Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN SKRINING

RSIA HUSADA BUNDA

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK


HUSADA BUNDA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan hidayahNya, sehingga penyusunan Panduan Skrining Pasien RSIA Husada Bunda
dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam proses penyusunan dokumen akreditasi diperlukan acuan tata naskah agar
format yang dihasilkan seragam, sehingga perlu dibuat Panduan Skrining Pasien RSIA
Husada Bunda yang akan dijadikan sebagai acuan dan panduan dalam pembuatan
dokumen pada kegiatan akreditasi di rumah sakit.

Dengan tersusunnya Panduan Skrining Pasien RSIA Husada Bunda ini, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan panduan ini.

Kami sadari panduan ini belum sempurna, oleh karenanya masukan dan saran
perbaikan sangat kami harapkan guna penyempurnaannya.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.

Salo, 02 Januari 2019


DIREKTUR RSIA HUSADA BUNDA

dr. DELFAN SYUKRI


371815081978
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………...................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1

BAB II. RUANG LINGKUP .................................................................................. 3

BAB III. TATA LAKSANA .................................................................................. 6

BAB IV. DOKUMENTASI .................................................................................. 7

BAB V. PENUTUP............... .................................................................................. 8


BAB I. PENDAHULUAN

A. Pengertian.

Skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif untuk menemukan adanya


masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan
menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat
untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar- benar sehat tapi sesungguhnya
menderita kelainan ataupun gangguan kesehatan. Skrining pada pasien dapat dilaksanakan
melalui kriteria triage, anamnesis (wawancara riwayat penyakit), evaluasi visual atau
pengamatan, pemeriksaan fisik maupun psikologik, laboratorium klinik, ataupun radiologi
diagnostik.

Skrining adalah suatu cara atau metode yang dilakukan untuk menyelaraskan
kebutuhan pasien di bidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di rumah
sakit. Informasi diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang kebutuhan
pasien yang man yang dapat dilayani rumah sakit, supaya tercipta peningkatan
mutupelayanan yang sesuai dengan misi dan tujuan rumah sakit.

Pemerikasaan skrining membantu staf untuk menentukan kebutuhan pasien


berdasarkan:

1. Preventif adalah kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.

2. Paliatif adalah setiap bentuk perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi
pada pengurangan keparahan gejala penyakit, daripada berusaha untuk
menghentikan, menunda atau sebaliknya perkembangan dari penyakit itu sendiri
atau memberikan penyembuhan.

3. Kuratif adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat
terjaga seoptimal mungkin.
4. Rehabilitatif adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan
bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuannya.

B. Tujuan.

Maksud dan tujuan dilakukan skrining adalah:

1. Menyelaraskan kebutuhan pasien di bidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan


yang dimiliki/tersedia di rumah sakit.

2. Mengkoordinasikan pelayanan supaya lebih efektif dan efisien.

3. Merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya sesuai krbutuhan pasien.

4. Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya di rumah sakit.
BAB II. RUANG LINGKUP

A. Skrining Kasus Dalam Rumah Sakit

Petugas Instalasi Gawat Darurat harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan
kondisi kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien sesuai
dengan ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang berlaku dan tidak
berdasarkan urutan kedatangan pasien untuk kemudian memilah pasien berdasarkan
kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.

Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat


berdasarkan kondisi kegawatdaruratannya meliputi:

1. Pasien dengan kasus emergency, yaitu pasien yang berada dalam kondisi sebagai
berikut:

- Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan bisa
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan yang tepat secepatnya.

- Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan


darurat.

- Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak


mengancam nyawa dan anggota badannya.

2. Pasien dengan kasus false emergency, yaitu pasien yang tidak memerlukan
pertolongan segera.

Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, perlu dipahami bahwa
kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu
sistem atau organ di bawah ini, yaitu:

1. Susunan saraf pusat.

2. Pernafasan.
3. Kardiovaskuler.

4. Hati.

5. Ginjal.

6. Pankreas.

Kegagalan dari salah satu sistem atau organ tersebut dapat disebabkan oleh:

1. Trauma/cedera.

2. Infeksi.

3. Keracunan.

4. Degenerasi (failure).

5. Asfiksia.

6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss of
water and electrolit).

7. Lain-lain.

Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk di dalam daftar
tersebut di atas, penentuan kasus gawat atau tidak gawat ditentukan oleh dokter yang
menangani pasien.

Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan, dan


hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Sedangkan kegagalan
sistem organ yang lain dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang relatif lebih lama.

Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)


dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh:

1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat

2. Kecepatan meminta pertolongan


3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan:

a. Di tempat kejadian

b. Dalam perjalanan ke rumah sakit

c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit

B. Skrining Luar Rumah Sakit

Skrining bisa dilakukan saat pasien berada di luar Rumah Sakit tempat asal rujukan
pasien, pada saat pasien ditransportasi, dan pada saat pasien tiba di RS (IGD atau
IRJ).
BAB III. TATALAKSANA

Skrining dilakukan pada saat kontak pertama, dapat terjadi, dapat terjadi di
sumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi emergensi atau apabila apabila saat pasien
tiba di rumah sakit. Skrining dilakukan menyesuaikan dengan misi dan sumber daya rumah
sakit tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya.
Hal ini sangat penting bahwa keputusan untuk memberikan pelayanan kesehatan,
pengobatan, mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah ada hasil skrining dan evaluasi.
Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan dan konsisten dengan misinya dapat dipertimbangkan untuk menerima pasien
rawat inap atau rawat jalan dan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lain yang mempunyai
fasilitas kesehatan yang memadai sesuai kebutuhan pasien.

1. Skrining di Instalasi Gawat Darurat dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi


visual dan pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik,
psikologi, laboratorium klinik atau pemeriksaan diagnostic imaging sebelumnya.
Instalasi Gawat Darurat adalah unit di rumah sakit yang memberikan pelayanan
pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu yang
melibatkan berbagai multi disiplin.

2. Skrining di rawat jalan dilaksanakan dengan evaluasi visual, pengamatan yang


disertai dengan pengisian format skrining. Pemeriksaan penunjang seperti
laboratorium, diagnostic imaging dapat dilakukan setelah pasien mendapatkan
pemeriksaan fisik atau pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien

3. Penerimaan pasien dilakukan sesuai kemampuan rumah sakit dan kebutuhan pasien
melalui proses skrining dan hasil pemeriksaan test diagnostic yang diperlukan.
BAB V. DOKUMENTASI

Kegiatan skrining pasien awal di triase primer di Instalasi Gawat Darurat RSIA
Husada Bunda didokumentasikan setiap hari di lembar catatan medis IGD yang sudah
ditentukan. Sedangkan yang dilakukan di Instalasi Rawat Jalan didokumentasikan dalam
formulir yang telah disediakan.
BAB VI. P E N U T U P

Demikian panduan pelaksanaan skrining pasien ini dibuat untuk menjadi acuan di dalam
melaksanaan skrining pasien didalam maupun diluar rumah sakit sehingga pelayanan yang
di berikan sesuai yang dibutuhkan oleh pasien. Panduan ini akan dievaluasi setiap tiga
tahun sekali. Sewaktu-waktu ada perubahan tentang regulasi dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku maka panduan ini akan direvisi mengikuti regulasi tersebut.

DIREKTUR RSIA HUSADA BUNDA

dr. DELFAN SYUKRI


371815081978

Anda mungkin juga menyukai