Oleh :
Telah diterima dan disahkan oleh clinical teacher (CT) dan clinical Instrukture (CI) Stase
Keterampilan Dasar Profesi (KDP) sebagai syarat memperoleh penilaian dari departement
Keterampilan Dasar Profesi (KDP) STIKes Buleleng.
Ni Putu Widhi Darmayanti, S.Kep. Ners Ns. Mochamad Heri, S.Kep., M.Kep
LAPORAN PENDAHULUAN
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh bersama dengan
unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen merupakan unsur yang
diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses penting tubuh seperti
pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh,
pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak
oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh
(Atoilah & Kusnadi, 2013).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh baik itu
bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara alami dengan cara
bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu
dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan
oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk mengeluarkan karbon
dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan
berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi
oleh beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati,
2012).
Pemenuhan kebutuhan oksigen untuk tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya berbagai
sistem tubuh yaitu sistem pernapasan, sitem kardiovaskuler, dan juga sistem hematologi
(Tarwoto & Wartonah, 2011).
a. Sistem Pernapasan
Salah satu sistem tubuh yang berperan dalam oksigenasi adalah sistem pernapasan atau
sistem respirasi. Sistem respirasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem
pernapasan atas yang terdiri dari hidung, faring, serta laring dan sistem pernapasan
bawah yang terdiri dari trakea dan paru-paru (Saputra, 2013).
Sistem pernapasan atau respirasi memiliki peran sebagai penjamin ketersediaan oksigen
untuk proses metabolisme sel-sel dalam tubuh dan pertukaran gas. Dalam sistem
respirasi oksigen diambil dari atmosfir, dan kemudian dibawa ke paru-paru sehingga
terjadi pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida di dalam alveoli, selanjutnya
oksigen akan di difusi masuk ke kapiler darah untuk digunakan oleh sel dalam proses
metabolisme. Proses pertukaran gas di dalam tubuh disebut dengan proses oksigenasi
(Tarwoto & Wartonah, 2011).
Proses oksigenasi merupakan proses yang dimulai dari pengambilan oksigen di
atmosfir, kemudian oksigen yang diambil akan masuk melalui organ pernapasan bagian
atas yang terdiri dari hidung atau mulut, faring, laring, dan kemudian masuk ke organ
pernapasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus sekunder, bronkus
tersier, terminal bronkiolus, dan kemudian masuk ke alveoli. Selain itu organ
pernapasan bagian atas juga berfungsi untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda
asing yang akan masuk ke organ pernapasan bagian bawah, menghangatkan filtrasi, dan
melembabkan gas. Sedangkan organ pernapasan bagian bawah, selain tempat
masuknya oksigen juga berfungsi dalam proses difusi gas (Tarwoto & Wartonah,
2011).
b. Sistem Kardiovaskuler
Menurut Tarwoto & Wartonah (2011), Sistem kardiovaskuler ikut berperan dalam
proses oksigenasi ke jaringan tubuh yang berperan dalam proses transfortasi oksigen.
Oksigen ditransfortasikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Adekuat atau tidaknya
aliran darah ditentukan oleh normal atau tidaknya fungsi jantung. Kemampuan
oksigenasi pada jaringan sangat ditentukan oleh adekuatnya fungsi jantung. Fungsi
jantung yang baik dapat dilihat dari kemampuan jantung memompa darah dan
terjadinya perubahan tekanan darah. Sistem kardiovaskuler ini akan saling terkait
dengan sistem pernapasan dalam proses oksigenasi.
Menurut McCance dan Huether (2005) dalam Perry dan Potter (2009), fisiologi
kardiopulmonal meliputi penghantaran darah yang teroksigenasi (darah dengan kadar
karbon dioksida yang tinggi dari oksigen yang rendah) kebagian kanan jantung dan
masuk ke sirkulasi pulmonal, serta darah yang sudah teroksigenasi (darah dengan kadar
O2 yang tinggi dan CO2 yang rendah) dari paru ke bagian kiri jantung dan jaringan.
Sistem kardiovaskuler menghantarkan oksigen, nutrisi, dan substansi lain ke jaringan
dan memindahkan produk sisa dari metabolisme seluler melalui vaskuler dan sistem
tubuh lain (misalnya respirasi, pencernaan, dan ginjal).
c. Sistem Hematologi
Sistem hematologi terdiri dari beberapa sel darah, salah satu sel darah yang sangat
berperan dalam proses oksigenasi adalah sel darah merah, karena di dalam sel darah
merah terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen. Hemoglobin adalah
molekul yang mengandung empat subunit protein globular dan unit heme. Setiap
molekul Hb dapat mengikat empat molekul oksigen dan akan membentuk ikatan
oxy-hemoglobin (HbO2) ( Tarwoto & Wartonah, 2011).
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem Oksigen
Menurut Ambarwati (2014), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan
oksigen diantaranya adalah faktor fisiologis, status kesehatan, faktor perkembangan, faktor
perilaku, dan lingkungan.
a. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan oksigen seseorang.
Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya adalah :
1) Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada saat
terpapar zat beracun
2) Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3) Hipovolemia
4) Peningkatan laju metabolik
5) Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan,
obesitas dan penyakit kronis.
b. Status kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu,
proses oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan
oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit
kronis.
c. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi sistem
pernapasan individu.
1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
4) Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan stres
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.
d. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu dapat mempengaruhi fungsi pernapasan. Status nutrisi,
gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional dan penggunaan zat-zat tertentu
secara tidak langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
e. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen. Kondisi lingkungan
yang dapat mempengaruhinya adalah :
1) Suhu lingkungan
2) Ketinggian
3) Tempat kerja (polusi)
Permasalahan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak terlepas dari
adanya gangguan yang terjadi pada sistim respirasi, baik pada anatomi maupun fisiologis
dari orga-organ respirasi. Permasalahan dalam pemenuhan masalah tersebut juga dapat
disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem tubuh lain, seperti sistem kardiovaskuler
(Abdullah, 2014).
Gangguan respirasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya peradangan,
obstruksi, trauma, kanker, degenerative, dan lain-lain.
Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak terpenuhi
secara adekuat. Menurut Abdullah (2014) secara garis besar, gangguan pada respirasi
dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama atau frekuensi, insufisiensi pernapasan
dan hipoksia, yaitu ;
a. Gangguan irama/frekuensi pernapasan
1) Gangguan irama pernapasan
a) Pernapasan Cheyne stokes
b) Pernapasan Biot
Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan pernapasan cheyne
stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan ini kadang
ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
c) Pernapasan Kussmaul
b) Bradipnea
b. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu ;
c. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam jaringan.
Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia
hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan hipoksia histotoksik.
1) Hipoksemia
a) Hipoksia hipokinetik
b) Overventilasi hipoksia
c) Hipoksia histotoksik
Tetapi pada HF dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung,
volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup merupakan jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi
tergantung pada tiga faktor; preload; kontraktilitas dan afterload. Preload, adalah
sinonim dengan hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah
yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh
panjangnya regangan serabut jantung. Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan
kontraktilitas yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang
serabut jantung dan kadar kalsium. Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel
yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan arteriole (Brunner & Suddarth, 2016).
Kelainan pada kontraktilitas miokardium yang khas pada CHF akibat penyakit jantung
iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas
ventrikel kiri yang menurun mengurangi volume sekuncup, dan meningkatkan volume
residu ventrikel, dengan meningkatnya volume EDV (volume akhir diastolik) ventrikel,
terjadi peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri (LVEDP). Derajat
peningkatan tergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya LVEDP,
terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel
berhubungan langsung selama diastol. Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke
dalam pembuluh darah paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru.
Apabila tekanan hidrostatik anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik
pembuluh darah, akan terjadi transudasi cairan ke dalam intertitisial. Jika kecepatan
trandusi melebihi kecepatan darinase limfatik, akan terjadi edema interstisial.
Peningkatan tekanan lebih lanjut akan menyebabkan cairan merembes ke dalam alveoli
dan terjadilah edema paru yang ditandai dengan batuk dan napas pendek.
Meningkatnya tekanan vena sistemik dapat mengakibatkan edema perifer umum dan
penambahan berat badan (Price and Wilson, 2012).
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat akibat peningkatan kronis tekanan vena paru.
Hipertensi pulmonalis meningkatkan tekanan terhadap ejeksi ventrikel kanan.
Serangkaian kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada
jantung kanan yang akhirnya akan menyebabkan edema dan kongesti sistemik (Price
and Wilson, 2012).
Menurut Brunner & Suddarth (2016), respon tubuh terhadap perubahan fisiologi pasien
CHF akibat adanya gangguan pada ventrikel yang akan memberikan respon tubuh yang
berbeda antara CHF kiri dengan CHF kanan
1) CHF kiri
Kongesti paru menonjol pada ventrikel kiri, kerena ventrikel kiri tidak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Respon tubuh yang terjadi
meliputi dispnea, batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat (takikardia) dengan
bunyi jantung S3, kecemasan dan kegelisahan.
a) Dispnea
b) Batuk
Batuk yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering dan tidak
produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah, yaitu batuk yang
menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang disertai
bercak darah.
c) Mudah lelah
Mudah lelah terjadi kaibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan
dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa
katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatya energi yang digunakan untuk
bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distres pernapasan dan batuk.
2) CHF kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan
perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan
volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah
yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Respon tubuh yang tampak
meliputi edema ekstremitas bawah (edema dependen), yang biasanya merupakan
pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali (pembesaran hepar),
distensi vena leher, asites (penimbunan cairan di dalam rongga peritoneum),
anoreksi dan mual, nokturia dan lemah.
1) Edema
Edema dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara bertahap
bertambah ke atas tungkai dan paha pada akhirnya ke genetalia eksterna dan
tubuh bagian bawah. Edema sakral sering jarang terjadi pada pasien yang
berbaring lama, karena daerah sakral menjadi daerah yang dependen. Pitting
edema, adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan
ringan dengan ujung jari, baru jelas terlihat setelah terjadi retensi cairan
paling tidak sebanyak 4,5 kg (10 lb).
2) Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan
dalam pembuluh portal menigkat sehingga cairan terdorong keluar rongga
abdomen, suatu kondisi yang disebut dengan asites. Pengumpulan cairan
dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan
distres pernapasan.
3) Anoreksia
Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi akibat pembesaran vena
dan stasis vena di dalam rongga abdomen.
4) Nokturia
Nokturia atau rasa ingin BAK pada malam hari, terjadi karena perfusi renal
didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis terjadi paling
sering pada malam hari karen acurah jantung akan membaik dengan istirahat.
5) Lemah
2) Identitas Penanggungjawab
Identitas penanggungjawab yang perlu dikaji meliputi nama, umur,
pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.
3) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Gejala yang menjadi keluhan utama pada pasien CHF adalah sesak
napas saat pasien beristirahat atau berbaring diatas tempat tidur (Sibuea
dkk, 2009). Keluhan utama lain yang biasa muncul pada pasien dengan
gangguan kebutuhan oksigen dan karbondioksida antara lain batuk,
peningkatan produksi sputum, dispnea, hemoptisis, wheezing, stridor,
dan chest pain (Somantri, 2009).
Tingkat kesehatan klien dimasa lalu juga menentukan ada atau tidaknya
masalah oksigenasi. Pada seseorang yang sehat, sistem kardiovaskuler
dan pernapasan secara normal menyediakan oksigen bagi
kebutuhan tubuh. Pada penyakit kardiovaskuler, hal ini sering kali
berdampak terhadap pengangkutan oksigen ke sel tubuh, sedangkan
penyakit sistem pernapasan dapat mempengaruhi oksigenasi dalam
darah (Somantri, 2009).
c. Rontgen Toraks
Foto rontgen toraks posterior-anterior dapat menunjukkan adanya hipertensi
vena, edema paru, atau kardiomegali. Bukti yang menunjukkan adanya
peningkatan tekanan vena paru adalah adanya diversi aliran darah ke daerah atas
dan adanya peningkatan ukuran pembuluh darah.
1) Kardiomegali
2) Hipertrofi ventrikel
3) Kongesti vena paru
4) Edema intertisial
5) Efusi pleura
6) Infiltrat paru
d. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan gas darah
arteri, oksimetri, dan pemeriksaan darah lengkap (Saputra, 2013).
Asmadi. Editor Eka Anisa Mardella. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan
Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : salemba Medika.
American Heart Association (AHA). 2016 Heart Failure (Understand Your Risk for
Heart Failure). . Diambil dari :
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/heartFailure/CusesAndRiskF
orheartFailure/Understand-Your-Risk-for-Heart-Failure . (21 Januari 2017).
Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Dua
Satria Offset.Ernawati. 2012. Konsep dan Aplikasi Keperawatan Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : TIM.
Atoilah, Elang Mohamad dan Engkus Kusnadi. 2013. Askep pada Klien dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media.
Singapore : Elsevier.
Ernawati. 2012. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : TIM.
Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Ihdaniyati, Inayah A & Arifah, Siti. 2009. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan
Mekanisme Koping Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di RSU Pandan Arang
Boyolali. Diambil dari : http://fmipa.umri.ac.id/wp-
content/uploads/2016/06/geni-lismawati-T-Kecemasan-dan-Mekanisme- koping-
pada-gagal-jantung.pdf. (7 Juni 2017).
Profil RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2014. 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap Tahun
2014. Diambil dari : http://www.rsdjamil.co.id/pages/10-penyakit- terbanyak-
rawat-inap-tahun-2014. (16 Maret 2017).
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suwartika, Ira & Cahyati, Peni. 2015. Analisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung di RSUD Kota Tasikmalaya.
Diambil dari :
http://jurnal.unai.edu/index.php/jsk/oai?metadataPrefix=oai_dc&verb=ListR
ecords. (7 Juni 2017).
Tarwoto & Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medik
FORMAT PENGKAJIAN
2020-2021
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : “I K N” Jenis Kelamin :L
No.RM : 03.93.72
Usia : 57 Tahun
Tgl.MRS : 31 April 2021
Tgl.Pengkajian : 10 Mei 2021
Alamat/ telp. : BD Tihingan Kangin Desa Bebandem, Kec Bebandem,
Karangasem
Status Pernikahan : sudah kawin
Agama : Hindu
Suku : Bali
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Petani
Lama Bekerja : ≥20 Tahun
Sumber Informasi : Wawancara, Observasi, dan Rekam Medis Pasien
Kontak Keluarga Dekat : 085253871645
B. KELUHAN UTAMA
Saat MRS : Px mengeluh sesak 2 hari yang lalu (29 April 2021), serta
batuk sejak dua hari lalu (29 April 2021)
Saat Pengkajian : Pasien mengeluh batuk dan sesak mulai berkurang
H. Pola Eliminasi
2 Konsistensi feces
Lunak Lunak
3 Warna
5 Kesulitan BAB
bau khas feses bau khas feses
6 Upaya mengatasi
Tidak Tidak
- -
Buang Air Kecil
2 Jumlah
1000-1500CC 1000-1500CC
3 Konsistensi feces
5 Bau
Kuning/Coklat Kuning/Coklat
6 Kesulitan BAK
Tidak Tidak
- -
2 Tidur malam
6 Upaya mengatasi
- -
2 Handuk
Ya, Pribadi Ya, Pribadi
3 Keramas Jam 20-05
nyaman
4 Gosok gigi
2x/seminggu 2x/seminggu
5 Kesulitan
- -
M. Pola Komunikasi
a. Bahasa utama : bahasa daerah bali
N. Pola Seksualitas
a. Masalah hubungan seksual
selama sakit : tidak ada
b. Upaya mengatasi : -
c) kebersihan
kulit kepala : kulit kepala bersih
3) Palpasi :
a) Krepitasi : tidak ad akrepitasi
b) Nyeri Tekan : tidak ada nyeri tekan
b. Mata
1) Inspeksi :
a) Bentuk : normal, simetris
b) Konjunctiva
anemis : (-) ka/(-)ki
sclera : normal warna putih
icterik : (-) ka/(-)ki
Palpebra : edema : (-) ka/(-)ki ; lesi : (-)ka/(-)ki
Perdarahan : (-)ka/(-)ki
Pupil : (-) ka/(-)ki reaksi thd cahaya : normal
isokoor : (-) ka /(-) ki
c) Tanda peradangan : - /-
d) Fungsi penglihatan : baik
e) Penggunaan alat bantu :tidak
c. Hidung
1) Inspeksi : Bentuk (normal), warna : sesuai warna kulit
2) Perdarahan : -/-
3) Palpasi : nyeri tekan (-)
d. Mulut dan tenggorokan
1) Inspeksi :
a) Warna bibir : normal /
2) Pembengkakan tonsil : -
3) Sakit Tenggorokan : -
4) Gangguan Bicara : -
e. Telinga
Inspeksi
Bentuk : simetris
Posisi : Sejajar
Perdarahan : -, massa : -
Palpasi :
Nyeri :-
f. Leher
Inspeksi /Palpasi :
Kekakuan :-
Pembesaran Kelenjar : -
Nyeri :
g. Dada
1) Inspeksi
2) Palpasi :
Massa abnormal : -
Krepitasi : -
Nyeri tekan : -
3) Auskultasi
JANTUNG
Pulmonal : vesikuler
BJ abnormal : -
PARU :
Suara nafas : normal
Jenis suara nafas normal yang ditemukan:
Wheezing :-
Rhonki : -
Rales :-
Crakles : -
4) Perkusi
JANTUNG : Pekak
PARU :sonor
h. Payudara & Ketiak
Inspeksi :
Ukuran & bentuk : simetris
Putting susu : menonjol
Kondisi kulit : bersih
Palpasi :
Edema : -
Massa abnormal : -
Nyeri : -
i. Abdomen
1) Inspeksi :
Bentuk : normal
Bayangan vena abnormal (caput medussae) : -
kondisi kulit : normal
Palpasi :
Penegangan dinding abdomen : -
Edema : -
Nyeri tekan : -
Massa abnormal : -
2) Auskultasi:
Bising usus : -.
Perkusi :tympani
j. Genetalia
Inspeksi & Palpasi (pria) :
Kondisi kulit : bersih
Penis : normal
Orificium uretra : rabas
Skrotum : normal
Canal inguinal : normal
k. Rectum & Anus
Inspeksi :
Kondisi kulit sekitar anal : normal
Hemoroid : -
Palpasi (rectal tusse) :
Massa abnormal : -
Nodul : -
Nyeri : -
Pembesaran prostat : -
l. Ekstermitas
Kontraktur : -
Deformitas: -
Edema : -
Nyeri / nyeri tekan :- /
Kekuatan otot :
Reflek : Bisep : + / ++/
Trisep : + / ++/ +++/
Patella : + / ++/ +++/
Achiles : + / ++/ +++/
Plantar (babinski ) : / -
m. Kulit &Kuku
Kulit : tidak ada tanda kemerahan, edema tidak,kesi tidak ada
Warna : normal ....................................................
Tekstur : kasar
Jaringan parut : -
Turgor : elastis
Suhu (akral) : hangat
Kuku :
Warna : merah muda sampai putih pada ujung
Cappilary Refill Time (CRT) : < 2 dtik
Bentuk : normal
Q. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiografi
1. Ketidakefektifan pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Oxygen Therapy Meberikan
efektif berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam a. Periksa mulut, hidung, dan sekret oksigen terapi
kelemahan otot pernafasan ditandai diharapkan jalan nafas trakea secara adekuat
dengan pasien mengatakan sesak pasien bersih kembali b. Pertahankan jalan napas yang paten dapat
amsih dirasakan, serta pasien dengan outcome : c. Atur peralatan oksigenasi memperbaiki dan
tampak lemas dan pasien memegang a. Respiratory status: menyediakan
d. Monitor aliran oksigen sesuai indikasi
dada, pasien terpasang O2 d/ Nassal Airway patency kebutuhan
dan konsentrasi yang diberikan
Canule 8 LPM, RR 32 x/menit, Menunjukkan jalan oksigen yang
e. Pertahankan posisi pasien
Saturasi 97% napas yang paten (klien adekuat serta
f. Observasi tanda-tanda
tidak merasa tercekik, mencegah
hipoventilasi
irama napas, frekuensi perburukan
g. Monitor adanya kecemasan pasien
pernapasan dalam keadaan pasien
terhadap oksigenasi
rentang normal, tidak
ada suara napas Untuk
Vital Sign Monitoring
abnormal) mengetahui
a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
status kesehatan
b. Monitor vital sign saat pasien pasien terutama
b. Vital Sign Status
berbaring, duduk, dan berdiri kesehatan
tanda-tanda vital
dalam rentang normal, c. Monitor kualitas dari nadi pernafasan serta
saturasi dalam batas d. Monitor frekuensi dan irama memberikan
normal. pernapasan evaluasi
IV. IMPLEMENTASI
Hari/Tangga No. Diagonas Implementasi Evaluasi Formatif Paraf
l a
Pukul
Senin, 10 1 I a. Pertahankan jalan napas yang paten pasien dalam posisi
Mei 2021 b. Atur peralatan oksigenasi semifowler, terapi
10.00 WITA c. Monitor aliran oksigen sesuai indikasi dan oksigen 8 LPM