperan sangat penting, oleh
karena itu diperlukan cara yang mudah cepat dan tepat. Proses awal ini di
kenal Initial assesment (Penilaian awal).
A : alert
3/95
P : Respon to pain
V : Verbal
U : unrespon
Penilaian awal ini intinya adalah :
1. Primary Survey yaitu penanganan ABCDE dan resusitasi, disini dicari
keadaan yang mengancam nyawa dan apabila menemukan harus
dilakukan resusitasi. Penanganan ABCDE yang dimaksud adalah :
2. Secondary Survey
Pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
a. Anamnesis melalui pasien, keluarga atau petugas pra hospital yang
meliputi :
A : Alergi
M : Medikasi atau obat-obatan
P : Past Ilness/Penyakit sebelumnya yang menyertai
L : Last meal/ terakhir makan jam berapa bukan makan apa
E : Event/ hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera
b. Pemeriksaan fisik , meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi
periksa dengan teliti apakah ada perubahan bentuk, tumor , luka dan
sakit.Pemeriksaan punggung dilakukan dengan log roll (memiringkan
penderita dengan menjaga kesegarisan tubuh). Cek tanda-tanda vital
1. Evaluasi visual atau pengamatan
2. Pemeriksaan fisik
4. Persyaratan
4/95
2. Pasien yang secara pengamatan visual tidak memerlukan pertolongan
segera akan diarahkan ke poliklinik
3. Jika RS belum mempunyai pelayanan spesialistik tertentu maka pasien
disarankan untuk dirujuk.
d. Pemeriksaan fisik
1. Skrining dilakukan pada kontak pertama didalam dan diluar rumah sakit.
Pasien yang membawa surat pengantar berobat dari pelayanan
kesehatan dianggap telah diskrining.
2. Dokter yang melakukan skrining adalah dokter telah ditetapkan dalam tim
skrining.
1. Skrining dilakukan pada saat kontak pertama didalam oleh tim skrining
BaliMed Karangasem atau diluar rumah sakit
2. Berdasarkan hasil skrining ditentukan apakah kebutuhan pasien sesuai
dengan misi dan sumber daya rumah sakit
3. Pasien diterima hanya apabila rumah sakit dapat menyediakan
kebutuhan pelayanan rawat inap dan rawat jalan yang tepat
4. Ada cara untuk melengkapi hasil tes diagnostik berkenaan dengan
tanggung jawab untuk menetapkan apakah pasien diterima, dipindahkan
atau dirujuk.
5. Ada kebijakan yang menetapkan tentang skrining dan tes diagnosa
mana yang merupakan standar sebelum penerimaan yaitu:
a. Pemeriksaan Vital sign, TD, HR, RR, Pemeriksaan Fisik
b. Skrining Test Diagnostik Standar yang harus dilakukan sebelum
pasien didaftarkan/dirawat di BaliMed Karangasem
6/95
6. Pasien tidak dirawat, dipindahkan atau dirujuk sebelum diperoleh hasil tes
yang dibutuhkan sebagai dasar pengambilan keputusan
1. Terima telepon dari pasien atau keluarga pasien, dan tanyakan jenis
pelayanan yang dibutuhkan pasien.
2. Apabila pasien/ keluarga belum tahu mengenai jenis pelayanan yang
dibutuhkan, tanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien.
3. Arahkan pasien kepada jenis pelayanan yang ada sesuai dengan
kebutuhan pasien.
4. Apabila pasien membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai keluhan /
penyakitnya, hubungi petugas UGD / Triage.
5. Apabila pelayanan yang dibutuhkan pasien tersedia, maka daftarkan
pasien sebagai pasien rawat jalan.
6. Apabilapelayanan yang dibutuhkan oleh pasien tidak tersedia, maka
arahkan pasien untuk berobat ke Rumah Sakit lain yang menyediakan
fasilitas tersebut.
8/95
1. Terima telepon dari petugas Rumah Sakit atau Fasilitas kesehatan
perujuk dan tanyakan jenis pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien,
missal ruang perawatan yang dibutuhkan, alat medis khusus yang
dibutuhkan (ventilator, dsb). Tanyakan oleh dokter UGD atau petugas
kesehatan lainnya mengenai data klinis (Keadaan umum, kesadaran,
tanda vital, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang abnormal) serta
diagnosis pasien kepada dokter jaga rumah sakit atau fasilitas
kesehatan perujuk.
2. Informasikan kepada pihak Rumah Sakit atau fasilitas kesehatan yang
merujuk untuk menunggu beberapa waktu karena pihak rumah sakit
akan mengkoordinasikan terlebih dahulu dengan unit terkait.
3. Hubungi Unit terkait untuk menanyakan ketersedian jenis pelayanan
yang dibutuhkan pasien.
k. Skrining pasien rawat inap
Kuratif :
Rehabilitatif
1. adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan
kondisi/ mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang
baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan
pencegahan kecacatan ( tertiary prevention)
2. contoh tindakan rehabilitative adalah fisioterapi
3. tindakan fisioterapi bisa dilakukan dengan rawat jalan (tidak memerlukan
rawat inap), kecuali pada terdapat kasus penyerta sebagai contoh
fisioterapi pasca operasi
4. pemilihan kriteria pasien yang harus difisioterapi dilakukan oleh dokter
spesialis
10/95
B. ASSEMENT
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya asesmen awal adalah
1. Memahami pelayanan apa yang dicari pasien
2. Memilih jenis pelyanan yang terbaik bagi npasien
3. Menetapkan diagnosis awal
4. Memahami respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya
Tujuan dilakukannya asesmen ulang:
1. Asesmen ulang merupakan kunci untuk memahami apakah
keputusan pelayanan sudah tepat dan efektif
2. Untuk menentukan respon terhadap pengobatan
C. Jenis Asesmen
Berdasarkan waktu dilakukannya, asesmen dapat dibedakan menjadi
asesmen awal dan asesmen ulang.
11/95
a. Asesmen Awal adalah tahap awal dari proses mengidentfikasi
kebutuhan pasien sejak diterima di rumah sakit untuk memulai proses
asuhan yang dilakukan oleh dokter, perawat dan profesional pemberi
asuhan lainnya yang berkompeten dan diberi kewenangan sesuai
peraturan perundang-undangan, sesuai dengan kebutuhan pasien.
Asesmen awal dilakukan di unit rawat jalan, rawat inap dan gawat
darurat. Asesmen Rawat Jalan dengan penyakit Non Kronis
diperbaharui setiap 1 bulan sedangkan asesmen rawat jalan dengan
penyakit Kronis diperbaharui setiap 3 bulan.
b. Asesmen Ulang adalah proses pengkajian ulang dalam interval
tertentu terhadap pasien berdasarkan hasil asesmen awal untuk
memahami respon pasien terhadap pemberian asuhan, pengobatan dan
pelayanan, serta menetapkan apakah keputusan asuhan memadai dan
efektif. Asesmen ulang dilakukan pada seluruh pasien di unit rawat
jalan, rawat inap dan gawat darurat.
Terdapat beberapa jenis asesmen lainnya, yaitu:
a) Asesmen medis yaitu asesmen yang dilakukan oleh dokter
spesialis, dokter umum dan atau dokter gigi yang kompeten dan
berwenang.
b) Asesmen keperawatan yaitu asesmen yang dilakukan oleh
perawat dan atau bidan yang kompeten dan berwenang.
c) Asesmen gizi/asesmen nutrisional merupakan
asesmen untuk mengidentifikasi status nutrisi pasien.
d) Asesmen farmasi merupakan asesmen untuk mengidentifikasi
kebutuhan farmasi (obat atau alkes) pasien
e) Asesmen kebutuhan fungsional merupakan asesmen
untuk menilai kebutuhan atau status fungsional pasien terhadap
kemampuan pasien untuk melakukan kebutuhan sehari-hari
f) Asesmen risiko jatuh merupakan asesmen untuk
mengidentifikasi adanya risiko pasien jatuh pada pasien.
g) Asesmen nyeri merupakan asesmen untuk mengidentifikasi dan
mengukur rasa nyeri/sakit.
D. Rekam Medis
Rekam medis adalah berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien
F. Case Manager
Case Manager adalah perawat/dokter yangmelaksanakan suatu
12/95
proses kolaboratif untuk asesmen, perencanaan, fasilitas, koordinasi
pelayanan, evaluasi dan advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi
pemenuhan kebutuhan komprehensif pasien dan keluarganya melalui
komunikasi dan sumber daya yang tersedia sehingga memberi hasil
asuhan pasien yang bermutu dengan biaya efektif.
G. Keperawatan
Keperawatan adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan &
kebidanan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan yang
dimulai dari asesmen sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki
ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal
H. Nutrisional
Nutrisional adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan
dietetik, baik di masyarakat maupun rumah sakit dan unit pelayanan
teknis lain.
15/95
Rawat Inap)
5. Rumah sakit menetapkan asesmen tentang informasi apa saja
yang harus diperoleh dari pasien rawat Jalan (Form Asesmen Informasi
Rawat Jalan)
6. Rumah sakit mengidentifikasi tentang informasi yang harus
didokumentasikan untuk asesmen (Rekam Medis).
7. Asesmen awal medis dan keperawatan harus lengkap dalam 24
jam atau sesegera mungkin untuk di ruang rawat inap, untuk di rawat
jalan segera setelah pasien tiba dan mendapatkan pelayanan, dan
sesegera mungkin untuk di UGD dan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Temuan pada Asesmen pasien harus dicatat dalam rekam medik pasien.
Informasi yang dikumpulkan dalam asesmen awal medis dan keperawatan
termasuk asesmen lain yang dibutuhkan antara lain untuk gigi, pendengaran,
penglihatan, dan sebagainya. Setelah pemulangan di rumah sakit dilanjutkan
asuhan di komunitas.
16/95
Asesmen awal seorang pasien, rawat jalan, rawat inap, dan gawat
darurat merupakan proses penting untuk identifikasi kebutuhan pasien
sebelum memulai proses asuhan pasien. Proses asesmen awal
memberikan informasi perihal:
a) Pemahaman asuhan yang diinginkan oleh pasien
b) Pemilihan asuhan paling baik untuk pasien
c) Diagnosis awal, dan
d) Pemahaman respons pasien terhadap asuhan sebelumnya
Untuk mendapatkan informasi ini, asesmen awal melakukan
evaluasi kondisi pasien melalui pemeriksaan fisik dan riwayat
kesehatannya. Mengumpulkan informasi tentang pasien tidak
bermaksud “menggolongkan” pasien kedalam “satu golongan tertentu”.
Tetapi status sosial, kultur, spiritual, ekonomi, dari pasien merupakan
faktor penting yang dapat berpengaruh terhadap respons pasien
terhadap penyakit dan tindakan pengobatan. Keluarga akan membantu
dalam proses asesmen dan untuk memahami keinginan pasien dan
pilihannya dari proses asesmen. Faktor ekonomi dinilai sebagai bagian
dari asesmen sosial atau dinilai secara terpisah bila pasien dan
keluarganya bertanggung jawab terhadap seluruh atau sebagian dari
biaya selama dirawat atau waktu pemulangan pasien.. Asesmen
psikologis menentukan status emosional pasien (misalnya, jika pasien
depresi, takut jiwanya terancam, suka berkelahi, membahayakan diri
sendiri atau orang lain). Asesmen menjadi lebih bermanfaat bila
mempertimbangkan kondisi, umur, kebutuhan pasien dan jika berbagai
profesional pemberi asuhan (PPA) yang bertanggung jawab terhadap
asuhan pasien berkerja sama dengan baik.
Asesmen awal hanya dilakukan oleh tenaga medis (Dokter
Spesialis/Dokter Umum/Dokter Gigi) dan perawat/bidan. Seluruh
proses asesmen awal didokumentasikan dalam rekam medis.
17/95
data pribadi pasien atau sesuai dengan tanda pengenal atau
tempelkan stiker pada tempat yang telah disediakan
2) Tanggal dan Waktu
Berisikan tanggal pasien datang berkunjung/berobat ke sarana
pelayanan dan jam berapa pasien kontak pertama kali dengan
petugas pelayanan/asesmen awal dilakukan
3) Hasil Anamnesa dengan konsep Fundamental Four (F4) da
Sacred Seven (S7). Prosedur awal dari anamnesis adalah
selalu memulainya dengan menanyakan keluhan utama dari
penyakit atau gangguan kesehatan yang menyebabkan pasien
datang untuk berobat. Fundamental four berisi:
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat Sosial
4) Pemeriksaan Fisik : dilakukan sesuai kondisi pasien.
5) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan sesuai kasus pasien sebagai
salah satu upaya untuk menegakkan diagnosa medik.
6) Diagnosa Banding
7) Diagnosa (Kode ICD-X)
8) Rencana Penatalaksanaan
Untuk menindaklanjuti diagnosa yang telah dirumuskan, Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) merumuskan rencana
penatalaksanaan untuk mengatasi masalah pada pasien. Rencana
penatalaksanaan dapat dilakukan saat diagnosa ditegakkan atau
memerlukan waktu lain tergantung kondisi pasien.
9) Pengobatan/Terapi dan/atau Tindakan
Diberikan obat-obatan dan tindakan yang langsung dapat diberikan
saat kontak dengan DPJP.
10) Persetujuan Tindakan Bila Diperlukan
11) Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
12) Ringkasan Pulang (Discharge Summary)
13) Nama dan Tanda Tangan Dokter/Paraf (DPJP)
Setelah selesai melakukan asesmen DPJP menuliskan nama dan
tanda tangan pada berkas rekam medik. (Form Asesmen Awal
Medis Rawat Inap)
14) Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu
c. Asesmen Awal Medis dan Keperawatan Pasien Rawat Jalan
Asesmen Awal Jalan Pasien Rawat adalah tahap awal dari proses
dimana dokter dan perawat mengevaluasi data pasien baru di unit
rawat jalan. Pelaksanaan Asesmen awal pasien rawat jalan
harus meliputi riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik dan
faktor bio-psiko-sosio-kultural- spiritual. Asesmen awal pasien rawat
jalan menghasilkan diagnosis awal dan masalah kesehatan pasien.
Asesmen awal pasien rawat jalan harus selesai dalam waktu 15 menit
18/95
sejak pasien masuk ruang rawat jalan, serta terbukti menghasilkan
rencana asuhan.
Pada rawat jalan, asesmen awal dilakukan pada pasien baru,
pasien dengan diagnosis baru, pasien dengan diagnosis yang sama
pada kunjungan kedua yang jarak waktunya lama, sesuai regulasi
rumah sakit lebih dari satu bulan pada diagnosis akut dan tiga bulan
pada penyakit yang kronis.
Untuk asesmen keperawatan rawat jalan, rumah sakit dapat
mempolakan pelaksanaan asesmen tersebut secara sentral, yang
terbagi sesuai kebutuhan (keperawatan dewasa, keperawatan anak,
keperawatan bedah, keperawatan maternitas dan sebagainya).
.Asesmen awal pasien rawat jalan dengan penyakit akut /non
kronis diperbaharui setelah 1 (satu) bulan dan setelah 3 (tiga) bulan
pada penyakit kronis.
Sesuai dengan Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Rekam Medis, isi rekam medik untuk pasien rawat jalan pada sarana
pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya memuat:
1) Identitas pasien
Tuliskan nama, alamat, umur, jenis kelamin sesuai dengan profil
data pribadi pasien atau sesuai dengan tanda pengenal atau
tempelkan stiker pada tempat yang telah disediakan,
2) Tanggal dan Waktu
Berisikan tanggal pasien datang berkunjung/berobat ke sarana
pelayanan dan jam berapa pasien kontak pertama kali dengan
petugas pelayanan.
3) Hasil Anamnesa dengan konsep Fundamental Four (F4) dan
Sacred Seven (S7). Prosedur awal dari anamnesis adalah selalu
memulainya dengan menanyakan keluhan utama dari penyakit
atau gangguan kesehatan yang menyebabkan pasien datang untuk
berobat.
Fundamental four berisi:
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat Sosial.
4) Pemeriksaan Fisik
Dilakukan sesuai kondisi pasien.
5) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan sesuai kasus pasien sebagai
salah satu upaya untuk menegakkan diagnosa medik.
6) Diagnosa Banding
7) Diagnosa Banding (Kode ICD-IX)
8) Rencana Penatalaksanaan
Untuk menindaklanjuti diagnosa yang telah dirumuskan DPJP
merumuskan rencana penatalaksanaan untuk mengatasi masalah
pada pasien. Rencana penatalaksanaan dapat dilakukan saat
19/95
diagnosa ditegakkan atau memerlukan waktu lain tergantung
kondisi pasien.
9) Pengobatan/Terapi dan/atau Tindakan
Diberikan obat-obatan dan tindakan yang langsung dapat diberikan
saat kontak dengan DPJP.
10) Nama dan Tanda Tangan Dokter (DPJP)
Setelah selesai melakukan Asesmen DPJP menuliskan nama dan
tanda tangan atau paraf pada berkas rekam medik (form Asesmen
medik rawat jalan)
11) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
Asuhan Keperawatan disesuaikan dengan masing-masing unit
pelayanan/poliklinik (Form Asesmen Keperawatan Rawat Jalan).
20/95
Sacred Seven (S7). Prosedur awal dari anamnesis adalah selalu
memulainya dengan menanyakan keluhan utama dari
penyakit atau gangguan kesehatan yang menyebabkan pasien
datang untuk berobat.
Fundamental four berisi:
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat Sosial
5) Pemeriksaan Fisik
Dilakukan sesuai kondisi pasien.
6) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan sesuai kasus pasien sebagai
salah satu upaya untuk menegakkan diagnosa medik.
7) Diagnosa Banding
8) Diagnosa Kode (ICD-IX)
9) Pengobatan/Terapi dan/atau Tindakan
Diberikan obat-obatan dan tindakan yang langsung dapat
diberikan saat kontak dengan DPJP Ringkasan kondisi pasien
sebelum meninggalkan pelayanan Instalasi Gawat Darurat dan
rencana tindak lanjut
10) Nama dan Tanda Tangan Dokter/Paraf (DPJP)
Setelah selesai melakukan Asesmen DPJP menuliskan nama dan
tanda tangan pada berkas rekam medik. (Form Asesmen Medis
Instalasi Gawat Darurat)
11) Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan
dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain.
Diperuntukkan untuk pasien yang akan dirujuk ke sarana pelayanan
kesehatan lain (Rumah Sakit Sanglah) bila rumah sakit
tidak menyediakan layanan yang dibutuhkan oleh pasien. Sertakan
alasan pasien dirujuk.
12) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
Asuhan Keperawatan disesuaikan dengan form yang tersedia
(Form Asesmen Keperawatan Instalasi Gawat Darurat)
23/95
Usia O – 2 tahun laki – laki warna biru dan perempuan warna
merah muda. Usia 2 – 5 tahun laki – laki warna biru dan
perempuan warna merah muda.
Kriteria :
>3 SD : Obesitas
SD – 3 SD : Gizi Lebih
SD – 2 SD : Gizi baik
SD - 3 SD : Gizi kurang
3 SD :Giziburuk
24/95
instalasi gawat darurat.
3. Asesmen ini dilanjutkan dengan tindak lanjut yang sesuai dengan
tingkat risiko jatuh dari pasien.
4. Asesmen risiko jatuh diulang bila :
a. Pasien jatuh
b. Pasien menerima obat yang meningkatkan risiko jatuh
(termasuk pasien postoperatif maupun tindakan lainnya)
c. Pasien mengeluh pusing atau tanda gangguan
keseimbangan lain.
d. Transfer pasien ke unit lain.
5. Asesmen risiko jatuh pada pasien dewasa :
a. Rawat jalan dan Gawat Darurat menggunakan “Modified
Get Up and Go Test”.
Ya Tidak
a . Perhatikan cara berjalan pasien saat akan
duduk di kursi, apakah pasien tampak tidak
seimbang (sempoyongan / limbung)?
b . Apakah pasien memegang pinggiran kursi
atau meja atau benda lain sebagai penopang
saat akan duduk?
25/95
Faktor risiko Skala Poin
Usia < 60th 0
60-69th 1
>70th 2
Defisit sensori Kaca mata bukan bifocal 0
Kaca mata bifocal 1
Gangguan pendengaran 1
Kaca mata multifokal 2
Katarak/Glaukhoma 2
Hampir tidak melihat/buta 3
Aktivitas Mandiri 0
ADL dibantu sebagian 2
ADL dibantu penuh 3
Riwayat jatuh Tidak pernah 0
Pernah jatuh < 1 th 1
Pernah jatuh > 1 bulan 2
Jatuh saat dirawat sekarang 3
Kognitif Orientasi Baik 0
Kesuliatan mengerti 2
perintah
Gangguan memori 2
26/95
Kebingungan 3
Disorientasi 3
Komorbiditas Diabetes/penyakit 2
jantung/stroke/ISK
Gangguan Saraf 3
pusat/parkinson
Pasca Bedah 0 – 24 jam 3
Total
Kategori :
27/95
Risiko Rendah = >14
Laki – laki 2
Jenis Kelamin Wanita 1
Neurologi 4
Respiratori, dehidrasi, 3
Diagnosa anemia, anorexia, syncope
Perilaku 2
Lain – lain 1
28/95
Dalam 24 jam 3
Respon terhadap Dalam 48 jam 2
pembedahan, sedasi, Lebih dari 48 jam / tidak ada 1
dan anestesi Respon
Penggunaan obat- Penggunaan bersamaan 3
obatan sedative, barbiturate, anti
depresan, diuretik, narkotik
Salah satu dari obat di atas 2
Obatan –obatan lainnya / 1
tanpa obat
TOTAL
Kategori:
Skor :7-11 Risiko Rendah (RR)
12 Risiko Tinggi (RT)
h. Asesmen Nyeri
A. Fisik
Postur/tonus Fleksi dan atau kaku/ 2 Ekstensi 1
tegang
Pola tidur Agitasi atau lemas 2 Relaks 0
Ekspresi Meringis 2 Mengerutkan 1
dahi
31/95
Tangis Ya 2 Tidak 0
Warna Pucat : kehitaman atau 2 Merah muda 0
kemerahan
B. Fisiologis
Laju napas Apne 2 Takipne 1
Denyut jantung Fluktuasi 2 Takikardi 1
Saturasi Desaturasi 2 Normal 0
Tekanan darah Hipo/hipertensi 2 Normal 0
C. Persepsi 0
Perawat
Ada nyeri 2 Tidak nyeri 0
Deskripsi
A. Fisik
Postur/tonus 2 Fleksi atau Tangan mengepal, punggung tegak,
32/95
Pola tidur 2 Agitasi atau Bangun dengan terkejut, mudah
dahi tertutup
Tangis 2 Ya Ketika terganggu, tidak berhenti
telapak tangan
0 Perfusi baik, merah muda
B.
Fisiologis
Laju napas 2 Apne Saat istirahat atau dalam gendongan
1 Takipne Saat istirahat
Denyut 2 Fluktuasi Lebih dari normal untuk bayi ini
jantung
1 Takikardi Saat istirahat
Saturasi 2 Desaturasi Dengan atau tanpa gendongan
2 Hipertensi Saat istirahat
C. Persepsi
Perawat
2 Ya Menurut saya, bayi mengalami nyeri
0 Tidak Nyeri hanya perasaan saya
33/95
i. Asesmen Tambahan untuk Populasi
Tertentu
36/95
9. Asesmen Pediatrik
Penting untuk melakukan pemeriksaan sistematis karena anak
sering tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal.
Amati adanya pergerakan spontan pasien terhadap area tertentu
yang di lindungi. Tahapan asesmen berupa:
1) Keadaan umum:
a) Tingkat kesadaran, kontak mata, perhatian terhadap
lingkungan sekitar
b) Tonus otot: normal, meningkat, menurun/fleksid
c) Respons kepada orang tua/pengasuh: gelisah,
menyenangkan
2) Kepala:
a) Tanda trauma
b) Ubun – ubun besar (jika masih terbuka): cekung atau
menonjol
3) Wajah:
a) Pupil: Ukuran, kesimetrisan, refleks cahaya
b) Hidrasi: air mata, kelembaban mukosa mulut
4) Leher: kaku kuduk
5) Dada:
a) Stridor, retraksi sela iga, peningkatan usaha napas
b) Auskultasi: suara napas meningkat/menurun, simetris kiri
dan kanan, ronki, mengi (wheezing); bunyi jantung:
regular, kecepatan, murmur
6) Abdomen: distensi, kaku, nyeri, hematoma
7) Anggota gerak:
a) Nadi brakialis
b) Tanda trauma
c) Tonus otot, pergerakan simetris
d) Suhu dan warna kulit, capillary refill
e) Nyeri, gerakan terbatas akibat nyeri
8) Pemeriksaan neurologis
1) Keluhan Utama
a) Perjalanan penyakit
b) Riwayat obat
c) Riwayat penyakit menular seksual
d) Anamnesa infeksi menular seksual
e) Riwayat penyakit terdahulu
f) Riwayat penyakit keluarga
2) Status Generalis
a) Keadaan umum
b) Gizi
37/95
c) Lain-lain
3) Lokasi
a) Keterangan gambar
b) Diagnosa banding
4) Status Lokalis
a) Lokasi
b) Effloresensi Pada Kulit
c) Pemeriksaan Infeksi Menular Seksual
5) Diagnosa Kerja
a) Pemeriksaan Penunjang
b) Diagnosa
6) Pengobatan
a) Topikal
b) Sistemik
7) Tindakan
a) Jenis tindakan
38/95
Verbal Orientasi baik 5
Disorientasi / bingung 4
Jawaban tidak sesuai 3
Suara yang tidak dapat dimengerti (erangan,teriakan) 2
Tidak merespons
1
Pergerakan Mengikuti perintah 6
Melokalisasi nyeri 5
Menarik diri (withdraw) dan rangsang nyeri 4
Fleksi abnormal anggota gerak terhadap rangsang nyeri 3
Ekstensi abnormal anggota gerak terhadap rangsang nyeri
Tidak merespons 2
Skor 13 – 15 = ringan
Skor 9 - 12 = sedang
Skor 3 - 8 = berat
39/95
Pergerakan Mengikuti perintah Pergerakan normal 6
Ekstensi abnormal 2
anggota gerak terhadap Ekstensi abnormal
rangsang nyeri anggota gerak terhadap
rangsang nyeri 1
Tidak merespons
Tidak merespons
40/95
adanya pergerakan spontan anak atau bayi terhadap area tertentu
yang dilindungi.Tahapan asesmen keperawatan anak dan neonatus :
1) Identitas meliputi nama, tanggal lahir, jenis kelamin, tanggal
dirawat, tanggal pengkajian dan diagnose
2) Keluhan utama :
a) Riwayat penyakit sekarang
b) Riwayat penyakit dahulu
c) Riwayat penyakit keluarga
d) Riwayat imunisasi BCG, DPT, Polio, Hepatitis dll
e) Riwayat alergi
42/95
B. Asesmen ulang
Asesmen Ulang Pasien adalah tahap lanjut dari proses dimana dokter,
perawat, nutrisionis mengevaluasi ulang data pasien pada interval waktu
tertentu atau setiap terjadi perubahan yang signifikan atas kondisi klinisnya.
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melakukan asesmen ulang bagi
semua pasien dengan interval waktu berdasarkan kondisi, tindakan, untuk
melihat respons pasien, kemudian dibuat rencana kelanjutan asuhan dan atau
rencana pulang.
Rumah sakit menetapkan regulasi hasil asesmen ulang dicatat di
rekam medis dan didokumentasikan dengan baik dan dapat dengan cepat dan
mudah ditemukan kembali dalam rekam medis.
Asesmen ulang oleh semua profesional pemberi asuhan (PPA)
merupakan faktor penting untuk evaluasi terhadap keputusan tentang
asuhannya sudah benar dan efektif. Asesmen ulang dilakukan dengan interval
waktu yang didasarkan atas kebutuhan dan rencana asuhan, dan digunakan
sebagai dasar rencana pulang pasien sesuai dengan regulasi rumah sakit.
Hasil asesmen ulang dicatat di rekam medik pasien/CPPT sebagai informasi
untuk digunakan oleh semua profesional pemberi asuhan (PPA).
Asesmen ulang oleh dokter penanggung jawab pemberi pelayanan
(DPJP) memperhitungkan asuhan pasien selanjutnya. Seorang dokter
penanggung jawab pemberi pelayanan (DPJP) melakukan asesmen terhadap
pasien akut sekurang- kurangnya setiap hari, termasuk di akhir minggu /libur,
dan jika ada perubahan penting kondisi pasien. Jika DPJP berhalangan dapat
mewakilkan kepada sejawat dengan kompetensi dan memiliki SPK dan
RKK yang sama, atau dapat didelegasikan kepada dokter jaga yang
memiliki kemampuan melaksanakan sesuai yang didelegasikan, diikuti dengan
verifikasi oleh DPJP pada hari berikutnya.
Asesmen ulang dilakukan dan dicatat di CPPT berbasis IAR dengan
metode SOAP, dengan memperhatikan pada lembar SOAP (Subjektif, Objektif ,
Asesmen, Planning). Bagian subyektif ( S ) : berisi informasi tentang pasien
yang meliputi informasi yang diberikan oleh pasien, anggota keluarga, orang
lain yang penting, atau yang merawat. Jenis informasi dalam bagian ini meliputi:
a. Keluhan/gejala-gejala atau alasan utama pasien datang ke rumah sakit,
menggunakan kata-katanya sendiri (keluhan utama).
b. Riwayat penyakit saat ini yang berkenaan dengan gejala-gejala (riwayat
penyakit saat ini).
c. Riwayat penyakit dahulu (pada masa lampau).
d. Riwayat pengobatan, termasuk kepatuhan dan efek samping (dari pasien,
bukan dari profil obat yang terkomputerisasi).
e. Alergi.
f. Riwayat sosial dan/atau keluarga.
g. Tinjauan/ulasan sistem organ :
1. Bagian objektif ( O ) : berisi informasi tentang pemeriksaan fisik, tes
– tes diagnostik dan laboratorium dan terapi obat
2. Bagian asesmen ( A ) menilai kondisi pasien untuk diterapi.
43/95
3. Bagian plan ( P ) berisi rencana pemeriksaan tambahan yang
dibutuhkan, rencana terapi yang akan diberikan dan rencana
pemantauan khusus yang akan dilakukan untuk menilai
perkembangan kondisi pasien.
4. Respon pasien selama asuhan yang diberikan oleh tenaga medis.
Dengan format dokumentasi yang sistematik, konsisten dan seragam
tersebut maka lembar SOAP akan menjadikan rencana berbagai asuhan
pasien menjadi lebih efisien. Catatan SOAP adalah format yang akan
digunakan pada keseluruhan tindakan medik, keperawatan dan gizi dalam
rencana terapi / terapeutik serta asuhan pasien.
a. Interval sepanjang asuhan pasien (contoh, perawat mencatat secara
tetap, tanda-tanda vital (TTV), asesmen nyeri, detak jantung dan suara
paru, sesuai kondisi pasien)
b. Dilakukan setiap hari oleh dokter penanggung jawab pemberi
pelayanan (DPJP) terhadap pasien
c. Sebagai respons terhadap perubahan penting kondisi pasien selama
diberikan asuhan oleh tenaga medis.
d. Jika diagnosis pasien berubah dan dibutuhkan perubahan rencana
asuhan
e. Menentukan apakah pengobatan dan tindakan lain berhasil dan pasien
dapat dipindah atau pulang
Temuan pada asesmen ulang digunakan sepanjang proses pelayanan
untuk mengevaluasi kemajuan pasien dan memahami kebutuhan pasien. Oleh
karena itu sangat perlu bahwa asesmen medis, keperawatan dan asesmen
profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya dicatat dan didokumentasikan
dengan baik, serta dapat dengan cepat dan mudah ditemukan kembali dalam
rekam medis atau dari lokasi lain yang ditentukan standar dan digunakan oleh
staf yang melayani pasien.
Asesmen ulang dilaksanakan terintegrasi oleh dokter, perawat dan PPA
lainnya hasilnya dicatat dalam rekam medis pasien, yang meliputi:
a. Pada interval yang regular selama pelayanan, misalkan: secara
periodik perawat mencatat tanda-tanda vital sesuai kebutuhan
berdasarkan kondisi pasien
b. Pasien dilakukan asesmen ulang untuk menentukan respons
terhadap pengobatan
c. Pasien dilakukan asesmen ulang untuk perencanaan dan
pengobatan lanjutan atau pemulangan pasien
d. Pasien dilakukan asesmen ulang dalam interval sesuai dengan kondisi
pasien dan bilamana terjadi perubahan yang signifikan pada kondisi ,
rencana asuhan, kebutuhan individual
e. Dokter melakukan asesmen ulang sekurang-kurangnya setiap hari
termasuk hari minggu selama fase akut dari perawatan dan
pengobatannya.
f. Untuk pasien non akut Asesmen oleh dokter bisa kurang dari sekali
sehari.
g. Asesmen ulang dicatat dalam rekam medis pasien, pada
catatan perkembangan pasien terintegrasi
44/95
1) Form ini digunakan untuk mencatat perkembangan pasien
sewaktu-waktu bila ada ditemukan permasalahan sesuai kondisi
pasien, selama pasien mendapatkan pengobatan dan perawatan
di rumah sakit. Semua tim teknis kesehatan bekerjasama dalam
pengisian form ini untuk mempercepat proses penyembuhan
pasien.
2) Form CPPT berisikan kolom: Tgl/Jam,Profesional Pemberi
Asuhan, Hasil Asesmen Pasien dan Pemberian Pelayanan,
Instruksi PPA termasuk Pasca bedah, Review & Verifikasi DPJP
45/95
3 Hasil o Ditulis oleh tim kesehatan yang terlibat Diisi oleh
Asesmen dalam melakukan pengobatan dan Profesional
Pasien dan perawatan selama pasien dirawat, sesuai Pemberi
Pemberian keluhan dan kebutuhan pasien. Asuhan
Pelayanan o Tulis dengan jelas perkembangan
pasien selama dirawat yang memerlukan
penanganan, dengan menuliskan:
S (Subyektif): data yang didapatkan
dari keluhan langsung pasien atau
keluarga
O (Obyektif): data yang didapatkan
berdasarkan hasil pemeriksaan (termasuk
pemeriksaan penunjang), pengukuran,
observasi
A (Asesmen): Kesimpulan dari
subyektif dan obyektif yang didapatkan
pada pasien sehingga dapat dirumuskan
perkembangan/permasalahan yang
dihadapi pasien saat itu
P (Planning): Buat program/rencana untuk
mengatasi permasalahan pasien sesuai
dengan kewenangan dari masing-masing
profesi dari tim kesehatan yang terlibat,
disertai dengan sasaran
Tulis nama penulis dan beri paraf pada
akhir catatan
46/95
h. Profesional Pemberi Asuhan yang berkompeten melakukan Asesmen Pasien
Dalam pelaksanaan asesmen pasien baik awal maupun ulang diperlukan
profesional pemberi asuhan (PPA) yang kompeten, karena asesmen adalah
proses penting yang membutuhkan pendidikan khusus, pelatihan,
pengetahuan, dan keterampilan, serta tanggung jawabnya dibuat secara
tertulis. Secara khusus, mereka yang kompeten untuk melakukan asesmen
gawat darurat dan asesmen terhadap kebutuhan pelayanan
keperawatan harus diidentifikasi dengan jelas. Asesmen dilaksanakan oleh
setiap disiplin dalam lingkup prakteknya menurut perizinan, undang-undang
dan peraturan yang berlaku serta sertifikasi adalah ) PPA yang kompeten
yang melakukan asesmen pasien dan asesmen ulang ditetapkan oleh rumah
sakit PPA yang telah memiliki surat penugasan klinis (SPK) dan rincian
kewenangan klinis (RKK), dan memiliki sertifikat keterampilan sesuai dengan
unit kerjanya. Hanya mereka yang diizinkan dengan lisensi, sesuai undang-
undang dan peraturan yang berlaku, atau sertifikasi, yang dapat melakukan
asesmen.
a) Untuk Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap
i.Tenaga Medis
Asesmen pasien dapat dilakukan oleh tenaga medis dengan yang
memiliki SPK dan RKK
ii.Tenaga Keperawatan
Asesmen pasien dapat dilakukan oleh tenaga yang memiliki SPK
dan RKK
iii.Tenaga kesehatan lainnya yaitu : Tenaga fisioterapist yang
memiliki SPK dan RKK
iv.Tenaga Gizi
Asesmen pasien dapat dilakukan oleh tenaga gizi yang memiliki SPK
dan RKK
b) Unit Pelayanan Gawat Darurat
i. Tenaga Medis
Asesmen Medis untuk pelayanan gawat darurat dilakukan oleh tenaga
medis yang telah memiliki SPK dan RKK serta memiliki sertifikat
pelatihan PPGD, ACLS, ATLS
ii. Tenaga Keperawatan
Asesmen keperawatan untuk pelayanan gawat darurat dilakukan oleh
tenaga keperawatan yang memiliki SPK dan RKK dan memiliki
sertifikat pelatihan PPGD, BTLS
47/95
I. Kerangka waktu penyelesaian asesmen
Waktu pelaksanaan asesmen harus diperhatikan sehingga pelayanan
kesehatan kepada pasien dapat berlangsung dengan cepat, tepat dan bermanfaat.
Kecepatan pelayanan dan kualitas pelayanan harus sejalan. Asesmen medis dan
keperawatan rawat jalan dan rawat inap harus selesai dalam waktu 24 jam sesudah
pasien diterima di rumah sakit dan tersedia untuk digunakan dalam seluruh pelayanan
untuk pasien.. Jadi untuk pasien gawat darurat, asesmen harus segera dilakukan dan
untuk kelompok pasien tertentu harus dinilai lebih cepat dari 24 jam.
48/95
C. ALUR PASIEN
Alur pelayanan pasien adalah proses urutan pelayanan pasien di rumah sakit sejak
mendaftar, diperiksa sampai meninggalkan tempat pelayanan dan mendapatkan tindak
lanjut di rumah jika diperlukan seuai kebutuhan pasien. Mengelola alur berbagai pasien
selama menjalani asuhannya masing-masing menjadi sangat penting untuk mencegah
penumpukan yang selanjutnya mengganggu waktu pelayanan dan akhirnya juga
berpengaruh terhadap keselamatan pasien
Tindak lanjut terhadap pasien yang akan dirawat inap di Rumah Sakit Baliméd
Karangasem tetapi ruangan yang dituju penuh/tidak tersedia
Tata laksana dalam pengelolaan ketersediaan tempat tidur adalah sebagai
berikut :
a. Apabila ketersediaan tempat tidur di ruang rawat inap yang sesuai
dengan hak kelas pasien penuh, maka pasien akan ditaruh di fasilitas
ruang rawat inap satu tingkat diatasnya dan apabila ruang rawat inap satu
tingkat diatasnya penuh maka pasien ditaruh di ruang rawat inap satu
tingkat dibawahnya dengan persetujuan pasien tersebut. Dan pasien
dititip selama 3x24 jam, sebelum 3x24 jam apabila sudah ada kamar
yang sesuai dengan hak pasien maka pasien dapat dipindahkan ke
kamar tersebut. Dan apabila pasien tidak setuju maka pasien dapat
dirujuk ke rumah sakit yang menyediakan fasilitas kamar sesuai hak
49/95
pasien tersebut dengan mendapatkan persetujuan dari rumah sakit yang
akan dituju. Kemudian petugas administrasi akan menyelesaikan
dokumentasi dan administrasi yang dibutuhkan saat merujuk.
b. Apabila tidak tersedia tempat tidur pada unit yang dituju maupun di
seluruh rumah sakit maka dilakukan proses observasi kepada pasien,
pengambilan keputusan oleh Mangement atau manager on duty (MOD)
Rumah Sakit Baliméd Karangasem serta berkoordinasi ke DPJP
a. UGD
Fasilitas UGD : 3 tempat tidur untuk tindakan
b. Ruang Bersalin
Fasilitas : 1 Tempat tidur pasien VIP
2 Tempat tidur pasien Kelas
1. Apabila ruang Unit gawat darurat penuh dan pasien bisa dirujuk/menolak
referal, maka pasien akan menghubungi manager on duty (MOD) dan
manager on duty MOD akan mengedukasi pasien dan keluarga bahwa
akan ditempatkan sesuai Ruang perawatan tersedia Rumah Sakit
Baliméd.
2. Beberapa ruangan dapat disiapkan sebagai fasilitas sementara yaitu
pada ruang transit di poliklinik lantai 1. Jika dalam situasi bencana, maka
untuk pasien-pasien rawat inap yang membutuhkan dukungan menjadi
ruang transif disipakan beberapa fasilitas seperti tabung oksigen
portable, instrument trolley dll akan dipindahkan ke ruang Poliklinik
50/95
3. Apabila ketersediaan Bed diruang bersalin sudah habis maka pasien
akan dititipkan di unti icu, poliklinik dan ruang rawat inap untuk pasien yg
masih dalam kondisi stabil dan tidak perlu observasi khusus. Namun
untuk pasien pra bedah bila elektif maka akan dilakukan re schedule
dengan berkoordinasi dengan dokter DPJP
4. Apabila ketersediaan Bed diruang UGD sudah habis maka akan dipinjam
kan bed poliklinik dan /bed Ruang operasi. Jika UGD full maka pasien
yang dinyatakan rawat inap namun belum selesai tidakan maka akan
dipindahkan ke rawat inap.
51/95
A. Alur Penerimaan Pasien Poliklinik
Pasien dari
IGD/POLIKLINIK/RUANG BERSALIN/R. Bayi/OK
53/95
Jika ada pemeriksaan radiologi, dan dan
Perawat menghubungi petugas lab,
pasien setuju atau tidak dengan intruksi
bahwa ada bahan pemeriksaan lab
dokter, pasien menandatangani informed
consend. Jika setuju, Perawat atau asisten
dokter menyiapkan formulir untuk radiologi.
Perawat menghubungi petugas lab bahwa Perawat mengantar pasien ke ruag radiologi
akan ada pasien yang akan menuju lab untuk
pemeriksaaan
55/95
Di resep pasien ditempel no antrian untuk ambil obat
farmasi, (satu untuk pasien sebagai antrian farmasi dan
satu di tempel di resep pasien)
Bila tidak ada pertanyaan lagi dari pasien dan dokter sudah
selesai
Siapkan les rawat inap, Siapkan les rawat inap (tambahan Siapkan les kurretage
neonatus dan SKK neonatus dan SKK utk pasien SC) Ganti baju
Ganti baju Informed consent (cap jempol, KTP Terima pasien (anamnesa,
Terima pasien (anamnesa, suami istri utk SKK dan KIE KB pemeriksaan fisik, orientasi,
pemeriksaan fisik, orientasi, utk pasien SC) informed consent,
informed consent, cap jempol, Ganti baju dokumentasi)
dokumentasi) Terima pasien (anamnesa, Lapor Sp.OG
Lapor Sp.OG pemeriksaan fisik, orientasi) FO utk untuk ACC biaya
FO utk permintaan MRS utk Lapor Sp.OG untuk lapor kondisi dilengkapi dgn rencana
pasien yg belum ACC biaya pasien dan kontrak waktu tindakan tindakan (form MRS)
Lab (DL, BT, CT) atau sesuai FO utk permintaan MRS dilengkapi Lab sesuai dengan intruksi
rekomendasi Dokter dgn rencana tindakan utk pasien yg Farmasi amprah set curretage
Farmasi amprah set partus belum ACC biaya di VK dengan menyebutkan
dengan menyebutkan nama Farmasi amprah set SC dengan nama pasien
pasien menyebutkan nama pasien atau Hubungi tim OK atau perawat
Hubungi Ruang bayi resep obat untuk pasien selain SC anestesi dan dokter anestesi
Pakaian bayi Hubungi tim OK dan dokter anestesi untuk lapor rencana tindakan
KIE beli paket BPJS di utk lapor rencana tindakan (pasien di VK
minimarket utk pasien dengan rencana tindakan apa, dokter siapa Persiapan pasien sesuai dengan
BPJS murni dan jam brapa) intruksi
KIE IUD pasca plasenta Hubungi Ruang bayi (untuk pasien Siapkan obat, alat dan posisi
FB utk makanan pasien SC) pasien bila tindakan sudsah
Observasi sesuai dengan Persiapan pasien (skin test akan dimulai
intruksi antibiotika, infus, ambil darah utk
lab pasien sesuai intruksi dokter,
Lahir pervaginam skeren dan pasang ID band) Tindakan selesai,
Untuk pasien laparatomy dgn usia >
kelengkapan BPJS
35 th konsul dokter Sp.OG utk
Penanganan BBL dan blanko
persiapan thorax, EKG, lab lengkap
awal di VK dengan serta konsul dokter anestesi dan tindakan ke kasir
DOD atau dr. Anak interna
Kolaborasi dengan dokter jaga IGD
utk konsul interna dan anestesi Retur obat ke
Bayi normal rawat
Pasien dipindah ke OK bila sudah farmasi
VK, patologis rawat dihubungi dari ruang OK
peri Dokumentasi
60/95
D. PENUNDAAN PELAYANAN
61/95
4) Jika dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat praktek, maka :
Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan kepada
pasien yang mendaftar melalui telepon bahwa dokter yang bersangkutan
berhalangan sehingga tidak dapat praktek, menginformasikan dokter
pengganti, dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian
pendaftaran menginformasikan bahwa dokter yang bersangkutan
berhalangan sehingga tidak dapat praktek, menginformasikan dokter
pengganti, dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan :
- Jika pasien dalam kondisi lemah dan hasil evaluasi visual atau
pengamatan bahwa pasien membutuhkan perawatan di Unit Gawat
Darurat (UGD) maka informasikan ke pasien dan keluarga pasien,
komunikasikan ke petugas Unit Gawat Darurat (UGD), dan pasien
segera ditransfer ke Unit Gawat Darurat (UGD).
- Jika pasien waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa ke
dokter pengganti.
- Jika pasien tidak mau ke dokter pengganti, maka petugas bagian
pendaftaran rawat jalan menawarkan penjadwalan ulang.
1) Jika dokter belum datang sesuai dengan respon time atau waktu tunggu
kehadiran dokter (kehadiran dokter sesuai dengan jadwal prakteknya, dengan
toleransi 30 menit) maka perawat Unit rawat jalan segera menghubungi dokter
yang bersangkutan.
2) Ketika menghubungi dokter yang bersangkutan, maka ditanyakan apakah
dokter tersebut dapat praktek, informasikan jumlah pasien. Jika iya, maka jam
berapa dapat melayani pasien. Jika tidak dapat praktek, maka siapa dokter
penggantinya.
3) Jika dokter yang bersangkutan terlambat datang :
Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan kepada
pasien yang mendaftar melalui telepon bahwa jam praktek dokter yang
bersangkutan ada perubahan (sebutkan jam prakteknya) dan permohonan
maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian
pendaftaran menginformasikan bahwa jam praktek dokter yang
bersangkutan ada perubahan (sebutkan jam prakteknya) dan permohonan
maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan :
- Jika pasien dalam kondisi lemah dan hasil evaluasi visual atau
pengamatan bahwa pasien membutuhkan perawatan di Unit Gawat
Darurat (UGD) maka informasikan ke pasien dan keluarga pasien,
komunikasikan ke petugas Unit Gawat Darurat (UGD), dan pasien
segera ditransfer ke Unit Gawat Darurat (UGD).
- Jika pasien waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa ke
dokter yang lain sesuai kebutuhan pasien tersebut.
- Jika pasien tidak mau ke dokter yang lain, maka dapat disarankan untuk
bersabar menunggu.
4) Jika dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat praktek, maka :
Petugas bagian pendaftaran rawat jalan segera menginformasikan kepada
pasien yang mendaftar melalui telepon bahwa dokter yang bersangkutan
berhalangan sehingga tidak dapat praktek, menginformasikan juga dokter
pengganti, dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
63/95
Untuk pasien yang sudah datang di poliklinik, maka petugas bagian
pendaftaran menginformasikan bahwa dokter yang bersangkutan
berhalangan sehingga tidak dapat praktek, menginformasikan juga dokter
pengganti, dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan :
- Jika pasien dalam kondisi lemah dan hasil evaluasi visual atau
pengamatan bahwa pasien membutuhkan perawatan di Unit Gawat
Darurat (UGD) maka informasikan ke pasien dan keluarga pasein,
komunikasikan ke petugas Unit Gawat Darurat (UGD), dan pasien
segera ditransfer ke Unit Gawat Darurat (UGD).
- Jika pasien waktunya terbatas, maka dapat disarankan untuk periksa ke
dokter pengganti.
- Jika pasien tidak mau ke dokter pengganti, maka petugas bagian
pendaftaran rawat jalan menawarkan penjadwalan ulang.
1) Jika dokter belum datang visite sesuai dengan respon time atau waktu tunggu
kehadiran dokter untuk visite (dokter spesialis organik jam 07.00 – 14.00 WIB,
dokter spesialis mitra jam 07.00 – 20.00 WIB) maka perawat ruangan rawat
inap segera menghubungi dokter yang bersangkutan.
2) Ketika menghubungi dokter yang bersangkutan, maka ditanyakan apakah
dokter tersebut dapat visite, jika iya : maka jam berapa dapat visite pasien. Jika
tidak : maka siapa dokter pengganti visite.
3) Jika dokter yang bersangkutan terlambat datang untuk visite :
Perawat ruangan rawat inap segera menginformasikan kepada pasien dan
keluarga pasien bahwa dokter yang bersangkutan terlambat datang untuk
visite, dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan :
- Jika pasien dalam kondisi menurun, maka dapat disarankan untuk di
visite dokter jaga ruangan.
- Jika pasien tidak mau ke dokter yang lain, maka dapat disarankan untuk
bersabar menunggu.
4) Jika dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat visite, maka :
Perawat ruangan rawat inap segera menginformasikan kepada pasien dan
keluarga pasien bahwa dokter yang bersangkutan berhalangan tidak dapat
visite, menginformasikan juga dokter pengganti, dan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan tersebut.
Sarankan :
- Apabila pasien tersebut setuju, maka pasien akan di visite oleh dokter
pengganti.
- Apabila pasien tidak setuju, maka perawat ruangan rawat inap
menawarkan di visite dokter jaga ruangan.
b. Penundaan Pelayanan Fisioterapi
64/95
Penundaan pelayanan fisioterapi meliputi penundaan pelayanan fisioterapi di Unit
Rawat Jalan yaitu poli fisioterapi dan Unit Rawat Inap yaitu layanan fisioterapi.
Tatalaksana di Unit Rawat Jalan :
65/95
d. Penundaan Pelayanan Radiologi
Waktu tunggu terlayani melebihi batas waktu tunggu, misal : dikarenakan antrian
pasien dalam kondisi ramai, dokter spesialis radiologi datang terlambat.
Hasil foto rontgen, USG, CT Scan, dan lain-lain belum selesai (melebihi batas
waktu tunggu), misal : dikarenakan foto rontgen perlu diulang, kondisi pasien yang
alergi kontras ataupun kondisi pasien mendadak menurun, dokter spesialis
radiologi datang terlambat.
Hasil bacaan radiologi belum selesai (melebihi batas waktu tunggu), misal :
dikarenakan antrian pasien dalam kondisi ramai, dokter spesialis radiologi datang
terlambat, foto rontgen perlu diulang.
Pasien belum dapat terlayani, misal : dikarenakan alat radiologi mendadak error
atau dalam kondisi perbaikan, logistik (bahan kontras habis), pemeriksan radiologi
tertentu belum tersedia di Rs balimed karangasem
Tatalaksana :
66/95
melayani pemeriksaan radiologi tersebut) dan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan tersebut.
- Untuk Unit Rawat Jalan dan Unit Gawat Darurat : petugas radiologi
menyampaikan perawat Unit Rawat Jalan dan Unit Gawat Darurat tentang
penundaan pelayanan radiologi (sebutkan alasan dan kapan dapat
melayani pemeriksaan radiologi tersebut) dan permohonan maaf atas
ketidaknyamanan tersebut.
- Untuk pasien rawat inap : petugas radiologi menginformasikan kepada
perawat ruangan rawat inap tentang penundaan pelayanan radiologi
(sebutkan alasan dan kapan dapat melayani pemeriksaan radiologi
tersebut) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
- Jika pemeriksaan radiologi tersebut sangat dibutuhkan oleh pasien, maka
pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan
laboratorium tersebut sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pasien
dan/atau keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan radiologi akan
dirujuk ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan radiologi yang
dimaksud dalam kondisi perbaikan.
- Jika pelayanan radiologi tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan
koordinasi dengan bagian/unit terkait.
Jika dikarenakan alat pemeriksaan radiologi mendadak error atau dalam kondisi
perbaikan maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas
pemeriksaan radiologi tersebut sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pasien
dan/atau keluarga pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan radiologi akan
dirujuk ke rumah sakit lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan radiologi yang
dimaksud dalam kondisi perbaikan.
Jika pelayanan radiologi tersebut dapat terlayani kembali, maka dilakukan
koordinasi dengan bagian/unit terkait.
Jika pemeriksaan radiologi tersebut belum tersedia di Rs balimed karangasem,
maka pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas pemeriksaan
radiologi tersebut sesuai prosedur yang berlaku. Pasien dan/atau keluarga
pasien diinformasikan bahwa pemeriksaan radiologi akan dirujuk ke rumah sakit
lain dikarenakan fasilitas pemeriksaan radiologi yang dimaksud belum tersedia
di Rs balimed karangasem
Jika pelayanan radiologi tersebut sudah tersedia di Rs balimed karangasem,
maka dilakukan koordinasi dengan bagian/unit terkait.
67/95
Waktu tunggu terlayani melebihi batas waktu tunggu, misal : dikarenakan antrian
pasien dalam kondisi ramai, dokter spesialis patologi klinik datang terlambat, dokter
spesialis patologi anatomi datang terlambat.
Hasil pemeriksaan laboratorium belum selesai (melebihi batas waktu tunggu), misal
: dikarenakan perlu pengulangan (adanya kesalahan pre-analitik, analitik, post-
analitik), kondisi pasien yang mendadak menurun di ruang tunggu laboratorium,
dokter spesialis patologi klinik datang terlambat, dokter spesialis patologi anatomi
datang terlambat.
Pasien belum dapat terlayani, misal : dikarenakan alat laboratorium mendadak
error atau dalam kondisi perbaikan, logistik (masalah reagen), pemeriksan
laboratorium tertentu belum tersedia di Rs balimed karangasem,
Tatalaksana :
Tatalaksana :
Tatalaksana :
70/95
1) Untuk pasien yang indikasi rawat inap dan sudah berada di Unit Rawat Jalan atau
Unit Gawat Darurat : petugas rekam medis menyampaikan kepada pasien dan/atau
keluarga pasien tentang penundaan pelayanan rawat inap (sebutkan alasan) dan
permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut.
- Jika masih tersedia ruangan rawat inap yang sesuai kebutuhan pasien tersebut,
maka sarankan kepada pasien dan/atau keluarga pasien untuk memilih
ruangan rawat inap tersebut.
- Jika pasien dan/atau keluarga pasien bersedia, maka petugas rekam medis
melakukan prosedur pemesanan ruangan rawat inap.
- Jika pasien dan/atau keluarga pasien tidak bersedia, maka sarankan untuk
dirujuk ke rumah sakit terdekat yang mempunyai sarana dan fasilitas yang
dibutuhkan pasien.
- Jika tidak tersedia ruangan rawat inap yang sesuai kebutuhan pasien tersebut,
maka sarankan untuk dirujuk ke rumah sakit terdekat yang mempunyai sarana
dan fasilitas yang dibutuhkan pasien.
Tatalaksana :
1) Untuk pasien yang indikasi di rawat di ICU : dokter jaga Unit Gawat Darurat
menyampaikan kepada pasien dan/atau keluarga pasien tentang penundaan
pelayanan intensif (sebutkan alasan) dan permohonan maaf atas ketidaknyamanan
tersebut.
- Sarankan untuk dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai ICU dengan sarana
dan fasilitas yang dibutuhkan pasien.
- Jika pasien dan/atau keluarga pasien bersedia, maka petugas Unit Gawat
Darurat melakukan prosedur transfer.
- Jika pasien dan/atau keluarga pasien tidak bersedia dan memilih sementara
dirawat di ruangan rawat inap biasa, maka dokter jaga Unit Gawat Darurat
menyampaikan risiko jika dirawat di ruangan rawat inap biasa dan meminta
71/95
tandatangan pasien dan/atau keluarga pasien di surat penolakan dirujuk dan
dirawat di ICU.
2) Untuk pasien akan dirujuk ke Rs baliméd karangasem dan indikasi di rawat di ICU,
sesuai dengan prosedur komunikasi antar RS rujukan dan RS/Yankes yang
merujuk, petugas Unit Gawat Darurat menyampaikan kondisi ruangan ICU di Rs
baliméd karangasem dalam kondisi penuh dan tidak dapat menerima pasien rawat
inap di ICU.
Sarankan untuk dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai ICU dengan sarana dan
fasilitas yang dibutuhkan pasien.
Semua penundaan dan/ atau kelambatan pelayanan di rawat jalan maupun rawat inap
yang harus disampaikan di buat tertulis di form catatan terintegrasi B
TATA LAKSANA
TATA LAKSANA
A. Perlindungan pasien
1) Semua pasien sebelum masuk rawat inap harus diinformasikan
bahwa rumah sakit tidak bertanggungjawab jika ada harta benda
yang hilang sebab pada saat akan masuk rawat inap sudah
diinformasikan oleh Front Office.
2) Pastikan bahwa pasien sudah menyetujui dan mengerti tentang
informasi yang disampaikan tentang perlindungan harta benda.
3) Untuk pasien dengan kondisi emergency tanpa keluarga atau
tanpa identitas dengan kondisi tidak sadar, atau pasien secara
sadar menitipkan barang kepada petugas maka barang milik
pasien tersebut akan disimpan oleh pihak RS di lemari
penyimpanan. Diserahakan kepada security sebagai
penanggung jawab lemari penyimpanan barang.
4) Untuk pasien yang datang dengan kondisi terkait kasus kriminal
dimana barang yang dibawa pasien digunakan sebagai barang
bukti maka perawat akan menyerahkan kepada pihak kepolisian
dengan mengisi buku serah terima barang pasien kepada pihak
kepolisian.
5) Pastikan adanya proses serah terima penyimpanan sementara
untuk harta benda milik pasien.
6) Segera hubungi pihak keamanan untuk kasus kehilangan harta
benda milik pasien jika ada peristiwa kehilangan.
74/95
7) Jika perlu hubungi pihak yang berwajib untuk menangani kasus
kehilangan harta benda milik pasien jika kasus tersebut berlanjut
B. Perlindungan Pengunjung
1) Semua pengunjung harus diidentifikasi dengan benar sebelum
masuk dalam lingkungan rumah sakit dengan menggunakan
tanda pengenal yang masih berlaku (KTP, SIM, Paspor) dan
harta benda apa saja yang dibawa.
2) Pastikan pengunjung menjaga harta benda yang dibawanya dan
jelaskan bahwa tidak ada penitipan harta benda yang
dibawanya.
3) Perlindungan harta benda harus diberikan kepada pengunjung
jika terjadi kecelakaan, bencana atau hilang kesadaran/ingatan
pada diri pengunjung tersebut tidak ada pengecualian selama
berada dalam lingkungan rumah sakit.
4) Jika terjadi kecelakaan/bencana atau hilang kesadaran/ingatan
pada pengunjung secara tiba-tiba pastikan segera berikan
perlindungan terhadap diri dan harta benda pengunjung.
Kemudian catat pada buku laporan dan laporkan pada pihak
manajemen rumah sakit.
5) Pada situasi di mana tidak dapat diberikan perlindungan
terhadap harta benda maka harta benda harus dipastikan
dititipkan/ditinggal pada pihak keamanan dan kemudian
dikoordinasikan pada pihak manajemen.
6) Harta benda pengunjung tidak boleh dititipkan kepada pihak
rumah sakit walaupun bersifat sementara dan kondisi
pengunjung masih memungkinkan untuk menjaga harta benda
sendiri karena rumah sakit tidak bertanggung jawab
perlindungan harta benda tersebut kecuali dalam kondisi
tertentu.
7) Pada saat menitipkan harta benda untuk sementara waktu jika
pengunjung dalam kondisi terluka atau hilang
kesadaran/ingatan, maka harus memberikan Surat Pernyataan
Penitipan dengan disertai tanda pengenal (SIM/KTP) yang
masih berlaku dan dibubuhi oleh tanda tangan/cap jempol
pengunjung.
8) Jelaskan prosedur perlindungan harta benda sementara dan
tujuannnya kepada pengunjung.
9) Pengecekan buku laporan pengunjung dilakukan tiap kali
pergantian jaga petugas keamanan.
10) Unit yang memberikan perlindungan pada harta benda
pengunjung dan membandingkan data yang diperoleh dan
laporan verifikasi pihak keamanan.
11) Jika barang milik pasien yang dititipkan atau disimpan pihak RS
BaliMéd Karangasem tidak diambil oleh pemiliknya dalam
75/95
jangka waktu 3 bulan, maka barang tersebut menjadi hak milik
rumah sakit.Tindakan yang membutuhkan perlindungan harta
benda pengunjung:
a) Pada saat terjadi bencana (kebakaran, gempa)
b) Pada saat evakuasi karena terjadinya bencana
c) Pada saat terjadi kasus pencurian
d) Pada saat pengunjung hilang kesadaran/ingatan
C. Perlindungan Karyawan
1) Semua karyawan harus bertanggung jawab sendiri atas harta
benda yang dibawanya.
2) Pastikan karyawan agar menjaga harta benda yang dibawanya
dan jelaskan bahwa tidak ada penitipan harta benda yang
dibawanya.
3) Perlindungan harta benda harus diberikan pada semua
karyawan jika terjadi kecelakaan, bencana atau hilang
kesadaran/ingatan pada diri karyawan tersebut dan tidak ada
pengecualian selama berada dalam lingkungan rumah sakit.
4) Jika terjadi kecelakaan/bencana atau hilang kesadaran/ ingatan
pada karyawan secara tiba-tiba pastikan segera berikan
perlindungan terhadap diri dan harta benda karyawan, kemudian
catat pada buku laporan dan laporkan pada pihak manajemen
rumah sakit.
5) Pada situasi di mana tidak dapat diberikan perlindungan
terhadap harta benda maka harus dipastikan harta benda
dititipkan/ditinggal pada pihak keamanan dan kemudian
dikoordinasikan pada pihak manajemen.
6) Harta benda karyawan tidak boleh dititpkan kepada pihak rumah
sakit walaupun bersifat sementara dan kondisi karyawan untuk
menjaga harta bendanya sendiri karena rumah sakit tidak
bertanggung jawab perlindungan harta benda tersebut kecuali
dalam kondisi tertentu.
7) Pada saat menitipkan harta benda untuk sementara waktu jika
karyawan dalam kondisi terluka atau hilang kesadaran/ingatan
maka harus memberikan Surat Pernyataan Penitipan dengan
disertai tanda pengenal (KTP/SIM) yang masih berlaku dan
dibubuhi oleh tanda tangan/cap jempol karyawan.
8) Jelaskan prosedur perlindungan harta benda sementara dan
tujuannya kepada karyawan.
9) Periksa ulang detail data di buku laporan sebelum memberikan
perlindungan harta benda pada karyawan.
10) Pengecekan buku laporan dilakkukan tiap kali pergantian jaga
petugas keamanan.
76/95
11) Unit yang memberikan perlindungan pada harta benda karyawan
harus menanyakan ulang identitas karyawan dan
membandingkan data yang diperoleh dan laporan veriifikasi
pihak keamanan.
12) Tindakan yang membutuhkan perlindungan harta benda
karyawan:
a) Pada saat terjadi bencana (kebakaran, gempa)
b) Pada saat evakuasi karena terjadinya bencana
c) Pada saat terjadi kasus pencurian
d) Pada saat pengunjung hilang kesadaran/ingatan
TATA LAKSANA
78/95
7. Lokasi terpencil dan terisolasi dilakukan penjagaan dan pengawasan dengan
kamera CCTV.
8. Individu yang tidak memiliki identitas dan berada di lingkungan rumah sakit di luar
jam berkunjung diperiksa oleh security identitas, maksud dan tujuan berada di
rumah sakit.
79/95
f. Bila kondisi telah terkendali kembali diinformasikan lewat pengeras suara,
sebagai berikut, contoh : “Perhatian untuk seluruh staf, Black Code di Ruang
Jepun telah terkendali” ulangi sebanyak 3 kali.
TATA LAKSANA
A. Penjelasan Hak dan Kewajiban Pasien
1. Saat pasien pertama kali mendaftar sebagai pasien rawat jalan atau
setiap kali pasien rawat inap, petugas FO menjelaskan mengenai hak
dan kewajiban pasien
2. Pasien/keluarga wajib membaca uraian hak dan kewajiban yang ada
diberikan oleh petugas FO
3. Petugas FO mempunyai tanggung jawab dalam memberikan
penjelasan kepada pasien/keluarga tentang hak dan kewajiban pasien
dalam bahasa yang mudah dipahami
4. Informasi yang diberikan oleh petugas FO meliputi :
a. Hak dan Kewajiban sebagai pasien
b. Persetujuan pelayanan kesehatan
c. Akses informasi kesehatan
d. Rahasia medis
e. Privasi
f. Barang pribadi
g. Tata tertib RS
h. Kewajiban Pembayaran
81/95
5. Penjelasan tentang siapa yang akan menyampaikan tentang hasil
pelayanan dan pengobatan dan hak untuk tidak melanjutkan
pengobatan dijelaskan saat pendaftaran awal dan di jelaskan kembali
oleh dokter jaga (MOD) sebelum pasien rawat inap bahwa akan
dijelaskan lebih rinci oleh DPJP.
6. Untuk pasien yang tidak dirawat atau hanya observasi di UGD
penjelasan tentang kondisi dan hasil pengobatan , penolakan tindakan
atau penolakan untuk melanjutkan pengobatan disampaikan oleh
MOD
7. DPJP menjelasakan hasil pelayanan dan pengobatan yang tidak
terduga kepada pasien disetiap pertemuan.
8. DPJP wajib menjelaskan konsekuensi dari penolakan tindakan atau
penolakan untuk melanjutkan pengobatan dan alternative yang
tersedia.
9. Jika diperlukan mintalah kepada pasien/keluarga untuk mengulang
beberapa penjelasan terpenting yang telah diberikan sebagai bukti
verifikasi bahwa pasien/keluarga telah memahaminya
10. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
11. Pastikan pasien/keluarga menandatangani formulir persetujuan umum
(general consent)
12. Formulir persetujuan umum (general consent) disimpan dalam rekam
medis pasien yang bersangkutan
13. Penjelasan oleh DPJP didokumentasikan di rekam medis.
14. Formulir edukasi terintegrasi B yang berisikan penolakan tindakan
medis didokumentasikan di rekam medis
TATA LAKSANA
Cara pasien menyatakan persetujuan dapat dilakukan secara terucap (oral
consent), tersurat (written consent), atau tersirat (implied consent). Setiap
tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus
memperolehpersetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan. Persetujuan tertulis dibuat dalam bentuk pernyataan
yang tertuang dalam formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran. Sebelum
82/95
ditanda tangani atau dibubuhkan cap ibu jari tangan kiri, formulir tersebut
sudah diisi lengkap oleh dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan
kedokteran atau oleh tenaga medis lain yang diberi delegasi, untuk kemudian
yang bersangkutan dipersilahkan membacanya, atau jika dipandang perlu
dibacakan dihadapannya. Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan
kedokteran yang tidak mengandung risiko tinggi. Dalam hal persetujuan lisan
yang diberikan dianggap meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan
tertulis.sedangkan general consent akan dijelaskan diawal sebelum pasien
rawat inap. Dalam menetapkan dan Persetujuan Tindakan Kedokteran harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
A. Memperoleh Informasi dan penjelasan merupakan hak pasien dan
sebaliknya memberikan informasi dan penjelasan adalah kewajiban
dokter atau dokter gigi.
B. Pelaksanaan Persetujuan Tindakan kedokteran dianggap benar jika
memenuhi persyaratan dibawah ini :
a. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan untuk
tindakan kedokteran yang dinyatakan secara spesifik (The Consent must
be for what will be actually performied)
b. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan tanpa
paksaan (Voluntary)
c. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan oleh
seseorang (pasien) yang sehat mental dan yang memang berhak
memberikannya dari segi hukum
d. Persetujuan dan Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan setelah
diberikan cukup (adekuat) informasi dan penjelasan yang diperlukan
tentang perlunya tindakan kedokteran dilakukan.
C. Informasi dan penjelasan dianggap cukup (adekuat) jika sekurang-kurangnya
mencakup :
1. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran (contemplated medical
procedure);
2. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;
3. Alternatif tindakan lain, dan risikonya (alternative medical procedures and
risk);
4. Risiko (risk inherent in such medical procedures) dan komplikasi yang
mungkin terjadi;
5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan (prognosis with and without
medical procedures;
6. Risiko atau akibat pasti jika tindakan kedokteran yang direncanakan tidak
dilakukan;
7. Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan
tindakan kedokteran yang dilakukan (purpose of medical procedure);
8. Informasi akibat ikutan yang biasanya terjadi sesudah tindakan
kedokteran.
D. Kewajiban memberikan informasi dan penjelasan.
83/95
Dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan medik mempunyai
tanggung jawab utama memberikan informasi dan penjelasan yang
diperlukan. Apabila berhalangan, informasi dan penjelasan yang harus
diberikan dapat diwakilkan kepada dokter atau dokter gigi lain dengan
sepengetahuan dokter atau dokter gigi yang bersangkutan. Bila terjadi
kesalahan dalam memberikan informasi tanggung jawab berada ditangan
dokter atau dokter gigi yang memberikan delegasi. Penjelasan harus
diberikan secara lengkap dengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara
lain yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman. Penjelasan tersebut
dicatat dan didokumentasikan dalam berkas rekam medis oleh dokter atau
dokter gigi yang memberikan penjelasan dengan mencantumkan :
tanggal
waktu
nama
tanda tangan
pemberi penjelasan dan penerima penjelasan.
Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan yang akan
diberikan dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien
menolak diberikan penjelasan, maka dokter atau dokter gigi dapat
memberikan penjelasan kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh
seorang tenaga kesehatan lain sebagai saksi.
85/95
2. Jika pasien belum dewasa atau tidak sehat akalnya maka yang berhak
memberikan atau menolak memberikan persetujuan tindakan kedokteran
adalah orang tua, keluarga, wali atau kuratornya.
3. Bila pasien yang sudah menikah maka suami atau isteri tidak diikut sertakan
menandatangani persetujuan tindakan kedokteran, kecuali untuk tindakan
keluarga berencana yang sifatnya irreversible; yaitu tubektomi atau
vasektomi.
4. Jika orang yang berhak memberikan persetujuan menolak menerima
informasi dan kemudian menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan dokter
atau dokter gigi maka orang tersebut dianggap telah menyetujui kebijakan
medis apapun yang akan dilakukan dokter atau dokter gigi.
5. Apabila yang bersangkutan, sesudah menerima informasi, menolak untuk
memberikan persetujuannya maka penolakan tindakan kedokteran tersebut
harus dilakukan secara tertulis. Akibat penolakan tindakan kedokteran
tersebut menjadi tanggung jawab pasien.
6. Penolakan tindakan kedokteran tidak memutuskan hubungan dokter pasien.
7. Persetujuan yang sudah diberikan dapat ditarik kembali (dicabut) setiap
saat, kecuali tindakan kedokteran yang direncanakan sudah sampai pada
tahapan pelaksanaan yang tidak mungkin lagi dibatalkan.
8. Dalam hal persetujuan tindakan kedokteran diberikan keluarga maka yang
berhak menarik kembali (mencabut) adalah anggota keluarga tersebut atau
anggota keluarga lainnya yang kedudukan hukumnya lebih berhak sebagai
wali.
9. Penarikan kembali (pencabutan) persetujuan tindakan kedokteran harus
diberikan secara tertulis dengan menandatangani format yang disediakan.
86/95
J. RESUME MEDIS
Resume medis merupakan ringkasan dari pelayanan medis yang diberikan kepada
pasien selama masa perawatan hingga pasien keluar dari rumah sakit baik dalam
keadaan hidup maupun meninggal. Resume medis ditulis pada saat pasien
dipulangkan dan ditandatangani oleh dokter yang merawat pasien atau dokter yang
memulangkan pasien.
Pemulangan pasien meliputi semua area perawatan baik rawat jalan, rawat inap dan
gawat darurat, kriteria pemulangan pasien ditetapkan kondisi pasien secara general (
keadaan stabil dan tanda-tanda vital normal ) dan dinyatakan pulang oleh DPJP.
Ruang lingkup discharge palnning meliputi area rawat inap. Untuk pasien yang dirawat
inap tidak semua pasien direncanakan discharge planning akan tetapi hanya pasien-
pasienyang memenuhi kriteria saja yang harus dilakukan penanganan lanjut selama
pasien dirumah. Untuk kriteria yang memenuhi perencanaan pemulangan pasien (P3)/
discharge planning .
88/95
1. Profil Ringkas Medis rawat Jalan (PRMRJ) atau resum medis rawat jalan
A. Prosedur
Profil ringkasan medis rawat jalan ditempatkan diurutan no 6 di rekam medis
setelah catatan integrasi B saat pasien berkunjung ke rawat jalan agar mudah
ditelusur ( easy to retrieve) dan mudah di review.
Kriteria diagnosa penyakit yang akan dibuat catatan profil ringkas medis
rawat jalan (PRMRJ) adalah pasien rawat jalan menerima asuhan pasien yang
kompleks atau dengan diagnosa kompleks adapun kriteria dimaksud adalah
a) Pasien rawat jalan dengan kriteria asuhan yang kompleks yaitu
2) Pasien datang beberapa kali dengan masalah yang kompleks
3) Menjalani tindakan beberapa kali
b) Pasien rawat jalan dengan diagnosis kompleks yaitu
1) Pasien yang diagnosis ≥ 3 diagnosis
2) Dirawat lebih dari 2 DPJP setiap kali datang
c) Resume medis diisi dengan lengkap dan jelas oleh dokter, dokter
gigi, maupun dokter spesialis yang memberikan pelayanan terhadap
pasien tersebut.
d) Resume medis diisi berdasarkan kumpulan rekam medis setiap kali
pasien berobat di klinik rawat jalan.
e) Resume medis diberikan untuk pasien rawat jalan yang
memerlukan pelayanan dan pengobatan berkelanjutan, misalnya : pasien
akan dirujuk ke klinik rawat jalan yang lain atau ke rumah sakit yang lain.
Hal ini untuk mencegah terjadi akumulasi diagnosis,
pemberian medikamentosa dan perkembangan penyakit.
f) Resume medis rawat jalan dapat juga diberikan atas permintaan
sendiri yaitu untuk kepentingan pasien dengan pihak ketiga, misalnya
: klaim asuransl.
g) Resume medis rawat jalan harus mencakup :
1) Masalah medis
2) Diagnosis yang penting.
3) Medikamentosa yang saat ini diberikan.
4) Anjuran
Lakukan identifikasi informasi yang dibutuhkan oleh para DPJP yang menangani
pasien, Evaluasi dari hasil implementasi proses untuk mengkaji bahwa informasi
dan proses memenuhi kebutuhan DPJP dan meningkatkan mutu serta
keselamatan pasien. Untuk evaluasi pengisian PRMRJ akan dikoordinir oleh
Ka.Unit polklinik Rs Baliméd karangasem.
B. tata laksana
a) Dokter dan PPA melakukan assmen kepadan pasien poliklinink
b) Petugas di poliklinik memasukkan formulir Profil ringkas medis rawat jalan
89/95
pada bila pasien masuk dalam kriteria
c) DPJP menuliskan catatannya pada profil ringkas medis rawat jalan (resum
medis rawat jalan)
d) Kepala Unit mengevaluasi formulir profil ringkas medis rawat jalan setiap 3
bulan sekali
b. Resume medis diisi dengan lengkap dan jelas oleh dokter, dokter
gigi, maupun dokter spesialis yang memberikan pelayanan terhadap
pasien tersebut yaitu DPIP (Dokter Penanggung Jawab Pasien)
sebelum pasien pulang
c. Resume medis diisi berdasarkan ringkasan pelayanan medis yang
diterima pasien selama masa perawatan hingga pasien keluar dari
rumah sakit baik dalam keadaan hidup maupun meninggal
d. Resume medis rawat inap juga diberikan untuk pasien rawat inap
yang memerlukan pelayanan dan pengobatan berkelanjutan, misalnya :
pasien yang akan dirujuk ke rumah sakit yang lain, pasien yang
membutuhkan perawatan rutin di rumah dan dilakukan oleh dokteriperawat
setempat, dan lain-lain.
e. Resume medis rawat inap dapat juga diberikan untuk kepentingan
pasien dengan pihak ketiga, misalnya : klaim asuransi.
f. Penyelesaian resume medis rawat inap harus diselesaikan dalam waktu
maksimal 24 jam setelah pasien pulang.
g. Pasien boleh pulang
90/95
K. PERENCANAAN PEMULANGAN PASIEN (DISCHARGE PLANNING)
Ruang lingkup discharge palnning meliputi area rawat inap. Untuk pasien yang dirawat
inap tidak semua pasien direncanakan discharge planning akan tetapi hanya pasien-
pasienyang memenuhi kriteria saja yang harus dilakukan penanganan lanjut selama
pasien dirumah. Untuk kriteria yang memenuhi perencanaan pemulangan pasien (P3)/
discharge planning .
91/95
2. Conditional Discharge (pulang sementara atau cuti)
Pasien cuti masa perawatan adalah pasien yang dengan permintaan sendiri atas
suatu keperluan meminta untuk sementara berhenti dari masa perawatannya
selama rentang waktu tertentu, dan dokter serta tenaga medis dapat melakukan
evaluasi terhadap criteria diperbolehkan atau tidaknya pasien untuk cuti masa
perawatan, Bila keadaan pasien cukup baik untuk dirawat di rumah maka cara
pemulangan ini dapat dipakai pasien untuk sementara dapat dirawat di rumah
untuk rentang waktu tertentu dengan harapan dapat membantu pasien dan
keluarga beradaptasi dengan situasi di rumah maupun di masyarakat. Selama
pasien cuti, maka pengawasan dari rumah sakit tetap diperlukan.
3. Absolute Discharge (pulang mutlak selamanya)
Cara pulang ini merupakan terminasi akhir dari hubungan pasien dengan rumah
sakit tetapi bila pasien perlu dirawat kembali maka prosedur perawatan dapat
dilaksanakan kembali. Jenis pemulangan ini diberikan kepada pasien yang
mengalami perbaikan status kesehatan yang baik.
4. Pasien melariakn diri
5. Judicial Discharge (pulang paksa) atas permintaan sendiri (APS)
Pasien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatannya belum
memungkinkan untuk dipulangkan dengan alasan penolakan terhadap nasihat
medis. Pasien tersebut harus tetap diberikan edukasi untuk perawatan di rumah
dan atau rekomendasi rujukan fasilitas kesehatan lain yang dibutuhkan pasien.
a. Prosedur Pasien pulang paksa atas permintaan sendiri (APS)
- DPJP atau dokter jaga memberikan penjelasan dan informasi
kepada pasien dan keluarga tentang keadaan penyakitnya, akan
bahaya, resiko serta kemungkinana yang timbul bila tidak rawat
inap
- Keluarga menandatangani form menolakan rawat inap di UGD
atau Ruang bersalin, kemudian form APS untuk di rawat inap
b. Alur pasien pulang paksa
- Setelah mendapatkan penjelasan dari DPJP dan mendatangani
form persetujuan APS, perawat menyelesaikan administrasi
dokumen kemudian menganjurkan pasien/keluarga ke kasir
- Surat klengkapan diserahkan ke pasien/keluarga
- Petugas melepas alat medis seperti O2, infus dll
- Perawat memberikan obat oral
- Bagi pasien yang lemah diantar kursi roda atau brankar
6. Pasien melarikan diri
Bila ada Pasien kabur atau melarikan diri maka perawat ruangan menghubungi
bagian security., kemudian securty akan menindaklanjuti laporan.
7. Keluar Rs karena menolak rencana asuhan medis (against medical advice
/AMA)
Jika ada pasien telah selesai menjalani pemeriksaan lengkap dan sudah ada
rekomendasi tindakan yang perlu dilakukan kemudian pasien ini memutuskan
92/95
meninggalkan RS maka pasien ini dianggap sebagai pasien keluar menolak
rencana asuhan medis. Pasien ranap dan rajal (termasuk pasien di IGD) berhak
menolak tindakan medis dan keluar rs, pasien ini menghadapi risiko karena
menerimana pelayanan atau tindakan tidak lengkap dan berakibat kerusakan
permanen atau kematian, jika seorang pasien ranap atau rajal minta untuk
keluar rs tanpa persetujuan dokter, pasien diberitahu tentang resiko medis oleh
dokter yang membuat rencana asuhan atau tindakan dan proses keluarnya
pasien sesuai kebijakan rs
f. Prinsip-prinsip dalam proses perencanaan
93/95
BAB III
DOKUMENTASI
Semua rangkaian pelayanan pasien yang ada di rumah sakit dilakukan secara
terkoordinasi dan terintegrasi dalam suatu rekam medik agar asuhan yang diterima oleh
pasien terencana dengan baik, sesuai dengan standarnya serta terpantau sehingga
pelayanan yang diberikan dapat secara optimal dan sesuai dengan kebutuhan asuhan
pasien.
94/95
BAB IV
PENUTUP
95/95