Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN PELAYANAN POLI UMUM By Aep

Nurul Hidayah
Posted on 19 Mei 2018 by Aep Nurul Hidayah

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang
telah ditetapkan.dan prefentif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi –
tingginya di wilayah kerjanya.

Pusat Kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas


pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.

Upaya kesehatan perseorangan yang selanjutnya disebut UKP adalah suatu kegiatan
dan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan.

Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita rawat jalan, maka diperlukan


peningkatan pelayanan rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan/Puskesmas.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Poli Umum perlu dibuat standar pelayanan
yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang
diberikan ke pasien rawat jalan UPT.Puskesmas

Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan rawat jalan di
Poli Umum UPT.Puskesmas harus berdasarkan standar pelayanan Poli Umum
UPT.Puskesmas

Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan di Poli Umum meliputi :


 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, kelompok
dan masyarakat
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerjasama
inter dan antar profesi
 Melaksanakan rekam medis
 Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan
kesehatan
 Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
 Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di wilayah kerjanya
 Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan
 Sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.

1. Landasan Hukum
1. Undang–undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang–undang No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
3. Undang–undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang–undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Peraturan Pemerintah No 46 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan
6. Peraturan Presiden No 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
7. Peraturan Menteri Kesehatan No 75 Tahun 2004 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.

BAB II PENGORGANISASIAN

Puskesmas merupakan unit pelaksanan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan perorangan tingkat pertama secara terintegrasi dan berkesinambungan.
Organisasi puskesmas disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan kategori,
upaya kesehatan dan beban kerja puskesmas.

Organisasi puskesmas paling sedikit terdiri atas :

1. Kepala Puskesmas
2. Kepala sub bagian tata usaha
3. Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
4. Penanggung jawab UKP, Kefarmasian dan laboratorium
5. Penanggunag jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan

Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk :

1. Pelayanan rawat jalan


2. Pelayanan gawat darurat
3. Pelayanan satu hari (one day care)
4. Rawat Inap
5. Home care

Di Pelayanan rawat jalan yang melakukan pemeriksaan, pengobatan, konseling, maupun


rujukan adalah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter dan tenaga paramedis.

BAB III STANDAR KETENAGAAN

Kualifikasi SDM (Sumber Daya Manusia)

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Poli Umum adalah :

Kualifikasi
Nomor Nama Jabatan Keterangan
Formal
Bersertifikat
Penanggungjawab Pelayanan
1 Dokter Umum ACLS/ATLS
Poli Umum
Bersertifikat
2 Dokter Poli Umum Dokter Umum ACLS/ATLS

Bersertifikat
3 Perawat Pelaksana Poli Umum S1/D III Keperawatan
BLS/BTCLS/PPGD

BAB IV STANDAR FASILITAS

1. A. Standar Fasilitas
I. Jenis Peralatan
Peralatan yang tersedia di Poli Umum untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien
rawat jalan:

1. Meubelair, terdiri dari :


2. Meja kerja: 2 buah
3. Kursi kerja: 4 buah
4. Tempat tidur pemeriksaan: 1 buah
5. Lemari arsip: 1 buah
6. Lemari tempat peralatan: 2 buah
7. Perlengkapan, terdiri dari :
8. Komputer desk: 1 buah
9. Laptop: 1 buah
10. Printer: 1 buah
11. Bantal:1 buah
12. Sarung bantal: 1 buah
13. Sprei :1 buah
14. Taplak meja: 2 buah
15. Wastafel cuci tangan: 1 buah
16. Perlak: 1 buah
17. Tempat sampah tertutup yang dilengkapi dengan injakan pembuka penutup: sampah
organik, sampah anorganik
18. Set pemeriksaan umum, terdiri dari ;
19. Buku tes ishihara
20. Snellen chart (alphabet chart)
21. Senter untuk periksa
22. Tensimeter
23. Stop watch
24. Stetoskop
25. Termometer
26. Metline (pengukur lingkar pinggang)
27. Timbangan injak dewasa dan pengukur tinggi badan
28. Bahan Habis Pakai, teridir dari :
29. Masker wajah
30. Sarung tangan non steril
31. Sabun tangan atau antiseptik
32. Pencatatan dan Pelaporan, terdiri dari :
33. Buku Register Harian Pelayanan Poli umum
34. Buku Register Rujukan Internal
35. Buku Register Rujukan Eksternal
36. Kertas Resep: putih, biru, pink
37. Formulir Permintaan Rujukan Internal
38. Formulir Rujukan Eksternal
39. Formulir Surat Keterangan Dokter (surat keterangan sehat)
40. Formulir Surat Keterangan Sakit
41. Formulir Informed consent

BAB V TATALAKSANA PELAYANAN

1. TATALAKSANA PELAYANAN DI POLI UMUM


2. Petugas Penanggungjawab
o Dokter

o Tenaga paramedis/perawat

3. Perangkat Kerja
4. Buku Register Harian Pelayanan Poli umum
5. Buku Register Rujukan Internal
6. Buku Register Rujukan Eksternal
7. Kertas Resep: putih, biru, pink
8. Formulir Permintaan Rujukan Internal
9. Formulir Rujukan Eksternal
10. Formulir Surat Keterangan Dokter ( surat keterangan sehat )
11. Formulir Surat Keterangan Sakit
12. Formulir Informed consent
13. Rekam medis

 Tatalaksana Pelayanan di Poli Umum


1. Pendaftaran pasien yang datang ke Poli Umum dilakukan oleh pasien/keluarga
dibagian admission
2. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan memberikan
status/rekam medis untuk diisi oleh dokter/tenaga paramedis yang bertugas
3. Petugas admission memberikan rekam medis ke Poli Umum
4. Paramedis memanggil pasien, kemudian mencocokkan identitas pasien dengan
rekam medisnya
5. Paramedis melakukan anamnesa untuk mengetahui kondisi yang dialami
pasien
6. Paramedis melakukan pemeriksaan vital sign
7. Dokter melakukan pemeriksaan fisik
8. Bila diperlukan, akan dilakukan rujukan internal ke laboratorium untuk
kejelasan diagnosa dan ke poli gizi bila memerlukan konseling gizi.
9. Dokter menegakkan diagnosa, bila pasien memerlukan tindakan dilakukan di
Ruang Tindakan/UGD, dan bila memerlukan rujukan paramedis membuatkan
surat rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
10. Dokter memberikan terapi, mengedukasi, menulis resep dan menyerahkan ke
pasien/keluarga,
11. Dokter mencatat hasil pemeriksaan, tindakan, terapi ke dalam rekam medis.
12. Paramedis menulis hasil pemeriksaan ke dalam buku register harian.
13. Paramedis melakukan entry data ke dalam komputer (SIK/P.CARE)
14. Paramedis mengembalikan rekam medis pasien ke bagian admission.

1. Jenis Pelayanan Yang Dilakukan Di Poli Umum


1. Kajian awal klinis meliputi :

 Anamnesis

adalah wawancara terhadap pasien atau keluarganya tentang penyakit/keluhan, lamanya sakit
dan pengobatan yang sudah didapatkan

Sebelum anamnesis dilakukan sebaiknya konfirmasi dahulu identifas pasien.


 Keluhan utama

Adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat sehingga mendorong pasien
datang berobat atau mencari pertolongan medis.

 Riwayat Penyakit Sekarang

Adalah perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali pasien merasakan munculnya keluhan
atau gejala penyakitnya atau dengan kata lain mulai dari akhir masa sehat. Setelah itu
ditanyakan bagaimana perkembangan penyakitnya apakah cenderung menetap, berfluktuasi
atau bertambah lama bertambah berat sampai akhirnya datang mencari pertolongan medis.

 Riwayat Penyakit Dahulu

Merupakan informasi tentang riwayat penyakit dahulu ini secara lengkap, karena seringkali
atau penyakit riwayat pengobatan yang pernah diterimanya

 Riwayat Penyakit Keluarga

Merupakan penyakit yang berhubungan dengan faktor keturunan seperti misalnya diabetes
melitus, hipertensi. Menanyakan riwayat penyakit orangtua, kakek nenek dan lain lain.

 Riwayat kebiasaan/sosial

Kebiasaan yang biasa dilakukan oleh pasien yang bisa mempengaruhi kondisi kesehatannya.
Seperti kebiasaan merokok, atau minum alkohol, dan lain lain

 Kesadaran

Penentuan tingkat kesadaran dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif:
compos mentis, apatis, somnolen, stupor, koma. Sedangkan secara kuantitatif dengan
glasgow coma scale (GCS)

 Tanda tanda vital

Pemeriksaan tanda tanda vital meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi.

 Pemeriksaan fisik

adalah pemeriksaan yang mencakup :

1. Inspeksi : Keadaan umum pasien secara visual


2. Palpasi : Pemeriksaan raba (perabaan benjolan, konsistensi hepar/lien)

 Perkusi : Pemeriksaan ketuk (batas jantung, paru , hepar , asites)

1. Auskultasi : Periksa dengan menggunakan stetoskop

 Pemeriksaan penunjang sederhana


Adalah pemeriksaan yang diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit yaitu
Laboratorium, Rontgen, EKG

 Penegakan diagnosis (assesment)

adalah menetapkan jenis penyakit yang diderita oleh pasien berdasarkan hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh dokter atau oleh
paramedik apabila dokter tidak ada

 Rencana penatalaksanaan komprehensif (plan)

Bagian ini berisi rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien

1. Pengobatan/terapi

Pengobatan diberikan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan berdasarkan hasil


pemeriksaan dan penunjang.

Pengobatan juga memberikan kesempatan kepada pasien untuk memilih menerima atau pun
menolak akan tindak lanjut terapi yang akan diberikan kepada pasien.

2. Rujukan internal

adalah rujukan yang ditujukan atau berasal dari sub unit lain dalam lingkungan Puskesmas
meliputi KIA – KB, Gigi, UGD/Rawat Inap, Kesling, Gizi, Poli Umum, MTBS,
Laboratorium.

3. Rujukan Eksternal

adalah rujukan ke fasilitas kesehatan di luar Puskesmas ( Rumah Sakit, Laboratorium


swasta )

Kriteria rujukan

 Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yaitu diluar diagnosa 144 penyakit yang
tidak boleh dirujuk.
 Berdasarkan persetujuan dari pasien

4. Pengisian rekam medis

Harus diisi secara lengkap oleh petugas yang melaksanakan layanan klinis mulai dari
anamnesa, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, konseling
pasien, diagnosa pasien, serta terapi yang akan diberikan (S/subjektif, O/objektif,
A/assesment, P/planning

BAB VI LOGISTIK

STANDART OBAT DI POLI UMUM


I. OBAT LIVE SAVING
1. Injeksi

No Nama Obat Satuan Jumlah


1. Aminophilin Ampul 1
2. Diazepam Ampul 1
3. Adrenalin Ampul 2
4 Vit k Ampul 2
5. Dexametason Ampul 2
6 Mgso4 Ampul 1
7 Deladryl Flacon 2

b. CairanInfus

No Nama Obat Satuan Jumlah


1. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 1
2. Ringer Lactat Kolf 1

c. Alat

No Nama Alat Satuan Jumlah


1. Spuit 1 cc buah 1
2. Spuit 3 cc buah 1
3. Spuit 5 cc buah 1
4. Infusion set buah 2
5. Abocat no 18 buah 1
6. Abocat no 22 buah 1
7. Abocat no 24 buah 1

Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui Instalasi Farmasi. Pengadaan obat
dan alat kesehatan dilakukan oleh panitia pengadaan setelah mendapat persetujuan dari
kepala Puskesmas.

BAB VII KESELAMATAN PASIEN

1. Pengertian

Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Adalah suatu sistem dimana Puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman.

Sistem tersebut meliputi :

 Asesment risiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :

 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan


 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

1. Tujuan
o Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas

o Meningkatnya akuntabilitas Puskesmasterhadap pasien dan masyarakat

o Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Puskesmas

o Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi


pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

STANDAR KESELAMATAN PASIEN

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)

ADVERSE EVENT :

Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan
medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah

Unpreventable Adverse Event :

Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir
KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )

Near Miss :

Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (comission), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :

 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS

Medical Errors:

Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

KEJADIAN SENTINEL

Sentinel Event :

Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti: operasi pada
bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti, amputasi
pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya
masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

1. TATA LAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga puskesmas
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”

BAB VIII KESELAMATAN KERJA

1. Pendahuluan

HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi
karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari
15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15-49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus
baru 25% terjadi di negara-negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan
kegiatan penanggulangan yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat
bermakna. Ledakan kasus HIV/AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke
masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup
tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang
belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan
bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada
pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka
kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka
kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit
ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk


mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “Kewaspadaan
Umum“ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang
terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai risiko terpajan
infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya
dari risiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

1. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
risiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.

 Tindakan yang berisiko terpajan


1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

1. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga
higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip
tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB I
PENDAHULUAN

• Latar Belakang
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh
dokter berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan
pemeriksaan.

Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang


dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi
pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin
bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang
rasional. Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang
sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian,
tersedia setiap saat dan harga terjangkau.
Tujuan pengobatan adalah mengupayakan kesembuhan dan
pemulihan pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat
dipertanggungjawabkan.

• Tujuan Pedoman
Pedoman Poli Umum Puskesmas....... bertujuan untuk menjadi acuan
dalam memberi pelayanan kepada pasien rawat jalan baik pasien anak
maupun dewasa. Sehingga pada akhirnya pelayanan klinis dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan..

• RuangLingkup
Pelayanan Pengobatan dibagi dalam dua macam kegiatan, yaitu :
• Kegiatan di dalam gedung Puskesmas
Meliputi :Pengobatan di Poli Umum
• Kegiatan di luar gedung Puskesmas
Meliputi : Pengobatan di Posyandu, UKK
• Batasan Operasional
• Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk
tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan
kesehatan lainnya tanpa mengharuskan rawat inap.
• Pasien rawat jalan adalah pasien puskesmas yang setelah mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kondisinya dapat pulang ke rumah.

• Landasan Hukum
• Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
• Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
• Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

• Kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan klinis


Berikut ini tenaga kesehatan yang bertugas pada poli umum yang
ada di Puskesmas .......
Penanggung Jawab Poli Umum : dr.
Anggota Pelaksana :

• Distribusi Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan


• Dokter setiap hari bertugas di balai pengobatan umum, UGD dan Rawat
Inap. Jumlah dokter ada 1 (satu ) yang mempunyai tugas sesuai jadwal.
Bila ada pertemuan yang menyangkut upaya klinis yang menjadi tugas
keseharian dokter atau yang berkaitan dengan tugas integrasinya, maka
akan didisposisi untuk melakukan pertemuan, sehingga pelayanan dilayani
oleh perawat yang diberi pelimpahan wewenang. Setelah selesai pertemuan
dokter akan menangani pasien di UGD dan Rawat Inap.
• Perawat setiap hari melakukan ketugasan sesuai jadwal yang dibuat oleh
Koordinator UKP . Setiap perawat mempunyai tugas integrasi atau tugas
lain yang diberikan kepala puskesmas, misalnya penanggung jawab TB,
penanggung jawab PHN dll. Sehingga jika ada undangan yang menyangkut
ketugasanya perawat yang bersangkutan akan didisposisi mengikuti
kegiatan tersebut.

BAB III
STANDAR FASILITAS

• Denah Poli Umum

• Standar Fasilitas
• Fasilitas Sarana
Poli umum merupakan ruangan dengan ruang pemeriksaan dokter,
termasuk didalamnya terdapat bed/tempat tidur pasien. Di depan pintu
masuk poli umum terdapat 1 (satu) meja untuk melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital pada pasien sedangkan 2 (dua) meja di dalam poli umum
digunakan untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau perawat.
Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi
petugas.Selain itu ruangan ini memiliki seperangkat komputer sebagai
bagian dari sistem informasi puskesmas yang terhubung dengan server
untuk memasukkan data pasien pada sistem informasi puskesmas

• Peralatan
• Timbangan Dewasa
• Stetoscope
• Tensimeter
• Termometer
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

Tata Laksana
• Kegiatan di Dalam Gedung
• Persiapan ruangan
• Persiapan alat – alat pemeriksaan
• Penatalaksanaan pasien
• Memanggil pasien berdasarkan nomor urut
• Menuliskan nomor jaminan pada klaim jaminan, untuk pasien peserta
jaminan kesehatan
• Melakukan Kajian awal klinis , bagi pasien baru dan pasien yang belum
pernah dilakukan kajian awal
• Melakukan anamnesa, pemeriksaan dan tatalaksana penderita
• Melakukan pencatatan rekam medik pasien
• Pengobatan medik dasar di Puskesmas sesuai pedoman
• Melakukan perawatan luka
• Penyuluhan tentang penyakit dan pola hidup sehat
• Konseling medik umum
• Menerima rujukan internal
• Melakukan rujukan kasus spesialistik
• Menerbitkan surat keterangan sakit/sehat yang ditandatangani dokter, bila
diperlukan
• Memberikan surat KIR dokter
• Selesai pelayanan
• Mencuci dan mensterilkan alat sesuai prosedur

• Kegiatan di luar gedung


• Penyuluhan kesehatan
• Penjaringan Penyakit
• Screening penyakit tertentu
• Pengobatan pada waktu Posyandu /Posyandu Lansia

• Dokumentasi
• Kegiatan di dalam gedung :
Setelah selesai pelayanan, data – data pasien :
• Ditulis dalam Buku Register
• di-input dalam simpus Puskesmas melalui Komputer
• Kegiatan di luar gedung :
• Buku tugas luar
• Penyuluhan kader :
• Undangan
• Materi penyuluhan
• Daftar hadir
• Notulen penyuluhan

BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu,


maka perlu didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal,
melalui perencanaan yang baik dan berdasarkan kebutuhan pasien dan
usulan petugas rawat inap atas dasar kebutuhan pasien dan demi
kelancaran dari pelayanan di rawat inap.Ketersediaan logistik harus
dijamin kecukupannya dan pemeliharaan yang sudah dianggarkan dan
dijadwalkan.Pengadaan alat dan bahan dalam pelaksanaan upaya klinis
Puskesmas diselenggarakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


• Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
• Komunikasi efektif
• Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
• Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
• Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
• Tidak Terjadinya pasien jatuh
Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien
tersebut adalah :
• IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
• Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama
pasien dan tanggal lahir pasien, tidak termasuk nomor dan lokasi kamar.
• Pasien diidentifikasi sebelum melakukan pemberian obat atau produk
lainnya.
• Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan.
• Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.

Prosedur dalam Identifikasi Pasien
Ada 2 identitas yaitu menggunakan NAMA dan TANGGAL LAHIR yang
disesuaikan dengan tanda pengenal resmi.Pengecualian prosedur
identifikasi dapat dilakukan pada kondisi kegawatdaruratan pasien di UGD.
Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas adalah:
• Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir
sebelum melakukan prosedur, dengan pertanyaan terbuka, contoh :” Nama
bapak siapa?” “Tolong sebutkan tanggal lahir Bapak”.
• Bila pasien tidak dapat menyebutkan nama, identitas pasien dapat
ditanyakan kepada penunggu/ pengantar pasien.

• MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF


Cara komunikasi yang efektif di puskesmas:
• Menggunakan teknik SBAR (Situation – Background – Assessment –
Recomendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar pemberi layanan.
• Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
• Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi
pasien terkini.
• Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
• Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah
pasien saat ini.

b. Komunikasi Verbal (Write down/tulis, Read back/baca kembali


• Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh penerima
instruksi/ laporan.
• Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali
oleh penerima instruksi/ laporan.
• Instruksi/ laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasikan oleh individu
pemberi instruksi/ laporan.
• Untuk istilah yang sulit atau obat – obatan kategori LASA (Look Alike Sound Alike) diminta
penerima pesan mengeja kata tersebut perhurup misalnya : UBRETID
S Situasi
Saya menelepon tentang (nama pasien,
umur, dan lokasi)………….
Masalah yang ingin disampaikan…..
Tanda- tanda vital :
B Background/ latar belakang
Status mental pasien :
Kulit:…
Alat Bantu…
A Assesment/ Penilaian
Sampaikan masalah yang sedang terjadi
dan katakan penilaian anda.
R Rekomendasi
Apakah (katakan apa yang ingin
disarankan)
Apakah diperlukan pemeriksaan
tambahan?
Jika ada perubahan tatalaksana,
tanyakan…

• MENINGKATKAN KESELAMATAN PENGGUNAAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT)
Obat- obatan yang perlu diwaspadai adalah : NORUM (Nama Obat Rupa
Ucapan Mirip) / LASA (Look Alike Sound
Alike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip.
Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai:
• Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi penandaan
yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High Alert”

• Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA.


• Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien
tanpa pengawasan.
• Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat menerima /
memberi instruksi
Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi yang ada di Puskesmas:
• Golongan Opioid
Di puskesmas tidak ada
• Antiaritmia
• Lidokain
• Obat antagonis adrenergik
• Efinefrin

• Sound Alike Look Alike Drugs

• PENERAPAN 7 BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT


• PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
• Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
• Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan
tangan pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
• Sebelum kontak dengan pasien
• Sesudah kontak dengan pasien
• Sebelum tindakan asepsis
• Sesudah terkena cairan tubuh pasien
• Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Ada 2 cara cuci tangan yaitu


• HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
• HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik

Alat Pelindung Diri
Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan
tubuh, ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker,
tutup kepala, kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.
• PENGURANGAN RISIKO CEDERA AKIBAT PASIEN JATUH
Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
• Semua pasien baru dinilai rIsiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
• Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat rIsiko jatuh
pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh


pasien dan keluarga pasien maka tuntutan pengelolaan program
Keselamatan Kerja di rawat inap semakin tinggi, karena Sumber Daya
Manusia (SDM) puskesmas, pengunjung/pengantar pasien, pasien sekitar
puskesmas ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan
kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian
pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di
puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan
yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
khususnya pasal 165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala
bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”. Berdasarkan pasal di atas
maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai kewajiban untuk
menyehatkan para tenaga kerjanya.Salah satunya adalah melalui upaya
kesehatan kerja disamping keselamatan kerja.Puskesmas harus menjamin
kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau
pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di
puskesmas.
Program keselamatan kerja di Poli Umum merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam
hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien,
keluargapasien, masyarakat sekitar.
Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
puskesmas, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas
berjalan baik dan lancar.
Tujuan khusus
• Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat
Kerja) dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
• Peningkatan mutu, citra dan rawat inap puskesmas.

Alat Keselamatan Kerja


• Pemadam kebakaran (hidrant)
• APD (alat Pelindung Diri)
• Peralatan pembersih
• Obat-obatan
• Kapas
• Plaster pembalut
• Pembersih tangan di depan tiap-tiap ruangan pasien.
Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
• Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja,
• Pakailah APD saat bekerja,
• Orientasi pada petugas baru,
• Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam
kebakaran,
• Harus mengetahui cara mencuci tangan dengan benar,
• Buanglah sampah pada tempatnya,
• Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik,
• Dilarang merokok.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan


suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada
pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan klinis diperlukan agar
produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat
sebagai pelanggan.

Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah


pelaksanaan langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali
agar semuanya berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk
yang direncanakan dapat tercapai dan terjamin.Dalam pengertian Ishikawa
tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi
pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan kesehatan keseluruhan
proses yang diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada pemenuhan
kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.

Pada unit Poli Umum Puskesmas ....... selalu dilakukan survey kepuasan
pelanggan untuk mengetahui tingkat kepuasan penerima layanan di
Puskesmas ........ Hasil dari survey pelanggan di analisa sehingga dapat
merumuskan follow up dari permasalahan yang ada. .
Jika ada KTD, KPC dan KNC segera melaporkan pada Ketua Tim Mutu dan
Keselamatan Pasien untuk segera di followup bersama-sama dengan
Anggota Tim Mutu dan keselamatan pasien Puskesmas .......

BAB IX
PENUTUP

Penanggung jawab penyelenggaraan pelayanan klinis di rawat inap


Puskesmas ....... adalah Kepala Puskesmas ........ Sedangkan
penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten Purworejo adalah dinas kesehatan
kabupaten Purworejo. Puskesmas bertanggung jawab hanya untuk
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas
kesehatan kabupaten Purworejo sesuai dengan kemampuannya. Tujuan
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional.Yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Anda mungkin juga menyukai