Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang
berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka
bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih
dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan
superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai
perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api
atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang
berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang
mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan
ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi
kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat
diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk
mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan
lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi
asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka
bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota
keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk
mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka
panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu.
Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD
Dr.Soetomo, 2001).
Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
1. Gas
2. Cairan
3. Bahan padat (Solid)
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang
penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau
beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat
cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok
(terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O 2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan)
yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi
denagn problema instabilitas sirkulasi.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
3. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit
berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
Klasifikasi Luka Bakar
Pucat bila
ditekan
dengan
ujung jari,
berisi
kembali bila
tekanan
dilepas.
Gelembung
jarang,
dindingnya
sangat tipis,
tidak
membesar.
Tidak pucat
bila ditekan.
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama
rule of nine atua rule of wallace yaitu:
5) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara
lain :
1. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2. Kedalaman luka bakar.
3. Anatomi lokasi luka bakar.
4. Umur klien.
5. Riwayat pengobatan yang lalu.
6. Trauma yang menyertai atau bersamaan.
1. Parah – critical:
1. Tingkat II : 30% atau lebih.
2. Tingkat III : 10% atau lebih.
3. Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
4. Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
2. Sedang – moderate:
a) Tingkat II : 15 – 30%
3. Ringan – minor:
Ketebalan kulit yang terlibat tergantung pada kerusakan jaringan yang disebabkan
oleh panas. Panas yang kurang dalam waktu yang diperlukan untuk kerusakan pada daerah tubuh
dengan kulit tipis sebanding dengan daerah dimana kulit lebih tebal. Kulit yang paling tebal
adalah pada daerah belakang dan paha, dan yang paling tipis sekitar tangan bagian medial,
batang hidung dan wajah. Kulit umumnya lebih tipis pada anak-anak dan orang tua dari pada
dewasa pertengahan. Orang tua mempunyai penurunan lapisan subkutan, kehilangan serat elastik
dan pengurangan semua kemampuan untuk merespon terhadap trauma.
Beberapa luka jaringan yang diterima tubuh sebagai ancaman homeostasis yang
normal adalah respon pertahanan yang dirangsang sebagai sebagai kondisi dan kerusakan, urutan
respun aktual ini selalu sama. Besarnya respon tergantung pada intensitas dan lamanya
permulaam kerusakan. Satu hal yang penting untuk diingat dahwa respon keradangan
(inflamatory respon) merupakan mekanisme kompensasi yang segera membantu tubuh bila
invasi atau luka terjadi. Aksi-aksi ini merencanakan pertahanan lokal dan dalam waktu yang
relatif pendek. Bila aksi-aksi ini menyebar cepat dan menetap, maka akan menyebabkan
komplikasi fisiologis yang merugikan yang juga mempengaruhi pertahanan homeostasis.
Respon terhadap keradangan pada luka terjadi secara primer pada tingkat vasculer.
Kerusakan jaringan dan makrofage dalam jaringan mengurangi kelenjar kimia tubuh (histamin,
bradikinin, serotonin dan vasoaktif-amin yang lain) yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah
(vaso) dan meningkatkan permiabilitas kapiler. Bila kerusakan jaringan bersifat luas, substansi
ini disekresi dalam jumlah besar, diedarkan secara sistemik dan menyebabkan perubahan
vaskuler pada semua jaringan. perubahan vaskuler ini bertanggungjawab terhadapmanifestasi
klinik dini pembuluh darah (kardiovasculer) dan komplikasi yang menyertai luka bakar.
Substansi ini juga mempengaruhi darah dan pembuluh darah, substansi kimiawi (chemotaksik)
yang disertai oleh jaringan makrofage yang mengikal leukosit khusus pada lokasi luka dan
merubah sumsum tulang dan kematangan leukosit. Perubahan ini segera menyeluruh dan lebih
jauh mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh.
Perubahan ( s/d 48-72 jam pertama) (12 jam – 18/24 jam pertama)
Respon stres. Terjadi karena Aliran darah Terjadi karena Stres karena luka.
trauma, renal berkurang. sifat cidera
peningkatan berlangsung lama
produksi dan terancam
cortison. psikologi pribadi.
Penatalaksanaan
1. Resusitasi A, B, C.
1. Pernafasan:
2. Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler à
hipovolemi relatif à syok à ATN à gagal ginjal.
Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
<>
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
Hari kedua:
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
6. Obat – obatan:
1. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit;
gangguan massa otot, perubahan tonus.
2. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan
nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri);
disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
3. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
4. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising
usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
5. Makanan/cairan:
6. Neurosensori:
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok
listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
7. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk
disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang
derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
8. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas
atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal);
bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas
dalam (ronkhi).
9. Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung
dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau
lingkar nasal.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh;
ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam
setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar.
2. Diagnosa Keperawatan
Sebagian klien luka bakar dapat terjadi Diagnosa Utama dan Diagnosa
Tambahan selama menderita luka bakar (common and additional). Diagnosis yang lazim
terjadi pada klien yang dirawat di rumah sakit yang menderila luka bakar lebih dari 25 %
Total Body Surface Area
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and documenting
patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher;
kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan
melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak
cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.
3. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada
atau leher.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak
adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
6. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer
berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka
bakar seputar ekstremitas dengan edema.
7. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera
berat) atau katabolisme protein.
8. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak
nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit
karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
10. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian
traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.
Rencana Intervensi
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Auskultasi paru,
perhatikan stridor,
mengi/gemericik, Obstruksi jalan
penurunan bunyi nafas, nafas/distres
batuk rejan. pernafasan dapat
terjadi sangat cepat
atau lambat contoh
sampai 48 jam setelah
Perhatikan adanya pucat terbakar.
atau warna buah ceri
merah pada kulit yang
cidera
Dugaan adanya
Tinggikan kepala tempat hipoksemia atau
tidur. Hindari karbon monoksida.
penggunaan bantal di
bawah kepala, sesuai Meningkatkan
indikasi ekspansi paru
optimal/fungsi
pernafasan.
Bilakepala/leher
terbakar, bantal dapat
menghambat
pernafasan,
Dorong batuk/latihan
menyebabkan nekrosis
nafas dalam dan
pada kartilago telinga
perubahan posisi sering.
yang terbakar dan
meningkatkan
Hisapan (bila perlu) pada konstriktur leher.
perawatan ekstrem,
pertahankan teknik steril.
Meningkatkan
ekspansi paru,
memobilisasi dan
drainase sekret.
Membantu
Tingkatkan istirahat suara mempertahankan jalan
tetapi kaji kemampuan nafas bersih, tetapi
untuk bicara dan/atau harus dilakukan
menelan sekret oral kewaspadaan karena
secara periodik. edema mukosa dan
inflamasi. Teknik
steril menurunkan
risiko infeksi.
Perpindahan cairan
Lakukan program atau kelebihan
kolaborasi meliputi : penggantian cairan
meningkatkan risiko
Berikan pelembab edema paru. Catatan :
O2 melalui cara yang Cedera inhalasi
tepat, contoh masker meningkatkan
wajah kebutuhan cairan
sebanyak 35% atau
Awasi/gambaran seri lebih karena edema.
GDA
O2 memperbaiki
hipoksemia/asidosis.
Pelembaban
menurunkan
pengeringan saluran
pernafasan dan
menurunkan viskositas
sputum.
Perubahan
menunjukkan
atelektasis/edema paru
tak dapat terjadi
selama 2 – 3 hari
Siapkan/bantu intubasi
setelah terbakar
atau trakeostomi sesuai
indikasi.
Fisioterapi dada
mengalirkan area
dependen paru,
sementara spirometri
intensif dilakukan
untuk memperbaiki
ekspansi paru,
sehingga
meningkatkan fungsi
pernafasan dan
menurunkan
atelektasis.
Intubasi/dukungan
mekanikal dibutuhkan
bila jalan nafas edema
atau luka bakar
mempengaruhi fungsi
paru/oksegenasi.
Resiko tinggi Pasien dapat Awasi tanda vital, CVP. Memberikan pedoman
kekurangan mendemostrasika Perhatikan kapiler dan untuk penggantian
volume cairan n status cairan kekuatan nadi perifer. cairan dan mengkaji
berhubungan dan biokimia respon kardiovaskuler.
dengan membaik.
Kehilangan cairan
melalui rute Kriteria evaluasi: Awasi pengeluaran urine
abnormal. tak ada dan berat jenisnya. Penggantian cairan
Peningkatan manifestasi Observasi warna urine dititrasi untuk
kebutuhan : status dehidrasi, resolusi dan hemates sesuai meyakinkan rata-2
hypermetabolik, oedema, elektrolit indikasi. pengeluaran urine 30-
ketidak cukupan serum dalam 50 cc/jam pada orang
pemasukan. batas normal, dewasa. Urine
Kehilangan haluaran urine di berwarna merah pada
perdarahan. atas 30 ml/jam. kerusakan otot masif
karena adanyadarah
dan keluarnya
Perkirakan drainase luka
mioglobin.
dan kehilangan yang
tampak
Peningkatan
permeabilitas kapiler,
perpindahan protein,
proses inflamasi dan
kehilangan cairan
melalui evaporasi
Timbang berat badan mempengaruhi
setiap hari volume sirkulasi dan
pengeluaran urine.
Penggantian cairan
Ukur lingkar ekstremitas tergantung pada berat
yang terbakar tiap hari badan pertama dan
sesuai indikasi perubahan selanjutnya
Memperkirakan
luasnya
oedema/perpindahan
Selidiki perubahan cairan yang
mental mempengaruhi
volume sirkulasi dan
pengeluaran urine.
Penyimpangan pada
tingkat kesadaran
Observasi distensi dapat
abdomen,hematomesis,fe mengindikasikan
ces hitam. ketidak adequatnya
volume
Hemates drainase NG dan sirkulasi/penurunan
feces secara periodik. perfusi serebral
Pasang/ pertahankan
ukuran kateter IV.
Berikan penggantian
cairan IV yang dihitung, Observasi ketat fungsi
elektrolit, plasma, ginjal dan mencegah
albumin. stasis atau refleks
urine.
Memungkinkan infus
Awasi hasil pemeriksaan cairan cepat.
laboratorium ( Hb,
elektrolit, natrium ). Resusitasi cairan
menggantikan
kehilangan
cairan/elektrolit dan
membantu mencegah
Berikan obat sesuai komplikasi.
idikasi :
Mengidentifikasi
Diuretika kehilangan
contohnya darah/kerusakan SDM
Manitol dan kebutuhan
(Osmitrol) penggantian cairan
dan elektrolit.
Meningkatkan
pengeluaran urine dan
Kalium membersihkan tubulus
dari debris /mencegah
nekrosis.
Menurunkan
keasaman gastrik
Pantau:
sedangkan inhibitor
histamin menurunkan
Tanda-tanda vital produksi asam
setiap jam selama hidroklorida untuk
periode darurat, menurunkan produksi
setiap 2 jam asam hidroklorida
selama periode untuk menurunkan
akut, dan setiap 4 iritasi gaster.
jam selama
periode Mengidentifikasi
rehabilitasi. penyimpangan
Warna urine. indikasi kemajuan atau
Masukan dan penyimpangan dari
haluaran setiap hasil yang diharapkan.
jam selama Periode darurat (awal
periode darurat, 48 jam pasca luka
setiap 4 jam bakar) adalah periode
selama periode kritis yang ditandai
akut, setiap 8 jam oleh hipovolemia yang
selama periode mencetuskan individu
rehabilitasi. pada perfusi ginjal dan
Hasil-hasil JDL jarinagn tak adekuat.
dan laporan
elektrolit.
Berat badan
setiap hari.
CVP (tekanan
vena sentral)
setiap jam bial
diperlukan.
Status umum
setiap 8 jam.
Temuan-temuan
guaiak positif
ennandakan adanya
perdarahan GI.
Perdarahan GI
menandakan adaya
stres ulkus (Curling’s).
Mencegah perdarahan
GI. Luka bakar luas
mencetuskan pasien
pada ulkus stres yang
disebabkan
peningkatan sekresi
hormon-hormon
adrenal dan asam HCl
oleh lambung.
Anjurkan pernafasan
dalam dengan
penggunaan spirometri
insentif setiap 2 jam Pernafasan dalam
selama tirah baring. mengembangkan
alveoli, menurunkan
Pertahankan posisi semi resiko atelektasis.
fowler, bila hipotensi tak
ada.
Memudahkan ventilasi
dengan menurunkan
Untuk luka bakar sekitar tekanan abdomen
torakal, beritahu dokter terhadap diafragma.
bila terjadi dispnea
disertai dengan takipnea.
Siapkan pasien untuk
pembedahan eskarotomi
sesuai pesanan. Luka bakar sekitar
torakal dapat
membatasi ekspansi
adda. Mengupas kulit
(eskarotomi)
memungkinkan
ekspansi dada.
Kain nilon/membran
silikon mengandung
kolagen porcine
peptida yang melekat
pada permukaan luka
sampai lepasnya atau
Tinggikan area graft bila mengelupas secara
mungkin/tepat. spontan kulit
Pertahankan posisi yang repitelisasi.
diinginkan dan
imobilisasi area bila Menurunkan
diindikasikan. pembengkakan
/membatasi resiko
pemisahan graft.
Gerakan jaringan
Pertahankan balutan dibawah graft dapat
diatas area graft baru mengubah posisi yang
dan/atau sisi donor sesuai mempengaruhi
indikasi. penyembuhan optimal.
aftar pustaka
Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B. Lippincott
Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328.
Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany.
Philadelpia. Hal. 752 – 779.
Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). F.A. Davis
Company. Philadelpia.
Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing. A Nursing Process
Approach. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Hal. 357 – 401.
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis. Alih
bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedoketran EGC.
Jakarta
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta.
Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. (2001). Pendidikan Keperawatan
Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan Luka Bakar Secara
Paripurna. Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Senat Mahasiswa FK Unair. (1996). Diktat Kuliah Ilmu Bedah 1. Surabaya.