Anda di halaman 1dari 21

SENIN, 16 JUNI 2008

ASKEP CIDERA KEPALA

A. Pengertian

Cidera kepala adalah kerusakan neurologis yang terjadi akibat adanya trauma
pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma
yang terjadi (Sylvia anderson Price, 1985).

B. Etiologi

Cidera kepala dapat disebabkan karena beberapa hal diantaranya adalah :

1. oleh benda / serpihan tulang yang menembus jaringan otak misal : kecelakaan,
dipukul dan terjatuh.
2. trauma saat lahir misal : sewaktu lahir dibantu dengan forcep atau vacum.

C. Manifestasi klinis

Cidera otak karena terkenanya benda tumpul berat ke kepala, cidera akut
dengan cepat menyebabkan pingsan (coma), yang pada akhirnya tidak selalu dapat
disembuhkan. Karena itu, sebagai penunjang diagnosis, sangat penting diingat arti
gangguan vegetatif yang timbul dengan tiba-tiba dan cepat berupa sakit kepala, mual,
muntah, dan puyeng. Gangguan vegetatif tidak dilihat sebagai tanda-tanda penyakit
dan gambaran penyakit, namun keadaannya reversibilitas.

Pada waktu sadar kembali, pada umumnya kejadian cidera tidak diingat
(amnezia antegrad), tetapi biasanya korban/ pasien tidak diingatnya pula sebelum
dan sesudah cidera (amnezia retrograd dan antegrad). Timbul tanda-tanda lemah
ingatan, cepat lelah, amat sensitif, negatifnya hasil pemeriksaan EEG, tidak akan
menutupi diagnosis bila tidak ada kelainan EEG.

Koma akut tergantung dari beratnya trauma/ cidera. Akibatnya juga beraneka
ragam, bisa terjadi sebentar saja dan bisa hanya sampai 1 menit. Catatan kesimpulan
mengenai cidera kepala akan lebih kalau terjadi koma berjam-jam atau seharian,
apalagi kalau tidak menampakkan gejala penyakit gangguan syaraff. Menurut dokter
ahli spesialis penyakit syaraf dan dokter ahli bedah syaraf, gegar otak akan terjadi
jika coma berlangsung tidak lebih dari 1 jam. Kalau lebih dari 1 jam, dapat
diperkirakan lebih berat dan mungkin terjadi komplikasi kerusakan jaringan otak
yang berkepanjangan.

D. Patofisiologi

Cidera kepala terjadi karena beberapa hal diantanya karena terjatuh, dipukul,
kecelakaan dan trauma saat lahir yang bisa mengakibatkan terjadinya gangguan pada
seluruh sistem dalam tubuh. Bila trauma ekstra kranial akan dapat menyebabkan
adanya leserasi pada kulit kepala selanjutnya bisa perdarahan karena mengenai
pembuluh darah. Karena perdarahan yang terjadi terus – menerus dapat
menyebabkan hipoksia sehingga tekanan intra kranial akan meningkat. Namun bila
trauma mengenai tulang kepala akan meneyebabkan robekan dan terjadi perdarahan
juga. Cidera kepala intra kranial dapat mengakibatkan laserasi, perdarahan dan
kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan susunan syaraf kranial
tertama motorik yang mengakibatkan terjadinya gangguan dalam mobilitas.

E. Klasifikasi

Cidera kepala diklasifikasikan menjadi dua :

1. Cidera kepala terbuka


2. Cidera kepala tertutup

1. Cidera kepala terbuka

Luka terbuka pada lapisan-lapisan galea tulang tempurung kepala duramater disertai
cidera jaringan otak karena impressi fractura berat. Akibatnya, dapat menyebabkan
infeksi di jaringan otak. Untuk pencegahan, perlu operasi dengan segera menjauhkan
pecahan tulang dan tindakan seterusnya secara bertahap.

Fractura Basis Cranii

Fractura ini dapat terletak di depan, tengah, atau di belakang. Gejala fractura di
depan:
1. Rhino liquore disertai lesi di sinus-frontalis pada ethmoidal, spenoidal, dan
arachnoidal.
2. Pneunoencephalon, karena pada fractura basis cranii udara dari sinus maksilaris
masuk ke lapisan selaput otak encepalon.
3. Monokli haematoma, adalah haematoma pada biji mata, karena pada orbita mata
dan biji lensa mata memberi gejala pendarahan intracranialis pula.

Fractura bagian tengah basis cranii antara lain memberi gejala khas menetesnya
cairan otak bercampur darah dari telinga: otoliquor, melalui tuba eustachii.
Gambaran rontgen sebagai tanda khas pada fractura basis cranii selalu hanya
memperlihatkan sebagian. Karena itu, dokter-dokter ahli forensik selalu menerima
kalau hanya ada satu tanda-tanda klinik.

Gejala-gejala klinis lain yang dapat dilihat pada fractura basis cranii antara lain
anosmia (I); gangguan penglihatan (II); gangguan gerakan-gerakan biji mata (III,IV,
V); gangguan rasa di wajah (VI); kelumpuhan facialis (VII); serta ketulian bukan
karena trauma octavus tetapi karena trauma pada haemotympanon. Pada umumnya,
N. VIII - XII jaringan saraf otak tidak akan rusak pada fractura basis cranii. Kalau
fractura disebut fractura impressio maka terjadi dislocatio pada tulang-tulang sinus
tengkorak kepala. Hal ini harus selalu diperhatikan karena kemungkinan ini akibat
contusio cerebri.

2. Cidera kepala tertutup

Pada tulang kepala, termasuk di antaranya selaput otak, terjadi keretakan-


keretakan. Dalam keadaan seperti ini, timbul garis/linea fractura sedemikian rupa
sehingga menyebabkan luka pada daerah periferia a. meningia media, yang
menyebabkan perdarahan arteri. Haematoma dengan cepat membesar dan
gambaran klinik juga cepat merembet, sehingga tidak kurang dari 1 jam
terbentuk haematomaepiduralis. Penentuan diagnosis sangat berarti lucidum
intervalum (mengigat waktu yang jitu dan tepat). Jadi, pada epiduralis haematoma,
sebenarnya jaringan otak tidak rusak, hanya tertekan (depresi). Dengan tindakan
yang cepat dan tepat, mungkin pasien dapat ditolong. Paling sering terdapat di
daerah temporal, yaitu karena pecahnya pembulnh darah kecil/perifer cabang-
cabang a. meningia media akibat fractura tulang kepala daerah itu (75% pada Fr.
Capitis).

a. Epiduralis haematoma
Pada frontal, parietal, occipital dan fossa posterior, sin. transversus. Foto rontgen
kepala sangat berguna, tetapi yang lebih penting adalah pengawasan terhadap pasien.
Saat ini, diagnosis yang cepat dan tepat ialah CT scan atau Angiografi. Kadangkala kita
sangat terpaksa melakukan "Burr hole Trepanasi", karena dicurigai akan terjadi
epiduralis haematoina. Dengan ini sekaligus bisa didiagnosis dan dekompresi, sebab
terapi untuk epiduralis haematoma adalah suatu kejadian yang gawat dan harus segera
ditangani.

b. Subduralis haematoma akut

Kejadian akut haematoma di antara durameter dan corteks, dimana pembuluh


darah kecil sinus vena pecah atau terjadi perdarahan. Atau jembatan vena bagian atas
pada interval yang akibat tekanan lalu terjadi perdarahan. Kejadiannya keras dan
cepat, karena tekanan jaringan otak sehingga darah cepat tertuangkan dan memenuhi
rongga antara durameter dan corteks. Kejadian dengan cepat memberi tanda-tanda
meningginya tekanan dalam jaringan otak (TIK = Tekanan Intra Kranial). Pada
kejadian akut haematoma, lucidum intervalum akan terasa setelah beberapa jam
sampai 1 atau 2 hari. Tanda-tanda neurologis-klinis di sini jarang memberi gejala
epileptiform pada perdarahan dasar duramater. Akut hematoma subduralis pada
trauma kapitis dapat juga terjadi tanpa Fractura Cranii, namun pembuluh darah arteri
dan vena di corteks terluka. Pasien segera pingsan/ koma. Jadi, di sini tidak ada "free
interval time". Kadang-kadang pembuluh darah besar seperti arteri dan sinus dapat
juga terluka. Dalam kasus ini sering dijumpai kombinasi dengan intracerebral
haematoma sehingga mortalitas subdural haematoma akut sangat tinggi (80%).

c. Subrachnoidalis Haematoma

Kejadiannya karena perdarahan pada pembuluh darah otak, yaitu perdarahan


pada permukaan dalam duramater. Bentuk paling sering dan berarti pada praktik
sehari-hari adalah perdarahan pada permukaan dasar jaringan otak, karena bawaan
lahir aneurysna “pelebaran pembuluh darah”. Ini sering menyebabkan pecahnya
pembuluh darah otak. Gambaran klinik tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit
tetapi terjadi gangguan ingatan karena timbulnya gangguan meningeal. Akut
Intracerebralis Haematoma terjadi karena pukulan benda tumpul di daerah korteks
dan subkorteks yang mengakibatkan pecahnya vena yang besar atau arteri pada
jaringan otak. Paling sering terjadi dalam subkorteks. Selaput otak menjadi pecah pula
karena tekanan pada durameter bagian bawah melebar sehingga terjadilah "subduralis
haematoma", disertai gejala kliniknya.

d. Contusio Cerebri

Di antara yang paling sering adalah bagian yang berlawanan dengan tipe centralis
- kelumpuhan N. Facialis atau N. Hypoglossus, atau kelumpuhan syaraf-syaraf otak,
gangguan bicara, yang tergantung pada lokalisasi kejadian cidera kepala. Contusio
pada kepala adalah bentuk paling berat, disertai dengan gegar otak encephalon dengan
timbulnya tanda-tanda koma, sindrom gegar otak pusat encephalon dengan tanda-
tanda gangguan pernapasan, gangguan sirkulasi paru - jantung yang mulai dengan
bradikardia, kemudian takikardia, meningginya suhu badan, muka merah, keringat
profus, serta kekejangan tengkuk yang tidak dapat dikendalikan (decebracio rigiditas).

E. Pemeriksaan diagnostik

1. Spinal X ray

Membantu menentukan lokasi terjadinya trauma dan efek yang terjadi (perdarahan
atau ruptur atau fraktur).

2. CT Scan

Memeperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hematoma, adanya jaringan


otak yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti.

3. Myelogram

Dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan adanya bendungan dari spinal


aracknoid jika dicurigai.

4. MRI (magnetic imaging resonance)

Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta besar/


luas terjadinya perdarahan otak.

5. Thorax X ray

Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.

6. Pemeriksaan fungsi pernafasan

Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan ekspirasi yang penting diketahui bagi
penderita dengan cidera kepala dan pusat pernafasan (medulla oblongata).

7. Analisa Gas Darah

Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafasan.


F. Pengobatan

Penderita trauma saraf spinal akut yang diterapi


dengan metilprednisolon (bolus 30 mg/kg berat badan dilanjutkan dengan infus
5,4 mg/kg berat badan per jam selama 23 jam), akan menunjukkan perbaikan
keadaan neurologis bila preparat itu diberikan dalam waktu paling lama 8 jam
setelah kejadian (golden hour). Pemberian nalokson (bolus 5,4 mg/kg berat badan
dilanjutkan dengan 4,0 mg/kg berat badan per jam selama 23 jam) tidak
memberikan perbaikan keadaan neurologis pada penderita trauma saraf spinal akut.

Metilprednisolon yang diberikan secara dini dan dalam dosis yang akurat,
dapat memperbaiki keadaan neurologis akibat efek inhibisi terjadinya reaksi
peroksidasi lipid. Dengan kata lain, metilprednisolon bekerja dengan cara:

 Menyusup masuk ke lapisan lipid untuk melindungi fosfolipid dan komponen


membran lain dari kerusakan.
 Mempertahankan kestabilan dan keutuhan membran.
 Mencegah perembetan kerusakan sel-sel lain di dekatnya.
 Mencegah berlanjutnya iskemia pascatrauma.
 Memutarbalikkan proses akumulasi kalsiun intraseluler.
 Menghambat pelepasan asam arakhidonat.

H. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan b/ d oedema cerebri, meningkatnya aliran darah ke otak.


2. Gangguan rasa nyaman nyeri b/ d peningkatan tekanan intra kranial.
3. Perubahan persepsi sensori b/ d penurunan kesadaran, peningkatan tekanan intra
kranial.
4. Gangguan mobilitas fisik b/ d spastisitas kontraktur, kerusakan saraf motorik.
5. Resiko tinggi infeksi b/ d jaringan trauma, kerusakan kulit kepala.
6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/ d haluaran urine dan elektrolit
meningkat.
7. Gangguan kebutuhan nutrisi b/ d kelemahan otot untuk menguyah dan menelan.
8. Gangguan pola nafas b/ d obstruksi trakeobronkial, neurovaskuler, kerusakan
medula oblongata.
Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Gangguan Gangguan perfusi jaringan o Pantau status Mengkaji


perfusi tidak dapat diatasi setelah neurologis adanya
jaringan b/ dilakukan tindakan secara kecenderung
d oedema keperawatan selama 2x 24 jam teratur. an pada
cerebri, dengan KH : tingkat
meningkat kesadaran
nya aliran o Mampu dan potensial
darah ke mempertahanka peningkatan
otak. n tingkat TIK dan
kesadaran bermanfaat
o Fungsi sensori dalam
dan motorik menentukan
membaik. lokasi,
perluasan
dan
perkembang
an kerusakan
SSP

Menentukan
tingkat
kesadaran

o Evaluasi Mengukur
kemampuan kesadaran
membuka secara
mata keseluruhan
(spontan, dan
rangsang kemampuan
nyeri). untuk
berespon
pada
rangsangan
eksternal.

o Kaji respon Dikatakan


motorik sadar bila
terhadap pasien
mampu
perintah yang meremas
sederhana. atau melepas
tangan
pemeriksa.

o Pantau TTV Peningkatan


dan catat tekanan
hasilnya. darah
sistemik
yang diikuti
dengan
penurunan
tekanan
darah
diastolik
merupakan
tanda
peningkatan
TIK .

Peningkatan
ritme dan
disritmia
merupakan
tanda adanya
depresi atau
trauma
batang otak
pada pasien
yang tidak
mempunyai
kelainan
jantung
sebelumnya.

Nafas yang
tidak teratur
o Anjurkan menunjukan
orang adanya
terdekat peningkatan
untuk TIK
berbicara
dengan klien
Ungkapan
keluarga
yang
menyenangk
an klien
tampak
mempunyai
efek
relaksasi
pada
o Kolaborasi beberapa
pemberian klien koma
cairan sesuai yang akan
indikasi menurunkan
melalui IV TIK
dengan alat
kontrol

Pembatasan
cairan
diperlukan
untuk
menurunkan
Oedema
cerebral:
meminimalk
an fluktuasi
aliran
vaskuler,
tekanan
darah (TD)
dan TIK

Gangguan Rasa nyeri berkurang setelah o Teliti Mengidentifi


rasa dilakukan tindakan keluhan kasi
nyaman keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri, catat karakteristik
nyeri b/ d dengan KH : intensitasnya, nyeri
peningkata lokasinya dan merupakan
n tekanan o pasien lamanya. faktor yang
intra mengatakan penting
kranial. nyeri berkurang. untuk
o Pasien menentukan
menunjukan terapi yang
skala nyeri pada cocok serta
angka 3.
o Ekspresi wajah mengevaluas
klien rileks. i keefektifan
dari terapi.
o Catat
kemungkinan Pemahaman
patofisiologi terhadap
yang khas, penyakit
misalnya yang
adanya mendasariny
infeksi, a membantu
trauma dalam
servikal. memilih
intervensi
yang sesuai.

o Berikan Meningkatka
kompres n rasa
dingin pada nyaman
kepala dengan
menurunkan
vasodilatasi.

Perubahan Fungsi persepsi sensori kembali o Evaluasi Fungsi


persepsi normal setelah dilakukan secara teratur cerebral
sensori b/ d perawatan selama 3x 24 jam perubahan bagian atas
penurunan dengan KH : orientasi, biasanya
kesadaran, kemampuan terpengaruh
peningkata o mampu berbicara, lebih dahulu
n tekanan mengenali orang alam oleh adanya
intra dan lingkungan perasaan, gangguan
kranial. sekitar. sensori dan sirkulasi,
o Mengakui proses pikir. oksigenasi.
adanya Perubahan
perubahan persepsi
dalam sensori
kemampuannya. motorik dan
kognitif
mungkin
akan
berkembang
dan menetap
dengan
perbaikan
respon
secara
o Kaji bertahap
kesadaran
sensori
dengan
sentuhan, Semua
panas/ sistem
dingin, benda sensori dapat
tajam/ terpengaruh
tumpul dan dengan
kesadaran adanya
terhadap perubahan
gerakan. yang
melibatkan
peningkatan
atau
penurunan
sensitivitas
atau
kehilangan
sensasi
untuk
menerima
dan berespon
sesuai
dengan
o Bicara stimuli.
dengan suara
yang lembut
dan pelan.
Gunakan
kalimat
pendek dan Pasien
sederhana. mungkin
Pertahankan mengalami
kontak mata. keterbatasan
perhatian
atau
pemahaman
selama fase
akut dan
penyembuha
n. Dengan
o Berikan tindakan ini
lingkungan akan
tersetruktur membantu
rapi, nyaman pasien untuk
dan buat memunculka
jadwal untuk n
klien jika komunikasi.
mungkin dan
tinjau
kembali.
Mengurangi
kelelahan,
kejenuhan
dan
memberikan
kesempatan
untuk tidur
REM
(ketidakadaa
n tidur REM
o Gunakan ini dapat
penerangan meningkatka
siang atau n gangguan
malam. persepsi
sensori).

Memberikan
o Kolaborasi perasaan
pada ahli normal
fisioterapi, tentang
terapi perubahan
okupasi, waktu dan
terapi wicara pola tidur.
dan terapi
kognitif.

Pendekatan
antar disiplin
ilmu dapat
menciptakan
rencana
panatalaksan
aan
terintegrasi
yang
berfokus
pada
masalah
klien

Gangguan Pasien dapat melakukan o Periksa Mengidentifi


mobilitas mobilitas fisik setelah kembali kasi
fisik b/d mendapat perawatan dengan kemampuan kerusakan
spastisitas KH : dan keadaan secara
kontraktur, secara fungsional
kerusakan o tidak adanya fungsional dan
saraf pada mempengaru
motorik. kontraktur, kerusakan hi pilihan
footdrop. yang terjadi. intervensi
o Ada peningkatan yang akan
kekuatan dan dilakukan.
fungsi bagian
tubuh yang
sakit.
o Mampu Penggunaan
mendemonstrasi sepatu tenis
kan aktivitas o Pertahankan hak tinggi
yang kesejajaran dapat
memungkinkan tubuh secara membantu
dilakukannya fungsional, mencegah
seperti footdrop,
bokong, kaki, penggunaan
tangan. bantal,
Pantau gulungan
selama alas tidur
penempatan dan bantal
alat atau pasir dapat
tanda membantu
penekanan mencegah
dari alat terjadinya
tersebut. abnormal
pada
bokong.

Mempertaha
nkan
o Berikan/ mobilitas
bantu untuk dan fungsi
latihan sendi/ posisi
rentang gerak normal
ekstrimitas
dan
menurunkan
terjadinya
vena statis.

Proses
o Bantu pasien penyembuha
dalam n yang
program lambat
latihan dan seringakli
penggunaan menyertai
alat trauma
mobilisasi. kepala dan
Tingkatkan pemulihan
aktivitas dan fisik
partisipasi merupakan
dalam bagian yang
merawat diri sangat
sendiri sesuai penting.
kemampuan. Keterlibatan
pasien dalam
program
latihan
sangat
penting
untuk
meningkatka
n kerja sama
atau
keberhasilan
program.

Resiko Tidak terjadi infeksi setelah o Berikan Cara


tinggi dilakukan tindakan perawatan pertama
infeksi b/ d keperawatan selama 3x 24 jam aseptik dan untuk
jaringan dengan KH : antiseptik, menghindari
trauma, pertahankan nosokomial
kerusakan o Bebas tanda- teknik cuci infeksi.
kulit tanda infeksi tangan yang
kepala. o Mencapai baik.
penyembuhan
luka tepat waktu

o Observasi Deteksi dini


daerah kulit perkembang
yang an infeksi
mengalami memungkink
kerusakan, an untuk
daerah yang melakukan
terpasang alat tindakan
invasi, catat dengan
karakteristik segera dan
drainase dan pencegahan
adanya terhadap
inflamasi. komplikasi
selanjutnya.
o Batasi
pengunjung
yang dapat Menurunkan
menularkan pemajanan
infeksi atau terhadap
cegah pembawa
pengunjung kuman
yang infeksi.
mengalami
infeksi
saluran nafas
atas.

o Kolaborasi Terapi
pemberian profilaktik
atibiotik dapat
sesuai digunakan
indikasi. pada pasien
yang
mengalami
trauma,
kebocoran
LCS atau
setelah
dilakukan
pembedahan
untuk
menurunkan
resiko
terjadinya
infeksi
nosokomial.

Gangguan Setelah dilakukan tindakan o Kaji tanda Deteksi dini


keseimban keperawatan selama 3 x 24 jam klinis dan
gan cairan ganguan keseimbangan cairan dehidrasi intervensi
dan dan elektrolit dapat teratasi atau dapat
elektrolit kelebihan mencegah
b/ d dengan KH : cairan. kekurangan /
haluaran kelebihan
urine dan o Menunjukan fluktuasi
elektrolit membran keseimbanga
meningkat. mukosa lembab, n cairan.
tanda vital
normal haluaran
urine adekuat
dan bebas o Catat Kehilangan
oedema. masukan dan urinarius
haluaran, dapat
hitung menunjukan
keseimbanga terjadinya
n cairan, ukur dehidrasi
berat jenis dan berat
urine. jenis urine
adalah
indikator
hidrasi dan
fungsi renal.

o Berikan air
tambahan/
bilas selang Dengan
sesuai formula
indikasi kalori lebih
tinggi,
tambahan air
diperlukan
untuk
mencegah
o Kolaborasi dehidrasi.
pemeriksaan
lab.
kalium/fosfor
serum, Ht Hipokalimia/
dan albumin fofatemia
serum. dapat terjadi
karena
perpindahan
intraselluler
selama
pemberian
makan awal
dan
menurunkan
fungsi
jantung bila
tidak diatasi.

Gangguan Pasien tidak mengalami o Kaji Faktor ini


kebutuhan gangguan nutrisi setelah kemampuan menentukan
nutrisi b/ d dilakukan perawatan selama 3 pasien untuk terhadap
kelemahan x 24 jam dengan KH : mengunyah jenis
otot untuk dan menelan, makanan
menguyah o Tidak batuk dan sehingga
dan mengalami mengatasi pasien harus
menelan tanda- tanda mal sekresi. terlindung
nutrisi dengan dari aspirasi.
nilai lab. Dalam
rentang normal.
o Peningkatan o Auskultasi
berat badan bising usus, Fungsi
sesuai tujuan. catat adanya bising usus
penurunan/ pada
hilangnya umumnya
atau suara tetap baik
hiperaktif. pada kasus
cidera
kepala. Jadi
bising usus
membantu
dalam
menentukan
respon untuk
makan atau
berkembang
nya
komplikasi
seperti
paralitik
o Jaga ileus.
keamanan
saat
memberikan
makan pada Menurunkan
pasien, regurgitasi
seperti dan
meninggikan terjadinya
kepala aspirasi.
selama
makan atatu
selama
pemberian
makan lewat
NGT.

o Berikan
makan dalam
porsi kecil
dan sering
dengan
teratur. Meningkatka
n proses
pencernaan
dan toleransi
pasien
terhadap
nutrisi yang
diberikan
dan dapat
meningkatka
o Kaji feses, n kerjasama
cairan pasien saat
lambung, makan.
muntah
darah.

Perdarahan
subakut/
akut dapat
terjadi dan
perlu
intervensi
dan metode
alternatif
o Kolaborasi pemberian
dengan ahli makan.
gizi.

Metode yang
efektif untuk
memberikan
kebutuhan
kalori.

Gangguan Tidak terjadi gangguan pola o Pantau Perubahan


pola nafas nafas setelah dilakukan frekuensi, dapat
b/ d tindakan keperawatan selama irama, menunjukan
obstruksi 2x 24 jam dengan KH : kedalaman komplikasi
trakeobron pernafasan. pulmonal
kial, o Memperlihatkan Catat atau
neurovasku pola nafas ketidakteratur menandakan
ler, normal/ efektif, an lokasi/
kerusakan bebas sianosis pernafasan. luasnya
medula dengan GDA keterlibatan
oblongata. dalam batas otak.
normal pasien. Pernafasan
lambat,
periode
apneu dapat
menendakan
perlunya
ventilasi
mekanis.

o Angkat
kepala
tempat tidur Untuk
sesuai aturan memudahka
posisi miring n ekspansi
sesuai paru dan
indikasi. menjegah
lidah jatuh
yang
menyumbat
jalan nafas.

o Anjurkan
pasien untuk
latihan nafas Mencegah/
dalam yang menurunkan
efektif jika atelektasis.
pasien sadar.

o Auskultasi
suara nafas. Untuk
Perhatikan mengidentifi
daerah kasi adanya
hipoventilasi masalah paru
dan adanya seperti
suara- suara atelektasis,
tambahan kongesti atau
yang tidak obstruksi
normal. jalan nafas
(krekels, yang
ronki dan membahaya
whiszing). kan
oksigenasi
serebral atau
menandakan
adanya
infeksi paru
(umumnya
merupakan
komplikasi
pada cidera
o Kolaborasi kepala).
untuk
pemeriksaan
AGD,
tekanan Menentukan
oksimetri. kecukupan
oksigen,
keseimbanga
n asam-basa
dan
kebutuhan
o Berikan akan terapi.
oksiegen
sesuai
indikasi.
Mencegah
hipoksia,
jika pusat
pernafasan
tertekan.
Biasanya
dengan
mnggunakan
ventilator
mekanis

DIPOSTING OLEH FOSIMMIK DI 05.57 
LABEL: PERSARAFAN

TIDAK ADA KOMENTAR:

Posting Komentar

LINK KE POSTING INI


Buat sebuah Link

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Anda mungkin juga menyukai