Anda di halaman 1dari 23

Infeksi Saluran Kemih

1. Pengertian
Infeksi saluran kemih atau infeksi traktus urinarius adalah infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau
tanpa disertai dengan gejala, (Brunner and Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 Vol. 2, halaman: 1428).
Infeksi saluran kemih atau infeksi traktus urinarius merupakan suatu keadaan
dimana terdapat bakteriuria yaitu mikroorganisme pathogen 105/ml pada urine
pancarann tengah yang dikumpulkan secara benar, (Price and Wilson, Patofisiologi
Edisi 6 Vol. 2, halaman: 918).
Jadi infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi pada saluran perkemihan yang
disebabkan oleh mikroorganisme pathogen yang ditandai terdapatnya 105/ml bakteri
pathogen dalam urine seseorang.

2. Klasifikasi
Menurut Brunner and Suddarth dan Price and Wilson infeksi saluran kemih dibagi
menjadi empat bagian sesuai dengan lokasi terjadinya infeksi:
a. Uretritis
Infeksi yang terjadi pada uretra. Uretritis adalah suatu infeksi yang
menyebar naik yang di golongkan sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis
gonoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak
seksual. Uretritis non gonoreal adalah uretritis yang tidak berhubungan dengan
niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea
plasma urelytikum.
b. Sistisis
Infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Hal ini dapat disebabkan oleh
aliran balik irin dari utetra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal),
kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
c. Prostatitis
Infeksi yang terjadi pada prostat. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
d. Pieloefritis
Infeksi yang terjadi pada ginjal. Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas
merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan jaringan intertisial dari salah
satu atau kedua ginjal.

Infeksi saluran kemih (ISK) pada usia lanjut dibedakan menjadi:


a. ISK Uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik,
anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial
kandung kemih.
b. ISK Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis, dan shock. ISK ini terjadi bila
terdapat keadaan- keadaan sebagai berikut:
1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing
menetap dan prostatitis.
2) Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
3) Gangguan daya tahan tubuh
4) Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp
yang memproduksi urease.

3. Etiologi
a. Faktor Resiko
1) Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria.
2) Memiliki riwayat penyakit menular seksual
3) Kateterisasi
b. Faktor Predisposisi
1) Bakteri Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, dan
Staphylococcus saprophyticus.
2) Terganggunya glikosaminoglikan
3) Refluks uretrovesikal
4) Refluks ureterovesikal
5) Obstruksi aliran urin
c. Faktor Presipitasi
1) Hygiene buruk.
2) Cara membasuh alat kelamin yang salah
3) Sering menahan kencing

4. Proses Terjadinya (Patofisiologi)


Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria karena uretra pada wanita
lebih pendek dan memiliki jarak yang dekat dengan anus sehingga bakteri pathogen
mudah masuk ke uretra.
Infeksi menular seksual yang biasa menyebabkan ISK adalah infeksi herpes
virus genital ditularkan melalui hubungan seksual selama periode simptomatik
maupun asimptomatik saat virus dilepaskan oleh pasangannya. Pecahnya lesi dapat
menyebabkan peradangan meatus dan disuria. Vesikel dapat muncul pada mukosa
uretra. Beberapa genotip HVP telah diketahui dapat meningkatkan resiko keganasan.
Kutil intra uretra dapat menyebabkan sekret uretra, disuria, sekret yang berdarah, atau
hematuria. Kutil yang menyebar intrauretra dapat melibatkan kandung kemih dan
ureter.
Diketahui bahwa pemasangan dower kateter merupakan salah satu sarana
masuknya agent atau mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh, untuk itu perlu
dilakukan penggantian kateter dan perawatan kateter. Selang kateter bagian luar (yang
terhubung dengan kantong urin) dalam keadaan terbuka dan bersentuhan dengan
lingkungan luar. Bakteri pathogen menempel pada selang bagian luar tersebut dan
bakteri pathogen menjadikannya sebagai jembatan masuk ke saluran perkemihan.

Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik


dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK,
asending dan hematogen.

a. Secara asending yaitu:


1) Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi,
kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter).
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

b. Secara hematogen yaitu:


Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi
kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Glikosaminoglikan merupakan anti-lekat bakteri, sehingga bakteri tidak bisa


melekat pada dinding-dinding saluran perkemihan dan kandung kemih. Namun karena
glikosaminoglikan terganggu fungsinya oleh agen tertentu seperti siklamat, asparmat,
sakarin, dan metabolit triptopan maka glikosaminoglikan tidak menjadi anti-lekat
yang sempurna.
Refluks uretrovesikal merupakan aliran balik urin dari uretra ke kandung
kemih. Ketika mengejan vesika urinaria akan berkontraksi sehingga mendorong urin
menuju uretra, namun ketika selesai mengejan urin balik dari uretra ke vesika
urinaria. Dengan baliknya urin ke vesika urinaria, bakteri yang terdapat pada anterior
uretra masuk ke dalam saluran kencing.
Refluks ureterovesikal merupakan aliran balik urin dari vesika urinaria atau
kandung kemih ke ureter. Hal ini biasanya terjadi akibat kelainan kongenital atau
abnormalitas ureteral yaitu rusaknya katup ureterovesikal, katup yang membatasi
ureter dengan vesika urinaria. Rusaknya katup tersebut mengakibatkan aliran balik
urin yang terkontaminasi bakteri pathogen ke ureter.
Obstruksi aliran urin yang terletak disebelah proksimal dari vesika urinaria
dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan pada pelvis ginjal dan ureter.
Hal ini mengakibatkan atrofi pada parenkim ginjal (hidronefrosis) yang disebabkan
oleh jaringan parut pada vesika urina ginjal dan uretra, batu ginjal, neoplasma,
hipertrofi prostat. Tersumbatnya aliran urin mengakibatkan bakteri pathogen
berkembang biak di dalam saluran kencing sehingga akan menginfeksi seluran
kencing tersebut.
Kebersihan alat kelamin yang buruk mengakibatkan area tersebut lembab
sehingga bakteri pathogen berkembang biak disana. Tidak tertutup kemungkinan
bakteri akan masuk melalui meatus uretra dan naik ke saluran kemih bagian atas.
Cara membasuh alat kelamin dan anus yang salah pada saat buang air besar
dapat menyebabkan kontaminasi fekal pada traktus uretra. Mikroorganisme dari anus
akan naik ke uretra dan menginfeksi saluran-saluran urinaria. Cara membasuh yang
benar adalah satu arah dari atas ke bawah (dari kelamin ke anus), bukan dari anus naik
ke kelamin atau bukan dengan gerakan naik turun.
Saat seseorang menahan buang air kecil, maka kandung kemih akan melar
atau meregang, hal ini akan membuat pompa di kandung kemih tidak bisa berfungsi
dengan baik saat buang air kecil. Sehingga tak jarang banyak orang yang baru
selesai buang air kecil, tak lama kemudian akan timbul kembali rasa ingin pipis. Urine
yang tersisa banyak di kandung kemih membuat saluran tersebut mudah terkena
infeksi. Tapi jika akibat menahan tersebut membuat pompa kandung kemih
memberikan tekanan yang tinggi, maka bisa mengakibatkan kerusakan ginjal.

5. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)


Tanda dan gejala pada infeksi saluran kemih sangat bervariasi bahkan tidak
menimbukan gejala apapun. Pada infeksi saluran kemih bagian bawah (sistisis)
mencakup:
a. Nyeri yang sering
b. Rasa panas ketika berkemih
c. Kadang-kadang disertai spasme pada kandung kemih dan area suprapubis
d. Hematuria
e. Nyeri punggung
f. Peningkatan frekuensi berkemih
g. Perasaan ingin berkemih
h. Adanya sel-sel darah putih dalam urin
i. Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.

Uretritis biasanya memperlihatkan gejala:


a. Mukosa memerah dan edema
b. Terdapat cairan eksudat yang purulent
c. Ada Ulserasi pada uretra
d. Adanya rasa gatal yang menggelitik
e. Good morning sign
f. Adanya nanah awal miksi
g. Nyeri pada awal miksi
h. Kesulitan untuk memulai miksi
i. Nyeri pada bagian abdomen

Pada bagian atas (pielonefritis) mencakup:


a. Demam
b. Menggigil
c. Nyeri panggul
d. Nyeri ketika berkemih
e. Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan pada area sudut kostovertebral.

Jika kerusakan pada ginjal meluas gejala yang timbul mencakup:


a. Mual dan muntah
b. Pruritus
c. Kehilangan berat badan
d. Edema
e. Kelemahan
f. Napas pendek

6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain:

a. Batu saluran kemih


b. Obstruksi saluran kemih

c. Sepsis

d. Infeksi kuman yang multisystem

e. Gangguan fungsi ginjal


Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang
adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi dan
gagal ginjal kronik.

ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati akan
menyebabkan:

a. Pielonefritis
b. Bayi premature

c. Anemia

d. Pregnancy-induced hypertension

Selain itu ISK pada kehamilan juga menyebabkan:

a. Retardasi mental pada bayi,


b. Pertumbuhan bayi lambat

c. Cerebral palsy

d. Fetal death.

Sistitis emfisematosa : sering terjadi pada pasien DM.

Pielonefritis emfisematosa syok septik dan nefropati akut vasomotor.

Abses perinefrik

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan
diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
1) Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui
urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk
anak laki-laki  dan perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara
pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi
tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk
bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong steril pada
genitalia eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan
cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding
cara yang lain karena harus dibantu dengan alat USG untuk
memvisualisasikan adanya urine dalam vesica urinaria.
Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:
a) Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda
bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu
saluran kemih dan infeksi saluran kemih.

b) Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm,
bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak
disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar
pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila
terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml
urin .
Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :
(1) infeksi tuberkulosis
(2) urin terkontaminasi dengan antiseptik
(3) urin terkontaminasi dengan leukosit vagina
(4) nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik)
(5) nefrolitiasis
(6) tumor uroepitelial

c) Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal,
antara lain:
(1) Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau
vaskulitis ginjal.
(2) Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk
pielonefritis
(3) Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada
gromerulonefritis akut
(4) Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila
ditemukan bersamaan dengan proteinuria nefrotik.

d) Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
e) Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan
infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.

2) Bakteriologis
a) Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar
tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila
dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
b) Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk
memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah
bermakna, yaitu:
Tabel 3. Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna

Pengambilan spesimen Jumlah koloni bakteri per ml urin


Aspirasi supra pubik >  100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme
patogen
Kateter > 20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
Urine bag atau urin porsi tengah > 100.000 cfu/ml

Dalam penelitian Zorc et al. menyatakan bahwa  ISK  pada anak-anak


sudah dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000 cfu per
ml urin yang diambil melalui kateter. Namun, Hoberman et al. menyatakan
bahwa ditemukannya jumlah koloni bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu
per ml urin masih diragukan, karena kemungkinan terjadi kontaminasi dari
luar, sehingga masih diperlukan biakan ulang, terutama bila anak belum
diobati atau tidak menunjukkan adanya gejala ISK.

3) Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria,
diantaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate.
Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococci mereduksi
nitrat4.
4) Tes Plat – Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan
plastik bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan
padat khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau
dengan digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam
tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC
selama satu malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan
membandingkan pola pertumbuhan kuman yang terjadi dengan serangkaian
gambar yang memperlihatkan pola kepadatan koloni antara 1000 hingga
10.000.000 cfu per mL urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah
dan cukup adekuat. Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya
tidak dapat diketahui .

b. Radiologis dan Pemeriksaan Penunjang Lainnya


Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya
batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK.
Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen, pielografi intravena, demikian
pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT Scan.

8. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Mengobservasi TTV pasien tiap 6 jam.
2) Menganjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra.
3) Mengkaji skala nyeri pasien dengan metode PQRST.
4) Mengajarkan teknik manajemen nyeri distraksi (menonton TV, mengobrol)
dan relaksasi (nafas dalam).
5) Memberikan HE.
6) Mengukur dan catat pengeluaran urine setiap kali berkemih.

b. Medis
Penanganan Infeksi Saluran Kemih ( ISK ) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius
dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina. Infeksi Saluran Kemih
( ISK ) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:

1) Terapi antibodika dosis tunggal


2) Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari

3) Terapi antibiotika jangka lama : 4-6 minggu

4) Terapi dosis rendah untuk supresi

Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan


infeksi.penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (tpm,smz, bactrim, septra), kadang ampicillin atau
amoksisilin digunakan,tetapi E.Coli telah resisten terhadap bakteri ini. pyridium,
suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidak
nyamanan akibat infeksi. Dan dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai
kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra,untuk
wanita harus membilas dari depan kebelakang untuk menghindari kontaminasi
lubang uretra oleh bakteri feces.

9. Pencegahan
Ada beberapa upaya yang dapat anda lakukan untuk mencegah infeksi saluran kemih
ini, antara lain:
a. Minumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air putih
sehari).
b. Segera buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual.
c. Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran
dari dubur tidak masuk ke salam saluran kemih.
d. Periksa air seni secara rutin selama kehamilan. Dengan pemeriksaan tersebut akan
dapat segera diketahui apakah anda terinfeksi atau tidak.
e. Jangan terlalu lama menahan keinginan buang air kecil.
f. Jaga kebersihan alat kelamin.

10. WOC (Way of Causion / Pathway)

11. Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian

Pengkajian focus yang biasa dilakukan untuk mengkaji keluhan pasien dengan
ISK antara lain:
1) Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan sistem tubuh.
2) Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
a) Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
b) Adakah obstruksi pada saluran kemih?
3) Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
a) Bagaimana dengan pemasangan kateter?
b) Imobilisasi dalam waktu yang lama.
c) Apakah terjadi inkontinensia urine?
4) Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
a) Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi faktor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
b) Adakah disuria?
c) Adakah urgensi?
d) Adakah darah sewaktu berkemih?
e) Adakah hesitancy?
f) Adakah bau urine yang menyengat?
g) Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi
urine?
h) Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian
bawah
i) Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran
kemih bagian atas
j) Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5) Pengkajian psikologi pasien:
a) Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang
telah dilakukan?
b) Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya?

Analisa Data

Data Subyektif Data Obyektif Masalah

 Pasein mengatakan  Pasien terlihat Nyeri


nyeri saat berkemih meringis saat buang
 Pasien mengatakan air kecil
nyeri saat perkusi  Pemeriksaan PQRST:
panggul P:
 Q:
R:
S:
T:

 Pasien mengatakan  Urin pasien berwarna Gangguan eliminasi


kencingnya keruh, terdapat darah, urinarius
tersendat-sendat purulent.
 Pasien mengatakan  Hasil pemeriksaan lab
sering ingin buang adanya bakteri
air kecil, tapi pathogen
urinnya tidak keluar
 Pasien me

 Pasien mengatakan  Suhu tubuh pasien Hipertermia


badannya panas meningkat 38-390C

 Pasien mengatakan  Mata pasien terlihat Insomnia


susuah tidur di lelah dan merah
malam hari  Terdapat lingkar hitam
 Pasien mengatakan pada mata
hanya bisa tidur 2
sampai 3 jam / hari
 Pasien mengatakan
sering terbangun di
malam hari
 Pasien mengatakan
tidak bisa tidur siang

 Pasien mengatakan  Pasien terlihat Defisiensi pengetahuan


tidak paham tentang bingung ketika
penyakitnya ditanya tentang
 Pasien mengatakan penyakitnya
tidak tahu tentang
pengobatan
penyakitnya

b. Diagnosa
Kemungkinan diagnosa yang muncul menurut NANDA 2009-2011.
1) Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik, zat kimia, dan
psikologis.
2) Gangguan eliminasi urinarius berhubungan dengan obstruksi anatomik,
infeksi saluran kemih, penyebab multiple, gangguan sensorik-motorik.
3) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
4) Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik, nyeri.
5) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi,
salah interpretasi informasi, tidak familier dengan sumber informasi.
c. Intervensi

Rencana Tujuan dan


No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Rasional
Kriteria Hasil
1. Nyeri berhubungan Tujuan : Mandiri Mandiri
dengan agen cedera Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan tindakan nyaman, 1. meningkatkan relaksasi,
biologis, fisik, zatkimia, keperawatan ...x 24 jam diharapkan seperti pijatan punggung, menurunkan tegangan otot
dan psikologis. masalah nyeri dapat teratasi dengan lingkungan istirahat
kriteria hasil : 2. Bantu atau dorong 2. membantu mengarahkan
ditandai dengan : 1. Tidak nyeri waktu penggunaan nafas berfokus kembali perhatian dan untuk
DS: berkemih . relaksasi otot
 Pasein mengatakan
2. Tidak nyeri pada 3. Berikan perawatan perineal 3. untuk mencegah
nyeri saat berkemih kontaminasi uretra
perkusi panggul
 Pasien mengatakan 4. Jika dipasang kateter 4. Kateter memberikan jalan
nyeri saat perkusi indwelling, berikan perawatan bakteri untuk memasuki
kateter 2 kali per hari kandung kemih dan naik
panggul
kesaluran perkemihan.
5. Catat lokasi, lamanya 5. membantu mengevaluasi
intensitas skala (1-10) tempat obstruksi dan
DO: penyebaran nyeri. penyebab nyeri

6. Pantau haluaran urine


 Pasien terlihat 6. untuk mengidentifikasi
terhadap perubahan warna, bau
meringis saat indikasi kemajuan atau
dan pola berkemih, masukan
buang air kecil dan haluaran setiap 8 jam dan penyimpangan dari hasil yang
 Pemeriksaan pantau hasil urinalisis ulang diharapkan
PQRST:
P: Kolaborasi
Q: 1. Konsul dokter
bila: Kolaborasi

R: sebelumnya kuning gading- 1. Temuan- temuan ini dapat

S: urine kuning, jingga gelap, memeberi tanda kerusakan


jaringan lanjut dan perlu
berkabut atau keruh. Plak
pemeriksaan luas
T: berkemih berubah, sering
berkemih dengan jumlah
sedikit, perasaan ingin
kencing, menetes setelah
berkemih. Nyeri menetap atau
bertambah sakit
2. Berikan analgesic sesuai
kebutuhan dan evaluasi 2. analgesic memblok lintasan
keberhasilannya nyeri sehingga mengurangi
nyeri
2. Gangguan eliminasi Tujuan : Mandiri Mandiri
urinarius berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Dorong meningkatkan 1. peningkatan hidrasi
keperawatan … x 24 jam pemasukan cairan membilas bakteri.
dengan obstruksi
diharapkan masalah gangguan
anatomik, infeksi eliminasi urinarius dapat teratasi 2. Kaji keluhan kandung kemih 2. retensi urin dapat terjadi

saluran kemih, penyebab dengan kriteria hasil : penuh menyebabkan distensi


1. Polaeliminasi membaik jaringan (kandung
multiple, gangguan
sensorik-motorik. kemih/ginjal)
2. tidak terjadi tanda-tanda
ditandai dengan : 3. Observasi perubahan status 3. akumulasi sisa uremik dan
gangguan berkemih (urgensi,
DS : mental, perilaku atau tingkat ketidak seimbangan elektrolit
oliguri, disuria)
 Pasien mengatakan kesadaran dapat menjadi toksik pada
kencingnya susunan saraf pusat
tersendat-sendat 4. Awasi pemasukan dan
4. memberikan informasi
 Pasien mengatakan pengeluaran karakteristik urin
tentang fungsi ginjal dan
sering ingin buang
adanya komplikasi
air kecil, tapi
urinnya tidak keluar 5. Kecuali dikontraindikasikan: 5. untuk mencegah statis urin
ubah posisi pasien setiap dua
jam
Kolaborasi :
DO : Kolaborasi :
1. aamurin menghalangi
 Urin pasien 1. Lakukan tindakan untuk
memelihara asam urin: tumbuhnya kuman.
berwarna keruh,
terdapat darah, tingkatkan masukan sari buah Peningkatan masukan sari
purulent. berry dan berikan obat-obat buah dapt berpengaruh dalam
untuk meningkatkan aamurin.
pengobatan infeksi saluran
 Hasil pemeriksaan
kemih Awasi pemeriksaan
lab adanya bakteri
pathogen laboratorium; elektrolit, BUN,
kreatinin

3. Hipertermia Tujuan : Mandiri Mandiri


berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 1. Jelaskan pada keluarga 2. pengetahuan yang memadai
keperawatan ... x 24 jam tindakan perawatan yang akan memungkinkan klien dan
proses penyakit.
diharapkan masalahhipertermia dilakukan.
ditandai dengan keluarga kooperatif terhadap
pasien dapat teratasi dengan kriteria
DS : hasil : tindakan keperawatan.
 Pasien 1. Suhutubuhdalambatas normal
mengatakan 2. Berikan kompres. 2. penurunan panas dapat
(360C – 370C)
badannya panas dilakukan dengan cara
konduksi melalui kompres.
DO : 3. Anjurkan kepada pasien
3. penurunan suhu dapat
 Suhu tubuh untuk memakai baju yang tipis
dilkukan dengan teknik
pasien dan menyerap keringat untuk
evaporasi
meningkat 38- klien
390C 4. Anjurkan kepada klien
4. hidrasi cairan yang cukup
untuk minum lebih banyak. dapat menurunkan suhu tubuh

Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam pemberin 1. antipiretik mengandung
antipiretik regimen yang
bekerja pada pusat
pengatur suhu di
hipotalamus.

4. Insomnia berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Mandiri Mandiri


dengan keperawatan ... x 24 jam 1. Ajarkan teknik distraksi dan 1. mengajarkan pasien
ketidaknyamanan fisik, diharapkan masalah insomnia relaksasi menarik napas dalam dan
nyeri pasien dapat teratasi dengan kriteria mengalihkan perhatian akan
ditandai dengan hasil : membuat pasien lebih rileks
DS: 1. Istirahat dan tidur adekuat dan tidak memikirkan rasa
 Pasien mengatakan 2. Libatkan keluarga untuk nyerinya
2. Tidak terbangun pada malam
susuah tidur di menemani pasien mengobrol
hari 2. agar pasien tidak merasa
malam hari atau pun pada saat tidur sendirian sehingga tidak
 Pasien mengatakan 3. Atur tata ruangan agar terlalu memikirkan
hanya bisa tidur 2 senyaman mungkin dan terjaga penyakitnya
sampai 3 jam / hari kebersihannya
3.agar pasien merasa nyaman
 Pasien mengatakan untuk beristirahat dan tidur.
sering terbangun di
malam hari
 Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
siang

DO :
 Mata pasien terlihat
lelah dan merah

 Terdapat lingkar
hitam pada mata

5. Kurangnya pengetahuan Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Mandiri Mandiri


tentang kondisi, keperawatan ... x 24 jam 1. Kaji ulang proses penyakit 1. memberikan pengetahuan
prognosis, dan diharapkan masalahkurang dan harapan yang akan dasar dimana pasien dapat
kebutuhan pengobatan pengetahuan pasien dapat teratasi datanng membuat pilihan
berhubungan dengan dengan kriteria hasil : beradasarkan informasi.
kurangnya sumber 1. Menyatakan dan mengerti 2. Berikan informasi tentang: 2. pengetahuan apa yang
informasi tentang kondisi, pemeriksaan sumber infeksi, tindakan untuk diharapkan dapat mengurangi
ditandai dengan diagnostic, rencana pengobatan, mencegah penyebaran,
ansietas dan, membantu
DS: dan tindakan perawatan diri jelaskan pemberian antibiotic,
 Pasien mengatakan preventif. pemeriksaan diagnostic: mengembankan kepatuhan
tidak paham tujuan, gambaran singkat, klien terhadap rencan
persiapan yang dibutuhkan
tentang penyakitnya terapetik.
sebelum pemeriksaan,
perawatan sesudah
 Pasien mengatakan pemeriksaan
tidak tahu tentang 3. Pastikan pasien atau orang
pengobatan 3. instruksi verbal dapat
penyakitnya terdekat telah menulis dengan mudah dilupakan
perjanjian untuk perawatan
DO : lanjut dan instruksi tertulis
 Pasien terlihat
untuk perawatan sesudah
bingung ketika
ditanya tentang pemeriksaan
4. Pasien sering
penyakitnya 4. Instruksikan pasien untuk
menghentikan obat mereka,
menggunakan obat yang jika tanda-tanda penyakit
diberikan sebanyak kurang mereda. Cairan menolong
membilas ginjal. Asam
lebih delapan gelas per hari
piruvat dari sari buah berry
khususnya sari buah berry membantu mempertahankan
keadaan asam urin dan
mencegah pertumbuhan
bakteri
5. Berikan kesempatan kepada 5. Untuk mendeteksi isyarat
pasien untuk mengekspresikan indikatif kemungkinan
ketidak patuhan dan
perasaan dan masalah tentang
membantu mengembangkan
rencana pengobatan. penerimaan rencana
terapeutik
d. Pelaksanaan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan. (Aziz, 2006).
e. Evaluasi
1) Nyeri teratasi
2) Tidak mengalami gangguan eliminsi urin, urin lancar tanpa tersendat
3) Suhu tubuh dalam rentang normal (360C – 370C)
4) Istirahat dan tidur adekuat
5) Klien mendapat pengetahuan baru dan mengerti tentang penyakit serta
pengobatannya

12. Daftar Pustaka


Bruneer and Suddarth. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2.
Jakarta: EGC
Doenges, Marlynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC
NANDA. 2010. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. EGC:
Jakarta
Prince, Sylvia. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6
Vol. 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai